Miskonsepsi yang terjadi pada pembelajaran matematika materi bangun ruang limas siswa kelas VI Sekolah Dasar.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Marta Dewi Ramadhani, 2015. Miskonsepsi yang Terjadi Pada Pembelajaran
Matematika Materi Bangun Ruang Limas Siswa Kelas VI Sekolah Dasar
Yogyakarta Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Pelajaran Matematika seringkali tidak disukai oleh kebanyakan siswa dengan
alasan bahwa Matematika merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini dikarenakan
pembelajaran Matematika di sekolah lebih sering menekankan pada perhitungan
dengan bermacam-macam rumus daripada pemahaman konsep yang terdapat dalam
pembelajaran Matematika itu sendiri, selain itu ketika dikelas siswa juga kurang
konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Faktor inilah yang
menjadi salah satu penyebab siswa mengalami miskonsepsi. Apabila miskonsepsi ini
dibiarkan terus menerus terjadi pada anak, maka tidak menutup kemungkinan
membuat anak menjadi terhambat dalam belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis miskonsepsi yang
dialami oleh siswa kelas VI Sekolah Dasar beserta faktor-faktor penyebabnya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Data penelitian ini dikumpulkan melalui hasil tes tertulis dan hasil wawancara
yang dilakukan dengan siswa kelas VI Sekolah Dasar. Tes tertulis bertujuan untuk
mengetahui jenis-jenis miskonsepsi yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pada
materi bangun ruang limas. Wawancara bertujuan untuk mengetahui lebih dalam
miskonsepsi yang dialami siswa beserta faktor penyebabnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis miskonsepsi yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah miskonsepsi klasifikasional dan miskonsepsi teoritik.
Miskonsepsi klasifikasiona secara garis besar terletak pada kesalahan siswa dalam
mengklasifikasikan contoh bangun ruang limas dan jenis-jenis bangun ruang limas.
Miskonsepsi teoritik dilihat dari kesalahan siswa dalam menjelaskan tentang konsep
bangun ruang limas. Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu, rendahnya minat
terhadap pelajaran Matematika, Siswa lebih suka bertanya dengan teman dari pada
dengan guru dan sumber belajar yang lebih menekankan pada penggunaaan buku dan
papan tulis saja terkadang membuat siswa menjadi sulit untuk memahami konsep
pembelajaran.
Kata kunci: Miskonsepsi, klasifikasional, teoritik, pembelajaran Matematika.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Marta Dewi Ramadhani, 2015. Misconception Happens in Learning Mathematics
using a Material of the Segment of a Pyramid Building in 6th Graders
Elementary School in Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Elementary School
Teaching Education Study Program, Teaching Faculty and Education
Knowledge of Sanata Dharma University, Yogyakarta.
Mathematic’s is often disliked by many students because of its difficulty. It
happens because the process of learning mathematic’s in school usually emphasizes
the calculation with many formulas than understanding its concept. Besides, when
studying in the class, students also lacks of concentration to follow the process of the
study. Those factors become one of the reasons why students experienced the
misconception. When the misconception is allowed to happen simultaneously, it is

possible to detain students in the process of study.
This research aims to understand the kinds of misconception that experienced
by 6th graders along with its causative factors. The research uses descriptive
qualitative as the method.
The data of the research are collected using the written test result and the
interview result that are conducted by the 6th graders. The written test aims to
understand the kinds of misconception that experienced by students in their working
on the instrument test in the segment of pyramid building. The interview result aims
to understand more detail about misconception that experienced by the students along
with the causative factors.
The result of this research shows that the kinds of misconception that found in
this research are klasifikasional misconception and theoretical misconception.
Klasifikasional misconception in general lies in the students’ mistake in explaining
the concept of the segment of pyramid building. A factor that caused the
misconception is the student’s low interest in mathematic. Students prefer to ask their
friends than their teacher and the source of study that less concrete that more
emphasis in the use of book and whiteboard sometimes make students become
difficult to understand the concept of the study.
Keywords: Misconception, Klasifikasional, Theoritic, Learning mathematic


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MISKONSEPSI YANG TERJADI PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG LIMAS SISWA
KELAS VI SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :
Marta Dewi Ramadhani
NIM : 111134212

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SKRIPSI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi
Tindakan tanpa visi hanyalah membuang waktu
Visi dengan tindakan akan mengubah dunia

-

Joel Arthur -

DREAM, BELIEVE, ACHIEVE
-anonim-

Puji dan syukur pada ALLAH SWT
Karya ini ku persembahkan untuk:
Kedua orang tua ku tercinta: Bapak Sugeng Purwanto dan Ibu Sri Sulastri
Adikku tersayang Putri Gita dan Virda Prima
Mereka yang selalu membangkitkan semangat dan harapanku
Sahabat dan teman-teman seperjuangan

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ABSTRAK
Marta Dewi Ramadhani, 2015. Miskonsepsi yang Terjadi Pada Pembelajaran

Matematika Materi Bangun Ruang Limas Siswa Kelas VI Sekolah Dasar
Yogyakarta Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Pelajaran Matematika seringkali tidak disukai oleh kebanyakan siswa dengan
alasan bahwa Matematika merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini dikarenakan
pembelajaran Matematika di sekolah lebih sering menekankan pada perhitungan
dengan bermacam-macam rumus daripada pemahaman konsep yang terdapat dalam
pembelajaran Matematika itu sendiri, selain itu ketika dikelas siswa juga kurang
konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Faktor inilah yang
menjadi salah satu penyebab siswa mengalami miskonsepsi. Apabila miskonsepsi ini
dibiarkan terus menerus terjadi pada anak, maka tidak menutup kemungkinan
membuat anak menjadi terhambat dalam belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis miskonsepsi yang
dialami oleh siswa kelas VI Sekolah Dasar beserta faktor-faktor penyebabnya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Data penelitian ini dikumpulkan melalui hasil tes tertulis dan hasil wawancara
yang dilakukan dengan siswa kelas VI Sekolah Dasar. Tes tertulis bertujuan untuk
mengetahui jenis-jenis miskonsepsi yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pada
materi bangun ruang limas. Wawancara bertujuan untuk mengetahui lebih dalam
miskonsepsi yang dialami siswa beserta faktor penyebabnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis miskonsepsi yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah miskonsepsi klasifikasional dan miskonsepsi teoritik.
Miskonsepsi klasifikasiona secara garis besar terletak pada kesalahan siswa dalam
mengklasifikasikan contoh bangun ruang limas dan jenis-jenis bangun ruang limas.
Miskonsepsi teoritik dilihat dari kesalahan siswa dalam menjelaskan tentang konsep
bangun ruang limas. Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu, rendahnya minat
terhadap pelajaran Matematika, Siswa lebih suka bertanya dengan teman dari pada
dengan guru dan sumber belajar yang lebih menekankan pada penggunaaan buku dan
papan tulis saja terkadang membuat siswa menjadi sulit untuk memahami konsep
pembelajaran.
Kata kunci: Miskonsepsi, klasifikasional, teoritik, pembelajaran Matematika.

vii

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Marta Dewi Ramadhani, 2015. Misconception Happens in Learning Mathematics
using a Material of the Segment of a Pyramid Building in 6th Graders
Elementary School in Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Elementary School
Teaching Education Study Program, Teaching Faculty and Education
Knowledge of Sanata Dharma University, Yogyakarta.
Mathematic’s is often disliked by many students because of its difficulty. It
happens because the process of learning mathematic’s in school usually emphasizes
the calculation with many formulas than understanding its concept. Besides, when
studying in the class, students also lacks of concentration to follow the process of the
study. Those factors become one of the reasons why students experienced the
misconception. When the misconception is allowed to happen simultaneously, it is
possible to detain students in the process of study.
This research aims to understand the kinds of misconception that experienced
by 6 graders along with its causative factors. The research uses descriptive
qualitative as the method.
th

The data of the research are collected using the written test result and the
interview result that are conducted by the 6th graders. The written test aims to
understand the kinds of misconception that experienced by students in their working
on the instrument test in the segment of pyramid building. The interview result aims
to understand more detail about misconception that experienced by the students along
with the causative factors.
The result of this research shows that the kinds of misconception that found in
this research are klasifikasional misconception and theoretical misconception.
Klasifikasional misconception in general lies in the students’ mistake in explaining
the concept of the segment of pyramid building. A factor that caused the
misconception is the student’s low interest in mathematic. Students prefer to ask their
friends than their teacher and the source of study that less concrete that more
emphasis in the use of book and whiteboard sometimes make students become
difficult to understand the concept of the study.
Keywords: Misconception, Klasifikasional, Theoritic, Learning mathematic

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
yang berjudul MISKONSEPSI YANG TERJADI PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG LIMAS SISWA KELAS VI
SEKOLAH DASAR ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Penulis menyadari dan merasakan bahwa ada banyak dukungan, bantuan, dan
bimbingan dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi PGSD
Universitas Sanata Dharma.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. Selaku wakaprodi sekaligus dosen
pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, petunjuk, dan
arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai.
4. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan selama proses penelitian dan
penulisan skripsi hingga selesai.
5. Maria Melani Ika Susanti, S.pd.,M.Pd. Selaku dosen III yang telah bersedia
hadir untuk menguji, memberikan masukan maupun komentar kepada penulis.
6. Sutiyono, S.Pd. Kepala SDN Adisucipto 2 yang telah memberikan ijin tempat
untuk melakukan penelitian.
7. Tri Winarti S.Pd. Guru kelas VI yang telah bersedia memberikan bantuan
dalam proses penelitian.
ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT……………………………………………………………………..viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR ABSTRACT .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xvii
BAB 1.PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian .........................................................................................7
E. Definisi Operasional ......................................................................................8
xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Halaman
BAB II. KAJIAN TEORI.........................................................................................9
A. Landasan Teori ..............................................................................................9
1. Konsep…………………………………………………………………..9
a. Pengertian Konsep ..............................................................................9
b. Ciri-ciri Kosep………………………………………………….......10
c. Macam-macam Konsep…………………………………………….12
d. Kriteria Pemahaman Konsep……………………………………….13
2. Konsepsi .................................................................................................15
3. Miskonsepsi ............................................................................................16
a. Penyebab Miskonsepsi……………………………………………...17
b. Cara Mendeteksi Miskonsepsi……………………………………...23
4. Pembelajaran Matematika ......................................................................26
a. Tujuan Matematika…………………………………………………27
b. Komponen Pembelajaran Matematika………………………….…..28
5. Bangun Ruang Limas………………………………………………….30
a. Unsur-unsur Limas………………………………………………….31
b. Jenis-jenis Limas…………………………………………………...33
c. Jaring-jaring Limas…………………………………………………35
B. Penelitian yang Relevan .............................................................................36
C. Kerangka Berpikir ......................................................................................39
BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................................41
A. Jenis Penelitian ...........................................................................................41
B. Setting Penelitian........................................................................................41
x ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Halaman
C. Desain Penelitian………………………………………………….. ..……43
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………….45
E. Instrumen Penelitian ...................................................................................46
F. Kredibilitas dan Tranferabilitas ..................................................................56
G. Teknik Analisis Data ..................................................................................58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................61
A. Hasil Penelitian ..........................................................................................61
1. Deskripsi Hasil Survei Penelitian……………………………………...61
2. Deskripsi Hasil Penentuan Subjek…………………………………….62
3. Deskripsi Pengumpulan Data………………………………………….65
4. Analisis Data Penelitian……………………………………………….66
B. Pembahasan ..............................................................................................119
BAB V PENUTUP...............................................................................................123
A. Kesimpulan ..............................................................................................123
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................124
C. Saran .........................................................................................................125
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................126
LAMPIRAN .........................................................................................................128

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Limas. ..................................................................................33
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Uraian .............................................................................48
Tabel 3.2 Hasil Korelasi Soal Objektif…………………………………………..51
Tabel 3.3 Soal Sebelum dan Sesudah Revisi .........................................................52
Tabel 3.4 Kriteria Kecakapan Akademik ...............................................................54
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Siswa ..................................................................55
Tabel 4.1 Nilai Akhir Siswa ...................................................................................63
Tabel 4.2 Daftar Subjek Wawancara .....................................................................64
Tabel 4.3 Daftar Pelaksanaan Wawancara .............................................................65
Tabel 4.4 Teknik Analisis Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N5 pada indikator Menyebutkan contoh benda berbentuk limas
dalam kehidupan sehari-hari…………………………...................................68
Tabel 4.5 Teknik Analisis Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N5 pada indikator menyebutkan macam-macam limas
sesuai gambar……………………………………………………………….....71
Tabel 4.6 Teknik Analisis Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N5 pada indikator menggambar bangun ruang limas………………..74
Tabel 4.7 Teknik Analisis Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N24 pada indikator Menyebutkan contoh benda berbentuk limas
dalam kehidupan sehari-hari…………………………...................................78
Tabel 4.8 Teknik Analisis Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N24 pada indikator menyebutkan macam-macam limas
sesuai gambar……………………………………………………………….....81
Tabel 4.9 Teknik hasil tes tertulis dan wawancara subjek N24
pada indikator Menentukan jaring-jaring bangun ruang……………………..84
x iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Halaman
Tabel 4.10 Teknik Analisis Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N24 pada indikator menggambar bangun ruang limas………………87
Tabel 4.11 Teknik Analisis Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N25 pada indikator Menyebutkan contoh benda berbentuk limas
dalam kehidupan sehari-hari…………………………....................................92
Tabel 4.12 Teknik Analisis Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N25 pada indikator menyebutkan macam-macam limas
sesuai gambar……………………………………………………………….....95
Tabel 4.13Teknik hasil tes tertulis dan wawancara subjek N25
pada indikator menggambar bangun ruang limas………………………........97
Tabel 4.14 Teknik Analisi Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N17 pada indikator Menyebutkan contoh benda berbentuk limas
dalam kehidupan sehari-hari…………………………..................................101
Tabel 4.15 Teknik Analisi Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N17 pada indikator menyebutkan macam-macam limas
sesuai gambar………………………………………………………………...106
Tabel 4.16 Teknik Analisi Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N4 pada indikator Menyebutkan contoh benda berbentuk limas
dalam kehidupan sehari-hari…………………………..................................111
Tabel 4.17 Teknik Analisi Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N4 pada indikator menyebutkan macam-macam limas
sesuai gambar…………………………………………………………….…..114
Tabel 4.18 Teknik Analisi Data Hasil Tes Tertulis dan Hasil Wawancara
Subjek N4 pada indikator menggambar bangun ruang limas………………116

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Prisma segitiga………………………………………………………..3
Gambar 1.2 Limas segi empat……………………………………………………..4
Gambar 1.3 Limas segitiga………………………………………………………...4
Gambar 2.1 Gambar limas segi enam ....................................................................32
Gambar 2.2 Gambar skema pembuatan jaring-jaring limas segi empat ................35
Gambar 2.3 Gambar skema pembuatan jaring-jaring limas segitiga .....................35
Gambar 2.4 Gambar skema pembuatan jaring-jaring limas segi lima ...................36
Gambar 2.5 Gambar skema pembuatan jaring-jaring limas segi enam ................36

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Verbatim Siswa………………………………………………..129
Lampiran 2. Soal tes Tertulis………………………………………………..138
Lampiran 3. Alternatif Jawaban…………………………………………….142
Lampiran 4. Rubrik Penskoran……………………………………………...147
Lampiran 5. Hasil Validasi………………………………………………….150
Lampiran 6. Hasil Jawaban Siswa…………………………………………..152
Lampiran 7. Validasi Dosen Matematika…………………………………...172
Lampiran 8. Validasi Disen Psikologi……………………………………….175
Lampiran 9. Validasi Guru…………………………………………………..177
Lampiran 10. Surat Telah Melakukan Penelitian…………………………...179
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian…………………………………………..180
Lampiran 12. Biodata Penulis……………………………………………….181

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Pelajaran Matematika seringkali menjadi momok yang tidak disukai oleh
kebanyakan siswa dengan alasan bahwa Matematika merupakan pelajaran yang
banyak memiliki rumus-rumus rumit dalam setiap perhitungannya. Hal tersebut
dapat

dikarenakan

pengalaman

belajar

yang

dirasakan

siswa

kurang

menyenangkan, sehingga siswa menganggap pembelajaran Matematika itu
membosankan, sulit bahkan dapat menjadi momok yang menakutkan. Sebaliknya
bila pengalaman belajar Matematika yang dirasakan siswa positif maka siswa
tersebut akan memandang pelajaran Matematika mudah dan menyenangkan.
Secara tidak langsung jauh sebelum seorang siswa memasuki dunia sekolah
sesungguhnya, siswa tersebut sudah sangat erat dengan dunia Matematika.
Banyak pengalaman yang didapat setiap anak pada masa pra sekolah yang
berkaitan dengan dunia Matematika seperti, membandingkan, menyebutkan dan
berpikir mengenai bentuk, ukuran, letak, jumlah, waktu serta uang. Pengalaman
tersebut didapatkan ketika siswa berinteraksi dengan lingkungan, atau ketika
siswa tersebut berinteraksi dengan orang tua dan teman sepermainannya.
Pengalaman tersebut nantinya akan membentuk suatu pengetahuan baru yang
diperoleh pada setiap anak.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

Pendidikan Matematika sendiri memiliki peran yang sangat penting karena
Matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai
bidang kehidupan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
(2006: 153) ruang lingkup pelajaran Matematika meliputi bilangan, geometri dan
pengukuran serta pengolahan data.
Salah satu materi pelajaran Matematika yang diajarkan di kelas V semester
II adalah materi geometri. Pengenalan geometri di sekolah dasar memiliki tujuan
untuk membantu siswa mengenal lebih jauh lingkungan tempat hidupnya. Materi
geometri juga sudah diakrabi oleh siswa sebelum menginjak dunia sekolah.
Banyak lingkungan siswa yang mengandung objek visual tentang geometri
seperti bentuk

bangunan, alam sekitar, bentuk suatu karya seni dan masih

banyak lagi. Namun belajar tentang geometri tidaklah mudah, seperti yang
diungkapkan Muhassanah, dkk (56: 2014) dalam penelitiannya bahwa
mempelajari geometri, siswa membutuhkan suatu konsep yang matang sehingga
siswa mampu menerapkan keterampilan geometri yang dimiliknya seperti,
menvisualisasikan, mengenal bermacam-macam bangun datar dan ruang,
mendeskripsikan gambar, mensketsa gambar bangun, dan kemampuan untuk
mengenal perbedaan dan kesamaan antar bangun geometri. Dalam memecahkan
masalah geometri dibutuhkan juga pola berpikir dalam menerapkan konsep serta
keterampilan memecahkan masalah. Namun dalam kenyataannya masih banyak
siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari geometri serta memecahkan
soal-soal yang berkaitan dengan konsep awal pelajaran geometri terutama pada

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

materi bangun ruang limas. Siswa masih kesulitan dalam membedakan antara
bangun ruang limas dan bangun ruang prisma yang jelas terlihat kedua bangun
tersebut sangat berbeda. Siswa juga masih merasa kesulitan dalam menyebutkan
jenis-jenis bangun ruang limas. Permasalahan yang dialami siswa ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantarannya adalah pemahaman konsep yang
dimiliki siswa belum sepenuhnya matang. Hal ini dikarenakan pembelajaran
Matematika di sekolah lebih sering menekankan pada perhitungan dengan
bermacam-macam rumus daripada pemahaman konsep yang terdapat dalam
pembelajaran Matematika itu sendiri.
Bukti ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
secara spontan dengan beberapa siswa kelas VI di SD N Adisucipto 2 pada
tanggal 7 Mei 2014. Peneliti menunjukkan tiga gambar yang berbentuk limas
segi empat, limas segitiga dan prisma segitiga. Peneliti meminta siswa untuk
menunjukkan dari ketiga gambar tersebut mana yang merupakan bangun ruang
limas. Beberapa siswa kelas VI masih terbalik membedakan antara bangun ruang
prisma dan bangun ruang limas. Berikut contoh gambar yang ditunjukkan
peneliti pada siswa kelas VI.
1.

Gambar 1.1 prisma segitiga

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

2.

Gambar 1.2 limas segiempat
3.

Gambar 1.3 limas segitiga
Berdasarkan tiga gambar diatas yang ditunjukkan oleh peniliti, beberapa siswa
menjawab bahwa ketiga gambar tersebut merupakan gambar bangun ruang limas
dengan alasan ketiga gambar tersebut memiliki bentuk yang hampir sama. Siswa
yang lain juga ada yang menjawab bahwa gambar yang ketiga merupakan
bangun segitiga, karena bentuk bangun ruang limas pada gambar ketiga tersebut
sama dengan segitiga. Berdasarkan jawaban siswa tersebut dapat diketahui siswa
mengalami kesalahan atau kekeliruan konsep tentang bangun ruang limas.
Kekeliruan atau kesalahan konsep yang dialami siswa tersebut disebut juga
dengan istilah miskonsepsi.
Miskonsepsi itu sendiri diartikan sebagai salah konsep atau konsep yang
tidak sesuai dengan teori yang sebenarnya (Suparno, 5: 2005). Miskonsepsi
terjadi karena beberapa faktor misalnya, bisa dari guru, buku atau dari siswa itu
sendiri. Anak yang memiliki keingintahuan yang besar sebelum belajar, biasanya
mereka akan mencoba mencari sendiri atau melakukan inkuiri dengan apa yang
mereka ingin tahu sehingga anak akan mengalami miskonsepsi. Mengingat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pentingnya

pengusaan

konsep

dala

pembelajaran

Matematika,

5

maka

pembelajaran mengenai konsep perlu diberikan agar penguasaan dan pemahaman
konsep yang diperoleh siswa menjadi matang. Selain itu setiap siswa juga harus
memahami konsep tersebut dengan baik agar tidak mengalami miskonsepsi.
Kenyataan yang diperoleh peneliti pada tanggal 15 Mei 2014 melalui wawancara
yang dilakukan dengan guru kelas VI mengatakan, bahwa pada materi tentang
bangun ruang limas beberapa siswa di kelas VI sudah banyak yang lupa. Guru
kelas VI juga sering mengulang pelajaran tersebut namun siswa masih sering
lupa. Dalam wawancara guru kelas VI juga menjelaskan faktor penyebab siswa
cepat lupa terhadap materi pelajaran tersebut, dikarenakan siswa ketika di kelas
kurang konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran Matematika. Siswa
juga jarang mengulang pelajaran Matematika ketika di rumah dan PR yang
seharusnya dikerjakan di rumah mereka kerjakan di sekolah. Faktor inilah yang
nantinya akan berakibat pada siswa untuk mengalami miskonsepsi. Apabila
miskonsepsi ini dibiarkan terus menerus terjadi pada anak, maka tidak menutup
kemungkinan membuat anak menjadi terhambat dalam belajar.
Dengan demikian miskonsepsi merupakan sebuah kondisi yang perlu
ditangani agar tidak menghambat siswa dalam mempelajari pembelajaran
Matematika. Dalam hal ini juga diperlukan peran guru untuk memperhatikan
kesalahan yang dialami siswa, agar siswa tidak mengalami miskonsepsi yang
akan terus berkelanjutan. Langkah utama yang sebelumnya perlu dilakukan
adalah menganalisis jenis-jenis miskonsepsi yang dialami oleh siswa serta faktor-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

faktor penyebabnya. Penelitian tentang menganalisis jenis miskonsepsi serta
faktor penyebabya akan dilakukan di SD N Adisucipto 2 Yogyakarta yang sesuai
dengan hasil tanya jawab secara spontan terhadap siswa dan wawancara yang
dilakukan peneliti dingan guru kelas VI, bahwa di sekolah tersebut masih
terdapat beberapa siswa kelas IV yang mengalami kesalahan konsep pada materi
bangun ruang limas.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai miskonsepsi yang dialami siswa kelas VI SD N Adisucipto 2
Yogyakarta beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan harapan
penelitaian ini dapat menjadi gambaran bagi guru mengenai permasalahan
miskonsepsi pada pembelajaran Matematika materi bangun ruang limas untuk
dapat mencegah terjadinya miskonsepsi pada peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1.

Jenis miskonsepsi apa sajakah yang terdapat dalam pembelajaran Matematika
pada materi bangun ruang limas kelas VI SDN Adisucipto 2 Yogyakarta?

2.

Apa penyebab miskonsepsi yang dialami siswa kelas VI SD N Adisucipto 2
pada pembelajaran Matematika materi bangun ruang limas?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.

Mendeskripsikan jenis-jenis miskonsepsi yang terjadi pada pembelajaran
Matematika materi bangun ruang limas di SD N Adisucipto 2 Yogyakarta.

2.

Mengetahui

faktor-faktor

penyebab

miskonsepsi

yang

terjadi

pada

pembelajaran Matematika materi bangun ruang limas yang dialami siswa
kelas VI SD N Adisucipto 2 Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1.

Manfaat praktis

a. Bagi guru
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi lebih dalam mengenai
miskonsepsi serta faktor-faktor penyebab miskonsepsi.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti karena dapat menambah pengalaman
mengenai permasalahan miskonsepsi dalam lingkup SD pada mata pelajaran
Matematika. Sehingga ketika peneliti telah menjadi pendidik dan pengajar
dapat mengupayakan suatu metode pembelajaran yang tidak mengakibatkan
siswa mengalami miskonsepsi.
2. Manfaat teoritis.
Dapat menambah pengetahuan pada bidang pendidikan sekolah dasar
terutama tentang miskonsepsi pada pemahaman belajar siswa dalam bidang
studi Matematika.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini diambil berdasarkan kesimpulan dari
kajian teori yang ditulis oleh peneliti.
1.

Konsep merupakan suatu gambaran yang luas yang dapat digolongkan atau
diklasifikasikan secara sempit oleh setiap orang melalui pengalaman yang
dialaminya. Konsep sesungguhnya tidak dapat didefinisikan secara tepat
karena konsep yang didefinisikan setiap orang selalu berbeda sesuai
pengalaman yang dilihatnya.

2.

Konsepsi adalah konsep yang dimiliki seseorang melalui pemikiran dan
penalaran sendiri.

3.

Miskonsepsi dapat dikatakan apabila seseorang mengurangi atau menambahi
suatu teori para ahli sehingga membuat teori tersebut menjadi tidak sesuai
atau mengalami kekacauan dengan teori yang sebenarnya.

4.

Pembelajaran Matematika di sekolah merupakan proses interaksi antara guru
dan siswa yang saling bekerja sama untuk melatih siswa dalam berpikir dan
bernalar pada pembelajaran Matematika yang bersifat abstrak.

5.

Bangun ruang limas merupakan gambar tiga dimensi yang terbentuk dari
bangun datar sebagai alas dan dihubungkan oleh garis-garis serta titik sudut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Konsep
a. Pengertian Konsep
Konsep menurut Soedjadi (1999: 14) merupakan sebuah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan
sekumpulan objek. Setiap konsep seringkali sulit untuk didefinisikan
karena konsep merupakan sesuatu yang diterima setiap orang untuk
disimpulkan melalui perilaku. Hal senada juga diungkapkan oleh Rosser
(1994, dikutip oleh Dahar, 2006: 62) konsep adalah suatu abstraksi yang
mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang
mempunyai atribut yang sama.
Berg (1991: 8) menjelaskan bahwa konsep merupakan abstraksi dari
ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan yang
memungkinkan manusia untuk berpikir. Beberapa pendapat diatas dapat
diartikan bahwa konsep merupakan sebuah ciri-ciri, kejadian atau peristiwa
yang khas yang mewakili simbol dalam setiap budaya. Berg (1991: 11)
menjelaskan seorang siswa dapat dikatakan memahami suatu konsep
apabila (1) siswa tersebut mampu menjelaskan konsep yang bersangkutan,
9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

(2) mampu menjelaskan konsep yang bersangkutan dengan objek-objek
lain, (3) menjelaskan hubungan dengan objek-objek lain, (4) dapat
menjelaskan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu konsep
yang dibuat setiap orang satu dengan yang lainnya berbeda, hal ini
dikarenakan konsep yang dibentuk oleh setiap orang berdasarkan apa yang
dilihat atau berdasarkan pengalaman mereka sehingga menjadikan konsep
yang dibentuk setiap orang tidak pernah sama.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu
gambaran yang luas dapat digolongkan atau diklasifikasikan secara sempit
oleh setiap orang melalui pengalaman yang dialaminya. Konsep
sesungguhnya tidak dapat didefinisikan secara tepat karena konsep yang
didefinisikan setiap orang selalu berbeda sesuai pengalaman yang
dilihatnya
b. Ciri-ciri Konsep
Konsep merupakan abstraksi dari kejadian atau hal-hal yang memiliki
ciri-ciri atau ide mengenai sesuatu yang membantu setiap orang untuk
menafsirkan suatu konsep. Menurut Hamalik (2005: 162) ciri-ciri konsep
dapat digolongkan menjadi tiga kategori yang terdiri dari:
1) Atribut konsep adalah suatu konsep yang membedakan konsep satu
dengan konsep yang lainnya. Misalnya konsep mengenai konsep
lemon dan konsep laboratorium. Kedua objek tersebut memiliki atribut

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

konsep yang berbeda seperti konsep mengenai laboratorium yaitu
warna dan bentuk sedangkan konsep mengenai buah lemon yaitu
tentang rasa dan warna suatu objek.
2) Jumlah atribut adalah banyaknya atribut yang terdapat dalam setiap
konsep. Jumlah atribut dalam setiap konsep juga bermacam-macam
misalnya, laboratorium memiliki dua atribut yaitu warna dan bentuk,
lemon memiliki tiga atribut yaitu rasa,warna dan bentuk.
3) Kodominan atribut menunjuk bahwa beberapa atribut lebih dominan
dari pada yang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
konsep dibagi dalam tiga bagian. Pertama adalah atribut konsep yaitu
konsep yang membedakan konsep satu dengan konsep yang lain.
Kedua adalah jumlah atribut yang berarti banyaknya atribut dalam tiap
konsep dan yang ketiga adalah Kodomain atribut. Kodomain atribut
adalah atribut dalam konsep yang lebih dominan dari pada yang lain.
Selain ciri-ciri, konsep juga terbagi dalam tiga jenis yaitu,
konsep konjungtif, konsep disjungtif, dan konsep hubungan (Hamalik,
2005: 163).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

1) Konsep konjungtif
Konsep konjungtif merupakan konsep yang memiliki beberapa
atrubute, sebagai contoh “apel” memiliki 4 atribut yaitu bentuk (bulat),
warna (merah, hijau), rasa (asam ,manis), fungsi (makanan, buah).
2) Konsep disjungtif
Konsep disjungtif adalah suatu konsep yang memerlukan beberapa
atrubut beserta menghendaki tidak adanya atribut lain atau dapat
dikatakn konsep dapat terbentuk apabila ada atribut ini dan atribut itu.
3) Konsep hubungan
Suatu konsep yang atribut-atributnya berhubungan satu dengan yang
lain.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep
memiliki tiga jenis yang terdiri dari konsep konjungtif, konsep
disjungtif dan konsep hubungan.
c. Macam-macam Konsep
Konsep dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk dan tingkatannya
(Salirawati, 2010: 13). Menurut bentuknya konsep dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1)

13

Konsep klasifikasional, mencakup bentuk konsep yang didasarkan atas
klasifikasi fakta-fakta ke dalam bagan-bagan yang terorganisir.
Contohnya mengklasifikasikan konsep bangun ruang.

2)

Konsep korelasional, mencakup kejadian-kejadian khusus yang saling
berhubungan atau observasi-observasi yang terjadi atas dugaan-dugaan
terutama berbentuk formulasi prinsip-prinsip umum. Misal konsep
luas persegi panjang sebagai hasil kali dari panjang dan lebar.

3)

Konsep teoritik, mencakup bentuk konsep yang mempermudah kita
dalam mempelajari fakta-fakta atau kejadian-kejadian dalam system
yang terorganisir. Misalnya konsep titik, bilangan, himpunan.
Berdasarkan pendapat di atas macam-macam konsep dapat
dismpulkan menjadi tiga bagian. Pertama konsep teoritik dan konsep
korelasional. Konsep klasifikkasioanl adalah konsep yang didasarkan
atas klasifikasi terhadap fakta-fakta, misalnya dalam penelitian ini
konsep bangun ruang limas. Kedua konsep korelasional adalah konsep
yang kejadian yang saling berhubungan.

Ketiga adalah konsep

teoritik, yaitu konsep yang mempelajari fakta atau kejadian misalnya
dalam penelitian ini konsep tentang bangun ruang limas.
d. Kriteria Pemahaman Konsep
Sesorang siswa memahami konsep atau tidak, diperlukan
kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan pemahaman

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

tersebut (Budi, 1992: 114). Beberapa indikator yang menunjukan
pemahaman seseorang akan suatu konsep antara lain:
1) Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi
menggunakan kalimat sendiri. Siswa yang mampu menjelaskan
definisi atau suatu teori menggunakan bahasanya sendiri maka
siswa tersebut dapat dikatakan telah paham terhadap konsep
tersebut.
2) Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan dengan orang
lain. Siswa yang paham terhadap makna suatu konsep akan dengan
mudah menjelaskan makna konsep tersebut dengan orang lain
menggunakan bahasanya sendiri agar lebih mudah untuk dipahami.
3) Dapat menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum.
Siswa yang mampu menjelaskan mengenai hubungan konsep
dalam suatu hukum yang bersangkutan dapat dikatakan memahami
konsep tersebut.
4) Dapat menerangkan konsep untuk:
a) Menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus.
b) Memecahkan masalah baik secata teoritis maupun praktis.
c) Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi
pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi.
5) Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat.
6) Dapat membedakan konsep yang satu dengan yang lain yang
saling berkaitan. Siswa yang telah paham akan suatu konsep dapat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

membedakan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain
dalam waktu bersamaan.
7) Dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang
salah, dan dapat membuat membuat peta konsep dari konsepkonsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
seorang siswa dikatakan telah memahami konsep apabila siswa
tersebut (1) siswa mampu menjelaskan konsep dengan bahasanya
sendiri, (2) siswa mampu menjelaskan makna tersebut dengan
orang lain, (3) siswa mampu menghubungkan suatu konsep dengan
hukum yang berlaku, (4) siswa mampu menerangkan konsep
dalam berbagai situasi, (5) siswa mampu mempelajari konsep lain
yang saling berkaitan, (6) siswa mampu membedakan antar konsep
yang berbeda dengan waktu yang bersam-sama dan yang terakhir
(7) siswa mampu membedakan konsep yang benar dan mana
konsep yang salah.
2. Konsepsi
Konsepsi merupakan tafsiran perorangan atau individu terhadap suatu
konsep (Berg, 1991: 8). Setiap siswa sebelum memasuki dunia sekolah
ternyata sudah mempunyai konsepsi atau teori mengenai konsep-konsep suatu
pembelajaran yang mereka dapat melalui pengalaman dan pengetahuan
konsepsi. Konsepsi siswa disini bisa dikatakan benar namun juga bisa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

dikatakan salah. Apabila konsepsi siswa sama dengan konsepsi para ahli,
maka konsepsi siswa tersebut dapat dikatakan benar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi adalah
konsep yang dimiliki seseorang melalui pemikiran dan penalaran sendiri.
3. Miskonsepsi
Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang salah atau tidak sesuai
dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar pada
bidangnya (Suparno, 2005:

4). Salah konsep atau misconception terjadi

karena adanya penambahan atau penghilangan dari apa yang ada pada konsep
tersebut. Salah konsep (misconception) seringkali muncul ketika konsep awal
(prakonsepsi) yang diterima oleh siswa melalui pengalaman yang mereka
alami belum matang. Apabila sebuah konsep merupakan hasil penyimpulan
atau penyederhanaan yang dilakukan oleh siswa, maka konsep siswa tidak
dapat dikatakan salah. Seperti yang dijelaskan Berg (1991: 10) yang dimaksud
dengan miskonsepsi yaitu apabila konsep siswa bertentangan dengan konsep
para ahli maka hal itu disebut dengan miskonsepsi namun jika konsep siswa
tersebut hasil dari pensederhanaan konsep para ahli maka siswa tidak dapat
dikatakan miskonsepsi.
Salah konsep juga dapat diartikan sebagai sebuah kesalahan terhadap
konsep-konsep yang terjadi apabila konsepsi seorang siswa berbeda dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

konsepsi para ahli yang secara teoritis konsep tersebut dianggap benar dan
baku, dan secara objektif keilmuaan konsepsi tersebut memang salah (Budi,
1992: 114).
Pemaparan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan seseorang
mengalami miskonsepsi apabila mengurangi atau menambahi suatu teori para
ahli sehingga membuat teori tersebut menjadi tidak sesuai atau mengalami
kekacauan dengan teori yang sebenarnya. Namun apabila konsep tersebut
merupakan hasil dari penyederhanaan teori para ahli maka konsep tersebut
tidak dapat dikatakan salah.
a. Penyebab Miskonsepsi
Timbulnya miskonsepsi dapat disebabkan oleh berbagai macam hal.
Suparno (2005: 29) menjelaskan penyebab miskonsepsi secara garis besar
dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu siswa, guru, buku teks, konteks
dan metode mengajar.
1) Siswa
Miskonsepsi yang banyak terjadi terdapat pada siswa itu sendiri.
Miskonsepsi yang berasal dari siswa dikelompokkan dalam beberapa hal
yaitu:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

a)

18

Prakonsepsi atau konsep awal
Berg (1991: 10) menjelaskan bahwa siswa sebelum memasuki
dunia sekolah mereka sudah memiliki konsep-konsep mengenai
banyak hal yang mereka dapatkan dari pengalaman dengan peristiwaperistiwa tersebut. Suparno (2003: 35) juga menjelaskan bahwa
prakonsepsi yang diperoleh siswa sebelum masuk dalam dunia sekolah
biasanya mereka dapatkan dari orang tua, teman, awal mula sekolah
dan pengalaman di lingkungan sekolah.

b) Reasoning yang tidak lengkap atau salah
Reasoning dapat disebut juga sebagai penalaran. Penalaran siswa
dalam menagkap sebuah pengetahuan pastilah berbeda-beda, akan
tetapi penalaran yang diterima siswa dalam menangkap sebuah
informasi seringkali tidak lengkap atau salah. Hal tersebut yang
menjadikan timbulnya miskonsepsi pada siswa (Suparno, 2005: 38).
c)

Intuisi yang salah
Suparno (2005: 38) menjelaskan bahwa intuisi adalah perasaan
spontan dalam diri seseorang dalam mengungkapakan sikap atau
gagasannya sesuatu. Intuisi ini dapat menjadi salah dan berakibat
miskonsepsi apabila intuisi yang dialami oleh siswa hanya sebatas

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

intuisi spontan siswa tanpa adanya penelitian atau pembuktian terlebih
dahulu secara objektif dan rasional.
d) Kemampuan siswa
Secara umum, siswa yang memiliki kemampuan intelegensi
matematis-logisnya kurang tinggi, dapat mengakibatkan siswa tersebut
mengalami miskonsepsi. Hal ini dikarenakan siswa akan merasa
kesulitan menangkap konsep-konsep pembelajaran yang diajarkan oleh
guru terutama konsep pembelajaran yang sifatnya abstrak seperti
Matematika. Terkadang siswa yang tidak memiliki kemampuan
intelegensi yang tinggi merasa bahwa konsep yang mereka telah
pahami adalah konsep yang benar, maka terjadilah miskonsepsi
(Suparno, 2005: 40)
e)

Minat belajar
Minat siswa terhadap suatu bidang studi juga berpengaruh
terhadap munculnya miskonsepsi yang dialami oleh setiap siswa.
Suparno (2005: 40) menjelaskan siswa yang tidak tertarik atau bahkan
benci terhadap salah satu bidang studi biasanya kurang berminat untuk
mempelajari bidang studi tersebut. Seorang siswa yang tidak berminat
terhadap salah satu bidang studi, bila mengalami kesalahan menangkap
suatu konsep seringkali tidak berminat untuk mencari mana yang benar

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

dan mengubah konsep yang salah. Akibatnya mereka akan lebih
mudah mengalami kesalahan dan terjadilah miskonsepsi
2) Guru
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik (Djamarah, 2005: 21). Miskonsepsi yang dialami siswa juga dapat
diakibatkan dari guru yang belum menguasai materi dalam suatu bidang
studi. Guru mengalami miskonsepsi selain karena belum menguasai
materi juga karena pembelajaran yang diterima oleh guru tersebut sudah
mengalami miskonsepsi dan tidak adanya pembenaran. Selain itu guru
yang tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan
gagasannya dapat menyebabkan pula terjadinya misko