PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK.

(1)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN

UCAPAN TERIMAKASIH……… i

ABSTRAK……… ii

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Penelitian………... 1

B. Rumusan Masalah……….. 6

C. Tujuan Penelitian……… 7

D. Manfaat Penelitian……….. 7

E. Sistematika Penelitian………. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 10

A. Pembelajaran Sains Bagi Anak Usia Dini……….. 10

B. Keterampilan Proses Sains Pendidikan Anak Usia Dini……… 16

C. Model Perolehan Konsep………... 27

1. Definisi Model Perolehan Konsep (Concept Attainment)……….. 27


(2)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

D. Penelitian yang Relevan……… 33

BAB III METODE PENELITIAN………. 35

A. Metode dan Desain Penelitian………. 35

1. Metode dan Pendekatan Penelitian………... 35

2. Desain Penelitian………..……. 36

B. Lokasi dan Subjek Penelitian……….. 37

1. Lokasi Penelitian……….... 37

2. Subjek Penelitian……….. 37

C. Definisi Operasional Variabel………. 38

D. Instrument Penelitian……….. 39

1. Kisi-kisi Instrumen……… 39

2. Uji Coba Instrumen……… 39

E. Prosedur Penelitian……….. 52

F. Teknik Pengumpulan Data………. 57

1. Observasi………57

2. Wawancara……… 59

G. Teknik Analisis Data………... 59

1. Analisis Data………. 59

2. Hipotesis……… 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 62

A. Kondisi Awal Keterampilan Proses Sains Anak Kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi Sebelum Diterapkan Model Perolehan Konsep (Concept Attainment).. 62

1. Hasil Pre Test………. 62

a. Kemampuan Awal Kelompok Kontrol……… 62


(3)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

1. Hasil Post Test………...………… 67

a. Kemampuan Akhir Kelompok Kontrol……….. 67

b. Kemampuan Akhir Kelompok Eksperimen………... 70

C. Pengaruh dari Penerapan Perolehan Konsep (Concept Attainment) Terhadap Keterampilan Proses Sains Anak Kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi…... 73

1. Uji Normalitas……….. 73

2. Uji Homogenitas……….. 74

3. Uji Signifikansi………. 77

D. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 77

1. Kemampuan Awal Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Perolehan Konsep (Concept Attainment)……….. 77

2. Kemampuan Awal Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Perolehan Konsep (Concept Attainment)……….. 81

3. Pengaruh dari Penerapan Perolehan Konsep (Concept Attainment) Terhadap Keterampilan Proses Sains Anak Kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi.. 84

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. 88

A. Simpulan……….. 88

B. Saran ………... 90

DAFTAR PUSTAKA……….. 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN……….. 93 RIWAYAT HIDUP


(4)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keys Of Process Skills……… 19

Tabel 2.2 Keterampilan Proses Sains yang Dilatihkan……….. 23

Tabel 2.3 Tahapan Pengajaran Model Perolehan Konsep ………. 29

Tabel 3.1 Data Siswa………... 37

Tabel 3.2 Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains Anak………. 41

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Proses Sains Anak………... 45

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara……….. 45

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Keterampilan Proses Sains Anak Taman Kanak-kanak……… 47

Tabel 3.6 Rincian Validitas Item……….. 49

Tabel 3.7 Hasil Reliabilitas……… 50

Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas……… 52

Tabel 3.9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian………. 53


(5)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

Tabel 4.3 Hasil Statistik Tes Awal Kelompok Kontrol……… 64

Tabel 4.4 Kemampuan Awal Kelas Eksperimen……….. 64

Tabel 4.5 Kategori Kemampuan Siswa……… 66

Tabel 4.6 Hasil Statistik Tes Awal Kelompok Eksperimen………. 66

Tabel 4.7 Kemampuan Akhir Kelas Kontrol………. 68

Tabel 4.8 Kategori Kemampuan Siswa……… 69

Tabel 4.9 Hasil Statistik Tes Akhir Kelompok Kontrol………...……… 69

Tabel 4.10 Kemampuan Akhir Kelas Eksperimen………. 70

Tabel 4.11 Kategori Kemampuan Siswa……… 71

Tabel 4.12 Hasil Statistik Tes Awal Kelompok Eksperimen……… 72

Tabel 4.13 One Sample Kolomogrov-Smirnov……….. 74

Tabel 4.14 Test of Homogeneityof Variance………. 75

Tabel 4.15 Group Statistics……… 76


(6)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Pembelajaran Siswa………. 13

Gambar 2.2 Dampak-dampak Instruksional dan Pengiring dari Model Perolehan Konsep……… 32

Gambar 4.1 Grafik Histogram Nilai Pre Testkelompok kontrol……….. 64

Gambar 4.2 Grafik Histogram Nilai Pre Testkelompok eksperimen………... 67

Gambar 4.3 Grafik Histogram Nilai Post Testkelompok kontrol………. 70


(7)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN……… 93

LAMPIRAN B RENCANA KEGIATAN HARIAN……… 132

LAMPIRAN C ADMINISTRASI PENELITIAN……… 135


(8)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009, bahwa yang dimaksud dengan anak usia dini merupakan individu yang berada pada pada rentang usia 0

– 6 tahun. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional (Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009). Dalam mencapai perkembangannya, anak memerlukan rangsangan dan stimulus yang baik dan sesuai dengan pembinaan yang diberikan oleh orang tua dan sekolah.

Menurut Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009, bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Anak Usia Dini adalah :

. “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diperoleh gambaran mengenai pentingnya pembelajaran di sekolah karena bertujuan untuk membantu anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Sekolah merupakan jembatan penghubung bagi anak memperoleh pengetahuannya secara terkonsep. Dimana di dalamnya terdapat pendidik yang berperan sebagai kunci utama pengendali perkembangan. Merujuk pada

pendapat Amien dalam Nugraha (2008, hlm. 135)”bahwa guru sebaiknya tak

hanya berperan sebagai transform of knowledge, tapi juga seharusnya sebagai

transfer of knowledge sekaligus sebagai transform of knowledge ; juga transfer and transform of values, sehingga mungkin anak menjadi subjek belajar, bukan


(9)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

objek belajar dan bagaimana menempatkan anak sebagai subjek belajar dalam

pengembangan pembelajaran.”

Masa usia dini merupakan masa dimana anak mampu belajar mengenai hal-hal di sekitarnya. Ia mulai belajar mengamati, menyelidiki, mencoba hal-hal-hal-hal baru, dan lain sebagainya. Kemampuan ini merupakan dasar untuk ia mulai belajar sebuah konsep yang kelak akan memperkaya pengetahuan dan berguna bagi kehidupannya kelak. Kemampuan-kemampuan dasar ini merupakan kemampuan dasar dalam sains.

Sains sebagai mata pelajaran yang cukup kompleks bagi anak, memerlukan kemampuan dan keaktifan lebih dari siswa untuk bisa memproses pengetahuan. Sains bagi anak usia dini, memang memiliki batasan tersendiri dan menggunakan materi-materi yang dekat dengan kehidupan anak. Namun di sisi lain, pengalaman belajar sains mampu memberikan manfaat terhadap kemampuan kognitif anak. Dimana anak mampu belajar dengan memanfaatkan potensi-potensi sains yang ada dalam dirinya.

Adapun pentingnya pembelajaran sains bagi anak usia dini diantaranya sebagai berikut :

„‟Menurut Sumaji, pembelajaran sains bagi anak usia dini diharapkan mampu berdampak bagi meningkatnya kecerdasan dan pemahaman anak tentang alam beserta isinya serta segala ragam rahasianya. Pembelajaran sains bagi anak usia dianggap penting karena mampu meningkatkan kematangan perkembangan anak menjadi lebih utuh, tak hanya domain kognitif yang terbina, tetapi juga motoris dan afeksinya secara seimbang. Bahkan lebih jauh, diharapkan dengan pengembangan pembelajaran sains yang memadai (adequate) akan tumbuh dan berkembang kreativitas dan kemampuan berpikir kritis, yang semuanya sangat bermanfaat bagi aktualisasi dan kesiapan anak untuk menghadapi perannya yang lebih luas

dan kompleks pada masa yang akan datang (Nugraha, 2008, hlm. 26).‟‟ Cullingford (dalam Samatowa, 2008, hlm. 9), mengatakan jika pembelajaran sains sebaiknya disajikan dengan hafalan dan pemahaman konsep. Anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Sedangkan Claxton (dalam Samatowa, 2008, hlm. 9), menyatakan bahwa pendidikan sains akan dapat ditingkatkan, bila anak dapat


(10)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih berkelakukan seperti seorang ilmuwan bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka diperbolehkan dan didorong untuk melakukan hal itu.

Menurut Nugraha (2008, hlm. 119), bahwa yang terpenting dalam pembelajaran sains bagi anak adalah mengerti proses sains, karena dari proses itulah akan melahirkan pengalaman belajar dan pembentukan sikap secara simultan dan terpadu. Dari pendapat tersebut dapat diambil makna jika yang terpenting dalam pembelajaran sains bagi anak adalah mengenai proses. Hal ini

juga sejalan dengan pendapat Hodgson dan Scanlon (1985, hlm. 18), jika “one of the dimension of science is the processes by which knowledge is acquired.”

Dapat dimaknai jika proses merupakan dimensi dari sains dan merupakan cara untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan.

Penguasaan proses sains diperlukan anak dalam pembelajaran sains. Penguasaan inilah yang kemudian akan berkembang menjadi sebuah keterampilan atau kemahiran dalam proses sains. Keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial (Nugraha, 2010, hlm. 120). Jadi maknanya adalah bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang mampu membuat potensi individu berkembang.

Menurut Harlen dkk. (1990, hlm. 3.5) jika “process skills also develop and so enable to deal with progressively more sophisticated ideas and contexts and make the children more rigorous, more focused, more systematic, more quantitative, and more conscious.” Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diperoleh sebuah makna jika keterampilan proses juga mampu mengembangkan ide-idenya, lebih teliti, lebih fokus dan lebih sistematis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan jika pengembangan kemampuan proses sains anak memiliki dampak yang positif bagi perkembangan anak. Kemampuan keterampilan proses tersebut mampu mengembangkan kreativitas anak, kemampuan memecahkan masalah, dan


(11)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan kesempatan anak untuk menciptakan sekaligus memahami konsep. Tingginya kemampuan dan sikap sains yang dimiliki anak mencerminkan akan semakin terampilnya anak dalam mengenali obyek sains, berpikir logis dan mengikuti prosedur kerja sesuai standar kerja ilmiah yang dipersyaratkan (Nugraha, 2008, hlm. 32).

Namun, dampak-dampak positif dari keterampilan proses tersebut tidak akan ada jika tidak ada peran guru yang mampu mengemas pembelajaran dengan baik. Menurut Mujtaba (2012), tak jarang guru-guru di sekolah khususnya di Indonesia menekankan pembelajaran dengan metode yang konvensional yang tidak memberikan ruang pengalaman belajar yang menunjang kemampuan anak. Menurut Mujtaba ( 2012) praktik pembelajaran sains di Pendidikan Anak Usia Dini saat ini adalah masih sering ditemukan metode ceramah bagi anak. Kebiasaan mengajar para guru dalam mengajar mengarah kepada hal membaca dan menulis yang menghambat kemampuan anak dalam kreativitas dan memecahkan masalah.

Seraya dengan pendapat diatas, bahwa fenomena pembelajaran sains bagi anak usia dini saat ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti di TK Negeri Pembina Cimahi adalah kurangnya pengalaman yang diberikan kepada anak untuk menggali akan konsep secara mandiri. Tak jarang guru membawa contoh dari materi yang hendak diajarkan seperti membawa garam dan gula untuk mengenalkan konsep rasa. Guru-guru masih sering bertindak untuk menyampaikan konsep kepada anak mengenai asin atau manis, tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk menggali sendiri mengenai konsep rasa asin atau manis itu sendiri. Anak-anak di TK ini pun belum menunjukkan keterampilan proses sains yang baik. Sebagian besar dari siswa belum menunjukkan kemampuan dalam mengamati, menggolongkan, mengukur dan menjelaskan yang cukup baik. Kesempatan bagi anak untuk mampu melatih kemampuan-kemampuan tersebut juga masih sangat sedikit, contohnya seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis bagi anak untuk mampu melatih kemampuannya dalam memecahkan masalah. Pengalaman belajar yang kurang


(12)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan kesempatan bagi anak untuk terlibat inilah yang memicu masih rendahnya keterampilan proses sains anak.

Aplikasi pembelajaran sains dengan berdasar pada keterampilan proses sains memerlukan sebuah pendekatan pembelajaran atau metode pengajaran yang mendukung keaktifan siswa. Mengacu pada pendapat yang diungkapkan Joyce, (2009, hlm. 7) bahwa :

Guru yang sukses bukan sekadar penyaji yang kharismatik dan persuasif. Lebih jauh, guru yang sukses adalah mereka yang melibatkan para siswa dalam tugas-tugas tersebut secara produktif. Sedangkan para pembelajar efektif mampu menggambarkan informasi, gagasan, dan kebijaksanaan dari guru-guru mereka dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran secara efektif. Dengan demikian, peran utama dalam mengajar adalah mencetak para pembelajar yang handal (powerful learners).

Konsep pembelajar yang handal (powerful learners) inilah yang menjadi dasar keterampilan proses sains yang juga menjadi dasar dari terciptanya model perolehan konsep. Model perolehan konsep sendiri, memiliki kerangka pemikiran yaitu adanya proses penemuan konsep secara mandiri dari anak dengan berbagai sifat-sifat yang telah guru hadirkan sebelumnya di dalam kelas (Joyce, 2009, hlm. 125). Ini bisa dilakukan guru dengan cara menghadirkan contoh-contoh konkret dari sebuah konsep, hanya dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Guru hanya menghadirkan contoh dari konsep rasa seperti garam atau gula, namun tanpa memberi konsep terlebih dahulu dan memberi kesempatan kepada anak untuk menggali konsep itu sendiri. Hal ini juga yang menjadi pendorong Lori Kindrachuck untuk menciptakan sebuah model pembelajaran yang mampu mendorong keaktifan belajar siswa (Joyce. dkk, hlm. 119).

Menurut Joyce, dkk (2009, hlm.139), perolehan konsep (concept attainment) merupakan sebuah model pembelajaran yang membantu anak untuk memahami sebuah konsep berdasarkan hasil analisanya dengan cara membandingkan dan membedakan contoh-contoh yang berisi karakteristik dan bukan karakteristik dari sebuah objek. Melalui model pembelajaran ini, anak


(13)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diajak untuk mampu berpikir kritis untuk mampu memahami dan memperoleh sebuah konsep melalui penemuan dan pemahamannya sendiri. Menurut Joyce, dkk (2009, hlm.139),” model ini juga dapat berguna dalam membuka bidang konseptual baru dengan cara melakukan rangkaian penelitian pada siswa baik secara individu maupun kelompok.“

Model perolehan konsep (concept attainment) ini mampu membantu anak untuk mampu membangun pengetahuannya secara mandiri. Selain itu juga membantu anak untuk mengembangkan kemampuan analisisnya. Hal ini sejalan dengan toeri dari Bruner mengenai metode belajar penemuan (discovery learning). Menurut Bruner dalam Winataputra,dkk (2008, hlm.3.18)

”mengungkapkan jika belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.” Agar belajar menjadi bermakna, dan memiliki struktur informasi

yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya sendiri, bukan hanya menerima penjelasan dari guru saja.

Adapun manfaat dari pembelajaran dengan proses penemuan yang dilakukan oleh siswa yang dalam hal ini merupakan model penerapan konsep (concept attainment) menurut Ambarsari, dkk (2013) adalah mengetahui kebermaknaan sebuah pembelajaran, pengetahuan yang didapat cenderung mudah diingat dan dipahami, meningkatkan kemampuan siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, menciptakan motivasi belajar siswa, dan meningkatkan kemapuan penalaran siswa.

Untuk melihat lebih jauh mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Model Perolehan Konsep (concept attainment) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Anak di TK Negeri Pembina Cimahi”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(14)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana kondisi awal keterampilan proses sains anak kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi sebelum diterapkan metode perolehan konsep (concept attainment) ?

2. Bagaimana kondisi akhir keterampilan proses sains anak kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi setelah diterapkan metode perolehan konsep (concept attainment) ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.Mengetahui kondisi awal keterampilan proses sains anak kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi sebelum diterapkan metode perolehan konsep (concept attainment).

b.Mengetahui kondisi akhir keterampilan proses sains anak kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi setelah diterapkan metode perolehan konsep (concept attainment).

c.Mengetahui apakah terdapat pengaruh dari penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi.


(15)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, yaitu :

a. Peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai pengaruh dari penerapan model perolehan konsep (concept attainment) terhadap peningkatan keterampilan proses sains anak.

b. Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan sebuah penelitian yang baik sehingga mampu memberikan gambaran data dari sebuah penelitian.

2. Bagi siswa, yaitu :

a. Memberi kesempatan yang lebih luas bagi anak untuk memperoleh konsep secara mandiri

b. Memberikan metode atau model pembelajaran yang berbeda bagi anak c. Mampu memotivasi secara lebih dalam pembelajaran sains di sekolah.

3. Bagi pendidik, yaitu :

a. Memberi pengetahuan dan wawasan lebih kepada pendidik mengenai model pembelajaran yang baru dalam pendidikan anak usia dini yaitu model perolehan konsep (concept attainment)

b. Memberi pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment) yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan proses anak usia dini.


(16)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Memberikan sumbangan positif bagi pembelajaran di sekolah melalui pengayaan model pembelajaran yang baru

b. Peningkatan wawasan bagi para pendidik mengenai model pembelajaran pembelajaran perolehan konsep (concept attainment) yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan proses anak usia dini.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan :

Secara umum, dalam bab ini terdiri dari bagian latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi yang secara keseluruhan menggambarkan mengenai penelitian yang dilaksanakan dan akan dijabarkan dalam bab selanjutnya.

Bab II Kajian Pustaka :

Secara umum, dalam bab ini terdiri dari beberapa kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian diantaranya pembelajaran sains bagi anak usia dini, keterampilan sains anak usia dini dan model perolehan konsep.

Bab III Metode Penelitian :

Bab ini berisi tentang beberapa hal yang terkait dengan metode penelitian yang digunakan seperti metode dan pendekatan penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik alanisis data.

Bab Temuan dan Pembahasan :

Secara umum, dalam bab ini berisi tentang hasil temuan penelitian dan pembahasan mengenai kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan.

Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi :

Bab ini merupakan bab terakhir dan berisi tentang simpulan dari kegiatan penelitian, pembahasan penelitian dan temuan penelitian, dan berisi tentang implikasi dan rekomendasi penelitian.


(17)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin peneliti inginkan (Margono, 2004 hlm.105). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini

digunakan metode penelitian eksperimen. “Penelitian eksperimental

merupakan penelitian yang menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab

pertanyaan penelitian” (Margono, 2004, hlm.110).

Hal di atas selaras dengan pernyataan Sudjana, dkk (1989, hlm.3) mengenai hakikat penelitian dipandang sebagai upaya menjawab permasalahan secara sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengumpulan data empiris mengolah dan menarik kesimpulan atas jawaban masalah tersebut Sedangkan menurut Syamsudin, dkk (2006, hlm.2)

“mengungkapkan jika penelitian dapat diartikan sebagai cara pengamatan atau

inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan, baik discovery maupun invention.” Sehingga dapat

disimpulkan jika penelitian merupakan upaya pemecahan masalah dengan menggunakan metode-metode tertentu untuk memperoleh jawaban atas sebuah permasalahan tertentu.

Menurut Sugiyono (2012, hlm.3), metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dengan kegunaan tertentu. Secara umum, penelitian itu sendiri merupakan upaya pengambilan data dengan tujuan tertentu. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini membutuhkan strategi atau cara meperoleh datanya, yang kita kenal sebagi metode.


(18)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian eksperimen yang sederhana mengandung tiga ciri pokok, yaitu (Sudjana dkk. 1989, hlm.119) :

a. “Adanya variabel bebas yang dimanipulasikan

b. Adanya pengendalian/pengontrolan semua variabel lain kecuali variabel bebas

c. Adanya pengamatan/pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek

variabel bebas. “ 2. Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan pola non equivalent control group design atau pretes-postes yang tidak relevan (Sudjana dkk. 1989). Desain ini menggunakan dua kelompok, satu diantaranya diberikan perlakuan eksperimen. Dua kelompok yang diambil dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaannya hanya terdapat dalam perlakuan yang diberikan. Pada akhir penelitian kedua kelompok ini diukur penguasaan konsepnya dengan alat ukur yang sama yaitu instrumen penelitian mengenai kterampilan proses sains anak. Hasil kedua pengukuran digunakan sebagai data penelitian yang kemudian dianalisis. Hasil pengukuran ini dibandingkan untuk melihat efek dari penerepan model penerapan konsep.

Alasan peneliti menggunakan motode penelitian eksperimen adalah karena peneliti hendak mengetahui mengenai sebuah pengaruh dari sebuah model pembelajaran bagi peserta didik atau dalam hal ini sebagai objek penelitian.Metode ini membantu peneliti untuk mendapatkan hasil nyata dengan bentuk angka sebagai perhitungan pengaruh dari model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment) ini pada anak.

Desain eksperimen menunjuk kepada kerangka konseptual, bagaimana

eksperimen itu dilaksanakan.Menurut Sudjana dkk. (1989, hlm. 31), “terdapat

dua fungsi desain eksperimen : (1) memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi yang dituntut oleh hipotesis penelitian, (2) memungkinkan peneliti membuat interpretasi dari hasil studi melalui analisis


(19)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai gambaran rancangan penelitian kuasi eksperimen dengan pola

non equivalent control group design akan digambarkan sebagai berikut (Sugiyono, 2007, hlm. 116) :

Gambar 1. Eksperimen Pola Non Equvalent Control Group Design Keterangan :

O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen X : Pemberian perlakuan/treatment

O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok control

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina Cimahi yang terletak di Jalan Kerkof Kota Cimahi.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa TK B dari TK Negeri Pembina Cimahi.Di TK Negeri Pembina Cimai terdapat dua kelas B yaitu kelas B Apel dan kelas B Strawberry dengan jumlah masing-masing anak tiap kelasnya sebanyak 19 dan 17 orang. Adapun perbandingan jumlah siswa perempuan dan laki-laki kelas B adalah sebagai berikut :

No. Kelas Jumlah

Murid

Jumlah Murid Laki-laki

Jumlah Murid Perempuan

1. Apel (Kel. B1) 19 8 11

2. Strawberi (Kel. B2) 17 7 10

O

1

x

O

2


(20)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, dua kelas yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki karakteristik yang hampir sama yanitu dilihat dari tingkat kognitif, usia rata-rata, serta jumlah siswa di tiap kelompok yang hamper sama. Mengingat kesamaan karakteristik seluruh siswanya, untuk itu peneliti menggunakan seluruh siswa kelas B TK Negeri Pembina Cimahi.

Setelah dilakukan pengundian, didapatkan hasil kelas Apel sebagai kelompok eksperimen dan kelas Strawberry sebagai kelompok kontrol. Masing-masing kelompok diberi pre test dan post test. Pre test diberikan sebelum materi pembelajaran disampaikan. Tujuan diberikannya pre test

sebelum pembelajaran adalah untuk mengetahui keadaan awal masing-masing kelompok. Post test diberikan setelah seluruh materi pembelajaran disampaikan oleh guru, tujuannya untuk mengetahui keadaan akhir masing-masing kelompok setelah diberikan treatment.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model Perolehan Konsep (X)

Menurut Joyce. dkk (2009, hlm.139), merupakan sebuah model pembelajaran yang membantu anak untuk memahami sebuah konsep berdasarkan hasil analisanya dengan cara membandingkan dan membedakan contoh-contoh yang berisi karakteristik dan buka karakteristik dari sebuah objek. Melalui model pembelajaran ini, anak diajak untuk mampu berpikir kritis untuk mampu memahami dan memperoleh sebuah konsep melalui penemuan dan pemahamannya sendiri. Dalam model pembelajaran ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu menggali mengenai sebuah konsep secara mandiri.

Model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment) dalam pelaksanaannya meliputi beberapa tahapan pembelajaran yaitu tahapan penyajian data dan identifikasi konsep, tahapan pengujian pencapaian konsep dan tahapan analisis strategi-strategi berpikir. Tahapan-tahapan


(21)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini berguna untuk menguji kemampuan anak, pemahaman anak dan juga memunculkan keaktifan anak dalam pemebelajaran.

2. Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini (Y)

Keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial (Nugraha, 2010, hlm. 120). Jadi maknanya adalah bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang mampu membuat potensi individu berkembang.Adapun keterampilan proses sains meliputi (Hurlen, dalam Rustaman, 2009) :

a. Keterampilan mengamati a. Keterampilan menafsirkan b. Keterampilan meramalkan

c. Keterampilan menggunakan alat dan bahan d. Keterampilan mengelompokkan

e. Keterampilan menerapkan konsep f. Keterampilan mengkomunikasikan g. Keterampilan mengajukan pertanyaan

D. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memproleh hasil data penelitian.Instrumen penelitian ini juga disebut sebagai teknik penelitian.Adapun dalam pelaksanaan penilitian ini, peneliti akan menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara. Pedoman observasi akan memudahkan peneliti untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan anak berkaitan dengan keterampilan proses sainsnya.

Dimensi atau variabel keterampilan proses tersebut kemudian dikembangkan oleh peneliti ke dalam beberapa indikator keterampilan proses sains anak. Sehingga dalam pelaksanaannya, peneliti akan dimudahkan untuk


(22)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengamati sejauh mana kemampuan awal dan akhir dari keterampilan proses sains anak.

Instrumen keterampilan proses sains anak dalam penelitian in menggunakan teknik skala Guttman dengan jenis pengukuran skala 0-1 . Skala Guttman merupakan skala pengukuran dengan data yang diperoleh dapat

berupa interval atau rasio, dalam skala Guttman hanya ada dua interval “ya

-tidak”, “benar-salah”, “positif-negatif”, “muncul-tidak muncul”, dan lainnya. Adapun tabel kisi-kisi instrumen keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:


(23)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains

No Keterampilan Proses Sains

Indikator Pernyataan Kemunculan Keterangan

Ya Tidak

1. Keterampilan mengamati/obser vasi

a. Anak mampu menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati objek

b. Anak mampu mengumpulkan dan menggunakan fakta relevan

1. Anak menggunakan seluruh inderanya dalam kegiatan mengamati contoh-contoh benda larut dan tidak larut

2. Anak mampu mengumpulkan hasil pengamatan dalam bentuk komentar

2. Mengelompokka n/klasifikasi

a. Anak mampu mencari perbedaan dari objek yang disajikan guru b. Anak mampu mencari persamaan dari objek yang disajikan guru c. Anak mampu mengontraskan ciri-ciri dari objek yang disajikan guru

3. Anak mampu membedakan contoh-contoh benda larut dan tidak larut

4. Anak mampu mengetahui persamaan dari contoh benda larut dan tidak larut 5. Anak mampu mengetahui ciri-ciri yang membedakan dari benda larut dan tidak larut


(24)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Anak mampu

membandingkan objek yang disajikan guru

6. Anak mampu membandingkan contoh-contoh benda larut dan tidak larut 3. Menafsirkan/inte

rpretasi

a. Anak mampu menghubungkan hasil-hasil pengamatan b. Anak mampu menemukan pola dalam suatu seri pengamatan

7. Anak mampu memahami pola pengamatan yang berlangsung 8. Anak mampu memahami pola pengamatan dengan sistem ya atau tidak (concept attainment) 4. Meramalkan/pre

diksi

a. Anak mampu mengemukakan apa yan terjadi pada pola yang belum diamati b. Anak mampu mengungkapkan contoh-contoh lain selain objek yang disajikan guru

9. Anak mampu memperkirakan apa yang terjadi pada objek jika dilarutkan dalan air

10. Anak mampu menyebutkan contoh-contoh benda larut dan tidak larut selain yang disajikan guru

5. Mengajukan pertanyaan

a. Anak mampu bertanya apa, bagaimana dan mengapa b. Anak mampu bertanya untuk

11. Anak mampu bertanya dengan kalimat tanya yang baik

12. Anak mampu mengajukan


(25)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu meminta

penjelasan

pertanyaan tentang hal yang tidak dipahami 6. Berhipotesis a. Anak mampu

mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian

b. Anak mampu menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya

13. Anak mampu mengetahui jika objek yang disajikan bisa termasuk benda larut dan tidak

14. Anak mampu berinisiatif melakukan eksperimen untuk membuktikan objek yang disajikan

tergolong dalam benda larut atau tidak larut 7. Menggunakan

alat/bahan

a. Anak mampu memakai alat dan bahan dengan baik

b. Anak mampu mengetahui alasan mengapa

menggunakan alat/bahan

15. Anak mampu menggunakan alat dan bahan eksperimen dengan baik 16. Anak mampu mengetahui kegunaan alat dan bahan yang digunakan

8. Menerapkan konsep

a. Anak mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam

17. Anak mampu menerapkan konsep larut dan tidak larut yang telah dijelaskan


(26)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber, Rustaman (2011) situasi baru

b. Anak mampu mengubungkan konsep yang telah dipejari denggan situasi yang baru

guru sebelumnya 18. Anak mampu menghubungkan konsep yang telah dipelajarinya dengan eksperimen yang dilakukan

9. Berkomunikasi a. Anak mampu menjelaskan tentang aktivitas yang dilakukan

b. Anak mampu mempresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan dan ucapan

19. Anak mampu mengungkapkan kembali kegiatan apa saja yang telah dilakukan

20. Anak mampu menggambarkan hasil pengamatan dalam bentuk komentar sederhana


(27)

Tabel 3.3 KRITERIA PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Pernyataan Keterampilan Proses

Sains Anak

Kriteria Penilaian

1 0

Muncul Tidak Muncul

Sedangkan pedoman wawancara dalam penelitian ini ditujukan untuk melihat kondisi awal dari keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi. Adapun pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.4 PEDOMAN WAWANCARA

No. Rangkaian Pertanyaan Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Bagaimana gambaran pembelajaran sains di TK Negeri Pembina Cimahi ini ?

Bagaimana sistem pembelajaran sains di TK Negeri Pembina Cimahi ini ?

Apa saja alat-alat dan kelengakapan pembelajaran sains di TK Negeri Pembina Cimahi ini ?

Bagaimana kemampuan belajar sains anak-anak di TK Negeri Pembina Cimahi ini ? Apakah anak mampu mengikuti pembelajaran sains dengan baik ?

Apakah anak mampu menunjukkan ketertarikan pada pembelajaran sains ?


(28)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Uji Coba Instrumen a. Uji Validitas Item

Penelitian ini dilakukan setelah diadakan uji coba instrument untuk menentukan apakah instrument tersebut layak dipakai. Pengujian validitas dan reabilitas instrument penelitian dilakukan melalui expert judgment. Uji coba instrument yang kemudian dilakukan uji reabilitas, yang kemudian dihitung dengan program SPSS 20.

Dalam penelitian ini diperlukan pedoman observasi untuk mampu mengukur keterampilan proses sains anak. Untuk mengukur keterampilan proses sains ini, pedoman observasi perlu divalidasi. Penelitian validitas dilakukan dengan membandingkan atau mengkorelasikan antara hal yang dinilai dengan kriterianya. Adapun langkah-langkah perhitungan validitas adalah sebagai berikut :

1. Menghitung validitas bertujuan untuk mengukur ketepatan subjek penelitian yang dilakukan. Untuk menguji validitas instrumen ini digunakan rumus korelasi point biserial (r pbis) (Ireene, 1993, hlm. 359-360) dan Glass and Stanley, 1970, hlm. 169-170) dalam (Setiasih, 2010, hlm. 114) dengan gambaran sebagai berikut :

Keterangan :

Mp : rata-rata skor anak yang memperoleh 1 Mt : rata-rata skor total

Sdt : simpangan baku skor total

p : proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban anak q : 1- p


(29)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penentuan keputusan item diterima (valid) atau tidak valid didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut : jika r hitung positif dan r hitung = > 0,3 maka butir item valid, dan jika r hitung negatif dan r hitung < 0,3 maka butir item tidak valid. Pada tahap awal, instrumen melalui tahap judgement oleh ahli terkait mengenai keterampilan proses sains. Uji coba tes keterampilan proses sains anak dilakukan di TAAM Daarul Muhsiniin di Komplek Bukit Permata Cimahi Kabupaten Bandung Barat. Penelitian dilakukan terhadap siswa TK B di sekolah ini dengan jumlah 10 siswa.

Berikut disajikan hasil rekapitulasi uji validitas keterampilan proses sains :

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Keterampilan Proses Sains Anak Taman Kanak-kanak

Nomor Item r pbis Validitas

1 0.8 Valid

2 0.67 Valid

3 0.88 Valid

4 0.46 Valid

5 0.57 Valid

6 0.59 Valid

7 -0.31 In Valid

8 -0.42 In Valid

9 0.76 Valid


(30)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11 0.47 Valid

12 0.42 Valid

13 0.73 Valid

14 0.67 Valid

15 0.67 Valid

16 0.42 Valid

17 -0.17 In Valid

18 0.3 Valid

19 0.64 Valid

20 0.49 Valid

Setelah perhitungan validitas dilakukan, diketahui kriteria valid yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, dan 20 sedangkan butir item yang memiliki kriteria tidak valid yaitu nomor 7, 8 dan 17 sehingga item yang tidak valid dianggap tidak dipergunakan lagi (hapus).

Berdasarkan tabel 3.5 di atas diperoleh item yang valid dan item yang tidak valid. Secara lebih rinci penyebaran item yang valid dan tidak valid pada setiap aspek dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini :

Tabel 3.6 Rincian Validitas Item

No. Aspek Item Valid Invalid


(31)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengamati/observasi

2. Mengelompokkan/klasifikasi 3,4,5,6 -

3. Menafsirkan/interpretasi - 7, 8

4. Meramalkan/prediksi 9,10 -

5. Mengajukan pertanyaan 11,12 -

6. Berhipotesis 13,14 -

7. Menggunakan alat/bahan 15,16 -

8. Menerapkan konsep 18 17

9. Berkomunikasi 19,20 -

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 178) reliabilitas menunjukpada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebutsudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akanmenghasilkan data-data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, hasilnya tetap akan sama. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik reliabilitas internal yaitu dengan

Rumus yang digunakan untuk mencari reabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus KR 20. Rumus KR 20 adalah rumus untuk uji reliabilitas item yang mirip dengan cronbach alpha. Rentang nilainya berada diantara 0 sampai dengan 1.Semakin mendekati 1 maka semakin reliabel. Para ahli menyatakan bahwa nilai KR 20 > 0,90 dapat dinyatakan bahwa soal reliabel.


(32)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

r KR20 = Koefisien korelasi dengan KR20 k = jumlah butir soal

p = proporsi jawaban benar pada butir tertentu

q = proporsi jawaban salah pada butir tertentu ( q = 1 – p ) s2 = varians skor total

Berikut hasil relibilitas yang perhitungannya menggunakan KR-20. Rincian tabel 3.7 hasil reabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel. 3.7 Hasil Reabilitas

Nomor Item Reliabilitas Kriteria

1 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

2 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

3 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

4 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

5 1 Reliabilitas Sangat Tinggi


(33)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

10 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

11 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

12 0.95 Reliabilitas Sangat Tinggi

13 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

14 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

15 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

16 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

18 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

19 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

20 1 Reliabilitas Sangat Tinggi

Adapun titik tolak ukur koefisiensi reabilitas (Guilford, 1956, hlm. 145) yang digunakan dalam penelitian yang disesuaikan dengan item penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kriteria Reliabilitas

KR 20 Kategori Koefisien

0.80 < r11 1.00 Reliabilitas Sangat Tinggi 0.60 < r11 0.8 Reliabilitas Tinggi 0.40 < r11 0.6 Reliabilitas Sedang 0.20 < r11 0.40 Reliabilitas Rendah


(34)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu -1.00 r11 0.20 Reliabilitas Sangat Rendah

E. Prosedur Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan sebuah penelitian awal yang bertujuan untuk mengetahui data awal. Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah :

1. Permohonan izin penelitian kepada kepala sekolah yang hendak dijadikan objek penelitian

2. Observasi dan wawancara untuk mendapatkan gambaran data mengenai lokasi dan objek penelitian kepada pihak sekolah

Tahapan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan adalah :

a. Tahapan Perencanaan

Dalam tahapan ini, terdapat beberapa hal yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu :

1. Membuat perencanaan pembelajaran di TK yang dikenal sebagai RKH (Rencana Kegiatan Harian)

2. Mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan berjalannya kegiatan pembelajaran di kelas yaitu model dan contoh konsep

3. Menyiapkan pedoman observasi yang digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran di kelas

4. Mempersiapkan lembar penilaian berupa lembar observasi dan lembar kerja siswa (LKS)

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian yang terdiri dari pre test dan

post test adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9

Jadwal Pelaksanaan Penelitian


(35)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tanggal

1. Senin, 11 Mei 2015

Pre Test Strawberry - Membedakan benda kasar dan halus -Keterampilan observasi benda kasar

dan halus

-Keterampilan bertanya benda kasar dan halus

-Keterampilan Mengkomunikasikan benda kasar dan halus

-Keterampilan mengukur benda kasar dan halus

-Keterampilan menafsirkan benda kasar dan halus

-Keterampilan mengklasifikasikan benda kasar dan halus

2. Selasa, 12 Mei 2015

Pre Test Apel -Membedakan b benda larut dan tidak larut

-Keterampilan observasi benda larut dan tidak larut

-Keterampilan bertanya benda larut dan tidak larut

-Keterampilan Mengkomunikasikan benda larut dan tidak larut

-Keterampilan mengukur benda larut dan tidak larut Keterampilan menafsirkan benda larut dan tidak larut

-Keterampilan mengklasifikasikan benda larut dan tidak larut

3. Senin, 25 Mei 2015

Post Test Apel -Membedakan benda larut dan tidak larut


(36)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan tidak larut

-Keterampilan bertanya benda larut dan tidak larut

-Keterampilan Mengkomunikasikan benda larut dan tidak larut

-Keterampilan mengukur benda larut dan tidak larut

-Keterampilan menafsirkan benda kasar dan halus

-Keterampilan mengklasifikasikan benda larut dan tidak larut

4. Selasa, 26 Mei 2015

Post Test Strawberry -Membedakan benda larut dan tidak larut

-Keterampilan observasi benda larut dan tidak larut

-Keterampilan bertanya benda larut dan tidak larut

-Keterampilan Mengkomunikasikan benda larut dan tidak larut

-Keterampilan mengukur benda larut dan tidak larut

-Keterampilan menafsirkan benda larut dan tidak larut

-Keterampilan mengklasifikasikan benda larut dan tidak larut

b. Tahapan Pelaksanaan Pre test

Pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan prosedur penelitian eksperimen :


(37)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Adapun kegiatan pra eksperimen sebagai berikut :

a. Kelompok kontrol sebanyak 17 siswa dari kelas B Strawberry b. Kelompok eksperimen sebanyak 19 siswa dari kelas B Apel.

2. Kegiatan menyeimbangkan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol atau kegiatan matching

Setelah subjek penelitian ditentukan, peneliti mengontrol variable non eksperimen dengan cara mengadakan matching. Variabel-variabel yang diseimbangkan sebagai berikut :

a. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini b. Nilai pre test pembelajaran

c. Pengajar (guru) dan proses pembelajaran. 3. Melaksanakan analisis hasil matching.

Setelah data tentang variabel non eksperimen diseimbangkan, langkah berikutnya data-data tersebut dianalisis untuk mendapatkan hasil, apakah kedua subjek penelitian telah memiliki kondisi yang seimbang dalam variabelnya. Dari hasil analisis data tentang variabel-variabel yang diseimbangkan sebagai berikut :

a. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini b. Nilai pre test pembelajaran

c. Pengajar (guru) dan proses pembelajaran

Ternyata variabel-variabel non eksperimen yang dikontrol telah menunjukkan kondisi yang seimbang.

c. Kegiatan Treatment

Setelah kedua kelompok diberikan pre test dan telah dianggap sepadan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan treatment. Tahap ini terbagi atas dua macam seperti berikut:.

1. Tahap persiapan treatment

Mempersiapkan alat, bahan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemberian perlakuan.


(38)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap memberikan perlakuan menurut jadwal yang ada. Kegiatan treatment yang dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment).

3. Tahapan Pelaksanaan Post Test

Berdasarkan prosedur penelitian, tahap akhir dalam penelitian ini adalah post test. Post tes bertujuan untuk memperoleh data kemampuan akhir dan mengetahui ada tidaknya pengaruh dari treatment yang dilakuan.

Berdasarkan waktu penelitian, perlakuan diberikan sebanyak 4 kali bagi kelompok eksperimen yaitu dengan menerapkan model pembelajaran perolehan konsep. Masing-masing perlakuan dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran. Sedangkan untuk pre test dilakukan dua kali, yaitu 1 kali pertemuan di kelas kontrol dan 1 kali pertemuan di kelas eksperimen. Begitu pula dengan post test, post test dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, 1 kali pertemuan di kelas kontrol dan 1 kali pertemuan di kelas eksperimen.

Dalam penelitian ini pemberian treatment atau perlakuan untuk kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment) yaitu dengan menunjukkan contoh benda yang termasuk dalam kelompok tertentu dan yang tidak. Pada kelompok kontrol, menggunakan model pembelajaran seperti biasa yang digunakan oleh guru kelas.

Dalam penelitian ini dilakukan pengendalian variabel lain dalam upaya agar pelaksanaan eksperimen ini yang berbeda hanyalah treatment

atau perlakuannya saja. Diharapkan apabila terjadi perbedaan atau persamaan hasil belajar benar-benar karena treatment yang diberikan. Dalam arti tidak mendapat pengaruh dari variabel lain sehingga dapat dibuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model perolehan konsep (concept attainment) mampu meningkatkan keterampilan proses sains anak usia dini.


(39)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan teknik observasi dan wawancara. Menurut Sujiono, (2005, hlm.12.20), observasi atau pengamatan merupakan suatu cara untuk mengumpulkan keterangan atau informasi tentang sesuatu dengan cara melihat, mendengarkan, dan mengamati semua peristiwa, mencatatnya secara cermat dan teliti yang dilakukan oleh pengamat (observers) terhadap objek/orang yang diamati (observe viewer). Pengamatan merupakan suatu metode yang paling langsung untuk mengetahui proses pembelajaran dan perkembangan anak didik khususnya anak usia dini.

Sedangkan tujuan dari observasi menurut Sujiono (2005, hlm.12.20) diantaranya :

1. Memahami perilaku anak

Pengamatan dilakukan terhadap anak usia dini karena anak usia dini belum mempunyai kemampuan membaca dan menulis. Mereka juga belum dapat mengungkapkan diri dan perasaannya seperti anak-anak yang sudah lebih tua.

2. Mengevaluasi perkembangan anak

Melalui observasi dapat dipertimbangkan perilaku anak secara umum dengan tujuan untuk melihat kemajuan anak secara menyeluruh sehingga memudahkan pemahaman perkembangan anak selanjutnya dan menentukan langkah/tindakan yang sesuai untuk anak selanjutnya.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk melihat keterampilan proses sains anak. Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan melihat ada atau tidaknya pengaruh dari penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak. Dalam pelaksanaan penelitian, untuk mendapatkan data yang baik diperlukan sebuah pengamatan untuk mengetahui kemampuan anak.

Penerapan metode perolehan konsep ini lebih menitikberatkan pada kemampuan anak yang mampu diamati seperti kemampuan menganalisis,


(40)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengelompokkan, mengkomunikasikan, bertanya dan lain sebagainya.Maka dari itu, teknik pengumpulan data yang mampu mendukung memberikan data yang sesuai adalah melalui teknik observasi.

Adapun keterampilan-keterampilan proses sains yang akan diamati dan dinilai perkembangannya mengacu pada pendapat Devereux, J (2000), diantaranya sebagai berikut :

1. Keterampilan Mengamati (Observing)

2. Keterampilan Mengajukan Pertanyaan (Raising Question)

3. Keterampilan Mengukur (Measuring)

4. Keterampilan Membuat Hipotesis (Hypothesizing) 5. Keterampilan Membuat Rencana (Planning) 6. Keterampilan Memprediksi (Interpreting)

7. Keterampilan Mengkomunikasikan (Communicating)

Keseluruhan keterampilan sains tersebut akan diamati dimulai dari tahap pretes hingga tahap pos tes dan akan ditarik kesimpulan terkait adanya pengaruh metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak usia dini di kelas B TK Negeri Pembina Cimahi.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara yang dilaksanakan merupakan upaya untuk memperoleh data awal dari kondisi awal keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi. Wawancara ini diajukan pada para pendidik di TK Negeri Pembina Cimahi.

Menurut Sukmadinata (2012, hlm. 216), wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.

Hal-hal yang akan ditekankan dalam wawancara ini adalah mengenai gambaran pembelajaran sains di TK Negeri Pembina Cimahi, sistem pembelajaran sains di TK Negeri Pembina Cimahi ini, alat-alat dan


(41)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelengakapan pembelajaran sains di TK Negeri Pembina Cimahi ini, kemampuan belajar sains anak-anak di TK Negeri Pembina Cimahi ini, kondisi awal keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi ini, kemampuan anak dalam mengikuti pembelajaran sains, ketertarikan anak pada pembelajaran sains.

G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data

Data yang akan dianalisis, merupakan hasil data dari observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Tahap pertama adalah mengumpulkan data dari tahap pretes dari kelas kontrol dan eksperimen, lalu hasilnya disajikan dalam sebuah tabel keterampilan sains anak.Lalu tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data dari tahap postes. Setelah keseluruhan tahap ini dilakukan, maka akan didapatkan sebuah rata-rata (mean) yang bisa menunjukkan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Menurut Suwanda (2011, hlm.2) mengungkapkan jika “analisis adalah

suatu tindakan atau usaha untuk menarik kesimpulan dari data hasil

eksperimen.Dalam hal ini menggunakan analisis statistika”. Tujuan analisis

data dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang nyata mengenai ada tidaknya pengaruh dari penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan sains anak usia dini. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Menurut Winarsunu (2006 : 29) mean adalah angka yang diperoleh dengan membagi jumlah nilai (X) dengan jumlah individu atau jumlah responden (N). Sedangkan menurut Sugiyono (2007:42) mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Menurut Winarsunu (2006:31) adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


(42)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

X = mean (nilai rata-rata)

∑fX = jumlah skor seluruh responden N = jumlah responden

Apabila mean tes akhir kelas eksperimen (Xe) lebih besar dari kelas kontrol (Xk) , maka terdapat pengaruh positif variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun apabila mean dari kelas eksperimen (Xe) sama dengan atau lebih kecil dari mean kelas kontrol (Xk) maka tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Maka akan didapatkan ketentuan bahwa apabila :

1. Xe > Xk , maka ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Xe ≤ Xk , maka tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Hipotesis

Berdasarkan kajian yang dikemukakan di atas, maka berikut ini merupakan hipotesis penelitian yang diajukan berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan:

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi. Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode

perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi.

Dengan kesimpulan :

a. Jika Xe > Xk, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi ;dan


(43)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Jika Xe ≤ Xk, maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi.


(44)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan hasil penelitian quasi eksperimen yang dilaksanakan di TK B TK Negeri Pembina Cimahi, diperoleh simpulan bahwa penerapan model perolehan konsep (concept attainment) mampu meningkatkan ketermpilan proses sains anak.

1. Kemampuan awal siswa TK Negeri Pembina Cimahi dalam kemampuan keterampilan proses sainsnya ditunjukjan dengan hasil nilai pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemampuan awal keterampilan proses sains kelompok kontrol adalah siswa dengan kategori sedang adalah 5 orang dengan presentase sebanyak 35% dan siswa dengan kategori rendah sebanyak 12 orang dengan presentase sebanyak 65%. Sedangkan kemampuan awal keterampilan proses sains kelompok eksperimen adalah siswa dengan kategori rendah sebanyak 14 orang atau sebanyak 74% dan dengan kategori sedang sebanyak 5 orang dengan presentase 26% . Maka dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada beda antara kedua kelompok data tersebut, karena perbedaan yang kecil. Dapat diartikan bahwa nilai awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol hampir sama.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, model perolehan konsep mampu membantu meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains anak. Pada kegiatan awal penelitian, masih banyak yang merasa asing dengan kegiatan penemuan dan penelitian sederhana. Namun setelah diterapkan

treatment, kemampuan anak semakin terlihat. Hal ini ditunjukkan juga dengan keaktifannya dalam mengikuti pembelajaran di kelas yang membuktikan adanya kemampuan dalam keterampilan proses sainsnya. Pada hasil post test yang telah dilakukan, didapatkan rata-rata hasil kelompok control dan eksperimen. Hasil akhirnya adalah ada tabel group statistics terlihat rata-rata (mean) untuk kelompok eksperimen adalah


(45)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11.58 dan untuk kelompok kontrol adalah 6.53, artinya bahwa rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai kelompok kontrol. P value juga menunjukkan 0.00 < 0.005 yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulannya adalah bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi.

Selain munculnya keterampilan siswa yang berkaitan dengan kognitif, di sisi lain juga muncul peningkatan dalam hal keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment) ini sebaiknya digunakan pada pembelajaran bagi anak usia dini khususnya dalam pembelajaran sains bagi anak.

3. Penerapan model perolehan konsep (concept attainment) yang didasari kemampuan untuk menggali pengetahuan anak dan melakukan penelitian sederhana mampu meningkatkan kemampuan keterampilan proses sainsnya. Berdasarkan tahapan pelaksananaan model perolehan konsep, pada tahapan awal mampu membantu keaktifan siswa dan meningkatkan kemampuan dalam keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan dan klasifikasinya. Pada tahapan kedua, tahapannya mendukung perkembangan kemampuan memprediksi, berhipotesis serta menggunakan alat dan bahan dalam kegiatan penelitian sederhana. Pada tahapan akhir model perolehan konsep (concept attainment) mampu meningkatkan kemampuan anak dalam menerapkan konsep dan kemampuan berkomunikasinya. Kemampuan awal siswa yang menunjukkan pada kategori rendah, perlahan setelah diterapkan model perolehan konsep (concept attainment) mampu semakin berkembang. Mereka juga mampu turut aktif dalam pembelajaran dan mulai berkegiatan eksperimen. Anak usia dini memerlukan ruang dan kesempatan baginya untuk bisa mengeksplor kemampuannya secara mandiri.

4. Dalam penelitian ini terdapat sebuah kelemahan yaitu adanya sebuah kontradiktif dari variabel X dan Y.


(46)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang diajukan, yaitu:

1. Bagi guru, berdasarkan hasil dan pengalaman selama melakukan penelitian, dalam menerapkan model perolehan konsep, guru harus mempersiapkan segala aspek pendukung pembelajaran khususnya Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan media pembelajaran dengan baik. Kedua aspek tersebut adalah dasar keberhasilan pembelajaran yang dilakukan agar mampu mencapai semua tujuan pembelajaran ataupun tujuan penelitian. Selain itu juga dibutuhkan keterampilan guru untuk mampu mengkondisikan siswa agar mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan mampu memunculkan aspek-aspek yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian.

2. Bagi peneliti selanjutnya, model perolehan konsep dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya dengan mengembangkan aspek-aspek penunjang penelitian ataupun bisa memperkaya dengan pokok bahasan yang lainnya untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran ini mampu meningkatkan kemampuan belajar siswa. Selain itu juga, peneliti sebaiknya lebih memperhatikan dari variabel-variabel penelitian yang akan dilakukan untuk menghindari kelemahan-kelemahan seperti kontradiksi antar variabel.


(47)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas Viii Smp Negeri 7 Surakarta, 5 (1). hlm. 82

Devereux, J. (2007). Science For Primary and Early Years. London : Sage Productions

Joyce, B.,Weil, M.,& Calhoun, E. (2009). Models of Teaching Model-model Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Margono, S. (2004).Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta

Mujtaba, I.(2012). Pengembangan Sains Anak Usia Tk B Melalui Seni

Rupa.[Online].Diakses dari http://

pendidikananakpaud.worpress.com/2012/10/19/pengembangan -sains-anak-usia-tk-b-melalui-seni-rupa/

Nugraha, A. (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.Bandung : JILSI Foundation

Ostad, dkk. (2014). International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology (An ISO 3297: 2007 Certified Organization). The Impact of Concept Attainment Teaching Model and Mastery Teaching Method on Female High School Students' Academic Achievement and Metacognitive Skills, 3 (2)

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Rustaman, (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik.

Bandung:Humaniora

Samatowa, U. (2010).Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.Jakarta: PT.Indeks

Setiasih, O. (2010). Metodologi Penelitian. Bandung

Sudjana, N dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Offset

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sujiono, B.dkk.(2005). Metode Pengembangan


(48)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syamsudin dan Damaianti,V.(2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Wahab, A. A. (2007). Metode dan Model-model Mengajar IPS. Bandung : Alfabeta

Winarsunu, T.(2006). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.Malang : UMM Press

Winataputra, U. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka


(1)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Jika Xe ≤ Xk, maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi.


(2)

88

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan hasil penelitian quasi eksperimen yang dilaksanakan di TK B TK Negeri Pembina Cimahi, diperoleh simpulan bahwa penerapan model perolehan konsep (concept attainment) mampu meningkatkan ketermpilan proses sains anak.

1. Kemampuan awal siswa TK Negeri Pembina Cimahi dalam kemampuan keterampilan proses sainsnya ditunjukjan dengan hasil nilai pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemampuan awal keterampilan proses sains kelompok kontrol adalah siswa dengan kategori sedang adalah 5 orang dengan presentase sebanyak 35% dan siswa dengan kategori rendah sebanyak 12 orang dengan presentase sebanyak 65%. Sedangkan kemampuan awal keterampilan proses sains kelompok eksperimen adalah siswa dengan kategori rendah sebanyak 14 orang atau sebanyak 74% dan dengan kategori sedang sebanyak 5 orang dengan presentase 26% . Maka dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada beda antara kedua kelompok data tersebut, karena perbedaan yang kecil. Dapat diartikan bahwa nilai awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol hampir sama.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, model perolehan konsep mampu membantu meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains anak. Pada kegiatan awal penelitian, masih banyak yang merasa asing dengan kegiatan penemuan dan penelitian sederhana. Namun setelah diterapkan

treatment, kemampuan anak semakin terlihat. Hal ini ditunjukkan juga dengan keaktifannya dalam mengikuti pembelajaran di kelas yang membuktikan adanya kemampuan dalam keterampilan proses sainsnya. Pada hasil post test yang telah dilakukan, didapatkan rata-rata hasil kelompok control dan eksperimen. Hasil akhirnya adalah ada tabel group statistics terlihat rata-rata (mean) untuk kelompok eksperimen adalah


(3)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11.58 dan untuk kelompok kontrol adalah 6.53, artinya bahwa rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai kelompok kontrol. P value juga menunjukkan 0.00 < 0.005 yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulannya adalah bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi.

Selain munculnya keterampilan siswa yang berkaitan dengan kognitif, di sisi lain juga muncul peningkatan dalam hal keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment) ini sebaiknya digunakan pada pembelajaran bagi anak usia dini khususnya dalam pembelajaran sains bagi anak.

3. Penerapan model perolehan konsep (concept attainment) yang didasari kemampuan untuk menggali pengetahuan anak dan melakukan penelitian sederhana mampu meningkatkan kemampuan keterampilan proses sainsnya. Berdasarkan tahapan pelaksananaan model perolehan konsep, pada tahapan awal mampu membantu keaktifan siswa dan meningkatkan kemampuan dalam keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan dan klasifikasinya. Pada tahapan kedua, tahapannya mendukung perkembangan kemampuan memprediksi, berhipotesis serta menggunakan alat dan bahan dalam kegiatan penelitian sederhana. Pada tahapan akhir model perolehan konsep (concept attainment) mampu meningkatkan kemampuan anak dalam menerapkan konsep dan kemampuan berkomunikasinya. Kemampuan awal siswa yang menunjukkan pada kategori rendah, perlahan setelah diterapkan model perolehan konsep (concept attainment) mampu semakin berkembang. Mereka juga mampu turut aktif dalam pembelajaran dan mulai berkegiatan eksperimen. Anak usia dini memerlukan ruang dan kesempatan baginya untuk bisa mengeksplor kemampuannya secara mandiri.

4. Dalam penelitian ini terdapat sebuah kelemahan yaitu adanya sebuah kontradiktif dari variabel X dan Y.


(4)

90

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang diajukan, yaitu:

1. Bagi guru, berdasarkan hasil dan pengalaman selama melakukan penelitian, dalam menerapkan model perolehan konsep, guru harus mempersiapkan segala aspek pendukung pembelajaran khususnya Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan media pembelajaran dengan baik. Kedua aspek tersebut adalah dasar keberhasilan pembelajaran yang dilakukan agar mampu mencapai semua tujuan pembelajaran ataupun tujuan penelitian. Selain itu juga dibutuhkan keterampilan guru untuk mampu mengkondisikan siswa agar mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan mampu memunculkan aspek-aspek yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian.

2. Bagi peneliti selanjutnya, model perolehan konsep dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya dengan mengembangkan aspek-aspek penunjang penelitian ataupun bisa memperkaya dengan pokok bahasan yang lainnya untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran ini mampu meningkatkan kemampuan belajar siswa. Selain itu juga, peneliti sebaiknya lebih memperhatikan dari variabel-variabel penelitian yang akan dilakukan untuk menghindari kelemahan-kelemahan seperti kontradiksi antar variabel.


(5)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas Viii Smp Negeri 7 Surakarta, 5 (1). hlm. 82

Devereux, J. (2007). Science For Primary and Early Years. London : Sage Productions

Joyce, B.,Weil, M.,& Calhoun, E. (2009). Models of Teaching Model-model Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Margono, S. (2004).Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta

Mujtaba, I.(2012). Pengembangan Sains Anak Usia Tk B Melalui Seni

Rupa.[Online].Diakses dari http://

pendidikananakpaud.worpress.com/2012/10/19/pengembangan -sains-anak-usia-tk-b-melalui-seni-rupa/

Nugraha, A. (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.Bandung : JILSI Foundation

Ostad, dkk. (2014). International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology (An ISO 3297: 2007 Certified Organization). The Impact of Concept Attainment Teaching Model and Mastery Teaching Method on Female High School Students' Academic Achievement and Metacognitive Skills, 3 (2)

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Rustaman, (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik.

Bandung:Humaniora

Samatowa, U. (2010).Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.Jakarta: PT.Indeks

Setiasih, O. (2010). Metodologi Penelitian. Bandung

Sudjana, N dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Offset

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sujiono, B.dkk.(2005). Metode Pengembangan


(6)

Zia Rizqi Mahmudah, 2015

PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suyanto, S. Pengenalan Sains Untuk Anak Tk Dengan Pendekatan “Open Inquiry”. hlm. 2

Syamsudin dan Damaianti,V.(2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Wahab, A. A. (2007). Metode dan Model-model Mengajar IPS. Bandung : Alfabeta

Winarsunu, T.(2006). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.Malang : UMM Press

Winataputra, U. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka