Penerapan Activity-Based Costing dalam Menentukan Harga Pokok Produk yang Lebih Akurat pada CV. Agro Duta.

(1)

vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

To be able to always survive in an increasingly tight business competition, business entities strive to always develop ourselves, both in terms of quality, quantity and the improvement and enhancement in the determination of production cost. CV. Agro Duta is located on Jl. Paralon I No.12 Bandung, where the company is engaged in the production of compost. In the CV. Agro Duta this cost calculation is less accurate and good products, so the identification of production costs, the activities of the company, and then allocate the costs based on actual consumption of each product.

In the writing of this final task, for determining the cost of the product which is more accurate in the CV. Agro Duta, implemented Activity-Based Costing (ABC). Activity-Based Costing is a method of determining the cost of the search cost to the activity, then to product. ABC overcome the distortion problem is to analyze the cost elements are appropriately allocated to a particular product costs not directly relating to the product (particularly overhead costs). Basically every component of overhead costs caused by events, since each product must be burdened with overhead costs in proportion to the activity that caused those costs. So the distortion can be overcome by production costs that are not directly related to the used of an intermediate product that is activities to charge these costs to products. With the achievement of this theory, the expected CV. Agro Duta can determine more accurate product cost price for all products produced.


(2)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Untuk dapat selalu bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, badan usaha berupaya untuk selalu mengembangkan diri, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun perbaikan dan penyempurnaan dalam penentuan biaya produksinya.

CV. Agro Duta berlokasi di Jl. Paralon I no.12 Bandung, dimana perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi kompos. Pada CV. Agro Duta ini perhitungan harga pokok produknya kurang akurat dan baik, maka dilakukan identifikasi biaya produksi, aktivitas yang ada pada perusahaan, kemudian mengalokasikan biaya-biaya sesuai konsumsi aktual pada tiap produk.

Dalam penulisan tugas akhir ini, untuk penentuan harga pokok produk yang lebih akurat pada CV. Agro Duta, diterapkan Activity-Based Costing (ABC). Activity-Based Costing adalah metode penentuan harga pokok yang menelusur biaya ke aktivitas, kemudian ke produk. ABC mengatasi masalah distorsi yaitu dengan menganalisa unsur biaya yang dialokasikan ke produk secara tepat khususnya biaya-biaya yang tidak langsung berhubugan ke produk (khususnya biaya-biaya overhead pabrik). Pada dasarnya setiap komponen biaya overhead disebabkan oleh aktivitas, karena setiap produk harus dibebani biaya overhead sesuai dengan proporsi aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut. Jadi distorsi dapat diatasi dengan cara biaya-biaya produksi yang tidak berhubungan langsung dengan produk menggunakan suatu perantara yaitu aktivitas untuk membebankan biaya-biaya tersebut ke produk.

Dengan pencapaian teori ini, diharapkan CV. Agro Duta dapat menentukan harga pokok produknya lebih akurat untuk semua produk yang dihasilkan.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Activity-Based Costing Sebagai Dasar Alokasi Biaya Overhead Pabrik Yang Lebih Akurat ... 6

2.2 Pengertian Activity-Based Costing ... 7

2.3 Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing ... 8

2.4 Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC ... 9

2.5 Struktur sistem ABC ... 12

2.6 Tahap – Tahap ABC... 13

2.7 Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing ... 14

2.8 Harga Pokok Produksi... 15

2.8.1 Elemen Biaya Dalam Harga Pokok Produk ... 15

2.9 Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing ... 17

2.9.1 Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC .. 18

2.10 Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas.... 20

2.11 Cost Driver ... 21

2.12 Manfaat Activity Based Costing ... 23


(5)

x Universitas Kristen Maranatha 2.14 Pengertian dan Penentuan Tarif Dengan Menggunakan Metode Cost

Plus Pricing ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1 RANCANGAN PENELITIAN ... 31

3.2 JENIS DAN SUMBER DATA ... 31

3.3 PENGUKURAN DATA ... 32

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 32

3.5 RESPONDEN ... 33

3.6 ANALISIS DATA ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 34

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 34

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 35

4.1.3 Produksi Perusahaan ... 36

4.1.3.1 Karakteristik Produk ... 36


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

4.1.3.3 Proses Produksi ... 37

4.1.4 Elemen Biaya ... 39

4.2 PEMBAHASAN ... 40

4.2.1 Biaya Bahan Baku Langsung ... 40

4.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 41

4.2.3 Biaya Overhead Pabrik ... 42

4.2.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Diterapkan oleh Perusahaan ... 45

4.2.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode ABC ... 46

4.2.5.1 Tahap-tahap ABC... 47

4.2.5.2 Penerapan ABC ... 47

4.2.6 Perbandingan Antara Harga Pokok Produk Per Unit Menurut Metode Konvensional Dan Metode ABC ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 KESIMPULAN ... 54

5.2 SARAN ... 54

DAFTAR PUSTAKA


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Konsep Dasar Activity-Based Costing... 9

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 35


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Data volume penjualan... 40

Tabel 4.2 Data Pemakaian Jam Tenaga Kerja Langsung ... 41

Tabel 4.3 Biaya Overhead Pabrik ... 44

Tabel 4.4 Biaya Bahan Baku Langsung ... 45

Tabel 4.5 Harga Pokok Produksi ... 46

Tabel 4.6 Daftar aktivitas-aktivitas yang menyerap overhead... 47

Tabel 4.7 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik ke Aktivitas ... 48

Tabel 4.8 Daftar Activity Driver ... 49

Tabel 4.9 Tarif overhead per aktivitas ... 49

Tabel 4.10 Rincian biaya overhead pabrik Per unit ... 50

Tabel 4.11 Total BOP Tiap Jenis Produk Berdasarkan Metode ABC ... 51

Tabel 4.12 Harga Pokok Produk Per Unit ... 51


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin pesat, merangsang munculnya perusahaan-perusahaan baru yang bergerak di bidang usaha yang sama misalnya usaha konveksi dimana dalam bidang usaha ini perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja mereka supaya dapat terus bertahan dalam arus persaingan saat ini. Untuk dapat selalu bertahan dalam persaingan antar perusahaan, selain meningkatkan kinerjanya perusahaan juga harus mempunyai kemampuan untuk menganalisis lingkungannya baik lingkungan eksternal maupun internal perusahaan sehingga informasi yang dihasilkan benar-benar lengkap dan akurat.

Pada umumnya perusahaan manufaktur masih menggunakan akuntansi biaya tradisional dalam menghitung harga pokok produknya. Akuntansi biaya tradisional mengalokasikan semua biaya berdasarkan ukuran-ukuran volume (jumlah). Padahal sebenarnya banyak biaya-biaya yang tidak berhubungan volume (jumlah) unit yang diproduksi sehingga pembebanan biaya tersebut terhadap produk dengan menggunakan cost driver (pemicu biaya) berdasarkan jumlah unit dapat menimbulkan distorsi dalam perhitungan biaya atau subsidi silang. Subsidi silang ini terjadi karena tiap-tiap produk tersebut sebenarnya tidak mengkonsumsi biaya secara proposional berdasarkan volume produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengalokasian biaya secara tepat. Biaya produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi


(10)

Bab I Pendahuluan 2

Universitas Kristen Maranatha timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005).

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an dan awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activit-Based Costing System. Activity Based Costing System merupakan suatu sistem pembebanan biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk. Ada dua asumsi yang mendasari Activity Based Costing System (Cooper and Kaplan, 1999), yaitu :

1. adanya aktivitas akan menyebabkan timbulnya biaya.

2. produk atau jasa akan menyebabkan timbulnya permintaan akan aktivitas.

Activity Based Costing System tidak hanya merupakan proses pengumpulan data mengenai biaya dari aktivitas yang dilakukan dan kinerja perusahaan, tetapi juga merupakan proses pemberian umpan balik kepada manajemen mengenai hasil yang dicapai dibandingkan dengan rencana semula untuk mengambil langkah korektif yang dibutuhkan (Brimson, 1991).

Akuntansi biaya kontemporer meyakini bahwa penentuan metode ABC (activity- based costing) perlu dipertimbangkan. Dengan kata lain, digunakan metode ABC (activity- based costing) dalam membebankan biaya-biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung ke produk agar tidak menimbulkan distorsi dalam perhitungan biaya. Disamping itu, biaya produk yang dihasilkan memberikan informasi biaya produksi yang under costing dan over costing. Under costing terjadi


(11)

Bab I Pendahuluan 3

Universitas Kristen Maranatha bila biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk terlalu rendah dari biaya yang sebenarnya dikonsumsi untuk menghasilkan produk, sedangkan overcosting terjadi bila biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk terlalu tinggi dari biaya yang sebenarnya dikonsumsi untuk menghasilkan produk. Dengan munculnya biaya produksi yang under costing dan over costing tersebut akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan khususnya harga produk dan kelangsungan organisasi. Untuk itu perlu diterapkannya sistem penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitasnya.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang sudah ada, yaitu penelitian tentang “Penentuan harga pokok penjualan dengan menggunakan metode activity based

costing di PT. X”, oleh Adhitya Chandra tahun 2004, yang menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode activity-based costing dalam perhitungan harga pokok produksi, untuk kemudian diterapkan dalam proses perhitungan harga pokok penjualan perusahaan menjadi lebih akurat. Sedangkan menurut skirpsi oleh Samuel Sugihartono tahun 2005 tentang “Penerapan activity-based costing dalam

menentukan harga pokok produksi pada perusahaan "X" di Surabaya”, yang menyimpulkan bahwa penggunaan sistem tradisional yang selama ini digunakan oleh perusahaan ternyata terlalu sederhana dibandingkan dengan sistem ABC yang memperhitungkan segala kegiatan / aktivitas yang dapat menyebabkan munculnya biaya dan membebankannya kepada produk secara proporsional sesuai dengan konsumsi produk atas aktivitas tersebut sehingga dapat menghitung secara lebih akurat biaya yang muncul atas produksi suatu produk. Namun, menurut penelitian

oleh Fieda Femala tahun 2007 tentang “Penerapan metode activity-based costing


(12)

Bab I Pendahuluan 4

Universitas Kristen Maranatha perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC, dilakukan melalui 2 tahap. Yaitu tahap pertama biaya ditelusur ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan tahap ke dua membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari hasil perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan Utama I yang memberikan hasil lebih kecil.

Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut sebagai studi akhir dalam penyusunan skripsi

dengan judul “PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING DALAM

MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUK YANG LEBIH AKURAT PADA

CV. AGRO DUTA”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana penerapan ABC (activity- based costing) pada CV. Agro Duta dalam memperoleh perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah : Ingin mengetahui penerapan metode ABC (activity-based costing) dalam menghitung harga pokok produk. Penerapan metode ABC (activity-based costing) dimaksudkan untuk memperoleh harga pokok produk yang lebih akurat yang berguna bagi pemilik perusahaan dalam pembuatan keputusan.


(13)

Bab I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian atas penentuan harga pokok produk yang lebih akurat dengan menggunakan metode ABC (activity- based costing) adalah sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemilik perusahaan mengenai penerapan metode ABC (activity- based costing) dalam menghitung harga pokok suatu produk.

2. Bagi Akademis

Penelitian ini digunakan untuk menambah referensi bagi penelitian selanjutnya, dimana berisi tentang perbandingan teori metode ABC (activity- based costing) dengan penerapannya secara nyata.

3. Bagi Penulis

Penulisan ini merupakan sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai penerapan metode ABC (activity- based costing) dalam menghitung harga pokok suatu produk.


(14)

54 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dan juga beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat dalam perusahaan.

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Bahwa penerapan ABC untuk CV. Agro Duta akan menghilangkan terjadinya over costing serta kemungkinan terjadinya subsidi silang antara produk yang satu dengan produk yang lain, karena dasar pembebanan biaya overhead pabrik disesuaikan dengan jenus dan karakteristik aktivitas yang menyerap sumber daya. Dan kemudian hal tersebut menyebabkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat.

5.2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan adalah:

1. Oleh karena perusahaan mempunyai persentase biaya overhead yang cukup besar dalam harga pokok produknya, maka pembebanan biaya


(15)

Bab V Kesimpulan dan Saran 55

Universitas Kristen Maranatha overhead pabrik ke produk secara lebih tepat sangat berguna bagi manager untuk mengambil keputusan. Selain itu, karena proporsi biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit adalah cukup besar terhadap total biaya overhead pabrik, maka untuk menghindari terjadinya over costing, under costing maupun distorsi harga pokok produk dalam membebankan overhead pabrik, sebaiknya perusahaan menggunakan cost driver (pemicu biaya) berdasarkan unit dan non unit sesuai dengan jenis dan karakteristik aktivitas yang menyerap sumber daya dalam pembebanan biaya overhead-nya (metode ABC).

2. Dengan membebankan biaya overhead sesuai aktivitas, dapat menetapkan harga jual yang lebih tepat untuk tiap produk, sehingga tidak kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba yang maksimal. Selain itu, penerapan ABC akan memberikan informasi tentang biaya aktivitas, yang memungkinkan manager untuk menekan aktivitas yang menimbulkan biaya tetapi tidak bernilai tambah sehingga harga jual yang ditetapkan untuk tiap produk dapat lebih bersaing lagi.

Namun demikian perlu diperhatikan juga bahwa penerapan ABC menuntut konsentrasi dan kerja sama antar pihak akuntansi biaya dan pihak produksi, selain penggunaan waktu yang lebih banyak.


(16)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Cooper Robin dan Kaplan Robert, S. (2005) The design of Cost Management System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall.

Hansen, Don R, dan Maryanne M. Mowen. (2004). Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Keempat, BP STIE YKPN, YK.

Mulyadi. (2003). Activity-Based Cost System, Edisi keenam, Cetakan Pertama, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya, Edisi Keenam, Yogyakarta: Aditya Media.

Rudianto. (2006). Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Supriyono. (2002). Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajeman, STIE YKPN, Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. (2003) Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta.

Witjaksono Armanto. (2006). Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.


(1)

Bab I Pendahuluan 3

Universitas Kristen Maranatha bila biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk terlalu rendah dari biaya yang sebenarnya dikonsumsi untuk menghasilkan produk, sedangkan overcosting terjadi bila biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk terlalu tinggi dari biaya yang sebenarnya dikonsumsi untuk menghasilkan produk. Dengan munculnya biaya produksi yang under costing dan over costing tersebut akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan khususnya harga produk dan kelangsungan organisasi. Untuk itu perlu diterapkannya sistem penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitasnya.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang sudah ada, yaitu penelitian tentang “Penentuan harga pokok penjualan dengan menggunakan metode activity based

costing di PT. X”, oleh Adhitya Chandra tahun 2004, yang menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode activity-based costing dalam perhitungan harga pokok produksi, untuk kemudian diterapkan dalam proses perhitungan harga pokok penjualan perusahaan menjadi lebih akurat. Sedangkan menurut skirpsi oleh Samuel Sugihartono tahun 2005 tentang “Penerapan activity-based costing dalam

menentukan harga pokok produksi pada perusahaan "X" di Surabaya”, yang menyimpulkan bahwa penggunaan sistem tradisional yang selama ini digunakan oleh perusahaan ternyata terlalu sederhana dibandingkan dengan sistem ABC yang memperhitungkan segala kegiatan / aktivitas yang dapat menyebabkan munculnya biaya dan membebankannya kepada produk secara proporsional sesuai dengan konsumsi produk atas aktivitas tersebut sehingga dapat menghitung secara lebih akurat biaya yang muncul atas produksi suatu produk. Namun, menurut penelitian

oleh Fieda Femala tahun 2007 tentang “Penerapan metode activity-based costing


(2)

Bab I Pendahuluan 4

perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC, dilakukan melalui 2 tahap. Yaitu tahap pertama biaya ditelusur ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan tahap ke dua membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari hasil perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan Utama I yang memberikan hasil lebih kecil.

Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut sebagai studi akhir dalam penyusunan skripsi dengan judul “PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUK YANG LEBIH AKURAT PADA

CV. AGRO DUTA”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana penerapan ABC (activity- based costing) pada CV. Agro Duta dalam memperoleh perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah : Ingin mengetahui penerapan metode ABC (activity-based costing) dalam menghitung harga pokok produk. Penerapan metode ABC (activity-based costing)


(3)

Bab I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian atas penentuan harga pokok produk yang lebih akurat dengan menggunakan metode ABC (activity- based costing) adalah sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemilik perusahaan mengenai penerapan metode ABC (activity- based costing) dalam menghitung harga pokok suatu produk.

2. Bagi Akademis

Penelitian ini digunakan untuk menambah referensi bagi penelitian selanjutnya, dimana berisi tentang perbandingan teori metode ABC (activity- based costing) dengan penerapannya secara nyata.

3. Bagi Penulis

Penulisan ini merupakan sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai penerapan metode ABC (activity- based costing) dalam menghitung harga pokok suatu produk.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dan juga beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat dalam perusahaan.

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Bahwa penerapan ABC untuk CV. Agro Duta akan menghilangkan terjadinya over costing serta kemungkinan terjadinya subsidi silang antara produk yang satu dengan produk yang lain, karena dasar pembebanan biaya overhead pabrik disesuaikan dengan jenus dan karakteristik aktivitas yang menyerap sumber daya. Dan kemudian hal tersebut menyebabkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat.

5.2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan adalah:


(5)

Bab V Kesimpulan dan Saran 55

Universitas Kristen Maranatha overhead pabrik ke produk secara lebih tepat sangat berguna bagi manager untuk mengambil keputusan. Selain itu, karena proporsi biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit adalah cukup besar terhadap total biaya overhead pabrik, maka untuk menghindari terjadinya over costing, under costing maupun distorsi harga pokok produk dalam membebankan overhead pabrik, sebaiknya perusahaan menggunakan cost driver (pemicu biaya) berdasarkan unit dan non unit sesuai dengan jenis dan karakteristik aktivitas yang menyerap sumber daya dalam pembebanan biaya overhead-nya (metode ABC).

2. Dengan membebankan biaya overhead sesuai aktivitas, dapat menetapkan harga jual yang lebih tepat untuk tiap produk, sehingga tidak kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba yang maksimal. Selain itu, penerapan ABC akan memberikan informasi tentang biaya aktivitas, yang memungkinkan manager untuk menekan aktivitas yang menimbulkan biaya tetapi tidak bernilai tambah sehingga harga jual yang ditetapkan untuk tiap produk dapat lebih bersaing lagi.

Namun demikian perlu diperhatikan juga bahwa penerapan ABC menuntut konsentrasi dan kerja sama antar pihak akuntansi biaya dan pihak produksi, selain penggunaan waktu yang lebih banyak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Cooper Robin dan Kaplan Robert, S. (2005) The design of Cost Management System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall.

Hansen, Don R, dan Maryanne M. Mowen. (2004). Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Keempat, BP STIE YKPN, YK.

Mulyadi. (2003). Activity-Based Cost System, Edisi keenam, Cetakan Pertama, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya, Edisi Keenam, Yogyakarta: Aditya Media.

Rudianto. (2006). Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Supriyono. (2002). Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajeman, STIE YKPN, Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. (2003) Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta.

Witjaksono Armanto. (2006). Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.