PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI INDUSTRI DI KELAS XII IPS T.A 2013/2014 SMA NEGERI 1 SITELLU TALI URANG JEHE. PAKPAK BHARAT.

(1)

2013/2014 SMA NEGERI 1 SITELLU TALI

URANG JEHE PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

MONICA NATALIA BR MANIK NIM. 309431016

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

vii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E.Tujuan Penelitian ... 8

F.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Kerangka Teoritis ... 10

B. Penelitian Yang Relevan ... 40

C. Kerangka Berpikir ... 42

D. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Lokasi Penelitian ... 45

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 45


(6)

viii

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Prosedur Penelitian ... 48

C. Teknik Pengumpulan Data ... 49

D. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 55

A. Kondisi Fisik ... 55

B. Kondisi Non Fisik ... 59

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

B. Pembahasan ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia.Pendidikan memegang perananan penting dalam pembangunan suatu negara dan merupakan salah satu andalan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman.Kegiatan proses pembelajaran merupakan kegiatan inti dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkompetensi, maka dalam pendidikan individu diproses menjadi manusia yang memiliki sumber daya yang handal.

Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Oleh karena itu guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar didalam kelas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk itu lembaga pendidikan berusaha mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan yaitu dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataran guru, peningkatan kesejahteraan guru dan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan.

Guru merupakan yang paling bertanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang


(8)

2

besar sehingga menuntut guru mempunyai strategi dan kreativitas dalam proses pembelajaran. Baik tidaknya proses pembelajaran disuatu kelas tergantung kepada kemampuan guru dalam melakukan pengajaran secara profesional. Berhasilnya atau tidaknya pembelajaran yang dilakukan guru dapat dilihat dari proses dan hasil belajar yang dicapai.

Untuk mencapai hasil belajar bermutu seperti yang diharapkan, siswa dilibatkan dengan berbagai aktivitas yang ditunjukkan dengan keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar yang dilakukan siswa bukan hanya menulis dan mendengar dari apa yang dijelaskan guru, akan tetapi aktivitas belajar siswa melibatkan aktivitas mental (emosional-intelektual-sosial) dan aktivitas motorik (gerak fisik). Selain itu, aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi lebih menitikberatkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode ceramah lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Akibatnya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh belum memuaskan dan terbilang masih rendah. (Sardiman, 2006)

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru menerapkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk


(9)

menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.

Akan tetapi, suatu kenyataan yang tidak dapat ditutup-tutupi pada saat ini adalah masih banyak proses pembelajaran hanya berorientasi pada guru (teacher oriented). Guru aktif memberi pelajaran dan siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru. Dan guru kurang mengembangkan variasi dalam mengajar sehingga proses pembembelajaran sangat monoton tentu berpengaruh kepada hasil belajar siswa, prestasi akademik, dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok menjadi kurang maksimal.

Permasalahan seperti ini ditemukan pada kelas XII IPS-2 SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe Pakpak Bharat dengan hasil belajar geografi yang tergolong rendah. Hasil observasi yang dilakukan peneliti di sekolah ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan guru kurang bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan guru bidang studi geografi mengatakan bahwa guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan metode unjuk kerja yang sedikit melibatkan siswa pada saat proses belajar mengajar. Kondisi yang ditemui dikelas adalah nilai siswa yang kurang yang memuaskan. Pada ulangan siswa dikelas XII IPS-2 tahun ajaran 2012/2013 dari 30 siswa sebanyak 56%belum mencapai KKM 70 pada mata pelajaran geografi khususnya materi industri.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan, dapat dilihat aktivitas belajar siswa berpengaruh pada hasil belajar siswa. Siswa


(10)

4

kesulitan mencerna pelajaran yang disampaikan dan guru kurang melibatkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga pengetahuan siswa tidak berkembang. Pada proses pembelajaran guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah, diperlukan perbaikan dalam pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat meningkatkan aktivitas yang tentu berpengaruh pada antusiasme siswa dan hasil belajar siswa. Penggunaan model maupun metode yang tepat pada pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Learning Cycle. Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.

Model Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre). Model pembelajaran Learning Cyclemerupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran


(11)

dengan jalan berperanan aktif. Teori belajar yang mendukung pembelajaran dengan model Learning Cycle adalah teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide pada materi industri.

Learning Cycle menurut Karplus (dalam Fajorah, 2004) belajar secara konseptual berproses dari sebuah tahap eksplorasi menjadi tahap identifikasi konsep dan kemudian menuju kepada tahap aplikasi dimana gagasan-gagasan baru dipergunakan dan diperluas. Tahap aplikasi mendorong tingkat eksplorasi baru dan memulai siklus baru lagi. Implementasi Learning Cycle dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase

tersebut mulai dari perencanaan (terutama pengembangan perangkat

pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) sampai evaluasi.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan peneliti memilih model ini adalah, Pertama model Learning Cycle bersifat demokratis. Setiap siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat berupa jawaban dan pertanyaan sehingga tercipta suasana belajar yang aktif. Siswa juga dituntut bekerja sama dengan teman sehingga terjalin interaksi antar siswa. Maka dari itu didalam suatu


(12)

6

kelompok siswa dituntut untuk membuat hubungan yang baik antar anggota kelompok sehingga sikap untuk menghargai sesama dan saling membantu sangatlah diperlukan.

Kedua guru berperan sebagai penasehat, konsultan, dan pemberi kritik terhadap kinerja siswa. Guru berupaya menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar secara aktif dan juga guru berupaya menciptakan kegiatan pembelajaran yaang menuntut terjadi interaksi antara siswa dengan siswa yang lain maupun antara siswa dengan guru. Didalam penerapan model pembelajaran ini, guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas pebelajar pada setiap kelompok, antara lain dengan memberikan penjelasan materi atau bacaan yang terkait dengan tugas-tugas kelompok.

Ketiga segala sarana yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.Sarana pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran ini adalah buku geografi sebagai referensi siswa untuk mengaitkan informasi dalam LKS dengan konsep geografi, gambar, papan tulis dan alat tulis.

Keempat pemahaman terhadap konsep, kemampuan menerapkan konsep geografi dalam memecahkan masalah, kemampuan merespon, bertanya menjawab pertanyaan, memperhatikan penjelasan guru dan menilai kompetensi dasar menganalisis lokasi industri dan pertanian dengan pemanfaatan peta yang terjadi, serta kemampuan bersosialisasi.

Kelima kemampuan bersikap jujur, kemampuan menghargai pendapat orang lain, kemampuan memandang masalah dari berbagai perspektif, kemampuan berpikir divergen atau berpikir kreatif, memiliki rasa percaya diri,


(13)

memiliki motivasi belajar, memiliki keterampilan hidup bergotong royong, diskusi dengan kelompok, dan bekerja sama dengan teman satu kelompok.

Kelebihan model pembelajaran Learning Cycle adalah meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, dapat memberikan kondisi belajar yang menyenangkan, meningkatkan ketrampilan sosial dan aktivitas siswa, membantu siswa dalam memahami dan menguasai konsep-konsep geografi yang telah dipelajari melalui kegiatan atau belajar secara berkelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa. Sehingga, model pembelajaran Learning Cycle ini cocok diterapkan dalam pembelajaran geografi karena dapat mengatasi kesulitan belajar siswa secara individu untuk memahami konsep karena lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka di identifikasi masalah yang ditemukan adalah (1) hasil belajar siswa yang masih rendah, (2) siswa yang kurang aktif dalam belajar khususnya mata pelajaran geografi, (3) proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru, (4) guru belum menggunakan model pembelajaran dan strategi secara bervariasi, (5) belum pernah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle.


(14)

8

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlampau meluas dan dapat terjangkau oleh kemampuan peneliti, maka peneliti membatasi masalah yaitu Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Industri di Kelas XII IPS-2 SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe Pakpak Bharat.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dapat

meningkatkan aktivitas belajar geografi siswa pada materi Industri kelas XII IPS-2 di SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe?

2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dapat

meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada materi Industri di SMA Negeri 1 kelas XII IPS-2 Sitellu Tali Urang Jehe?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui model pembelajaran Learning Cycle dapat

meningkatkan aktivitas belajar geografi siswa pada materi Industri kelas XII IPS-2 di SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe.


(15)

2. Untuk mengetahui menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada materi Industri di SMA Negeri 1 kelas XII IPS-2 Sitellu Tali Urang Jehe.

F. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan penulis dalam pelaksanaan tugas belajar dan

mengajar di masa yang akan datang.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru bidang studi untuk menggunakan model Learning Cycle dalam proses belajar mengajar.

3. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi penulis selanjutnya yang akan mengkaji dan membahas masalah yang relevan dengan penelitian ini.


(16)

x

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1 Model Learning Cycle ... 22

2 Skema Kerangka Berfikir ... 34

3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 43

4 Gedung SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe, 2013 ... 55

5 Denah Sekolah Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe, 2013 ... 56

6 Peta Kabupaten Sitellu Tali Urang Jehe, 2013 ... 57

7 Peta Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, 2013 ... 58

8 Struktur Organisasi Sekolah SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe….. 54

9 Guru Memberi Apersepsi Kelas XII IPS-2, 2013 ... 67

10 Siswa Melakukan Kegiatan Diskusi Kelas XII IPS-2, 2013 ... 68

11 Kegiatan Persentasi Kelompok Kelas XII IPS-2, 2013 ... 69

12 Siswa Sedang Menyimpulkan Kelas XII IPS-2, 2013 ... 69

13 Siswa Sedang Mengerjakan Post Tes Siklus I Kelas XII IPS-2, 2013 .. 70

14 Grafik Aktivitas Siswa Siklus I Kelas XII IPS-2, 2013... 72

15 Hasil Belajar Siswa Siklus I Kelas XII IPS-2, 2013 ... 73

17 Guru Memberikan Apersepsi Kelas XII IPS-2, 2013 ... 77

18 Siswa Mengerjakan LKS dan Diskusi pada Siklus II Kelas XII IPS-2, 2013 ... 77

19 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Pada Siklus II Kelas XII IPS-2, 2013 ... 78

20 Guru Membimbing diskusi lanjutan Kelas XII IPS-2, 2013 ... 78

21 Grafik Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS-2, 2013... 79

22 Aktivitas Siswa Pada Siklus II Kelas XII IPS-2, 2013 ... 80

23 Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ke Siklus II Kelas XII IPS-2, 2013 .... 82

24 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Kelas XII IPS-2, 2013 ... 84


(17)

xi

2 Kunci Jawaban ... 98

3 Uji Validitas dan Relibilitas Tes ... 99

4 Tabel Nilai Validitas Soal ... 101

5 Perhitungan Realibitas Tes ... 103

6 Uji Validitas dan Realibilitas Tes ... 105

7 Nilai-Nilai r Product Moment ... 106

8 Penentuan (KKM)………... 107

9 Rincian Minggu Efektif... 109

10 Program Tahunan... 110

11 Program Semester ... 112

12 Silabus Pembelajaran ... 113

13 RPP (Siklus I) ... 115

14 LKS (Siklus 1) ... 122

15 Lembaran Post Tes (Siklus I) ... 127

16 RPP ( Siklus II)………. ... 130

17 LKS (Siklus II) ... 135

18 Lembaran Soal Post Tes (Siklus II) ... 140

19 Kunci Jawaban Siklus I ... 143

20 Kunci Jawaban Siklus II ... 134

21 Daftar Kelompok ... 145

22 Aktivitas Siswa (Siklus I) ... 146

23 Aktivitas Siswa (Siklus II) ... 148

24 Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 150

25 Hasil Tes Siklus Siklus I ... 151

26 Hasil Tes Siklus Siklus II ... 142

27 Ketuntasan Hasil Belajar Tes Siklus I..………..………. 153


(18)

xii

29 Tabel Penilaian LKS Siklus I………. 155

30 Tabel Penilaian LKS Siklus II………. 155


(19)

ix

2 Proses Pembelajaran Learning Cycle ... 22

3 Pokok-pokok rencana kegiatan dalam pelaksanaan PTK ... 48

4 Kriteria Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 49

5 Kisi-kisi soal ... . 51

6 Keadaan Guru SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe ... 61

7 Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe ... 62

8 Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe, 2013 ... 63

9 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I XII IPS-2, 2013…… 71

10 Frekuensi Nilai LKS dan Postes Siswa Pada Siklus I XII IPS, 2013 ... 73

11 Frekuensi Nilai LKS dan Postes Siswa Pada Siklus II XII IS-2, 2013 . 79


(20)

64

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe Pakpak Bharat, dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle pada materi Industri kelas XII IPS-2. Penerapan model tersebut dilaksanakan selama 2 minggu dengan alokasi waktu 3x45 menit.

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan dalam seminggu, dimana setiap pertemuan memiliki alokasi waktu sebanyak 3x45 menit dan pada setiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi berupa tes hasil belajar. Adapun ke 2 siklus ini akan dideskripsikan sebagai berikut :

1. Pratindakan

Pada tahapan ini peneliti melakukan observasi awal ke sekolah dengan mengamati kegiatan pembelajaran, melakukan wawancara kepada guru bidang studi (bapak Sehat Simbolon.S,Pd) untuk mengetahui kondisi dan gambaran siswa didalam kelas. Serta diskusi bersama guru mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran dan mempersiapkan model yang akan digunakan, selanjutnya melihat hasil belajar siswa sebelumnya dilihat dari standar KKM (70) yang diterapkan oleh pihak sekolah yang hasilnya bahwa hasil belajar siswa tergolong rendah yaitu hanya 56% yang mencapai KKM pada materi Industri.


(21)

Aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung di amati oleh observer dan kemudian dicatat. Agar kegiatan observasi dapat dilaksanakan secara baik, peneliti dibantu oleh dua orang observer dari rekan mahasiswa yaitu saudari Hotmian Malau dan Elisa Simamora. Satu minggu sebelum pelaksanaan peneliti memberikan penjelasan kepada siswa tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti membagi kelompok dan memberi tugas membaca materi industri selain dari buku pegangan siswa seperti artikel dan internet yang berhubungan dengan materi sebagai tugas rumah.

2. Pelaksanaan Siklus 1 a. Perencanaan

Setelah mengetahui masalah apa yang ditemukan pada tahap pratindakan dan telah menetapkan model yang diterapkan sesuai dengan materi industri pada proses pembelajaran maka peneliti bersama guru mempersiapakan beberapa hal yakni : (1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran Learning Cycle, (2) guru mata pelajaran membuat kelompok belajar siswa, dengan kemampuan akademik yang heterogen yang terdiri dari 26 siswa dibagi menjadi 5 kelompok, (3) mempersiapkan soal LKS dan post tes, (4) menetapkan aspek-aspek aktivitas belajar siswa yang akan diamati selama proses pembelajaran dengan menggunakan lebar observasi. Aspek-aspek aktivitas yang diamatiuntuk memudahkan dan juga memperkecil masalah yang ditemukan selama proses pembelajaran, (5) pemberian post test untuk mengetahui hasil


(22)

66

belajar siswa, soal post tes disusun berdasarkan kompetensi pada materi industri yang berjumlah 15 soal pada setiap siklus.

b. Tindakan

Tindakan ini merupakan penerapan dari rencana pelaksanaan pembelajaran tentang materi industri yang dilakukan dengan menggunakan model Learning Cycle yang dilaksanakan selama 3 jam pelajaran (3 x 45 menit). Siswa hadir seluruhnya dengan jumlah 26 orang.

Pada fase engagement (Undangan) guru memotivasiagar siswa mengetahui manfaat mereka mempelajari materi industridengan cara dengan mengemukakan permasalahan kontektual, yakni guru menjelaskan kondisi industri di Indonesia pada siswa yang dapat merangsang dan member pertanyaan kepada siswa agar pemikiran siswa dapat aktif misalnya faktor pendukung dalam industri dan siswa menyebutkan pengertian industri dan kegiatan industri yang ada di tempat tinggal masing-masing dan menganalisis kelompok manakah industri tersebut (25 Menit).


(23)

Gambar 9. Guru Memberi Apersepsi Kelas XII IS-2, 2013

Kedua, fase exploration Siswa bersama teman kelompok yang telah ditetapkan guru mendiskusikan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai petunjuk melaksanaan diskusi.Tahap ini berlangsung selama 25 menit.Dan guru sebagai pembimbing dalam kegiatan diskusi dan mengarahkan siswa dalam kegiatan presentasi.Dalamproses diskusi siswa melaksanakannya sesuaidengan langkah-langkah yang tersusun dalam LKS.


(24)

68

Gambar 10. Siswa Sedang Melakukan Kegiatan Diskusi Kelompok Kelas XII IS-2, 2013

Ketiga, fase explaination siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.Presentasi dilaksanakan oleh setiap kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lain (25 menit)guru memotivasi siswa untuk memberikan tanggapan tentang jawaban dari pertanyaan temannya, setelah itu guru memberikan jawaban yang benar dan penguatan untuk pertanyaan-pertanyan yang muncul (10 menit). Kegiatan ini berlangsung selama 30 menit untuk 5 kelompok.


(25)

Gambar 11. Kegiatan Persentasi Kelompok Kelas XII IS-2, 2013

Keempat fase elaboration guru secara langsung berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa menyimpulkan apa yang dipelajari dengan membuat bagan mengklasifikasi industri dan menentukan lokasi industri (20 Menit). Setelah selesai perwakilan kelompok membacakan bagan yang telah didiskusikan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum mereka pahami, Kegiatan pembelajaran pada siklus I diakhiri dengan bersama-sama menyimpulkan pelajaran yang baru mereka pelajari (5 menit). Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit.


(26)

70

Kelima, fase evaluation guru melakukan tes evaluasi yang terdiri atas pilihan ganda yang diberikan pada akhir pertemuan untuk mengetahui peningkatan hasil. Proses pembelajaran diakhiri dengan melakukan evaluasi (postest) untuk melihat tingkat keberhasilan penguasaan kompetensi yang dicapai siswa setelah materi disampaikan (kegiatan 15 menit) dan mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya yaitu tentang aglomerasi industri dan mengingatkan siswa untuk membawa materi atau artikel yang berhubungan dengan aglomerasi industriselain buku pegangan siswa. (kegiatan ini berlangsung selama 5 menit).

Gambar 13. Siswa Sedang Mengerjakan Post Tes Siklus I Kelas XII IS-2, 2013

c. Observasi

Pada tahap ini mengamati aktivitas siswa dilakukan Pengamat (observer) selama berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan lembar observasi. Observasi dilakukan oleh 3 orang observer yang terdiri peneliti dan


(27)

dibantu oleh 2 rekan mahasiswi yaitu saudari Elisa Rosa dan saudariHotmian Malau, mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai berakhirnya tindakan.

Obeserver menggunakan lembar observasi sesuai dengan kriteria setiap aspek aktivitas belajar siswa secara individual. Lembar hasil observasi dapat di lihat pada lampiran 22, sedangkan skor dan persentase per aspek aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Kelas XII IPS-2, 2013

N o.

Aspek yang dinilai Skala nilai Jumlah

Rata-rata

Persen (%)

Kategori

3 2 1

F Sc F Sc F Sc F ST

1 2 3 4 5 6 Diskusi Kelompok Mengerjakan LKS yang Diberikan Guru Mempresentasikan Hasil Diskusi Mengajukan Pertanyaan Menyampaikan Pendapat di kelompok Menjawab Pertanyaan dari Siswa Maupun Guru 7 6 13 7 4 2 21 18 39 21 12 6 11 15 10 12 9 5 22 30 20 24 18 10 8 5 3 7 13 19 8 5 3 7 13 19 26 26 26 26 26 26 51 53 62 52 43 35 1,96 2,03 2,38 2,00 1,65 1,34 65 67 79 66 55 44 Cukup Baik Baik Baik Cukup Cukup

Jumlah 39 117 62 124 55 55 156 296 11,36 376

Cukup

Total 1,89 62,6

Sumber : Data PrimerOlahan, 2013

Keterangan: F : Frekuensi Sc : Skor ST : Skor Total

Untuk dapat mempermudah dalam melihat aktivitas siswa dari siklus 1 secara visual dapat dilihat pada gambar 14.


(28)

72

Berdasarkan tabel 9 bahwa hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus I terdapat aktivitas yang menonjol terutama didalam hal mempresentasikan hasil diskusi (79%) rata-rata 2,38 (kategori baik) dan menjadi aktivitas tertinggi, mengerjakan LKS yang diberikan guru 67% dengan rata-rata 2,03 (kategori baik) dan aktivitas mengajukan pertanyaan 66% dengan rata-rata 2,00 (kategori baik). Hal ini menunjukkan siswa mampu bekerja sama dengan teman kelompok didalam proses pembelajaran. Beberapa aktivitas yang berada di kategori cukup yaitu diskusi kelompok 65% dengan rata-rata 1,96, menyampaikan pendapat 55% dengan rata-rata 1,65 dan menjawab pertanyaan dari siswa maupun guru 44%

dengan rata-rata 1,34. Hasil observasi aktivitas belajar siswa

seluruhnyamenunjukkan hasil 62,6% dengan skor rata-rata aktivitas siswa sebesar 1,89 maka aktivitas siswa secara rata-rata ada dalam kategori cukup. Hal ini

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Persentase Column2


(29)

tersebut sangat jauh dari harapan untuk dicapai, karena aktivitas belajar siswa berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa.

Hasil belajar yang dilakukan memperlihatkan bahwa hasil belajar secara individu dapat dilihat pada lampiran 27. Hasil belajar siswa secara individu diperoleh dari post tes dan LKS. Siswa yang mencapai KKM secara individualsebanyak 17 orang siswa (65,38%) secara klasikal dan belum memenuhi KKM mencapai 9 orang siswa (34,62%) dengan rata-rata hasil belajar siswa adalah 70,73 (Lampiran 27). Untuk lebih jelas lihat tabel 10.

Tabel 10. Frekuensi Nilai LKS dan Postes Siswa Pada Siklus IXII IPS-2, 2013

No Nilai Frekuensi Presentase (%) Keterangan

1 2 3 4 50-59 60-69 70-79 80-89 2 7 15 2 7,69 26,93 57,69 7,69 Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas

Jumlah 26 100,00

Rata-rata 70,73

Sumber : Data Primer Olahan, 2013

Untuk dapat mempermudah dalam melihat ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I secara visual dapat dilihat pada gambar 15.

Tuntas, 65.38 Tidak

Tuntas, 34.62


(30)

74

Hasil belajar dikatakan tuntas secara klasikal apabila telah mencapai 85% akan tetapi dari hasil yang diperoleh ketuntasan siswa secara klasikal adalah 65,38% dan ketuntasan siswa belum tercapai. Hasil pengamatan siklus I sebagai acuan untuk perencanaan pada siklus II agar hasil belajar pada materi industri dapat tercapai.

d. Refleksi

Hasil refleksi peneliti, observer dan guru geografi adalah masih ditemukannya permasalahan pada siklus I yaitu a). Pada tahap penerapan model Learning Cycle, Siswa masih belum optimal dalam berdiskusi, menyampaikan pendapat,dan menjawab pertanyaan. b). Masih banyak siswa yang belum berani menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari siswa yang lain atau pada saat presentasi berlangsung karena siswa kurang mengerti. c). Masih banyak siswa yang kurang berpartisipasi pada saat berdiskusi dengan teman kelompoknya, ini terlihat pada saat diskusi berlangsung ada siswa bercerita dengan temannya yang lain. d). Siswa yang aktif memberikan pertanyaan, menanggapi dan menjawab hanya beberapa orang yang kebanyakan adalah orang yang sama. e). Jumlah siswa yang aktivitasnya dalam kategori baik adalah 30,76%, kategori cukup 65,38% dan kategori kurang berjumlah 3,86% dan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 1,89 dengan kategori cukup dan tingkat presentase seluruhnya sebesar 62,6%. f). Ketuntasan siswa adalah 65,38% secara klasikal pada siklus I dan belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu 85%.


(31)

2. Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II dilakukan dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan model pembelajaran Learning Cycledan materi yang ditetapkanyaitu menganalisis lokasi industri dan pertanian dengan pemanfaatan peta. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran mencapai 62,6% dengan rata-rata 1,89 (kategori cukup). Persentase dan hasil belajar siswa yang didapat mencapai KKM pada siklus I adalah 17 orang atau (65,38%)Karena kelas tersebut belum memenuhi standart ketuntasan secara klasikal yaitu 85% ini berarti harus dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan pada siklus I peneliti dan guru melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengambil langkah-langkah seperti: a). Memotivasi siswa agar mereka lebih aktif dengan penambahan poin bagi siswa yang bersedia bertanya, memberikan pendapat, menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari teman dan menyuruh siswa agar membaca materi sebelum proses pembelajaran berlangsung.b). Guru membantu siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok pada saat ada siswa yang kurang memahami materi dengan memberi penjelasan. c) Guru memberi teguran kepada siswa yang tidak membantu teman kelompoknya dan tidak bercerita dengan teman yang lain pada mengerjakan LKS. d). Memberi kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau menaggapi. e). Guru menyuruh siswa untuk untuk terlebih dahulu membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan


(32)

76

selanjutnya dirumah dan membawa buku, materi atau artikel selain buku pegangan yang berhubungan dengan materi industri.

b. Tindakan

Tahap tindakan pada materi menganalisis lokasi industri dan pertanian dengan pemanfaatan peta dilaksanakan selama 3 jam pelajaran (3x45 menit). Pada siklus IIini siswa diharapkan dapat lebih memahami materi dengan lebih baik.Sebelum memulai pembelajaran guru terlebih dahulu memeriksa buku, materi atau artikel yang berhubungan dengan materi industri yang dibawa siswa. Pada fase engagement guru memberi penguatan secara lisan berupa dorongan kepada siswa agar meningkatkan kerja sama dengan teman kelompoknya, jangan ragu-ragu bertanya apabila ada yang kurang dipahami, mampu menanggapi pendapat temannya, saling membantu dalam berdiskusi guna meningkatkan aktivitas belajar siswa.Memberi pertanyaan materi aglomerasi industri yaitu apa yang melatarbelakangi pengelompokan industri disuatu zona dan apa yang menjadi penyebab aglomerasi industri.


(33)

Pada fase exploration siswa bergabung kekelompok masing-masing (lampiran 20). Siswa mendiskusikan lembar LKS, membimbing siswa untuk mendiskusikan LKS, menjelaskan materi yang tidak dipahami siswa dan mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil dikusi kelompok.

Gambar 18. Siswa Mengerjakan LKS dan Diskusi pada Siklus II XII IS, 2013


(34)

78

Fase explaination kelompok mempresentasikan hasil diskusi LKS yang disertai dengan kegiatan tanya jawab dan menanggapi antar siswa dengan. Guru sebagai fasilitator dan membimbing kegiatan menengahi jika pertanyaan tidak dapat di jawab oleh siswa.

Gambar 19. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Siklus II 12 IS-2, 2013

Fase elaboration setelah selesai guru kembali membimbing kegiatan diskusi manfaat peta dalam kegiatan industri dan mengaplikasikan konsep dengan hasil diskusi dan membacakan hasil diskusi.


(35)

Setelah itu memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang apa yang belum mereka pahami dan membimbing siswa untuk membuat kesimpulan di akhir pelajaran.

Hasil LKS dan postes yang dilakukan memperlihatkan kemampuan siswa yang mencapai KKM secara individual mencapai 21 orang siswa (80,76%)secara klasikal dan yang belum memenuhi KKM mencapai 5 orang siswa (19,24%) dan rata-rata 78,94.Hasil belajar secara individual dan rata-rata dapat dilihat pada lampiran 27 dan tabel 11.

Tabel 11. Frekuensi Nilai LKS dan Postes Siswa Pada Siklus IIXII IS-2, 2013

No Nilai Frekuensi Presentase (%) Keterangan

1 2 3 4 60-69 70-79 80-89 90-100 5 10 10 1 19,23 38,46 38,46 3,85 Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

Jumlah 26 100

78,94 Rata-rata

Sumber :Data Primer Olahan, 2013

Untuk mempermudah dalam melihat hasil belajar dari siklus II secara visualisasi dapat dilihat pada gambar 21.

Tuntas, 80.76 Tidak

Tuntas, 19.24


(36)

80

c. Observasi

Observasi kegiatan belajar mengajar pada siklus II sama dengan yang dilakukan pada siklus I dilakukan oleh 3 orang observer untuk mengamati aktivitas siswa yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa yang terlihat pada masa pembelajaran. Hasil observasi aktivitas siswa secara individual dapat dilihat pada tabel 12 dan lampiran 23.

Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Kelas XII IPS-2, 2013

N o.

Aspek yang dinilai Skala nilai Jumlah

Rata-rata

Persen (%)

Kategori

3 2 1

F Sc F Sc F Sc F ST

1 2 3 4 5 6 Diskusi Kelompok Mengerjakan LKS yang Diberikan Guru Mempresentasikan Hasil Diskusi Mengajukan

Pertanyaan Kepada

Kelompok atau Guru Menyampaikan Pendapat Menjawab Pertanyaan dari Siswa Maupun Guru

21 20 20 15 6 13 63 60 60 45 18 39 5 5 6 10 19 12 10 10 12 20 38 24 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 26 26 26 26 26 26 67 68 65 65 57 54 2,57 2,61 2,50 2,50 2,19 2,07 93 87 83 83 73 69 Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Jumlah 99 297 54 108 4 4 156 382 14,4 488

Baik

Rata-rata 2,40 81,3

Sumber : Data Primer Olahan, 2013 Keterangan : F : Frekuensi

Sc : Skor ST : Skor Total

Dalam siklus II ini kegiatan belajar-mengajar berjalan lebih baik. Pada siklus I aktivitas siswa sebanyak 62.6% dengan rata-rata 1,89(kategori cukup)disiklus II meningkatmenjadi 81,3% dengan tingkat rata-rata 2,40 (kategori baik).


(37)

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang menonjol adalah aspek diskusi kelompok 93% dengan rata-rata 2,57 (kategori baik). Disamping itu aspek mengerjakan LKS yang diberikan guru 87% dengan rata-rata 2,61 (kategori baik). Aspek mempresentasikan hasil diskusi83%dengan rata-rata 2,50 (kategori baik) dan kemudian siswa yang aktif aspek mengajukan pertanyaan kepada kelompok maupun guru 83% rata-rata 2,50 (kategori baik), menyampaikan pendapat sebanyak 73% rata-rata 2,19 (kategori baik), menjawab pertanyaan dari siswa maupun guru 69% rata-rata 2,07 (kategori baik) dilihat dari siklus II ada peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Pada proses belajar mengajar siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar pada siklus ke II.

Untuk mempermudah dalam melihat aktivitas belajar siswa dari siklus II secara visual dapat dilihat pada gambar 22.

93

87 83 83

73 69


(38)

82

d. Refleksi

Hasil refleksi peneliti, guru geografi dan observer setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar pada siklus II, dapat diketahui bahwa keaktifan siswa meningkat bila dibandingkan dengan siklus I. Jika pada sikus I keaktifan siswa secara keseluruhan 62,6% kemudian meningkat menjadi 81,3% dengan rata-rata 2,40 masuk kategori baik. Untuk lebih jelasnya, peningkatan aktivitas belajar dapat dilihat pada gambar 23.

Dari data ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh dari siklus I maupun siklus II terdapat peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal dari siklus I sebesar 65,38% dan tidak tuntas sebesar 34,62% meningkat menjadi

Gambar 23. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ke Siklus IIKelas XII IPS-2, 2013 56

67

79

66

55

44 93

87 83 83

73 69


(39)

80,76% dan tidak tuntas sebesar 19,24% maka, hasil belajar siswa sudah mencapai ketentuan ketuntasan hasil belajar secara klasikal yaitu 85% untuk itu tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.

Untuk membantu memahami hasil observasi tersebut dapat melihat gambar 24 peningkatan presentase ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

\

Berdasarkan gambar 24 terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Learning Cycle pada materi industri dikelas 12 IPS-2, ternyata ada peningkatan aktivitas belajar yang berdampak pada hasil belajar siswa, sejalan dengan ini maka hipotesis yang diajukan diterima yakni (1). Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan

Gambar 24. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Kelas XII IPS-2, 2013

65.38

80.76

34.62

19.24

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Siklus I Siklus II


(40)

84

aktivitas belajar geografi siswa pada materi Industri kelas XII IPS-2 di SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe. (2). Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada materi Industri di SMA Negeri 1 kelas XII IPS-2 Sitellu Tali Urang Jehe.

B. Pembahasan

1. Aktivitas Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan jumlah responden 26 siswa, pembahasan ini mencakup aspek aktivitas dan hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa perolehan nilai aktivitas meningkat dari siklus I ke siklus II dan menunjukkan peningkatan aktivitas belajar yang signifikan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai materi industri dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle, terlihat bahwa pada siklus I hasil aktivitas belajar siswa secara keseluruhan masih mencapai 62,6% dengan kategori cukup (rata-rata 1,89). Kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi ternyata membawa peningkatan menjadi 81,3% dengan kategori baik (rata-rata 2,40). Sedangkan masing-masing aspek aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan.

Pada siklus I aktivitas belajar siswa yang rendah ada 3 aspek yaitu diskusi kelompok dengan kategori cukup (1,96) dengan pencapaian 65%, menyampaikan pendapat kategori cukup (1,65) dengan pencapaian 55%, dan menjawab pertanyaan dari siswa maupun guru kategori cukup (1,34) dengan pencapaian 44% ini disebabkan beberapa hal, seperti: a). Pada tahap penerapan model Learning


(41)

Cycle, Siswa masih belum optimal dalam berdiskusi, menyampaikan pendapat, dan menjawab pertanyaan. b). Masih banyak siswa yang belum berani menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari siswa yang lain atau pada saat presentasi berlangsung karena siswa tidak membaca materi industri. c). Masih banyak siswa yang kurang berpartisipasi pada saat berdiskusi dengan teman kelompoknya, ini terlihat pada saat diskusi berlangsung ada siswa bercerita dengan temannya yang lain. d). Siswa yang memberikan pertanyaan, menanggapi dan menjawab hanya beberapa orang yang kebanyakan adalah orang yang sama. Dan hal ini disebabkan kesiapan belajar siswa yang belum baik pada saat proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Anni (2004) bahwa faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam pembelajaran di antaranya adalah faktor kesiapan belajar dan faktor fisiologis yaitu kondisi tubuh siswa.

Pada siklus II aktivitas belajar meningkat dengan diskusi kelompok 93% rata-rata 2,57 (kategori baik), mempresentasikan hasil diskusi 83% rata-rata 2,50 (kategori baik), mengerjakan LKS yang diberikan guru 87 rata-rata 2,61 (kategori baik), mengajukan pertanyaan dari guru atau kelompok 83% rata-rata 2,50 (kategori baik), menyampaikan pendapat 73% rata-rata 2,19 (kategori baik), menjawab pertanyaan dari siswa atau guru 69% rata-rata 2,07 (kategori baik).

Montessori dalam Mulyadi (2009) menyatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar atau melakukan aktivitas sendiri kepada siswa. Hal ini sependapat dengan Kunandar (2008) yang mengatakan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,


(42)

86

pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran dengan tekun dan bersemangat.

Aktivitas siswa yang lebih baik pada siklus II dikarenakan adanya perbaikan berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus I sehingga praktek penggunaan model pembelajaran berjalan dengan baik. Hal ini tentu tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran siklus belajar selama proses pembelajaran. Dimana model pembelajaran siklus belajar menuntut siswa untuk aktif dan mandiri dalam membangun sendiri konsep-konsepnya, sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran yang banyak mengikut sertakan siswa dalam kegiatan belajar akan bersifat menantang bagi siswa dan pada akhirnya siswa diharapkan memiliki sikap ingin tahu yang tinggi, dimana hal ini merupakan penggerak bagi keberhasilan siswa. (Sardiman, 2006)

Pada penerapan Learning Cycle terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa. Penerapan model Learning Cycle dalam setiap siklus dapat membantu siswa semakin aktif, mandiri dan bisa bekerja sama dengan kelompoknya dalam kegiatan pembelajaran. Tahap presentase siswa semakin berani dan semakin meningkatkan interaksi dengan kelompok lain dengan menjawab pertanyaan dan kritik dari kelompok lainnya.

2. Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe

Berdasarkan perhitungan tes hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan hasil belajar siswa mulai dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa 65,38% maka belum tuntas secara klasikal dan pada siklus II meningkat menjadi


(43)

80,76%.Ini berarti bahwa kelas 12 IPS-2 SMA telah mencapai KKM pada materi Industri dan telah mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu 85% telah mencapai KKM 70.

Adanya peningkatan hasil belajar siswa dapat terjadi karena proses belajar yang lebih baik pada siklus II dan meningkatnya aktivitas siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Tamba (2009) menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa terkait dengan kemampuan dalam mengembangkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dan berlangsung dan bila didukung oleh suasana belajar dikelas.

Peningkatan hasil belajar siswa ini tentunya tidak terlepas dari peran serta guru yang memberikan motivasi dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu hasil belajar yang baik juga ditentukan oleh proses belajar yang baik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2005), peran guru adalah:

“Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan

evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa

agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Sehingga semua siswa dapat menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan model pembeajaran Learning Cycle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi industri di kelas XII IPS-2 Sitellu Tali Urang Jehe Pakpak Bharat.


(44)

90

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

. . 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

_________. 2008. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Dogru and Tukaya. 2008. Promotion Student's Learning in Generatic With the Learning Cycle. International Jurnal of Experimental Education 2008, 259-280.

Fajorah, Dkk. 2004. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Makanan pada Siswa Kelas II SMU. Jurnal Pendidikan dan pembelajaran. Jilid 11(2); hlm112 122.

Hamdani,M.A.2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hanafiah. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Pada Materi Pokok Tabung dan Kerucut. Jurusan Matematika. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan : Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Hirawan, I Kadek A. 2005. Model Siklus Belajar (learning Cycle). Diambil pada

tanggal 24 Juni 2013, dari http://www.scribd.com/doc/16315603/Model- Siklus-Belajar.

http://chunoi.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-lc-learning-cycle.html (diakses tgl 27/5/2013 pkl 12;40)

Kunadar. 2008. Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Raja Grafindo Persadas. Muhibbin. 2010.Proses Belajar Mengajar.Jakarta : PT Bumi Aksara.

Mulyadi, E. 2009.Optimalisasi VCD Pembelajaran Fisika Melalui Model Kooperatif Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja dan Prestasi Siswa Kelas XI di SMK. http://suhadinet.wordpress.com (28 Februari 2014).


(45)

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran: Aswaja Pressindo. Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sabri dan Tengku. 2006. Isu-isu dalam pendidikan matematik. Jakarta: Utusan Publications.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, Wina.2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Pernada Media Group.

Sardiman. 2006. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Siskandar. 2009. Keefektifan Pendekatan Cooperative Learning dalam

Meningkatkan. Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Jilid 16 (Nomor 3): hlm. 178-185.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara: Jakarta.


(1)

aktivitas belajar geografi siswa pada materi Industri kelas XII IPS-2 di SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe. (2). Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada materi Industri di SMA Negeri 1 kelas XII IPS-2 Sitellu Tali Urang Jehe.

B. Pembahasan

1. Aktivitas Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan jumlah responden 26 siswa, pembahasan ini mencakup aspek aktivitas dan hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa perolehan nilai aktivitas meningkat dari siklus I ke siklus II dan menunjukkan peningkatan aktivitas belajar yang signifikan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai materi industri dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle, terlihat bahwa pada siklus I hasil aktivitas belajar siswa secara keseluruhan masih mencapai 62,6% dengan kategori cukup (rata-rata 1,89). Kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi ternyata membawa peningkatan menjadi 81,3% dengan kategori baik (rata-rata 2,40). Sedangkan masing-masing aspek aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan.

Pada siklus I aktivitas belajar siswa yang rendah ada 3 aspek yaitu diskusi kelompok dengan kategori cukup (1,96) dengan pencapaian 65%, menyampaikan pendapat kategori cukup (1,65) dengan pencapaian 55%, dan menjawab pertanyaan dari siswa maupun guru kategori cukup (1,34) dengan pencapaian 44% ini disebabkan beberapa hal, seperti: a). Pada tahap penerapan model Learning


(2)

Cycle, Siswa masih belum optimal dalam berdiskusi, menyampaikan pendapat, dan menjawab pertanyaan. b). Masih banyak siswa yang belum berani menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari siswa yang lain atau pada saat presentasi berlangsung karena siswa tidak membaca materi industri. c). Masih banyak siswa yang kurang berpartisipasi pada saat berdiskusi dengan teman kelompoknya, ini terlihat pada saat diskusi berlangsung ada siswa bercerita dengan temannya yang lain. d). Siswa yang memberikan pertanyaan, menanggapi dan menjawab hanya beberapa orang yang kebanyakan adalah orang yang sama. Dan hal ini disebabkan kesiapan belajar siswa yang belum baik pada saat proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Anni (2004) bahwa faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam pembelajaran di antaranya adalah faktor kesiapan belajar dan faktor fisiologis yaitu kondisi tubuh siswa.

Pada siklus II aktivitas belajar meningkat dengan diskusi kelompok 93% rata-rata 2,57 (kategori baik), mempresentasikan hasil diskusi 83% rata-rata 2,50 (kategori baik), mengerjakan LKS yang diberikan guru 87 rata-rata 2,61 (kategori baik), mengajukan pertanyaan dari guru atau kelompok 83% rata-rata 2,50 (kategori baik), menyampaikan pendapat 73% rata-rata 2,19 (kategori baik), menjawab pertanyaan dari siswa atau guru 69% rata-rata 2,07 (kategori baik).

Montessori dalam Mulyadi (2009) menyatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar atau melakukan aktivitas sendiri kepada siswa. Hal ini sependapat dengan Kunandar (2008) yang mengatakan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,


(3)

pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran dengan tekun dan bersemangat.

Aktivitas siswa yang lebih baik pada siklus II dikarenakan adanya perbaikan berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus I sehingga praktek penggunaan model pembelajaran berjalan dengan baik. Hal ini tentu tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran siklus belajar selama proses pembelajaran. Dimana model pembelajaran siklus belajar menuntut siswa untuk aktif dan mandiri dalam membangun sendiri konsep-konsepnya, sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran yang banyak mengikut sertakan siswa dalam kegiatan belajar akan bersifat menantang bagi siswa dan pada akhirnya siswa diharapkan memiliki sikap ingin tahu yang tinggi, dimana hal ini merupakan penggerak bagi keberhasilan siswa. (Sardiman, 2006)

Pada penerapan Learning Cycle terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa. Penerapan model Learning Cycle dalam setiap siklus dapat membantu siswa semakin aktif, mandiri dan bisa bekerja sama dengan kelompoknya dalam kegiatan pembelajaran. Tahap presentase siswa semakin berani dan semakin meningkatkan interaksi dengan kelompok lain dengan menjawab pertanyaan dan kritik dari kelompok lainnya.

2. Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Sitellu Tali Urang Jehe

Berdasarkan perhitungan tes hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan hasil belajar siswa mulai dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa 65,38% maka belum tuntas secara klasikal dan pada siklus II meningkat menjadi


(4)

80,76%.Ini berarti bahwa kelas 12 IPS-2 SMA telah mencapai KKM pada materi Industri dan telah mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu 85% telah mencapai KKM 70.

Adanya peningkatan hasil belajar siswa dapat terjadi karena proses belajar yang lebih baik pada siklus II dan meningkatnya aktivitas siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Tamba (2009) menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa terkait dengan kemampuan dalam mengembangkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dan berlangsung dan bila didukung oleh suasana belajar dikelas.

Peningkatan hasil belajar siswa ini tentunya tidak terlepas dari peran serta guru yang memberikan motivasi dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu hasil belajar yang baik juga ditentukan oleh proses belajar yang baik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2005), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan

evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa

agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Sehingga semua siswa dapat menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan model pembeajaran Learning Cycle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi industri di kelas XII IPS-2 Sitellu Tali Urang Jehe Pakpak Bharat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

. . 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

_________. 2008. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Dogru and Tukaya. 2008. Promotion Student's Learning in Generatic With the Learning Cycle. International Jurnal of Experimental Education 2008, 259-280.

Fajorah, Dkk. 2004. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Makanan pada Siswa Kelas II SMU. Jurnal Pendidikan dan pembelajaran. Jilid 11(2); hlm112 122.

Hamdani,M.A.2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hanafiah. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Pada Materi Pokok Tabung dan Kerucut. Jurusan Matematika. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan : Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Hirawan, I Kadek A. 2005. Model Siklus Belajar (learning Cycle). Diambil pada

tanggal 24 Juni 2013, dari http://www.scribd.com/doc/16315603/Model- Siklus-Belajar.

http://chunoi.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-lc-learning-cycle.html (diakses tgl 27/5/2013 pkl 12;40)

Kunadar. 2008. Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Raja Grafindo Persadas. Muhibbin. 2010.Proses Belajar Mengajar.Jakarta : PT Bumi Aksara.

Mulyadi, E. 2009.Optimalisasi VCD Pembelajaran Fisika Melalui Model Kooperatif Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja dan Prestasi Siswa Kelas XI di SMK. http://suhadinet.wordpress.com (28 Februari 2014).


(6)

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran: Aswaja Pressindo. Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sabri dan Tengku. 2006. Isu-isu dalam pendidikan matematik. Jakarta: Utusan Publications.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, Wina.2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Pernada Media Group.

Sardiman. 2006. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Siskandar. 2009. Keefektifan Pendekatan Cooperative Learning dalam Meningkatkan. Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Jilid 16 (Nomor 3): hlm. 178-185.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara: Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IS-1 SMA NEGERI 8 BANDA ACEH

1 17 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 UNGGUL DARUL IMARAH PADA MATERI LAJU REAKSI

0 2 1

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI TERMOKIMIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDA ACEH

1 7 1

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI TEMPEH

0 5 18

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVA SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 75

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALIREJO

0 5 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

0 9 68

PENERAPAN PEMBELAJARAN VIRTUAL CLASS PADA MATERI TEKS EKSPLANASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA 1 KUDUS TAHUN 2017

0 0 14