Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Concept Attainment Model Konsep Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

(1)

BERBASIS MODEL CONCEPT ATTAINMENT

KONSEP PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

SATU VARIABEL

(Penelitian Pengembangan di SMP YPH 29 Jakarta)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Alfian Syahrudin

NIM: 109017000020

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Alfian Syahrudin (109017000020), Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Model Concept Attainment Konsep Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini dilakukan di SMP YPH 29 Jakarta dengan objek penelitian kelas VII tahun ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menghasilkan

Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model concept attainment konsep persamaan

dan pertidaksamaan linear satu variabel. Metode penelitian yang digunakan adalah

penelitian dan pengembangan 3D (Define, Design, Develop) oleh Thiagarijan.

Pada tahap define dilakukan analisis kurikulum, analisis karakterisitik siswa,

analisis materi, yang pada akhirnya merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap design merupakan tahap representasi rancangan yang sebelumnya telah dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip terkait berupa prinsip LKS dan prinsip Concept Attainment. Tahap develop berisikan revisi dan hasil validasinya yaitu

aspek model Concept Attainment memilki rata-rata 2.8, aspek kelayakan isi 2.3,

aspek kebahasaan 2.6, aspek sajian 2.95, aspek kegrafisan 2.37 yang seluruhnya terkategori baik.

Kata Kunci: Lembar Kerja Siswa, Model Concept Attainment, Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel


(6)

ABSTRACT

Alfian Syahrudin (109017000020), Development of Model-Based Student Worksheet Concept Attainment On the concept of Linear Equations and Inequalities One Variable. Thesis on Department of Mathematics Education, Teaching and Education Faculty, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta, 2016.

This research was conducted at SMP 29 Jakarta YPH by object of class VII of the school year 2015/2016. The purpose of this study is to generate Student Worksheet based Concept Attainment Model on concept of equality and linear inequality one variable. The method used 3D (Define, Design, Develop) research and development by Thiagarijan. In the define phase analysis of curriculum, student characteristics analysis, material analysis, which ultimately formulate learning objectives. Design phase is the stage representation of the design that had previously been done with regard to the principles related to the principles and the principles of Concept Attainment. Develop phase contains revision and validation of Concept Attainment model phase has an average of 2.8, the contents of the feasibility aspects has 2.3, aspects of language has 2.6, servings aspects has 2.95, and graphic aspects has 2.37 which are all well categorized.

Kata Kunci: Studet Worksheet, Concept Attainment Model, Linear Equations and Inequalities One Variable


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat ihsan, nikmat iman, dan nikmat islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Salawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Tita Khalis Maryati, M. Kom., Dosen Pembimbing I yang penuh

kesabaran dalam memberikan bimbingan, waktu, arahan dan semangat dalam membimbing penulis selama ini.

5. Bapak Ramdani Miftah, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran

dalam memberikan bimbingan, waktu, arahan dan semangat dalam membimbing penulis selama ini.

6. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan saran selama penulis kuliah.

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.


(8)

iv

8. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan

Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

9. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan.

10.Bapak Drs. Zamanuddin, Kepala SMP Pelita Harapan Jakarta yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11.Bapak Suhendar, S. Pd., Guru Matematika kelas VII-4 dan seluruh dewan

guru SMP Pelita Harapan Jakarta yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

12.Siswa dan Siswi SMP Pelita Harapan, khususnya kelas VII-4 yang telah

kooperatif dalam penelitian ini.

13.Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, ayahanda Sumito dan ibunda

Yanti yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis serta semua keluarga yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

14.Adikku tersayang Salma Purnama yang selalu memberikan semangat kepada

penulis selama penulis mengerjakan skripsi ini, serta Elvira yang telah memberikan semangat, doa dan motivasi agar penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Teman-teman di bangku kuliah Ario Sulistio Pambudi, Hanief Syahrizal,

Cahyadi, Rizky Amellia, Fitri Solihah, Intan Rahmawati serta seluruh teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2009, khususnya kelas A. Terima kasih atas bantuan-bantuannya selama ini serta canda tawa dan kebersamaan kalian selama ini.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(9)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 20 Juli 2016 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Hakikat Lembar Kerja Siswa ... 12

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 12

2. Fungsi dan Manfaat Lembar Kerja Siswa ... 12

3. Struktur Lembar Kerja Siswa ... 14

4. Prinsip Lembar Kerja Siswa ... 14

5. Langkah Pembuatan dan Pengembangan Lembar Kerja Siswa ... 15

B. Model Pencapaian Konsep ... 19

1. Sintaks Model Pencapaian Konsep ... 19

2. Efek Instruksional dan Pengiring Model Pencapaian Konsep ... 20

C. Konsep Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel ... 21

1. Konsep Persamaan Linear Satu Variabel ... 21

2. Konsep Persamaan Linear Satu Variabel ... 22

D. Konsep Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Berbasis Model Pencapaian Konsep ... 24

E. Penelitian yang Relevan ... 35

F. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian ... 39

C. Desain Penelitian ... 39

1. Tahap Pendefinisian (Define) ... 39

a. Analisis Kurikulum ... 40

b. Analisis Karakterisitik Siswa ... 40


(11)

3. Tahap Pengembangan (Develop) ... 41

a. Validasi bahan ajar yang sudah dikembangkan ... 41

b. Revisi ... 41

c. Uji Coba Terbatas ... 41

D. Instrumen Penelitian ... 42

1. Angket Penilaian ... 43

2. Kuesioner Respon Siswa ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Studi Pustaka ... 46

2. Studi Lapangan ... 46

F. Teknis Analisis Data ... 46

1. Analisis Kevalidan ... 46

2. Kuesioner Respon Siswa ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Define (Pendefinisian) ... 49

a. Analisis Kurikulum ... 49

b. Analisis Karakteristik Siswa ... 52

c. Analisis Materi ... 54

d. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ... 56

2. Design (Perancangan) ... 57

a. Judul (Cover) ... 57

b. Daftar Isi ... 58

c. Petunjuk Belajar ... 59

d. Materi atau Kegiatan Inti ... 59

3. Develop (Pengembangan) ... 60

a. Validasi Ahli ... 60

b. Revisi ... 62

c. Uji Coba ... 65

B. Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71


(12)

1. Pengembangan Lembar Kerja Siswa ... 71

a. Define (Pendefinisian) ... 71

b. Design (Perancangan) ... 71

c. Develop (Pengembangan) ... 71

2. Kualitas Lembar Kerja Siswa ... 71

a. Aspek Model Concept Attainment ... 71

b. Aspek Isi ... 71

c. Aspek Bahasa ... 71

d. Aspek Sajian ... 71

e. Aspek Kegrafisan ... 72

B. Saran ... 72


(13)

Tabel 1.1 Standar Isi KTSP terkait konten aljabar ... 3

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Penilaian LKS ... 43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Respon Siswa ... 45

Tabel 4.1 Standar Isi Kurikulum KTSP ... 49

Tabel 4.2 Peran dan Letak Kompetensi Memahami Konsep (Berdasarkan Kompetensi Dasar ... 50

Tabel 4.3 Peran dan Letak Sintaks Model Concept Attainment dalam Kompetensi Memahami Konsep Persamaan Linear Satu Variabel ... 51

Tabel 4.4 Peran dan Letak Sintaks Model Concept Attainment dalam kompetensi memahami konsep Pertidaksamaan Linear Satu Variabel ... 51

Tabel 4.5 Kemampuan Akademik (Keadaan) Siswa dalam Kompetensi Memahami Konsep Persamaan Linear Satu Variabel ... 52

Tabel 4.6 Kemampuan Akademik (Keadaan) Siswa dalam Kompetensi Memahami Konsep Pertidaksamaan Linear Satu Variabel ... 53

Tabel 4.7 Materi Konsep Persamaan Linear Satu Variabel ... 54

Tabel 4.8 Materi Konsep Pertidaksamaan Linear Satu Variabel ... 55

Tabel 4.9 Tujuan Pembelajaran terkait Konsep Persamaan Linear Satu Variabel ... 56

Tabel 4.10 Tujuan Pembelajaran (Memahami Konsep Persamaan Linear Satu Variabel) ... 57

Tabel 4.11 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa ... 60

Tabel 4.12 Hasil Respons Siswa Terhadap Lembar Kerja Siswa ... 66

Tabel 4.13 Hasil Tahap Design ... 67


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gambar Tabel Hasil Tes TIMSS Siswa Indonesia oleh Litbang

Kemendikbud ... 2

Gambar 1.2 Gambar Kesalahan konsep siswa ... 5

Gambar 1.3 LKS Matematika di SMP YPH Jakarta ... 7

Gambar 1.4 Tampilan dalam (Daftar Isi) LKS Matematika di SMP YPH Jakarta ... 7

Gambar 2.1 Efek Instruksional dan Pengiring dari Model Concept Attainment ... 20

Gambar 4.1 Judul Lembar Kerja Siswa ... 58

Gambar 4.2 Daftar Isi Lembar Kerja Siswa ... 58

Gambar 4.3 Langkah Kegiatan Lembar Kerja Siswa ... 59

Gambar 4.4 Materi Lembar Kerja Siswa ... 59

Gambar 4.5 Revisi Penyajian Data pada Lembar Kerja Siswa ... 63

Gambar 4.6 Tujuan Pembelajaran Lembar Kerja Siswa ... 63

Gambar 4.7 Revisi Langkah Kegiatan pada Lembar Kerja Siswa ... 64

Gambar 4.8 Revisi Materi Prasyarat pada Lembar Kerja Siswa ... 64

Gambar 4.9 Lembar Penilaian pada Lembar Kerja Siswa ... 65

Gambar 4.10 Daftar Pustaka pada Lembar Kerja Siswa ... 65


(15)

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 38 Bagan 3.1 Alur Penelitian ... 42


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Soal Test Observasi ... 75

Lampiran 2 Hasil Test Observasi ... 76

Lampiran 3 Pedoman Wawancara ... 77

Lampiran 4 Hasil Wawancara ... 78

Lampiran 5 LKS Konsep Persamaan Linear Satu Vaeriabel ... 80

Lampiran 6 Panduan Guru Konsep Persamaan Linear Satu Vaeriabel ... 92

Lampiran 7 LKS Konsep Pertidaksamaan Linear Satu Vaeriabel ... 103

Lampiran 8 Panduan Guru Konsep Pertidaksamaan Linear Satu Vaeriabel ... 114

Lampiran 9 Kisi-kisi Angket Penilaian ... 125

Lampiran 10 Angket Penilaian (Lembar Validasi) ... 127

Lampiran 11 Kisi-kisi Kuesioner Siswa ... 138

Lampiran 12 Hasil Validasi LKS per Item ... 137

Lampiran 13 Hasil Validasi LKS per Aspek ... 138

Lampiran 14 Kisi-Kisi Kuesioner Respons Siswa ... 139

Lampiran 15 Hasil Respons Siswa ... 141

Lampiran 16 Foto-Foto Kegiatan ... 142

Lampiran 16 Surat Pernyataan Pihak Sekolah ... 145

Lampiran 17 Hasil Respons Siswa ... 146


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari

hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.1

Berdasarkan pengertian belajar matematika menurut Bruner tersebut, dapat diambil pengertian matematika itu sendiri yaitu matematika berisi tentang konsep-konsep dan struktur matematika itu sendiri. Pengertian lain dari matematika, matematika dinyatakan sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia.2

Pengertian-pengertian matematika tersebut sejalan dengan pentingnya matematika itu sendiri. Namun, fakta berkata lain. Matematika masih dianggap sebagai ‘momok’ bagi sebagian besar siswa Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari tes yang dilakukan oleh Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang melihat dari dua sudut pandang bidang studi yaitu matematika dan sains (IPA). Pada bidang studi matematika, rata-rata skor yang

diperoleh siswa Indonesia kelas 8 saja sebesar 386.3 Sedangkan pada bidang studi

sains sebesar 406.4 Hasil tersebut secara tidak langsung menunjukan bahwa minat

siswa pada mata pelajaran matematika lebih rendah dibanding sains. Hal juga ini

1

Herman Hudoyo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2000), h.48

2

BSNP, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h.17

3

Ina V.S. Mullis et.al., TIMSS 2011 International Result in Mathematics, 2011, (Boston: TIMSS & PIRLS International Study Center, 2012). h. 164

4

Michael O. Martin et.al., TIMSS 2011 International Result in Science, 2011, (Boston: TIMSS & PIRLS International Study Center, 2012). h. 164


(18)

2

menunjukkan bahwa pentingnya matematika tidak sejalan dengan minat dan

kemampuan ‘bermatematika’ siswa Indonesia.

Fakta tersebut memerlukan uraian lebih rinci lagi mengenai apa saja isi atau konten di dalam matematika itu sendiri dengan tujuan mediagnosa lebih dalam lagi pada bagian mana letak kelemahan siswa Indonesia. TIMSS pada tahun 2007 juga melakukan tes salah satunya berdasarkan aspek atau domain dari segi konten antara lain: bilangan; aljabar; geometri dan pengukuran; serta data dan peluang. Hasil dari tes oleh TIMSS tahun 2007 berdasarkan analisis uji anava satu arah oleh litbang diperoleh bahwa capaian rata-rata konten aljabar adalah konten dengan capaian terendah yaitu sebesar 25,68 dari capaian tertinggi seluruh konten

sebesar 78.80.5 Berikut data yang ditampilkan litbang:

Gambar 1.1

Gambar Tabel Hasil Tes TIMSS Siswa Indonesia oleh Litbang Kemendikbud

Simpulan Litbang juga menyatakan, “Secara umum, hasil ketiga TIMSS

menunjukkan bahwa siswa kita mempunyai pengetahuan dasar matematika, khususnya dalam domain Bilangan dan domain Data, tetapi masih bermasalah

dalam domain Aljabar dan domain Geometri dan Pengukuran”.6 Berdasarkan data

5

Litbang Kemendikbud, Analisis Konten dan Capaian Siswa Indonesia dalam TIMSS tahun 1999, 2003, dan 2007, (Jakarta: Kemendikbud, 2010), h.11

6


(19)

dan simpulan dari litbang tersebut diperlukan lagi peningkatan capaian siswa dalam konten aljabar.

Aljabar sendiri dibagi lagi berdasarkan rincian konten yang bermacam-macam. Jika dilihat dari standar isi yang ditetapkan pemerintah dalam kurikulum KTSP tahun 2006 dan dihubungkan dengan test yang dilakukan TIMSS pada kelas 8 yang dalam hal ini dalam cakupan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), terdapat beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang termasuk ruang lingkup aljabar. Pada standar isi tersebut konten aljabar pertama kali disebut yaitu materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang

wajib diampu oleh siswa kelas VII pada semester I.7 Berikut adalah tabel standar

isi KTSP,

Tabel 1.1

Standar Isi KTSP terkait konten aljabar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

1. Memahami sifat-sifat operasi hitung

bilangan dan penggunaanya dalam pemecahan masalah.

1.1 Melakukan operasi hitung bilangan

bulat dan pecahan

1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi

hitung bilangan bulat dan pecahan dalam pemecahan masalah

Aljabar

2. Memahami bentuk aljabar,

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

2.1 Mengenali bentuk aljabar dan

unsur-unsurnya

2.2 Melakukan operasi pada bentuk

aljabar

2.3 Menyelesaikan persamaan linear

satu variabel

2.4 Menyelesaikan pertidaksamaan

linear satu variabel

7

BSNP, Standar Isi untuk Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta, Kemendiknas, 2006), h.141


(20)

4

Berdasarkan standar isi tersebut diketahui materi pertama dalam aljabar yaitu materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Materi ini sebagai materi pertama dalam konten aljabar dalam pendidikan di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel memiliki peranan yang penting sebagai materi pertama dan dasar pada konten aljabar khususnya tingkat satuan pendidikan menengah.

Terkait dengan perlunya penekanan lebih terhadap materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, sebuah penelitian dengan judul ‘Identifikasi Kesalahan Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Terpadu Kota Bengkulu Dalam

Menyelesaikan Soal-Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel’

salah satu hasilnya yaitu siswa belum bisa membedakan antara koefisien, variable,

dan konstanta dalam materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.8

Koefisien, variabel, dan konstanta sendiri merupakan bagian dari konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Seperti pernyataan Soedjadi

berikut ini, “Konsep-konsep dalam matematika pada umumnya disusun dari

konsep-konsep sebelumnya. Misalnya konsep pangkat disusun dari konsep perkalian, konsep luas segitiga disusun dari konsep luas persegi panjang, konsep luas trapesium disusun dari konsep luas segitiga. Berarti konsep-konsep sebelumnya yang dipahami siswa sangat dibutuhkan untuk mengkonstruksi suatu

konsep baru”.9 Artinya, secara keseluruhan siswa belum bisa atau bisa dikatakan

lemah dalam memahami konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Penelitian lain dalam ruang lingkup yang sama juga didapatkan fakta bahwa kesalahan siswa pada persamaan linear satu variable antara lain kesalahan

konsep, kesalahan prinsip, dan kesalahan operasi.10 Tersebut salah satu kesalahan.

didalamnya ialah kesalahan konsep (dalam hal ini konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel), padahal dalam judul penelitan tersebut, bisa

8

Rika Febriyanti, Identifikasi Kesalahan Siswa Kelas VII SMP Muhammidayah Terpadu Kota Bengkulu Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. (Bengkulu: Penerbit FKIP UNIB, 2014), h.60

9

Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia, (Jakarta: Dirjen DIKTI, 2000). h.65

10

Subaidah, Analisis Kesalahan Siswa Kelas VII dalam Menyelesaikan Soal Terapan Persamaan Linear Satu Variabel, (Jakarta: Dikma, 2012), h. 24


(21)

dikatakan penguasaan atau pemahaman konsep merupakan dasar untuk menyelesaikan soal terapan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa masih lemah dalam memahami konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

Rendahnya pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel juga terjadi pada siswa SMP YPH 29 Jakarta, terutama kelas VII. Hal tersebut didapatkan dari hasil observasi pada sekolah tersebut. Observasi dilakukan dengan cara memberikan sebuah soal terkait konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang diambil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah divalidasi. Dari 10 siswa yang diambil secara acak, hanya sebanyak 4 siswa yang menjawab benar soal tersebut. Berikut contoh kesalahan siswa pada konsep kefisien, variabel, dan konstanta. Ketiga konsep tersebut terdapat dalam konsep yang lebih luas yaitu persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

Gambar 1.2 Kesalahan konsep siswa

Litbang Depdikbud (2007) dalam laporan analisis yang sebelumnya telah dibahas diatas merekomendasikan, “Pengadaan buku teks dan fasilitas kelas (seperti alat bantu ajar serta cara penggunaannya) guna mendukung pelaksanaan kurikulum yang memperhatikan aspek konten dan kognitif secara seimbang harus

diupayakan secara merata, dan standar mutunya perlu senantiasa dijaga.”11

Rekomendasi dari Litbang Depdikbud menunjukkan pentingnya perananan bahan

11


(22)

6

ajar terkait permasalahan-permasalahan dalam proses pembelajaran yang dalam hal ini adalah lemahnya kemampuan pemahaman konsep siswa pada konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Sejalan dengan hal tersebut, dr. Endang Mulyatiningsih juga menyatakan, “Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada

dalam kurikulum dapat disediakan bahan ajarnya”. Memang dalam pernyataan

tersebut terfokus pada analisis kurikulum, namun terselip didalamnya peranan dari bahan ajar guna mencapai kompetensi yang akan dicapai yang dalam hal ini ialah kompetensi memahami konsep persamaan dan pertidaksamaan satu variabel.

Salah satu bahan ajar yang juga sering dikategorisasikan media ajar yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) atau yang juga sering diistilahkan Lembar Kegiatan Siswa. LKS sendiri memiliki fungsi, terutama fungsi dari LKS yang berkaitan langsung dengan konsep. Fungsi dari LKS yang berkaitan langsung dengan konsep antara lain membantu siswa dalam mengembangkan konsep dan membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.12

Kenyataan dilapangan berdasarkan hal yang telah diuraikan sebelumnya mengenai lemahnya pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel secara otomatis berimplikasi dengan fakta bahwa LKS yang ada dan digunakan sekolah-sekolah pada umumnya masih belum mampu meningkatkan kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan LKS yang ada belum dikembangkan secara mandiri oleh guru yang bersangkutan. Padahal yang paling mengetahui karakter peserta didik adalah gurunya sendiri. LKS yang digunakan guru masih berupa LKS yang diterbitkan oleh penerbit-penerbit. Seperti dalam observasi kecil di SMP YPH 29 Jakarta pada tahun 2016, LKS yang digunakan didapatkan dari penerbit Arya Duta. Berikut tampilannya,

12

Prianto dan Harnoko, Konstruktivisme dalam. Pembelajaran, (Jakarta:Dikti. 1997), h.30.


(23)

Gambar 1.3

LKS Matematika di SMP YPH Jakarta kelas 7,8,9 tahun 2015/2016

(‘Sakti’, (Jakarta: Arya Duta, 2015))

Gambar 1.4

Tampilan dalam (Daftar Isi)

‘Sakti’, (Jakarta: Arya Duta, 2015)

Perlu dikembangkannya lagi LKS siswa khususnya untuk kompetensi pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel mengaitkan dengan model pembelajaran seperti apa yang cocok diterapkan untuk kompetensi tersebut. Sesuai dengan fakta di SMP YPH Jakarta berdasarkan hasil wawancara diperoleh fakta memang mayoritas model pembelajaran yang digunakan adalah model konvensional dengan metode ekspositori. Maka dari itu,


(24)

8

ada sebuah model dengan kelebihan-kelebihan (fungsi) yang banyak kaitannya

dengan kompetensi memehami konsep yaitu model Concept Attainment.

Model Concept Attainment memiliki fungsi yang terkait dengan

pemahaman konsep matematika antara lain memahami sifat-sifat konsep, memahami konsep, sistem konseptual dan penerapannya, memahami strategi konsep pembelajaran, dan memiliki fleksibilitas konseptual. Masih ada beberapa

lagi dampak datu fungsi dari model Concept Attainment, namun mungkin yang

tersebut sebelumnya yang berkaitan langsung dengan kompetensi memahami konsep.

Fungsi dari LKS dan model Concept Attainment yang berkaitan langsung

dengan pemahaman konsep tersebut berpeluang untuk dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang dalam hal ini adalah pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Oleh

karena itu perlu dilakukan “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis

Model Concept Attainment pada Konsep Persamaan dan Pertidaksamaan

Linear Satu Variabel”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya yang menjadi latar belakang dalam penelitian ini, terkandung beberapa masalah yang telah diidentifikasi, antara lain:

1. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan

linear satu variabel siswa SMP YPH 29 Jakarta.

2. Kurangnya fungsi dari LKS berbasis model pembelajaran konvensional

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa SMP YPH 29 Jakarta.

3. Kurang dimanfaatkan dan dikembangkannya LKS berbasis model

pembelajaran concept attainment untuk meningkatkan pemahaman konsep

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa SMP YPH 29 Jakarta.


(25)

C.

Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang ditemukan, masalah akan dibatasi untuk masalah-masalah tertentu saja dengan tujuan penelitian menjadi lebih efektif dan efisien. Pembatasan masalahnya antara lain:

1. Kurang dikembangkannya LKS berbasis model pembelajaran concept

attainment pada konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa SMP YPH 29 Jakarta.

2. Objek penelitian lebih spesifik pada siswa kelas 7 SMP YPH 29 Jakarta.

3. Kurikulum yang menjadi acuan yaitu KTSP tahun 2006.

D.

Perumusan Masalah

Setelah dilakukan pembatasan masalah, kemudian masalah dirumuskan menjadi:

1. Bagaimana mengembangkan LKS berbasis model pembelajaran concept

attainment pada konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel?

2. Bagaimana kualitas LKS berbasis model pembelajaran concept attainment

pada konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel?

E.

Tujuan Penelitian

Setelah masalah dirumuskan, kemudian nantinya penelitian dilakukan dengan tujuan yaitu:

1. Mengembangkan LKS berbasis model concept attainment pada konsep

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

2. Mengetahui kualitas LKS yang berbasis model concept attainment pada

konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

F.

Manfaat Penelitian


(26)

10

Menjadi motivasi untuk terus memperbaiki produk yang dihasilkan

dalam hal ini LKS berbasis model concept attainment pada konsep

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

Menjadi motivasi untuk mengembangkan LKS atau bahkan bahan ajar secara kesuluruhan dalam ruang lingkup materi yang berbeda.

b. Bagi Siswa

Menumbuhkan motivasi belajar siswa yang positif terhadap konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

Menumbuhkan motivasi belajar peserta didik yang positif terhadap mata pelajaran matematika.

Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menjadikan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

c. Bagi Guru

Penelitian ini menghasilkan LKS yang dapat digunakan guru sebagai bahan ajar konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Penelitian ini dapat menghasilkan LKS sebagai salah satu bahan ajar yang lebih variatif.

Penelitian ini dapat sebagai contoh proses penelitian dan pengembangan LKS atau bahkan bahan ajar secara keseluruhan pada konteks konsep dan materi lainnya.

d. Bagi Sekolah

Meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah.

Memperkaya bahan ajar dalam hal ini LKS sebagai rujukan yang dimiliki.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi motivasi untuk terus memperbaiki produk yang dihasilkan


(27)

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Menjadi motivasi untuk mengembangkan lembar kerja siswa atau bahkan bahan ajar secara kesuluruhan dalam ruang lingkup materi dan kompetensi berbeda.

Memanfaatkan kelebihan-kelebihan dan memperbaiki keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian kali ini.


(28)

12

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.

Hakikat Lembar Kerja Siswa

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah sumber belajar penunjang yang dapat

meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang harus mereka kuasai.13

LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran.14 Dapat disimpulkan bahwa LKS adalah salah

satu bahan ajar yang berfungsi sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi ajar kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui LKS ini dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan mengefektifkan waktu, serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Fungsi dan Manfaat Lembar Kerja Siswa

Menurut Sudjana dalam buku “Strategi Belajar Mengajar” di dalamnya

disebutkan beberapa fungsi dan manfaat LKS, antara lain:

a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

13

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana, 2011), h.91.

14


(29)

b. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa. f. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang

dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.15

Sedangkan menurut Prianto dan Harnoko dalam bukunya yang berjudul

“Konstruktivisme dalam Pembelajaran” di dalamnya juga terselip beberapa

fungsi dan manfaat dari LKS, antara lain:

a. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. b. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

c. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

d. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

e. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. f. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai

melalui kegiatan belajar.

g. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari

melalui kegiatan belajar secara sistematis.16

Fungsi-fungsi LKS dari beberapa tokoh tersebut, terdapat salah satu fungsi yang tersebut langsung kata konsep di dalamnya, yang artinya bisa dikatakan berkaitan langsung dengan penelitian kali ini mengenai konsep

15

Djamarah dan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.34. 16


(30)

14

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yaitu membantu siswa mengembangkan konsep.

3. Struktur Lembar Kerja Siswa

LKS yang merupakan salah satu bahan ajar cetak memiliki struktur seperti bahan ajar cetak lainnya menurut Andi Prastowo dalam bukunya “Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar”, yaitu:

a. Judul, Mata Pelajaran, Semester, Tempat

b. Petunjuk belajar

c. Kompetensi yang akan dicapai

d. Indikator

e. Informasi pendukung

f. Tugas-tugas dan langkah kerja

g. Penilaian17

Apabila struktur LKS yang merupakan salah satu bahan ajar cetak tersebut terpenuhi, maka besar peluang fungsi, manfaat, dan tujuan dari LKS itu sendiri akan tercapai.

4. Prinsip Lembar Kerja Siswa

Fungsi dan manfaat LKS tersebut sebelumnya tidak akan terealisasikan apabila LKS yang dibuat tidak memenuhi aturan atau prinsip dari LKS itu

sendiri. Akhamd Sudrajat dalam bukunya “Pengertian Pendekatan, Strategi,

Metode, Teknik, dan Model pembelajaran” menetapkan beberapa prinsip yang harus terdapat pada LKS, antara lain:

a. Prinsip Relevansi

17

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Yogyakarta: Diva Press, 2012), h.204


(31)

Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

b. Prinsip Konsistensi

Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

c. Prinsip Kecukupan

Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang

waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya. 18

Adanya prinsip-prinsip LKS tersebut berperan sebagai standar dan acuan para pembuat LKS, baik itu guru maupun praktisi pendidikan lainnya untuk membuat LKS yang baik dan benar .

5. Langkah Pembuatan dan Pengembangan Lembar Kerja Siswa

Thiagarijan dalam Endang Mulyatiningsih mengembangkan sebuah bentuk penelitian pengembangan dalam dunia pendidikan yang sekaligus menjadi langkah-langkah dalam mengembangkan sistem pembelajaran yang dikatakan oleh Ending Mulyatiningsih bahan ajar termasuk didalamnya. Proses pengembangan atau langkah-langkah tersebut terdiri dari Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Development (Pengembangan), dan

18

Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model pembelajaran (Bandung: Gaung Persada Press, 2009), h.47.


(32)

16

Dissemination (Penyebarluasan) atau biasa disingkat menjadi 4D. Berikut garis

besar penjabaran tentang apa itu 4D,

a. Define (Pendefinisian)

Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang berbeda-beda. Secara umum, dalam pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model penelitian dan pengembangan (model R & D) yang cocok digunakan untuk mengembangkan produk. Analisis bisa dilakukan melalui studi literatur atau penelitian pendahuluan. Thiagrajan (1974) menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu,

1) Analisis Kurikulum

Pada tahap awal, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku pada saat itu. Dalam kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai. Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam kurikulum dapat disediakan bahan ajarnya.

2) Analisis Karakteristik Peserta Didik

Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus mengenali karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar. Hal ini penting karena semua proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik antara lain: kemampuan akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, latar belakang ekonomi dan sosial, pengalaman belajar sebelumnya, dsb. Dalam kaitannya dengan pengembangan bahan ajar,


(33)

karakteristik peserta didik perlu diketahui untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan akademiknya, misalnya: apabila tingkat pendidikan peserta didik masih rendah, maka penulisan bahan ajar harus menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Apabila minat baca peserta didik masih rendah maka bahan ajar perlu ditambah dengan ilustrasi gambar yang menarik supaya peserta didik termotivasi untuk membacanya.

3) Analisis Materi

Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis.

4) Merumuskan Tujuan

Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkkan perlu dirumuskan terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat mereka sedang menulis bahan ajar.

b. Design (Perancangan)

Pada tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Sebelum

dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka rancangan produk dalam hal ini adalah

LKS, LKS tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh

teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator.


(34)

18

Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan member soal-soal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan.

d. Disseminate (Penyebarluasan)

Pada konteks pengembangan bahan ajar dalam hal ini adalah LKS,

tahap dissemination dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui

pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran

yang lebih luas.19

Berdasarkan jabaran mengenai langkah pengembagan LKS tersebut dan berdiskusi dengan pembimbing penelitian, langkah-langkah penelitian pengembangan kali ini sudah cukup sampai pada langkah terakhir yaitu development (perancangan). Sehingga langkah tersebut menjadi Define

(Pendefinisian), Design (Perancangan), dan Develop (Pengembangan) atau

bisa disingkat menjadi 4D.

19

Endang Mulyatiningsih, Riset Terapan: Bidang Pendidikan dan Teknik (Yogyakarta: UNY Press, 2011), h.179


(35)

B.

Model Concept Attainment

Model pembelajaran Concept Attainment adalah suatu model

pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep

tertentu.20Model pembelajaran pencapaian konsep merupakan salah satu bentuk

kelompok model pembelajaran pengolahan informasi, dimana

modelpembelajaran pengolahan informasi adalah model pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses, atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa

melalui proses pembelajaran.21

1. Sintaks Model Pembelajaran Concept Attainment

Penerapan model pembelajaran Concept Attainment dalam pembelajaran

menurut Joyce meliputi tiga tahap pokok, yaitu:

a. Fase Satu: Penyajian data dan identifikasi objek

1) Guru menyajikan contoh-contoh yang telah dilabeli.

2) Siswa membandingkan sifat-sifat dalam contoh positif dan negatif.

3) Siswa menghasilkan dan menguji hipotesis.

4) Siswa menyebutkan sebuah definisi menurut sifat-sifat essensial.

b. Fase Dua: Menguji pencapaian konsep.

1) Siswa mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak dilabeli Ya atau

Tidak.

2) Guru mengonfirmasi hipotesis, nama-nama konsep, dan menyatakan

kembali definisi menurut sifat-sifat esensial.

3) Siswa menghasilkan contoh-contoh.

20

Trianto, loc.cit. 21


(36)

20

c. Fase Tiga: Analisis Strategi Berpikir

1) Siswa menjelaskan pemikiran-pemikiran

2) Siswa membahas peran hipotesis dan sifat-sifat

3) Siswa mendisksikan bentuk dan jumlah hipotesis.22

2. Efek-efek Insruksional dan Pengasuhan dari Model Concept Attainment

Gambar 2.1

Efek Instruksional dan Pengiring dari Model Concept Attainment

a. Efek Instruksional

1) Memahami sifat-sifat konsep.

2) Memahami konsep, sistem konseptual dan penerapannya.

3) Memahami strategi konsep pembelajaran.

b. Efek Pengasuhan

1) Memiliki Fleksibilitas konseptual.

2) Memiliki Landasan Pemikiran Induktif.

3) Memiliki Toleransi Ambiguitas.

22


(37)

C.

Konsep Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

1. Konsep Persamaan Linear Satu Variabel

Pertama-tama coba perhatikan kalimat (model) matematika berikut ini,

dan

x sebagai variabel, jika di substitusikan dengan sembarang bilangan misal 5,

kalimat tersebut menjadi , maka kalimat tersebut bernilai salah.

Sebaliknya, jika di substitusikan dengan bilangan 4, kalimat tersebut akan

menjadi , maka kalimat tersebut akan bernilai benar.

Perbedaan dari bentuk kalimat matematika diatas yaitu kalimat

matematika dapat bernilai benar atau salah. Dengan kata lain kalimat

tersebut belum memliki suatu nilai kebenaran, dapat bernilai benar maupun dapat bernilai salah. Kalimat yang belum memiliki nilai kebenaran disebut kalimat terbuka. Sedangkan kalimat yang bernilai benar atau salah disebut kalimat tertutup atau kalimat pernyataan.

Kalimat terbuka sendiri masih memiliki banyak jenisnya, coba perhatikan beberapa kalimat terbuka berikut ini:

dan

, , dan

, , dan

Perbedaan dua kalimat terbuka yang pertama diatas yaitu kalimat

hanya memiliki satu variable sedangkan kalimat memiliki

dua variable.

Lalu perbedaan dari tiga kalimat terbuka yang kedua yaitu kalimat variabelnya berpangkat satu sedangkan dua lainnya variabelnya berpangkat lebih dari satu.


(38)

22

Kemudian perbedaan dari tiga bentuk kalimat terbuka ketiga yaitu

kalimat dihubungkan dengan tanda sama dengan “=” sedangkan dua

lainnya dihubungkan dengan tanda pertidak samaan “ “.

Kalimat terbuka yang hanya mempunyai satu variable dan variabelnya berpangkat satu serta dihubungkan dengan tanda sama dengan disebut Persamaan Linear Satu Variabel.23

2. Konsep Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

Pertama-tama coba perhatikan kalimat (model) matematika berikut ini, dan

x sebagai variabel, jika di substitusikan dengan sembarang bilangan misal 5,

kalimat tersebut menjadi , maka kalimat tersebut bernilai salah.

Sebaliknya, jika di substitusikan dengan bilangan 4, kalimat tersebut akan

menjadi , maka kalimat tersebut akan bernilai salah.

Perbedaan dari bentuk kalimat matematika diatas yaitu kalimat

matematika dapat bernilai benar atau salah. Dengan kata lain kalimat

tersebut belum memliki suatu nilai kebenaran, dapat bernilai benar maupun dapat bernilai salah. Kalimat yang belum memiliki nilai kebenaran disebut kalimat terbuka. Sedangkan kalimat yang bernilai benar atau salah disebut kalimat tertutup atau kalimat pernyataan.

Kalimat terbuka sendiri masih memiliki banyak jenisnya, coba perhatikan beberapa kalimat terbuka berikut ini :

dan

, , dan

, , dan

23

Dewi Nurhaeni dan Tri Wahyuni, Matematika Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Dikma, 2012), h.58


(39)

Perbedaan dua kalimat terbuka yang pertama diatas yaitu kalimat

hanya memiliki satu variable sedangkan kalimat memiliki

dua variable.

Lalu perbedaan dari tiga kalimat terbuka yang kedua yaitu kalimat variabelnya berpangkat satu sedangkan dua lainnya variabelnya berpangkat lebih dari satu.

Kemudian perbedaan dari tiga bentuk kalimat terbuka ketiga yaitu

kalimat dihubungkan dengan tanda kurang dari sama dengan “ ”

yang merupakan salah satu dari tanda pertidaksamaan “ “, sedangkan dua lainnya dihubungkan dengan tanda sama dengan “=”.

Kalimat terbuka yang hanya mempunyai satu variable dan variabelnya berpangkat satu serta dihubungkan dengan tanda pertidaksamaan disebut Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.24

D.

Konsep Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

berbasis Model Concept Attainment

Penerapan model pembelajaran Concept Attainment dalam konsep

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel, yaitu:

a. Fase Satu: Memperhatikan data dan Identifikasi Contoh

1) Guru menyajikan dan membimbing siswa agar memperhatikan

contoh-contoh yang telah dilabeli.

Pada langkah ini, guru memberikan instruksi yang terepresentasi pada LKS agar siswa memperhatikan contoh-contoh yang telah dilabeli. Berikut adalah kalimat instruksinya,

“ Dibawah ini disajikan beberapa data. Data terdiri dari contoh yes

maupun no. Contoh yes memiliki ciri-ciri yang tidak dimiliki contoh no.

24


(40)

24

Pertama-tama, perhatikanlah terlebih dahulu contoh-contoh berikut ini,

kemudian lakukan kegiatan no.2 dan seterusnya.”

Data I

Yes No

Data II

Yes No

Data III

Yes No

Data IV

Yes No

Pada langkah ini, sesuai pernyataan dalam model Concept

Attainment, siswa hanya memperhatikan dan menganalisis data/contoh yang diberikan untuk kemudian hasil analisisnya berguna pada langkah selanjutnya.


(41)

2) Siswa membandingkan ciri-ciri dalam contoh Yes dan No.

Pada langkah ini, kegiatan intinya yaitu siswa membandingkan

ciri-ciri dalam contoh Yes dan No dengan diawali pertanyaan pendekatan dari

guru pada setiap data yang diberikan secara bertahap.

Data I

“ Pada data I, kamu akan menemukan perbedaan antara ciri-ciri contoh

yes dengan no. Apakah ciri-ciri contoh yes yang dimaksud ? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud yaitu: Merupakan kalimat terbuka

Data II

“ Kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes pada data I. Selanjutnya

pada data II, kamu akan menemukan kesamaan antara ciri-ciri contoh yes

dengan no berdasarkan ciri-ciri yes sebelumnya dan perbedaan yang baru

antara keduanya. Sehingga kamu akan menemukan ciri-ciri contoh yes

yang baru. Apakah ciri-ciri contoh yes yang dimaksud ? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud yaitu: Merupakan kalimat terbuka


(42)

26

Data III

“ Kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes pada data I dan II.

Selanjutnya pada data III, kamu akan menemukan kesamaan antara

ciri-ciri contoh yes dengan no berdasarkan ciri-ciri yes sebelumnya dan

perbedaan yang baru antara keduanya. Sehingga kamu akan menemukan

ciri-ciri contoh yes yang baru. Apakah ciri contoh yes yang dimaksud ? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud yaitu: Merupakan kalimat terbuka

Memiliki satu variabel Variabelnya berpangkat satu

Data IV

“ Kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes pada data I, II, dan III.

Selanjutnya pada data IV, kamu akan menemukan kesamaan antara

ciri-ciri contoh yes dengan no berdasarkan ciri-ciri yes sebelumnya dan

perbedaan yang baru antara keduanya. Sehingga kamu akan menemukan

ciri-ciri contoh yes yang baru. Apakah ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud yaitu: Merupakan kalimat terbuka


(43)

Memiliki satu variabel Variabelnya berpangkat satu

Dihubungkan dengan tanda sama dengan

3) Siswa menghasilkan dan menguji hipotesis.

Pada langkah ini, siswa mendapat kesimpulan sementara menurut mereka sendri tanpa dikonfirmasi lebih lanjut oleh guru dari hasil analisis tiap data yang telah ditampilkan dan dijawab sebelumnya dengan diawali pertanyaan pendekatan oleh guru.

“ Kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes sampai data terakhir. Jadi,

apakah ciri-ciri contoh yes ? ” Merupakan kalimat terbuka Memiliki satu variabel Variabelnya berpangkat satu

Dihubungkan dengan tanda sama dengan

Kemudian, dilalakukan pengujian hipotesis (dugaan) dengan instruksi oleh guru sebagai berikut,

“ Berdasarkan ciri-ciri yang telah kamu peroleh, coba kamu ubah contoh

no berikut ini menjadi contoh yes ! “

Yes No

atau dan lain-lain atau dan lain-lain atau dan lain-lain

atau dan lain-lain


(44)

28

Langkah ini sebagai penampilan konsep yang dibentuk siswa dari proses sebelumnya, dengan pertanyaan pendekatan sebagai berikut,

“ Ciri-ciri tersebut ternyata membentuk sebuah konsep dengan sebuah

nama konsep sehingga menjadi sebuah definisi. Seperti halnya misalnya

dengan ciri-ciri bilangan yang habis dibagi dua, ternyata adalah sebuah

konsep dengan nama konsep bilangan genap. Maka dapat dibentuk

definisi “Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi dua” .Sekarang dengan ciri-ciri yang kamu temukan dan kumpulkan, apakah

nama konsep yang tepat? Bagaimana definisinya? ”

Persamaan Linear Satu Variabel adalah kalimat terbuka yang hanya mempunyai satu variable dan variabelnya berpangkat satu serta dihubungkan oleh tanda sama dengan.

b. Fase Dua: Menguji pencapaian konsep.

4) Siswa mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak dilabeli Ya atau

Tidak.

Untuk mengetahui apakah konsep yang dibentuk siswa sudah tepat atau belum, perlu dilakukan pengujian. Pengujian kali ini berupa pengkategorisasian contoh-contoh dari konsep tersebut. Berikut instruksinya,

“ Dibawah ini terdapat contoh-contoh. Namun contoh-contoh tersebut

belum diberi label yes maupun no. Apakah label yang tepat pada

masing-masing contoh-contoh? Yes atau no? ”


(45)

5) Guru mengonfirmasi hipotesis, nama-nama konsep, dan menyatakan kembali definisi menurut sifat-sifat esensial.

Setelah konsep yang telah terbentuk diuji, kemungkinan masih ada perbaikan-perbaikan konsep. Maka dari itu, perlu dilakukan perbaikan melalui pegujian kembali.

“ Kamu telah menemukan ciri-ciri bahkan sebenarnya telah mengujinya

sendiri. Namun, mungkin masih belum tepat. Simak presentasi jawaban

temanmu, Apakah jawabanmu sudah tepat ? Apakah ciri contoh yes ? ”

Merupakan kalimat terbuka Memiliki satu variabel Variabelnya berpangkat satu

Dihubungkan dengan tanda sama dengan

“ Apakah nama konsep yang sesuai ciri-ciri tersebut ? ”

Persamaan Linear Satu Variabel

“ Bagaimana definisinya ? ”

Persamaan linear satu variable adalah kalimat terbuka yang memiliki satu variable dan variabelnya berpangkat satu serta dihubungkan dengan tanda sama dengan.

6) Siswa menghasilkan contoh-contoh.

Langkah pengujian yang terakhir, yaitu dengan menghasilkan contoh-contoh dari konsep yang telah diperbaiki secara mandiri.

“Apakah ciri-ciri, nama konsep, dan bagaimana definisinya, sudah

benar-benar tepat? Buatlah contoh-contohnya !”

Yes


(46)

30

atau dan lain-lain atau dan lain-lain atau dan lain-lain

c. Fase Tiga: Analisis Strategi Berpikir

1) Siswa menjelaskan pemikiran-pemikiran

Pada fase tiga, mulai dari langkah ini, siswa dituntut untuk menjelaskan pemikiran-pemikaran mereka dalam proses membentuk konsep Persamaan Linear satu variabel yang telah dibentuk. Dengan kata

lain, langkah ini menuntut jawaban ciri-ciri contoh no (Keterbalikan dari

konsep contoh-contoh yes)

Data I

“ Sebelumnya pada data I, kamu telah menemukan perbedaan antara

ciri-ciri contoh yes dengan no sehingga menemukan ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud. Apakah ciri-ciri contoh no yang dimaksud ? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh no yang dimaksud

yaitu :

Merupakan kalimat tertutup

Data II

“ Sebelumnya, kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes pada data I.

Selanjutnya pada data II, kamu juga menemukan kesamaan antara ciri-ciri

contoh yes dengan no berdasarkan ciri-ciri yes sebelumnya dan perbedaan

yang baru antara keduanya. Sehingga kamu telah menemukan ciri-ciri

contoh yes yang baru. Apakah ciri-ciri contoh no yang dimaksud ? ”


(47)

Ciri-ciri contoh no yang dimaksud yaitu : Merupakan kalimat terbuka Memiliki lebih dari satu variable

Data III

“ Sebelumnya, kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes pada data I

dan II. Selanjutnya pada data III, kamu juga telah menemukan kesamaan

antara ciri-ciri contoh yes dengan no berdasarkan ciri-ciri yes sebelumnya

dan perbedaan yang baru antara keduanya. Sehingga kamu telah

menemukan ciri-ciri contoh yes yang baru. Apakah ciri-ciri contoh no

yang dimaksud ? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh no yang

dimaksud yaitu : Merupakan kalimat terbuka

Memiliki satu variable Variabelnya berpangkat lebih dari

satu

Data IV

“ Sebelumnya, kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes pada data I, II,

dan III. Selanjutnya pada data IV, kamu juga telah menemukan kesamaan

antara ciri-ciri contoh yes dengan no berdasarkan ciri-ciri yes sebelumnya


(48)

32

menemukan ciri-ciri contoh yes yang baru. Apakah ciri-ciri contoh no

yang dimaksud ? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh no yang dimaksud yaitu :

Merupakan kalimat terbuka Memiliki satu variabel Variabelnya berpangkat satu

Dihubungkan dengan tanda pertidaksamaan

2) Siswa membahas peran hipotesis dan sifat-sifat

Tersebut kata peran. Artinya, perlu dijelaskannya keterkaitan antara

ciri-ciri contoh yes dengan ciri-ciri contoh no. Hal tersebut dapat

dijelaskan apabila siswa dapat menjawab ciri-ciri keduanya sekaligus.

Data I

“ Sebelumnya pada data I, kamu telah menemukan perbedaan antara

ciri-ciri contoh yes dengan no sehingga menemukan ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud. Apakah ciri-ciri contoh yes dan no yang dimaksud ? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud yaitu: Merupakan kalimat terbuka

Ciri-ciri contoh no yang dimaksud

yaitu :

Merupakan kalimat tertutup Data II


(49)

“ Sebelumnya, kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes pada data I. Selanjutnya pada data II, kamu juga telah menemukan kesamaan antara

ciri-ciri contoh yes dengan no berdasarkan ciri-ciri yes sebelumnya dan

perbedaan yang baru antara keduanya. Sehingga kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes yang baru. Apakah ciri-ciri contoh yes dan no yang

dimaksud ? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud yaitu: Merupakan kalimat terbuka

Memiliki satu variable

Ciri-ciri contoh no yang dimaksud

yaitu :

Merupakan kalimat terbuka Memiliki lebih dari satu variable Data III

“ Sebelumnya, kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes pada data I

dan II. Selanjutnya pada data III, kamu juga telah menemukan kesamaan

antara ciri-ciri contoh yes dengan no berdasarkan ciri-ciri yes sebelumnya

dan perbedaan yang baru antara keduanya. Sehingga kamu telah

menemukan ciri-ciri contoh yes yang baru. Apakah ciri-ciri contoh yes

dan no yang dimaksud ? ”

Yes No

Ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud yaitu: Merupakan kalimat terbuka

Memiliki satu variable

Ciri-ciri contoh no yang dimaksud

yaitu :

Merupakan kalimat terbuka Memiliki satu variable


(50)

34

Variabelnya berpangkat satu Variabelnya berpangkat lebih dari

satu Data IV

“ Sebelumnya, kamu telah menemukan ciri-ciri contoh yes pada data I, II,

dan III. Selanjutnya pada data IV, kamu juga telah menemukan kesamaan

antara ciri-ciri contoh yes dengan no berdasarkan ciri-ciri yes sebelumnya

dan perbedaan yang baru antara keduanya. Sehingga kamu telah

menemukan ciri-ciri contoh yes yang baru. Apakah ciri-ciri contoh yes

dan no yang dimaksud ? “

Yes No

Ciri-ciri contoh yes yang

dimaksud yaitu: Merupakan kalimat terbuka

Memiliki satu variable Variabelnya berpangkat satu

Dihubungkan dengan tanda sama dengan

Ciri-ciri contoh no yang dimaksud

yaitu:

Merupakan kalimat terbuka Memiliki lebih dari satu variabel

Variabelnya berpangkat satu Dihubungkan dengan tanda

pertidaksamaan

3) Siswa mendiskusikan bentuk dan jumlah hipotesis.

Tahap ini merupakan akhir dari model Concept Attainment pada konsep Persamaan Linear Satu Variabel. Dapat dikatakan bahwa ini adalah kegiatan konfirmasi dari guru terhadap konsep yang telah dibentuk siswa.

“ Dengan dugaan-dugaan yang telah kamu buat dan kembangkan

mengenai ciri-ciri contoh yes mulai dari data I sampai seterusnya. Apa


(51)

Dugaan I

“ Ciri-ciri contoh yes yang dimaksud yaitu : ”

Merupakan kalimat terbuka

Dugaan II

“ Ciri-ciri contoh yes yang dimaksud yaitu : ”

Merupakan kalimat terbuka Memiliki satu variable

Dugaan III

“ Ciri-ciri contoh yes yang dimaksud yaitu : “

Merupakan kalimat terbuka Memiliki satu variable Variabelnya berpangkat satu

Dugaan IV

“ Ciri-ciri contoh yes yang dimaksud yaitu : “

Merupakan kalimat terbuka Memiliki satu variable Variabelnya berpangkat satu

Dihubungkan dengan tanda sama dengan

E.

Penelitian Yang Relevan

Penelitian “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Concept Attainment

Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel” ini, relevan dengan beberapa

penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain:

1. “Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis REACT (Relating,

Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring) Pada Pokok Bahasan


(52)

36

tugas akhir untuk memenuhi gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2015.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian kali ini karena memiliki kesamaan model penelitiannya. Yaitu pengembangan dan makin relevan karena basic yang digunakan adalah model pembelajaran.

2. ”Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif

Dengan Menggunakan Software Lectora Inspire Pada Materi Matriks” oleh Ryan Agustinsebagai tugas akhir untuk memenuhi gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2015.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian kali ini.Relevan pada kesamaan merupakan penelitian pengembangan.Namun, terdapat perbedaan yaitu pengembangan yang dilakukan berdasarkan media pembelajaran.

3. ”Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Ketrampilan Proses Sains

Pada Konsep Larutan Penyangga” oleh Muhammad Iskandar Fauzi sebagai

tugas akhir untuk memenuhi gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2015

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian kali ini.Relevan pada kesamaan merupakan penelitian pengembangan dan bahan ajar.Namun, terdapat perbedaan yaitu bahan ajar yang dikembangkan terfokus pada LKS.Dan berbeda pada dasar pengembangannya yaitu dalam hal ini adalah pendekatan.

4. ”Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berorientasi Pembelajaran

Kuantum Pada Materi Laju Reaksi” oleh Nur wal Jinaya sebagai tugas akhir untuk memenuhi gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2014.


(53)

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian kali ini.Relevan pada kesamaan merupakan penelitian pengembangan. Namun, terdapat perbedaan yaitu pengembangan yang dilakukan berdasarkan media pembelajaran.

5. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Problem Solving pada Konsep Hukum Faraday” oleh Syifa Fathiya Leonita sebagai tugas akhir untuk memenuhi gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2014.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian kali ini.Relevan pada kesamaan merupakan penelitian pengembangan. Namun, terdapat perbedaan

yaitu pengembangan yang dilakukan berdasarkan pendekatan Problem Solving.

F.

Kerangka Berpikir

Dalam sebuah penelitian, salah satu hasilnya menyebutkan bahwa siswa belum bisa membedakan antara koefisien, variable, dan konstanta dalam materi

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.25 Artinya, siswa tersebut

belum memahami konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variablel. Penelitian lain mengenai persamaan linear satu variable menunjukkan bahwa

siswa kesulitan dalam menentukan variable.26 Artinya siswa tersebut juga

belum memahami konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Kemudian penelitian lain menyebutkan kesalahan pada persamaan linear satu variable antara lain kesalahan konsep, kesalahan prinsip, dan kesalahan

operasi.27 Tersebut salah satu kesalahan diantaranya adalah kesalahan pada

25

Rika Febriyanti, Identifikasi Kesalahan Siswa Kelas VII SMP Muhammidayah Terpadu Kota Bengkulu Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

(FKIP UNIB Press, 2014) 26

Titis Nur Fitria, Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berbahasa Inggris Pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel,(FKIP Unessa Press, 2013)

27

Subaidah, Analisis Kesalahan Siswa Kelas VII dalam Menyelesaikan Soal terapan Persamaan Linear Satu Variabel,(Dikma Press, 2012)


(54)

38

konsep. Dari ketiga penelitian tersebut menyimpulkan bahwa siswa masih lemah dalam memahami konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variable.

Dalam model pembelajaran Concept Attainment disebutkan bahwa memiliki dampak baik yang bersifat instruksional maupun pengasuhan (tidak langsung) antara lain: memahami sifat-sifat konsep; memahami konsep, sistem konseptual, dan penerapannya; memahami strategi konsep pembelajaran; memiliki fleksibilitas konseptual; memiliki landasan pemikiran induktif; dan memiliki toleransi ambiguitas. Artinya dengan dampak-dampak tersebut memiliki fungsi memahami konsep, salah satunya memahami konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variable.

Dengan fungsi dari lembar kerja siswa yang berkaitan langsung dengan

konsep yaitu membantu siswa dalam mengembangkan konsep dan membantu siswa

untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar

secara sistematis. Hal tersebut memiliki kesamaan fungsi dengan model concept

attainment

Maka dari itu akan dilakukakan “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Model Concept Attainment Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel


(55)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2015-2016. Uji coba

dilakukan pada bulan Juni – Juli 2016 bertempat di SMP YPH 29 Jakarta.

B.Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Dalam penelitian ini akan dikembangkan Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang berorientasi kepada model Concept Attainment dengan tahap

pengembangannya merujuk kepada model pengembangan perangkat tipe 4-D oleh Thiagarijan.

Model pengembangan 4-D dipilih karena merupakan model

pengembangan yang disarankan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. 28

Model ini terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu Define

(Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), dan

Disseminate (Penyebarluasan). Pada penelitian ini pengembangan LKS

dilakukan hingga tahap ketiga yaitu Develop. Sehingga penelitian ini menjadi

tiga tahap yaitu Define, Design, dan Develop

C.Alur Penelitian

Alur penelitian mengikuti tahapan model pengembangan perangkat tipe

4D, dengan pembatasan pengembangan hingga tahap Develop. Alur penelitian

dibagi menjadi tiga tahapan yaitu Define, Design, dan Develop. Berikut

penjabarannya,

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tujuan dilakukannya tahap ini adalah untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran.Dalam menentukan syarat-syarat

28

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.93.


(56)

40

pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan. Tahap ini meliputi tiga langkah pokok yaitu:

a. Analisis Kurikulum

Pada tahap awal, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang digunakan pada penelitian ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi mana LKS tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam kurikulum dapat disediakan bahan ajarnya. Apabila kompetensi yang ada sudah dilaksanakan pada LKS yang telah ada. Perlu dikaji lebih rinci lagi atau dengan kata lain kompetensi yang sudah ada bisa dikembangkan lebih spesifik lagi.

b. Analisis Karakteriristik Siswa

Analisis karakter siswa dilakukan dengan cara mengetahui rentang usia siswa yang mempelajari konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

c. Analisis Materi

Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis.

d. Merumuskan Tujuan

Sebelum membuat LKS, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat mereka sedang menulis LKS.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan. Pada tahap ini, peneliti akan membuat rancangan LKS yang memenuhi kriteria LKS


(57)

membuat LKS sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi.

Pada tahap design dilakukan:

1. Penulisan LKS siswa berbasis model Concept Attainment konsep

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

2. Penulisan buku panduan guru dari LKS siswa berbasis model Concept

Attainment konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel..

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Pada tahap pengembangan dikembangkan LKS LKS siswa berbasis

model Concept Attainment konsep persamaan dan pertidaksamaan linear

satu variabel berdasarkan validasi ahli dan revisi I. Tahapan dalam proses ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Validasi Ahli

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui salah satu aspek kualitas produk pengembangan yaitu aspek kevalidan. Hal ini dilakukan dengan menguji validitas desain produk oleh ahli dan guru mata pelajaran matematika, serta mendapat saran dan kritik dari validator terhadap produk yang dikembangkan.

b. Revisi

Data validasi yang diperoleh kemudian di analisis, dan dilakukan revisi.Produk hasil revisi merupakan pengembangan dan penyempurnaan berdasarkan validasi ahli.

c. Uji coba

Langkah selanjutnya adalah mengujicobakan LKS kepada siswa di kelas. Uji coba yang dilakukan adalah uji coba lapangan pada sekolah yang dijadikan subjek penelitian untuk menguji kualitas produk. Uji coba ini dilakukan di kelas VII. Uji coba dilakukan untuk mendapatkan data kepraktisan dan keefektifan LKS yang dikembangkan.


(58)

42

Bagan 3.1 Alur Penelitian

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian, atau suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati. 29 Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada

29

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2012), h. 102

Analisis Kurikulum

Analisis Karakteristik Siswa

Analisis Materi

Perumusan Tujuan

Penulisan LKS

Penulisan Panduan Guru

Validasi Ahli

Revisi

Uji Coba

D

E

F

I

N

E

D E S I G N D E V E L O P


(59)

penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam instrumen. Instrumen digunakan untukmemenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Instrumen yang digunakan yaitu:

1. Angket Penilaian

Angket penilaian digunakan untuk mengukur kevalidan LKS. Angket penilaian ini akan ditujukan kepada dosen ahli dan guru mata pelajaran matematika. Angket ini akan menentukan apakah LKS layak digunakan tanpa revisi, dengan revisi atau tidak layak diproduksi. Penilaian kevalidan LKS

terdiri dari 6 aspek, yaitu: aspek model concept attainment, aspek didaktik,

aspek konstruksi, aspek teknis, aspek evaluasi, aspek keterlaksanaan.

Angket ini berbentuk rating-scale (skala bertingkat) dengan 5 kategori

penilaian dari yang tertinggi, yaitu : 5, 4, 3, 2, 1. Dasar penyusunan angket penilaian ini adalah teori yang disampaikan oleh Bransford dan Stein untuk

aspek model concept attainment, dan Dinas Pendidikan untuk komponen

evaluasi. Penyusunan angket penelitian berdasarkan aspek concept attainment

dan evaluasi formatif bahan ajar dalam panduan pengembanggan bahan ajar dengan kisi-kisi dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Penilaian LKS

Aspek Indikator No. Jumlah

Model Concept Attainment

Siswa mampu memperhatikan contoh-contoh yang telah dilabeli

1 1

Siswa mampu membandingkan ciri-ciri dalam contoh positif dan negatif

2 1

Siswa mampu menghasilkan dan menguji hipotesis

3 1

Siswa mampu menyebutkan sebuah definisi menurut sifat-sifat essensial

4 1

Siswa mampu mengidentifikasi contoh tambahan yang tidak diberi label yes atau no

5 1

Siswa mampu mengkonfirmasi hipotesis. Nama nama konsep dan menyatakan kembali menurut sifat-sifat essensial

6 1

Siswa mampu menghasilkan contoh-contoh


(60)

44

Siswa mampu menjelaskan pemikiran-pemikiran

8 1

Siswa mampu membahas peran hipotesis dan sifat-sifat

9 1

Siswa membahas dan jenis jumlah hipotesis

10 1

Kelayakan Isi

Sesuai dengan SK dan KD 11

Sesuai dengan kebutuhan siswa 12, 13 2

Sesuai dengan kebutuhan bahan ajar 14 1

Sesuai dengan substansi materi 15, 16 2

Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan

17 1

Sesuai dengan nilai-nilai, moralitas, dan social

18, 19, 20

3

Kebahasaan Keterbacaan 21 1

Kejelasan informasi 22 1

Sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia 23 1

Penggunaan bahasa yang efektif dan efisien

24, 25 2

Sajian Kejelasan Tujuan 26 1

Urutan penyajian 27, 28,29 3

Pemberian motivasi 30 1

Interaktivitas (stimulus, dan respond) 31, 32,33 2

Kelengkapan informasi 34 1

Kegrafisan Penggunaan huruf (jenis dan ukuran) 35 1

Lay out, tata letak 36 1

Ilustrasi, grafis, gambar, foto 37 1

Desain tampilan 38 1

Jumlah 40

2. Kuesioner Respon Siswa

Kuesioner Respon Siswa digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari siswa sebagai tambahan acuan revisi selanjutnya selain dari hasil validasi ahli. Selain itu, kuesioner bertujuan untuk mengambil data mengenai pendapat siswa tentang proses pembelajaran yang mereka alami

menggunakan LKS. Angket ini berbentuk rating-scale (skala bertingkat)

dengan 5 penilaian dari yang tertinggi, yaitu: 5, 4, 3, 2, 1. Kisi-kisi kuesioner respon siswa dapat dilihat pada Tabel 3.3.


(61)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Respon Siswa

Aspek Indikator No.

Item Jml

Model Concept Attainment

Tingkat kesulitan dalam :

Memperhatikan contoh-contoh yang telah dilabeli 1

10 Membandingkan ciri-ciri dalam contoh positif dan

negative 2

Menghasilkan dan menguji hipotesis 3

Menyebutkan sebuah definisi menurut sifat-sifat

essensial 4

Mengidentifikasi contoh tambahan yang tidak diberi

label yes atau no 5

Mengkonfirmasi hipotesis. Nama nama konsep dan

menyatakan kembali menurut sifat-sifat essensial 6

Menghasilkan contoh-contoh 7

Menjelaskan pemikiran-pemikiran 8

Membahas peran hipotesis dan sifat-sifat 9

Membahas jenis dan jumlah hipotesis 10

Desain LKS

Ukuran 11,12

6

Kepadatan Halaman 13,14

Kejelasan 15,16

Metode Instruksi jelas dan mudah dipahami 17,18

6 Mengembangkan kemampuan dan keterampilan

siswa 19

Memotivasi siswa 20,21,

22 Pertimban gan dari sudut kepenting an peserta didik

Menarik minat 23, 24,

25, 26 8

Atraktif dan impulsive 27, 28,

29

Menanamkan rasa “berhasil” 30

Jumlah 30 30

E.Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkannya. Sementara data primer adalah data


(62)

46

yang hanya dapat diperoleh dari narasumber.30 Data dikumpulkan dengan 2

studi yaitu:

1. Studi Pustaka

Yaitu mencari informasi untuk mendapatkan data-data yang sifatnya teoritis yaitu dengan cara membaca literatur yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Studi Lapangan

a. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan data sesuai dengan sasaran. Data yang diperoleh dari observasi adalah pengguna (peserta didik) dan instruktur pendidik

b. Kuesioner (Angket)

Kuesioner digunakan untuk mengetahui respon pengguna. Dengan kuesioner dapat ditentukan apa yang ingin diketahui atau didapat dari pengguna melalui rumusan pertanyaan-pertanyaan yang kemudian dijawab secara subjektif oleh pengguna.

Untuk mendapatkan feedback komentar yang tepat dan sesuai, maka

dipilih responden sebagai berikut:

 Ahli materi: Dosen Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 Guru Matematika kelas VII SMP.

 Siswa kelas VII SMP.

F. Teknik Analisis Data

Tehnik analisis data dilakukan untuk mendapatkan produk LKS yang berkualitas yang memenuhi aspek kevalidan, kepraktisan dan keefektivan. Langkah-langkah dalam menganalisis kriteria kualitas produk yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Kevalidan

30

Jonathan Sarwono, dan Hary Lubis, Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2007), h. 82


(63)

Angket penilaian digunakan untuk menganalisis kevalidan. Data Angket penilaian terhadap LKS mengenai materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tabulasi data

Tabulasi data dilakukan dengan memberikan penilaian pada aspek penilaian dengan meberikan skor 5, 4, 3, 2, dan 1.

b. Menganalisis kevalidan produk LKS

Kevalidan produk ditentukan dengan menghitung rata-rata nilai aspek untuktiap-tiap validator. Berikut ini langkah-langkah analisis

validitas LKS model concept attainmentyang digunakan.

1) Mencari rata-rata tiap kriteria dari validator dengan rumus:

2) Mencari rata-rata tiap aspek dengan rumus:

3) Mencari rata-rata total validasi ketiga aspek dengan rumus:31

Validitas dari bahan ajar kemudian ditentukan oleh rata-rata total validasi (RTV) yang diperoleh berdasarkan kriteria berikut ini.

31

Yamasari, op. cit., h. 3.

Keterangan:

Ki = rata-rata kriteria ke-i

Vhi = skor hasil penilaian validator ke-h untuk

kriteria ke-i

i = kriteria

n = banyak validator

Keterangan:

Ai = rata-rata aspek ke-i

Kij = rata-rata aspek ke-i, kriteria ke-j

n = banyak kriteria dalam aspek ke –i

Keterangan:

RTVTk = rata-rata total validitas lembar kerja siswa

Ai = rata-rata aspek ke-i


(64)

48

2. Kuesioner Respon Siswa

Hasil dari kuesioner respon siswa digunakan untuk masukan/saran yang kemudian sebagai bahan revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut

benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna.32

32

Endang Mulyatiningsih, op.cit., h.189

4 ≤ RTVTK≤ 5 : Sangat Baik

3 ≤ RTVTK< 4: Baik

2 ≤ RTVTK< 3 : Cukup Baik


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)