Penerapan Activity Based Costing dalam Menentukan Harga Jual Produk (Studi CV Batara Eka Jaya).

(1)

vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The determination of selling price that is inappropriate is causing is often

fatal for a company’s financial problem and will affect the company’s business

continuity. For that every company must establish the exact sale price because sale price is only one element of the marketing mix which gives income or revenue for the company (Tjiptono, 1997:151). It is important to account production cost and exact the sale price appropriately to give a protection for the company from the possible losses. In determining the cost of production is sometimes the garment industry still using traditional costing. Production cost generated by traditional costing provides cost information which distorted. Distortions arise because inaccuracies in the imposition of costs, so that causing in error costing, decision making, planning, and control (Supriyono,2002:259). The vulnerability can be overcome by the use of activity based costing. Activity based costing is the determination of cost of goods that browse costs to activities. The main difference between calculate the cost of products and traditional costing with ABC is the number of cost drivers (cost drivers) that is used in the ABC more than the traditional costing. The results showed that the calculation of selling price by using the ABC, when compared with the

calculation of the company’s traditional costing selling price, the ABC give a greater

results for two latest models of all sizes.

Key words: Selling price, cost of good manufactured, traditional costing, activity based costing


(2)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penentuan harga jual yang tidak tepat sering berakibat fatal pada masalah keuangan perusahaan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha perusahaan. Untuk itu setiap perusahaan harus menetapkan harga jualnya secara tepat karena harga jual merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan (Tjiptono,1997:151). Sangat penting memperhitungkan biaya produksi dan menetapkan harga jual produk dengan tepat untuk memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian. Dalam menentukan biaya produksi terkadang industri garmen masih menggunakan traditional costing. Biaya produksi yang dihasilkan oleh traditional costing memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono,2002:259). Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan activity based costing. Activity based costing adalah penentuan harga pokok yang menelusuri biaya ke aktivitas, kemudian ke produk. Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara traditional costing dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan dalam ABC lebih banyak dibandingkan dengan traditional costing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan harga jual dengan menggunakan ABC, apabila dibandingkan dengan perhitungan harga jual traditional costing perusahaan maka ABC memberikan hasil yang lebih besar untuk dua model terbaru dengan segala ukuran. Kata-kata kunci: harga jual, harga pokok produksi, traditional costing, activity based


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Biaya ... 8

2.1.1 Pengertian Biaya ... 8

2.1.2 Klasifikasi Biaya ... 9

2.2 Harga Pokok Produksi ... 10


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.2.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi ... 11

2.2.3 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ... 12

2.3 Traditional Costing ... 14

2.3.1 Pengertian Traditional Costing ... 14

2.3.2 Kelemahan Traditional Costing ... 14

2.4 Activity Based Costing ... 15

2.4.1 Pengertian Activity Based Costing ... 15

2.4.2 Konsep Dasar Activity Based Costing ... 16

2.4.3 Kondisi Penerapan Activity Based Costing ... 17

2.4.4 Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Activity Based Costing... 18

2.4.5 Manfaat Penerapan Activity Based Costing ... 20

2.4.6 Keunggulan dan Kelemahan Activity Based Costing ... 21

2.5 Cost Driver... 23

2.6 Perbandingan Traditional Costing dengan Activity Based Costing ... 25

2.7 Harga Jual ... 26

2.7.1 Pengertian Harga Jual ... 26

2.7.2 Tujuan Penentuan Harga Jual ... 27

2.7.3 Faktor-Faktor Penentuan Harga Jual ... 29

2.7.3.1 Faktor Internal Perusahaan ... 29

2.7.3.2 Faktor Eksternal Perusahaan ... 30


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Objek Penelitian... 33

3.3 Fokus Penelitian... 34

3.4 Jenis Data ... 34

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.6 Tahap Penganalisisan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Gambaran Umum CV BATRA EKA JAYA ... 39

4.1.1 Sejarah Singkat ... 39

4.1.2 Hasil Produksi ... 41

4.1.3 Proses Produksi ... 41

4.1.4 Pemasaran Hasil Produksi ... 42

4.1.5 Penggolongan Biaya Produksi ... 43

4.1.6 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ... 45

4.1.7 Kelas Ukuran ... 45

4.2 Perhitungan Harga Jual Perusahaan Dengan Menggunakan Traditional Costing ... 46

4.2.1 Perhitungan Biaya Bahan Langsung ... 46

4.2.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 47

4.2.3 Perhitungan Biaya Overhead ... 48

4.2.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dua Model Terbaru 2010 .. 49


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

4.2.6 Perhitungan Harga Jual Perusahaan Dengan Biaya Penyusutan

Mesin ... 56

4.3 Perhitungan Harga Jual Perusahaan Dengan Menggunakan Activity Based Costing ... 63

4.3.1 Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Aktivitas dan Pusat Aktivitas ... 63

4.3.2 Mengklasifikasikan Biaya ke Dalam Berbagai Aktivitas ... 66

4.3.3 Mengidentifikasi Cost Driver ... 68

4.3.4 Menentukan Biaya per Unit Cost Driver ... 74

4.3.5 Membebankan Biaya pada Produk Menggunakan Cost Driver dan Ukuran Aktivitas... 75

4.3.6 Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 84

4.3.7 Perhitungan Harga Jual ... 85

4.4 Perbandingan Traditional Costing Dengan ABC Dalam Penetapan Harga Jual ... 87

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 93

5.1 Simpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Konsep Dasar Activity Based Costing ... 17


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Biaya Bahan Langsung Tahun 2010 ... 47

Tabel II Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2010 ... 48

Tabel III Biaya Overhead Tahun 2010 ... 48

Tabel IV Unit Produksi Dua Model Terbaru 2010 ... 49

Tabel V Biaya Bahan Langsung Dua Model Terbaru 2010 ... 50

Tabel VI Biaya Tenaga Kerja Langsung Dua Model Terbaru 2010 ... 51

Tabel VII Biaya Overhead Dua Model Terbaru 2010 ... 52

Tabel VIII Perhitungan Harga Pokok Produksi Perusahaan Berdasarkan Traditional Costing ... 53

Tabel IX Perhitungan Harga Jual Perusahaan Berdasarkan Traditional Costing ... 55

Tabel X Biaya Penyusutan Mesin Tahun 2010 ... 57

Tabel XI Total Biaya Overhead 2010 Setelah Biaya Penyusutan Mesin ... 58

Tabel XII Biaya Overhead/Unit Dua Model Terbaru 2010 Setelah Biaya Penyusutan Mesin ... 59

Tabel XIII Perhitungan Harga Pokok Produksi Perusahaan Berdasarkan Traditional Costing Setelah Biaya Penyusutan Mesin... 60

Tabel XIV Perhitungan Harga Jual Berdasarkan Traditional Costing Setelah Biaya Penyusutan Mesin ... 62

Tabel XV Klasifikasi Biaya Overhead ke Dalam Berbagai Aktivitas ... 67

Tabel XVI Pengelompokkan Biaya Overhead dan Cost Driver Harga Pokok Produksi... 68


(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha

Tabel XVII Penentuan Biaya/Unit Cost Driver Harga Pokok Produksi Dengan

ABC ... 74

Tabel XVIII Biaya Overhead Model 1 (XL) ... 76

Tabel XIX Biaya Overhead Model 1 (L) ... 77

Tabel XX Biaya Overhead Model 1 (M) ... 78

Tabel XXI Biaya Overhead Model 1 (S)... 79

Tabel XXII Biaya Overhead Model 2 (XL) ... 80

Tabel XXIII Biaya Overhead Model 2 (L) ... 81

Tabel XXIV Biaya Overhead Model 2 (M) ... 82

Tabel XXV Biaya Overhead Model 2 (S)... 83

Tabel XXVI Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing ... 84

Tabel XXVII Perhitungan Harga Jual Berdasarkan Activity Based Costing ... 86

Tabel XXVIII Perbandingan Harga Jual Traditional Costing Perusahaan Sebelum dan Setelah Memperhitungkan Biaya Penyusutan Mesin ... 87

Tabel XXIX Perbandingan Harga Jual Traditional Costing Dengan Harga Jual ABC ... 89

Tabel XXX Perbandingan Harga Jual Traditional Costing Setelah Memperhitungkan Biaya Penyusutan Mesin Dengan Harga Jual ABC ... 90


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Banyak industri sekarang ini saling bersaing, terutama pada industri yang memproduksi produk sejenis seperti industri garmen. Hal tersebut bagi industri garmen merupakan ancaman yang harus segera ditindaklanjuti karena secara langsung akan mempengaruhi kelangsungan hidup usahanya, mengingat penjualan dari produk yang dihasilkan merupakan sumber pendapatan utama bagi perusahaan atau industri garmen tersebut. Untuk mengatasi hal itu, perusahaan dituntut untuk antisipatif terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam persaingan. Salah satunya adalah penentuan harga jual.

Penentuan harga jual yang tidak tepat sering berakibat fatal pada masalah keuangan perusahaan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha perusahaan. Ketidaktepatan tersebut akan menimbulkan risiko pada perusahaan, misalnya kerugian yang terus menerus atau menimbunnya produk di gudang karena macetnya pemasaran. Untuk itu setiap perusahaan harus menetapkan harga jualnya secara tepat karena harga jual merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan (Tjiptono,1997:151). Pada hakekatnya perusahaan dalam menjual produknya harus dapat mencapai keuntungan yang diharapkan, sehingga perusahaan dalam menjual produknya harus menetapkan besarnya persentase laba yang diharapkan.

Umumnya harga jual produk dan jasa ditentukan oleh pertimbangan permintaan dan penawaran di pasar, sehingga biaya bukan satu-satunya penentu


(11)

BAB I PENDAHULUAN 2

Universitas Kristen Maranatha

harga jual. Selera konsumen, jumlah pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan pesaing, merupakan contoh faktor-faktor yang sulit untuk diramalkan, yang mempengaruhi pembentukan harga jual produk di pasar. Satu-satunya yang memiliki kepastian relatif tinggi yang berpengaruh dalam penentuan harga jual adalah biaya. Biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga jual harus ditentukan. Di bawah biaya penuh produk atau jasa, harga jual akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Kerugian yang timbul akibat harga jual di bawah biaya produk atau jasa, dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan perusahaan akan berhenti sebagai going

concern atau akan mengganggu pertumbuhan perusahaan. Penentuan harga jual pada

umumnya merupakan pengambilan keputusan yang menyangkut masa depan. Meskipun harga jual produk sudah terbentuk di pasar, informasi biaya penuh terutama biaya produksi sangat dibutuhkan sebagai titik awal untuk mengurangi ketidakpastian dalam menentukan harga jual produk atau jasa yang akan dibebankan kepada customer di masa yang akan datang.

Biaya produksi juga merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian. Kerugian akan mengakibatkan suatu usaha tidak dapat tumbuh dan bahkan akan dapat mengakibatkan perusahaan harus menghentikan kegiatan bisnisnya. Untuk menghindari kerugian, salah satu cara adalah dengan berusaha memperoleh pendapatan yang paling tidak dapat menutup biaya produksi. Dengan demikian, sangat penting memperhitungkan biaya produksi dan menetapkan harga jual produk dengan tepat untuk memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian.


(12)

BAB I PENDAHULUAN 3

Universitas Kristen Maranatha

Pada dasarnya dalam keadaan normal, harga jual produk atau jasa harus dapat menutup biaya penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan menghasilkan laba yang dikehendaki. Biaya penuh merupakan total pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan produk atau jasa, sehingga semua pengorbanan ini harus dapat ditutup oleh pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa. Di samping itu, harga jual harus pula dapat menghasilkan laba yang memadai sepadan dengan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa. Dengan demikian informasi biaya produk atau jasa sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual meskipun biaya bukan satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual.

Dalam menentukan biaya produksi terkadang industri garmen masih menggunakan traditional costing. Di mana pada traditional costing umumnya di dominasi tenaga kerja yang banyak dan di mana biaya overhead kecil. Biaya overhead itu digunakan berdasarkan tenaga kerja. Namun di zaman sekarang yang terjadi kemajuan teknologi sehingga jumlah tenaga kerja semakin berkurang disebabkan oleh timbulnya mesin-mesin yang mempermudah produksi suatu perusahaan maka biaya overhead itu menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya tenaga kerja langsung. Sehingga biaya produksi yang dihasilkan oleh traditional

costing memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya

ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono,2002:259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 4

Universitas Kristen Maranatha

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an dan awal 1900-an lahirlah suatu penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada traditional costing yaitu yang disebut

Activity Based Costing. Definisi Activity Based Costing (ABC) menurut (Hansen dan

Mowen,2006:57) merupakan suatu penentuan kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas dan kemudian ke produk.

Perbedaan utama perhitungan harga pokok produksi antara traditional costing dengan activity based costing adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam penentuan harga pokok produksi dengan activity based costing menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan

traditional costing yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan

unit. Dalam activity based costing, menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost

driver yang berdasarkan pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik

apabila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk. Perusahaan garmen merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk. Dimana output yang dijual lebih dari satu. Keanekaragaman produk pada perusahaan garmen mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada industri garmen, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produksi. Activity based

costing dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap

aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead sehingga dalam activity based costing dapat


(14)

BAB I PENDAHULUAN 5

Universitas Kristen Maranatha

meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat.

CV BATARA EKA JAYA merupakan salah satu perusahaan garmen milik swasta yang melayani kebutuhan pakaian bagi masyarakat. CV BATARA EKA JAYA lebih menitikberatkan terhadap maklun di mana bahan baku didapatkan dari pelanggan sehingga CV BATARA EKA JAYA memproduksi bahan baku menjadi bahan jadi. Di mana diketahui bahwa pada perusahaan garmen terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat persaingan perusahaan garmen yang tinggi. Dalam persaingan antar perusahaan sejenis tersebut maka CV BATARA EKA JAYA akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya.

Selain itu CV BATARA EKA JAYA lebih banyak menggunakan alat-alat produksi dibandingkan dengan tenaga kerja langsung dalam membuat suatu produk. CV BATARA EKA JAYA pun memiliki berbagai macam hasil produksi seperti kaos, celana, topi, jaket, dan sebagainya sehingga CV BATARA EKA JAYA mempunyai tingkat diversitas yang tinggi yang dapat menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. Tetapi CV BATARA EKA JAYA dalam menghasilkan berbagai macam hasil produksi tersebut menggunakan alat-alat produksi secara bersama-sama untuk menghasilkan berbagai macam hasil produksi. Sehingga perhitungan harga jual produk sangat penting karena berkaitan dengan masalah penentuan harga pokok produksi. Pada akhirnya akan mempengaruhi penentuan harga jual produknya.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 6

Universitas Kristen Maranatha

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul: PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK (STUDI CV BATARA EKA JAYA).

1.2 Identifkasi Masalah

1. Metode apakah yang digunakan dalam menentukan harga pokok produksi di CV BATARA EKA JAYA.

2. Bagaimanakah cara perhitungan harga jual produk di CV BATARA EKA JAYA. 3. Apakah ada perbedaan besarnya harga jual produk pada CV BATARA EKA

JAYA dengan menggunakan perhitungan traditional costing dan activity based

costing.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam menentukan harga pokok produksi di CV BATARA EKA JAYA.

2. Untuk mengetahui cara perhitungan harga jual produk di CV BATARA EKA JAYA.

3. Untuk mengetahui perbandingan besarnya harga jual produk dengan menggunakan traditional costing dan activity based costing pada CV BATARA EKA JAYA.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Memberikan pengetahuan mengenai penerapan activity based costing dalam kaitannya dengan penentuan harga jual produk.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 7

Universitas Kristen Maranatha

2. Memberikan alternatif cara perhitungan harga jual produk dengan menggunakan konsep activity based costing.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan cara perhitungan harga jual produk dengan menggunakan konsep activity based costing.

4. Membantu CV BATARA EKA JAYA dalam menghitung dan menentukan harga jual produk dengan menggunakan activity based costing.


(17)

93 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dan analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. CV BATARA EKA JAYA menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga pokok produksinya. Hal ini sesuai dengan teori, dimana harga pokok produksi dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya produksi yang terjadi dalam periode tertentu.

2. Harga pokok produksi yang dihitung CV BATARA EKA JAYA terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Di mana harga pokok per unit dihasilkan melalui harga pokok produksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Setelah mendapatkan harga pokok produksi per unit maka harga pokok poduksi per unit tersebut ditambah dengan biaya komersil sebesar 3% dari harga pokok produksi per unit sehingga menghasilkan total harga pokok produksi per unit. Dan akhirnya dalam menentukan harga jual maka total harga pokok produksi per unit tersebut ditambahkan dengan laba yang diharapkan sebesar 15% dari total harga pokok produksi per unit.

3. Jika dibandingkan dengan traditional costing maka activity based costing memberikan hasil harga jual yang lebih besar untuk setiap ukuran dari kedua model tersebut. Dengan selisih untuk model 1 (XL) Rp 500,00, model 1 (L) Rp 450,00, model 1 (M) Rp 400,00, model 1 (S) Rp 400,00, model 2 (XL) Rp 500,00, model 2 (L) Rp 450,00, model 2 (M) Rp 400,00, dan model 2 (S) 400,00. Perbedaan yang terjadi antara harga jual dengan menggunakan traditional costing


(18)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 94

Universitas Kristen Maranatha

perusahaan dan activity based costing disebabkan karena dalam perhitungan

activity based costing ditambah dengan biaya penyusutan mesin sedangkan dalam

perhitungan traditional costing perusahaan tidak menambahkan biaya penyusutan mesin. Selain itu perbedaan tersebut disebabkan pada pembebanan biaya overhead masing produk. Pada traditional costing biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada activity based

costing, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga activity based costing telah mampu mengalokasikan biaya

aktivitas ke setiap ukuran secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.

5.2 Saran

1. CV BATARA EKA JAYA sebaiknya mulai mempertimbangkan harga jual dengan menggunakan activity based costing sebab dengan perhitungan traditional

costing perusahaan yang saat ini maka terdapat ketidakakuratan dalam

menentukan harga jual.

2. CV BATARA EKA JAYA sebaiknya memperhitungkan pula tentang biaya penyusutan mesin karena dengan biaya penyusutan mesin ini maka penentuan harga jual yang akan ditetapkan oleh CV BATARA EKA JAYA akan menjadi lebih akurat dibandingkan dengan menghiraukan biaya penyusutan mesin.


(19)

95 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta:Rineka Cipta

Blocher, Edward J. Kung H. Chen. Gary Cokins. Thomas W Lin. 2008. Manajemen

Biaya. Edisi3. Diterjemahkan oleh:Tim Penerjemah Penerbit Salemba.

Jakarta:Salemba Empat

Brimsons, James A. 1991. Activity Accounting:An Activity-Based Costing Approach. New York:John Wiles & Sons

Bustami, Bastian. Nurlela.2006. Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta:Graha Ilmu

Carter, William K. Akuntansi Biaya. Edisi 14. Diterjemahkan oleh:Krista. Jakarta:Salemba Empat

Cooper, Robin. Kaplan Robert S. 1991. The design of Cost Management System :

Text, Cases and Reading. Prentise-Hall

Garisson, Ray H. Eric W Noreen. Peter C. Brewer. 2008. Akuntansi Manajerial. Edisi11. Diterjemahkan oleh:Nuri Hinduan. Jakarta: Salemba Empat

Hansen, Don R. Maryanne M Mowen. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi 7. Diterjemahkan oleh:Dewi Fitriasari dan Deny Amos Kwary. Jakarta: Salemba Empat

Marzuky. 1997. Metode Riset. Yogyakarta:BPFE UII

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung:PT Remaja Rosdakarya

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi. 2003. Acitivity-Based Cost System. Edisi 6.Yogyakarta:UPP AMP YKPN Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakrta:UPP STIM YKPN

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta:Salemba Empat Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung:Alfabeta

Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju


(20)

96

Universitas Kristen Maranatha

Tjiptono,Fandy .1997. Strategi Pemasaran. Edisi 2. Yogyakarta:Andi

Tunggal, Amin Widjaja. 2000. Activity Based Costing untuk Manufakturing dan

Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta:Harvindo


(1)

BAB I PENDAHULUAN 6

Universitas Kristen Maranatha Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul: PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK (STUDI CV BATARA EKA JAYA).

1.2 Identifkasi Masalah

1. Metode apakah yang digunakan dalam menentukan harga pokok produksi di CV BATARA EKA JAYA.

2. Bagaimanakah cara perhitungan harga jual produk di CV BATARA EKA JAYA. 3. Apakah ada perbedaan besarnya harga jual produk pada CV BATARA EKA

JAYA dengan menggunakan perhitungan traditional costing dan activity based costing.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam menentukan harga pokok produksi di CV BATARA EKA JAYA.

2. Untuk mengetahui cara perhitungan harga jual produk di CV BATARA EKA JAYA.

3. Untuk mengetahui perbandingan besarnya harga jual produk dengan menggunakan traditional costing dan activity based costing pada CV BATARA EKA JAYA.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Memberikan pengetahuan mengenai penerapan activity based costing dalam kaitannya dengan penentuan harga jual produk.


(2)

BAB I PENDAHULUAN 7

Universitas Kristen Maranatha 2. Memberikan alternatif cara perhitungan harga jual produk dengan menggunakan

konsep activity based costing.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan cara perhitungan harga jual produk dengan menggunakan konsep activity based costing.

4. Membantu CV BATARA EKA JAYA dalam menghitung dan menentukan harga jual produk dengan menggunakan activity based costing.


(3)

93 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dan analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. CV BATARA EKA JAYA menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga pokok produksinya. Hal ini sesuai dengan teori, dimana harga pokok produksi dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya produksi yang terjadi dalam periode tertentu.

2. Harga pokok produksi yang dihitung CV BATARA EKA JAYA terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Di mana harga pokok per unit dihasilkan melalui harga pokok produksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Setelah mendapatkan harga pokok produksi per unit maka harga pokok poduksi per unit tersebut ditambah dengan biaya komersil sebesar 3% dari harga pokok produksi per unit sehingga menghasilkan total harga pokok produksi per unit. Dan akhirnya dalam menentukan harga jual maka total harga pokok produksi per unit tersebut ditambahkan dengan laba yang diharapkan sebesar 15% dari total harga pokok produksi per unit.

3. Jika dibandingkan dengan traditional costing maka activity based costing memberikan hasil harga jual yang lebih besar untuk setiap ukuran dari kedua model tersebut. Dengan selisih untuk model 1 (XL) Rp 500,00, model 1 (L) Rp 450,00, model 1 (M) Rp 400,00, model 1 (S) Rp 400,00, model 2 (XL) Rp 500,00, model 2 (L) Rp 450,00, model 2 (M) Rp 400,00, dan model 2 (S) 400,00. Perbedaan yang terjadi antara harga jual dengan menggunakan traditional costing


(4)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 94

Universitas Kristen Maranatha perusahaan dan activity based costing disebabkan karena dalam perhitungan

activity based costing ditambah dengan biaya penyusutan mesin sedangkan dalam perhitungan traditional costing perusahaan tidak menambahkan biaya penyusutan mesin. Selain itu perbedaan tersebut disebabkan pada pembebanan biaya overhead masing produk. Pada traditional costing biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada activity based costing, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga activity based costing telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap ukuran secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.

5.2 Saran

1. CV BATARA EKA JAYA sebaiknya mulai mempertimbangkan harga jual dengan menggunakan activity based costing sebab dengan perhitungan traditional costing perusahaan yang saat ini maka terdapat ketidakakuratan dalam menentukan harga jual.

2. CV BATARA EKA JAYA sebaiknya memperhitungkan pula tentang biaya penyusutan mesin karena dengan biaya penyusutan mesin ini maka penentuan harga jual yang akan ditetapkan oleh CV BATARA EKA JAYA akan menjadi lebih akurat dibandingkan dengan menghiraukan biaya penyusutan mesin.


(5)

95 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta:Rineka Cipta

Blocher, Edward J. Kung H. Chen. Gary Cokins. Thomas W Lin. 2008. Manajemen Biaya. Edisi3. Diterjemahkan oleh:Tim Penerjemah Penerbit Salemba. Jakarta:Salemba Empat

Brimsons, James A. 1991. Activity Accounting:An Activity-Based Costing Approach. New York:John Wiles & Sons

Bustami, Bastian. Nurlela.2006. Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta:Graha Ilmu

Carter, William K. Akuntansi Biaya. Edisi 14. Diterjemahkan oleh:Krista. Jakarta:Salemba Empat

Cooper, Robin. Kaplan Robert S. 1991. The design of Cost Management System : Text, Cases and Reading. Prentise-Hall

Garisson, Ray H. Eric W Noreen. Peter C. Brewer. 2008. Akuntansi Manajerial. Edisi11. Diterjemahkan oleh:Nuri Hinduan. Jakarta: Salemba Empat

Hansen, Don R. Maryanne M Mowen. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi 7. Diterjemahkan oleh:Dewi Fitriasari dan Deny Amos Kwary. Jakarta: Salemba Empat

Marzuky. 1997. Metode Riset. Yogyakarta:BPFE UII

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung:PT Remaja Rosdakarya

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi. 2003. Acitivity-Based Cost System. Edisi 6.Yogyakarta:UPP AMP YKPN Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakrta:UPP STIM YKPN

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta:Salemba Empat Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung:Alfabeta

Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Yogyakarta:BPFE


(6)

96

Universitas Kristen Maranatha Tjiptono,Fandy .1997. Strategi Pemasaran. Edisi 2. Yogyakarta:Andi

Tunggal, Amin Widjaja. 2000. Activity Based Costing untuk Manufakturing dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta:Harvindo