Efek Minyak Rosmarini (Rosmarinus officinalis L.) terhadap Ketelitian dan Kedewasaan pada Pria Dewasa.
ABSTRAK
EFEK MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L.)
TERHADAP KETELITIAN DAN KEWASPADAAN PADA PRIADEWASA
Antonius Elugius S, 1310106, Pembimbing 1 : Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K) Pembimbing 2 : Johan Lucianus, dr., M.Si Ketelitian dan kewaspadaan sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktivitassehari-hari seperti belajar dan bekerja. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan. Salah satu cara yang digunakan adalahdengan aromaterapi minyak Rosmarini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek aromaterapi minyak Rosmarini terhadap ketelitian dan kewaspadaan pada pria dewasa.
Metode penelitian ini bersifat eksperimental kuasi, dengan desain
SUHWHVW danSRVWWHVW dengan subjek penelitian 30 orang yang berumur 18-25 tahun. Untuk pengukuran tingkat ketelitian digunakan $ddition 7est, sedangkan
untuk mengukur tingkat kewaspadaan digunakan Johnson Pascal Test. Analisis data menggunakanuji t berpasangan dengan= 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan rerata skor pada $ddition 7est sesudah
menghirup aromaterapi minyak Rosmarini (62,74) berbeda sangat signifikan dibandingkan sebelum menghirup aromaterapi minyak Rosmarini (52,99) denganp= 0,000.
Hasil rerata waktu yang digunakan untuk mengerjakan Johnson Pascal
Test sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini (109,73 detik) berbeda
sangat signifikan dibandingkan sebelum menghirup aromaterapi minyak Rosmarini(128,17 detik) dengan p = 0,000.
Simpulan minyak Rosmarini meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan.
(2)
v Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
Antonius Elugius S, 1310106, 1sttutor : Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K) 2ndtutor : Johan Lucianus, dr., M.Si
THE EFFECT OF ROSEMARY OIL (Rosmarinus officinalis/) ON ACCURACY AND ALERTNESS IN ADULT MALES
Accuracy and alertness is needed to carry out daily activity such as studying andworking. There are many ways to improve accuracy and alertness, one of them byusing Rosemary oil aromatherapy.
7KHSXUSRVH of this study was to know the effect of Rosemary oil aromatherapy onimproving accuracy and alertness in adult males.
7KLVVWXG\ was a quasi experimental, with pretest and posttest design to 30 adult males aged 18-25 years. Addition test was used to measure accuracy, while Johnson Pascal Test was used to measure alertness. The data was analyzed usingpaired t test withα= 0,05.
7KH UHVXOWV showed that the average number to be added in $ddition 7est after inhaling Rosemary oil aromateraphy (62.74) was highly significantly greater than before inhaling Rosemary oil aromatherapy (52.99) with p-value = 0,000, while the average time to complete Johnson Pascal Test after inhaling Rosemary oil aromatherapy (109.73 seconds) was highly significant shorter than beforeinhaling Rosemary oil aromatherapy (128.17 seconds) with p-value = 0,000 .
7KHFRQFOXVLRQwas Rosemary oil improve accuracy and alertness in adult males.
(3)
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 2
1.4 Manfaat penelitian ... 2
1.4.1 Manfaat akademis ... 2
1.4.2 Manfaat praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ... 3
1.6 Hipotesis ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4
2.1 Ketelitian danKewaspadaan ... 4
2.1.1 Definisi Ketelitian... 4
2.1.2 Definisi Kewaspadaan ... 4
2.1.3 Faktor Yang Memengaruhi Ketelitian dan Kewaspadaan ... 4
(4)
ix Universitas Kristen Maranatha
2.4.1 Membran Mukosa Olfaktorius... 8
2.4.2 Bulbus Olfaktorius ... 8
2.4.3 Korteks Olfaktorius... 9
2.4.4 Proses Menghidu... 9
2.5 Aromaterapi... 12
2.5.1 Deskripsi ... 12
2.5.2 Sejarah Aromaterapi ... 12
2.5.3 Cara Penggunaan Minyak Aromaterapi... 14
2.6 Minyak Rosmarini (Rosmarinus offcinalis) ... 16
2.6.1 Deskripsi ... 16
2.6.2 Sejarah ... 17
2.6.3 Taksonomi ... 18
2.6.4 Kandungan Minyak Rosmarini ... 18
2.6.5 Kegunaan Minyak Rosmarini ... 19
2.7 Mekanisme Kerja Aromaterapi ... 19
2.8 Hubungan Aromaterapi Minyak Rosmarini terhadap Ketelitian dan ... Kewaspadaan...20
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Alat dan Bahan ... 21
3.2 Subjek Penelitian ... 21
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
3.4 Metode Penelitian... 22
3.4.1 Desain Penelitian ... 22
3.4.2 Variabel Penelitian... 22
3.4.3 Definisi Operasional Variabel ... 22
3.4.4 Besar6DPSHO... 23
3.5 Prosedur Penelitian... 23
3.5.1 Persiapan Sebelum Test ... 23
3.5.2 Pelaksanaan Test ... 23
3.6 Metode Analisis... 25
(5)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 27
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 28
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 30
5.1 Simpulan... 30
5.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
LAMPIRAN... 34
(6)
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Formatio Retikularis ... 7
Gambar 2.2 Membran Olfaktorius, Bulbus Olfaktorius, dan koneksi dengan Traktus Olfaktorius ... 10
Gambar 2.3 Koneksi Neuronal Sistem Olfaktorius... 12
Gambar 2.4 Berbagai Lintasan Minyak Esensial Dalam Tubuh Manusia ... 14
(7)
DAFTAR TABEL
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keputusan... 35
Lampiran 2. Data Uji Pendahuluan ... 36
Lampiran 3. Hasil Addition Test Sebelum dan Sesudah xiiiUniversitas Kristen Maranatha Menghirup Aromaterapi Minyak Rosmarini... 37
Lampiran 4. Hasil Johnson Pascal Test Sebelum dan sesudah MenghirupAromaterapiMinyakRosmarini... 38
Lampiran 5. Data Uji Normalitas Addition Test ... 39
Lampiran 6. Data Uji Normalitas Johnson Pascal Test... 40
Lampiran 7. Data Statistik Addition Test ... 41
Lampiran 8. Data Statistik Johnson Pascal Test... 42
Lampiran 9. Surat Pernyataan ... 43
Lampiran 10. Lembar Addition Test ... 44
Lampiran 11. Lembar Johnson Pascal Test... 48
(9)
LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keputusan
(10)
Lampiran 2. Data Uji Pendahuluan
NO Pretest Posttest
1 129 128
2 111 104
3 110 102
4 90 82
5 127 117
6 126 115
7 120 110
8 121 112
9 114 108
10 124 106
(11)
Lampiran 3. Hasil Addition Test sebelum dan sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini
NO Pre Test Post Test
1 40,00 58,00
2 78,80 89,20
3 54,80 63,40
4 56,20 62,40
5 62,20 72,20
6 66,20 69,80
7 61,40 70,00
8 55,00 64,60
9 47,60 54,00
10 45,60 57,60
11 47,00 55,40
12 37,60 44,60
13 59,80 71,80
14 46,20 56,00
15 43,20 54,80
16 52,80 61,00
17 57,20 64,80
18 40,00 46,20
19 37,00 47,00
20 41,00 47,00
21 41,00 61,80
22 39,00 41,40
23 58,00 71,60
24 58,20 70,60
25 57,60 64,40
26 57,60 68,00
27 68,80 76,80
28 65,20 74,40
29 62,60 75,00
(12)
Lampiran 4. Hasil Johnson Pascal Test sebelum dan sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini
NO Pre Test (detik) Post Test (detik)
1 120 92
2 114 108
3 100 87
4 120 119
5 124 106
6 101 90
7 147 120
8 132 98
9 155 108
10 131 122
11 135 101
12 140 124
13 148 123
14 113 104
15 125 87
16 130 98
17 110 102
18 140 134
19 151 132
20 126 106
21 147 137
22 153 106
23 90 82
24 127 105
25 110 91
26 138 127
27 126 115
28 134 127
29 126 115
30 132 126
Rerata 128,17 109,73
(13)
Lampiran 5. Data Uji Normalitas Addition Test Pretest Addition Test
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR0000
1 ,105 30 ,200
*
,957 30 ,253
Posttest Addition Test
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR0000
1 ,090 30 ,200
*
(14)
Lampiran 6. Data Uji Normalitas Johnson Pascal Test Pretest
Tests of Normality
VAR0000 1
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
,099 30 ,200* ,974 30 ,639
Posttest
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR0000
1 ,112 30 ,200
*
,965 30 ,422
(15)
Lampiran 7. Data Statistik Addition Test T-Test
Ketelitian
Addition Test
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 52,99 30 10,570 1,930
Posttest 62,74 30 11,008 2,010
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Pretest &
Posttest 30 ,934 ,000
Paired Samples Test Paired Difference
95% Confidence Interval of Difference Mean Std.Deviation Std.Error
mean
Lower Upper t df sig.
(2-tailed) Pair
1
Pretest-Posttest
(16)
Lampiran 8. Data Statistik Johnson Pascal Test T-Test
Kewaspadaan
Johnson Pascal Test
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 128,17 30 16,310 2,978
Posttest 109,73 30 15,355 2,804
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Pretest &
Posttest 30 ,690 ,000
Paired Samples Test Paired Difference
95% Confidence Interval of Difference
Mean Std.Deviation Std.Error mean
Lower Upper t df sig.
(2-tailed) Pair
1
Pretest-Posttest
18,433 12,497 2,282 13,767 23,100 8,079 29 ,000
(17)
Lampiran 9. Surat Persetujuan
SURAT PERNYATAAN PERSUTUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan :
No.KTP/lainnya :
Bandung,
( )
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:
Setelah mendapat keterangan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya setuju ikut serta dalam penelitian yang berjudul:
Efek Minyak Rosmarini (Rosmarinus officinalis/) terhadap Ketelitian danKewaspadaan pada Pria Dewasa
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan.
(18)
Lampiran 10. Lembar Addition Test
(19)
(20)
(21)
(22)
Lampiran 11. Lembar Johnson Pascal Test
(23)
(24)
Lampiran12. Dokumentasi
(25)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketelitian dan kewapadaan sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari misalnya belajar, bekerja, berkendara dan sebagainya. Ketelitian dan kewaspadaan yang rendah dapat berakibat pada penurunan hasil belajar dan bekerja hingga kecelakaan yang tidak diinginkan. Manurut BPJS Ketenagakerjaan, kasus kecelakaan kerja peserta Jaminan Kecelakaan Kerja berjumlah 50.089 kasus. Data dari International Labour Organization (ILO), setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal didunia (BPJS Ketenagakerjaan, 2015). Angka kecelakaan akibat kerja yang tinggi ini juga disebabkan oleh rendahya ketelitian dalam bekerja.
Kewaspadaan juga sangat diperlukan dalam menjalankan akitivas sehari-hari. Badan Pusat Statistik melaporkan jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun 2013 mencapai 100.106 kecelakaan (Badan Pusat Statistik, 2015). Hal ini tidak lepas dari rendahnya kewaspadaan dari seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Ketelitian dan kewaspadaan dapat ditingkatkan misalnya dengan melakukan latihan, mengonsumsi zat kafein dan lain-lain. Selain itu, ketelitian dan kewaspadaan juga dapat ditingkatkan dengan menggunakan aromaterapi. Aromaterapi memiliki berbagai efek farmakologis misalnya sebagai antidepresan, antibakteri, untuk meningkatkan mood, meningkatkan memori, dan menghilangkan rasa nyeri. Salah satu aromaterapi yang sering digunakan adalah minyak Rosmarini yang berasal dari tanaman Rosmarinus officinali L (Begum et al., 2013).
(26)
2 Universitas Kristen Maranatha penelitian, pemijatan dengan menggunakan minyak Rosmarini dapat menstimulasi pada sistem saraf pusat yang menyebabkan terjadinya perubahan pada kemampuan seseorang dalam berkonsentrasi (Hongratanaworakit, 2009). Penelitian Moss et al menunjukkan terdapat hubungan antara 1,8 cineole yang merupakan senyawa aktif dalam minyak Rosmarini dalam plasma dengan fungsi kognitif seseorang setelah inhalasi minyak Rosmarini (Moss & Oliver, 2012).
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah minyak Rosmarini meningkatkan ketelitian pada pria dewasa Apakah minyak Rosmarini meningkatkan kewaspadaan pada pria dewasa
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud
Mengetahui efek minyak esensial terhadap sistem saraf pusat
Tujuan
Mengetahui efek minyak Rosmarini dalam meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan pada pria dewasa.
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat akademis
Memberi pengetahuan tentang efek minyak Rosmarini dalam meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan pada pria dewasa.
(27)
1.4.2 Manfaat praktis
Memberi informasi kepada masyarakat luas tentang penggunaan minyak Rosmarini dalam meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan pada pria dewasa.
1.5 Kerangka Pemikiran
Ketelitian adalah kemampuan seseorang untuk bertindak dengan benar dan tepat. Kewaspadaan dapat diartikan sebagai kesiapsiagaan. Siaga merupakan suatu aktivitas yang terjadi di dalam otak yang menjurus ke saluran-saluran yang sesuai sehingga orang itu memiliki rasa siaga (Guyton & Hall, 2006).
Minyak Rosmarini mengadung senyawa 1,8 cineole yang memiliki efek stimulan yang berperan pada aktivitas otak (Price & Price, 1997).
Odoran yang diinhalasi akan mengalami kontak dengan sel olfaktorius yang terdapat pada permukaan membran olfactorius, kemudian akan berdifusi ke dalam mukus yang membungkus cilia. Odoran yang dihirup akan merangsang nervus olfaktorius dan ditransmisikan ke sistem saraf pusat melalui nervus olfaktorius (Guyton & Hall, 2012). Selanjutnya impuls dari sistem olfaktori akan diteruskan ke Formatio Reticularis (ARAS) yang memiliki peran yang penting dalam katelitian dan kewaspadaan (Sure & Culicchia, 2013). Minyak Rosmarini juga akan merangsang locus cereleus dan menyebabkan sekresi norepinephrine (Price & Price, 1997). Sekresi norepinephrine akan menyebabkan peningkatan denyut jantung dan aliran darah, sehingga aliran darah ke otak akan meningkat dan menyebabkan peningkatan aktivitas otak (Guyton & Hall, 2012).
1.6 Hipotesis
(28)
4 Universitas Kristen Maranatha BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketelitian danKewaspadaan 2.1.1 Definisi Ketelitian
Ketelitian adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu secara benar tanpa melakukan kesalahan (Longman Group & Alexander, 1992).
2.1.2 Definisi Kewaspadaan
Kewaspadaan adalah suatu keadaan kesiapsiagaan untuk mengatahui dan menanggapi suatu kegiatan yang tak terduga (Parasuraman, 1998). Menurut ahli
neuroscience cognitive, kewaspadaan adalah suatu kemampuan untuk
mempertahankan perhatian terhadap tugas dalam jangka waktu tertentu (Oken, Salinsky, & Elsas, 2006).
Tingkat kewaspadaan seseorang dipengaruhi oleh Ascending Reticular
Activating System atau disebut ARAS (Wibowo, 2014).
2.1.3 Faktor Yang Memengaruhi Ketelitian dan Kewaspadaan
Faktor-faktor yang memengaruhi ketelitian dan kewaspadaan yaitu (Stroch, 2016) :
1. Jumlah Sinyal dan Stimulus
Semakin banyak sinyal dan stimulus yang diberikan dan dideteksi maka semakin tinggi tingkat ketelitian dan kewaspadaan.
2. Restriksi Sistem Sensori
Tingkat kewaspadaan dan ketelitian seseorang dapat ditingkatkan dengan menghambat stimulasi dari organ sensori lain.
(29)
Lingkungan yang kurang mendukung seperti adanya kebisingan yang berlangsung terus-menerus akan menurunkan tingkat ketelitian dan kewaspadaan.
4. Kecerdasan
Semakin tinggi tingkat kecerdasan dari seseorang, semakin tinggi juga tingkat ketelitian dan kewaspadaan.
5. Usia
Orang yang memiliki usia yang lebih tua memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Formatio Retikularis
Formatio reticularis adalah suatu struktur seperti jejaring yang dibentuk oleh
sel-sel saraf yang tampak tidak beraturan. Struktur ini dapat dijumpai pada batang otak dan di medulla spinalis serta telenechephalon. Formatio reticularis menerima impuls dari hampir semua reseptor sensori di tubuh dan mempunyai hubungan efferent dengan semua tingakatan saraf pusat (Wibowo, 2014).
Sel-sel saraf di formatio reticularis dapat dikelompokkan menurut posisinya yaitu nucleus reticularis lateralis terdiri atas kelompok sel saraf yang terletak diperifer medulla oblongata, nucleus reticularis paramedian berlokasi sekitar garis tengah, dan nucleus reticularis ventralis terdapat di tegmentum medulla oblongata (Wibowo, 2014).
Dibagian rostral medulla oblongata, nucleus ventralis itu terbagi menjadi dua yaitu kelompok dengan sel yang kecil (nucleus reticularis parvicellularis) dan kelompok dengan sel yang besar (nucleus reticularis magnocellularis) (Wibowo, 2014).
Formatio reticularis tampak sebagai jejaring serabut saraf yang tidak
(30)
(31)
Sistem Limbik terdiri atas (Wibowo, 2014) : 1. Formatio hippocampi
Istilah yang menunjukkan hippocampus (gyrus hippocampalis) bersama dengan gyrus dentatus, subuculum dan coertex entorhinal.
Gyrus hippocampalis berhubungan dengan gyrus parahippocampalis yang terletak berdekatan melalui kumpulan serabut bermyelin yang dinamakan cingulum. Hippocampus menerima serabut afferent dari area olfactoris melalui cingulum. Selain itu serabut affeernt terutama dari daerah asosiasi penciuman, dari hipotalamus dan dari nucleus anterior thalami
2. Fornix
Serabut effernt dari hippocampus, terutama terdapat dalam fornix. Fornix berpangkal di bagian posterior hippocampus di bawah splenium corpus callosum. Bagian pertama fornix adalah columna yang disebut fibriae precommissurales. 3. Corpus amygdaloideum
Corpus amygdaloideum terletak di ujung cornu inferior ventriculus lateralis dan mempunyai hubungan dengan uncus yang terletak medial terhadapnya. Organ itu menerima impuls afferent yang berasal dari banyak bagian otak, termasuk tractus olfactorius dan cortex penciuman primer (uncus), gyrus cinguli, cortex lobus frontalis, cortex lobus temporalis, thalamus, hipothalamus, nucleus solitarius, dan lain-lain. Serabut efferentnya menuju thalamus, hipothalamus, cortex cerebri
(neo-cortex), batang otak, dan bulbus olfaktorius
4. Corpus mamillaris
5. Thalamus (nucleus anterior) 6. Lobus limbicus
7. Cortex prefrontal
(32)
8 Universitas Kristen Maranatha sudah berada dalam ingatan sebelum kerusakan terjadi masih dapat diingat namun kepandaian atau inteligensia penderita tidak otomatis terganggu (Wibowo, 2014).
2.4 Sistem Olfaktorius
2.4.1 Membran Mukosa Olfaktorius
Reseptor olfaktorius terletak dibagian mukosa hidung khusus yaitu membran mukosa olfaktorius yang berpigmen kekuningan. Pada manusia, membran ini kecil, menutupi daerah dengan luas 5 cm2 diatap rongga hidung dekat septum. Membran ini mengandung sel penunjang dan sel pregenitor. Diantara sel-sel ini terdapat 10-20 juta sel-sel reseptor. Setiap reseptor penghidu adalah sebuah neuron, dan membran mukosa olfaktorius adalah tubuh yang sistem sarafnya terletak paling dekat dengan dunia luar. Setiap neuron memiliki dendrit yang pendek dan tebal dengan ujung melebar yang di sebut batang olfaktorius. Dari batang-batang ini, timbul tonjolan silia ke permukaan mukus. Akson neuron reseptor penghidu menembus lamina kribiformis tulang ethmoid dan masuk ke bulbus olfaktorius. Membran mukosa olfaktorius selalu ditutupi oleh mukus yang dihasilkan oleh kelenjar Bowman (Ganong, 2002).
2.4.2 Bulbus Olfaktorius
Pada bulbus olfaktorius, akson reseptor akan bersinaps dengan dendrit primer sel mitral dan tufted cells untuk membentuk sinaps globular kompleks yang disebut glomerulus olfaktorius. Tufted cells lebih kecil dari pada sel mitral dan memiliki akson yang tipis, tetapi kedua jenis sel ini mengirim aksonnya menuju korteks pendengaran serta bagian otak lainnya. Selain sel mitral dan tufted cells, bulbus olfaktorius mengandung sel periglomeruler, yaitu neuron inhibisi yang menghubungkan satu glomerulus dengan glomerulus lainnya, dan sel granula, yang tidak memiliki akson dan membentuk sinaps timbal-balik dengan dendrit lateral sel mitral dan tufted cells. Pada sinaps ini, sel mitral dan tufted cells akan merangsang sel granula melalui pelepasan glutamat, sedangkan di sisi sel granula
(33)
(34)
10 Universitas Kristen Maranatha 2. Zat yang merangsang tersebut paling tidak harus bersifat sedikit larut dalam air, sehingga bau tersebut dapat melewati mukus untuk mencapai silia olfaktorius.
Zat yang berbau, yang tercium pada saat kontak dengan membran olfaktorius, mula-mula akan menyebar secara difus kedalam mukus silia. Selanjutnya, akan berikatan dengan protein reseptor di membran setiap silium. Pada perangsangan protein reseptor, subunit alfa akan memecahkan diri dari protein-G dan segera mengaktivasi adenilat siklase, yang melekat pada sisi dalam membran siliar di dekat badan sel reseptor. Siklase yang teraktivasi kemudian mengubah banyak molekul adenosin trifosfat intrasel menjadi adenosis monofosfat siklik (cAMP). Akhirnya, cAMP ini mengaktivasi protein membran lain didekatnya, yaitu
gerbang kanal ion natrium yang akan membuka “gerbang”, dan memungkinkan
sejumlah besar ion natrium mengalir melewati membran ke dalam sitoplasma sel reseptor sehingga meningkatkan potensial listrik ke arah positif di sisi dalam membran sel, sehingga merangsang neuron olfaktorius (Guyton & Hall, 2012).
Serabut saraf afferent yang berasal dari ujung reseptor di hidung berjalan melalui lubang-lubang halus di lempeng tulang gepeng yang memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak di atasnya. Serabut-serabut saraf ini akan bersinaps di bulbus olfaktorius, suatu struktur saraf kompleks . Bulbus olfaktorius berjumlah satu pasang dan terletak satu pada masing-masing sisi dengan ukuran sebesar anggur kecil. Tiap bulbus olfaktorius dilapisi oleh taut-taut saraf kecil mirip bola yang disebut glomerulus. Didalam setiap glomerulus, ujung-ujung sel reseptor yang membawa informasi tentang komponen bau tertentu bersinaps dengan sel
berikutnya, sel mitral. Glomerulus berfungsi sebagai “arsip bau”. Komponen -komponen suatu bau disortir ke dalam glomerulus yang berbeda-beda. Karena itu, glomerulus berperan penting dalam pengorganisasian persepsi bau (Sherwood, 2014).
Sel mitral tempat berakhirnya reseptor olfaktorius di glomerulus menyempurnakan sinyal bau dan memancarkannya ke otak untuk pemrosesan lebih lanjut. Serabut saraf yang meninggalkan bulbus olfaktorius berjalan melalui dua rute yaitu (Sherwood, 2014):
(35)
(36)
12 Universitas Kristen Maranatha 2.5 Aromaterapi
2.5.1 Deskripsi
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak esensial atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa raga. Kata
“aroma” berarti bau wangi atau keharuman tumbuhan. Sementara “terapi” adalah
upaya membangkitkan semangat, menyegarkan dan menjaga kesehatan pikiran, jiwa, dan raga serta merangsang proses penyembuhan dengan menggunakan minyak esensial (Hutasoit, 2002).
Minyak esensial memiliki nama lain yakni minyak atsiri atau volatile oil. Minyak esensial adalah cairan hasil sulingan dari berbagai jenis bunga, akar, pohon, biji, getah, daun, dan rempah-rempah, yang memiliki khasiat mengobati. Penggunaan minyak esensial secara rutin dapat menenangkan suasana hati dan pikiran, memperbaiki kondisi kesehatan dan juga meningkatkan kepekaan (Hutasoit, 2002).
2.5.2 Sejarah Aromaterapi
Aromaterapi berasal dari kata “ aroma” dan “terapi”. Banyak peradaban kuno
seperti Mesir, China dan India menggunakan aromaterapi sebagai terapi alternatif. Namun penggunaan aromaterapi baru mendapatkan perhatian pada abad ke-20 dan menjadi populer pada abad ke 21 (Ali, Ahmad, Al-wabel, Khan, & Anwar, 2015).
Pengobatan dengan menggunakan bau harum-haruman telah lama dilakukan. orang Mesir dan India telah melakukannya 4000 tahun yang lalu. Orang-orang Mesir menggunakan tumbuhan beraroma untuk melakukan pemijatan setelah mandi, pengobatan penyakit, dan untuk membalur tubuh agar kulit terawat, serta parfum atau kosmetik. Sedangkan di India, telah lama digunakan sebagai obat tradisional yang dikenal dengan ayuverda (Muchtaridi & Moelyono, 2015).
(37)
Orang-orang Yunani menggunakan metode infusi dari ekstrak minyak atsiri dari tumbuhan aroma. 1200 tahun yang lalu, dokter asal Yunani, Pedacius Dioscorides menulis buku tentang herbal medicine yang dijadikan standar bagi orang-orang Eropa barat (Muchtaridi & Moelyono, 2015).
Pada awal abad ke-12, tanaman maupun minyak esensial dari lavender telah digunakan oleh biarawan Hildegard of Bingen, dan pada awal abad ke-15 minyak esensial dari turpentin,juniper, rose, cinnamon, frankincense dan sage sudah dikenal serta dipakai. Menjelang akhir abad ke-17, terdapat sekitar 60 macam minyak yang sudah diketahui baik dalam berbagai parfum serta obat (Price & Price, 1997).
Isitilah “aromaterapi” sendiri pertama kali dikenalkan pada tahun 1928 oleh
Gattefosse,seorang ahli kimia kimia dari Perancis. Penemuan ini berawal ketika ia mengalami kecelakaan dan menyebabkan luka bakar berat pada tangannya.Ia menemukan bahwa minyak lavender dapat membantu menyembuhkan luka bakar di tangannya dan membantu mencegah terbentuknya jaringan parut (Lawles, 2012).
Dokter dan ilmuwan Prancis lainnya, Dr Jean Valnet, menggunakan minyak esensial sebagai bagian dari program untuk terapi medis dan mengobati gangguan jiwa tertentu (Lawles, 2012). Publikasi Valnet pada tahun 1968 dalam buku
“Aromatherapie” merupakan buku aromaterapi pertama yang ditulis oleh seorang
dokter (Buckle, 2015).
Pekerjaan Valnet selanjutnya diteliti oleh Madame Marguerite Maury yang menerapkan hasil penelitiannya sebagai terapi kecantikan. Ia bertujuan menciptakan sebuak kompleks aromatik yang disesuaikan dengan temperamen dan masalah kesehatan bagi para pasien (Lawles, 2012).
Gattefosse, Valnet dan Maury adalah perintis aromaterapi modern yang dikenal hingga saat ini (Buckle, 2015).
(38)
(39)
(40)
16 Universitas Kristen Maranatha Metode ini biasa digunakan untuk mengatasi masalah pernapasan dan penyakit selasma. Panas air akan lebih cepat menguapkan molekuk-molekul minyak sehingga meningkatkan kekuatan uap tersebut. Selain itu, jumlah tetes yang digunakan juga lebih sedikit dibandingkan dengan kertas tissue yakni setengah dari jumlah tetes yang digunakan pada kertas tissu.
Botol penyemprot
Cara ini pada umunya digunakan untuk menyegarkan udara misalnya pada saat mengganti kasa pada pasien-pasien dekubitus, gangren dan lain-lain.
Vaporizer dan diffuser
Alat ini pertama-tama membebaskan molekul-molekul minyak esensial yang paling ringan dengan melepaskan molekul-molekul yang berat secara progresif. Alat ini harus dikontrol secara termostatik pada suhu rendah untuk mencegah minyak esensial tidak menjadi terlalu panas.Alat diffuser lebih efisien karena dapat menyemprotkan semuamolekul yang berbeda-beda pada waktu yag bersamaan.
2.6 Minyak Rosmarini 2.6.1 Deskripsi
Rosmarini merupakan tanaman asli dari mediterania dan tumbuh bebas pada pada sebagian besar daerah Eropa Selatan dan dibudidayakan di seluruh dunia. Tanaman Rosmarini adalah tanaman berbentuk cemara yang tumbuh hingga ketinggian 1-2m dengan bau aromatik yang unik. Batang Rosmarini dibagi menjadi beberapa bagian yakni cabang ramping yang memiliki warna abu-abu dan bagian yang bersisik. Cabang-cabang dari tanaman Rosmarini tumbuh kearah berlawanan, dengan daun yang tebal, kasar dan berkilau, linear, berwarna hijau gelap pada bagian atas dan berbulu halus berwarna putih pada bagian bawah. Bunganya berukuran kecil dengan warna biru pucat hingga biru tua (Department Agriculture, Forestry & Fisheris, 2009).
Bagian dari tanaman Rosmarini yang digunakan dalam pembuatan minyak esensial yaitu bagian batang, daun dan bunga. Minyak yang disuling dari bunga
(41)
memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan minyak yang hanya diperoleh dengan menggunakan batang dan daun (Department Agriculture, Forestry & Fisheris, 2009).
Minyak Rosmarini digunakan sebagai obat gosok, lotion rambut, zat inhalasi, sabun dan kosmetik. Rosmarini digunakan secara tradisional sebagai antibakteri dan sebagai spasmolitik. Penggunaan secara oral pada umumnya digunakan pada gangguan saluran cerna, sedangkan penggunaan eksternal pada umumnya digunakan sebagai terapi suportif pada kasus rematik dan gangguan sirkulasi. Rosmarini juga dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi kognitif. Tanaman Rosmarini juga digunakan untuk mengobati sakit kepala, gangguan menstruasi, defisit memori, sprain dan memar (Begum et al., 2013).
Rosmarini memiliki lebih dari 20 varian (Begum et al., 2013). Tanaman Rosmarini mempunyai tiga macam kemotipe yang semuanya digunakan dalam aromaterapi yaitu : Rosemarinus officinalis ct. Camphor,
Rosemarinus officinalis ct. Cineole dan Rosemarinus officinalis ct. Verbone.
Roulier menggolongkan kemotipe camphor dan cineole ke dalam satu kelas karena kedua tanaman ini memberikan efek yang serupa (Price & Price, 1997). 2.6.2 Sejarah
Pada tahun 2001, tanaman Rosmarini diberi gelar sebagai “Herb of the Year”
oleh International Herb Association. Tanaman Rsmarini diperkenalkan ke tanah Britania oleh bangsa Roma dan hingga saat ini masih menjadi salah satu tanaman yang disenangi oleh bangsa Italia dan Inggris dimana tanaman ini sering digunakan dalam masakan. Masyarakat Mesir dan Romawi kuno percaya bahwa Rosmarini dapat meningkatkan memori, sehingga dianggap sebagai “Herb of remembrance and fidelity”.Rosmarini merupakan bagian bagian penting bagi ahli obat pada zaman renaisans. Hippocrates, Galen, dan Dioscorides menggunakan Rosmarini untuk mengatasi gangguan liver. Rosmarini bukanlah tanaman yang populer di India. Dahulu, Rosmarini diperkenalkan oleh bangsa Eropa sebagai
(42)
18 Universitas Kristen Maranatha 2.6.3 Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Rosmarinus
Spesies : officinalis
Nama Binominal : Rosmarinus officinalis L. 2.6.4 Kandungan Minyak Rosmarini
Kandungan utama yang terdapat dalam minyak Rosmarini adalah -pinene, camphor, dan 1,8-cineole. Kandungan utama ini memiliki efek, aromatik, antispasme, antidepresan, antimikroba, dan sebagai stimulan (Sayorwan et al., 2013).
Unsur-unsur pembentuk yang terkandung dalam minyak Rosmarini yaitu (Price & Price, 1997) :
Hidrokarbon
Monoterpena (30-37%), -pinene 1,4-12%, β-pinena 3-9%, camphena 3-22%, myrcena 1-2%, -phellandrena, β-phellandrena, -terpinena, γ-terpinena, limonena 1,9-2%, p-cymena 1,1-2%, sesquiterpena β-caryophyllena 0,9-3%, -humulena 0,6-1,2%.
Alkohol
Monoterpenol linalool 0,6-2%, -terpineol 1-4,5%, borneol 3,4-12%, isoborneol, terpinen-4-ol 0,6-1,5%, cis dan trans-thujanol-4, p-cymen-8-ol, verbenol.
Ester (2-6%)
(43)
Oksida
1,8 cineole 30-55%, caryophyllena oksida. Keton
Monoterpenon -thujon, β-thujon, camphor 6,4-3-%, unsur-unsur renik verbeon, carvon 1%, alifatik 3-heksason, metil heptaton.
2.6.5 Kegunaan Minyak Rosmarini
Dalam aromaterapi, minyak Rosmarini pada umumnya digunakan sebagai dekongestan, sebagai inhaler, untuk mengatasi sakit kepala, meningkatkan memori dan membantu konsentrasi. Penggunaan peroral pada umumnya digunakan untuk mengatasi masalah saluran cerna (Begum et al., 2013).
Minyak Rosmarini juga dapat memperbaiki sistem sirkulasi,meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan efek palpitasi pada subjek yang menderita lemah jantung jika diberikan dalam dosis yang rendah (Begum et al., 2013).
Minyak Rosmarini juga dapat membantu regulasi siklus menstruasi dan menstimulasi organ seksual. Pada hepar, minyak Rosmarini dapat meningkatkan fungsi hepar dan meningkatkan produksi dari empedu. Minyak Rosmarini juga dapat digunakan baik dalam bentuk minyak ataupun salep untuk membantu mengatasi artritis, memar, dermatitis, gout, nyeri otot dan membantu pertumbuhan rambut (Begum et al., 2013).
Minyak Rosmarini juga digunakan sebagai parfum dalam salep, sampo, perawatan rambut dan sabun. Bunga dari tanaman Rosmarini dapat diletakkan dalam pakaian maupun lemari untuk menghilangkan ngengat, sedangkan daunnya digunakan sebagai rempah-rempah dalam masakan dan dapatmencegah terjadinya keracunan makanan (Begum et al., 2013).
2.7 Mekanisme Kerja Aromaterapi
(44)
20 Universitas Kristen Maranatha relaksasi, mengatasi kerontokan pada rambut dan mengurangi rasa gatal pada dermatitis. Dua mekanisme dasar yang mendasari kerja aroma terapi dalam tubuh yaitu, pengaruh aromaterapi terhadap otak terutama sistem limbik melalui sistem olfaktorius dan efek farmakologis langsung dari aromaterapi (Gaware et al., 2013).
Inhalasi atau absorbsi dari minyak esensial akan merangsang sistem limbik, bagian dari otak yang berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat menyebabkan rangsangan untuk respon sistem saraf, endokrin atau sistem imun, mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, gelombang otak dan melepaskan berbagai macam hormon dalam tubuh. Efek aromaterapi terhadap otak dapat berupa efek sedasi atau efek stimulasi (Gaware et al., 2013).
2.8 Hubungan Aromaterapi Minyak Rosmarini terhadap Ketelitian dan Kewaspadaan
Minyak Rosmarini mengadung senyawa aktif terutama 1,8 cineole. Senyawa dari minyak Rosmarini akan masuk melalui sistem olfaktorius dan diteruskan ke otak sehingga dapat meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan (Hongratanaworakit, 2009)
Minyak Rosmarini juga akan memengaruhi lokus seruleus yang kemudian melepaskan noradrenaline yang merupakan neurotransmiter yang bersifat stimulan sehingga meningkatkan arousal (Hongratanaworakit, 2009). Sekresi noradrenali akan menyebabkan meningkatkan denyut jantung dan tekanan arteri sehingga aliran darah ke otak meningkat dan menyebabkan peningkatan fungsi otak (Guyton & Hall, 2012).
Pada penilitian sebelumnya diketahui bahwa senyawa 1,8 cineole dapat meningkatkan gelombang beta dan menghambat gelombang alfa dan theta. Hal ini berhubugan dengan efek stimulasi terhadap otak yang mengakibatkan meningkatnya fungsi otak (Sayorwan et al., 2013).
(45)
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Bahan
Minyak Rosmarini yang diperoleh dari Toko Giovanni Aromatherapy
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih 30 orang yang memenuhi kriteri sebagai berikut Kriteria Inklusi
Pria usia 18-25 tahun Sehat Jasmani
Bersedia menjadi subjek percobaan secara sukarela
Kriteria Eksklusi
Mengonsumsi obat-obat yang merangsang atau menghambat SSP Melakukan aktivitas fisik yang berat sehari sebelum percobaan
Alat Tissu Alat tulis
Lembar Additional 7Hst
Lembar Johnson Pascal Test Stopwatch
(46)
22 Universitas Kristen Maranatha 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantha, Bandung sejak Januari 2016–November 2016
3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Desain Penelitian
Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimental dengan desain pre-test dan posttest. Pada Addition Test akan dihitung skor yang diperoleh dan pada
Johnson Pascal Test akan dihitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
test dengan stopwatch. Data yang diukur adalah hasil Addition Test dan Johnson
Pascal Test sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi minyak Rosmarini.
3.4.2 Variabel Penelitian
Variabel perlakuan : minyak Rosmarini
Variabel respon : ketelitian dan kewaspadaan
3.4.3 Definisi Operasional Variabel Variabel Perlakuan:
Tissu yang telah ditetesi aromaterapi Minyak Rosmarini sebanyak 6 tetes kemudian diinhalasi dengan dalam dan teratur selama 2 menit dengan jarak 2 cm dari lubang hidung.
Variabel Respon:
Ketelitian : Diukur skor yang diperoleh pada Addition Test dengan cara (banyaknya penjumlahan) -5 x (banyaknya kesalahan).
Kewaspadaan : Diukur waktu (detik) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
(47)
Dengan taraf kepercayaan 95% dan power test 80% , maka = 1,96
Dan = 0,84
s = 15 d = 7,7
n= (15)2(1,96+0,84)2 n = 30,79 = 30
3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Persiapan Sebelum Test
Sehari sebelum penelitian, subjek penelitian 1. Tidur yang cukup
2. Tidak melakukan aktivitas fisik yang berat
3. Tidak mengonsumsi kopi, teh, coklat, atau obat-obat perangsang SSP maupun penekan SSP (kafein, amfetamin, antihistamin atau diazepam)
3.5.2 Pelaksanaan Test Prosedur Addition Test
1. Subjek penelitian menuliskan hasil jumlah antara angka pertama dengan angka dibawahnya pada bagian samping
2. Kemudian, subjek penelitian menjumlahkan angka kedua dengan angka
d
Z
Z
s
n 2 2 2 1 2 /1α β
2 / 1α
Z
β 1Z
(7,7)23.4.4 Besar SampeO
(48)
24 Universitas Kristen Maranatha 3. Penjumlahan angka-angka dilakukan tiap satu menit, sebanyak lima kali dan
diambil rerata.
4. Kemudian hasil percobaan dihitung dengan :
(banyaknya penjumlahan) -5 x (banyaknya kesalahan) Dilakukan sebanyak lima kali dan diambil rata-rata
Prosedur Johnson Pascal Test (Ratnawati, Widowati, & Gunawan, 2010)
1. Subjek peneitian mengambil huruf dalam tabel I secara sistematis kemudian mencari huruf tersebut dalam barisan atas kunci jawaban yang tersusun secara alfabetis, kemudian subjek penelitian menuliskan huruf yang terdapat dibawahnya sesuai dengan letak huruf dalam Tabel I
2. Catat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Johnson Pascal Test dengan stopwatch
3. Setiap kesalahan yang dilakukan ditambah 3 detik Cara melakukan penelitian
1. Subjek penelitian dijelaskan mengenai porsedur penelitian yang harus dikerjakan dan mengisi lembar persetujuan
2. Subjek penelitian melakukan Addition Test dan Johnson Pascal Test sesuai dengan prosedur di atas
3. Kemudian subjek penelitian diminta untuk menghirup minyak Rosmarini yang telah diteteskan pada tissu dengan jarak sejauh 2 cm dari lubang hidung selama 2 menit secara pelan dan teratur
4. Setelah 2 menit subjek penelitian diminta mengerjakan kembali Addition Test dan Johnson Pascal Test sesuai dengan prosedur
5. Kemudian, hasil sebelum diberi minyak Rosmarini dibandingkan dengan hasil sesudah diberi minyak Rosmarini
(49)
3.6 Metode Analisis
Analisis data menggunakan t test berpasangan dengan=0.05.
Hipotesis Statistik
Addition Test
Johnson Pascal Test
Kriteria Uji:
H0ditolak bila p < 0,05
minyakRosmarini
H1 : Skor yang diperoleh pada Addition Test sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini lebih tinggi dibandingkan sebelum menggunakan aromaterapi
H0 : Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Johnson Pascal Test sesudah menghirup aromaterapi sama dengan sebelum menghirup aromaterapi minyak Rosmarini
H1 : Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Johnson Pascal Test sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini lebih singkat dibandingkan sebelum menggunakan aromaterapi
aromaterapi sama dengan sebelum menghirup aromaterapi H0 : Skor yang diperoleh pada Addition Test sesudah menghirup
(50)
26 Universitas Kristen Maranatha 3.7 Aspek Etik Penelitian
Penelitian ini telah dikaji dan disetujui oleh komisi etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, RSI, dan dinyatakan lulus etik dengan surat keputusan NO : 157/KEP/VII/2016 pada tanggal 02 September 2016. Semua riset yang melibatkan manusia sebagai subjek harus berdasarkan empat prinsip dasar Etika Penelitian (EP), yaitu:
1. Menghormati orang (respect for person), 2. Manfaat (beneficence),
3. Tidak membahayakan subjek penelitian (non-malefience) 4. Keadilan (justice).
(51)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian efek minyak Rosmarini terhadap ketelitian dan kewaspadaan telah dilakukan pada 30 orang pria dewasa. Data-data yang diperoleh baik
Addition test maupun Johnson Pascal Test sebelumnya di uji normalitas
menggunakan Shapiro- Wilk. Dari uji Shapiro- Wilk diperoleh nilai p > 0,05, berarti data berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji t berpasangan. Hasil uji t berpasangan pada Addition Test dan Johnson Pascal Test dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil percobaan Addition Test dan Johnson Pascal Test
n Mean
Std. Deviation
t Test p Value Addition Test Pretest
30
52,99 (±10,57)
13,543 ,000 Posttest 62,74 (±11.01)
Johnson Pascal Test (detik) Pretest 30 128,17 (±16,31) 8,079 ,000
Posttest 109,73 (±15,35)
Dari hasil tabel 4.1, menunjukkan hasil pemeriksaan ketelitian yang dilakukan dengan Addition Test yang mana skor yang diperoleh sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini adalah 62,64 sedangkan sebelum menghirup aromaterapi diperoleh hasil 52,99 dimana terjadi peningkatan sejumlah 9,75. Hasil uji t berpasangan diperoleh p = 0.000 yang berarti terjadi peningkatan yang sangat signifikan.
(52)
28 Universitas Kristen Maranatha singkat daripada sebelum menghirup aromaterapi (128,17) dengan selisih 18,44 detik. Hasil uji t berpasangan diperoleh p = 0.000 yang berarti terdapat penurunan waktu yang sangat signifikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan ketelitian dan kewaspadaan karena adanya zat aktif minyak Rosmarini yang memicu pusat eksitasi pada formatio reticularis yaitu 1,8 cineole yang akan menyebabkan perangsangan pada ARAS.
Pada penelitian Hongratanaworakit didapatkan bahwa pemijatan dengan menggunakan minyak Rosmarini menyebabkan adanya perubahan perasaan pada subjek penelitian dimana terjadi peningkatan perhatian, siaga, semangat dan merasa lebih gembira (Hongratanaworakit, 2009).
Pada penilitian Sayorwan et al didapatkan bahwa inhalasi minyak Rosmarini menyebabkan meningkatnya gelombang beta dan menurunnya gelombang alfa pada hasil EEG (Sayorwan et al., 2013).
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis 1 : Aromaterapi minyak Rosmarini meningkatkan ketelitian pada pria dewasa.
Hal-Hal yang mendukung :
Dari hasil uji t berpasangan didapatkan rerata jumlah benar yang dijumlahkan H0 : Skor yang diperoleh pada Addition Test sesudah menghirup aromaterapi sama dengan sebelum menghirup aromaterapi minyakRosmarini
H1 : Skor yang diperoleh pada Addition Test sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini lebih banyak dibandingkan sebelummenggunakan aromaterapi
pada $ddition 7est sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini lebih
(53)
Hal-hal yang tidak mendukung : Tidak ada
Simpulan
Hipotesis penelitian diterima dan teruji oleh data.
Hipotesis 2 : Aromaterapi minyak Rosmarini meningkatkan kewaspadaan pada pria dewasa.
Hal-hal yang mendukung :
Dari hasil uji t berpasangan didapatkan rerata waktu yang digunakan untuk menyelesaikan Johnson Pascal Test sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini lebih singkat daripada sebelum menghirup aromaterpi minyak Rosmarini yakni 109,73 dengan p = 0,000.
Hal-hal yang tidak mendukung : Tidak ada
Simpulan
Hipotesis penelitian diterima dan teruji oleh data.
H0 : Waktu yang dibutuhan untuk mengerjakan Johnson Pascal Test
dengansebelum menghirup aromaterapi minyak Rosmarini sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini sama H1 : Waktu yang dibutuhkan untukmengerjakan Johnson Pascal Test sesudah menghirup aromaterapi minyak Rosmarini lebih
singkat dibandingkan sebelum menghirup aromaterapi
(54)
30 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Aromaterapi minyak Rosmarini meningkatkan ketelitan pada pria dewasa. 2. Aromaterapi minyak Rosmarini meningkatkan kewaspadaan pada pria
dewasa.
5.2 Saran
Ketelitian dan kewaspadaan sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti belajar dan bekerja. Penggunaan minyak Rosmarini sangat disarankan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan. Pada penelitian selanjutnya perlu dilanjutkan dengan membandingkan pengaruh berbagai konsentrasi aromaterapi minyak Rosmarini dalam meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan. Selain itu subjek penelitian juga dapat dilakukan dengan usia yang lebih bervariasi atau dilakukan pada perempuan dewasa.
(55)
EFEK MINYAK ROSMARINI
(Rosmarinus officinalis L.)
TERHADAP KETELITIAN DAN KEWASPADAAN
PADA PRIA DEWASA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Serjana Kedokteran
ANTONIUS ELUGIUS SONBAY
1310106
(56)
vi Universitas Kristen Maranatha PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “ Efek Aromaterapi Minyak Rosmarini (Rosmarinus officinalis)
terhadap Ketelitian dan Kewaspadaan pada Pria Dewasa” ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kesibukan dan kesulitan yang dialami sebagai mahasiswa kedokteran namun semuanya dapat terselesaikan berkat bantuan dari dosen, teman dan keluarga, karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang telah terlibat dan membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terama kasih saya secara khusus kepada:
1. Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K) sebagai pembimbing satu atas waktu, tenaga, ilmu, dan bimbingan yang diberikan saya untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Johan Lucianus., dr, M.Si sebagai pembimbing dua atas waktu, tenaga, ilmu, dan bimbingan yang telah diberikan kepada saya untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Kepada teman bimbingan Grady Pribadi dan Yalsin Hericson yang selama ini bersama-sama menulis Karya Tulis Ilmiah.
4. Alvin Susanto yang telah memberi masukan selama mengumpulkan bahan yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
5. Teman–teman yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
6. Kepada seluruh anggota TBM GALENUS atas dukungan kepada saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yag ikut membantu dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. 8. Kepada Ayah (Dominikus Sonbay), Ibu (Emiliana Tjung), Kakak
(Hironimus Sonbay), dan adik (Anggelita Sonbay) atas dukungan dan doa kepada saya selama penulisan Karya Tulis ilmiah.
(57)
Saya juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi penulisan Karya Tulis Ilmiah yang lebih baik kedepannya. Akhir kata semoga Karya Tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, Oktober 2016
Antonius Elugius Sonbay 1310106
(58)
31 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Ali, B., Ahmad, A., Al-wabel, N. A., Khan, S. A., & Anwar, F. (2015). Essential Oil Used in Aromatherapy, A Systemic review. Asian Pacific Journal of
Tropical Biomedicine, 8, 589.
Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah Kecelakaan, Korban Mati, Luka Berat, Luka Ringan dan Kerugian Materi yang Diderita Tahun 1999-2013. Retrieved from www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1415
Begum, A., Subarda, S., Ali, S. S., Vinod, K. R., Reddy, S., & Banji, D. (2013). An In-Depth Review In The Medical Flora Rosmarinus Officinalis
(Lamiaceae). Acta Scientiarum Polonorum, 12(1), 61–63.
BPJS Ketenagakerjaan. (2015). Angka Kasus Kecelakaan Kerja Menurun. Retrieved from bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/2943/Angka-Kasus-Kecelakaan Kerja-Menurun.html
Buckle, J. (2015). Clinical Aromatyerapy: Essential Oil in Practice (3rd ed.). London,UK: Elsevier Health Science.
Dahlan, M. S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Department Agriculture Forestry & fisheris. (2009). Rosemay Production. Republic Of South Africa: Directorate Agricultural Information Services. Ganong, W. . (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (H. M. D.
Widjajakusumah, Ed.) (20th ed.). Jakarta: EGC.
Gaware, V. M., Nagare, R., Dhamak, K. B., Khadse, A. N., Kotade, K. B., Kashid, V. A., & Laware, R. B. (2013). Aromatherapy: Art or Science.
International Journal of Biomedical Research, 4(2).
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Textbook of Medical Physiology (11th ed.). Saunders Elsevier.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Fisiologi Kedokteran (12th ed.). Saunders: Elsevier.
Hongratanaworakit, T. (2009). Simultaneous aromatherapy massage with rosemary oil on humans. Scientia Pharmaceutica, 77(2), 375–387. http://doi.org/10.3797/scipharm.0903-12
(59)
Hutasoit, A. S. (2002). Panduan Praktis Aromatherapy Untuk Pemula. Jakarta: PT Garmedia Pustaka Utama.
Lawles, J. (2012). The Encyclopedia Of Essential Oils: The Complete Guide To
The Use Oil in Aromatic, herbalism, health ad well-being. UK:
HarperCollins.
Longman Group, & Alexander, L. (1992). Longman Dictionary of Contemporary
English. Universitas Michigan: Longman.
Moss, M., & Oliver, L. (2012). Plasma 1,8-Cineole Correlates with Cognitive Performance Following Exposure to Rosemary Oil Aroma. Retrieved from www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3736918/
Muchtaridi, & Moelyono. (2015). Aroma Terapi : Tinjauan Aspek Kimia
Medisinal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Oken, B. ., Salinsky, M. ., & Elsas, S. . (2006). Vigilance, alertness, or sustained attention : physiological basis and measurement.Clin Neurophysiol, 9.
Retrieved from
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2865224/#_ffn_sectile Parasuraman, R. (1998). The Attentive Brain. MIT Press.
Price, L., & Price, S. (1997). Aromaterapi Bagi Profesi Kesehatan. EGC. Ratnawati, H., Widowati, W., & Gunawan, E. (2010). Hubungan antara Kadar
Karbom Monoksida (CO) Udara dan Tingkat Kewaspadaan Petugas Parkir di Tiga Kenis Tempat Parkir. JKM, 10(1).
Sayorwan, W., Ruangrungsi, N., Piriyapunyporn, T., Hongratanaworakit, T., Kotchabhakdi, N., & Siripornpanich, V. (2013). Effects of inhaled rosemary oil on subjective feelings and activities of the nervous system. Scientia
Pharmaceutica, 81, 531–542. http://doi.org/10.3797/scipharm.1209-05 Sherwood, L. (2014). Fisilogi Manusia Dari Sel ke Sistem (8th ed.). Jakarta: EGC. Snell, R. S. (2010). Clinical Neuroanaromy (7th ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Stroch, C. M. (2016). Vigilance: The Problem of Sustained Attention. Elsevier.
(60)
33 Universitas Kristen Maranatha Wibowo, D. S. (2014). Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. (S.
Wahyudi, Y. Setyoriini, & I. Basuki, Eds.) (4th ed.). Malang: Bayumedia Publishing.
(1)
EFEK MINYAK ROSMARINI
(Rosmarinus officinalis L.)
TERHADAP KETELITIAN DAN KEWASPADAAN
PADA PRIA DEWASA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Serjana Kedokteran
ANTONIUS ELUGIUS SONBAY
1310106
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
(2)
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “ Efek Aromaterapi Minyak Rosmarini (Rosmarinus officinalis)
terhadap Ketelitian dan Kewaspadaan pada Pria Dewasa” ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kesibukan dan kesulitan yang dialami sebagai mahasiswa kedokteran namun semuanya dapat terselesaikan berkat bantuan dari dosen, teman dan keluarga, karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang telah terlibat dan membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terama kasih saya secara khusus kepada:
1. Sylvia Soeng, dr., M.Kes., PA(K) sebagai pembimbing satu atas waktu, tenaga, ilmu, dan bimbingan yang diberikan saya untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Johan Lucianus., dr, M.Si sebagai pembimbing dua atas waktu, tenaga, ilmu, dan bimbingan yang telah diberikan kepada saya untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Kepada teman bimbingan Grady Pribadi dan Yalsin Hericson yang selama ini bersama-sama menulis Karya Tulis Ilmiah.
4. Alvin Susanto yang telah memberi masukan selama mengumpulkan bahan yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
5. Teman–teman yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
6. Kepada seluruh anggota TBM GALENUS atas dukungan kepada saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yag ikut membantu dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. 8. Kepada Ayah (Dominikus Sonbay), Ibu (Emiliana Tjung), Kakak
(Hironimus Sonbay), dan adik (Anggelita Sonbay) atas dukungan dan doa kepada saya selama penulisan Karya Tulis ilmiah.
(3)
Saya juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi penulisan Karya Tulis Ilmiah yang lebih baik kedepannya. Akhir kata semoga Karya Tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, Oktober 2016
Antonius Elugius Sonbay 1310106
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, B., Ahmad, A., Al-wabel, N. A., Khan, S. A., & Anwar, F. (2015). Essential Oil Used in Aromatherapy, A Systemic review. Asian Pacific Journal of
Tropical Biomedicine, 8, 589.
Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah Kecelakaan, Korban Mati, Luka Berat, Luka Ringan dan Kerugian Materi yang Diderita Tahun 1999-2013. Retrieved from www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1415
Begum, A., Subarda, S., Ali, S. S., Vinod, K. R., Reddy, S., & Banji, D. (2013). An In-Depth Review In The Medical Flora Rosmarinus Officinalis
(Lamiaceae). Acta Scientiarum Polonorum, 12(1), 61–63.
BPJS Ketenagakerjaan. (2015). Angka Kasus Kecelakaan Kerja Menurun. Retrieved from bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/2943/Angka-Kasus-Kecelakaan Kerja-Menurun.html
Buckle, J. (2015). Clinical Aromatyerapy: Essential Oil in Practice (3rd ed.). London,UK: Elsevier Health Science.
Dahlan, M. S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Department Agriculture Forestry & fisheris. (2009). Rosemay Production. Republic Of South Africa: Directorate Agricultural Information Services. Ganong, W. . (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (H. M. D.
Widjajakusumah, Ed.) (20th ed.). Jakarta: EGC.
Gaware, V. M., Nagare, R., Dhamak, K. B., Khadse, A. N., Kotade, K. B., Kashid, V. A., & Laware, R. B. (2013). Aromatherapy: Art or Science.
International Journal of Biomedical Research, 4(2).
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Textbook of Medical Physiology (11th ed.). Saunders Elsevier.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Fisiologi Kedokteran (12th ed.). Saunders: Elsevier.
Hongratanaworakit, T. (2009). Simultaneous aromatherapy massage with rosemary oil on humans. Scientia Pharmaceutica, 77(2), 375–387. http://doi.org/10.3797/scipharm.0903-12
(5)
Hutasoit, A. S. (2002). Panduan Praktis Aromatherapy Untuk Pemula. Jakarta: PT Garmedia Pustaka Utama.
Lawles, J. (2012). The Encyclopedia Of Essential Oils: The Complete Guide To
The Use Oil in Aromatic, herbalism, health ad well-being. UK:
HarperCollins.
Longman Group, & Alexander, L. (1992). Longman Dictionary of Contemporary
English. Universitas Michigan: Longman.
Moss, M., & Oliver, L. (2012). Plasma 1,8-Cineole Correlates with Cognitive Performance Following Exposure to Rosemary Oil Aroma. Retrieved from www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3736918/
Muchtaridi, & Moelyono. (2015). Aroma Terapi : Tinjauan Aspek Kimia
Medisinal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Oken, B. ., Salinsky, M. ., & Elsas, S. . (2006). Vigilance, alertness, or sustained attention : physiological basis and measurement.Clin Neurophysiol, 9.
Retrieved from
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2865224/#_ffn_sectile Parasuraman, R. (1998). The Attentive Brain. MIT Press.
Price, L., & Price, S. (1997). Aromaterapi Bagi Profesi Kesehatan. EGC. Ratnawati, H., Widowati, W., & Gunawan, E. (2010). Hubungan antara Kadar
Karbom Monoksida (CO) Udara dan Tingkat Kewaspadaan Petugas Parkir di Tiga Kenis Tempat Parkir. JKM, 10(1).
Sayorwan, W., Ruangrungsi, N., Piriyapunyporn, T., Hongratanaworakit, T., Kotchabhakdi, N., & Siripornpanich, V. (2013). Effects of inhaled rosemary oil on subjective feelings and activities of the nervous system. Scientia
Pharmaceutica, 81, 531–542. http://doi.org/10.3797/scipharm.1209-05 Sherwood, L. (2014). Fisilogi Manusia Dari Sel ke Sistem (8th ed.). Jakarta: EGC. Snell, R. S. (2010). Clinical Neuroanaromy (7th ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Stroch, C. M. (2016). Vigilance: The Problem of Sustained Attention. Elsevier.
Sure, D. R., & Culicchia, F. (2013). Duus’ Topical Diagnosis in Neurology. Otology & Neurotology, 34(1), 8.
(6)
Wibowo, D. S. (2014). Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. (S. Wahyudi, Y. Setyoriini, & I. Basuki, Eds.) (4th ed.). Malang: Bayumedia Publishing.