PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

Oleh FITRI YANI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Pair Check.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan tes formatif yang dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Pair Check untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Persentase hasil belajar kognitif pada siklus I 70% dalam katagori ”Sedang”. Siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,3% menjadi 83,3% dalam katagori ”Tinggi”. Persentase hasil belajar afektif siswa pada siklus I adalah 74% dalam katagori ”Baik”. Siklus II mengalami peningkatan sebesar 14% menjadi 88% dengan katagori ”Sangat Baik”. Persentase hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I adalah 73,5% dalam katagori ”Baik”. Siklus II mengalami peningkatan sebesar 14% menjadi 87,5% dengan katagori ”Sangat Baik”. Kata kunci: tipe pair check, aktivitas belajar, hasil belajar.


(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

Oleh FITRI YANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Fitri Yani dilahirkan pada tanggal 28 April 1993 di desa Tanjung Kusuma, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Fuady dan Ibu Siti Khoiriyah. Pendidikan Dasar di SD Negeri 3 Fajar Terusan Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah lulus tahun 2005. Kemudian Sekolah Menengah Pertama di MTS Muhammadiyah Purbolinggo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur lulus tahun 2008. Peneliti melanjutkan studi di MAN 1 Metro, Kecamatan Kota Metro lulus pada tahun 2011. Selanjutnya pada tahun 2011 peneliti melanjutkan ke Universitas Lampug Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendididkan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

 Ayahanda dan Ibunda tercinta Bapak Fuady dan Ibu Siti Khoiriyah, yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat dan bimbingan kepadaku.

 Kakak dan Adikku tersayang yang selalu memberiku semangat.  Kakek dan Nenek tercinta yang menjadi motivasi dan inspirasiku.


(8)

MOTO

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan

(kepada Allah) dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar”.

(QS. Al-Baqarah: 153)

Memberi dengan hati membuat kita menjadi lebih berarti, ketika tak ada harta, tak mampu raga tak sempat waktu maka lafalkanlah doa, biarkan Allah yang memberikan

untuknya”. (Fitri Yani)


(9)

SANWACANA

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Pair Check untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan” dengan baik.

Peneliti mendapatkan banyak sekali bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M. S., Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan dan kemudahan terhadap perkembangan program studi PGSD.

3. Bapak Dr. Riswanti Rini, M. Si., ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan sumbang saran untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Lampung.


(10)

ii 6. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd., Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu, membimbing dan memberikan saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing dan memberikan saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Bapak Drs. H. Ahmad Sudirman, M.H., Dosen Pembahas yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Ibu Nur Aini, S.Pd, Kepala SD Negeri 5 Metro Selatan yang telah membantu dan memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

10.Ibu Sulemi, S.Pd, Guru Pamong yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

11.Keluarga besar yang telah memberikan banyak motivasi dan dorongan kepada peneliti.

12.Billy Arya Prasetyo yang senantiasa membantu dan memberikan semangat kepada peneliti.

13.Teman dan orang-orang tercinta yang telah banyak memberikan bantuan dan menjadi teman dalam suka dan duka, terutama Debi Apriyani dan Melyna Budiawati.


(11)

iii 15.Siswa dan siswi kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan, yang telah berpartisipasi

selama penelitian berlangsung.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat berkah dan balasan dari Allah SWT, dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro , Maret 2015 Peneliti


(12)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 8

1. Pengertian IPS ... 8

2. Tujuan IPS ... 9

3. Karakteristik IPS ... 10

B. Belajar ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Aktivitas Belajar ... 13

3. Pengertian Hasil Belajar ... 14

C. Pengertian Model Pembelajaran ... 15

D. Cooperative Learning ... 16

E. Tujuan Cooperative Learning ... 17

F. Jenis-jenis Cooperative Learning ... 18

G. Model Cooperative Learning tipe Pair Check. ... 19

1. Pengertian Model Cooperative Learning tipe Pair Check ... 19

2. Langkah-langkah Model Cooperative Learning tipe Pair Check ... 19

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning tipe Pair Check. ... 21

H. Penelitian yang Relevan ... 21

I. Kerangka Pikir ... 23


(13)

v BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 25

B. Setting Penelitian ... 26

1. Tempat Penelitian... 26

2. Waktu Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Nontes ... 27

2. Teknik Tes ... 27

E. Alat Pengumpulan Data ... 28

1. Lembar Observasi ... 28

2. Soal Tes ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

1. Data Kualitatif ... 32

2. Data Kuantitatif ... 37

G. Urutan Penelitian ... 38

1.Siklus I ... 38

2.Siklus II ... 42

H. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

a. Profil Sekolah ... 46

b. Deskripsi Awal ... 47

c. Refleksi Awal ... 48

1. Siklus 1 ... 49

2. Siklus 2 ... 57

B. Rekapitulasi Siklus I dan Siklus II ... 65

C. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79


(14)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Indikator kegiatan guru ... 28

3.2 Indikator aktivitas siswa ... 30

3.3 Lembar observasi hasil belajar afektif siswa ... 30

3.4 Rubrik penilaian hasil belajar afektif siswa ... 31

3.5 Skor kategori kinerja guru ... 32

3.6 Kategori kinerja guru ... 33

3.7 Skor kategori penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran ... 34

3.8 Kriteria penilaian aktivitas siswa secara klasikal ... 34

3.9 Kategori hasil belajar afektif siswa ... 35

3.10 Kategori hasil belajar afektif siswa ... 35

3.11 Kategori hasil belajar afektif siswa secara klasikal ... 36

3.12 Kriteria ketuntasan belajar ... 38

3.13 Kriteria ketuntasan belajar dalam bentuk persen ... 38

4.1 Keadaan guru SD negeri 5 metro selatan. ... 47

4.2 Kinerja guru siklus I ... 52

4.3 Aktivitas siswa siklus I ... 53

4.4 Hasil belajar afektif pada siklus I ... 54

4.5 Hasil belajar psikomotor pada siklus I ... 55

4.6 Hasil belajar siswa siklus I ... 56

4.7 Kinerja guru siklus II ... 60

4.8 Aktivitas siswa siklus II ... 61

4.9 Hasil belajar afektif pada siklus II ... 62

4.10 Hasil belajar psikomotor pada siklus II ... 63

4.11 Hasil belajar siswa siklus II ... 63

4.12 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I dan II ... 65

4.13 Rekapitulasi persentase keaktifan belajar siswa secara klasikal... 67

4.14 Rekapitulasi persentase keaktifan belajar afektif siswa ... 68

4.15 Rekapitulasi persentase keaktifan belajar psikomotor ... 70

4.16 Rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa siklus I dan II ... 72


(15)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 85

2. Pemetaan ... 92

3. Silabus ... 99

4. RPP ... 106

5. Kisi-kisi ... 116

6. LKS ... 119

7. Kinerja Guru... 136

8. Aktivitas Siswa ... 150

9. Hasil Belajar Siswa ... 168


(16)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka pikir ... 23

3.2 Alur penelitian tindakan kelas ... 26

4.1 Diagram rekapitulasi nilai rata-rata kinerja guru siklus I dan II ... 66

4.2 Diagram rekapitulasi persentase aktivitas belajar siswa ... 68

4.3 Diagram nilai rata-rata afektif siswa secara klasikal ... 69

4.4 Diagram nilai rata-rata psikomotor siswa secara klasikal ... 71

4.5 Diagram nilai rata-rata hasil belajar siswa ... 72

4.6 Diagram ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal ... 73


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah masalah penting keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi tolak ukur suatu bangsa untuk dapat bersaing dalam dunia internasional. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai pondasi pendidikan memberi bekal ilmu pengetahuan bagi siswa, mengembangkan potensi siswa, dan sarana transfer nilai.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal I menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Undang-undang di atas menjelaskan bahwa pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi siswa dengan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Tahapan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi diberikan kepada siswa sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Terkait pelaksanaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, Suharjo (2006: 1) mengungkapkan bahwa pada pendidikan di SD dimaksudkan sebagai upaya pembekalan kemampuan dasar


(18)

siswa berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan siawa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pelaksanaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar SD/MI mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memuat beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Ki Hajar Dewantara dalam Ikhsan (2008: 5) mendefinisikan pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Pendidikan meliputi pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pada lembaga pendidikan formal terdapat beberapa mata pelajaran yang wajib diajarkan, salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sementara itu Sapriya (2007: 5) mengungkapkan bahwa dalam materi pokok pendidikan IPS SD UT dijelaskan IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah dan menganalisis masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menjelaskan bahwa pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS siswa disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.

Tujuan mata pelajaran IPS di atas dapat dicapai apabila guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, sehingga dapat memotivasi siswa agar senantiasa belajar dengan aktif, efektif dan menyenangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka seorang guru harus


(19)

3

mampu memilih model pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran berlangsung dan menarik, sebab model pembelajaran merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam proses pembelajaran. Hal ini mendorong guru untuk menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kosasih dalam Solihatin, dkk. (2009: 1) mengemukakan pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 8 bulan Desember 2014 di kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan pada pembelajaran IPS, diperoleh keterangan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah. Rendahnya aktivitas belajar siswa terlihat pada saat mengikuti proses pembelajaran dikarenakan siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Selain itu guru belum menggunakan variasi pembelajaran secara maksimal, pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga siswa menjadi pasif. Kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran membuat siswa sulit untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru dan kurang aktif mengungkapkan pendapat.

Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa yang dapat diketahui dari rendahnya nilai mid semester siswa di semester ganjil yaitu rata-rata 60 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah 66. Jumlah siswa yang mencapai KKM adalah 12 siswa atau 40% dari 30 siswa dan sebanyak 18 siswa atau 60% belum mencapai KKM.


(20)

Mengingat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan belum berlangsung seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan dan perubahan dalam proses pembelajaran IPS agar aktivitas dan hasil belajar dapat dicapai secara maksimal. Untuk dapat mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut, hendaknya guru dapat mengubah model pembelajaran sehingga memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, dan mampu mencapai hasil belajar yang lebih baik, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul di kelas pada kegiatan pembelajaran, seperti masalah-masalah yang telah diuraikan di atas. Salah satu dari beberapa model pembelajaran yang dianggap tepat oleh peneliti untuk digunakan adalah model cooperative learning tipe pair check. Model cooperative learning tipe pair check adalah modifikasi dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Model ini juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian (Huda, 2013: 211).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Cooperative


(21)

5

Learning tipe Pair Ccheck untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah yang ada yaitu sebagai berikut.

1. Guru belum menggunakan variasi pembelajaran secara maksimal.

2. Kurangnya penggunaan media pembelajaran sehingga siswa sulit untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan.

3. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

4. Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru dan kurang aktif mengungkapkan pendapat.

5. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan.

6. Guru belum menggunakan model cooperative learning tipe pair check. 7. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SD

Negeri 5 Metro Selatan rata-rata 60, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah 66. Jumlah siswa yang mencapai KKM adalah 12 siswa atau 40% dari 30 siswa dan sebanyak 18 siswa atau 60% belum mencapai KKM.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.


(22)

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe pair check dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah penerapan model cooperative learning tipe pair check dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan dengan menerapkan model cooperative learning tipe pair check Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan dengan menerapkan model cooperative learning tipe pair check Tahun Pelajaran 2014/2015.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat: a. Bagi Siswa

Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan penerapan model cooperative learning tipe pair check pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan.


(23)

7

b. Bagi Guru

Meningkatnya kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran IPS di kelas yang diampunya dengan

menggunakan model cooperative learning tipe pair check. c. Bagi Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SD Negeri 5 Metro Selatan.

d. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan dalam menggunakan model pembelajaran pada pembelajaran IPS, sehingga akan tercipta guru yang profesional guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pembelajaran di SD ada beberapa mata pelajaran yang wajib diajarkan salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial yang dikenal dengan istilah social studies. Sementara Sumantri (2001: 89) mengemukakan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. IPS merupakan satu kesatuan sub-disiplin ilmu yang tidak dapat berdiri sendiri. Menurut Kosasih dalam Yaba (2006: 5) menyatakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

Charles R. Keller dalam Sapriya, dkk. (2009: 6) mengartikan IPS sebagai suatu paduan daripada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan disiplin/struktur ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang terencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan kemasyarakatan.


(25)

9

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri. IPS memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

2. Tujuan IPS

Setiap bidang pembelajaran memiliki tujuan pencapaian dalam kegiatan pembelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran IPS. Tujuan mata pelajaran IPS adalah meningkatkan keterampilan sosial individu peserta didik dan keterampilan bermasyarakat.

Berdasarkan KTSP 2006 mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Alma, dkk. (2010: 6) mengemukakan bahwa tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat.

Lebih lanjut Sapriya (2009: 12) mengemukakan IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),


(26)

keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values). Selain itu IPS memiliki tujuan untuk membekali siswa dengan beberapa kemampuan di antaranya: (a) mengenal konsep-konsep kehidupan masyarakat, (b) memiliki kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, (c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial, dan (d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dalam tingkatan lokal nasional dan global. Kemampuan yang diberikan kepada siswa adalah untuk mempersiapkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Karakteristik IPS

Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik masing-masing, begitu pula pada mata pelajaran IPS. Kosasih (2006: 8) mengemukakan bahwa karakteristik dan sifat utama dari pembelajaran IPS yaitu:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis.


(27)

11

d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya. f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan

antarmanusia yang bersifat manusiawi.

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.

i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia sejak dilahirkan di dunia dan sepanjang hayatnya untuk memperbaiki dirinya. Banyak teori tentang belajar yang dikembangkan oleh para ahli, di antaranya ada tiga kategori utama mengenai teori-teori belajar, yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.

Menurut Abidin, (2012: 11) salah satu teori belajar yang banyak menjadi perbincangan saat ini adalah teori belajar konstruktivisme. Hal ini dikarenakan perkembangan terakhir dalam pendidikan saat ini, banyak bermuara pada penerapan berbagai strategi pembelajaran yang berorientasi pembelajar (Student-centered Learning Strategies), dengan ciri-ciri, yaitu: (a) belajar aktif, (b) belajar mandiri, (c) belajar kooperatif dan kolaborati, dan (d) generative learning. Serta berbagai model pembelajaran kognitif, yaitu (a) problem based


(28)

learning, (b) discovery learning, dan (c) cognitive strategies. Semuanya itu didasarkan pada teori belajar atau aliran filsafat konstruktivisme.

Budiningsih (2005: 58) mengemukakan bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh pembelajar, siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari.

Daryanto (2010: 2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Pengalaman seseorang dalam interaksinya dengan lingkungan harus terus ditingkatkan agar terjadi perubahan yang lebih baik lagi.

Sedangkan Sagala (2010: 37) mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Belajar akan membawa kepada perubahan tingkah laku, kecakapan baru dan merupakan hasil dari usaha yang disengaja.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan pengetahuan dan perubahan tingkah laku individu yang baru sebagai hasil pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Selama pembentukan pengetahuan dan perubahan tingkah yang baru pada individu melalui interaksi dengan lingkungan,


(29)

13

siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas berkaitan erat dengan proses pembelajaran. Aktivitas harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Hanafiah & Suhana, 2010: 23). Lebih lanjut Kunandar (2010: 277) mengemukakan aktivitas belajar yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Rohani (2006: 6) menjelaskan bahwa seluruh peranan dan kemauan dikerahkan supaya daya ingat tetap aktif untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal sekaligus mengikuti proses pembelajaran secara aktif. Siswa mendengar, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya, dan sebagainya. Kegiatan/keaktifan jasmani fisik sebagai kegiatan yang tampak yaitu saat peserta didik melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan psikis tampak bila siswa sedang mengamati dengan teliti, memecahkan dengan persoalan, mengambil keputusan dan sebagainya.

Memperhatikan penjelasan guru, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan dari guru, memberikan pendapat, antusias dalam mengikuti


(30)

semua tahapan pembelajaran berbasis pair check, kerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok, tidak mengganggu teman, dan menyimpulkan pembelajaran bersama dengan guru. Berdasarkan beberapa pengertian aktivitas belajar menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan siswa yang bersifat fisik maupun mental baik sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas selama proses pembelajaran, kegiatan tersebut guna menunjang keberhasilan belajar dan untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar. Sebagaimana Sudjana dalam Kunandar (2010: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Kemudian Nashar (2004: 77) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

Bloom dalam Sudjana (2010: 22) merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Perubahan dapat diartikan dari tidak tahu menjadi tahu, tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran, dan kemampuan siswa yang


(31)

15

diperoleh melalui kegiatan pembelajaran. Anak mengalami perubahan baik di bidang afektif, kognitif, dan psikomotorik.

C. Pengertian Model Pembelajaran

Tingkat keberhasilan proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan sangat dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran. Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mengetahui perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru. Kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Komalasari (2010: 57) yang mendefinisikan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Selanjutnya Chauham dalam Wahab (2008: 52) mendefinisikan bahwa model mengajar merupakan sebuah perencanaan pembelajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses pembelajaran agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan.

Isjoni (2011: 5) mengemukakan bahwa perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran cooperative atau cooperative learning.

Berdasarkan beberapa pengertian model pembelajaran para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan perencanaan pembelajaran yang disajikan secara khas oleh


(32)

guru dalam pembelajaran, sedapat mungkin harus dicapai. Perubahan spesifik pada perilaku siswa, seperti yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengubah perilaku siswa dan banyak mendapat respon adalah model cooperative learning.

D. Pengertian Cooperative Learning

Model pembelajaran memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah cooperative learning. Menurut Isjoni (2007: 15) cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Kemudian Anitah, dkk. (2009: 3.7) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain.

Slavin dalam Solihatin & Raharjo (2009: 4) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rusman (2011: 203) bahwa cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan cooperative learning yaitu


(33)

17

suatu model pembelajaran yang dalam proses pelaksanaan pembelajarannya siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok kecil tersebut terdiri dari 4-6 orang siswa untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain dengan struktur kelompok yang heterogen.

E. Tujuan Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Begitu pula dengan model cooperative learning. Martati (2010: 15) mengemukakan tiga tujuan cooperative learning, yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting, toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya dan mengajarkan keterampilan kerja sama dan berkolaborasi kepada siswa.

Menurut Sharan dalam Isjoni (2007: 21), siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran cooperative akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Sedangkan menurut Johnson dalam Isjoni (2007: 23-24) pembelajaran cooperative juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa terdapat tiga tujuan cooperative learning. Ketiga tujuan tersebut yaitu meningkatkan kinerja


(34)

siswa, toleransi dan penerimaan antarsesama manusia, serta mengajarkan keterampilan kerja sama.

F. Jenis-jenis Cooperative Learning

Pembelajaran cooperative memiliki berbagai jenis, yang dibedakan berdasarkan cara kerja pembelajaran secara berkelompok. Salah satu dari beberapa jenis model cooperative learning adalah model cooperative learning tipe pair check. Selain model cooperative learning tipe pair check ada beberapa jenis model cooperative learning yaitu seperti yang dijelaskan oleh Isjoni (2007: 51) bahwa dalam model cooperative learning terdapat beberapa variasi jenis-jenis model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam propses pembelajaran, di antaranya (a) Student Team Achiement Division (STAD), (b) Teams Games Tournament (TGT), (c) Jigsaw, (d) Team Assisted Individualization (TAI) dan (e) Pair Check. Sedangkan menurut Suprijono (2013: 89) jenis-jenis cooperative learning di antaranya (a) Jigsaw, (b) Think Pair Share, (c) Number Head Together, (d) Group Instigation, (e) Pair Check dan (f) Two Stay Two Stray.

Peneliti memilih model pembelajaran cooperative tipe pair check, karena model pembelajaran ini dipandang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di kelas, agar guru dan siswa merasakan kemudahan dalam proses pembelajaran. Aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan baik.


(35)

19

G. Model Cooperative Learning Tipe Pair Check 1. Pengertian Pair Check

Model cooperative learning tipe pair check merupakan model pembelajaran berkelompok yang saling berpasangan. Model ini menerapkan pembelajaran cooperative yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Model ini juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian (Huda, 2013: 14).

Model pembelajaran cooperative tipe pair check adalah modifikasi dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat siswa diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan (Faiq, 2013.http:// penelitiantindakankelas.blogspot.com).

Peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe pair check adalah model pembelajaran berkelompok, yang saling berpasangan. Model ini menerapkan pembelajaran cooperative yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam mengecek jawaban, serta melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian.

2. Langkah-langkah Pair Check

Menurut Huda (2013: 211) Langkah-langkah rinci penerapan model pair check adalah sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan konsep.

b. Siswa dibagi ke dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari enam orang. Dalam satu tim ada tiga pasangan. Setiap pasangan dalam


(36)

satu kelompok.

c. Guru membagikan soal kepada partner.

d. Partner menjawab soal, dan pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

e. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.

f. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.

g. Setiap tim mengecek jawabannya.

h. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah atau reword oleh guru.

Menurut Suriawan (2011: 2) langkah-langkah model cooperative learning tipe pair check adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2. Guru membentuk kelompok berpasangan.

3. Satu orang bekerja menyelesaikan soal dan pasangannya bertugas sebagai tutor, memeriksa dan mengecek.

4. Pemeriksa mengecek pekerjaan pasangannya, jika ada pertentangan di antara siswa, boleh menanyakannya pada pasangan lain dalam kelompok.

5. Jika pasangan setuju dengan jawaban, yang berarti benar, tutor memberi pujian.

6. Pembelajar berganti peran dan mengulangi langkah 3-5. Pembelajar yang berperan sebagai tutor menjadi pemecah masalah. 7. Jika jawaban benar, siswa saling berjabat tangan.

8. Kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

9. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling baik.

Berdasarkan pendapat teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah dalam model pembelajaran pair check antara lain: mengecek jawaban antarteman, pengelompokan, pemberian tugas kelompok, diskusi antaranggota kelompok, pelaporan hasil, pemberian tanggapan, dan membuat kesimpulan. Selain itu peneliti menggunakan pendapat Huda dalam langkah-langkah model pembelajaran tipe pair check karena lebih mudah dipahami/dimengerti.


(37)

21

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning tipe Pair Check

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Termasuk model cooperative learning tipe pair check. Huda (2013: 212) menyatakan bahwa pair check memiliki kelebihan tersendiri, antara lain:

a) meningkatkan kerja sama antarsiswa;

b) meningkatkan pemahaman atas konsep atau proses pembelajaran; dan c) melatih siswa berkomunikasi yang baik dengan teman sebangkunya.

Sementara itu, model ini juga memiliki kekurangan utamanya karena model tersebut membutuhkan:

a) waktu yang benar-benar memadai, dan

b) kesiapan siswa untuk menjadi pelatih dan partner yang jujur dan memahami soal dengan baik.

H. Penelitian yang Relevan

Pada hakikatnya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran, baik memperbaiki pembelajaran di kelas maupun memperbaiki kinerja guru. Apabila mutu pembelajaran di kelas meningkat maka mutu pendidikan dapat ditingkatkan. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe pair check telah banyak dilakukan, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh:

1. Reni Utami (2014) mahasiswa Universitas Lampung Program Studi PGSD dengan judul Penerapan Model Cooperative Learning tipe Pair Check untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran


(38)

Tematik Kelas IV B SD Negeri 06 Metro Pusat Tahun Pelajaran. 2013/2014. Dengan Menerapkan Model Cooperative Learning tipe Pair Check hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Pair Check menunjukkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Tematik meningkat dibandingkan dengan sebelum menggunakan Model Cooperative Learning tipe pair check. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu dalam penggunaan model Cooperative Learning tipe pair check dalam pembelajaran Tematik. Akan tetapi yang membedakan penelitian tersebut pembelajaran Tematik dan subjek penelitian, sedangkan dalam penelitian ini pelajaran IPS.

2. Reni Marlina (2011) mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi PGSD dengan judul Penerapan Model Cooperative Learning tipe Pair Check untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri 2 Bandar Jaya. Hasil dari penelitian dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Pair Check menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika meningkat setelah menggunakan Model Cooperative Learning tipe Pair Check. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu dalam penggunaan model Cooperative Learning tipe pair check dalam pembelajaran IPS. Akan tetapi, yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilaksanankan oleh peneliti adalah subjek penelitian.


(39)

23

I. Kerangka Pikir

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti menghasilkan data yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, peneliti melakukan identifikasi masalah untuk menemukan alternatif perbaikan yang dapat dilakukan. Dengan demikian, upaya perbaikan yang dilakukan dapat mengubah kondisi pembelajaran lebih baik dari sebelum dilakukan perbaikan. Adapun kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

INPUT PROSES OUTPUT

J.

Gambar 2.1. Kerangka pikir J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam

Kerja berpasangan

Pembagian peran partner dan pelatih

Guru memberi soal, partner menjawab

Pengecekan jawaban Bertukar peran Penyimpulan Evaluasi Refleksi

Aktivitas dan hasil belajar siswa rendah

Penerapan model pair check

Aktivitas dan hasil belajar siswa telah mencapai indikator


(40)

pembelajaran IPS menerapkan model cooperative learning tipe pair check dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan”.


(41)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan terjemahan dari classroom action research. Arikunto, dkk. (2006: 58) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di dalam kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran. Sanjaya (2009: 13) mengungkapkan bahwa melalui penelitian tindakan kelas guru dapat meningkatkan kinerjanya secara terus-menerus, dengan cara melakukan refleksi diri. Hal tersebut ditempuh dengan upaya menganalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya, kemudian merencanakan untuk proses perbaikan serta mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran dan diakhiri dengan melakukan refleksi.

Sebagaimana Arikunto, dkk. (2006: 16) mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Adapun alur penelitian ini sebagai berikut.


(42)

Alur penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas diadopsi dari Arikunto, dkk. (2006: 16).

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 5 Metro Selatan, Jln. Budi Utomo No. 113 Margodadi, Metro Selatan.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama 5 bulan dari persiapan (penyusunan proposal, seminar proposal dan perbaikan proposal) sampai laporan hasil penelitian, mulai dari bulan Desember 2014 sampai bulan April 2015.

Refleksi III

Pengamatan III Perencanaan I

SIKLUS II SIKLUS I Pengamatan I Perencanaan II Refleksi II

Pengamatan II Perencanaan III

Pelaksanaan III SIKLUS III

Pelaksanaan II Pelaksanaan I Refleksi I


(43)

27

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru SD Negeri 5 Metro Selatan. Penelitian tindakan kelas ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa dan seorang guru Kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa sebanyak 30 siswa, dengan rincian 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Nontes

Teknik nontes dilakukan dengan mengobservasi, untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa, kinerja guru, hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotor selama penelitian tindakan kelas yang sedang berlangsung di kelas IV dalam pembelajaran IPS dengan model cooperative learning tipe pair check.

2. Teknik Tes

Teknik tes dirancang untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa kognitif setelah mengikuti proses pembelajaran. Teknik tes ini digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka). Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan model Cooperative Learning tipe Pair Check.


(44)

E. Alat Pengumpul Data

1. Lembar Panduan Observasi

Instrumen ini digunakan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa, sikap/afektif siswa, dan kinerja guru pada saat pembelajaran berlangsung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Tabel 3.1 Indikator kegiatan guru berkenaan dengan pair check No

. Aspek yang diamati Skor

I Pra pembelajaran

1. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran. 1 2 3 4 5 2. Memeriksa kesiapan siswa. 1 2 3 4 5 II Membuka pelajaran

1. Melakukan apersepsi. 1 2 3 4 5 2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan

dicapai dan rencana kegiatan. 1 2 3 4 5 III Kegiatan Inti Pembelajaran

A. Penugasan materi pembelajaran

1. Guru menyampaikan materi. 1 2 3 4 5 2. Kemudian siswa dibagi ke dalam 5 kelompok. Setiap

kelompok terdiri dari 6 siswa. Dalam satu kelompok ada 3 pasangan. Setiap pasangan dalam satu kelompok diberikan masing-masing satu peran yang berbeda yaitu pelatih dan partner.

1 2 3 4 5

3. Guru membagikan soal kepada pelatih. 1 2 3 4 5 4. Partner menjawab soal, dan pelatih bertugas

mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

1 2 3 4 5 5. Pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih

menjadi partner, dan partner menjadi pelatih. 1 2 3 4 5 6. Guru membimbing dan memberikan arahan atas

jawaban dari berbagai soal. 1 2 3 4 5 7. Setiap kelompok mengecek jawabannya. 1 2 3 4 5

8. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi

reword oleh guru. 1 2 3 4 5

9. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan

dari kegiatan yang baru saja dilakukan tersebut. 1 2 3 4 5 B. Pendekatan/strategi pembelajaran/model


(45)

29

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

kompetensi (tujuan) yang akan dicapai. 1 2 3 4 5 2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan siswa. 1 2 3 4 5 3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 1 2 3 4 5

4. Menguasai kelas. 1 2 3 4 5

5. Melakukan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 5 6. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif. 1 2 3 4 5 7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu

yang telah dialokasikan. 1 2 3 4 5 C. Pemanfaatan media pembelajaran/sumber

belajar

1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan

media. 1 2 3 4 5

2. Menghasilkan pesan yang menarik. 1 2 3 4 5 3. Menggunakan media secara efektif dan efisien. 1 2 3 4 5 4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media. 1 2 3 4 5 D. Pembelajaran yang memicu dan memelihara

keterlibatan siswa

1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran. 1 2 3 4 5

2. Merespon positif partisipasi siswa. 1 2 3 4 5 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan

sumber belajar. 1 2 3 4 5

4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. 1 2 3 4 5 5. Menunjukkan hubungan antarpribadi yang kondusif. 1 2 3 4 5 6. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme dalam

belajar. 1 2 3 4 5

E. Kemampuan khusus pembelajaran IPS di SD 1. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah

dalam mata pelajaran IPS dan menerapkannya dalam kejadian sehari-hari.

1 2 3 4 5 2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi atau

menyampaikan informasi (lisan atau tertulis). 1 2 3 4 5 F. Penilaian proses dan hasil belajar

1. Memantau kemajuan belajar. 1 2 3 4 5 2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

(tujuan). 1 2 3 4 5

G. Penggunaan bahasa

1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4 5 2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4 5 3. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. 1 2 3 4 5 IV Penutup

1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan


(46)

2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa. 1 2 3 4 5 3. Melaksanakan tindak lanjut. 1 2 3 4 5 Jumlah Skor IPKG

Jumlah Skor yang diperoleh Skor Maksimal

Rata-rata Nilai

(Diadaptasi dari Andriyani, dkk., 2009: 73)

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Indikator aktivitas siswa.

No Kegiatan siswa Skor

1 2 3 4 5 1 A=Memperhatikan penjelasan guru

2 B=Bertanya pada guru 3 C=Memberikan pendapat

4 D=Antusias dalam mengikuti pembelajaran 5 E=Kerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok 6 F=Tidak mengganggu teman

7 G=Menyimpulkan pembelajaran

2. Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa

Lembar observasi untuk memperoleh data hasil belajar afektif siswa dalam penelitian ini seperti terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Lembar observasi hasil belajar afektif siswa

No Sikap Indikator

1. Tanggung Jawab

a. Melaksanakan kewajiban sebagai anggota kelompok

b. Melaksanakan tugas yang diberikan guru c. Mengenakan seragam lengkap

d. Memelihara fasilitas sekolah e. Menjaga kebersihan kelas 2. Santun a. Menerima nasihat guru

b. Menghindari permusuhan c. Menjaga perasaan orang lain d. Menjaga ketertiban


(47)

31

3. Jujur a. Berkata apa adanya b. Berbicara tanpa ragu

c. Menunjukkan fakta sebenarnya d. Menghargai data

e. Mengakui kesalahan 4. Percaya

diri

a. Pantang menyerah

b. Berani menyatakan pendapat c. Berani bertanya

d. Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan e. Berpenampilan tenang

3. Lembar Observasi Hasil belajar Psikomotor Siswa

Lembar observasi untuk memperoleh data hasil belajar psikomotor siswa, dalam penelitian ini seperti terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3.4 Rubrik penilaian hasil belajar afektif siswa

No Ranah Psikomotor Skor

1 2 3 4 5 1 A=Memposisikan diri sebagai anggota kelompok

2 B=Mengoreksi hasil kerja anggota kelompok 3 C=Mendorong anggota kelompok yang lain

dalam menyelesaikan tugas kelompok 4 D=Menggunakan waktu dalam mengerjakan

tugas kelompok dengan efektif (Ahmadi dan Amri, 2014: 306)

2. Soal Tes

Soal-soal tes dikerjakan siswa pada setiap akhir siklus atau tes formatif. Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe pair check.


(48)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian tindakan kelas menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari data aktvitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model cooperative learning tipe pair check. Data yang diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Persentase aktivitas siswa dan kinerja guru diperoleh dengan rumus berikut.

a. Persentase kinerja guru diperoleh dengan rumus N =

x 100% Keterangan:

N = Nilai yang dicari/diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal yang diamati 100 = Bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102) Tabel 3.5 Skor kategori kinerja guru

No Skor Kategori

1 5 Sangat baik

2 4 Baik

3 3 Cukup

4 2 Kurang


(49)

33

Tabel 3.6 Persentase dan kategori kinerja guru

No Rentang nilai % Kategori

1 81 – 100 Sangat baik

2 61 – 80 Baik

3 41 – 60 Cukup

4 21 – 40 Kurang

5 0,1 – 20 Sangat kurang

(Adaptasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

b. Persentase aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan rumus: NP =

× 100% Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimal ideal yang diamati 100% = Bilangan tetap

Sumber: Adaptasi dari Purwanto (2009: 102)

c. Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan rumus: X = ∑

∑ Keterangan:

X = Nilai rata-rata kelas ∑X = Jumlah semua nilai siswa ∑N = Jumlah siswa

Sumber: Adaptasi dari Aqib, dkk. (2011: 40)

Hasil observasi aktivitas siswa dan kinerja guru dapat dikategorikan sesuai dengan melihat kriteria sebagai berikut.


(50)

Tabel 3.7 Skor kategori penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran

Skor Kategori

5 Sangat aktif

4 Aktif

3 Cukup aktif

2 Kurang aktif

1 Pasif

(Modifikasi dari Aqib, dkk., 2010: 41)

Tabel 3.8 Kriteria penilaian aktivitas siswa secara klasikal dalam pembelajaran

No Tingkat keberhasilan Kategori

1 81-100% Sangat aktif

2 61-80% Aktif

3 41-60% Cukup aktif

4 21-40% Kurang aktif

5 <20% Pasif

(Modifikasi dari Aqib, dkk., 2010: 41) d. Nilai afektif siswa diperoleh dengan rumus:

NA =

x 100 Keterangan:

NA = Nilai afektif yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap


(51)

35

Tabel 3.9 Kategori hasil belajar afektif siswa Konversi Nilai

Kategori Skala 0 - 100 Skala 1 – 4

86 – 100 4

Sangat baik 81 – 85 3,66

76 – 80 3,33

Baik 71 – 75 3,00

66 – 70 2,66 61 – 65 2,33

Cukup

56 – 60 2

51 – 55 1,66

46 – 50 1,33

Kurang

0 – 45 1

Persentase ketuntasan nilai afektif siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus berikut:

A =

x 100 % Keterangan:

A = Persentase ketuntasan afektif klasikal

= Jumlah siswa yang memiliki nilai afektif ≥ 66 N = Jumlah siswa

100% = Bilangan tetap

(Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 3.10 Kategori nilai hasil belajar psikomotor siswa

Nilai Kategori

81-100% Sangat baik

61-80% Baik

41-60% Cukup

21-40% Kurang

<20% Sangat kurang


(52)

1) Nilai rata-rata hasil belajar psikomotor kelas, diperoleh dengan rumus:

=

Keterangan:

฀ = Nilai rata-rata yang dicari Σx = Jumlah nilai siswa

n = Banyaknya siswa

(Sumber: Muncarno, 2009: 15).

2) Persentase hasil belajar psikomotor berkategori “Baik“ secara klasikal, diperoleh dengan rumus:

P = ∑

∑ x 100%

(Aqib, dkk., 2009: 41)

Persentase tersebut dikategorikan dalam kriteria persentase hasil belajar psikomotor secara klasikal berikut.

Tabel 3.11 Kategori persentase hasil belajar psikomotor siswa secara klasikal

Tingkat Keberhasilan (%) Kategori

81-100% Sangat baik

61-80% Baik

41-60% Cukup

21-40% Kurang

<20% Sangat kurang


(53)

37

2. Analisis Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada setiap akhir siklus baik siklus I, maupun siklus II. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa.

a. Nilai individual ini diperoleh menggunakan rumus: S = x 100

Keterangan :

S : Nilai yang dicari atau diharapkan R : Skor yang diperoleh

N : Skor maksimum dari tes 100 : Bilangan tetap

(Adopsi dari Purwanto, 2008: 112).

b. Nilai rata-rata kelas diperoleh dengan rumus: ฀ =

Keterangan:

฀ = Nilai rata-rata yang dicari Σx = Jumlah nilai siswa

n = Banyaknya siswa

(Adopsi dari Muncarno, 2009: 15).

c. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut.

P = ∑


(54)

Keterangan:

P = Persentase ketuntasan belajar yang dicari Tabel 3.12 Kriteria ketuntasan belajar

No Nilai Ketuntasan

1. ≥ 66 Tuntas

2. ≤ 66 Belum tuntas

Tabel 3.13 Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa.

Tingkat Keberhasilan (%) Kategori

81-100% Sangat tinggi

61-80% Tinggi

41-60% Sedang

21-40% Rendah

<20% Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41) G. Urutan Penelitian

Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah berikut.

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

1) Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dilaksanakan dan materi yang kemudian menjadi beberapa indikator yang diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe pair check.


(55)

39

2) Menetapkan KD dan materi pelajaran yang sampaikan. Dengan KD “Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”.

3) Menyiapkan perangkat pembelajaran (pemetaan SK/KD, Silabus, dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

5) Menyusun alat evaluasi siklus I. b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe pair check meliputi beberapa tahap, yaitu :

1. Kegiatan Awal a) Salam pembuka.

b) Guru mengondisikan kelas. c) Doa.

d) Absensi. e) Apersepsi

Siswa melakukan Tanya jawab bersama guru untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari dan mengingatkan dengan materi yang akan disampaikan.


(56)

2. Kegiatan Inti

a. Guru menyampaikan materi.

b. Kemudian siswa dibagi ke dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 siswa. Dalam satu kelompok ada 3 pasangan. Setiap pasangan dalam satu kelompok diberikan masing-masing satu peran yang berbeda yaitu pelatih dan partner, dengan KD “Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi”.

c. Guru membagikan soal kepada pelatih.

d. Partner menjawab soal, dan pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

e. Pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih menjadi partner, dan partner menjadi pelatih.

f. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.

g. Setiap kelompok mengecek jawabannya.

h. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi reword oleh guru.

i. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan dari kegiatan yang baru saja dilakukan tersebut.

3. Kegiatan Penutup

a) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.


(57)

41

b) Guru memberikan refleksi dan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

c) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

d) Guru memberi motivasi.

e) Menentukan tindak lanjut dengan memberikan tes formatif pada akhir siklus kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran IPS.

f) Doa.

g) Salam penutup. c. Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanann tindakan, menggunakan lembar observasi. Hal-hal yang diamati yaitu aktivitas siswa, sikap siswa dalam diskusi kelompok, keterampilan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan kinerja guru.

d. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.


(58)

2. Siklus II

Tahap yang dilaksanakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I. Namun materi pembelajarannya yang berbeda kemudian mengadakan perbaikan pada kegiatan yang dirasa kurang pada siklus I setelah dilakukan refleksi untuk dapat ditingkatkan lagi.

a. Tahap Perencanaan

1) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.

2) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I.

3) Menganalisis SK/KD dan materi yang akan diajarkan dengan model cooperative learning tipe pair check.

4) Menetapkan KD dan materi pelajaran yang sampaikan. Dengan KD “Mengenal permasalahan sosial di daerahnya”.

5) Menyiapkan perangkat pembelajaran (pemetaan SK/KD, Silabus, dan RPP) yang mengacu pada KTSP sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

7) Menyusun alat evaluasi siklus II. b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe pair check


(59)

43

meliputi beberapa tahap, yaitu : 1. Kegiatan Awal

a) Salam pembuka.

b) Guru mengondisikan kelas. c) Doa.

d) Absensi. e) Apersepsi.

f) Siswa melakukan Tanya jawab bersama guru untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari dan mengingatkan dengan materi yang akan disampaikan.

2. Kegiatan Inti

a) Guru menyampaikan materi.

b) Kemudian siswa dibagi ke dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 siswa. Dalam satu kelompok ada 3 pasangan. Setiap pasangan dalam satu kelompok diberikan masing-masing satu peran yang berbeda yaitu pelatih dan partner, dengan KD “Mengenal permasalahan sosial di daerahnya”. c) Guru membagikan soal kepada pelatih.

d) Partner menjawab soal, dan pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

e) Pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih menjadi partner, dan partner menjadi pelatih.


(60)

f) Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.

g) Setiap kelompok mengecek jawabannya.

h) Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi reword oleh guru.

i) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan dari kegiatan yang baru saja dilakukan tersebut.

3. Kegiatan Penutup

a) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.

b) Guru memberikan refleksi dan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

c) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

d) Guru memberi motivasi

e) Menentukan tindak lanjut dengan memberikan tes formatif pada akhir siklus kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran IPS.

f) Doa.

g) Salam penutup. c. Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanann tindakan, menggunakan lembar observasi. Hal-hal yang diamati yaitu aktivitas siswa, sikap siswa dalam diskusi kelompok,


(61)

45

keterampilan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan kinerja guru.

d. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

H. Indikator Keberhasilan

Penerapan model cooperative learning tipe pair check dalam pembelajaran

IPS pada penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila:

1. Terdapat peningkatan aktivitas belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 5

Metro Selatan pada setiap siklusnya.

2. Pada akhir penelitian ini adanya peningkatan hasil belajar siswa ≥75% dari

30 siswa yang mencapai KKM, yang ditetapkan yaitu 66.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Pair Check untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Metro Selata” dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe pair check dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 71 termasuk dalam katagori “Cukup Aktif”. Pada siklus II sebesar 75 termasuk dalam katagori “Aktif”, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 4.

2. Penerapan model cooperative learning tipe pair check pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada:

a) Hasil belajar kognitif siswa. Secara berurutan persentase ketuntasan klasikal siklus I mencapai 70% katagori “Sedang” dengan nilai rata-rata kelas 71, siklus II sebesar 83,3% katagori “Tinggi” dengan nilai rata-rata klasikal 76.


(63)

79

b) Hasil belajar afektif siswa. Secara berurutan persentase ketuntasan klasikal siklus I mencapai 74% dengan katagori “Baik”, dan siklus II sebesar 88% dengan katagori “Sangat baik”.

c) Hasil belajar psikomotor siswa. Secara berurutan persentase ketuntasan klasikal siklus I mencapai 73,5% dengan katagori “Baik”, dan siklus II sebesar 87,5% dengan katagori “Sangat baik”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

1. Siswa

Siswa diharapkan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Selain itu siswa juga harus mengerjakan dengan baik tugas yang diberikan guru, baik tugas individu maupun kelompok.

2. Guru

Diharapkan kepada guru agar menerapkan model cooperative learning tipe pair check sebagai upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, lebih kreatif melaksanakan pembelajaran dengan mengaitkan dunia nyata siswa. Memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan siswa supaya siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan serta meningkatkan proses pembelajaran melalui variasi model pembelajaran.


(64)

3. Sekolah

Memfasilitasi penggunaan dari model cooperative learning tipe pair check dalam proses pembelajaran. Selain itu perlunya dukungan dari kepala sekolah untuk mengupayakan dan memberi dorongan agar guru yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan model Cooperative Learning tipe Pair Check. Guru dapat menerapkannya dalam pembelajaran.

4. Kepada Peneliti

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model cooperative learning tipe pair check diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru bagi peneliti untuk lebih memperkaya model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS. Disarankan pada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan penelitian dengan mengimplementasikan model cooperative learning tipe pair check pada materi yang berbeda.


(65)

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Abidin, Yunus. 2012. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Reflika ADITAMA. Bandung.

Ahmadi, Amri. 2014. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Alma, Buchari, dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Alfabeta. Bandung.

Andriyani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Anitah, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta. Daryanto, 2010. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta, h. 102-124. Jakarta.

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.


(66)

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

2011.Pembelajaran Cooperative Meningkatkan Kecerdasaan Komunikasi Antara Peserta Didik. Pustaka Belajar. Bandung.

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung.

Kosasih. 2006. Karaktristik IPS. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah PTK sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo. Jakarta.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Genesindo. Bandung.

Muncarno. 2009. Bahasa Ajar Statistik Pendidikan PGSD. Metro

Nashar. 2004. Penerapan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Bandung. Redaksi Sinar Grafika. 2009. UU SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)(UU

RI No. 20 Th. 2003). Sinar Grafika. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2006. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Bandung.

2012. Model-model Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI Press. Bandung.

Segala. 2010. Strategi Belajar. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2009. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.


(1)

b) Hasil belajar afektif siswa. Secara berurutan persentase ketuntasan klasikal siklus I mencapai 74% dengan katagori “Baik”, dan siklus II sebesar 88% dengan katagori “Sangat baik”.

c) Hasil belajar psikomotor siswa. Secara berurutan persentase ketuntasan klasikal siklus I mencapai 73,5% dengan katagori “Baik”, dan siklus II sebesar 87,5% dengan katagori “Sangat baik”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

1. Siswa

Siswa diharapkan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Selain itu siswa juga harus mengerjakan dengan baik tugas yang diberikan guru, baik tugas individu maupun kelompok.

2. Guru

Diharapkan kepada guru agar menerapkan model cooperative learning tipe pair check sebagai upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, lebih kreatif melaksanakan pembelajaran dengan mengaitkan dunia nyata siswa. Memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan siswa supaya siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan serta meningkatkan proses pembelajaran melalui variasi model pembelajaran.


(2)

3. Sekolah

Memfasilitasi penggunaan dari model cooperative learning tipe pair

check dalam proses pembelajaran. Selain itu perlunya dukungan dari

kepala sekolah untuk mengupayakan dan memberi dorongan agar guru yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan model Cooperative Learning tipe Pair Check. Guru dapat menerapkannya dalam pembelajaran.

4. Kepada Peneliti

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model cooperative

learning tipe pair check diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru bagi

peneliti untuk lebih memperkaya model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS. Disarankan pada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan penelitian dengan mengimplementasikan model


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Abidin, Yunus. 2012. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum

2013. Reflika ADITAMA. Bandung.

Ahmadi, Amri. 2014. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Alma, Buchari, dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Alfabeta. Bandung.

Andriyani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Anitah, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, TK. CV Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta. Daryanto, 2010. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta, h. 102-124. Jakarta.

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.


(4)

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

2011.Pembelajaran Cooperative Meningkatkan Kecerdasaan

Komunikasi Antara Peserta Didik. Pustaka Belajar. Bandung.

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung.

Kosasih. 2006. Karaktristik IPS. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah PTK sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo. Jakarta.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Genesindo. Bandung.

Muncarno. 2009. Bahasa Ajar Statistik Pendidikan PGSD. Metro

Nashar. 2004. Penerapan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Bandung. Redaksi Sinar Grafika. 2009. UU SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)(UU

RI No. 20 Th. 2003). Sinar Grafika. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2006. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Bandung.

2012. Model-model Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI Press. Bandung.

Segala. 2010. Strategi Belajar. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2009. Cooperative Learning Analisis Model


(5)

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Dasar Teori dan Praktek. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sumantri, M.N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. PPS-UPI dan PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Suprijono. 2013. Cooperative Learning Teori dan amplikasi Paikem. Pustaka. Belajar. Yogyakarta.

Suriawan, Hakim. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pairs

Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Xa SMA Negeri

7 Kendari Pada Materi Pokok Gerak Lurus. DinasPendidikan Nasional Kota

Kendari. Sulawesi Tenggara.

Syaefudin, Sa’ud, Udin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI Press. Bandung. dkk. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI Press. Bandung. 2009. Pendidikan IPS. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

Permendiknas No. 22 dan No. n23 Tahun 2006 tentang SI dan SKL. Sinar Grafika. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS). 2006.

Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi Tujuan Pembelajaran IPS.

Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Poerwanti, Endang, dkk. 2009. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral. Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Wahab, Abdul Azis. 2008. Metode dan Model-model Mengajar. Alfabeta. Bandung.

Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


(6)

Yaba. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial. Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Makasar


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 2 SABAH BALAU LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

0 15 65

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SD ISLAM TERPADU AL MUHSIN METRO SELATAN

0 5 87

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04 METRO BARAT

1 7 75

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 METRO TIMUR

1 4 79

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PURWODADI

0 9 76

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENIGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 METRO SELATAN

0 4 72

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128