Analisis Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard pada Perusahaan Jasa Konstruksi PT Kuta Indah Persada.

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The application of balanced scorecards have a purpose among others consider the development of a company in preparing the strategy of the year to year , on the PT Kuta Indah Persada through pt perspective is 4 , perspective financial , perspective customers , perspective internal business , perspective growth

Financial perspective is still the attention in balanced scorecards financial because of size is a summary of economic consequences of occurring due to the decision and the act of economic taken. Customer perspective in the past often concentrate the companies themselves in internal capacity and little regard for the interests of the customer 's needs .Internal business perspective in the process of internal business , manager must be able to identify an internal process important under which the company required to well because an internal process they have a desired values consumers and can administer the expected returns by the shareholders .Learning and growth in balanced perspective scorecards to broaden and the purpose of encouraging organization to learn and grow .

Research results show that the development PT Kuta Indah Persada already good in applying 3 perspective financial, customers and business internal. PT Kuta Indah Persada yet both in perspective growth.

Keywords: the application of balanced scorecard , the financial perspective , customer perspective , internal business perspective , learning and growth perspective


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penerapan balanced scorecard memiliki tujuan antara lain menilai perkembangan sebuah perusahaan dalam menyusun strategi dari tahun ke tahun. Penitian pada PT Kuta Indah Persada dengan balanced scorecard melalui 4 prepektif yaitu, prespektif keuangan, prespektif pelanggan, prespektif bisnis internal, prespektif pertumbuhan. Prespektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi akibat keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Prespektif pelanggan pada masa lalu seringkali perusahan mengkonsentrasikan diri pada kemampuan internal dan kurang memperhatikan kepentingan kebutuhan konsumen. Prespektif bisnis internal Dalam proses bisnis internal, manajer harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting dimana perusahaan diharuskan melakukan dengan baik karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Prespektif pertumbuhan dalam balanced scorecard mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar belajar dan bertumbuh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan PT Kuta Indah Persada sudah baik dalam menerapkan 3 prespektif yaitu keuangan, pelangan dan bisnis internal. PT Kuta Indah Persada belum baik dalam prespektif pertumbuhan.

Kata Kunci : penerapan balanced scorecard, prespektif keuangan, prespektif

pelanggan, prespektif bisnis internal, prespektif pertumbuhan.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksuddan Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Pengertian Kinerja ... 10

2.1.2 Penagertian Pengukuran Kinerja ... 13


(4)

x Universitas Kristen Maranatha

2.1.2.2 Manfaat Pengukuran Kinerja ... 16

2.1.3 Balanced Scorecard ... 16

2.1.3.1 Latar Belakang Balanced Scorecard ... 16

2.1.3.2 Definisi Balanced Scorecard ... 19

2.1.3.3 Implementasi Balanced Scorecard ... 21

2.1.3.4 Empat Prespektif Kinerja Bisnis dalam Balanced Scorecard ... 22

2.1.3.5 Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 29

2.1.3.6 Keunggulan Balanced Scorecard ... 32

2.1.3.7 Manfaat Penerapan Balanced Scorecard ... 34

2.2 Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Lokasi Penelitian ... 37

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.2.1 Jenis Data ... 37

3.2.2 Sumber Data ... 37

3.3 Metode Penelitian ... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Populasi dan Sampel ... 40

3.6 Metode Analisis ... 41

BAB IV HASIL PPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52


(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 51

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 52

4.1.3 Struktur Organisasi ... 53

4.2 Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 54

4.2.1 Prespektif Keuangan ... 55

4.2.2 Prespektif Pelanggan ... 64

4.2.3 Prespektif Proses Bisnis Internal ... 76

4.2.4 Prespektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 78

4.3 Pembahasan... 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1 Simpulan ... 89

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN ... 96


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

2.1 Rerangka Pemikiran...37 4.1 Struktur Organisasi PT. Kuta Indah Persda ...55


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

2. 1 Perbedaan antara Pelaporan Pengendalian dan Pelaporan Strategis ... 18

3.1 Daftar Pertanyaan Mengacu pada 4 Perpektif Balanced Scorecard ... 39

3.2 Skala Linkert ... 44

3.3 Standar Presentase ... 50

4.1 Hasil Wawancara Mengenai Perspektif Keuangan... 55

4.2 Hasil Perhitungan Current Ratio ... 56

4.3 Hasil Perhitungan Quick Ratio ... 57

4.4 Hasil Perhitungan AccountReceivable Turnover Rasio ... 58

4.5 Hasil Perhitungan Debt to Equity Rasio ... 59

4.6 Hasil Perhitungan Debt to Asset Rasio ... 60

4.7 Hasil Perhitungan Net Profit Margin Ratio ... 61

4.8 Hasil Perhitungan Gross Profit Margin rasio ... 62

4.9 Hasil Perhitungan Return On Investment ... 63

4.10 Rasio Keuangan PT Kuta Indah Persada ... 64

4.11 Hasil Wawancara Mengenai Perspektif Pelanggan ... 65

4.12 Besar Data Pelanggan ... 67

4.13 Tingkat Pelanggan Tetap ... 69

4.14 Tingkat Pelanggan Klaim ... 70

4.15 Tingkat Pelanggan Baru ... 71

4.16 Skala Linkert ... 72

4.17 Interval Linkert ... 72


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

4.19 Hasil Wawancara Mengenai Perspektif Proses Bisnis Internal ... 76

4.20 Presentase Proyek yang Terlambat ... 77

4.21 Hasil Wawancara Mengenai Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 79

4.22 Keadaan Jumlah Karywan Tetap ... 80

4.23 Jumlah Pelatihan Tenaga Kerja pada Karyawan Tetap ... 81

4.24 Skala Linkert ... 83


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

When you can measure what you are speking about, and express it in numbers, you know somethig aboutit; but when you cannot measure it, when you cannot express it in numbers, your knowledge is of a meager and unsatisfactory kind.. demikian yang dikatakan oleh Wiliam Thompson (Lord Kelvin), 1824-1907. Dari Pernyataan Wiliam inilah yang mengindikasikan bahwa untuk menjalankan sebuah bisnis didalam manajemennya selalu harus dilakukan melalui proses dan hasil yang terukur. Tanpa manajemen terukur dan objektif, sebuah gerak organisasi bisnis bisa berubah menjadi organisasi yang tidak produktif, oleh karena itu agar sebuah organisasi dapat produktif diperlukanya pengukuran kinerja.

Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan pada sisi keuangan (finansial perspective). Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata hanya dari aspek keuangan hanya berorientasi pada masa lalu dan seperti yang kita ketahui tidak sedikit perusahaan yang melakukan strategi manajemen laba sehingga laporan keungan dipercantik dalam penyajiannya dan bisa mempengaruhi pengguna laporan tersebut dalam pengambilan keputusan (Niven, 2003:4). Dari pernyataan Niven ini dapat disimpulkan pengukuran kinerja merupakan hal terpenting dalam sebuah organsasi bisnis, karena di dalam pengukuran kinerja akan ada usaha manajemen untuk terus-menerus berupaya untuk melakukan evaluasi terhadap hasil setiap unit. Namun kebanyakan dari organisasi


(10)

Bab I Pendahuluan 2

Universitas Kristen Maranatha masih menggunakan sistem pengukuran secara tradisional, di mana sistem ini hanya bertumpuh pada posisi keuangan.

Jika sebuah perusahaan dalam pengoprasiannya masih mengunakan sistem tradisional akan terus memaksa unit-unit yang mencapai tingkat keuntungan tinggi akan dinilai berhasil dan akan memperoleh penghargaan yang baik dari perusahaan. Penilaian seperti inilah yang membuat manajemen melakukan semua yang bisa dilakuakan, agar kegiatan dapat mencapai tingkat keuntungan yang tinggi. Dengan upaya menajemen seperti ini sudah akan dipastikan ada pengorbanan yang harus diberikan. Pengorbanan yang akan diberikan terjadi karena ketidak tahuan manajemen jika sistem tradisonal memliki kelemahan (Niven, 2003:4-5).

Kelemahannya adalah terbatas dengan waktu karena hanya mengungkapkan prestasi keuangan yang nyata tanpa adanya suatu pengharapan yang dapat dilihat dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya prestasi itu sendiri, dan ketidak mampuan dalam mengukur kinerja harta tak tampak (intangible asset) dan harta intlektual (sumberdaya manusia) perusahaan (Niven, 2003:5).

Untuk itu perusahaan harus berupaya menginvestasikan dan mengoptimalkan asset intelektual perusahaan. Ketika perusahaan mengoptimalkan asset intelektual akan mampu membangun relasi yang baik dengan konsumen dan akan menjadikan konsumen setia dengan perusahaan. Di sisi lain perusahaan yang terus berelasi dengan pelangan akan mengetahui keinginan konsumen, sehingga ketika ingin memperluas jangkauan target konsumen perusahaan akan mampu melayani dengan efektif dan efisien. Pelayanan yang efektif dan efisien ketika perusahan mampu memproduksi barang dan jasa yang berkualitas tinggi, sehingga konsumen yang


(11)

Bab I Pendahuluan 3

Universitas Kristen Maranatha menjadi target akan terpenuhi dengan inovasi produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen.

Asset intelektual tidak hanya berbicara hubungan dengan konsumen tetapi juga berbicara tentang hubungan dengan karyawan itu sendiri. Perusahaan yang berupaya untuk memberi motivasi dan arahan dalam meningkatkan kemampuan secara terus-menerus untuk menghasilkan kualitas, kapasitas proses dan waktu respon yang tepat akan menjadikan perusahaan terebut memiliki asset intelektual yang baik.

Dalam hal ini, kesuksesan perusahaan tidak dapat dimotivasi atau diukur dalam jangka pendek dengan model akuntansi keuangan tradisional saja. Dengan adanya kekurangan model akuntansi keuangan tradisional oleh sebab itu, Kaplan dan Norton memperkenalkan metode balanced scorecard yang tidak hanya mengukur kinerja perusahaan dari aspek keuangan saja, namun juga dari aspek non keuangan yang dimaksudkan agar terjadi keseimbangan antara dua aspek tersebut (Pasla, 2000:7). Menurut Kaplan & Norton (1996), diterjemahkan oleh pasla (2000:16) mengemukakan bahwa balanced scorecard adalah suatu rerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran kinerja keuangan masa lalu, balanced scorecard juga memperkenalkan pendorong kinerja keuangan masa depan, suatu pendorong yang merupakan metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu konsep Balanced Scorecard (BSC) menurut Pasla (2000:23).

1. Financial perspective (perspektif keuangan)

Prespektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi akibat keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Tujuan pencapaian kinerja


(12)

Bab I Pendahuluan 4

Universitas Kristen Maranatha keuangan yang baik merupakan fokus dari tujuan-tujuanyang ada dalam tiga perspektif lainya.

2. Customer perspective (perspektif pelanggan)

Pada masa lalu seringkali perusahan mengkonsentrasikan diri pada kemampuan internal dan kurang memperhatikan kepentingan kebutuhan konsumen. Sekarang strategi perusahaan telah bergeser fokusnya dari internal ke eksternal. Jika suatu unit bisnis ini mencapai kinerja keungan yang seperior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk atau jasa yang bernilai dari biaya perolehannya.

3. Internal bisnis perspective (perspektif proses bisnis internal)

Dalam proses bisnis internal, manajer harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting dimana perusahaan diharuskan melakuakan dengan baik karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. 4. Learning and growth perspective (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan)

Prespektif keempat dalam balanced scorecard mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar belajar dan bertumbuh. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya.

Konsep Balanced Scorecard merupakan suatu sarana untuk mengkomunikasikan persepsi strategis dalam suatu perusahaan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh berbagai pihak dalam perusahaan, terutama pihak-pihak dalam organisasi yang akan merumuskan strategi perusahaan. Pengertian Balanced Scorecard sendiri jika diterjemahkan bisa bermakna sebagai rapor kinerja yang


(13)

Bab I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha seimbang (Balanced). Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan/atau suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang hendak diwujudkan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan konsep Balance Scorecard sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan sebab Balanced Scorecard yang telah dilakukan dapat menghasilkan perbaikan dan perubahan strategis yang dilakukan untuk pencapaian kinerja yang akan dicapai dalam pengelolaan unit usaha perusahaan.

Menurut pendekatan Balanced Scorecard, manajemen atas menerjemahkan strategi mereka ke dalam ukuran kinerja yang dapat dipahami dan dapat dilakukan oleh karyawan. Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran kinerja manajemen yang diturunkan dari visi dan strategi serta merefleksikan aspek-aspek terpenting dalam suatu bisnis.

Berdasarkan pengalaman dalam perusahaan yang mengimplementasikan Balanced Scorecard, diketahui bahwa terjadi perbaikan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena seluruh karyawan di dalam perusahaan telah mengerti secara jelas bahwa aktifitas yang mereka lakukan berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian visi dan misi serta strategi perusahaan. Atau dengan kata lain bahwa aktifitas strategi telah menjadi kegiatan seluruh karyawan dalam perusahaan. Sehingga mereka menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan dengan suatu hubungan yang terjadi dalam perusahaan.

PT. Kuta Indah Persada merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang jasa kontruksi. Menurut Djaslim Saladin (2004:134) pengertian jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada


(14)

Bab I Pendahuluan 6

Universitas Kristen Maranatha dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses produksinya mungkin dan mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Menurut Zeithaml dan Bitner yang dikutip oleh Ratih Hurriyati (2005:28) pengertian jasa adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka jasa pada dasarnya adalah sesuatu yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen. 2. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan suatu

produk fisik.

3. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan. 4. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.

Sedangkan Pengertian jasa konstruksi dapat kita temukan dalam Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi. Berdasarkan pasal 1 angka 2 dan angka 3 Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2008, jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Dalam melaksanakan aktivitas operasinya sebagai perusahaan jasa kontruksi PT Kuta Indah Persada saat


(15)

Bab I Pendahuluan 7

Universitas Kristen Maranatha ini masih mengukur kinerja perusahaannya dengan mengunakan metode tradisional yang berfokus pada perspektif finansial sehingga berharap dengan menggunakan metode balanced scorecard, maka perusahaan dari tahun ke tahun berharap mengalami peningkatan kinerja perusahaan, agar dapat terus meningkatkan kinerja perusahaan dalam jangka panjang, peneliti akan mengukur kinerja harta tak tampak (intangible asset) dan harta intlektual (sumberdaya manusia) perusahaan.

Penilaian kinerja perusahaan belum dilakukan dengan metode Balanced Scorecard, tetapi perusahaan hanya menggunakan analisis laporan keuangan (rasio keuangan). Oleh karena itu untuk dapat menentukan kinerja, perusahaan dapat menerapkan Balanced Scorecard sebagai alat ukur berbasis strategis, seperti financial perpectice, internal proses business perspective, customer perspective, dan learning and growth. Keunggulan penerapan Balanced Scorecard adalah untuk dapat memberikan ukuran yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pertumbuhan yang strategis. Dari uraian diatas penulis merasa tertarik untuk menulis skirpsi dengan

judul: “Pengukuran Kinerja dengan Balaced Scorecard Pada PT Kuta Indah Persada”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah-malasah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya dengan cara mengukur bagaimana perusahaan menilai kinerja secara komprehensif. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah yang ingin diteliti, yaitu :

1. Bagaimana Kinerja PT. Kuta Indah Persada jika diukur dengan pendekeatan balanced scorecard ?


(16)

Bab I Pendahuluan 8

Universitas Kristen Maranatha

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan Balanced Scorecard sebagai alat analisis yang komprehensif dan koheren pada suatu perusahaan.

2. Mengidentifikasi gambaran penggunaan Balanced Scorecard terhadap penilaian kinerja pada perusahaan.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis Penulis

Dapat memperoleh gambaran untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai penerapan Balance Scorecard sebagai suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan.

2. Bagi Organisasi

Diharapkan dengan penelitian ini dapat menolong efektivitas organisasi dan mendorong penerapan untuk tujuan strategis serta dapat memberikan masukan berupa pemikiran tentang sistem manajeman strategic yang komprehensif dan seimbang dengan menggunakan Balance Scorecard, yang memberikan instrument baru yang cukup menjanjikan untuk diterapkan sebagai pengukuran kinerja organisasi

3. Bagi Pembaca

Manfaat bagi pembaca dapat dijadikan bacaan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya akuntansi manajemen dan menjadi bahan pertimbangan


(17)

Bab I Pendahuluan 9

Universitas Kristen Maranatha bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian yang menyangkut kinerja manajemen.


(18)

89 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan masalah dan pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan beberapa poin penting sebagai berikut:

 Selama ini, PT Kuta Indah Persada menerapkan sistem pengukuran kinerja yang hanya dinilai dari aspek keuanganya saja dan belum menerapka balanced scorecard. Menilai kinerja perusahaan semata-mata hanya aspek keuangan saja dapat menyesatkan, dikarenakan aspek keuangan hanya berorientasi pada masa lalu.

Penerapan balance scorecard pada PT Kuta Indah Persada menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan arsitektur ukuran, diantaranya telah menentukan unit bisnis yang sesuai dengan scorecard, mempelajari keterkaitan antara strategic busuness unit, dan melaksanaakan aktivitas dari keseluruhan rantai nilai. Dalam tahap ini, menentukan unit bisnis mana yang digolongkan ke dalam scorecard untuk menentukan strategi yang akan digunakan. Bagian akuntansi memiliki tujuan dalam pencapaian tujuan keuangan, yaitu memlikiki target keuangan yang perlu dicapai oleh PT Kuta Indah Persana baik dari segi pendapatan maupun pengeluaran. Bagian operasional mengetahui segmen pasar yang dituju serta menciptakan kepuasan pelangan.


(19)

Bab V Simpulan dan Saran 90

Universitas Kristen Maranatha b. Dari hasil penelitian yang sudah dilakuakan, dapat terlihat dalam perusahaan

PT Kuta Indah Persada yang memiliki struktur organisasi yang terpisah tapi dalam kenyataannya karena kekurangan karyawan tetap maka perusahaan ini terpaksa menjadiakan beberapa karyawan bekerja merangkap misalnya bagian keuangan harus turun kelapangan ikut membantu mengawasi oprasional karena pembagunan terjadi di berbagai tempat. Jika dilihat dari 4 prespektif balance scorecard dapat kita lihat sebaga berikut

 Prespektif Keuangan

Dari perhitungan dan hasil wawancara perusahaan sudah baik dalam prespektif keuangan dimana terus terjadi kenaikan namun pada perhitungan piutang, PT Kuta Indah tidak mampu mengembaliakan perputaran piutang dengan tepat waktu, karena itu perusahaan harus meminjam dana yang lebih besar lagi kepada bank.

 Prespektif Pelangan

Dari hasil perhitungan dan kuisioner yang diteriama, PT Kuta Indah Persada sudah baik dalam memberikan jasa kepada para pelanggannya, hanya saja ada beberapa pelanggan yang komplen karena beberapa bangunan yang dikerjakan tidak selesai tepat waktu, hal ini terjadi karena PT Kuta Indah Persada tidak memanajemen kemampuan pekerja dengan proyek yang di tangani

 Perspektif proses bisnis internal

Dari perhitungan proses bisnis internal PT Kuta Indah Persada sangat tidak memperhatikan manajemen dalam perusahaan semua proyek berjalan sesuai apa yang dibuat tetapi tidak ada kontrol yang baik dari setiap proyek yang diambil karena itu agar tidak terjadi komplen dari pelanggan perusahaan harus mengitung


(20)

Bab V Simpulan dan Saran 91

Universitas Kristen Maranatha dengan pasti kapan waktu peyelesaian dengan memperhitungan karyawan yang perusahaan miliki dan waktu yang dibutuhkan dalam pemesanan bahan baku  Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dari perhitungan PT Kuta Indah Persada sudah memberikan yang terbaik kepada karyawan tetap dalam memberikan pelatihan untuk mengembangan bakat dan kemampuan, tetapi kepada karyawan lepas belum diterapkan karena tidak memungkinkan untuk melatih tanpa ada komitmen dengan karyawan itu sendiri. PT Kuta Indah Persada juga sudah memberikan penghargaan kepada karyawan tetapi motivasi dalam pekerjaan masih kurang karena sebagai direktur utama juga beliau harus memantau semua proyek karena itu untuk memitivasi karyawan belum ada.

1. Penilaian kinerja dengan menggunakan metode Blanced Scorecard dapat dilihat dari bebereapa segmen atau perspektif; yaitu (a) perspektif keuangan yang terdiri atas Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Profit Margin, (b) perspektif pelanggan yang terdiri atas Customer Retention, Number of Complain, dan Customer Acquisition; (c) Internal Business Process Perspective terdiri atas Lead Time, perspektif yang terarkhir adalah Learning and Growth Perspective terdiri atas Employee Training programme, Absenteeism, dan Kepuasan Karyawan.

2. Berdasarkan perspektif keuangan, dimana rasio ROA-nya mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2014 kembali mengalami kenaikan.. Begitu pula dengan rasio ROE yang mengalami penurunan setiap tahunnya. dan Profit Margin yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan perspektif


(21)

Bab V Simpulan dan Saran 92

Universitas Kristen Maranatha pelanggan, hanya customer retention yang mengalami kenaikan terus menerus tiap tahunnya. Sedangkan number of complain dan customer acquisition tiap tahunnya mengalami penurunan.

3. Penilaian kinerja menggunakan metode balance scorecard dapat mengetahui keberhasilan perusahaan tidak hanya segi internal dalam hal ini perspektif keuangan saja, melainkan semua aspek, baik itu aspek keuangan, proses, pertumbuhan, dan pelanggan.

5.2 Saran

1. Pada perspektif keuangan, hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya beban lain-lain yang jumlahnya tidak sedikit dimana hal tersebut dapat membebani sector keuangan perusahaan yang apabila dibiarkan akan berdampak pada laba/rugi perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus menekan beban lain-lain pada perusahaan. Perusahaan juga harus memperhitungkan perputaran piutang sehingga piutang yang sudah dibayar dapat segera dipergunakan untuk menyelesaiakan proyek dan mengembalikan utang di bank sehingga mengurangi bunga pinjaman di bank

2. Pada perspektif pelanggan, perusahaan perlu meningkatkan promosinya dengan menyediakan dana khusus untuk promosi dengan tujuan untuk memperluas pangsa pasarnya. Selain itu perusahaan dituntut untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan agar loyalitas pelanggan bertahan.


(22)

Bab V Simpulan dan Saran 93

Universitas Kristen Maranatha 3. Pada perspektif internal bisnis, efisiensi dan efektifitas sudah baik akan tetapi

untuk produk cacat perusahaan harus mampu menekan proyek terlambat setiap tahunnya. Sedangkan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat absenteeism yang tinggi, perusahaan perlu mendorong motivasi karyawan untuk mengurangi tingkat absenteeism.


(23)

94 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Govindaranjan. (2001). Management Control Systems, Tenth Edition, New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.

Atkinson, A.A., R.D. Banker., R.S. Kaplan and Y.S. Mark. Management Control Systems. Third Edition, New Jersey : Prentice Hall International, Inc, 2001. Beard, Deborah. F. (2009). “Successful Applications of the Balanced Scorecard in

Higher Education.” Journal of Education for Business.

Brigham, E.F. dan J.F. Houston. (1998). Manajemen Keuangan : Fundamentals of Financial Management, Alih Bahasa : Herman Wibowo, Edisi 8. Erlangga: Jakarta.

Cristy, Yona. (2008). Analisis Penerapan Balanced Scorecard terhadap Pelaksanaan Proses Manajemen Strategik. Universitas Widiyatama, Bandung.

David, Fred R. (2006). Strategic Management, Manajemen Strategis Konsep.Salemba Empat: Jakarta.

Dewobroto, Wisnu. (2010). Balanced Scorecard dan analytical Hierarchy Proses, 6 April 2010 diases dari http://wisnudewobroto.com/ balanced-scorecard-dan-analytical-hierarchy-process/ pada tanggal 15 juli 2011.

Djaslim, Saladin. (2004). Manajemen Pemasaran-analisis Perencanaan, Pelaksanaan dan pengendalian. Linda Karya: Bandung.

Hansen dan Mowen. (2006). Buku I Management Accounting Edisi 7. Salemba empat: Jakarta.

Hasibuan, Malayu SP, (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN: Yogyakarta

Kaplan, Robert S. Dan David P.Norton, (1996). Balanced Scorecard: Translating Strategy Into Actio. Harvard Bussiness Review. Dialihbahasakan oleh Yosi, Peter R, Pasla. 2000. Balanced Scorecard: menerapkan strategy Menjadi Aksi. Erlangga: Jakarta.


(24)

95

Universitas Kristen Maranatha Lydia, Sauw. (2014). Implikasi Balanced Scorecard terhadap Pengaruh Kenerja

Perusahaan Dalam Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Pada PT Rudolf Chemicals Indonesia-cimahi: Bandung

Lynch, Richard L. dan Cross, Kelvin. (1993). Performance Measurement System, Handbook of Cost Managemen. Warren Gorham Lamont: New York.

Mangku, Negara Anwar Prabu. (2005). Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosdakarya: Bandung

Mulyadi. (2001). Balanced Scoredcard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Plipat Ganda Kerja Keuangan. Edisi Pertama. Salemba Empat : Jakarta

Mahsun, Mohammad. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta.

Niven, Paul R. (2003). Balanced Scoredcard Step-By-Step Government and Nonprofit Agencies. Edisi Hoboken, New Jersey: Jhon Wiley and Sons, Inc.

Prawirosentono, Suryadi. (1999). Kebijakan Kinerja Karyawan. BPFE: Yogyakarta Ratih, Hurriyanti. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Alfabeta,

Bandung

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Perhubungan No. 51 tahun 2009 tentang Pemberian Izin Usaha Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum

Rangkuti, Freddy. (2011). SWOT Balanced Scorecard. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Subagyo, Ahmad. (2010). Marketing In Business. Mitra Wacana Media: Jakarta

Wheelen, T.L dan David Huger. (1984). Strategic Manajement. Manajemen Strategis, Alih Bahasa : Julianto Agung, 2002. Andi: Yogyakarta

Yuwono, Sony. (2002). Petunjuk Praktis Peyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus Pada Strategi. PT Gramedia Pustaka Utama: Yogyakarta

Zagloel, Sudrajat Asep. (2003). Penerpan Six Sigma Untuk menghilangkan Cacat Pada Komponen Carnk di PT. BTU. Seminar Sistem Produksi VI 200. Jurusan Tenik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok


(1)

Universitas Kristen Maranatha

b. Dari hasil penelitian yang sudah dilakuakan, dapat terlihat dalam perusahaan PT Kuta Indah Persada yang memiliki struktur organisasi yang terpisah tapi dalam kenyataannya karena kekurangan karyawan tetap maka perusahaan ini terpaksa menjadiakan beberapa karyawan bekerja merangkap misalnya bagian keuangan harus turun kelapangan ikut membantu mengawasi oprasional karena pembagunan terjadi di berbagai tempat. Jika dilihat dari 4 prespektif balance scorecard dapat kita lihat sebaga berikut

 Prespektif Keuangan

Dari perhitungan dan hasil wawancara perusahaan sudah baik dalam prespektif keuangan dimana terus terjadi kenaikan namun pada perhitungan piutang, PT Kuta Indah tidak mampu mengembaliakan perputaran piutang dengan tepat waktu, karena itu perusahaan harus meminjam dana yang lebih besar lagi kepada bank.

 Prespektif Pelangan

Dari hasil perhitungan dan kuisioner yang diteriama, PT Kuta Indah Persada sudah baik dalam memberikan jasa kepada para pelanggannya, hanya saja ada beberapa pelanggan yang komplen karena beberapa bangunan yang dikerjakan tidak selesai tepat waktu, hal ini terjadi karena PT Kuta Indah Persada tidak memanajemen kemampuan pekerja dengan proyek yang di tangani

 Perspektif proses bisnis internal

Dari perhitungan proses bisnis internal PT Kuta Indah Persada sangat tidak memperhatikan manajemen dalam perusahaan semua proyek berjalan sesuai apa yang dibuat tetapi tidak ada kontrol yang baik dari setiap proyek yang diambil karena itu agar tidak terjadi komplen dari pelanggan perusahaan harus mengitung


(2)

Bab V Simpulan dan Saran 91

Universitas Kristen Maranatha

dengan pasti kapan waktu peyelesaian dengan memperhitungan karyawan yang perusahaan miliki dan waktu yang dibutuhkan dalam pemesanan bahan baku  Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dari perhitungan PT Kuta Indah Persada sudah memberikan yang terbaik kepada karyawan tetap dalam memberikan pelatihan untuk mengembangan bakat dan kemampuan, tetapi kepada karyawan lepas belum diterapkan karena tidak memungkinkan untuk melatih tanpa ada komitmen dengan karyawan itu sendiri. PT Kuta Indah Persada juga sudah memberikan penghargaan kepada karyawan tetapi motivasi dalam pekerjaan masih kurang karena sebagai direktur utama juga beliau harus memantau semua proyek karena itu untuk memitivasi karyawan belum ada.

1. Penilaian kinerja dengan menggunakan metode Blanced Scorecard dapat dilihat dari bebereapa segmen atau perspektif; yaitu (a) perspektif keuangan yang terdiri atas Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Profit Margin, (b) perspektif pelanggan yang terdiri atas Customer Retention, Number of Complain, dan Customer Acquisition; (c) Internal Business Process Perspective terdiri atas Lead Time, perspektif yang terarkhir adalah Learning and Growth Perspective terdiri atas Employee Training programme, Absenteeism, dan Kepuasan Karyawan.

2. Berdasarkan perspektif keuangan, dimana rasio ROA-nya mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2014 kembali mengalami kenaikan.. Begitu pula dengan rasio ROE yang mengalami penurunan setiap tahunnya. dan Profit Margin yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan perspektif


(3)

Universitas Kristen Maranatha

pelanggan, hanya customer retention yang mengalami kenaikan terus menerus tiap tahunnya. Sedangkan number of complain dan customer acquisition tiap tahunnya mengalami penurunan.

3. Penilaian kinerja menggunakan metode balance scorecard dapat mengetahui keberhasilan perusahaan tidak hanya segi internal dalam hal ini perspektif keuangan saja, melainkan semua aspek, baik itu aspek keuangan, proses, pertumbuhan, dan pelanggan.

5.2 Saran

1. Pada perspektif keuangan, hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya beban lain-lain yang jumlahnya tidak sedikit dimana hal tersebut dapat membebani sector keuangan perusahaan yang apabila dibiarkan akan berdampak pada laba/rugi perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus menekan beban lain-lain pada perusahaan. Perusahaan juga harus memperhitungkan perputaran piutang sehingga piutang yang sudah dibayar dapat segera dipergunakan untuk menyelesaiakan proyek dan mengembalikan utang di bank sehingga mengurangi bunga pinjaman di bank

2. Pada perspektif pelanggan, perusahaan perlu meningkatkan promosinya dengan menyediakan dana khusus untuk promosi dengan tujuan untuk memperluas pangsa pasarnya. Selain itu perusahaan dituntut untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan agar loyalitas pelanggan bertahan.


(4)

Bab V Simpulan dan Saran 93

Universitas Kristen Maranatha

3. Pada perspektif internal bisnis, efisiensi dan efektifitas sudah baik akan tetapi untuk produk cacat perusahaan harus mampu menekan proyek terlambat setiap tahunnya. Sedangkan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat absenteeism yang tinggi, perusahaan perlu mendorong motivasi karyawan untuk mengurangi tingkat absenteeism.


(5)

94 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Govindaranjan. (2001). Management Control Systems, Tenth Edition, New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.

Atkinson, A.A., R.D. Banker., R.S. Kaplan and Y.S. Mark. Management Control Systems. Third Edition, New Jersey : Prentice Hall International, Inc, 2001. Beard, Deborah. F. (2009). “Successful Applications of the Balanced Scorecard in

Higher Education.” Journal of Education for Business.

Brigham, E.F. dan J.F. Houston. (1998). Manajemen Keuangan : Fundamentals of Financial Management, Alih Bahasa : Herman Wibowo, Edisi 8. Erlangga: Jakarta.

Cristy, Yona. (2008). Analisis Penerapan Balanced Scorecard terhadap Pelaksanaan Proses Manajemen Strategik. Universitas Widiyatama, Bandung.

David, Fred R. (2006). Strategic Management, Manajemen Strategis Konsep.Salemba Empat: Jakarta.

Dewobroto, Wisnu. (2010). Balanced Scorecard dan analytical Hierarchy Proses, 6 April 2010 diases dari http://wisnudewobroto.com/ balanced-scorecard-dan-analytical-hierarchy-process/ pada tanggal 15 juli 2011.

Djaslim, Saladin. (2004). Manajemen Pemasaran-analisis Perencanaan, Pelaksanaan dan pengendalian. Linda Karya: Bandung.

Hansen dan Mowen. (2006). Buku I Management Accounting Edisi 7. Salemba empat: Jakarta.

Hasibuan, Malayu SP, (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN: Yogyakarta

Kaplan, Robert S. Dan David P.Norton, (1996). Balanced Scorecard: Translating Strategy Into Actio. Harvard Bussiness Review. Dialihbahasakan oleh Yosi, Peter R, Pasla. 2000. Balanced Scorecard: menerapkan strategy Menjadi Aksi. Erlangga: Jakarta.


(6)

95

Universitas Kristen Maranatha

Lydia, Sauw. (2014). Implikasi Balanced Scorecard terhadap Pengaruh Kenerja Perusahaan Dalam Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Pada PT Rudolf Chemicals Indonesia-cimahi: Bandung

Lynch, Richard L. dan Cross, Kelvin. (1993). Performance Measurement System, Handbook of Cost Managemen. Warren Gorham Lamont: New York.

Mangku, Negara Anwar Prabu. (2005). Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosdakarya: Bandung

Mulyadi. (2001). Balanced Scoredcard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Plipat Ganda Kerja Keuangan. Edisi Pertama. Salemba Empat : Jakarta

Mahsun, Mohammad. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta.

Niven, Paul R. (2003). Balanced Scoredcard Step-By-Step Government and Nonprofit Agencies. Edisi Hoboken, New Jersey: Jhon Wiley and Sons, Inc.

Prawirosentono, Suryadi. (1999). Kebijakan Kinerja Karyawan. BPFE: Yogyakarta Ratih, Hurriyanti. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Alfabeta,

Bandung

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Perhubungan No. 51 tahun 2009 tentang Pemberian Izin Usaha Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum

Rangkuti, Freddy. (2011). SWOT Balanced Scorecard. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Subagyo, Ahmad. (2010). Marketing In Business. Mitra Wacana Media: Jakarta

Wheelen, T.L dan David Huger. (1984). Strategic Manajement. Manajemen Strategis, Alih Bahasa : Julianto Agung, 2002. Andi: Yogyakarta

Yuwono, Sony. (2002). Petunjuk Praktis Peyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus Pada Strategi. PT Gramedia Pustaka Utama: Yogyakarta

Zagloel, Sudrajat Asep. (2003). Penerpan Six Sigma Untuk menghilangkan Cacat Pada Komponen Carnk di PT. BTU. Seminar Sistem Produksi VI 200. Jurusan Tenik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok