PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 (Skripsi)

Oleh

AYU SILVIA FEBRIANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

AYU SILVIA FEBRIANI

Penelitian ini dilatarbelakangi hasil observasi yang menunjukkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur. Ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 53,57% dengan kategori sedang. Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus dan pada setiap siklusnya dari 3 pertemuan Prosedur penelitian yang terdiri tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes formatif. Data dianalisis dengan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 73,49 kategori aktif kemudian meningkat sebesar 8,33 menjadi 81,82 kategori sangat aktif pada siklus II. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus I yaitu 66,43 (64,29%) kategori baik meningkat sebesar 12,67 menjadi 79,10 (85,71%) kategori baik pada siklus II. Sementara itu rata-rata hasil belajar siswa pada aspek sikap percaya diri pada siklus I adalah 71,25(67,86%) kategori percaya diri dan siklus II menjadi 82,50 (78,57%) kategori sangat percaya diri. Selain itu, nilai rata-rata keterampilan siswa pada siklus I adalah 72,54 (67,86%) kategori terampil dan siklus II adalah 82,74 (82,14%) kategori sangat terampil.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 20 Februari 1992, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Sigit Wibowo dan Ibu Rohani Yasin.

Pendidikan penulis dimulai dari TK Pertiwi Teladan Kota Metro pada tahun 1997 dan selesai pada tahun 1998, lalu penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar di SD Pertiwi Teladan Kota Metro dan selesai pada tahun 2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kota Metro dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kota Metro pada jurusan IPA dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(8)

MOTO

“Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada umat

-Nya

melebihi batas kemampuan manusia itu sendiri”

(QS. Al-Baqarah: 286)

Hidup hanya sekali, sehingga lakukan yang terbaik untuk

kehidupanmu.

Karena waktu tidak bisa diputar kembali

(Ayu Silvia Febriani)


(9)

Hidup hanya sekali, sehingga lakukan yang terbaik untuk

kehidupanmu.

Karena waktu tidak bisa diputar kembali

(Ayu Silvia Febriani)


(10)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya serta ucapan terimakasih serta rasa banggaku kepada:

Bapak Sigit Wibowo dan Ibu Rohani Yasin

Yang telah jatuh bangun mendidikku dengan penuh kesabaran dan perjuangan, dan mengajarkanku arti kehidupan, serta memberikanku doa dan banyak motivasi

baik dalam hidup maupun dalam menyelesaikan studiku. Angga Yullizar Wibowo & Apriyani Anggraini

Yang selalu memberikan motivasi dan semangat yang luar biasa. Octa Saputra

Lebih dari sekedar sahabat, best partner in my life dalam senang dan sulitku. Semua kebaikanmu tak bisa aku balas dengan sekedar kata.

Meylisa Efriliyanti

Yang selalu memberikan motivasi untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih saudaraku.


(11)

i SANWACANA

Puji Syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014 sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan banyak melakukan kesalahan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, saran, dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

2. Bapak Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Bapak Dr. H. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, serta Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis dan ide-ide kreatif untuk memajukan kampus tercinta PGSD dan telah banyak memberikan ilmu selama penulis kuliah, membimbing dan membantu penulis meluruskan kesalahan yang ada dalam skripsi ini, terimakasih bapak.


(12)

ii memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan ilmu selama penulis kuliah, membimbing dan membantu penulis meluruskan kesalahan yang ada dalam skripsi ini.

6. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan kritik dan sarannya untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan Staf PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman kepada penulis selama kuliah. 8. Ibu Hj. Kuswinarti, S.Pd.I., selaku Kepala SD Negeri 4 Metro Timur yang

memberikan saran dan membantu penulis dalam penelitian.

9. Ibu Yulia, S. Pd., selaku Guru kelas IV A SD Negeri 4 Metro Timur, dan juga siswa dan siswi yang saya sayangi kelas IV A SD Negeri 4 Metro Timur yang banyak membantu dan memberikan kontribusinya dalam melaksanakan penelitian.

10. Fitri Andriana, Ni Nengah Lady P., Devi Larasati S., Melda Sari, Rita Sari, Faridhatul K., Diah Nuraini, dan Retno Andel N. yang telah bersama-sama saling mengingatkan, dan berjuang untuk menyelesaikan studi, serta banyak memberi masukan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 baik Kelas A maupun B,

terimakasih atas bantuan dan kerjasama dari kalian semua.

Melalui skripsi ini penulis berharap agar karya ini dapat berguna, membuahkan suatu ide kreatif lagi, serta dapat menginspirasi peneliti-peneliti selanjutnya untuk memperbaiki masalah-masalah yang terdapat pada pembelajaran di kelas. Terima kasih.

Metro, Oktober 2014 Penulis


(13)

iiv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1Model Cooperative Learning ... 8

2.1.1 Pengertian Model Cooperative Learning ... 8

2.1.2 Tujuan Model Cooperative Learning ... 9

2.1.3 Karakteristik Model Cooperative Learning ... 10

2.1.4 Langkah-Langkah Model Cooperative Learning ... 11

2.1.5 Jenis-Jenis Model Cooperative Learning ... 12

2.2 Tipe Talking Stick ... 13

2.2.1 Pengertian Talking Stick ... 13

2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Talking Stick ... 14

2.2.3 Langkah-Langkah Talking Stick ... 15

2.3 Aktivitas dan Hasil Belajar ... 17

2.3.1 Teori Belajar ... 17

2.3.2 Pengertian Belajar ... 18

2.3.3 Pengertian Aktivitas Belajar ... 19

2.3.4 Pengertian Hasil Belajar ... 21

2.4 Pembelajaran Tematik ... 24

2.4.1 Pengertian Kurikulum 2013 ... 24

2.4.2 Pengertian Pembelajaran Tematik ... 26

2.4.3 Ciri Khas Pembelajaran Tematik ... 27

2.4.4 Tujuan Pembelajaran Tematik ... 27

2.4.5 Pembelajaran Tematik di SD ... 28

2.4.6 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) ... 31


(14)

iv III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 35

3.1.1 Setting Penelitian ... 36

3.1.2 Subjek Penelitian ... 37

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.3 Alat Pengumpulan Data ... 38

3.4 Teknik Analisis Data ... 48

3.4.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 48

3.4.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 52

3.5 Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 53

3.5.1 Siklus I ... 53

3.5.2 Siklus II ... 56

3.6 Indikator Keberhasilan ... 60

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil SD Negeri 4 Metro Timur ... 61

4.2 Prosedur Penelitian ... 61

4.2.1 Deskripsi Awal ... 61

4.2.2 Refleksi Awal ... 62

4.3 Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 63

4.3.1 Siklus I ... 63

4.3.2 Siklus II ... 84

4.4 Pembahasan ... 104

4.4.1 Kinerja Guru ... 104

4.4.2 Aktivitas Belajar Siswa ... 106

4.4.3 Hasil Belajar Kognitif ... 109

4.4.4 Hasil Belajar Afektif ... 110

4.4.5 Hasil Belajar Psikomotor ... 112

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar Observasi IPKG ... 38

2. Rubrik Penilaian Kegiatan Mengajar Guru ... 41

3. Rubrik Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 42

4. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I dan II ... 43

5. Rubrik Penilaian Afektif Siswa ... 47

6. Rubrik Penilaian Psikomotor Siswa ... 48

7. Kategori Nilai Aktivitas Siswa ... 49

8. Kategori Nilai Afektif “Sikap Percaya Diri” ... 50

9. Kategori Nilai Psikomotor ... 51

10. Kategori Kinerja Guru Mengajar ... 51

11. Kriteria ketuntasan belajar berdasarkan KKM... 52

12. Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa Dalam % ... 53

13. Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 64

14. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I ... 75

15. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 77

16. Persentase Ketuntasan Klasikal Aktivitas Siswa Siklus I ... 78

17. Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I ... 79

18. Rekapitulasi Sikap Percaya Diri Siswa Siklus I ... 80

19. Persentase Ketuntasan Klasikal Sikap Percaya Diri Siswa Siklus I ... 81

20. Rekapitulasi Psikomotor Siswa Siklus I ... 82

21. Persentase Ketuntasan Klasikal Psikomotor Siswa Siklus I ... 83

22. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus II ... 96

23. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 98

24. Persentase Ketuntasan Klasikal Aktivitas Siswa Siklus II ... 99

25. Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II ... 100

26. Rekapitulasi Sikap Percaya Diri Siswa Siklus II ... 101

27. Persentase Ketuntasan Klasikal Sikap Percaya Diri Siswa Siklus II ... 102

28. Rekapitulasi Sikap Percaya Diri Siswa Siklus II ... 103

29. Persentase Ketuntasan Klasikal Psikomotor Siswa Siklus II ... 104

30. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I dan II ... 106

31. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II ... 107

32. Rekapitulasi Hasil Belajar Klasikal Kognitif Siklus I dan II ... 110

33. Rekapitulasi Hasil Belajar Klasikal Sikap Siklus I dan II ... 112


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Penelitian ... 34

2. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ... 36

3. Grafik Peningkatan Kinerja Guru ... 106

4. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa ... 108

5. Grafik Peningkatan Ketuntasan Kognitif Secara Klasikal ... 111

6. Grafik Peningkatan Ketuntasan Sikap Siswa Secara Klasikal ... 113


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-Surat ... 124

2. Perangkat Pembelajaran ... 130

3. Kinerja Guru ... 160

4. Aktivitas Siswa ... 166

5. Hasil Belajar Kognitif ... 168

6. Hasil Belajar Afektif ... 171

7. Hasil Belajar Psikomotor ... 173


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal penting dan kunci keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi tolak ukur suatu bangsa untuk dapat bersaing dalam dunia internasional. Pendidikan merupakan kebutuhan yang wajib diterima bagi setiap individu tanpa perlu memandang dari segi ekonomi, budaya, atau sosial individu tersebut berasal. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter, dan berdaya saing. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembalian diri, kepribadian kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1). Berdasarkan permendiknas No. 41 tahun 2007 menyatakan bahwa

standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, disebutkan bahwa visi pendidikan nasional adalah terwujudnya pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Pendidikan menjadi salah satu wadah bagi umat manusia untuk belajar, mengembangkan potensi dan pendidikan juga sebagai sarana untuk


(19)

memberikan suatu pengarahan serta bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dalam pertumbuhannya untuk membentuk kepribadian yang berilmu, bertaqwa kepada Tuhan, kreatif, mandiri, dan membentuk peserta didik dalam menuju kedewasaan. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintahan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan, latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam lingkungan hidup di masa yang akan datang (Mudyahardjo, 2006: 11)

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan hingga saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa seperti pembangunan gedung, pengadaan sarana dan prasarana sekolah hingga perubahan kurikulum. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai salah satu tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha pemerintah untuk mewujudkan usaha tersebut adalah diberlakukannya perubahan kurikulum menjadi kurikulum 2013 yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Oleh karenanya kurikulum 2013 mengharuskan dalam setiap pembelajarannya menggunakan pembelajaran tematik.


(20)

Tercapainya pembelajaran tematik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran harus didukung oleh proses pembelajaran terstruktur yang dapat menjadi pedoman saat proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran dan kegairahan belajar siswa. Salah satu upaya yang tepat adalah dengan memilih tipe pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan wali kelas IVA SD Negeri 4 Metro Timur yang dilakukan pada hari Jum’at, 10 Januari 2014, terlihat guru lebih banyak menggunakan metode ceramah saat proses belajar mengajar, guru hanya menyuruh siswa membuka buku paket tematik kelas IV, kemudian siswa disuruh mendengarkan penjelasan guru sehingga guru lebih aktif dan siswa cenderung pasif, guru belum memanfaatkan media sebagai sebagai alat bantu pembelajaran, siswa belum terlihat siap dalam pembelajaran dan memahami materi, sehingga siswa belum siap dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Ketika berdiskusi siswa belum menempatkan perannya masing-masing sehingga terlihat siswa kurang aktif. Siswa belum terpancing untuk bertanya. Siswa kurang aktif dalam berdiskusi dan terkadang tidak percaya diri dalam mengemukakan pendapat. Selanjutnya, guru belum optimal menerapkan metode pengajaran yang membuat siswa aktif yang menunjang pendekatan ilmiah (scientific appoach). Aktivitas pembelajaran siswa belum menyentuh tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa masih dominan menerima pengetahuan saja namun jarang melatih keterampilan.


(21)

Aktivitas dari kelas IVA yang dijabarkan di atas berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil belajar kognitif siswa kelas IVA masih tergolong rendah, yakni dari jumlah keseluruhan 28 siswa, hanya 15 orang siswa atau 53,67% yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang di tetapkan yaitu ≥66. Selain itu, hasil belajar afektif pada aspek sikap percaya diri, secara klasikal siswa masih kurang percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga keterampilan berbicara siswa masih perlu bimbingan guru.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka sebaiknya metode yang lebih banyak digunakan pada pembelajaran adalah metode yang mampu membuat siswa berperan aktif dan mampu mengajak siswa aktif dalam berdiskusi dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat yang sesuai dengan pendekatan ilmiah yang dianjurkan dalam kurikulum 2013. Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan mampu mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran Talking Stick. Karena menurut Menurut Huda (2012: 224) Talking Stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokok. Menurut Suprijono (2009: 109) model Cooperative Learning tipe Talking Stick adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan perbaikan pembelajaran

tematik melalui penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick untuk Meningkatkan Aktivitas dan


(22)

Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1.2.1 Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centred), yang diindikasikan pada saat pembelajaran berlangsung guru cenderung menggunakan metode ceramah yang kurang menarik perhatian siswa. 1.2.2 Guru belum optimal menerapkan metode pengajaran yang membuat

siswa aktif yang menunjang pendekatan ilmiah (scientific appoach) 1.2.3 Siswa belum siap dalam menjawab pertanyaan guru

1.2.4 Siswa belum percaya diri dalam mengemukakan pendapat

1.2.5 Proses pembelajaran belum menyentuh tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor), yaitu siswa masih dominan menerima pengetahuan saja namun jarang melatih keterampilan

1.2.6 Kurang maksimalnya hasil belajar siswa.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi pada penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick pada pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014.


(23)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimanakah penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 04 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.4.2 Bagaimanakah penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 04 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 04 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick 1.5.2 Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik kelas

IV SD Negeri 04 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick


(24)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.6.1 Bagi Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa agar pembelajaran lebih bermakna sesuai dengan kurikulum 2013 yang menekankan pada 3 aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor).

1.6.2 Bagi Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran Tematik di SD Negeri 04 Metro Timur mengenai model pembelajaran model Cooperative Learning tipe Talking Stick sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas. 1.6.3 Bagi Sekolah

Dapat menjadi bahan masukan dan memberikan kontribusi yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan sehingga meningkatkan output yang optimal. 1.6.4 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian tindakan kelas dengan mengggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick, sehingga kelak peneliti dapat menjadi guru yang professional.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Cooperative Learning

2.1.1 Pengertian Model Cooperative Learning

Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas. Model-model pembelajaran memiliki banyak variasi, salah satunya yaitu model Cooperative Learning. Suprijono (2009: 54) mengemukakan pembelajaran Cooperative Learning adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan guru. Menurut Rusman (2011: 202) Cooperative Learning merupakan pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang.

Menurut Isjoni (2007: 9) pembelajaran Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Selanjutnya menurut Slavin (2005: 8) inti dari pembelajaran Cooperative Learning adalah para


(26)

siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang membutuhkan kerja sama tim atau kelompok yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 6 orang dengan struktur kelompok bersifat heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

2.1.2 Tujuan Model Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Begitu pula dengan model Cooperative Learning. Menurut Salvin (dalam Trianto, 2010: 57) belajar Cooperative Learning menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Menurut Isjoni (2007: 6) tujuan utama dalam penerapan model Cooperative Learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Martati (2010: 15) mengemukakan tiga tujuan Cooperative Learning, yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas


(27)

akademis yang penting, toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya dan mengajarkan keterampilan kerja sama dan berkolaborasi kepada siswa. Sedangkan menurut Trianto (2009: 59) pembelajaran Cooperative Learning dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa mnumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan model Cooperative Learning adalah setiap peserta didik dapat mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain, sehingga terjadi kesamaan pemikiran dan pemahaman antara anggota satu dengan anggota yang lain di dalam satu kelompok. Selain itu model Cooperative Learning menekankan untuk belajar saling menghargai pendapat antar anggota kelompok.

2.1.3 Karakteristik Model Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, begitu pula dengan Cooperative Learning. Cooperative Learning memiliki beberapa karakteristik, sebagaimana menurut Arends (dalam Trianto, 2010: 65) pelajaran Cooperative Learning memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar;

b. Dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah;


(28)

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu

Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007: 21) mengemukakan tiga karakteristik Cooperative Learning, yaitu:

a. Penghargaan kelompok

Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.

b. Pertanggungjawaban individu

Adanya pertanggunggjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik Cooperative Learning adalah terdapat tiga karakteristik Cooperative Learning. Ketiga karakteristik tersebut yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan.

2.1.4 Langkah-Langkah Model Cooperative Learning

Sebuah model dalam kegiatan pembelajaran memiliki langkah-langkah secara sistematis dalam penerapannya. Ibrahim (dalam Trianto,

2010: 66−67) menyatakan bahwa terdapat enam langkah utama atau


(29)

1) Fase 1, menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. 2) Fase 2, menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3) Fase 3, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4) Fase 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas mereka.

5) Fase 5, evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6) Fase 6, memberikan penghargaan.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Berdasarkan pendapat Ibrahim di atas, bahwa pembelajaran dapat dikategorikan model Cooperative Learning apabila terdapat enam langkah utama atau fase pokok seperti yang telah dipaparkan di atas. Penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, membimbing kelompok bekerja, belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan.

2.1.5 Jenis-Jenis Model Cooperative Learning

Untuk memillih tipe yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran, peneliti harus mengetahui tipe-tipe dari model Cooperative Learning misalnya, tipe NHT, STAD, Jigsaw, TGT, dan Talking Stick.

Menurut Komalasari (2010: 62) terdapat beberapa tipe dalam Cooperative Learning diantaranya. (1) NHT yaitu model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat


(30)

suatu kelompok kemudian siswa acak guru memanggil nomor dari siswa, (2) Cooperative Script yaitu metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan, dan secara lisan bergantian mengihtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari, (3) STAD yaitu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mengerti, (4) TGT yaitu model pembelajaran yang melibatkan seluruh aktivitas siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan, (5) Snowball Throwing yaitu model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan melemparkan bola salju, dan (6) Talking Stick yaitu model pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat dan melatih daya ingat siswa dalam memahami materi pokok.

Dari model-model yang telah dijelaskan di atas maka peneliti memilih model Cooperative Learning tipe Talking Stick dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa saling bekerja sama bersama dengan kelompok serta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang sedang dipelajari.

2.2 Tipe Talking Stick

2.2.1 Pengertian Talking Stick

Model Talking Stick termasuk model merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Huda (2012: 224) Talking Stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokok. Menurut Suprijono (2009: 109) model Cooperative Learning tipe Talking Stick adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.


(31)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning tipe Talking Stick adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok dimana guru menggunakan tongkat sebagai media agar mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Talking Stick

Setiap pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian pula dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick memiliki kelebihan dan kekurangan.

Menurut Huda (2012, 225-226) metode ini bermanfaat karena ia mampu menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apa pun. Sayangnya, bagi siswa-siswa yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara di hadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai.

Sejalan dengan pendapat di atas, Suprijono (2009: 110) kelebihan dan kelemahan pembelajaran Cooperative Learning tipe Talking Stick sebagai berikut.

a. Kelebihan model Talking Stick 1. Menguji kesiapan siswa

2. Melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat

3. Memacu siswa agar lebih giat belajar 4. Siswa berani mengemukakan pendapat b. Kekurangan model Talking Stick

1. Membuat siswa senam jantung

2. Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru 3. Tidak semua siswa siap menerima pertanyaan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan Talking Stick adalah menguji kesiapan siswa, melatih


(32)

keterampilan mereka dalam membaca, memahami materi pelajaran dengan cepat, dan siswa berani mengemukakan pendapat. Sedangkan kelemahan Talking Stick adalah ketakutan siswa akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru, tidak semua siswa siap menerima pertanyaan, dan bagi siswa-siswa yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara di hadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai.

2.2.3 Langkah-Langkah Talking Stick

Setiap tipe pembelajaran memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaannya agar mudah diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Menurut Huda (2012: 224) dalam penerapan Talking Stick, guru membagi kelas manjadi kelompok-kelompok anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen kelompok ini dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, persahabatan, atau minat yang berbeda.

Menurut Suprijono (2009: 109-110) pembelajaran Talking Stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi. Selanjutnya guru meminta peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya dan diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat diwajibkan menjawab pertanyaaan dari guru demikian seterusnya. Langkah terakhir, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.

Menurut Huda (2012: 225) langkah-langkah Talking Stick adalah sebagai berikut


(33)

b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

c. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.

d. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.

e. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

f. Guru memberi kesimpulan.

g. Guru melakukan evaluasi/penilaian. h. Guru menutup pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning tipe Talking Stick adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok dimana guru menggunakan tongkat sebagai media agar mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah-langkah tipe Taking Stick, yaitu:

a. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari,

b. Siswa diberikan kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

c. Guru meminta siswa untuk menutup isi bacaan.

d. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.


(34)

e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari.

f. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama dengan siswa merumuskan kesimpulan.

2.3 Aktivitas dan Hasil belajar 2.3.1 Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Ada beberapa teori belajar yang melandasi model pembelajaran yaitu teori belajar konstruktivisme, teori perkembangan kognitif Piaget, teori penemuan Jerome Bruner, dan teori pembelajaran perilaku (dalam Trianto, 2010: 28-39). Salah satu teori yang melandasi pembelajaran Cooperative Learning adalah teori konstruktivisme. Menurut Hanafiah (2010: 62) teori konstruktivisme diprakarsai oleh Piaget dan Vigotsky. Pada dasarnya teori konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran.

Trianto (2010: 28) menjelaskan teori konstruktivisme memiliki prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Lebih lanjut menurut Piaget (dalam


(35)

Rusman, 2011: 202) mengemukakan bahwa belajar merupakan sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Dengan menyusun pengetahuan siswa di dalam pikirannya, ini sesuai dengan karakteristik teori konstruktivisme.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran Cooperative Learning yaitu teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme menekankan bahwa dalam belajar siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator. Disamping itu, guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa melainkan juga harus membangun pengetahuan pengetahuan dalam pikirannya.

2.3.2 Pengertian Belajar

Belajar merupakan hal yang sudah tidak asing dan berlangsung sepanjang hayat hidup kita. Di dalam proses belajar, belajar terjadi secara tidak disengaja ataupun tidak disengaja. Seperti yang disampaikan oleh Sanjaya (dalam Prastowo, 2013: 49) belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afektif, maupun psikomotorik. Menurut Komalasari (2010: 2) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan


(36)

dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

Trianto (2010: 37) menjelaskan bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses dimana seorang guru membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Sedangkan menurut Daryanto (2009: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama.

2.3.3 Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan bagian dari belajar. Tanpa aktivitas, belajar tidak akan terlaksana. Karena aktivitas merupakan kegiatan atau suatu wujud pelaksanaan tindakan dari belajar. Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (dalam Kunandar, 2010: 277). Sejalan dengan pernyataan tersebut, bahwa tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk merubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.


(37)

Kita ketahui bahwa anak-anak suka bermain dari jenis yang satu ke jenis yang lainnya, semua itu adalah aktifitas (dalam Sardiman, 2012: 95).

Menurut Kunandar (2010: 233), aspek yang dinilai dalam aktivitas siswa yakni; (1) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (2) tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, (3) antusias/semangat mengikuti pembelajaran, (4) menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, (5) melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, (6) menunjukkan sikap jujur, (7) merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, (8) mengajukan pertanyaan, (9) mengerjakan tugas, (10) mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik

Pada hakikatnya, menurut Sudono (2000: 3) bahwa aktivitas belajar melalui bermain dapat memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Jadi, aspek kognitif yang terkandung di dalam aktivitas belajar melalui bermain akan berkembang dengan menemukan sendiri apa yang ia dapat dari pengalamannya. Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hanafiah (2010: 23) selain itu aktivitas belajar harus melibatkan seluruh aspek baik jasmani maupun rohani peserta didik, sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar. Baik yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, yang dimaksud dengan aktivitas dalam penelitian ini adalah suatu rangkaian kegiatan serta keterlibatan dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas yang


(38)

harus dilaksanakan siswa dalam belajar. Adapun indikator dari aktivitas dalam penelitian ini adalah: (1) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (2) tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, (3) antusias/semangat mengikuti pembelajaran, (4) menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, (5) melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, (6) menunjukkan sikap jujur, (7) merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, (8) mengajukan pertanyaan, (9) mengerjakan tugas, (10) mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik

2.3.4 Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan atau hasil belajar. Dengan hasil belajar tujuan pendidikan dapat diukur apakah telah tercapai ataukah belum tercapai. Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kunandar (2010: 277) mengemukakan hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian siswa yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Lebih lanjut menurut Dimyati, dkk (2002: 3-4) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar oleh guru.

Hamalik (2009: 33) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada


(39)

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sebagaimana Nasution (dalam Kunandar 2010: 276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya menganai pengetahuan, tetapi juga membentuk percakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.

Bloom (dalam Suprijono: 2009: 6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, menerapkan, menguraikan, menentukan hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan menilai. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, karakterisasi. Domain psikomotorik meliputi initiotory, pre-routine, rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi (KI) di sekolah dasar mengemukakan bahwa

1) Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tengtang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain. Berdasarkan model Cooperative Learning tipe Talking Stick, hasil belajar siswa diperoleh dari hasil nilai tes tertulis siswa.

2) Ranah afektif yaitu memilik perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.

Dari sikap yang telah disebutkan di atas, peneliti akan menilai hasil belajar ranah afektif pada sikap percaya diri. Sikap percaya diri


(40)

yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sikap dalam menyampaikan pendapat, gagasan, maupun jawabannya.

Kemendikbud (2013) indikator percaya diri ditandai dengan (1) berani menjelaskan di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan, (3) menjawab pertanyaan guru tanpa ragu-ragu, (4) mampu menjawab pertanyaan guru dengan cepat, dan (5) tidak mudah putus asa.

3) Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan aktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Sudjana (2010: 32) menyatakan bahwa aspek psikomotor ditunjukkan dengan (1) mencatat bahan pelajaran dengan baik dan rapi, (2) mengangkat tangan pada saat mengomentari pendapat dan menyampaikan ide, (3) mencari tahu dalam menemukan jawaban atas soal yang diberikan, dan (4) melakukan komunikasi antara siswa dan guru.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan individu setelah melalui proses belajar. Perubahan kemampuan itu meliputi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Untuk mengukur hasil belajar siswa berupa kognitif (pengetahuan) menggunakan alat pengumpul data berupa lembar tes. Tes yang akan digunakan berupa tes formatif. Untuk mengukur hasil belajar siswa


(41)

berupa afektif (sikap) menggunakan alat pengumpul data berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengamati sikap/karakter percaya diri siswa yang ingin diukur dalam proses pembelajaran. Adapun indikator afektif pada sikap percaya diri adalah (1) berani menjelaskan di depan kelas, (2) berani mengemukakan pendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan, (3) menjawab pertanyaan guru tanpa ragu-ragu, (4) mampu menjawab pertanyaan guru dengan cepat, dan (5) tidak mudah putus asa. Sedangkan, untuk mengukur hasil belajar siswa berupa psikomotor (keterampilan) menggunakan alat pengumpul data berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengamati psikomotor siswa dalam proses pembelajaran. Adapun indikator psikomotor adalah (1) mencatat bahan pelajaran dengan baik dan rapi, (2) mengangkat tangan pada saat mengomentari pendapat dan menyampaikan ide, (3) mencari tahu dalam menemukan jawaban atas soal yang diberikan, dan (4) melakukan komunikasi antara siswa dan guru.

2.4 Pembelajaran Tematik

2.4.1 Pengertian Kurikulum 2013

Mulai tahun ajaran 2013/2014, kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dan pengembangan yaitu kurikulum 2013. Menurut Mulyasa (2013: 65) menyatakan bahwa kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan


(42)

pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Selanjutnya menurut Mulyasa (2013: 163)

Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan, karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secra konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama: Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat ilmiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasrkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge). Kedua: Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakuakn secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga: ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan. Lebih lanjut Mulyasa (2013: 170) menyatakan perbedaan kurikulum 2013 untuk sekolah dasar yaitu: (1) Pembelajaran berbasis tematik-integratif dari kelas I sampai VI; (2) Mata pelajaran dalam pembelajaran tematik-integratif yang tadinya berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi 8 mata pelajaran; (3) Pramuka sebagai ekstrakulikuler wajib; (4) Bahasa Inggris hanya ekskul; (5) Penambahan jam belajar siswa untuk kelas I-III yang awalnya 26-28 jam perminggu bertambah menjadi 30-32 jam perminggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang awalnya 32 jam per minggu bertambah menjadi 36 jam per minggu.


(43)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter yang menilai hasil belajar siswa tentang penguasaan dan pemahaman terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam rangka memecahkan masalah sehari-hari. Terdapat beberapa perubahan dalam kurikulum 2013 khususnya untuk SD yaitu mengenai pendekatan pembelajaran, ekstrakulikuler dan jumlah jam belajar siswa.

2.4.2 Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan unsur gabungan beberapa bidang keilmuan mata pelajaran yang mengkaji tentang tema. Menurut Suryosubroto, (2009: 133) ”pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik tertentu”.

Menurut Sungkono (dalam Suryosubroto, 2006: 132) pembelajaran tematik secara singkat diuraikan meliputi prinsip-prinsip, ciri-cirinya, pemilihan tema, dan contoh implikasinya di sekolah.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu pokok pikiran yang ditampung dalam suatu wadah untuk diuraikan secara singkat dengan mengedepankan konsep kepada anak didik yang diimplikasikan di sekolah.


(44)

2.4.3 Ciri Khas Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagaimana diungkapkan oleh Suryosubroto (2009 : 134-135). Sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, (5) bersifat fleksibel dan (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan pula karakteristik pembelajaran terpadu/tematik sebagai berikut: (1) pembelajaran berpusat pada anak, (2) menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, (3) belajar melalui pengalaman langsung, (4) lebih memperhatikan proses daripada hasil semata dan(5) sarat dengan muatan keterkaitan.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri khas pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa.

2.4.4 Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembahasan. Adapun pembelajaran tematik dikembangkan untuk mencapai pembelajaran yang ditetapkan.

Menurut Sukayati (dalam Prastowo 2013: 140) tujuan pembelajaran terpadu adalah:


(45)

a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

b. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.

c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

d. Menumbuh kembangkan keterampilan social seperti kerjasama, toleransi, serta menghargai pendapat orang lain. e. Meningkatkan gairah dalam belajar.

f. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dankebutuhan para siswa.

Menurut Departemen Agama (dalam Prastowo 2013: 140-141) tujuan pembelajaran tematik berdasarkan buku Panduan Penyusunan Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam (PAI) SD adalah:

a. Agar siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema tertentu, karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

b. Agar siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antara aspek dalam tema sama.

c. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam. d. Agar kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik, karena

mengaitkan berbagai aspek atau topik dengan pengalaman pribadi dalam situasi nyata, yang diikat dalam tema tertentu. e. Agar guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang

disajikan secara sistematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan waktu selebihnya dapat digunakan untuk pendalaman.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tematik adalah meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya lebih bermakna sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.

2.4.5 Pembelajaran Tematik di SD

Suryosubroto (2009: 137-138), pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan,


(46)

penerapan, dan evaluasi/refleksi. Tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran tematik maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik harus sebaik mungkin. Oleh karena itu, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajaran tematik ini, yaitu: (1) pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran, (2) pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk setiap

kelas dan semester, (3) buatlah “matriks hubungan kompetensi dasar dengan yang lama”, (4) buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Penentuan ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan topik dan(5) susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik.

b. Penerapan pembelajaran tematik

Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu didukung dengan laboratorium yang memadai. Laboratorium yang memadai tentunya berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah. Dengan tersedianya laboratorium yang memadai tersebut maka guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada di laboratorium


(47)

tersebut, baik dengan cara membawa sumber belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke ruang laboratorium yang terpisah dari ruang kelasnya.

c. Evaluasi pembelajaran tematik

Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada penilaian proses dan hasil. Evaluai proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat, dan semangat siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil tidak diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari. Di samping itu, evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya siswa selama kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya siswa.

Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat berupa wawancara, atau dialog secara informal.

Di samping itu, instrument yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, tugas individu atau kelompok, dan lembar observasi.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik di SD memiliki tahapan-tahapan dalam


(48)

pelaksanaannya, diantaranya perencanaan, penerapan dan evaluasi/refleksi.

2.4.6 Pendekatan Ilmiah (Scientific Appoach)

Kurikulum 2013 sangat identik dengan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Kemendikbud (2013), mengemukakan pendekatan ilmiah (scientific appoach) merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Lebih lanjut Kemendikbud (2013: 4) menyatakan bahwa:

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) merupakan suatu pendekatan yang mengarahkan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang didasarkan pada tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

2.4.7 Penilaian Autentik

Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam pembelajaran adalah penilaian autentik. Dalam kurikulum 2013 penilaian yang dipakai adalah penilaian autentik. Nurgiyantoro (2011: 23) menyatakan


(49)

bahwa penilaian autentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Selanjutnya Kemendikbud (2013: 240) mengemukakan bahwa asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Menurut Komalasari (2010: 148) menambahkan bahwa dalam suatu proses pembelajaran, penilaian autentik mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor, baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas dan perolehan belajar. Menurut Kunandar (2010: 38) terdapat beberapa ciri-ciri dari penilaian autentik, diantaranya sebagai berikut:

a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.

b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

c. Menggunakan berbagai cara.

d. Tes hanya salah satu alat pengumpul hasil penilaian.

e. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa setiap hari.

f. Penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang menekankan kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya di dunia nyata yang meliputi penilaian pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.


(50)

2.5 Penelitian Relevan

1. Heppi Sasmoko. 2011. Jurnal Universitas Negeri Malang 2011. Hasil penelitian menunjukkan penerapan talking stick dapat meningkatkan pembelajaran IPS. Pada aktivitas siswa terdapat peningkatan antara siklus I dan siklus II yaitu 90,3 dan 93,4. Pada hasil belajar siswa terdapat peningkatan antara siklus I dan siklus II yaitu 64,8 dan 74,7. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model talking stick untuk meningkatkan pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Pandanwangi 4 kecamatan Blimbing kota Malang tahun ajaran 2010/2011.

2. Natalia Tunas. 2012. Jurnal Universitas Negeri Manado 2012. Hasil penelitian menunjukkan penerapan talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan hasil yang dicapai pada siklus I yaitu 65,41% sedangkan siklus II yang meningkat menjadi 97,70%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran talking stick dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Tataaran tahun ajaran 2011/2012.

2.6 Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mewajibkan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. Untuk itu, banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan memiliki kontribusi besar dalam mengoptimalkan tujuan belajar yang diharapkan. Dalam penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick dengan pendekatan pendekatan ilmiah (scientific appoach) pada pembelajaran tematik, maka


(51)

aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat. Secara sederhana, kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

Gambar 1. Kerangka Pikir 2.7 Hipotesis tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dirumuskan hipotesis tindakan,

yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik menerapkan model Cooperatif Learning tipe Talking Stick serta memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014”.

Kondisi Awal 1. Siswa masih pasif dalam pembelajaran 2. Hasil belajar siswa rendah.

Proses

Penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick dan pendekatan ilmiah (scientific appoach)

Kondisi Akhir

Melalui penggunaan model Cooperative Learning tipe Talking Stick.

1. Aktivitas belajar siswa ≥ 75% baik 2. Hasil belajar siswa ≥ 75% memenuhi


(52)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2006: 16) dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Siklus ini tidak hanya berlangsung sekali, tetapi dapat dilaksanakan beberapa kali sampai tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pada tahap perencanaan, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IVA untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah perencanaan maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick. Tahap selanjutnya yaitu pengamatan menggunakan lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi. Adapun tahap-tahap dari siklus PTK ini adalah sebagai berikut:


(53)

Gambar 2. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (Modifikasi dari Arikunto, dkk., 2006: 17)

3.1.1 Seting Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Metro Timur. Tepatnya di Jalan Jend. AH. Nasution Metro Timur. b. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama (penyusunan proposal, seminar proposal, dan perbaikan proposal) sampai penyerahan laporan penelitian dari bulan Februari sampai September tahun 2014.

Permasalahan

Permasalahan baru hasil

refleksi

Apabila masalah belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya Perencanaan

tindakan I

Refleksi I

Pelaksanaan tindakan II

Refleksi II pengumpulan data Pengamatan dan II

Pelaksanaan tindakan II Pengamatan dan pengumpulan data

Pelaksanaan tindakan I

Siklus I


(54)

3.1.2 Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan secara kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IVA SD Negeri 4 Metro Timur. Adapun Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVA SD Negeri 4 Metro Timur yaitu 1 orang guru serta siswa dengan jumlah 28 orang, yang terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.

a. Teknik Nontes

Teknik nontes dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif. Pengamatan suatu objek difokuskan pada perilaku untuk mengetahui sejauh mana pengembangan aktivitas belajar siswa, kinerja guru, hasil belajar afektif, dan psikomotor, observasi dilakukan oleh observer dengan cara memberi skor dengan kriteria tertentu masing-masing aspek kegiatan yang dilakukan peserta didik dan guru selama proses pembelajaran dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick.

b. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick


(55)

3.3 Alat Pengumpulan Data a. Lembar Panduan Observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru mitra. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran tematik dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick.

1) Lembar Observasi Kegiatan Mengajar

Lembar observasi kegiatan mengajar atau Instrumen Penilaian Aktivitas Kinerja Guru (IPKG) bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar yang baik dan benar.

Kisi-kisi:

Tabel 1. Lembar Observasi IPKG

No Aspek yang Diamati Skor

Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

1 2 3 4 2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4 3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 1 2 3 4 4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema. 1 2 3 4 Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta

didik. 1 2 3 4

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual,

kerja kelompok, dan melakukan observasi. 1 2 3 4 Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan


(56)

No Aspek yang Diamati Skor 2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan

lain yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.

1 2 3 4 3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan

tepat. 1 2 3 4

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit,

dari konkrit ke abstrak) 1 2 3 4

Penerapan Cooperative Learning Tipe Talking Stick

1 Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari 1 2 3 4 2 Siswa diberikan kesempatan untuk membaca dan

mempelajari materi pelajaran 1 2 3 4 3 Guru meminta siswa untuk menutup isi bacaan 1 2 3 4 4 Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada

salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya

1 2 3 4 5 Guru memberikan kesempatan kepada siswa

melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari

1 2 3 4 6 Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang

diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama dengan siswa merumuskan kesimpulan

1 2 3 4 Penerapan Pendekatan scientific

1 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. 1 2 3 4 2 Memancing peserta didik untuk bertanya. 1 2 3 4 3 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 1 2 3 4 4 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 1 2 3 4 5 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis. 1 2 3 4 6 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar

(proses berpikir yang logis dan sistematis). 1 2 3 4 7 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk

berkomunikasi. 1 2 3 4

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu

1 Menyajikan pembelajaran sesuai tema. 1 2 3 4 2 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai

mata pelajaran dalam satu PBM meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjasorkes.

1 2 3 4

3 Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen


(57)

No Aspek yang Diamati Skor 4 Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan

menyenangkan. 1 2 3 4

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran 1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber

belajar pembelajaran. 1 2 3 4

2 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media

pembelajaran. 1 2 3 4

3 Menghasilkan pesan yang menarik. 1 2 3 4 4 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber

belajar pembelajaran. 1 2 3 4

5 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media

pembelajaran. 1 2 3 4

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

1 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui

interaksi guru, peserta didik, sumber belajar. 1 2 3 4 2 Merespon positif partisipasi peserta didik. 1 2 3 4 3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta

didik. 1 2 3 4

4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. 1 2 3 4 5 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik

dalam belajar.

1 2 3 4 Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam

Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4 2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4 Penutup pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik.

1 2 3 4 2 Memberihan tes lisan atau tulisan . 1 2 3 4 3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. 1 2 3 4 4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan

kegiatan

1 2 3 4 Jumlah


(58)

Keterangan: 4 = Sangat Baik 3 = Baik

2 = Cukup Baik 1 = Kurang

Tabel 2. Rubrik Penilaian Kegiatan Mengajar Guru Skor Nilai

Mutu Keterangan aspek yang diamati 4 Sangat

baik

Dilaksanakan dengan sangat baik oleh guru, melakukan dengan sempurna, dan guru terlihat professional.

3 Baik Dilaksanakan dengan baik oleh guru, melakukan tanpa kesalahan, dan guru terlihat menguasai.

2 Cukup

Dilaksanakan dengan cukup baik oleh guru, melakukan dengan sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai.

1 Kurang

Dilaksanakan dengan kurang baik oleh guru, melakukan dengan banyak kesalahan, dan guru tampak kurang menguasai.

2) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa ini dikembangkan berdasarkan indikator aktivitas dalam penelitian ini, yaitu : (1) mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, (2) tertib terhadap instruksi yang diberikan oleh guru, (3) antusias/semangat mengikuti pembelajaran, (4) menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, (5) melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, (6) menunjukkan sikap jujur, (7) merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, (8) mengajukan pertanyaan, (9) mengerjakan tugas, (10) mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik


(59)

Tabel 3. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa Skor Indikator

4

Sudah membudaya

Apabila siswa terus menerus memperhatikan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran juga mendapat penguatan dari lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas sudah tumbuh kematangan moral.

3

Mulai berkembang

Apabila siswa sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran juga mendapat penguatan dari lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas

2

Mulai terlihat

Apabila siswa sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten karena sudah ada pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat

1

Belum terlihat

Apabila siswa belum memperlihatkan tanda-tanda awal yang dinyatakan dalam indikator karena belum memahami makna dari nilai itu

b. Hasil belajar siswa, instrumen ini digunakan untuk menjaring data siswa mengenai hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi pembelajaran tematik yang telah disampaikan melalui model Cooperative Learning tipe Talking Stick antara lain:

1) Kognitif

Alat pengumpul data pada hasil belajar kognitif dalam penelitian ini menggunakan lembar tes formatif. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa pengetahuan pada pembelajaran tematik dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick.


(60)

Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I dan II No Kompetensi Dasar

Siklus I Indikator

Nomor Soal

Jenis Soal Bahasa Indonesia

3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan

memilih dan memilah kosakata baku

4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil

pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

• Menjawab pertanyaan berdasar kan teks

• Menyimpulkan isi teks yang disajikan 3 2,4 PG PG IPA 3.7 Mendeskripsikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

4.6 Menyajikan laporan tentang sumber daya

alam dan

pemanfaatannya oleh masyarakat

 Menjelaskan kondisi alam suatu tempat  Menjelaskan pemanfaatan sumber daya alam bagi masyarakat  Menjelaskan

manfaat dari SDA hasil bumi di Indonesia 6 7, 8 3 PG PG Essay IPS

3.5 Memahami manusia dalam hubungannya

 Mampu menjelaskan


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick yang dilakukan di kelas IV A SD Negeri 4 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa: a. Pembelajaran tematik dengan menerapkan model Cooperative Learning

tipe Talking Stick memiliki dampak positif terhadap aktivitas belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 73,49, kemudian meningkat menjadi 81,82 pada siklus II.

b. Pembelajaran tematik dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Talking Stick dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini terbukti terdapat peningkatan hasil belajar siswa dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam siklus I sampai siklus II yaitu sebagai berikut.

1) Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif

Terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang pada siklus I memperoleh nilai rata-rata sebesar 66,43, sedangkan pada siklus II mendapat nilai rata-rata sikap sebesar 79,10. Selain nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa, ketuntasan klasikal


(2)

hasil belajar kognitif siswa juga meningkat. Pada siklus I, tercatat 18 siswa (64,29%) tuntas dan pada siklus II tercatat bahwa 24 siswa (85,71%) tuntas.

2) Hasil Belajar Afektif Siswa

Terjadi peningkatan nilai rata-rata sikap percaya diri siswa yang pada siklus I memperoleh nilai rata-rata sebesar 71,25 dengan kategori percaya diri, sedangkan pada siklus II mendapat nilai rata-rata sikap sebesar 82,50 dengan kategori sangat percaya diri. Selain nilai rata-rata sikap percaya diri siswa, ketuntasan klasikal sikap percaya diri siswa juga meningkat. Pada siklus I, tercatat 19 siswa (67,86%) tuntas dan pada siklus II tercatat bahwa 22 siswa (78,57%) tuntas.

3) Hasil Belajar Psikomotor Siswa

Terjadi peningkatan nilai rata-rata psikomotor siswa yang pada siklus I memperoleh nilai rata-rata sebesar 72,54 dengan kategori terampil, sedangkan pada siklus II mendapat nilai rata-rata sikap sebesar 82,74 dengan kategori sangat terampil. Selain nilai rata-rata psikomotor siswa, ketuntasan klasikal psikomotor siswa juga meningkat. Pada siklus I, tercatat 19 siswa (67,86%) tuntas dan pada siklus II tercatat bahwa 23 siswa (82,14%) tuntas.

5.2 Saran a. Siswa

Diharapkan siswa dapat selalu siap dalam pembelajaran sehingga siswa siap menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, serta siswa harus berani dalam menyampaikan ide serta pertanyaan kepada teman


(3)

atau guru. Peningkatan yang ditunjukkan dalam aktivitas belajar siswa membuktikan bahwa model Cooperative Learning tipe Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas atau kegiatan belajar secara optimal baik secara individu maupun kelompok.

b. Guru

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di SD menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick adalah perlu mempersiapkan segala perangkat pembelajaran dan media yang mendukung yang disesuaikan dengan tema maupun subtema yang akan dibahas dan mengaitkan dengan kehidupan siswa sehingga semua mata pelajaran dapat terkait secara harmonis, serta guru harus membangun komunikasi antara siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

c. Sekolah

Memfasilitasi penggunaan dari model Cooperative Learning tipe Talking Stick dalam proses pembelajaran, karena dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick dapat menyelesaikan permasalahan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik. Selain itu perlunya dukungan dari kepala sekolah untuk mengupayakan dan memberi dorongan agar guru yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan model Cooperative Learning tipe Talking Stickagar dapat melaksanakannya dalam pembelajaran.


(4)

d. Peneliti Lanjutan

Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick pada mata pembelajaran tematik dengan tema tempat tinggalku. Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran serupa pada jenjang kelas lain atau pada tema lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesi. Universitas Terbuka. Jakarta

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tintakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta.

Dimyati, Mudjiono, dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 Badan Standar Nasional Pendidikan. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran kontekstual: Konsep dan Aplikasi.

Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mamat, dkk. (2005). Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Departemen Agama. Jakarta

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Strategi Penanaman Nilai. Grasindo. Bandung.


(6)

Mudyahadjo, Redja. 2006. Pengantar Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja

Rosdakarya. Bandung

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. Metro. PGSD.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik: Dalam Pembelajaran Bahasa. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik . DIVA Press. Yogyakarta

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya. Bandung.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta

Sardiman,A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. PT Grafindo. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif learning. Pustaka Belajar. Surabaya

Suryasubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS I A SD NEGERI I METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 9 71

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD N 8 METRO TIMUR TP. 2013/2014

1 16 238

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SDN 04 METRO TIMUR T.P. 2013/2014

1 6 79

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

0 9 68