Perbandingan Harga Pokok Produksi Secara Tradisional dengan Activity Based Costing sebagai Alternatif untuk Memperoleh Harga Pokok yang Lebih Akurat pada Pabrik Sisir Tenun.

(1)

vi

ABSTRACT

The purpose of this research is to know production process of a reed company in Bandung and to analyze the comparison between cost of goods manufactured calculation methods, that applied in the company (traditional costing method) and Activity Based Costing (ABC) method. The obatained data was performed during the year 2013. Based on analysis result, Cost Of Goods Manufactured calculation for Ishikawa and Waterjet using ABC method resulted the Cost Of Goods Manufactured that is lower than traditional costing method, and Cost Of Goods Manufactured calculation for Picanol using ABC method resulted the Cost Of Goods Manufactured that is higher than traditional costing method. ABC method can describes the real consumption resource needed in production process and gives more acuracy in calculation of overhead cost.

Keywords: Cost Of Goods Manufactured, Activity Based Costing Method, Traditional Costing Method.


(2)

vii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses produksi dari sebuah perusahaan sisir tenun di Kota Bandung dan untuk menganalisis perbandingan antara metode perhitungan harga pokok produksi yang saat ini sedang diterapkan dalam perusahaan (Metode Tradisional) dengan Metode Activity Based Costing. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data perusahaan selama tahun 2013. Berdasarkan hasil analisis, perhitungan harga pokok produksi untuk produk Ishikawa dan Waterjet dengan menggunakan Metode Activity Based Costing menghasilkan harga pokok produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan Metode Tradisional, dan perhitungan harga pokok produksi untuk produk Picanol dengan menggunakan Metode Activity Based Costing menghasilkan harga pokok produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Metode Tradisional. Metode Activity Based Costing dapat lebih menjelaskan konsumsi sumber daya yang sesungguhnya digunakan dalam proses produksi sehingga memberikan perhitungan biaya tidak langsung (biaya overhead) yang lebih akurat.

Kata kunci: Harga Pokok Produksi, Metode Activity Based Costing, Metode Tradisional.


(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya ... 6


(4)

ix

2.1.3 Konsep Biaya dan Cara Penggolongan Biaya ... 8

2.1.4 Harga Pokok Produksi ... 11

2.1.5 Activity Based Costing ... 13

2.1.5.1 Definisi ABC ... 13

2.1.5.2 Asumsi dan konsep dasar ABC ... 14

2.1.5.3 Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas ... 17

2.1.5.4 Pemicu Biaya ... 18

2.1.5.5 Penerapan ABC... 20

2.1.5.6 Manfaat ABC ... 22

2.1.5.7 Kelemahan ABC ... 24

2.1.5.8 Perbandingan ABC dengan Tradisional ... 25

2.1.5.9 Akurasi Metode ABC ... 26

2.2 Penelitian Sebelumnya ... 27

2.3 Model Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

3.1 Objek Penelitian ... 30

3.2 Metode Penelitian ... 31

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5 Teknik Analisis ... 34

3.6 Definisi Operasionalisasi Variabel ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39


(5)

x

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 39

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 40

4.1.3 Proses Produksi Perusahaan ... 44

4.2 Analisis Data ... 53

4.3 Pembahasan ... 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Simpulan ... 68

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN ... 73


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Umum Model ABC... 16

Gambar 2.2 Perbedaan Metode Tradisional dan Metode ABC... 27

Gambar 2.3 Skema Model Penelitian... 29


(7)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 36

Tabel 4.1 Bahan Baku Utama dan Penolonh ... 44

Tabel 4.2 Data Produksi PD “X” ... 46

Tabel 4.3 Data Pemakaian Bahan Baku ... 47

Tabel 4.4 Data Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 47

Tabel 4.5 Ringkasan Data Produksi, BBB, BTKL ... 48

Tabel 4.6 Biaya Pada PD “X” ... 49

Tabel 4.7 Biaya Overhead PD “X” ... 50

Tabel 4.8 Daftar Cost Driver ... 52

Tabel 4.9 Perhitungan HPP Tradisional... 54

Tabel 4.10 Klasifikasi Biaya ke dalam Level Aktivitas ... 55

Tabel 4.11 Daftar Cost Driver ... 57

Tabel 4.12 Cost Pool Homogen ... 59

Tabel 4.13 Pool Rate Aktivitas Level Unit ... 60

Tabel 4.14 Pool Rate Aktivitas Level Batch ... 61

Tabel 4.15 Pool Rate Aktivitas Level Produk ... 61

Tabel 4.16 Pool Rate Aktivitas Level Aktivitas ... 62

Tabel 4.17 Pembebanan BOP dengan ABC ... 63

Tabel 4.18 Perhitungan HPP dengan ABC ... 64

Tabel 4.19 Perbandingan HPP secara tradisional dengan ABC ... 65


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Daftar Pertanyaan Wawancara ... 73


(9)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Dalam menghadapi persaingan global terutama terkait dengan sistem perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus bertahan dalam persaingan yang semakin ketat. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar dapat terus bertahan dalam persaingan global ini adalah dengan melakukan efisiensi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kemampuan untuk memberi respons terhadap berbagai kebutuhan konsumen. Dengan demikian, dinamika perekonomian global yang maju dengan pesat, kompleks, dan penuh inovasi, teknologi tersebut menuntut para pelaku bisnis untuk dapat mengelola usahanya dengan efektif dan efisien serta membutuhkan tersedianya informasi yang sistematik sehingga kelangsungan hidup usaha dapat terus berlanjut.

Salah satu yang terpengaruh dengan adanya perubahan lingkungan tersebut adalah proses produksi, yaitu otomatisasi pabrikasi. Dengan penerapan teknologi ini, maka proporsi biaya overhead dalam penentuan harga pokok produksi akan menempati porsi yang lebih besar sehingga diperlukan perhitungan dan pembebanan kepada harga pokok produk sesuai dengan proporsi aktivitas yang dikonsumsi.

Dalam sistem perhitungan biaya tradisional, biaya overhead dialokasikan secara langsung kepada harga pokok produk bergantung dari jumlah output yang dihasilkan. Hal ini akan menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya distorsi penentuan harga pokok per unit, sehingga tidak bisa diandalkan


(10)

2 Bab I Pendahuluan

dalam mengukur efisiensi dan produktivitas. Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan yang mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing) berbasis aktivitas (ABC) dengan harapan perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan menjadi lebih akurat dengan tetap memegang efisiensi pada proses produksinya.

Dikutip oleh Sujana, buletin studi ekonomi (2006:283) Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Untuk tujuan penentuan cost produksi, akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang diestimasi akan terjadi dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, kemudian menyajikan analisis terhadap penyimpangannya. Untuk tujuan pengambilan keputusan khusus, akuntansi biaya menyajikan biaya yang relevan dengan keputusan yang akan di ambil, dan biaya yang relevan dengan keputusan khusus ini selalu berhubungan dengan biaya yang akan datang. Menurut Mulyadi (2007:23), salah satu informasi penting dalam operasi perusahaan antara lain berupa informasi harga pokok produksi yang merupakan faktor penting dalam pengambilan berbagai keputusan manajerial. Hansen dan Mowen (2006:53) harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan ke barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.

Perusahan “X” yang berlokasi di Jalan Rumah Sakit no. 119 Gedebage Ujungberung, Bandung., merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri sisir tenun, yaitu salah satu sparepart mesin tekstil. Perusahaan selama ini menerapkan metode perhitungan harga pokok secara tradisional, berhubung sekarang telah


(11)

3 Bab I Pendahuluan

menerapkan otomatisasi pabrikasi, perusahaan dianggap perlu untuk menerapkan metode perhitungan Activity Based Costing. Selain hal tersebut di atas perusahaan menganggap bahwa kebutuhan akan informasi yang lebih akurat tersebut terkait dengan kondisi persaingan yang sedang terjadi dan akan terus meningkat pada era globalisasi di Indonesia ini.

Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem Activity Based Costing (ABC) yang dikemukakan oleh Amin Widjaya (1992:118) dalam bukunya “Activity-Based Costing untuk manufakturing dan pemasaran ", adalah sebagai berikut: :

1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk.Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.

2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu.Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.

3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi

4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional , karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas,selain itu ABC dapat


(12)

4 Bab I Pendahuluan

menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi yang berlaku sekarang di perusahaan.

2. Bagaimana seandainya perusahaan menerapkan Activity Based Costing terhadap perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan “X”.

3. Bagaimana perbandingan harga pokok produksi dengan perhitungan tradisional dan dengan Activity Based Costing.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk memberikan gambaran tentang konsep Activity Based Costing yang akan dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produksi dengan lebih akurat. 2. Untuk melihat perbedaan akurasi harga pokok produksi bila dihitung secara

tradisional dan dengan Activity Based Costing.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak manajemen (Perusahaan “X”) penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan serta masukan tentang perhitungan harga pokok produksi dengan mengunakan metode Activity Based Costing.


(13)

5 Bab I Pendahuluan

2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang peranan dari metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok produksi serta manfaatnya dalam meningkatkan keunggulan kompetitif.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta dapat menjadi acuan dan pembanding bagi penelitian selanjutnya.


(14)

Universitas Kristen Maranatha 68

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis di PD “X” maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PD “X” masih menggunakan Sistem Tradisional. Sistem Tradisional membebankan semua elemen biaya produksi tetap maupun biaya produksi variabel ke dalam Harga Pokok Produksi. Sistem Tradisional membebankan Biaya Overhead Pabrik menggunakan tarif tunggal berdasarkan jumlah unit produksi, yaitu total Biaya Overhead Pabrik dibagi dengan jumlah unit produksi. Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit pada tahun 2013 menggunakan Sistem Tradisional diperoleh hasil Harga Pokok Produksi untuk Picanol adalah sebesar Rp 938.521,89 untuk Ishikawa sebesar Rp 334.669,89 dan untuk Waterjet sebesar Rp 415.332,46

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PD “X” dengan Activity-Based Costing System dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari: mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas ke dalam empat level aktivitas, menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, menentukan Cost Driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas, menentukan kelompok-kelompok biaya (Cost Pool) yang homogen, menentukan tarif kelompok-kelompok. Tahap


(15)

69 Bab V Simpulan dan Saran

kedua adalah membebankan tarif kelompok berdasarkan Cost Driver. Biaya Overhead Pabrik ditentukan berdasarkan tarif kelompok dan Cost Driver yang digunakan. Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit pada tahun 2013 menggunakan Activity-Based Costing System diperoleh hasil Harga Pokok Produksi untuk Picanol adalah sebesar Rp 960.136,72 untuk Ishikawa sebesar Rp 329.898,39 dan untuk Waterjet sebesar Rp 384.796,68

3. Perbandingan Harga Pokok Produksi pada PD “X” dengan menggunakan Sistem Tradisional dan Activity-Based Costing System adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih mahal dari Sistem Tradisional adalah pada Picanol, sedangkan Ishikawa dan Waterjet memberikan hasil yang lebih murah.

b. Activity-Based Costing System memberikan hasil lebih besar dibandingkan dengan Sistem Tradisional pada Picanol dengan selisih Rp 21.614,83 atau 2,3% lebih besar dari Sistem Tradisional. Sedangkan selisih Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada Ishikawa dan Waterjet dengan Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih kecil secara berturut-turut yaitu Rp 4.771,5 atau 1,43% dan Rp 30.535,78 atau 7,35% lebih kecil dari Sistem Tradisional. c. Perbedaan yang terjadi antara Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Sistem

Tradisional dengan Activity-Based Costing System disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk. Pada Sistem Tradisional, biaya pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead Pabrik. Pada metode Activity-Based Costing System, Biaya Overhead


(16)

70 Bab V Simpulan dan Saran

Pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak Cost Driver, sehingga Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap jenis produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan, saran tersebut antara lain:

1. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode ABC dalam menghitung harga pokok produksi karena menyediakan perhitungan yang lebih akurat dan lebih mencerminkan konsumsi sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi. 2. Sebaiknya perusahaan tidak hanya menggunakan unit produksi sebagai pemicu

biaya untuk menghitung biaya overhead Picanol, Ishikawa, dan Waterjet karena setiap biaya overhead memiliki pemicu biaya yang dapat berbeda.


(17)

72

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Edward, Kung H. Chen, and Thomas W. Lin. 2002. Cost Management: A Strategic Emphasis. International Edition. New York: McGraw- Hill Companies International, Inc.

Carter, William K. and Milton F. Usry. 2002. Cost Accounting. Thirteenth Edition. Ohio : South Western Publishing Co.

Cooper, Robin, and Robert S. Kaplan. 1991. The Design of Cost Management Systems : Text, Cases, and Readings. New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Garrison, Ray. H. and Eric W. Noreen. 2003. Concept for Planning, Controling, Decision Making. Managerial Accounting. Tenth Edition. Richard D. Irwin Inc.

Hansen Don R., and Maryanne M. Mowen. 2003. Management Accounting. Sixth Edition. Ohio : South Western Publishing Co.

Hilton, Ronald W. 1999. Managerial Accounting. Fourth Edition. New York. McGraw-Hill Companies International, Inc.

---, Ronald W., Michael W. Maher, and Frank H. Selto. 2006. Cost Management : Strategies for Business Decision. Third Edition. New York : McGraw- Hill Companies, Inc.

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, and George Foster. 2003. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta : UPP AMP YKPN ---. 2003. Activity Based Cost Systems : Sistem Informasi Biaya Untuk

Pengurangan Biaya. Edisi 6. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Cetakan Pertama. Jakarta. Salemba Empat.

Yin, Robert K. 2004. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.


(18)

73

Rizki Yudhitia Nufus. (2007). “ABC System sebagai Alternatif Penentuan Tarif

Kamar di Hotel Bahari Tegal.” Skripsi. Yogyakarta: Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Supriyadi. (2009). “Penerapan Activity-Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produk (Studi Kasus pada CV. Berkat Abadi Yogyakarta).” Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.


(1)

Bab I Pendahuluan

2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang peranan dari metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok produksi serta manfaatnya dalam meningkatkan keunggulan kompetitif.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta dapat menjadi acuan dan pembanding bagi penelitian selanjutnya.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

68

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis di PD “X” maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PD “X” masih menggunakan Sistem Tradisional. Sistem Tradisional membebankan semua elemen biaya produksi tetap maupun biaya produksi variabel ke dalam Harga Pokok Produksi. Sistem Tradisional membebankan Biaya Overhead Pabrik menggunakan tarif tunggal berdasarkan jumlah unit produksi, yaitu total Biaya Overhead Pabrik dibagi dengan jumlah unit produksi. Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit pada tahun 2013 menggunakan Sistem Tradisional diperoleh hasil Harga Pokok Produksi untuk Picanol adalah sebesar Rp 938.521,89 untuk Ishikawa sebesar Rp 334.669,89 dan untuk Waterjet sebesar Rp 415.332,46

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PD “X” dengan Activity-Based Costing System dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari: mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas ke dalam empat level aktivitas, menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, menentukan Cost Driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas, menentukan kelompok-kelompok biaya (Cost Pool) yang homogen, menentukan tarif kelompok-kelompok. Tahap


(3)

Bab V Simpulan dan Saran

kedua adalah membebankan tarif kelompok berdasarkan Cost Driver. Biaya Overhead Pabrik ditentukan berdasarkan tarif kelompok dan Cost Driver yang digunakan. Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit pada tahun 2013 menggunakan Activity-Based Costing System diperoleh hasil Harga Pokok Produksi untuk Picanol adalah sebesar Rp 960.136,72 untuk Ishikawa sebesar Rp 329.898,39 dan untuk Waterjet sebesar Rp 384.796,68

3. Perbandingan Harga Pokok Produksi pada PD “X” dengan menggunakan Sistem Tradisional dan Activity-Based Costing System adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih mahal dari Sistem Tradisional adalah pada Picanol, sedangkan Ishikawa dan Waterjet memberikan hasil yang lebih murah.

b. Activity-Based Costing System memberikan hasil lebih besar dibandingkan dengan Sistem Tradisional pada Picanol dengan selisih Rp 21.614,83 atau 2,3% lebih besar dari Sistem Tradisional. Sedangkan selisih Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada Ishikawa dan Waterjet dengan Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih kecil secara berturut-turut yaitu Rp 4.771,5 atau 1,43% dan Rp 30.535,78 atau 7,35% lebih kecil dari Sistem Tradisional. c. Perbedaan yang terjadi antara Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Sistem

Tradisional dengan Activity-Based Costing System disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk. Pada Sistem Tradisional, biaya pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead Pabrik. Pada metode Activity-Based Costing System, Biaya Overhead


(4)

70 Bab V Simpulan dan Saran

Pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak Cost Driver, sehingga Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap jenis produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan, saran tersebut antara lain:

1. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode ABC dalam menghitung harga pokok produksi karena menyediakan perhitungan yang lebih akurat dan lebih mencerminkan konsumsi sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi. 2. Sebaiknya perusahaan tidak hanya menggunakan unit produksi sebagai pemicu

biaya untuk menghitung biaya overhead Picanol, Ishikawa, dan Waterjet karena setiap biaya overhead memiliki pemicu biaya yang dapat berbeda.


(5)

72

Blocher, Edward, Kung H. Chen, and Thomas W. Lin. 2002. Cost Management: A Strategic Emphasis. International Edition. New York: McGraw- Hill Companies International, Inc.

Carter, William K. and Milton F. Usry. 2002. Cost Accounting. Thirteenth Edition. Ohio : South Western Publishing Co.

Cooper, Robin, and Robert S. Kaplan. 1991. The Design of Cost Management Systems : Text, Cases, and Readings. New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Garrison, Ray. H. and Eric W. Noreen. 2003. Concept for Planning, Controling, Decision Making. Managerial Accounting. Tenth Edition. Richard D. Irwin Inc.

Hansen Don R., and Maryanne M. Mowen. 2003. Management Accounting. Sixth Edition. Ohio : South Western Publishing Co.

Hilton, Ronald W. 1999. Managerial Accounting. Fourth Edition. New York. McGraw-Hill Companies International, Inc.

---, Ronald W., Michael W. Maher, and Frank H. Selto. 2006. Cost Management : Strategies for Business Decision. Third Edition. New York : McGraw- Hill Companies, Inc.

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, and George Foster. 2003. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta : UPP AMP YKPN ---. 2003. Activity Based Cost Systems : Sistem Informasi Biaya Untuk

Pengurangan Biaya. Edisi 6. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Cetakan Pertama. Jakarta. Salemba Empat.

Yin, Robert K. 2004. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.


(6)

73

Rizki Yudhitia Nufus. (2007). “ABC System sebagai Alternatif Penentuan Tarif Kamar di Hotel Bahari Tegal.” Skripsi. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Supriyadi. (2009). “Penerapan Activity-Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produk (Studi Kasus pada CV. Berkat Abadi Yogyakarta).” Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.