Identifikasi miskonsepsi pembelajaran matematika materi volume bangun ruang (tabung, balok, kubus) pada siswa kelas V di Sekolah Dasar.

(1)

ABSTRAK

Bati, Alan Trisna. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Pembelajaran Matematika Materi Volume Bangun Ruang (Tabung, Balok, Kubus) Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. (Skripsi). Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri Tempak 1 tahun pelajaran 20014/2015 tentang materi menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung serta menemukan apa saja faktor yang menyebabkannya.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tempak 1 pada bulan Januari 2015, dengan subjek partisipan 22 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis dan wawancara. Tes tertulis berupa soal uraian yang digunakan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Analisis tes digunakan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa berdasarkan hasil jawaban siswa dan memperoleh nilai akhir siswa kemudian analisis wawancara digunakan untuk menemukan apa saja faktor penyebab miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Subjek wawancara adalah siswa yang mengalami miksonsepi berdasarkan nilai akhir yang rendah.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) siswa mengalami miskonsepsi dalam materi menghitung volume balok yakni siswa salah dalam menentukan rumus yang tepat untuk menghitung volume balok, siswa terbalik dalam penggunaan rumus menghitung volume balok dengan menghitung volume kubus, (2) miskonsepsi dalam menghitung volume tabung yakni siswa tidak tepat dalam penggunaan phi antara 3,14 dengan . Miskonsepsi yang dialami siswa merupakan jenis miskonsepsi teoritik.


(2)

ABSTRACT

Bati, Alan Trisna. (2015). Identification of Learning Math Misconceptions Material of Volume (Cylinder, Beam, Cube) of the fifth graders of Elementary School. (Skripsi). Yogyakarta. Faculty of Education and Teachers Training. Primary School Teacher Education. Sanata Dharma University.

The Objective of this research were to know had been around by the fifth graders of SD Negeri Tempak 1 in the school year 2014/ 2015 about calculate the material of volume especially Beam, Cube and cylinder as well as finds what are the factors that cause it.

The kind of this research belongs to qualitative descriptive. This research was conducted in SD Negeri Tempak 1 in January 2015, subject of the participant is 22 students. The technique of data collection was obtained by written test and interview. Written test like essay is used to know the misconception that experienced by students. Data analysis use qualitative descriptive. Test analysis are used to know the misconception that experienced based on the results of the students’ answer and obtain a final score of students and then interview analysis are used to find out what the factor cause the misconception that experienced by students. The subject of interview is students who experience the misconception and become the subject based on the final score with the low score.

The result of this research shows that: (1) students experience the misconception to calculate the volume of material in the beam is the students were wrong to determine exact formula to calculate the volume of the beam, students overturned in the use of the formula to calculate the volume of the beam with calculate the volume of cube, (2) the misconception in calculating the volume of cylinder which students are not precise in the use of phi between 3.14 and . The misconception that a student is kind of a misconception to theoretic.


(3)

i

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PEMBELAJARAN

MATEMATIKA MATERI VOLUME BANGUN RUANG

(TABUNG, BALOK, KUBUS)

PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Alan Trisna Bati NIM : 111134120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Bapak dan Ibuku yang selalu menjadi semangat hidupku terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini. Kedua kakakku, teman-teman, seluruh warga SD Negeri Tempak 1 terima kasih atas bantuan, dan perhatian yang diberikan.


(7)

v MOTTO

Sedikit Bicara, Banyak Bekerja

Lebih baik memecahkan masalah dari pada


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

Bati, Alan Trisna. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Pembelajaran Matematika Materi Volume Bangun Ruang (Tabung, Balok, Kubus) Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. (Skripsi). Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri Tempak 1 tahun pelajaran 20014/2015 tentang materi menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung serta menemukan apa saja faktor yang menyebabkannya.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tempak 1 pada bulan Januari 2015, dengan subjek partisipan 22 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis dan wawancara. Tes tertulis berupa soal uraian yang digunakan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Analisis tes digunakan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa berdasarkan hasil jawaban siswa dan memperoleh nilai akhir siswa kemudian analisis wawancara digunakan untuk menemukan apa saja faktor penyebab miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Subjek wawancara adalah siswa yang mengalami miksonsepi berdasarkan nilai akhir yang rendah.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) siswa mengalami miskonsepsi dalam materi menghitung volume balok yakni siswa salah dalam menentukan rumus yang tepat untuk menghitung volume balok, siswa terbalik dalam penggunaan rumus menghitung volume balok dengan menghitung volume kubus, (2) miskonsepsi dalam menghitung volume tabung yakni siswa tidak tepat dalam penggunaan phi antara 3,14 dengan . Miskonsepsi yang dialami siswa merupakan jenis miskonsepsi teoritik.


(11)

ix ABSTRACT

Bati, Alan Trisna. (2015). Identification of Learning Math Misconceptions Material of Volume (Cylinder, Beam, Cube) of the fifth graders of Elementary School. (Skripsi). Yogyakarta. Faculty of Education and Teachers Training. Primary School Teacher Education. Sanata Dharma University.

The Objective of this research were to know had been around by the fifth graders of SD Negeri Tempak 1 in the school year 2014/ 2015 about calculate the material of volume especially Beam, Cube and cylinder as well as finds what are the factors that cause it.

The kind of this research belongs to qualitative descriptive. This research was conducted in SD Negeri Tempak 1 in January 2015, subject of the participant is 22 students. The technique of data collection was obtained by written test and interview. Written test like essay is used to know the misconception that experienced by students. Data analysis use qualitative descriptive. Test analysis are used to know the misconception that experienced based on the results of the students’ answer and obtain a final score of students and then interview analysis are used to find out what the factor cause the misconception that experienced by students. The subject of interview is students who experience the misconception and become the subject based on the final score with the low score.

The result of this research shows that: (1) students experience the misconception to calculate the volume of material in the beam is the students were wrong to determine exact formula to calculate the volume of the beam, students overturned in the use of the formula to calculate the volume of the beam with calculate the volume of cube, (2) the misconception in calculating the volume of cylinder which students are not precise in the use of phi between 3.14 and . The misconception that a student is kind of a misconception to theoretic.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat, cinta dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI VOLUME BANGUN RUANG (TABUNG, BALOK, KUBUS) PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR” dengan lancar sesuai dengan waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph. D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Kaprodi PGSD. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakaprodi PGSD.

4. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Wurmiyati, S. Pd. SD., Kepala Sekolah SD Negeri Tempak 1, yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti.


(13)

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Konsep ... 8

B. Macam-Macam Konsep ... 9

C. Memahami Konsep ... 10

D. Konsepsi ... 10

E. Pengertian Miskonsepsi ... 11

F. Penyebab Miskonsepsi ... 12 Halaman


(15)

xiii

G. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi ... 16

H. Pembelajaran Matematika ... 19

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 19

2. Hakikat Matematika... 20

3. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 21

I. Bangun Ruang ... 23

J. Volume Bangun Ruang ... 23

1. Balok ... 23

2. Kubus ... 25

3. Tabung ... 26

K. Penelitian yang Relevan ... 28

L. Kerangka Pikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Setting Penelitian ... 35

C. Desain Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Kredibilitas dan Transferbilitas ... 43

G. Metode Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

B. Deskripsi Hasil Penentuan Subjek Penelitian ... 47

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

1. Pelaksanaan Penelitian ... 48

2. Data Hasil Uji Instrumen Tes ... 50

D. Analisis Data Penelitian ... 51

E. Pembahasan ... 68

BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73


(16)

xiv

C. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN ... 77


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Soal Tes ... 38

Tabel 3.2. Hasil Validasi... 39

Tabel 3.3. Rentang Skor Lembar Validasi ... 40

Tabel 4.1. Subjek Wawancara ... 48

Tabel 4.2. Daftar Pelaksanaan Wawancara ... 49

Tabel 4.3. Nilai Akhir Siswa ... 50

Tabel 4.4 Triangulasi Teknik Soal nomor 2 Subjek DS kode siswa N6 ... 54

Tabel 4.5 Triangulasi Teknik Soal nomor 2 Subjek WD kode siswa N10 ... 58

Tabel 4.6 Triangulasi Teknik Soal nomor 2 Subjek DN kode siswa N14 ... 61

Tabel 4.7 Triangulasi Teknik Soal nomor 3 Subjek ER kode siswa N18 ... 63

Tabel 4.8 Triangulasi Teknik Soal nomor 5 Subjek ER kode siswa N18 ... 66 Halaman


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Validasi Instrumen Soal Tes ... 78

Lampiran 2. Validasi Pedoman Wawancara ... 84

Lampiran 3. Uji Empiris Instrumen Tes ... 86

Lampiran 4. Soal-Soal yang digunakan untuk Mengetahui Miskonsepsi Siswa .. 90

Lampiran 5. Hasil Pekerjaan Siswa yang Menjadi Subjek Wawancara ... 92

Lampiran 6. Hasil Wawancara pada Subjek ... 104

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian ... 109

Lampiran 8. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SD ... 110 Halaman


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi, berhubungan dan bergantung satu sama lain. Proses pembelajaran yang terjadi dalam lingkungan sekolah yaitu adanya interaksi antara guru dengan siswa. Guru sebagai fasilitator bagi siswa bertugas menyampaikan informasi kepada siswa tentang materi-materi yang dibutuhkan siswa. Belajar tidak sebatas memperoleh informasi tetapi belajar untuk memahami proses membuat koneksi (keterkaitan), menggunakan pengetahuan secara lincah dan fleksibel sehingga terbentuk suatu wawasan yang bermakna. Belajar dapat diperoleh dari berbagai sumber dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Sumber belajar dapat berupa manusia yang berfungsi sebagai fasilitator ataupun non manusia seperti buku, siaran radio dan televisi, rekaman bahan belajar pandang dan dengar, alam semesta, dan masalah yang dihadapi (Basleman dan Mappa 2011: 2). Siswa memperoleh informasi atau pengetahuan tidak hanya berdasarkan pemberian dari guru, tetapi dapat saja siswa memiliki pengetahuan selain dari lingkungan sekolah, misalnya dari lingkungan keluarga, masyarakat serta media elektronik. Terkadang informasi atau pengetahuan yang sudah diperoleh siswa dari lingkungannya tidak sesuai dengan konsep pemahaman yang benar. Siswa sebelum mengikuti proses


(20)

pembelajaran secara formal di sekolah sudah membawa konsep awal. Konsep awal yang siswa bawa tersebut kadang-kadang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsep yang diterima oleh para ahli. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah itu biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep (Suparno, 2008: 2). Suatu konsep dipahami secara benar bila tidak terjadi kesalahan pemahaman atau salah konsepsi yang dapat terjadi pada siapa saja (Budi, 1992: 129).

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini (KTSP 2006: 147).

Menurut Depdiknas (2006: 148), mata pelajaran Matematika diberikan kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan megaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,


(21)

merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lainya untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam meperlajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Mata pelajaran Matematika di sekolah dasar terdapat beberapa materi yang diberikan kepada siswa salah satunya adalah materi tentang menghitung volume bangun ruang. Volume adalah suatu konsep pada materi pembelajaran Matematika yang harus dikuasai oleh siswa khususnya kelas V. Materi ini dipelajari oleh siswa tidak hanya di sekolah dasar saja tapi nantinya akan bekelanjutan di jenjang sekolah berikutnya. Proses pembelajaran siswa di sekolah dalam mempelajari materi tingkat pemahaman antara siswa satu dengan yang lainya tidaklah sama. Tingkat pemahaman siswa yang berbeda tersebut dapat menimbulkan kelasahan konsep atau miskonsepsi pada siswa yang tingkat pemahamanya rendah. Miskonsepsi siswa dapat disebabkan karena siswa sendirilah yang mengolah dan mencoba mengambil makna dan pengertian dalam dirinya (Suparno 1998: 28). Kesalahan konsep atau miskonsepsi pada siswa dapat terjadi karena beberapa penyebab selain tingkat pemaham siswa yang rendah, guru dapat menjadi sumber penyebab miskonsepsi karena dalam menyampaikan materi pembelajaran guru mengalami miskonsepsi. Kemudian buku pegangan siswa dapat menyebabkan miskonsepsi karena salah dalam penulisan buku.


(22)

Pada saat peneliti melakukan pengamatan metode mengajar guru di kelas V di SDN Tempak 1 Candimulyo, Magelang pada hari Kamis, 2 Oktober 2014, peneliti mengamati proses pembelajaran Matematika pada materi menghitung volume bangun ruang. Guru kelas dalam mengajarkan materi tentang volume bangun ruang masih salah dalam membedakan tinggi limas atau sisi miring limas untuk mencari volumenya. Pada saat menjelaskan rumus menghitung volume limas segitiga guru tidak tepat dalam menentukan tinggi segitiga yang menjadi alas limas. Kejadian tersebut memungkinan dapat menyebabkan kesalahan konsep atau miskonsepsi pada siswa dalam memperlajari materi menghitung volume bangun ruang.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tetang miskonsepsi yang terjadi terhadap bangun selain limas yaitu pada konsep menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung. Peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui salah konsep atau miskonsepsi pada materi volume yang dialami siswa serta apa saja faktor penyebabnya peneliti yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Pembelajaran Matematika Materi Menghitung Volume Bangun Ruang Khususnya Balok, Kubus dan Tabung pada Siswa Kelas V Di SDN Tempak 1 Candimulyo Magelang”

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada identifikasi miskonsepsi yang dilakukan siswa dan faktor penyebab miskonsepsi


(23)

pembelajaran Matematika sekolah dasar kelas V di SDN Tempak 1 Candimulyo Magelang tentang pengukuran volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalahnya adalah: 1. Jenis miskonsepsi apa yang dialami siswa kelas V SDN Tempak 1

Candimulyo Magelang tentang menghitung volume bangun ruang khusunya balok, kubus dan tabung?

2. Apa faktor yang menyebabkan terjadi miskonsepsi tentang pengukuran volume bangun ruang balok, kubus dan tabung pada kelas V di SDN Tempak 1 Candimulyo Magelang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan temuan salah konsep atau miskonsepsi, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan miskonsepsi yang dilakukan siswa terkait konsep menghitung volume bangun ruang pada kelas V di SDN Tempak 1, Candimulyo, Magelang.

2. Faktor yang menyebabkan miskonsepsi terkait konsep menghitung volume bangun ruang pada kelas V di SDN Tempak 1, Candimulyo, Magelang.


(24)

E. Batasan istilah

1. Konsep adalah hasil atau perolehan yang penting dalam proses belajar yang abstrak baik positif maupun negatif kemudian mampu memahaminya dan didefinisikan sendiri.

2. Konsepsi adalah kemampuan seseorang dalam memahami suatu konsep yang diperoleh dari lingkunganya.

3. Miskonsepsi adalah pemahaman konsep seseorang yang berbeda dengan konsep-konsep yang sudah diartikan oleh para ahli.

4. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang bersifat dedukti dan terbukti kebenaranya kemudian matematika dapat menjadi alat komunikasi antara orang satu dengan yang lainya dalam menyampaikan gagasan atau ide. 5. Bangun ruang adalah suatu bangun yang mempunyai sisi, rusuk dan titik

sudut yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Praktis

1. Bagi guru

Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan jenis miskonsepsi dan faktor penyebabnya terkait konsep menghitung volume bangun ruang khususnya tabung, balok dan kubus.


(25)

2. Bagi peneliti

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pengajaran kelak saat mengajar langsung pada mata pelajaran matematika.

b. Manfaat Teoritis

Dapat menambah pengetahuan bidang pendidikan dasar terutama pada miskonsepsi yang dialami siswa SD terkait konsep menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung untuk siswa kelas lima.


(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep

Menurut Bahri (2011: 30-31), konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik.

Konsep merupakan perolehan makna yang penting dari belajar. Makna atau arti konsep tersebut di peroleh dari kejadian yang dialaminya baik positif maupun negatif. Sekali memperoleh konsep, peserta didik akan mampu mengenal hal atau kejadian dan mampu memberikan definisi verbal dari konsep tersebut (Blaseman dan Mappa 2011: 67).

Bell (dalam Purwanto, 2011: 236) manyatakan bahwa konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan. Konsep dalam Matematika sering diungkapkan melalui definisi atau contoh-contoh. Misalnya, konsep kekontinuan fungsi merupakan ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan apakah suatu fungsi


(27)

kontinu atau tidak. Ide abstrak ini dibatasi dengan ungkapan yang berupa

“definisi kekontinuan fungsi”. Suatu konsep pada umumnya disusun atau

dibentuk dari konsep-konsep lain, fakta-fakta atau aksioma-aksioma yang sudah dikenal sebelumnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa konsep adalah hasil atau perolehan yang penting dalam proses belajar yang abstrak baik positif maupun negatif kemudian mampu memahaminya dan didefinisikan sendiri.

B. Macam-Macam Konsep

Berdasarkan bentuknya konsep dapat dibedakan menjadi 3 jenis menurut Amien (1987: 18), yaitu:

a. Konsep klasifikasional, mencangkup bentuk konsep yang didasarkan atas klasifikasi fakta-fakta kedalam bagan yang terogranisir. Misal mengklasifikasikan konsep segitiga atau konsep trigonometri.

b. Konsep korelasional, mencangkup kejadian-kejadian khusus yang saling berhubungan, atau observasi-observasi yang terdiri dari atas dugaan terutama berbentuk formulasi prinsip-prinsip umum. missal konsep luas persegi panjang sebagai hasil kali dari panjang kali lebar.

c. Konsep teoritik, mencangkup bentuk konsep yang mempermudah kita dalam mempelajari fakta-fakta atau kejadian-kejadian dalam


(28)

sistem yang terorganisir. Misalnya konsep titik, bilangan, himpunan.

C. Memahami Konsep

Menurut Budi (1992: 114), salah satu tujuan belajar adalah memahami suatu materi dan usaha siswa tersebut perlu diukur tingkat keberhasilannya. Untuk dapat memutuskan apakah seseorang memahami konsep atau tidak, diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukan pemahaman tersebut.

Beberapa indikator yang menunjukan pemahaman seseorang akan suatu konsep antara lain (1) Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain, (3) Dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) Dapat mempelajari konsep lain yang saling berkaitan, (5) Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan.

D. Konsepsi

Konsepsi dapat didefinisikan sebagai tafsiran perorangan atau individu terhadap suatu konsep (Berg, 1991). Contohnya konsep bola, bola dapat ditafsirkan oleh seorang anak sebagai suatu benda kecil, bulat dan menggelinding. Sedangkan menurut Budi (1992: 114-115), konsepsi adalah


(29)

sebagai kemampuan memahami konsep, baik yang diperoleh dari indera maupun kondisi lingkungan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi adalah kemampuan seseorang dalam memahami suatu konsep yang diperoleh dari lingkunganya.

E. Pengertian Miskonsepsi

Menurut Suparno (2005 : 2), miskonsepsi adalah konsep awal yang siswa bawa kadang-kadang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsep yang diterima para ahli. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar dalam bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Flower (dalam Suparno, 2005: 5) menyatakan bahwa miskonsepsi adalah sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep , penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.

Budi (1992: 114-115) mengungkapkan bahwa kesalahan konsep atau miskonsepsi adalah terjadi perbedaan konsepsi antara orang yang satu dengan yang lain dalam mempelajari konsep untuk menangkap makna konsep melalui proses persepsi melalui tahap-tahap perekaman informasi.


(30)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah pemahaman konsep seseorang yang berbeda dengan konsep-konsep yang sudah diartikan oleh para ahli.

F. Penyebab Miskonsepsi

Menurut Budi (1992: 115) empat sumber yang mungkin menyebabkan terjadinya salah konsep adalah guru (dosen), proses mengajar, siswa, buku pegangan (buku ajar). Buku ajar atau bahan ajar yang akan disajikan mepengaruhi dalam pemilihan jenis strategi belajar yang akan digunakan (Basleman dan Mappa 2011: 44). Salah konsep bukan memonopoli siswa, dan terjadi dimana saja (Euwe & Berg, 1991: 2-3). Bila salah konsepsi terjadi pada siswa maka kesalahan yang sama dapat terjadi pada guru (dosen) atau pengajar pada umumnya. Konsepsi salah yang diperoleh dari proses belajar mengajar tidak pernah diremidiasi karena tidak disadari sebagai kelasalahan, tetap merupakan konsepsi yang salah. Bila terjadi salah konsepsi pada guru tentu tidak mustahil tidak terjadi salah konsepsi pada siswa. Sebaliknya bila tidak terjadi salah konsepsi pada guru, tidak berarti bahwa tidak akan terjadi salah konsepsi pada siswa. Konsepsi yang dibentuk melalui proses belajar mengajar, kesalahanya dapat disebabkan oleh proses belajar mengajarnya sendiri. Buku sumber (buku ajar) dapat merupakan salah satu konsepsi yang potensial. Sumber kesalahan itu dapat berupa salah konsepsi yang dimiliki penulis. Yaitu terjadi salah tulis


(31)

perbedaan ide penulis dengan apa yang tertulis, atau uraian yang dapat menimbulkan penafsiran dan penyimpulan yang salah.

Menurut Suparno (2005: 29), secara garis besar penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu; siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

1) Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokan dalam beberapa hal, antara lain:

a. Prakonsepsi atau konsep awal siswa, banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering mengandung miskonsepsi. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh orangtua, teman, sekolah awal, dan pengalaman dilingkungan siswa. b. Pemikiran asosiatif siswa, asosiatif siswa terhadap istilah

sehari-hari kadang-kadang juga membuat miskonsepsi. c. Pemikiran Humanistik, siswa kerap kali memandang semua

benda dari pandangan manusiawi.

d. Reasoning yang tidak lengkap atau salah, miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah.

e. Intiuisi yang salah, intuisi atau perasaan siswa yang dapat menyebabkan miskonsepsi.


(32)

f. Tahap perkembangan kognitif siswa, perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Siswa yang masih dalam tahap operasional konkret bila mempelajari bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tantang konsep bahan tersebut.

g. Kemampuan siswa, siswa yang kurang berbakat kurang mampu dalam mempelajari materi sering mengalami kesulitan menangkap konsep dalam proses belajar.

h. Minat belajar, siswa yang berminat belajar cenderung rendah mengalami miskonsepsi dari pada yang tidak minat dalam belajar.

2) Guru atau pengajar

Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru. Tidak menguasai bahan, tidak kompeten, bukan lulusan dari bidang ilmu, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan atau ide, realisasi guru-siswa tidak baik.

3) Buku teks

Buku teks juga dapat menyebarkan miskonsepsi. Mungkin karena bahasanya yang sulit atau karena penjelasan tidak benar, miskonsepsi tetap diteruskan.


(33)

4) Konteks

a. Pengalaman siswa

Pengalaman belajar siswa dalam kegiatan sehari-harinya dapat menjadi sumber belajar namun dalam pengalamanya tersebut belum tentu hasil yang diperolehnya sudah sesuai dengan yang ada dalam pembelajaran yang formal di sekolah.

b. Bahasa sehari-hari

Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh siswa dalam berbicara dengan sesama teman dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap apa yang disampaikan mungkin saja terjadi kekeliruan dalam memahami apa yang sedang dibicarakan.

c. Teman lain

Miskonsepsi dapat terjadi dapat berasal dari teman sejawat karena tidak semua siswa mempunyai tingkat pemahaman yang sama.

5) Metode mengajar

Beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering mempunyai dampak jelek, yaitu memunculkan miskonsepsi siswa.


(34)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan penyebab miskonsepsi adalah siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Miskonsepsi pada siswa terjadi karena pengetahuan awal siswa, pemikiran siswa, pemahaman siswa yang berbeda, cara berfikir yang berbeda serta minat yang ada di dalam diri siswa. Miskonsepsi pada guru terjadi karena guru kurang menguasai bahan materi serta tidak berkompeten, realisasi guru – siswa yang kurang. Buku teks dapat menjadi sumber penyebab miskonsepsi karena jika terjadi kekeliruan dalam penulisan buku, maka dapat membuat miskonsepsi salah tulis dan yang lainnya. Konteks menjadi penyebab miskonsepsi karena pengalaman siswa yang berbeda serta bahasa yang digunakan biasanya berbeda. Kemudian cara mengajar dapat menjadi penyebab miskonsepsi karena metode yang digunakan guru kebanyakan tidak mengungkap miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Kemudian metode mengajar guru yang sulit dipahami oleh siswa, serta buku ajar yang dibuat tidak sesuai dengan menggunakan bahasa yang sulit.

G. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi

Menurut Suparno (1998: 23-24) cara bagi seorang peneliti atau seorang guru mendeteksi salah pengertian siswa, yaitu:

1. Tes pilihan ganda dengan suatu perntanyaa terbuka “mengapa?” Pertanyaan pilihan ganda digunakan untuk melihat dengan cepat apakah siswa menjawab dengan benar, sedangkan


(35)

pertanyaan terbuka “mengapa” akan memberikan pengertian

atas alasan siswa memilih jawaban tersebut. 2. Tes pilihan ganda digabungkan wawancara pribadi

Siswa diberi pertanyaan pilihan ganda seperti no.1. Dari hasil pilihan ganda dapat diketahui konsep mana yang kebanyakan masih salah. Selanjutnya berdasarkan beberapa konsep yang salah itu, siswa diwawancarai. Dari wawancara tersebut digali mengapa siswa berpendapat begitu dan dari mana siswa mendapatkan salah pengertian tersebut.

3. Map konsep dengan wawancara

Siswa diminta membuat map konsep. Dari map konsep itu dapat dilihat konsep ataupun relasi antar konsep yang tidak pas atau salah. Berdasarkan konsep dan relasi yang tidak tepat itulah diadakan wawancara untuk lebih mengorek alasan sebenarnya. Dalam wawancara itu mencoba menggali bagaimana pemikiran siswa sampai pada konsep yang salah. 4. Tes esai

Tes esai juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai salah pengertian. Seperti pada tes pilihan ganda, bahan tes esai harus mencakup semua konsep yang pokok. Dalam tes esai siswa diminta menjawab persoalan yang diajukan dengan menuliskan semua penalaran mereka sehingga sampai kesimpulan tertentu. Dari penalaran yang


(36)

dituliskan itulah, peneliti mencari salah konsep yang dibawa siswa.

Menurut Budi (1992: 127-128) mendeteksi salah konsep merupakan suatu proses yang sangat penting dalam proses belajar pada umumnya. Salah konsep dapat dideteksi antara lain dengan cara (1) Hakikat atau makna suatu konsep dipahami dengan baik dan dinyatakan dengan jelas, (2) Berdasarkan pemahaman yang benar tersebut dicari kemungkinan-kemungkinan salah konsep yang dapat terjadi, (3) Berdasarkan kemungkinan salah konsep yang dapat terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas, isian singkat, maupun pilihan ganda) yang memungkinkan kesalahan dapat terdeteksi, dan (4) Setelah tes dilaksanakan, hasil dianalisis untuk mengetahui secara tepat kesalahan-kesalahan yang sungguh terjadi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan cara untuk mendeteksi salah konsep atau miskonsepsi pada siswa adalah dengan menggunakan tes dapat berbentuk pilihan ganda, isian maupun esai. Dalam pembuatan tes menggunakan kalimat tanya yang dapat menunutun untuk menemukan salah kosep yang dialami siswa. Dari hasil tes dapat dilanjutkan dengan melakukan wawancara kepada siswa yang mendapatkan nilai yang rendah.


(37)

H. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Menurut Basleman (2011: 12) belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Djamarah (2011: 13) menyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman 2012: 1).

Bedasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa belajar adalah prose perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkunganya yang berjuan untuk memperoleh hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya menyangkut aspek kognitif, afektik, dan psikomotor.

Menurut Basleman (2011: 13) pembelajaran adalah suatu perubahan yang dapat memberikan hasil jika (orang-orang) berinteraksi dengan informasi (materi, kegiatan, pengalaman). Menurut Majid (2013: 4) pembelajaran (instructional) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian


(38)

tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam pengertian lainnya, Winkel (dalam Siregar 2010: 12) mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-kondisi ekstern sedemikian rupa, sehingga menunjang proses belajar siswa dan menghambatnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam kegiatan proses belajar yang sudah dirancang untuk mencapai tujuan dengan upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan yang menunjang proses belajar siswa.

2. Hakikat Matematika

Kristini (2011: 223) menyatakan bahwa Matematika adalah pengetahuan yang bersifat deduktif dan rasional yang kebenarannya tidak tergantung kepada pembuktian empiris. Perhitungan Matematika bukanlah suatu eksperimen. Sistem Matematika konsisten terhadap dirinya dan bebas dari kontradiksi terhadap dirinya.

Menurut Shadiq (2010: 49) Matematika merupakan alat komunikasi yang sangat penting, teliti, dan tidak membingungkan. Sangatlah penting untuk memiliki kemampuan menyampaikan ide atau gagasan dari diri sendiri; baik dalam bentuk tertulis maupun lisan;


(39)

sehingga para pembaca dapat dengan mudah diyakinkan dan difasilitasi. Penting juga untuk mampu memahami dan menerima gagasan serta ide orang lain, dan jika diperlukan, secara kritis, seseorang akan menolak keseluruhan ataupun sebagian ide maupun gagasan orang lain yang menurutnya salah ataupun penarikan kesimpulannya tidak valid.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulan bahwa Matematika adalah ilmu pengetahuan yang bersifat dedukti dan terbukti kebenaranya kemudian Matematika dapat menjadi alat komunikasi antara orang yang satu dengan yang lainya dalam menyampaikan gagasan atau ide.

3. Pengertian Pembelajaran Matematika

Menurut Kristini (2011: 221) pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi terkait Matematika yang dipelajari. Peserta didik memperoleh kompetensi yang diharapkan tersebut lebih banyak melalui penanganan yang dilakukan oleh guru. Guru secara sungguh-sungguh dan benar-benar secara sadar bersedia membuat persiapan dan bekerja lebih interaktif. Bukan hanya memperhatikan kemampuan diri sendiri, namun tetap memperhatikan kebutuhan peserta didik.

Menurut Suhito (2003: 2-3) kegunaan Matematika tidak hanya tertuju pada peningkatan kemampuan untuk perhitungan kuantitatif, tetapi


(40)

juga untuk penataan cara berpikir dan khususnya dalam hal pembentukan kemampuan analitis, membuat sitesis, serta evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila Matematika dikatakan memiliki peran ganda yakni sebagai “ratu” dan

sebagai “pelayan”.

Berdasarkan kegunaan-kegunaan Matematika yang telah dikemukakan inilah, matematika perlu diberikan kepada peserta didik pada setiap jenjang pedidikan. Untuk keperluan penyampaian objek-objek matematika yang abstrak kepada peserta didik diperlukan sistem penyampaian objek Matematika. Sistem ini harus mempertibangkan kesiapan, kemampuan serta tingkat perkembangan intelektual peserta didik. Sistem yang dimaksud ini dikenal dengan sebutan pembelajaran Matematika. Melalui pembelajaran Matematika diharapkan dapat dicapai dua sasaran pembelajaran, yakni sasaran yang berkaitan dengan efek pembelajaran (instructional sffect) dan sasaran yang berkaitan dengan efek sampingan (nurturan effect) (Suhiti: 2003: 4). Kedua sasaran tersebut dapat dicapai apabila peserta dididk diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar Matematika (doing math) secara holistik dan komprehensif. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu diubah menjdai kegiatan pembelajaran. Titik berat pemberian materi pelajaran harus digeser menjadi pemberian kemampuan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.


(41)

I. Bangun Ruang

Menurut Suharjana, (2008: 5), bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Permukaan bangun itu disebut sisi. Sisi bangun ruang adalah himpunan titik-titik yang terdapat pada permukaan atau yang membatasi suatu bangun ruang tersebut. Rusuk dihasilkan oleh perpotongan dua buah sisi dan titiksudut dihasilkan oleh adanya perpotongan tiga buah rusuk atau lebih. Menurut Mustaqin dan Astuty (2008: 207) bangun runag adalah bangun yang mempunyai sisi, rusuk dan titik sudut. Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang. Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun runag. Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bangun ruang adalah suatu bangun yang mempunyai sisi, rusuk dan titik sudut yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut.

J. Volume bangun ruang 1. Balok

Menurut Mustaqim dan Astuty (2008: 211) balok adalah sebuah benda yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah) persegi panjang setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan memiliki ukuran yang sama. Menurut Sumanto, dkk (2008: 58) balok adalah bangun runag yang pasang dibentuk oleh tig pasang persegi panjang dan tiap persegi


(42)

panjang mempunya bentuk dan ukuran yang sama. Tiga pasang persegi panjang itu merupakan sisi-sisi balok. Buchori, dkk (2006: 112) berpendapat bahwa balok merupakan salah satu bangun runag yang berbentuk prisma tegak. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah bidang sisi yang masing-masing berbentuk persegipanjang yang setiap sepasang-sepasang sejajar dan sama ukurannya.

Sifat-sifat balok:

1) Mempunyai 6 sisi yaitu: sisi ABCD, sisi ABFE, sisi ADHE, sisi EFGH, sisi DCGH, sisi BCGF.

2) Mempunyai 12 rusuk yaitu: AB, EF, HG, DC, BC, FG, EH, AD, AE, BF, CG, DH.

3) Mempunyai 8 titik sudut yaitu: titik sudut A, B, C, D, E, F, G, H. Daerah atau bidang yang membatasi bangun ruang disebut sisi. Sisi-sisi pada bangun ruang bertemu pada satu garis yang disebut rusuk. Tiga atau lebih rusuk pada suatu bangun ruang bertemu pada suatu titik yang disebut titiksudut. Bangun yang berbentuk kotak adalah contoh apa yang disebut prisma persegipanjang atau balok. Permukaan balok terdiri dari 3 pasang bidang sisi berbentuk persegi


(43)

panjang dengan ukuran yang berbeda. Maka untuk menghitung volume balok adalah sebagai berikut.

Volume = Panjang Lebar Tinggi Atau V =

V menyatakan volume balok, p manyatakan panjang, l manyatakan lebar, dan t menyatakan tinggi.

Jiks = Luas alas, maka rumus menghitung volume balok adalah volume balok = luas alas × tinggi (Buchori, dkk 2006: 112).

2. Kubus

Menurut Mustaqim dan Astuty (2008: 209) kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang berukuran sama. Menurut Buchori, dkk (2006: 111) kubus adalah suatu bangun ruang yang istimewa karena panjang rusuk-rusuknya sama. Menurut Sumanto, dkk (2008: 58) kubus merupakan bangun runag yang dibentuk oleh enam persegi berukuran sama yang merupkan sisi-sisi kubus tersebut. Pada kubus, semua rusuknya sama panjang. Berdasarkan pendapt-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah bidang sisi berbentuk persegi dengan ukuran yang sama.


(44)

Sifat-sifat kubus:

1) Mempunyai 6 sisi yaitu: sisi ABCD, sisi ABFE, sisi ADHE, sisi EFGH, sisi DCGH, sisi BCGF.

2) Mempunyai 12 rusuk yaitu: AB, EF, HG, DC, BC, FG, EH, AD, AE, BF, CG, DH.

3) Mempunyai 8 titik sudut yaitu: titik sudut A, B, C, D, E, F, G, H. Menghitung volume kubus sama dengan menghitung volume balok, yaitu luas alas kali tinggi. Alas kubus berbentuk persegi. Luas alas = luas persegi = sisi x sisi, tinggi kubus = sisi, maka untuk menghitung volume kubus adalah luas alas x tinggi atau luas persegi kali tinggi .

Volume = Sisi Sisi Sisi (s3)

V menyatakan volume, s menyatakan panjang rususk. (Sumanto, dkk 2008: 59)

3. Tabung

Menurut Buchori, dkk (2006: 142) tabung merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh tiga buah bidang, dua dianataranya merupakan


(45)

bidang datar berbentuk lingkaran yang kongruen dan yang lainya adalah bidang lengkung. Menurut Sumanto, dkk(2008: 145) tabung merupakan bentuk gabungan lingkaran dan sisi melengkung. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tabung adalah suatu bangun ruang yang dibatasi dua buah bidang lingkaran yang kongruen sebagai bidang alas dan bidang atas tabung, serta sebuah bidang lengkung yang melingkar sebesar keliling bidang alas, disebut bidang sisi tegak dengan ujung bidang lengkung bahwah berhimpit dengan lingkaran sebagai bidang alas, ujung bidang lengkung atas berimpit dengan keliling lingkaran bidang atas.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua daerah lingkaran yang sejajar dan sama ukurannya serta sebuah bidang lengkung yang berjarak sama jauh ke porosnya dan yang simetris terhadap porosnya memotong kedua daerah lingkaran tersebut tepat pada kedua daerah lingkaran itu. Sifat-sifat tabung menurut Sumanto, dkk (2008: 146) adalah sebagi berikut.

1. Tabung mempunyai sisi sebanyak 3 buah yaitu sisi atas, sisi alas dan sisi selimut tabung.

2. Tidak mempunyai titik sudut.

3. Bidang atas dan bidang alas berbentuk lingkaran dengan ukuran sama.


(46)

Jarak bidang atas dan bidang alas disebut tinggi tabung

Rumus yang digunakan untuk menghitung volume tabung adalah:

V = π r2 tinggi Keterangan: R adalah jari-jari

Jari-jari merupakan setengah dari diameter tabung.

K. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Purwo pada tahun 2006, yang berjudul Pemahaman dan miskonsepsi siswa Tarkanita Magelang tentang hukum archimedes kelas XI IPA. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan pemahaman siswa tentang hukum archimedes masih kurang. Pada penelitian ini miskonsepsi terjadi dalam konsep gaya, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya apung, serta penerapan gaya apung dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan penelitian di atas, maka penelitian yang dilakukan Purwo dapat mendukung penelitian yang dilakukan peneliti. Atas dasar itu, peneliti mengembangkan penelitian ini hanya berfokus pada pemahaan siswa dan letak miskonsepsi yang dialami siswa serta penyebab miskonsepsi siswa


(47)

pada materi menghitung volume balok, kubus dan tabung pada siswa kelas V SDN Tempak 1. Persamaan penilitian yang dilakukan oleh Purwo dengan penelitian ini adalah meneliti tentang pemahaman siswa dan letak miskosnsepsi yang dialami siswa pada materi mata pembelajaran yang diberikan disekolah formal. Kemudian perbedaanya adalah penelitian yang dilakukan Purwo berfokus pada letak miskonsepsi siswa kelas XI SMA pada matari hukum Archimedes, sedangkan penilitian ini adalah untuk menemukan letak miskonsepsi yang dialami yang berfokus pada materi menghitung volume bangun ruang khususya balok, kubus dan tabung pada siswa kelas V Sekolah dasar.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Sari pada tahun 2006, dengan judul Identifikasi miskonsepsi tentang kemagnetan pada siswa kelas X SMA Gama Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi miskonsepsi pada konsep (1) pengertian magnet, (2) interaksi benda yang didekatkan dengan magnet, (3) jenis-jenis benda magnetik, (4) magnet buatan, (5) sifat-sifat magnet, (6) magnet bumi, (7) medan magnet, (8) garis gaya magnet, (9) elektromagnektik, (10) gaya Lorenz.

Berdasarkan penelitian di atas, maka penelitian yang dilakukan Sari dapat mendukung penelitian yang dilakukan peneliti. Atas dasar itu, peneliti mengembangkan penelitian ini hanya berfokus pada miskonsepsi yang dialami siswa pada materi menghitung volume balok, kubus dan tabung pada siswa kelas V SDN Tempak 1. Persamaan penlitian yang dilakukan oleh Sari dengan penelitian ini adalah meneliti miskonsesi yang dilakukan oleh siswa


(48)

terhadapap suatu konsep mata pelajaran. Kemudian perbedaanya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari adalah untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep kemagneta pasa siswa kelas X SMA sedangkan pnenlitian ini untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung pada siswa kelas V SD.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Priyanti pada tahun 2014, yang berjudul Pemahaman dan miskonsepsi konsep gaya yang terjadi pada siswa beberapa SMP di Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa beberapa siswa di Yogyakarta memiliki pemahaman yang sangat kurang terhadap konsep hukum III Newton dan gravitasi, pemahaman yang kurang terhadap konsep kinematika, hukum I Newton, hukum II Newton, dan pemahaman yang cukup terhadap konsep prinsip superposisi, siswa beberapa SMP di Yogyakarta memiliki pemahaman yang kurang terhadap keseluruhan konsep gaya.

Berdasarkan penelitian di atas, maka penelitian yang dilakukan oleh Priyanti dapat mendukung penelitian yang dilakukan peneliti. Atas dasar itu, peneliti akan mengembangkan penelitian ini hanya berfokus miskonsepsi yang dialami siswa pada materi menghitung volume balok, kubus dan tabung pada siswa kelas V SDN Tempak 1. Persamaan penlitian yang dilakukan oleh Priyanti dengan penelitian ini adalah untuk menemukan miskonsepsi yang dialami siswa pada materi suatu mata pelajaran. Kemudian perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Priyanti dengan penelitian ini adalah


(49)

miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep gaya sedangkan penelitian ini adalah untuk menemukan miskonsepsi yang dialami siswa dan faktor penyebabnya pada konsep menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung pada siswa kelas V SD.

Peneliti yang keempat dilakukan oleh Suparno, pada tahun 1998. Penelitian yang berjudul Miskonsepsi tentang probabilitas pada siswa SLTP dan SMU. Hasil penelitian ini siswa SLTP dan SMU kerapkali mempunyai miskonsepsi dalam mempelajari probabilitas. Miskonsepsi tersebut antara lain disebabkan karena pemikiran representatif, availabilitas, kesulitan linguistik, kesulitan matematis logis, pemikiran kausal yang tidak tepat, serta kepercayaan yang deterministik.

Berdasarkan penelitian di atas, maka penelitian yang dilakukan Suparno dapat mendukung penelitian yang dilakukan peneliti. Atas dasar itu, peneliti mengembangkan penelitian ini hanya berfokus pada letak miskonsepsi yang dialami siswa dan penyebab miskonsepsi siswa pada materi menghitung volume balok, kubus dan tabung pada siswa kelas V SDN Tempak 1. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Suparno dengan penelitian ini adalah untuk menemukan letak miskonsepsi siswa dan penyebabnya pada konsep suatu mata pelajaran. Kemudian perbedaan antara penelitian yang dilakukan Suparno dengan penelitian ini adalah penelitian Suparno berfokus pada mikonsepsi yang dialami siswa dan penyebabnya untuk siswa SLTP dan SMU dalam memperlajari probabilitas sedangkan penelitian ini adalah untuk menemukan miskonsepsi yang dilakukan siswa


(50)

dan faktor penyebabnya pada konsep menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubu dan tabung pada siswa kelas V SD.

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Idenfikasi Miskonsepsi Matematika Materi Volume khususnya balok, kubus dan tabung pada Siswa Kelas V Di SDN Tempak 1 Candimulyo Magelang.

L. Kerangka Pikir

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang bersifat dedukti dan terbukti kebenaranya kemudian Matematika dapat menjadi alat komunikasi antara orang yang satu dengan yang lainya dalam menyampaikan gagasan atau ide. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib yang sudah dipelajari siswa dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Mata pelajaran Matematika memuat beberapa materi yang diberikan kepada siswa. Salah satunya adalah materi tentang konsep menghitung volume bangu ruang untuk siswa kelas V SD. Tingkat pemahaman siswa pada materi tertentu dapat terjadi perbedaan antara siswa yang satu dengan yang lain dalam memahami materi. Mungkin terdapat siswa yang salah dalam memahami konsep pada materi tententu. Kesalahan konsep ini disebut miskonsepsi.

Miskonsepsi merupakan hal yang dapat dialami oleh siapapun dalam pembelajaran formal. Miskonsepsi pada suatu konsep yang dialami oleh siswa dapat terjadi karena beberapa penyebab, yaitu kemampuan siswa untuk memahami konsep yang sangat rendah, bahan ajar (buku), guru yang


(51)

mengajar, tingkat kemampuan belajar (kognitif, afektif, psikomotor) siswa, minat belajar siswa, serta dari kehidupan sehari hari siswa yang diperolehnya saat belum masuk ke pembelajaran formal. Miskonsepsi atau salah konsep ini jika dialami oleh siswa secara berkelanjutan tanpa ada pembenaran terhadap konsep yang salah, maka nantinya siswa akan melakukan kesalahan konsep sampai dewasa yang nantinya mungkin akan diturunkan konsep yang salah tersebut kepada generasi penerusnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka untuk menemukan miskonsepsi yang dilakukan siswa dan faktor penyebabnya pada mata pelajaran Matematika untuk SD kelas V terkait konsep menghitung volume bangun ruang khusunya balok, kubus dan tabung. Penyebab miskonsepsi dapat berasal dari kurangnya kemampuan siswa dalam memahami konsep atau berasal dari sumber belajar siswa dari guru, bahan ajar (buku) atau sumber belajar yang lainya. Alat yang digunakan untuk menemukan miskonsepsi pada siswa adalah dengan menggunakan tes esai kepada siswa. Menggunakan tes esai karena dapat memberikan pertanyaan yang dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa pada konsep. Dari hasil tes esai, kemudian jawaban siswa dianalisis untuk menemukan miskonsepsi yang dilakukan siswa dan menggunakan alat pengumpulan data yaitu wawancara untuk membuktikan lebih dalam miskonsepsi yang dilakukan siswa dan menemukan apa yang menjadi penyebabnya.


(52)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui letak miskonsepi serta penyebabnya pada siswa kelas V SDN Tempak 1 pada aspek mengitung volume bangun ruang berfokus pada balok, kubus dan tabung. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 1-2), penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir induktif. Menurut Moleong (2006: 6) penelitian kaulitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, maka peneliti mendeskripsikan hasil penelitian pada siswa kelas VI SDN Tempak 1 yang mengalami miskonsepsi serta menemukan penyebabnya terkait konsep menghitung volume bangun ruang yang berfokus pada balok, kubus, dan tabung. Alat yang digunakan untuk menemukan miskonsepsi pada siswa dan penyebabnya dengan menggunakan 2 alat pengumpulan data yaitu soal tes dan wawancara.


(53)

B. Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN Tempak 1 yang beralamat di kelurahan Tempak, kecamatan Candimulyo, kabupaten Magelang.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai Januari 2015. Pada bulan Juni sampai bulan November 2014 peneliti menyusun proposal skripsi. Tanggal 12 Desember memohon izin kepada SDN Tempak 1 untuk dijadikan tempat penelitian. Hari Senin, 19 Januari 2015 peneliti melakukan penelitian dengan membagikan soal tes digunakan sebagai alat pengumpulan data dan wawancara alat pengumpulan data tahap kedua dilakukan pada hari yang sama. Data yang sudah diperoleh kemudian diolah sampai mampu menjawab rumusan masalah. 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VI SDN Tempak 1 yang berjumlah 22 siswa. Pemilihan subjek pada siswa kelas VI karena siswa kelas V pada materi menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung diajarkan disemester 2. Maka yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VI karena sudah memperoleh materi tentang menghitung volume bangun ruang.


(54)

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah menemukan miskonsepsi serta faktor penyebabnya yang dialami oleh siswa kelas VI SDN Tempak 1 pada pelajaran Matematika tentang menghitung volume bangun ruang khususnya pada balok, kubus dan tabung.

C. Desain penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Langkah-langkah pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Menyusun kerangka penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dasar pemikiran peneliti, alur pemikiran peneliti, alasan peneliti melakukan penelitian dan desain penelitian yang digunakan untuk pengambilan data.

2. Menyusun fokus penelitian yang digali dari narasumber. Hal ini dilakukan supaya peneliti memiliki pedoman wawancara saat pengambilan data.

3. Melakukan pengambilan data. Penentuan subjek penelitian diambil sesuai prosedur pengambilan data, peneliti memberikan tes dilanjutkan dengan wawancara pada subjek yang sesuai kriteria. 4. Melakukan pencatatan terhadap hasil yang diperoleh dari pengambilan

data.

5. Mengolah semua data hasil wawancara dan hasil tes dari subjek penelitian. Hal ini dilakukan agar mempermudah peneliti dan pihak


(55)

lain memeriksa ketepatan langkah-langkah yang telah diambil dan memungkinkan data tersusun rapi, sistematis dan lengkap.

6. Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk menemukan miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa dan apa saja faktor penyebabnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua tahap. Tahap pertama adalah memberikan soal tes tertulis. Hasil soal tes tertulis nantinya dianalisis untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa dalam konsep menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung. Tahap yang kedua dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini dilakukan untuk mengetahui apa faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa. Subjek wawancara adalah siswa yang mengalami miskonsepsi yang dipilih berdasarkan nilai akhir yang rendah.

E. Instrumen Penelitian 1. Soal Tes Tertulis

Data dikumpulkan dengan menggunakan soal tes tertulis berupa soal uraian. Tes diberikan kepada siswa untuk menemukan miskonsepsi yang dialami oleh siswa, bukan menentukan keberhasilan atau prestasi belajar siswa.

Pengambilan data penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah memberikan instrumen tes tertulis. Menurut Purwanto (2009: 6)


(56)

pengertian tentang tes hasil belajar sebagai tes penguasaan siswa karena tes tersebut bertujuan mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Tes tertulis dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran Matematika yang mana kurang dikuasai, dan sebagainya. Dalam tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa soal uraian untuk medeteksi miskonsepsi siswa. Soal tes dalam penelitian ini berjumlah 10 soal, setiap soalnya dirancang berdasarkan kurikulum 2013 dengan mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar terkait dengan konsep menghitung volume bangun ruang kemudian dibuat indikator-indikator berkaitan dengan volume bangun ruang yang berfokus pada balok, kubus dan tabung. Melalui soal tes ini diharapkan dapat mengetahui miskonsepsi yang dilakukan siswa dan penyebabnya. Kisi-kisi instrumen soal tes adalah sebagai berikut.

Table 3.1 Kisi-kisi soal tes

Kompetensi Inti Kompetensi dasar Indikator Nomor Soal 4. Memahami

pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain

4.5 Menggunakan kubus satuan untuk menghitung volume berbagai bangun ruang sederhana

Mencari tinggi (t) berdasarkan volume yang sudah diketahui 8,9,10 Menghitung volume bangun ruang 4,5,6,7 4.14 Menemukan luas permukaan dan volume dari

heksahedron dan prisma segi banyak

Menghitung volume bangun ruang dengan satuan yang berbeda 1,2,3


(57)

Instrumen ini diberikan kepada subjek penelitian yang sebelumnya diuji expert judgement untuk mengetahui layak atau tidak digunakan sebagai alat mengumpulkan data. Uji expert judgement dilakukan dengan penelaahan atau pengkajian butir-butir soal oleh validator yang ditentukan. Penilaian validasi ini adalah dengan memberikan tanda cek pada kolom yang tersedia, sebelumnya lembar validasi telah disusun dengan persetujuan dosen pembimbing. Validatornya adalah orang-orang yang ahli dalam bidang Matematika dan guru sekolah dasar.

Tabel 3.2 Hasil validasi oleh 2 orang dosen dan 1 guru kelas

No Komponen Penilaian

Skor (1-4) Jumlah skor Validator 1 Validator 2 Validator 3 1. Kesesuaian SK, KD, dan

Indikator 3 3 3 9

2. Kualitas perilaku yang

dituntut dalam indikator mencerminkan kebutuhan perkembangan siswa

3 4 3 10

3. Kesesuaian indikator 1

dengan item soal yang diberikan

3 4 3 10

4. Kesesuaian indikator 2

dengan item soal yang diberikan

3 4 4 11

5. Kesesuaian indikator 3

dengan item soal yang diberikan

3 4 3 10

6. Bentuk instrumen tes yang

disajikan 3 3 4 10

7. Penggunaan Bahasa

Indonesia dan tata tulis baku pada instrumen tes

3 3 4 10

Total skor 70


(58)

Tabel 3.3 Rentang skor lembar validasi

Nomor Bobot Skor bobot

1 Keseluruhan instrumen sudah layak

digunakan

19 – 28

2 Keseluruhan instrumen sudah layak

digunakan dengan revisi

10 – 18

3 Keseluruhan instrumen kurang layak

digunakan

1 – 9

Hasil dari validasi instrumen soal rentang rata-rata skornya adalah 10, maka kesuluruhan instrumen layak digunakan dengan revisi. Berdasarkan lembar validasi yang diberikan kepada validator terdapat beberapa masukan dan saran sebagai berikut, validator 1 memberikan saran untuk memperbaiki indikator 1 karena terdapat soal yang sama yaitu menghitung volume tabung dibuat lebih bervariasi, kemudian indikator 2 sarannya adalah memperbaiki soal agar lebih bervariasi. Kemudian validator 2 memberikan saran pada indikator 3 untuk mengurangi jumlah soal karena terlalu banyak, kemudian memperhitungkan jumlah soal agar alokasi waktu mengerjakan sesuai, dan variasi soal yang kurang ditambah dengan gambar. Validator 3 memberikan saran memperbaiki susunan bahasa supaya tidak mempersulit siswa.

2. Pedoman Wawancara

Tahap kedua adalah melakukan wawancara terhadap subjek terpilih. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas


(59)

pertanyaan itu, (Basrowi 2008: 127). Menurut Herdiansyah (2013: 31) wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam seting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan fakta sebagai landasan untama dalam proses memahami.

Wawancara dilakukan pada siswa yang mengalami miskonsepsi. Pemilihan subjek berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Masing-masing siswa diwawancarai mengacu pada instrumen wawancara. Namun, pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara dapat berkembang untuk membuktikan miskonsepsi yang dilakukan siswa serta penyebabnya dalam memahami volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung. Instrumen wawancara sebelum dilaksanakan, divalidasi oleh validator yang ahli. Validasi ini dilakukan oleh dua validator yaitu orang ahli dalam psikologi dan guru kelas.

Berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing validator panduan wawancara layak digunakan dengan beberapa revisi sesuai dengan saran yang diberikan validator. Revisi tersebut diantaranya:

a. Saran perbaikan susunan bahasa

b. Saran perbaikan susunan kalimat memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang benar.


(60)

Saran tersebut dijadikan pedoman oleh peneliti untuk perbaikan instrumen wawancara yang digunakan. Pertimbangan tersebut sebagai pertimbangan peneliti agar instrumen wawancara layak dan dapat menghasilkan data yang terpercaya.

Pedoman wawancara guru dan siswa

Respoden Pertanyaan

Guru 1. Apa saja yang dipersiapkan oleh guru agar siswa mudah memahami konsep materi bangun ruang kelas v?

2. Apa saja teknik yang dipakai oleh guru agar siswa dapat mengerejakan soal matematika dengan baik?

3. Bagimana guru memberikan metode kepada siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran matematika?

4. Media apa saja yang digunakan guru ketika pembelajaran matematika berlangsung?

5. Apakah guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa untuk materi bangun ruang kelas V per minggu atau per bulan?

6. Bagaimana guru menyikapi siswa yang belum menguasai materi bangun ruang serta bagaimana guru menolong siswa tersebut?

7. Teknik apa saja yang dipakai guru untuk siswa agar dapat memahami konsep matematika dengan baik?

8. Bagaimana guru menyusun soal-soal bangun ruang kelas V sesuai dengan tingkat kriteria kesulitannya, yang disesuaikan dengan kemampuan siswa-siswa dikelas tersebut?

Siswa 1. Bagaimana persiapan siswa pada saat menghadapi pelajaran matematika? 2. Apakah siswa belajar terlebih dahulu sebelum belajar matematika di

sekolah?

3. Apa saja yang dilakukan disekolah dan dirumah, untuk dapat mengikuti dan memahami konsep-konsep matematika yang diberikan guru?

4. Bagaimana cara siswa untuk memahami bangun ruang pada saat guru menjelaskan dikelas?

5. Apa saja teknik-teknik yang dilakukan siswa dalam memahami konsep bangun ruang?

6. Apakah siswa mempunyai cara yang khusus dalam mengerjakan/menyelesaikan soal-soal matematika?

7. Teknik apa saja yang digunakan siswa untuk memahami konsep matematika?

8. Apakah siswa belajar konsep matematika dengan bertanya pada teman,guru atau belajar secara mandiri?

9. Bagaimana caranya agar dapat konsentrasi dalam belajar matematika baik disekolah maupun dirumah?

10.Apa yang dilakukan untuk dapat mengerjakan soal-soal matematika dengan tepat?

11.Apa yang dilakukan bila tidak dapat mengerjakan soal matematika atau terdapat kekeliruan dalam mengerjakan soal matematika?


(61)

F. Kreadibilitas dan Trensferbilitas 1) Kredibilitas

Kreadibilitas atau derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. kredibilitas berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaanpenemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moleong, 2006: 324).

Teknik pemeriksaan kreadibilitas yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Sugiono, 2010: 330). Informasi yang diperoleh selalu dikomprasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda.

Triangulasi yang digunakan adalah Triangulasi metode. Triangulasi metode adalah mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa tes kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informasi yang sama. Dari data yang diperoleh dengan pengumpulan teknik yang berbeda hasilnya akan dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validasinya.


(62)

2) Transferabilitas

Transferabilitas atau derajat ketepatan adalah dapat deterapkan hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiono, 2010: 30).Peneliti melakukan tahap-tahap yang objektif dan terbuka karena peneliti berharap menjadi daya transfer bagi pembaca dalam melihat masalah miskonsepsi Matematika tentang menghitung volume bangun ruang khusunya balok, kubus dan tabung. Ketika pembaca dalam situasi seperti ini atau ingin melakukan penelitian yang serupa sehingga peneliti bisa memberikan referensi untuk membantunya.

G. Metode analisis data

Dalam menentukan siswa yang mengalami miskonsepsi, peneliti menggunakan analisis data kualitatif yang dikembangkan Miler dan Huberman. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Basrowi, 2008: 207) mencakup tiga kegiatan yang bersamaan: (1) reduksi data (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan (veritifikasi).

a. Reduksi data

Reduksi data bertujuan untuk pemilihan, pemusatan data kasar dari lapangan dan menyederhanakan data agar tidak terjadi penumpukan data atau infomasi yang sama. Dalam reduksi data ini peneliti melakukan pemilihan jawaban diperoleh dari hasil pekerjaan siswa untuk memukan siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak mengalami miskonsepsi.


(63)

Peneliti memusatkan pada siswa yang mengalami miskonsepsi kemudian menganalisis untuk menemukan jenis miskonsepsi dan penyebanya. Hasil reduksi akan memberikan gambaran lebih jelas terkait siswa mana yang mengalami miskonsepsi.

b. Penyajian data

Sekumpulan data atau informasi yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang sudah direduksi, selanjutnya diklasifikasikan dan disajikan. Data disajikan berupa hasil pekerjaan siswa dalam tes dan wawancara mengenai miskonsepsi yang dilakukan siswa kelas VI SDN Tempak 1 pada materi menghitung volume bangun ruang dan menemukan penyebabnya. Sajian data disusun secara sistematis dan terorganisasi selanjutnya dengan sajian data ini memudahkan membaca dan menarik kesimpulan.

c. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan data yang disajikan , langkah selanjutnya adalah menyimpulkan untuk menemukan kesimpulan akhir. Kesimpulan diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang sudah dirumuskan sejak awal.


(64)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Tempak 1 merupakan kategori sekolah standar nasional terakreditasi A. Sekolah ini beralamat di kelurahan Tempak, kecamatan Candimulyo, kabupaten Magelang. SDN Tempak 1 merupakan sekolah dasar negeri pertama di kelurahan Tempak yang berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 4000 m2.

Pendidikan formal yang terdapat di SDN Tempak 1 seperti pada sekolah dasar pada umunya yang terdapat 6 tingkatan atau kelas yaitu kelas 1 sampai 6. Sarana dan prasarana untuk kegiatan pembelajaran di SDN Tempak 1 sudah bagus karena sudah mempunyai beberapa alat peraga yang dapat digunakan untuk membantu siswa memahami materi saat diajar guru serta di sekolah ini baru membangun gedung perpustakaan baru namun variasi buku bacaan masih belum lengkap.

SDN Tempak 1 yang berada di lingkungan pedesaan dalam setiap kelas rata-rata hanya berisi 20-25 anak perkelasnya. Latar belakang keluarga siswa-siswa SDN Tempak 1 sebagian besar kedua orang tuanya bekerja sebagai petani dan wiraswasta. Lokasi SDN Tempak 1 sebelah kanan kirinya adalah kebun milik warga maka pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung tidak ada suara bising yang mengganggu proses belajar mengajar.


(65)

SDN Tempak 1 dipimpin oleh kepala sekolah yaitu ibu Wurmiyati, S.Pd. Sekolah sangat menjaga hubungan dengan baik antara para guru, siswa serta warga lingkungan sekolah menjalin kejasama yang membuat pembelajaran di SDN Tempak 1 menjadi nyaman.

B. Deskripsi Hasil Penentuan Subjek Penelitian

Proses penentuan subjek adalah dengan cara konsultasi terhadap guru mata pelajaran matematika dan guru kelas VI SDN Tempak 1, Candimulyo, Magelang. Subjek yang terpilih diharapkan mampu mengungkapkan konsep yang dipahaminya secara tulis maupun lisan. Berdasarkan konsultasi yang sudah dilakukan, peneliti mendapatkan subjek kelas VI yang berjumlah 22 siswa. Subjek peneltian ini seharusnya adalah pada siswa kelas V tentang menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung, namun materi tersebut belum diajarkan karena kurikulum yang baru maka peneliti mengambil subjek pada siswa kelas VI SDN Tempak 1.

Siswa kelas VI diberikan tes tertulis bertujuan untuk mengetahui subjek yang mengalami miskonsepsi. Hasil tes nantinya akan dianalisis untuk menentukan subjek wawancara yang bertujuan untuk mengetahui lebih dalam miskonsepsi yang dialami siswa dan apa faktor penyebabnya. Subjek wawancara dipilih berdasarkan nilai akhir yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal tes. Subjek yang akan diwawancarai termasuk dalam kategori kecakapan akademik rendah. Nilai akhir yang rendah memungkinkan


(66)

subjek mengalami miskonsepsi, maka peneliti mangambil 4 siswa yang bedasarkan nilai yang rendah. 4 subjek terpilih yang menjadi subjek terwawancara adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Subjek wawancara

No. Inisial L/P Nilai

akhir

1 N6 L 56,6

2 N10 P 60

3 N14 P 60

4 N18 L 60

C. Deskripsi Hasil Penelitian Jenis Miskonsepsi dan Faktor Penyebab 1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tempak 1 pada siswa kelas VI. Penelitian ini menggunakan 2 instrumen sebagai alat untuk mengumpulan data, yaitu soal tes tertulis dan wawancara. Instrumen pertama adalah soal tes tertulis yang dilaksanakan pada hari Senin, 19 Januari 2015 pada pukul 08.00-09.00 WIB di ruang kelas VI SDN Tempak 1 yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 22, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Siswa diberi waktu 60 menit untuk mengerjakan soal yang berjumlah 10 dan dapat mengerjakan semua soal dalam waktu yang sudah tersedia. Peneliti kemudian mengoreksi dan menganilis hasil pekerjaan semua siswa. Analisis hasil pekerjaan ini beertujuan untuk memperoleh data siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal tes. Hasilnya terdapat beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi. Untuk lebih membuktikan miskonsepsi yang


(67)

dialami siswa dan apa penyebabnya maka dilanjutkan dengan menggunakan instrumen yang kedua yaitu wawancara. Wawancara sebagai instrumen kedua dilakukan terhadap siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan soal yang telah dianalisis sebelumya.

Wawancara dilakukan antara peneliti dengan subjek yang terpilih, dilaksanakan pada waktu yang sudah disepakati sebelumnya tanpa mengganggu aktivitas kegiatan subjek. Maka waktu peneliti melakukan wawancara adalah seusai kegitan siswa disekolah. Subjek penelitian terpilih diharapkan mampu mengungkapkan konsep yang dipahaminya mengapa mengalami miskonsepsi dan apa penyebabnya. Pelaksanaan wawancara antara peneliti dengan subjek secara rinci disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Daftar Pelaksanaan Wawancara

No Hari/ Tanggal Kode

Siswa

Waktu Lokasi

1 Senin, 19 Januari

2015 N6

Pukul 13.00-13.20 Kantor SDN

Tempak 1 2 Senin, 19 Januari

2015 N10

Pukul 13.20- 13. 55 Kantor SDN

Tempak 1 3 Senin, 19 Januari

2015 N14

Pukul 13.55- 14.20 Kantor SDN

Tempak 1 4 Senin, 19 Januari

2015 N18

Pukul 13.55- 14.20 Kantor SDN

Tempak 1

Seluruh rangkaian kegiatan penelitian untuk pengambilan data dari pemberian soal tes dan wawancara didokumentasikan berupa foto dan video menggunakan handicam. Tujuan dokumentasi ini adalah merekam seluruh kegiatan peneltian yang dilaksanakan agar data dalam penelitian tidak diragukan.


(68)

2. Data Hasil Uji Instrumen Tes

Instumen tes tertulis sebelum diujicobakan sudah dilakukan uji empiris di SDN Kebonrejo, Candimulyo, Magelang untuk melihat apakah soal tes sudah layak untuk digunakan. Setelah uji empiris, peneliti memberikan soal tes pada siswa kelas VI SDN Tempak 1 pada hari Senin, 19 Januari 2015.

Berikut nilai akhir yang diperoleh siswa.

Tabel 4.3 Nilai Akhir Siswa

No Responden Total skor Nilai akhir

1 N1 24 80

2 N2 23 76.6

3 N3 24 80

4 N4 24 80

5 N5 26 86,6

6 N6 17 56,6

7 N7 24 80

8 N8 28 93,3

9 N9 26 86,6

10 N10 18 60

11 N11 25 83,3

12 N12 20 66,6

13 N13 25 83,3

14 N14 18 60

15 N15 24 80

16 N16 24 80

17 N17 23 76.6

18 N18 18 60

19 N19 24 80

20 N20 26 86,6

21 N21 28 93,3


(1)

P-14 : “Apakah kamu mengulang kembali pelajaran di rumah?” N6-14 : “Gak pernah mas... hehehe...”

P-15 : “Brati kamu belajar cuma saat di sekolah?” N6-15 : “iya...”

P-15 : “Waduh gimana kamu itu kalo belajar cuma di sekolah”

2. Wawancara subjek WD kode siswa N10

P-01 : “Soal nomor 2 berbentuk bangun apa?” N10-01 : “Tabung mas”

P-02 : “Tabung itu memiliki ciri-ciri apa?”

N10-02 : “Emm,, alasnya dan atapnya bentuknya sama yaitu lingkaran, terus mempunyai selimut”

P-03 : “Oke, soal nomor 2 yang ditanyakan apa?”

N10-03 : “Yang ditanyakan menghitung volume tabung mas..” P-04 : “Rumus untuk menghitung volume tabung apa?” N10-04 : “luas alas x tinggi.”

P-05 : “oke... alasnya berbentuk apa?” N10-05 : “lingkaran”

P-06 : “brati luas alasnya berapa?” N10-06 : “emmm... 3,14 dm2”

P-07 : “kenapa kok phi nya pake 3,14 gak 22/7?” N10-07 : “kan r nya tidak bisa di bagi 7 mas...”

P-08 : “brati kalo pake phi 22/7, r nya harus bisa dibagi 7 gitu?” N10-08 : “iya...”

P-09 : “Apakah kamu selalu memperhatikan guru?” N10-09 : “Hehe, tidak mas”

P-10 : “lho kok tidak… Apa kamu juga tidak berjar di rumah?” N10-10 : “Belajar kok mas, tapi kadang-kadang”

P-11 : “Kalau di rumag belajar sama siapa?” N10-11 : “Sama kakak mas”


(2)

P-12 : “Kamu belajarnya sungguh-sungguh tidak?” N10-12 : “Iya mas”

3. Wawancara subjek DS kode siswa N14

P-01 : “Volume tabung apa?” N14-01 : “phi..”

P-02 : “phi…”

N14-02 : “Kali r kuadrat…” P-03 : “phi r kuadrat???” N14-03 : “iya...”

P-04 : “phi r kuadrat kan baru luas alasnya??” N14-04 : “Luas alas kan sama to dengan volume” P-05 : “Kok bisa gitu?”

N14-05 : “Emang gitu mas rumusnya...”

P-06 : “Coba ingat-ingat lagi Volume tabung apa yang tepat menurut kamu? phi..”

N14-06 : “phi…Kali r kuadrat…” P-07 : “Yakin?”

N14-07 : “Hehehe” N14-08 : “phi kali 28”

P-08 : “phi kali 28.. 28 kenapa kok dikali phi?” N14-09 : “Eeh… pieiki…”

N14-10 : “Diamter po ya…”

P-010 : “Diameter? Diameter… brati r nya berapa?” N14-11 : “28”

P-11 : “Diameter sama jari-jarinya kok sama? N14-12 : “Hehe, terus berapa mas?”

P-12 : “Lho kok malah balik tanya...” N14-13 : “Em,, berapa ya... bingungmas...”

P-13 : “Saat dijelaskan guru diamater sama jari-jari beda apa tidak?” N14-14 : “Lupa mas...”


(3)

N14-15 :“Diameter itu garis tengah lingkaran terus jari-jari itu setengah diameter mas..”

P-15 : “Lha itu kamu tahu, oke terus rumus luas lingkaran apa?” N14-16 : “Phi kali r kuadarat”

P-16 : “Yakin?”

N14-17 : “eh eh... phi kali diameter...” P-17 : “Hayo yang mana?”

N14-18 : “Bingung mas...”

4. Wawacara subjek ER kode siswa N18 soal nomor 3 dan soal nomor 5

P-01 : “Nomer 3 bangun apa?” N18-01 : “Emmm, persegi”

P-02 : “Hee persegi..kok persegi dari mana?” N18-02 : “Persegi panjang”

P-03 : “Persegi po persegi panjang?” N18-03 : “Yang mana ya?”

P-04 : “Coba bayangke bak mandi bentuke opo?” N18-04 : “Persegi”

P-05 : “Bak mandi persegi??”

P-06 : “Wes jawab nomer 3? Liat liat…”

P-07 : “Nha iki mau nayari volumenya dari mana? Melihat jawab siswa” N18-05 : “Subjek kebingungan melihat kembali soal nya”

P-08 : “Asal nyari apa dari rumus?” N18-06 : “Asal”

P-09 : “Ow.. asal…ini gak tau bentuk nomer 3? Kalau mempunyai p l t itu bangun apa?”


(4)

P-10 : “Hih…persegi panjang?” N18-08 : “(Siswa terdiam kebingungan)” P-11 : “E.. bangun ruang itu apa?”

N18-09 : “Siswa terdiam menundukan kepala” P-12 : “Volume itu apa? Arti volume…” N18-10 : “Apa ya??? Belum pernah diajarkan” P-13 : “Rumus volume balok itu apa?”

N18-11 : “Rumus volume balok… volume sama dengan sxsxs” P-14 : “Volume balok ya… sxsxs yakin??? Yakin???” N18-12 : “Menganggukan kepala”

P-15 : “Kalau volume kuibus apa?” N18-13 : “p xl x t”

P-16 : “p xl x t yakin?? Yakin??” N18-14 : “Geleng kepala kebingungan” P-17 : “Yakin?? Yakin gak? Yakin?”

N18-15 : “Yakin (sambil menganggukan kepala)”

P-18 : “Nomor lima bentuke bangun apa? Aquarium berbentuk apa? Balok, kubus, tabung, prisma?” N18-16 : “Terdiam melihat soal”

P-19 : “Bentuknya apa?” N18-17 : “Kubus”

P-20 : “Kubus,, yoo.. volume kubus apa?” N18-18 : “sxsxs”


(5)

(6)