Efek Pulsing dan Holding Terhadap Lama Kesegaran Bunga Potong Mawar (Rosa hybrida).

(1)

EFEK PULSING DAN HOLDING TERHADAP LAMA

KESEGARAN BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida)

SKRIPSI

Oleh :

I GEDE SANI CARYANA 1105105077

KONSENTRASI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

EFEK PULSING DAN HOLDING TERHADAP LAMA

KESEGARAN BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

OLEH : I Gede Sani Caryana

1105105077

KONSENTRASI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 29 Januari 2016 Yang menyatakan,

I Gede Sani Caryana NIM. 1105015077


(4)

iii ABSTRAK

I Gede Sani Caryana. Nim. 1105105077. Efek Pulsing dan Holding Terhadap Lama Kesegaran Bunga Potong Mawar (Rosa hybrida)”. Dibimbing oleh : Prof. Dr. Ir. Made Sudiana Mahendra, M.App.Sc. dan Ida Ayu Putri Darmawati, SP,M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pulsing dan holding serta interaksinya terhadap lama kesegaran bunga mawar (Rosa hybrida). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Rancangan penelitian menggunakan metode rancangan acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari dua tahap percobaan. Tahap I terdiri dari: P0, P1, P2, dan P3, sedangkan tahap II terdiri dari: H0, H1, H2, H3, dan H4. Terdapat 20 kombinasi perlakuan yang diulang tiga kali dan setiap botol berisi satu tangkai bunga yang seragam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pulsing berpengaruh sangat nyata terhadap pH awal larutan pulsing, sedangkan pada total larutan pulsing terserap berpengaruh tidak nyata. Perlakuan holding berpengaruh sangat nyata terhadap pH awal larutan holding dan total larutan holding terserap. Interaksi antara kosentrasi pulsing dengan holding menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap variabel lama kesegaran bunga, diameter bunga dan jumlah mahkota bunga. Perendaman bunga potong pulsing (sukrosa 6%) dengan perendaman holding (sukrosa 6% + asam sitrat 100 ppm) dapat memperpanjang lama kesegaran bunga mawar selama 16,97 hari atau 3,89 hari lebih lama dari pada kontrol.


(5)

iv ABSTRACT

I Gede Sani Caryana. Nim. 1105105077. Effect Pulsing and Holding For Freshness of Rosa hybrida)”. Guide by : Prof. Dr. Ir. Made Sudiana Mahendra, M.App.Sc. and Ida Ayu Putri Darmawati, SP,M.Si.

This research aimed to reveal the impact of pulsing and holding as well as its interaction the vase life of Rosa hybrida. This research was conducted at Laboratory of Agronomy, Faculty of Agriculture, Udayana University. The method used in this study was complete by Blocked design or RAK (known as Rancangan Acak Kelompok) using two-stage trial, stage I : P0, P1, P2, and P3, whereas stage II : H0, H1, H2, H3, and H4. There were 20 combinations of treatments repeated three times and each bottle containsed one Rosa Hybrid stalk uniform.

The result of pulsing analysis shows that the effect was highly significant on the initial liquid pulsing pH, whereas the total liquid absorption pulsing effect was not significant. The result of holding analysis shows that the effect was highly significant on the initial liquid pH of holding and the liquid absorption of pulsing. The interaction between pulsing with holding concentration showed non significant effect on the vase life, flowers diameter and the amount of petals. Submersion on pulsing (6% sucrose) with holding (6% sucrose + 100 ppm actric acid) prolongsed the vase life of the flower, the longest 16,97 day’s or 3,89 day’s longer than controls.


(6)

v

RINGKASAN

Kendala yang dihadapi oleh florist khususnya bunga mawar dalam vas yang digunakan untuk penyegar ruangan adalah menurunnya kualitas bunga dengan cepat sehingga kesegaran tidak dapat dinikmati lebih lama.

Upaya mengatasai singkatnya kesegaran bunga mawar potong (Rosa hybrida) maka dilakukan penelitian dengan judul Efek Pulsing dan Holding terhadap Lama Kesegaran Bunga Mawar Potong (Rosa hybrida). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan pulsing dan holding terhadap lama kesegaran bunga/vase life.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar dari bulan Mei - Juni 2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan ini tediri dari dua tahap perendaman yaitu perendaman pulsing dan holding. Tahap I perendaman pulsing terdiri dari empat level yaitu : aquades, aquades + sukrosa 6% , aquades + asam sitrat 150 ppm, aquades + sukrosa 6% + asam sitrat 150 ppm. Tahap II perendaman holding terdiri dari lima level yaitu : aquades, aquades + asam sitrat 100 ppm, aquades +sukrosa 2% + asam sitrat 100 ppm, aquades +sukrosa 4% + asam sitrat 100 ppm, aquades + sukrosa 6% + asam sitrat 100 ppm, terdapat 20 kombinasi perlakuan yang diulang tiga kali dan setiap botol berisi satu tangkai bunga yang seragam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pulsing berpengaruh sangat nyata terhadap pH awal larutan pulsing, sedangkan pada total larutan pulsing terserap berpengaruh tidak nyata. Perlakuan holding berpengaruh sangat nyata terhadap pH awal larutan holding dan total larutan holding terserap. Interaksi antara kosentrasi pulsing dengan holding menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap variabel lama kesegaran bunga, diameter bunga dan jumlah mahkota bunga. Perendaman bunga potong mawar pada pulsing (sukrosa 6%) dengan perendaman holding (sukrosa 6% + asam sitrat 100 ppm) dapat memperpanjang lama kesegaran bunga mawar selama 16,97 hari atau 3,89 hari lebih lama dari pada kontrol.


(7)

vi

Judul : EFEK

PULSING DAN

HOLDING TERHADAP LAMA

KESEGARAN BUNGA POTONG MAWAR (Rosa

hybrida)

Nama : I Gede Sani Caryana

NIM : 1105105077

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. M. Sudiana Mahendra, MAppSc. Ida Ayu Putri Darmawati, SP,M.Si. NIP. 19561102 198303 1 001 NIP. 19710915 200003 2 003

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. NIP. 19630515 198803 1 001


(8)

vii

EFEK PULSING DAN HOLDING TERHADAP LAMA

KESEGARAN BUNGA POTONG MAWAR

(Rosa hybrida)

Dipersiapkan dan diajukan oleh I Gede Sani Caryana

NIM. 1105105077

Telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji pada tanggal 22 Januari 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No. : 13/UN14.1.23/DL/2016

Tanggal : 19 Januari 2016 Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua : Ir. I Nengah Artha, SU. Anggota : 1. Ir. I Putu Dharma, MP.

2. Ir. I Wayan Wiraatmaja, MP.

3. Prof. Dr. Ir. M. Sudiana Mahendra, MAppSc. 4. Ida Ayu Putri Darmawati, SP, M.Si.


(9)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama I Gede Sani Caryana lahir di Sempidi tanggal 10 Oktober 1992 sebagai putra pertama dari dua bersaudara pasangan Drs. I Ketut Gede Sandi, (Ayah) dan Dra. Ni Wayan Lastini (ibu).

Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 4 Sading pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 1 Mengwi di selesaikan pada tahun 2008. Pendidikan Menengah Atas diselesaikan di SMA N 8 Denpasar pada tahun 2011.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Udayana pada Tahun 2011 melalui program SMNPTN gelombang II dan memilih Program Study Agroekoteknologi dan memilih kosentrasi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) selama 1 (satu) tahun periode tahun 2012/2013. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian, Penulis mendapatkan Beasiswa Disdikpora pada tahun 2012/2013 dan mendapatkan Beasiswa Bank Indonesia pada tahun 2013/2014.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca, karena atas asung kertha wara nugraha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Efek Pulsing dan Holding Terhadap Lama Kesegaran Bunga Potong Mawar (Rosa hybrida)”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS., selaku Dekan fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan dalam hal menyelesaikan segala keperluan administrasi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Made Sudarma, MS., selaku Ketua Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas segala fasilitas dan kemudahan yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ida Bagus Putu Bhayunagari, SP., M.Si., selaku pembimbing akademik (PA) atas segala bimbingan dan nasehatnya dalam penyelesaian studi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Made Sudiana Mahendra, M.App. Sc., dan Ibu Ida Ayu Putri Darmawati, SP., M.Si., selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, pengarahan dan semangatnya hingga selesainya skripsi ini. 5. Ir. I Wayan Wiraatmaja, MP., Ir. I Putu Dharma, M.Si., dan Ir. I Nengah

Artha, SU., selaku tim pembahas atas segala masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh staf dosen dan pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Udayana atas segala ilmu dan pelayanan administrasi yang diberikan selama penulis menjalani studi di Fakultas Pertanian Universitas Udayana.


(11)

x

7. Kedua orang tua (Drs. I Ketut Gede Sandi dan Dra. Ni Wayan Lastini ) dan adik (Ni Luh Made Dwi Hardiningtias) dan keluarga besar, yang telah memberikan doa, kekuatan, dan semangatnya.

8. Teman-teman mahasiswa Agroekoteknologi angkatan 2011, khususnya teman-teman Agronomi dan Hortikultura’11. Sahabat seperjuangan Yoga bdx, Rinata, Prana, Doman, Gung D-tonk, Anes, Ade, Penk dan Premayoga yang memberikan motivasi dan telah banyak membantu selama penelitian maupun selama penyusunan skripsi, serta

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya singga selesainya skripsi ini.

Penulis ini menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya pengetahuan penulis yang dimiliki, maka dari itu segala bentuk kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna menyempurnakan lebih lanjut.

Denpasar, 29 Januari 2016


(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL DEPAN

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vi

TIM PENGUJI ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Hipotesis ... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Mawar ... 6

2.2 Bunga Potong ... 8

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Bunga Potong... 9

2.4 Peranan Sukrosa terhadap Kesegaran Bunga ... 11

2.5 Peranan Asam Sitrat terhadap Kesegaran Bunga ... 12

III BAHAN DAN METODE ... 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14


(13)

xii

3.3 Rancangan Percobaan ... 14

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 17

3.4.1 Persiapan larutan perendam ... 17

3.4.2 Persiapan bunga mawar potong ... 17

3.5 Pengamatan ... 18

3.5.1 pH awal larutan pulsing ... 18

3.5.2 Total larutan pulsing terserap (ml) ... 18

3.5.3 pH awal larutan holding ... 19

3.5.4 Lama kesegaran bunga (hari) ... 19

3.5.5 Diameter bunga (cm) ... 19

3.5.6 Jumlah mahkota bunga ... 19

3.5.7 Tingkat kemekaran bunga ... 19

3.5.8 Total larutan holding terserap ... 21

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 21

3.7 Analisis Data ... 22

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil ... 23

4.1.1 pH awal larutan pulsing dan total larutan pulsing terserap (ml)... 24

4.1.2 pH awal larutan holding dan total larutan holding terserap (ml)... 25

4.1.3 Lama kesegaran bunga (hari) ... 26

4.1.4 Diameter bunga (cm) ... 27

4.1.5 Jumlah mahkota bunga ... 28

4.1.6 Tingkat kemekaran bunga ... 34

4.2 Pembahasan ... 36

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman 3.1 Kombinasi Perlakuan ... 15 3.2 Indeks kemekaran bunga... 20 4.1 Signifikansi pengaruh perlakuan kosentrasi pulsing (P)

dengan holding (H) serta interaksi (P×H) terhadap variabel

pengamatan ... 23 4.2 Pengaruh kosentrasi pulsing terhadap pH awal larutan

pulsing dan Pengaruh kosentrasi pulsing terhadap total

larutan pulsing terserap ... 25 4.3 Pengaruh kosentrasi holding terhadap pH awal larutan

holding dan larutan holding terserap ... 26 4.4 Pengaruh kosentrasi pulsing dan kosentrasi holding

terhadap Lama kesegaran bunga ... 27 4.5 Pengaruh kosentrasi pulsing dan kosentrasi holding

terhadap diameter bunga ... 28 4.6 Pengaruh kosentrasi pulsing dan kosentrasi holding

terhadap jumlah mahkota bunga bunga hari ke-1 ... 29 4.7 Pengaruh kosentrasi pulsing dan kosentrasi holding

terhadap jumlah mahkota bunga bunga hari ke-3 ... 30 4.8 Pengaruh kosentrasi pulsing dan kosentrasi holding

terhadap jumlah mahkota bunga bunga hari ke-5 ... 30 4.9 Pengaruh kosentrasi pulsing dan kosentrasi holding

terhadap jumlah mahkota bunga bunga hari ke-7 ... 31 4.10 Pengaruh kosentrasi pulsing dan kosentrasi holding

terhadap jumlah mahkota bunga bunga hari ke-9 ... 32 4.11 Pengaruh kosentrasi pulsing dan kosentrasi holding

terhadap jumlah mahkota bunga bunga hari ke-11 ... 33 4.12 Pengaruh kosentrasi pulsing dan kosentrasi holding


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

2.1 Rumus bangun sukrosa ... 12

2.2 Rumus bangun asam sitrat ... 13

3.1 Denah penelitian ... 16

3.2 Indeks kemekaran bunga... 20

3.3 Prosedur pelaksanaan penelitian ... 21


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman 1. Contoh perhitungan analisis statistika variabel lama

kesegaran bunga/ Vase life (hari) ... 45

2. Tabel dua arah lama kesegaran bunga ... 45

3. Contoh analisis statistika lama kesegaran bunga ... 46

4. Daftar sidik ragam lama kesegaran bunga ... 48

5. Daftar sidik ragam diameter bunga... 50

6. Daftar sidik ragam total larutan terserap ... 50

7. Daftar sidik ragam pH awal pulsing ... 50

8. Daftar sidik ragam pH awal holding ... 51

9. Daftar sidik ragam total larutan holding terserap ... 51

10. Daftar sidik ragam jumlah mahkota hari ke- 1 ... 51

11. Daftar sidik ragam jumlah mahkota hari ke- 3 ... 52

12. Daftar sidik ragam jumlah mahkota hari ke- 5 ... 52

13. Daftar sidik ragam jumlah mahkota hari ke- 7 ... 52

14. Daftar sidik ragam jumlah mahkota hari ke- 9 ... 53

15. Daftar sidik ragam jumlah mahkota hari ke- 11 ... 53

16. Daftar sidik ragam jumlah mahkota hari ke- 13 ... 53

17. Foto pemanenan bunga potong mawar ... 54

18. Foto pengemasan bunga potong mawar ... 54

19. Foto bunga potong mawar dibawa ke tempat penelitian ... 55

20. Foto denah penelitian bunga potong mawar ... 55


(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Florikultura merupakan sektor bisnis yang menjanjikan, salah satunya agribisnis bunga potong. Bisnis bunga potong berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan bunga potong sebagai hiasan atau dekorasi. Bunga mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena bunganya yang indah dan menawan serta aromanya yang harum dan khas, sehingga dijuluki "Queen of Flower". Mawar merupakan tanaman hias herba dari famili Rosaceae dan genus Rosa.

Permintaan mawar potong cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Mawar menunjukkan peringkat pertama yang terjual setiap hari dalam kegiatan perdagangan bunga potong. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia (2013) produksi mawar di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2009 sebanyak 60.191.362 tangkai, pada tahun 2010 produksi meningkat menjadi 82.351.332 tangkai, pada tahun 2011 produksi menurun menjadi 74.319.773 tangkai, pada tahun 2012 produksi menurun menjadi 68.624.998 tangkai, pada tahun 2013 produksi meningkat drastis menjadi 151.947.873 tangkai.

Agribisnis bunga potong mencakup kegiatan produksi, pasca panen, dan pemasaran. Penanganan pasca panen masih menjadi kendala dalam agribisnis bunga potong. Kendala yang dialami saat pasca panen adalah proses kemunduran yang disebabkan oleh proses transpirasi dan respirasi sehingga bunga menjadi layu. Bunga


(18)

2 potong sangat peka terhadap kerusakan fisik maupun kimia, dan infeksi patogen serta serangan hama selama dan setelah panen. Pemberian pengganti air dan nutrisi dari luar digunakan untuk tambahan sumber energi bagi kelangsungan hidup bunga setelah pemanenan (Santoso, 2003).

Peranan larutan penyegar pada bunga potong adalah sebagai pengganti nutrisi setelah bunga dipotong dari induk tanaman sehingga kesegarannya dapat dipertahankan (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007). Melihat fungsinya, larutan penyegar bunga dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, pulsing yaitu penyegar umumnya berisi nutrisi dan antimikroba pada takaran yang lebih tinggi dan berguna untuk memberi nutrisi bagi bunga potong dan menghilangkan cemaran mikroba dari kebun. Kedua, penyegar yang diberikan kepada bunga secara terus menerus dalam waktu yang lama, misalnya selama pemajangan, yang disebut holding, biasanya berisi nutrisi dan antimikroba pada takaran rendah (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007).

Sukrosa dalam larutan perendam berperan sebagai bahan baku respirasi untuk menghasilkan energi yang akan digunakan dalam proses kehidupan sehingga kesegaran bunganya lebih lama. Pemakaian sukrosa pada konsentrasi yang tinggi sering menyebabkan tumbuhnya bakteri dan terbentuknya lendir, sehingga menghambat penyerapan larutan oleh tangkai bunga (Larsen dan Folich, 1969 dalam Astawa, 2003).

Pertumbuhan bakteri dapat dihambat dengan memberi asam sitrat, karena asam sitrat berperanan sebagai antibiotik. Selain itu asam sitrat dalam larutan


(19)

3 perendam dapat menurunkan pH larutan sehingga dapat diserap secara optimal oleh tangkai bunga ( Prabawati, 2001).

Menurut Reid (2004), rendahnya penyerapan air oleh tangkai bunga pada mawar potong menyebabkan bunga mudah layu dan dasar bunga menekuk (bent neck). Gejala ini disebabkan tersumbatnya pembuluh vaskular sehingga suplai air ke bunga terhambat. Zamani,et al. (2011) mengemukakan bahwa pada beberapa kultivar komersial, mawar potong juga sangat sensitif terhadap etilen. Penanganan pasca panen penting untuk meningkatkan vase life dan mempertahankan kesegaran mawar potong.

Lama kesegaran bunga adalah umur simpan kesegaran bunga potong sampai tidak layak ditampilkan atau diperagakan. Handayani dkk. (2003) melaporkan bahwa komposisi larutan pengawet terbaik untuk memperpanjang kesegaran bunga potong mawar adalah kosentrasi asam sitrat 150 ppm dengan kosentrasi air kelapa 50 ml/l yang dapat mempertahankan kesegaran bunga sampai 7,5 hari. Selanjutnya Suciati (2002) menyatakan bahwa perendaman dalam larutan 6% sukrosa, 400 ppm asam sitrat, dan 100 ppm aluminium sulfat mampu mempertahankan umur simpan bunga sedap malam selama delapan (8) hari. Indriani dan Sukma (2012) menyatakan bahwa pemberian larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3 % + asam salsilat 100 menunjukkan vase life mawar potong selama 10.25 hari. Gerailoo &

Ghasemnezad (2011) mengemukakan bahwa pada mawar‘Yellow Island’ yang diberi larutan pulsing berupa 150 mg 1-1 asam salisilat selama 18 jam menunjukkan penundaan senescence. Penggunaan asam salisilat membuat bunga tahan lama dua kali lipat dibanding tanpa penggunaan asam salisilat. Degradasi protein dan


(20)

4 akumulasi lipid peroxidase selama masa penyimpanan dapat ditekan dengan penggunaan asam salisilat 150 mg 1-1

Kesegaran bunga potong yang diperhatikan adalah bunga yang telah mekar sempurna. Salah satu alternatif penanganan bunga potong selama peragaan baik oleh petani maupun florist diteliti dalam penelitan ini. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi dalam mengatasi permasalahan lama kesegaran bunga potong yang relatif singkat. Hasil penelitian diharapkan menjadi alternatif penanganan bunga potong yang nantinya dapat diterapkan dengan mudah oleh petani maupun florist. 1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang dirumuskan berdasarkan uraian diatas yaitu:

1. Bagaimana pengaruh larutan pulsing terhadap lama kesegaran bunga potong mawar ?

2. Bagaimana pengaruh larutan holding terhadap lama kesegaran bunga potong mawar ?

3. Bagaimana pengaruh interaksi antara pulsing dengan holding terhadap lama kesegaran bunga potong mawar?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh larutan pulsing terhadap lama kesegaran bunga potong mawar.

2. Mengetahui pengaruh larutan holding terhadap lama kesegaran bunga potong mawar.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara pulsing dengan holding terhadap lama kesegaran bunga potong mawar.


(21)

5 1.4. Hipotesis

1. Pulsing dapat mempengaruhi lama kesegaranbunga potong mawar. 2. Holding dapat mempengaruhi lama kesegaranbunga potong mawar.

3. Interaksi antara pulsing dengan holding dapat mempengaruhi lama kesegaran bunga potong mawar.


(22)

(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Mawar

Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Ordo : Rosales Familia : Rosaceae Genus : Rosa

Species : Rosa hybrida

Mawar (Rosa hybrida) yang dijuluki “ratu dari segala bunga” dikenal karena keindahan, keanggunan, dan aromanya. Mawar merupakan tanaman tahunan yang termasuk tanaman dikotil, famili Rosaceae, ordo Rosales termasuk tanaman dengan genus Rosa.

Mawar merupakan tanaman semak berkayu. Daun mawar majemuk yang terdiri dari 3, 5, dan 7 helai daun. Tulang daun menyirip dengan tepi daun bergerigi. Kelopak bunga mawar terdiri dari lima helai atau kelipatannya. Satu tangkai bunga potong akan tumbuh 1 – 6 kuncup bunga, tetapi tidak semuanya dibiarkan tumbuh. Hal ini agar bunga yang diperoleh berukuran besar dan mempunyai kelas ukuran yang baik. Tangkai bunga mawar potong biasanya akan dipotong sekitar 75 cm


(24)

7

mendekati dasar tangkai agar dapat memenuhi kriteria pasar (Mattjik, 2010 dalam Indriani dan Sukma, 2012).

Kemajuan teknologi semakin membuat keluarga tanaman ini beraneka ragam dengan warna warninya mulai dari merah, putih ungu, hitam dan bahkan campuran beberapa warna. Kelopak bunganya juga semakin variasi, dari yang berkuntum tunggal, ganda sampai yang bertumpuk. Bunga mawar memiliki batang berduri yang berbentuk seperti pengait. Fungsinya sebagai pegangan ketika merambat atau memanjat pada tumbuhan lain.

Jika dilihat dari bentuk dan sifat pertumbuhannya mawar dapat dikategorikan dalam 4 kelompok, yaitu : mawar semak, mawar kerdil, mawar pohon dan mawar liana. Mawar semak (Shrub roses) biasanya ditanam sebagai pagar sedangkan, Mawar Kerdil (Baby roses) biasanya ditanam dalam pot. Sedangkan Mawar liana tumbuh secara merambat. Jadi bunga mawar ini dapat digunakan untuk tanaman hias kebun atau taman (outdoor) juga untuk tanaman hias pot (outdoor and indoor)

Mawar dapat digunakan sebagai bunga potong, mawar taman, mawar tabur, dan bahan kosmetik. Permintaan mawar potong meningkat pada hari-hari besar, seperti tahun baru, Idul Fitri, valentine, dan hari peringatan Kemerdekaan. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang popular dan sudah sejak lama dibudidayakan serta diusahakan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bunga mawar sebagai bunga potong umumnya ditanam di dataran tinggi.


(25)

8

2.2 Bunga Potong

Menurut Rimusnandar,(1992) menyebutkan bahwa tanaman yang dapat dipakai sebagai bunga potong jika memilki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Warnanya indah, mulus bersih dan tidak bernoda, serta bau wangi tidak menyengat.

b. Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong. c. Tangkai cukup panjang dan kuat.

d. Bunga tidak mudah rusak dalam pengemasan.

Menurut Badan Standardisasi Nasional (1998) kualitas bunga mawar potong dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu AA, A, B dan C. Kriteria kelas AA yaitu sempurna, bunga dipanen pada stadia menguncup, berwarna, ditandai dua mahkota terbuka, ukuran seragam, bebas hama dan penyakit, tidak terjadi kerusakan mekanis, tidak mengandung residu serta kotoran, dan duri sudah dibersihkan. Kriteria kelas A yaitu sama dengan AA dengan toleransi deviasi 5 %. Kriteria kelas B yaitu sama dengan AA dan toleransi deviasi 10 %. Kriteria kelas C yaitu kriteria selain kelas AA, A, dan B.

Standar kualitas bunga mawar ditentukan berdasarkan panjang dan kokohnya tangkai bunga, ukuran dan bentuk kuntum bunga, warna bunga, bebas hama dan penyakit, serta kesegaran bunga yang cukup lama (Cheriton, 1995 dalam Indriani dan Sukma, 2012). Saat pemotongan bunga adalah pada saat bunga masih segar atau sore hari dan tangkainya harus segera dimasukkan air. Pada siang hari penyerapan air lebih banyak dari penguapan sehingga bunga lebih segar (Widyawan dan Sarwinthyas, 1994 dalam Handayani dkk., 2003)


(26)

9

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesegaran Bunga Potong

Menurut Santoso B. (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran bunga potong yaitu :

1. Suhu.

Laju perkembangan dan senesen bunga potong maupun tanaman hias dalam pot sangat dipengaruhi oleh suhu respirasi ,dan laju peningkatan suhu yang diakibatkan kegiatan respirasi. Kegiatan tersebut menyebabkan proses perusakan dipercepat. Hal ini terjadi pada saat pengepakan karena kurangnya fasilitas pendinginan.

2. Air.

Tanaman hias yang dipakai sebagai bunga potong sangat peka terhadap kekeringan, oleh karena itu sedapat mungkin air yang hilang selama periode pasca panen dapat digantikan dengan air atau larutan dalam vas. Kelembaban relatif tinggi selama penyimpanan dan pengangkutan dapat mengurangi cekaman air. Pergerakan air di dalam batang atau tangkai bunga potong sangat tergantung pada komposisi larutan dalam vas.

3. Pemberian karbohidrat.

Bunga dapat dipotong sebelum matang yaitu pada saat stadia kuncup, hal ini sering secara komersial dilakukan pada mawar dan gladiol. Untuk anyelir, bunga dipanen saat mendekati mekar penuh, namun masih dapat dipanen pada stadia kuncup untuk tujuan penyimpanan yang lebih panjang. Berat kering bunga mawar yang berkembang penuh lebih berat dua kali lipat dari bunga yang dipanen saat kuncup. Semakin berat bunga tersebut, semakin banyak sumber


(27)

10

karbohidrat tersimpan. Penambahan gula pada larutan vas akan memperpanjang umur bunga potong. Hal ini disebabkan kandungan protein pada bunga potong dihambat penghancurannya. Penghambat dikarenakan gula menjaga mitokondria, sehingga perusakan terhadap struktur dan fungsi sel dapat dihindari.

4. Kondisi Pertumbuhan.

Kondisi prapanen yang sangat menentukan kualitas bunga potong adalah pertumbuhan selama dilapang. Hal ini berkaitan dengan kandungan karbohidrat pada batang atau tangkai bunga. Semakin banyak persediaan karbohidrat semakin baik kualitas bunga potong tersebut. Kondisi cahaya dan suhu selama pertumbuhan atau selama masa prapanen, juga mempengaruhi pigmentasi, terutama pada warna petal. Hal ini disebabkan tidak lengkapnya proses perubahan kloroplas menjadi kromoplas.

5. Patogen.

Faktor atau kondisi yang sangat efektif mempengaruhi kualitas bunga potong adalah adanya infeksi patogen, baik semasa pertumbuhan di lapang maupun setelah penen. Semakin buruk pengaruhnya bilamana patogen tersebut bersifat vascular dalam menginfeksinya. Jamur yang sering menginfeksi jaringan petal selama penyimpanan adalah botrytis cinerea yang berwarna abu-abu. Jamur ini akan tumbuh baik pada penyimpanan bersuhu rendah dan disertai kelembaban udara yang tinggi.

6. Zat pengatur tumbuh.

Beberapa laporan hasil penelitian yang menjelaskan bahwa etilen dapat merusak bunga, seperti senesen awal dan kelayuan pada petal (mahkota bunga).


(28)

11

Selain faktor lingkungan dan pasca panen larutan perendam sangat berpengaruh terhadap kesegaran bunga potong. Menurut Halevy dan Mayak (1981, dalam Handayani dkk., 2003) mengemukakan bahwa larutan perendam terdiri dari komponen air, gula, germisida, hormon tumbuh dan senyawa mineral. sedangkan larutan perendam yang digunakan ada empat macam yaitu: conditioning, pulsing, bud opening, dan holding (Halevy dan Mayak 1981, dalam Handayani dkk., 2003). Conditioning digunakan untuk mengembalikan ukuran bunga setelah mengalami kekurangan air selama perjalanan dengan cara merndam air. Pulsing merupakan perlakuan dalam jangaka waktu pendek selam pengiriman dengan kosentrasi tinggi, sedangkan bud opening digunakan dalam kosentrasi rendah sampai kuncup bunga membuka. Larutan holding merupakan larutan dengan kosentrasi rendah digunakan untuk memperpanjang kesegaran bunga yang dirangkai dalam vas. Sukrosa merupakan sumber energi bunga potong untuk berlangsungnya semua proses biokimia dan fisiologi padan bunga setelah panen.

2.4 Peranan Sukrosa Terhadap Kesegaran Bunga

Secara kimia gula pasir dikenal dengan nama sukrosa dengan rumus kimia C12H22O11. Sukrosa merupakan karbohidrat yang termasuk kedalam kelompok oligosakarida (disakarida) yang terdiri atas glukosa dan fluktosa (Departemen Kesehatan Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, 1995)

Sukrosa berperan sebagai sumber energi yang berguna untuk pertumbuhan dan pemekaran kuncup yang dapat menunda kelayuan, hal ini disebabkan karena larutan gula bergerak secara osmotik ke mahkota bunga sehingga mahkota bunga


(29)

12

mempunyai turgor, akibatnya kesegaran bunga menjadi lebih lama (Halevy dan Mayak, 1979). Stuktur dari sukrosa dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rumus bangun sukrosa

Apabila komposisi zat yang terdapat di dalam larutan perendam cukup mengandung zat yang diperlukan oleh bunga, maka kesegaran bunga akan lebih lama. Sukrosa dalam larutan perendam dapat memperpanjang kesegaran bunga potong dalam perendaman, karena sukosa sebagai sumber energi dan dapat menjaga tekanan osmotik sehingga penyerapan menjadi lebih baik (Yulianingsih dkk., 2000)

2.5 Peranan Asam Sitrat Terhadap Kesegaran Bunga

Asam Sitrat merupakan senyawa organik yang tersebar luas dialam. Menurut Gaman dan Sherrington (1992), Asam sitrat adalah asam trikarboksilat yaitu tiap molekulnya mengandung 3 gugus karboksil. Selain itu ada gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang ada di tengah. Stuktur dari asam sitrat dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(30)

13

H

H - C - COOH

HO - C - COOH

H - C - COOH

H

Gambar 2.2 Rumus Bangun Asam Sitrat

Asam Sitrat dapat mencegah kristalisasi hidrolisis sukrosa dan selain itu asam sitrat pada larutan perendam dapat menurunkan pH larutan. (Branen dan Davidson 1983 dalam Handayani dkk., 2003), Asam sitrat dapat menghambat aktivitas bakteri pada pH 5, hal ini didukung dengan penelitian Primantari (2000) bahwa pH 3,57 mampu memperpanjang umur vase life bunga potong anggrek (Dendrobium bigibbum "Sonia") menjadi 30 hari dibandingkan dengan kontrol umur vase life pada pH 6,21. Handayani dkk., (2003) melaporkan bahwa komposisi larutan pengawet terbaik untuk memperpanjang kesegaran bunga potong mawar adalah kosentrasi asam sitrat 150 ppm dengan kosentrasi air kelapa 50 ml/l yang dapat mempertahankan kesegaran bunga sampai 7,5 hari.

Asam Sitrat juga berfungsi sebagai senyawa pengikat (chelatting agent), yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen seperti Mg, Mn, dan Fe. Asam dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam.


(1)

2.2 Bunga Potong

Menurut Rimusnandar,(1992) menyebutkan bahwa tanaman yang dapat dipakai sebagai bunga potong jika memilki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Warnanya indah, mulus bersih dan tidak bernoda, serta bau wangi tidak menyengat.

b. Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong. c. Tangkai cukup panjang dan kuat.

d. Bunga tidak mudah rusak dalam pengemasan.

Menurut Badan Standardisasi Nasional (1998) kualitas bunga mawar potong dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu AA, A, B dan C. Kriteria kelas AA yaitu sempurna, bunga dipanen pada stadia menguncup, berwarna, ditandai dua mahkota terbuka, ukuran seragam, bebas hama dan penyakit, tidak terjadi kerusakan mekanis, tidak mengandung residu serta kotoran, dan duri sudah dibersihkan. Kriteria kelas A yaitu sama dengan AA dengan toleransi deviasi 5 %. Kriteria kelas B yaitu sama dengan AA dan toleransi deviasi 10 %. Kriteria kelas C yaitu kriteria selain kelas AA, A, dan B.

Standar kualitas bunga mawar ditentukan berdasarkan panjang dan kokohnya tangkai bunga, ukuran dan bentuk kuntum bunga, warna bunga, bebas hama dan penyakit, serta kesegaran bunga yang cukup lama (Cheriton, 1995 dalam Indriani dan Sukma, 2012). Saat pemotongan bunga adalah pada saat bunga masih segar atau sore hari dan tangkainya harus segera dimasukkan air. Pada siang hari penyerapan air lebih banyak dari penguapan sehingga bunga lebih segar (Widyawan dan Sarwinthyas, 1994 dalam Handayani dkk., 2003)


(2)

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesegaran Bunga Potong

Menurut Santoso B. (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran bunga potong yaitu :

1. Suhu.

Laju perkembangan dan senesen bunga potong maupun tanaman hias dalam pot sangat dipengaruhi oleh suhu respirasi ,dan laju peningkatan suhu yang diakibatkan kegiatan respirasi. Kegiatan tersebut menyebabkan proses perusakan dipercepat. Hal ini terjadi pada saat pengepakan karena kurangnya fasilitas pendinginan.

2. Air.

Tanaman hias yang dipakai sebagai bunga potong sangat peka terhadap kekeringan, oleh karena itu sedapat mungkin air yang hilang selama periode pasca panen dapat digantikan dengan air atau larutan dalam vas. Kelembaban relatif tinggi selama penyimpanan dan pengangkutan dapat mengurangi cekaman air. Pergerakan air di dalam batang atau tangkai bunga potong sangat tergantung pada komposisi larutan dalam vas.

3. Pemberian karbohidrat.

Bunga dapat dipotong sebelum matang yaitu pada saat stadia kuncup, hal ini sering secara komersial dilakukan pada mawar dan gladiol. Untuk anyelir, bunga dipanen saat mendekati mekar penuh, namun masih dapat dipanen pada stadia kuncup untuk tujuan penyimpanan yang lebih panjang. Berat kering bunga mawar yang berkembang penuh lebih berat dua kali lipat dari bunga yang dipanen saat kuncup. Semakin berat bunga tersebut, semakin banyak sumber


(3)

karbohidrat tersimpan. Penambahan gula pada larutan vas akan memperpanjang umur bunga potong. Hal ini disebabkan kandungan protein pada bunga potong dihambat penghancurannya. Penghambat dikarenakan gula menjaga mitokondria, sehingga perusakan terhadap struktur dan fungsi sel dapat dihindari.

4. Kondisi Pertumbuhan.

Kondisi prapanen yang sangat menentukan kualitas bunga potong adalah pertumbuhan selama dilapang. Hal ini berkaitan dengan kandungan karbohidrat pada batang atau tangkai bunga. Semakin banyak persediaan karbohidrat semakin baik kualitas bunga potong tersebut. Kondisi cahaya dan suhu selama pertumbuhan atau selama masa prapanen, juga mempengaruhi pigmentasi, terutama pada warna petal. Hal ini disebabkan tidak lengkapnya proses perubahan kloroplas menjadi kromoplas.

5. Patogen.

Faktor atau kondisi yang sangat efektif mempengaruhi kualitas bunga potong adalah adanya infeksi patogen, baik semasa pertumbuhan di lapang maupun setelah penen. Semakin buruk pengaruhnya bilamana patogen tersebut bersifat vascular dalam menginfeksinya. Jamur yang sering menginfeksi jaringan petal selama penyimpanan adalah botrytis cinerea yang berwarna abu-abu. Jamur ini akan tumbuh baik pada penyimpanan bersuhu rendah dan disertai kelembaban udara yang tinggi.

6. Zat pengatur tumbuh.

Beberapa laporan hasil penelitian yang menjelaskan bahwa etilen dapat merusak bunga, seperti senesen awal dan kelayuan pada petal (mahkota bunga).


(4)

Selain faktor lingkungan dan pasca panen larutan perendam sangat berpengaruh terhadap kesegaran bunga potong. Menurut Halevy dan Mayak (1981, dalam Handayani dkk., 2003) mengemukakan bahwa larutan perendam terdiri dari komponen air, gula, germisida, hormon tumbuh dan senyawa mineral. sedangkan larutan perendam yang digunakan ada empat macam yaitu: conditioning, pulsing, bud opening, dan holding (Halevy dan Mayak 1981, dalam Handayani dkk., 2003). Conditioning digunakan untuk mengembalikan ukuran bunga setelah mengalami kekurangan air selama perjalanan dengan cara merndam air. Pulsing merupakan perlakuan dalam jangaka waktu pendek selam pengiriman dengan kosentrasi tinggi, sedangkan bud opening digunakan dalam kosentrasi rendah sampai kuncup bunga membuka. Larutan holding merupakan larutan dengan kosentrasi rendah digunakan untuk memperpanjang kesegaran bunga yang dirangkai dalam vas. Sukrosa merupakan sumber energi bunga potong untuk berlangsungnya semua proses biokimia dan fisiologi padan bunga setelah panen.

2.4 Peranan Sukrosa Terhadap Kesegaran Bunga

Secara kimia gula pasir dikenal dengan nama sukrosa dengan rumus kimia C12H22O11. Sukrosa merupakan karbohidrat yang termasuk kedalam kelompok

oligosakarida (disakarida) yang terdiri atas glukosa dan fluktosa (Departemen Kesehatan Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, 1995)

Sukrosa berperan sebagai sumber energi yang berguna untuk pertumbuhan dan pemekaran kuncup yang dapat menunda kelayuan, hal ini disebabkan karena larutan gula bergerak secara osmotik ke mahkota bunga sehingga mahkota bunga


(5)

mempunyai turgor, akibatnya kesegaran bunga menjadi lebih lama (Halevy dan Mayak, 1979). Stuktur dari sukrosa dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rumus bangun sukrosa

Apabila komposisi zat yang terdapat di dalam larutan perendam cukup mengandung zat yang diperlukan oleh bunga, maka kesegaran bunga akan lebih lama. Sukrosa dalam larutan perendam dapat memperpanjang kesegaran bunga potong dalam perendaman, karena sukosa sebagai sumber energi dan dapat menjaga tekanan osmotik sehingga penyerapan menjadi lebih baik (Yulianingsih dkk., 2000)

2.5 Peranan Asam Sitrat Terhadap Kesegaran Bunga

Asam Sitrat merupakan senyawa organik yang tersebar luas dialam. Menurut Gaman dan Sherrington (1992), Asam sitrat adalah asam trikarboksilat yaitu tiap molekulnya mengandung 3 gugus karboksil. Selain itu ada gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang ada di tengah. Stuktur dari asam sitrat dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(6)

H │

H - C - COOH │

HO - C - COOH │

H - C - COOH │

H

Gambar 2.2 Rumus Bangun Asam Sitrat

Asam Sitrat dapat mencegah kristalisasi hidrolisis sukrosa dan selain itu asam sitrat pada larutan perendam dapat menurunkan pH larutan. (Branen dan Davidson 1983 dalam Handayani dkk., 2003), Asam sitrat dapat menghambat aktivitas bakteri pada pH 5, hal ini didukung dengan penelitian Primantari (2000) bahwa pH 3,57 mampu memperpanjang umur vase life bunga potong anggrek (Dendrobium bigibbum "Sonia") menjadi 30 hari dibandingkan dengan kontrol umur vase life pada pH 6,21. Handayani dkk., (2003) melaporkan bahwa komposisi larutan pengawet terbaik untuk memperpanjang kesegaran bunga potong mawar adalah kosentrasi asam sitrat 150 ppm dengan kosentrasi air kelapa 50 ml/l yang dapat mempertahankan kesegaran bunga sampai 7,5 hari.

Asam Sitrat juga berfungsi sebagai senyawa pengikat (chelatting agent), yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen seperti Mg, Mn, dan Fe. Asam dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam.