Sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan menggunakan Forward Chaining.

(1)

ABSTRAK

Tidak sedikit kasus tindak pidana yang dapat terselesaikan. Berdasar data indonesia.go.id terdapat 4790 kasus dilaporkan, 1749 dapat terselesaikan dan sisanya tidak dapat terselesaikan. Hal ini disebabkan proses pemeriksaan oleh penyidik masih dilakukan secara konvensional dan pendokumentasian sangkaan maupun pasal-pasal masih manual. Proses penyidikan untuk penetapan tersangka dan penentuan pasal memerlukan waktu yang cukup lama. Sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan dibangun untuk mendokumentasikan sangkaan dan penentuan pasal tindak pidana agar memudahkan penyidik menyelesaikan proses penyidikan.

Materi hukum sebagai basis pengetahuan untuk sistem pakar ini diambil dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan permasalahan hukum tindak pidana kejahatan terhadap kesusilaan. Hukum pidana memuat aturan-aturan hukum yang mengikat kepada perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana. Aturan-aturan yang dimuat dalam KUHP merupakan sangkaan (pertanyaan) untuk dijawab oleh pelaku. Proses perunutan sangkaan menggunakan forward chaining, yaitu proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir.

Pengujian dilakukan menggunakan kriteria Azwar yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil pengujian tersebut didapat bahwa sistem pakar ini dapat menentukan pasal tindak pidana kesusilaan berdasarkan sangkaan-sangkaan yang didapat dari pelaku dalam proses penyidikan. Sistem pakar juga cukup membantu pihak kepolisian untuk mendokumentasikan data penyidikan berupa sangkaan, pasal, identitas pelaku dan korban.


(2)

ABSTRACT

There were many criminal acts that could not be solved. Based on http://indonesia.go.id there were 4790 cases. 1749 of 4790 cases can be solved succesfully and the rest could not be solved. It was due to process of examination which were done by the investigators were still being undertaken in an conventional way and the documentation of suspicions had not been digitalized yet. The determination of the suspect and the article took a long time to accomplish. This expert system was built to help the investigators resolving those determinations process.

The knowledges of this expert system was taken from Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), which were focused on the criminal law of decency. The criminal law contained the rules of law which bound on the activities that fulfill the specification of criminal act. The rules that contained in KUHP were suspicions or questions that supposed to be answered by the suspect. The tracking process of suspicions were based on forward chaining method. Therefore, the tracking process was begun from presenting the collection of data or facts which convinced to get the final conclusion.

The system was evaluated by using Azwar criteria that were divided into three categories : high, medium, and low. The results of the evaluation, this expert system was able to determine the article of criminal law based on the suspicions obtained from the suspect in determining process. Thus, the expert system could help police department to documented the data of investigation such as suspicions, articles, identity of the suspect and the victim.


(3)

i

HALAMAN JUDUL

SISTEM PAKAR PENENTUAN PASAL-PASAL TINDAKAN KESUSILAAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh :

Benedicta Maria Laras Anggrahini

115314063

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ii

HALAMAN JUDUL (English)

The Expert System to Determine Article Act of Decency Using Forward Chaining

A Thesis

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements

To Obtain Sarjana Komputer Degree

In Informatics Engineering Study Program

Created By :

Benedicta Maria Laras Anggrahini

115314063

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2016


(5)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI


(6)

iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI


(7)

v


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS


(9)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus, sebagai sumber kekuatan, doa, dan harapan.

Mereka yang terkasih,

Bapak F.X. Abdul Hadi

+

dan Ibu Sri Widaryati yang sudah banyak

berkorban, tidak pernah berhenti memberikan doa serta dukungan.

Sahabat seperjuangan dan partner setia yang sudah memberikan


(10)

viii

HALAMAN MOTTO

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

(Matius 6:34)

“In every darkness, there's a light. In every struggle, there's a way. In every faith, there's a hope...”

(Anmol Andore)

“Don't cry because it's over, smile because it happened.”


(11)

ix

ABSTRAK

Tidak sedikit kasus tindak pidana yang dapat terselesaikan. Berdasar data indonesia.go.id terdapat 4790 kasus dilaporkan, 1749 dapat terselesaikan dan sisanya tidak dapat terselesaikan. Hal ini disebabkan proses pemeriksaan oleh penyidik masih dilakukan secara konvensional dan pendokumentasian sangkaan maupun pasal-pasal masih manual. Proses penyidikan untuk penetapan tersangka dan penentuan pasal memerlukan waktu yang cukup lama. Sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan dibangun untuk mendokumentasikan sangkaan dan penentuan pasal tindak pidana agar memudahkan penyidik menyelesaikan proses penyidikan.

Materi hukum sebagai basis pengetahuan untuk sistem pakar ini diambil dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan permasalahan hukum tindak pidana kejahatan terhadap kesusilaan. Hukum pidana memuat aturan-aturan hukum yang mengikat kepada perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana. Aturan-aturan yang dimuat dalam KUHP merupakan sangkaan (pertanyaan) untuk dijawab oleh pelaku. Proses perunutan sangkaan menggunakan forward chaining, yaitu proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir.

Pengujian dilakukan menggunakan kriteria Azwar yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil pengujian tersebut didapat bahwa sistem pakar ini dapat menentukan pasal tindak pidana kesusilaan berdasarkan sangkaan-sangkaan yang didapat dari pelaku dalam proses penyidikan. Sistem pakar juga cukup membantu pihak kepolisian untuk mendokumentasikan data penyidikan berupa sangkaan, pasal, identitas pelaku dan korban.


(12)

x

ABSTRACT

There were many criminal acts that could not be solved. Based on http://indonesia.go.id there were 4790 cases. 1749 of 4790 cases can be solved succesfully and the rest could not be solved. It was due to process of examination which were done by the investigators were still being undertaken in an conventional way and the documentation of suspicions had not been digitalized yet. The determination of the suspect and the article took a long time to accomplish. This expert system was built to help the investigators resolving those determinations process.

The knowledges of this expert system was taken from Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), which were focused on the criminal law of decency. The criminal law contained the rules of law which bound on the activities that fulfill the specification of criminal act. The rules that contained in KUHP were suspicions or questions that supposed to be answered by the suspect. The tracking process of suspicions were based on forward chaining method. Therefore, the tracking process was begun from presenting the collection of data or facts which convinced to get the final conclusion.

The system was evaluated by using Azwar criteria that were divided into three categories : high, medium, and low. The results of the evaluation, this expert system was able to determine the article of criminal law based on the suspicions obtained from the suspect in determining process. Thus, the expert system could help police department to documented the data of investigation such as suspicions, articles, identity of the suspect and the victim.


(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat serta penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

dengan judul “Sistem Pakar Penentuan Pasal-Pasal Tindakan Kesusilaan

Menggunakan Forward Chaining”. Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk

memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma.

Pada proses penulisan tugas akhir ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yang terkasih, kedua orang tua, Bapak F.X. Abdul Hadi+ dan Ibu Sri

Widaryati yang sudah rela berkorban, memberikan doa serta dukungan kepada penulis.

2. Bapak Eko Hari Parmadi, S.Si., M.Kom. selaku dosen pembimbing, yang telah sabar dalam membimbing, memberikan inspirasi dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Alb. Agung Hadhiatma, S.T., M.T. dan Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma M.Sc., Ph.D. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk tugas akhir ini.

4. Bapak Aiptu F.X. Rusgiyanta, Bapak Brigadir Bambang Purwoko dan seluruh anggota polisi di Polsek Gondokusuman selaku narasumber yang sudah memberikan masukan dan bantuan materi KUHP untuk dapat menyelesaikan studi ini.

5. Teman-teman seperjuangan terbaik : Priska, Dion, Beny, Rio, Dio, Rossy, Bagus, Agung, Sisil, Pasca, Monik, Lukas, Dwi, Rintan yang selalu bersama-sama tertawa walaupun sedang lelah, selalu membantu memberikan masukan untuk penulis.

6. Partner setia : Siska, Ulul, Glen yang selalu memberi dukungan, memberi tempat untuk bersandar, dan selalu direpotkan selama penulis mengerjakan tugas akhir.


(14)

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL (English) ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1.4. Batasan Masalah ... 4

1.5. Metodologi Penelitian ... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II ... 7

LANDASAN TEORI ... 7

2.1. Sistem Pakar ... 7

2.1.1. Sejarah Sistem Pakar ... 7

2.1.2. Komponen Sistem Pakar ... 8


(16)

xiv

2.2. Runut Maju (Forward Chaining) ... 9

2.3. Tabel Keputusan dan Pohon Keputusan ... 10

2.4. Konversi Menjadi Kaidah Produksi ... 11

2.5. KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) ... 12

2.5.1. Tindak Pidana Pasal Kesusilaan... 12

BAB III ... 20

METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM ... 20

3.1. Metodologi dan Prosedur Pengembangan Sistem ... 20

3.2. Deskripsi Sistem ... 20

3.3. Model Analisis ... 22

3.3.1. DFD ... 22

3.3.2. Conceptual Design ... 24

3.3.3. Matriks Pasal-Pasal yang disangkaan ... 26

3.3.4. Pohon Keputusan ... 37

3.3.5. Kaidah Produksi ... 38

3.4. Model Desain ... 43

3.4.1. Interface... 43

BAB IV ... 54

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... 54

4.1. Implementasi ... 54

4.1.1. Login ... 54

4.1.2. Halaman Utama Penyidik ... 54

4.1.3. Proses Input Data Pelapor ... 55

4.1.4. Proses Input Peristiwa ... 56

4.1.5. Proses Input Data Pelaku dan Data Korban ... 56

4.1.6. Proses Penyidikan ... 57

4.1.7. Mengedit Data Pasal ... 58

4.1.8. Mengedit Data Kasus ... 59

4.1.9. Menambah Sangkaan (Pertanyaan) ... 59

4.1.10. Kelola Sangkaan (Pertanyaan) ... 60

4.1.11. Menambah Pasal ... 61


(17)

xv

4.1.13. Mencetak Hasil... 62

4.1.14. Halaman Bantuan Penyidik ... 63

4.1.15. Halaman Utama User ... 64

4.1.16. Halaman Data Pasal User ... 64

4.1.17. Halaman Data Kasus User ... 65

4.1.18. Halaman Bantuan User ... 66

4.2. Pengujian ... 67

4.2.1. Hasil Pengujian oleh Pakar ... 67

4.2.2. Hasil Pengujian oleh User ... 72

BAB V ... 78

KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pohon Keputusan... 11

Gambar 3. 1 Diagram Konteks... 21

Gambar 3. 3 DFD Level 1 ... 22

Gambar 3. 4 DFD Level 2 Proses 2 Kelola Data Kesusilaan ... 23

Gambar 3. 5 DFD Level 2 Proses 3 Kelola Kasus ... 23

Gambar 3. 6 ER Diagram ... 24

Gambar 3. 7 Tabel Relasi ... 25


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tabel Keputusan ... 10

Tabel 3. 1 Tabel Matriks Sangkaan... 26

Tabel 4. 1 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 1 ... 67

Tabel 4. 2 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 2 ... 67

Tabel 4. 3 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 3 ... 68

Tabel 4. 4 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 4 ... 68

Tabel 4. 5 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 5 ... 68

Tabel 4. 6 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 6 ... 68

Tabel 4. 7 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 7 ... 69

Tabel 4. 8 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 8 ... 69

Tabel 4. 9 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 9 ... 69

Tabel 4. 10 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 10 ... 69

Tabel 4. 11 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 11 ... 70

Tabel 4. 12 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 12 ... 70

Tabel 4. 13 Tabel Pengujian Pakar ... 71

Tabel 4. 14 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 1 ... 72

Tabel 4. 15 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 2 ... 72

Tabel 4. 16 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 3 ... 72

Tabel 4. 17 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 4 ... 72

Tabel 4. 18 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 5 ... 73

Tabel 4. 19 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 6 ... 73

Tabel 4. 20 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 7 ... 73

Tabel 4. 21 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 8 ... 73

Tabel 4. 22 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 9 ... 74

Tabel 4. 23 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 10 ... 74

Tabel 4. 24 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 11 ... 74

Tabel 4. 25 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 12 ... 74


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara hukum yang memiliki peraturan hukum pidana yaitu KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana). Terdapat ratusan pasal yang mengatur hukum pidana di Indonesia. Hukum pidana memuat aturan-aturan hukum yang mengikatkan kepada perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana. Aturan hukum mengandung larangan dan ancaman pidana yang sudah ditentukan oleh pihak yang berwenang. Ancaman pidana dapat diberlakukan terhadap seseorang maupun kelompok yang melakukan pelanggaran tindakan pidana. Masing-masing dari tindakan pidana tersebut mempunyai jeratan pasal dan putusan hukuman yang berbeda.

Sebelum ditetapkan menjadi tersangka dan dijatuhi dengan hukuman dilakukan terlebih dahulu proses pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik. Pemeriksaan difokuskan terhadap hal yang menyangkut persoalan hukum dan mengarah ke kesalahan tindak pidana yang dilakukan pelaku. Proses pemeriksaan ini masih dilakukan secara konvensional sehingga memakan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik D.I. Yogyakarta jumlah tindakan kriminal (konvensional) di Polda D.I. Yogyakarta tahun 2010-2012 mencapai 20.524 kasus. Bahkan berita di KRJogja.com pada tanggal 31 Desember 2013 menjelaskan bahwa 'crime indeks' naik 118 kasus (5,97 persen) dari tahun lalu menjadi 2.094 kasus. Secara kualitas pada dasarnya masih terkendali dan kondusif, meskipun secara kuantitas masih ada kasus-kasus yang mengalami peningkatan serta masih adanya permasalahan yang belum terselesaikan. Menurut Kapolda DIY Brigjen Pol Haka Astana, kasus kriminal terbesar didominasi curat, 801 kasus,


(21)

turun dari tahun lalu, 877 kasus. Sementara yang mengalami kenaikan diantaranya pembunuhan (9 menjadi 12 kasus), aniaya berat (35 menjadi 39), pemerasan/pengancaman (42 menjadi 53), narkoba (241 menjadi 305), curanmor (494 menjadi 691), temuan senpi (5 menjadi 17), dan KDRT (86 menjadi 109). Komnas Perempuan mencatat telah terjadi 4.845 kasus perkosaan di Indonesia pada tahun 1998 hingga 2010. Sedangkan di lingkup DIY, Rifka Annisa sebagai Koordinator Divisi Pendampingan telah menerima 131 laporan pemerkosaan dan 71 laporan pelecehan seksual pada 2009 hingga 2012. Khusus tahun ini, Januari hingga September 2013, ada 32 kasus perkosaan dan 10 kasus pelecehan seksual. Dari angka tersebut, rata-rata usia korban yakni 14-16 tahun, bahkan ada pula yang tiga tahun. Kasus pemerkosaan dan kenakalan remaja selama tahun 2014 di DIY meningkat dari tahun sebelumnya. Wakapolda DIY Kombes Imam Sugianto memaparkan kasus pemerkosaan yang tahun 2013 sejumlah 16 laporan kasus, tahun ini naik menjadi 21 laporan kasus. Sementara kasus kenakalan remaja naik dari 10 kasus menjadi 20 kasus.

Berdasarkan data indonesia.go.id perincian kasus kejahatan di wilayah Hukum Mapolda DIY mengalami kenaikan. Tahun 2010 ada 276 kasus dan dapat diselesaikan sebanyak 51 kasus atau sebesar 18,3 %. Tahun 2011 terdapat 381 kasus dan dapat diselesaikan sebanyak 138 kasus atau 36,22 %.

Pelaporan kasus yang masuk ke Polresta Yogyakarta tahun 2010 berjumlah 1.210 kasus dapat diselesaikan sebanyak 466 kasus, tahun 2011 terjadi 1.176 kasus telah dapat diselesaikan 320 kasus. Polres Sleman tahun 2010 laporan yang masuk 877 kasus , diselesaikan 254 dan tahun 2011 terjadi 929 kasus diselesaikan sebanyak 333 kasus. Polres bantul: pada semester I Tahun 2011 laporan yang masuk 387 kasus, diselesaikan 176 kasus. Polres Kulonprogo 176 kasus, dapat diselesaikan sebanyak 112 kasus dan Kabupaten Gunungkidul laporan yang masuk sebanyak 135 kasus dapat diselesaikan sebanyak 88 kasus.


(22)

Runut Maju (Forward Chaining) merupakan proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang menuju konklusi akhir. Penalaran dimulai dari premis-premis atau informasi masukan (if) dahulu kemudian menuju konklusi atau derived information (then). Data atau fakta yang dikumpulkan berupa sangkaan yang didapat oleh penyidik dari pelaku. Sangkaan tersebut diubah menjadi premis untuk mendapatkan pasal yang disangkakan (konklusi) kepada pelaku.

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa banyak kasus tidak terselesaikan. Di sisi lain jumlah kasus kejahatan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pendokumentasian kasus dan pasal-pasal yang disangkakan kepada pelaku menjadi penting untuk memudahkan penyidik dalam melakukan proses penyidikan. Sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan menggunakan forward chaining diharapkan dapat membantu penyidik dalam menyelesaikan kasus kesusilaan dengan lebih cepat dan mudah.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin diselesaikan pada penelitian ini adalah :

a. Bagaimana mendokumentasikan kasus dan pasal-pasal sangkaan agar penyidik dapat menyelesaikan penyidikan kasus kesusilaan dengan mudah dan cepat?

b. Bagaimana menerapkan forward chaining dalam sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Membuat sistem yang mampu mendokumentasikan kasus dan pasal-pasal sangkaan.

b. Membuat sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan menggunakan forward chaining.


(23)

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Membantu penyidik dalam mendokumentasikan kasus dan pasal-pasal sangkaan

b. Memudahkan penyidik dalam menentukan pasal-pasal sangkaan

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kasus-kasus kriminal yang diselesaikan hanya pada kasus kesusilaan

2. Pengguna sistem pakar ini adalah penyidik sebagai admin dan anggota kepolisian sebagai user

3. Sistem pakar ini dikembangkan menggunakan forward chaining sedangkan representasi basis pengetahuan menggunakan kaidah produksi (IF-THEN)

1.5. Metodologi Penelitian

1. Studi Pustaka

Mencari referensi yang berasal dari berbagai sumber yang ada seperti dari buku, jurnal ilmiah dan artikel internet terutama yang berkaitan dengan topik permasalahan yang akan diteliti. Referensi inilah yang akan digunakan sebagai dasar dari pengembangan yang akan dibuat.

2. Wawancara

Mencari data kasus kesusilaan, proses penentuan pasal-pasal sangkaan, unsur-unsur kesusilaan dengan narasumber dari Polsek Gondokusuman :

a. Nama : Aiptu F.X. Rusgiyanta Jabatan: Kasi Hukum

b. Nama : Brigadir Bambang Purwoko Jabatan: Staf Reskrim


(24)

3. Perancangan

Perancangan pembuatan sistem meliputi DFD, ER Diagram, User Interface, model sistem pakar yang dikembangkan meliputi basis pengetahuan dan mesin inferensi.

4. Implementasi

Melakukan coding dari perancangan sistem berupa GUI, database, mesin inferensi, basis pengetahuan.

5. Pengujian dan Analisa Hasil

Mencari kesalahan setiap fungsi dan diperbaiki sampai tidak ditemukan kesalahan. Memastikan basis pengetahuan dan mesin inferensi saling berhubungan. Melakukan pengujian kepada pengguna yaitu penyidik. Seluruh hasil pengujian dianalisis untuk mendapatkan hasil penelitian.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengungkap latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelasakan dan menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai penelitian ini antara lain sistem pakar, pohon keputusan, KUHP dan kaidah produksi.

BAB III PERANCANGAN

Perancangan yang akan dilakukan secara rinci beserta metode yang akan dilakukan. Uraian perancangan sistem ini meliputi perancangan data mengenai data input dan output sistem, perancangan proses bagaimana


(25)

sistem akan bekerja, maupun perancangan antar muka dalam desain dan implementasi yang akan digunakan.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Berisi penjelasan tentang pengujian sistem secara umum. Pengujian sistem secara umum akan membahas mengenai lingkungan uji coba untuk menggunakan sistem ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan pengerjaan tugas akhir dan saran untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Pakar

Sistem pakar adalah salah satu cabang kecerdasan buatan yang menggunakan pengetahuan-pengetahuan khusus yang dimiliki oleh seorang ahli untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu.

Pada dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung aktivitas pemecahan masalah. Beberapa aktivitas pemecahan yang dimaksud antara lain: pembuatan keputusan, pemaduan pengetahuan, pembuatan design, perencanaan, prakiraan, pengaturan, pengendalian, diagnosis, perumusan, penjelasan, pemberian nasihat dan pelatihan. Sistem pakar juga dapat berfungsi sebagai asisten yang pandai dari seorang pakar.

Sistem pakar dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu kepakaran tertentu yang mendekati kemampuan manusia di salah satu bidang.Sistem pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan seorang pakar.

2.1.1. Sejarah Sistem Pakar

Sistem pakar untuk melakukan menyelesaikan permasalahan komputasi telah berkembang sejak pertengahan tahun 1943. Beberapa permasalahan seperti :

 Tahun 1943, Post E.L. membuktikan bahwa permasalahan-permasalahan komputasi dapat diselesaikan dengan aturan IF-THEN.

 Tahun 1961, General Problem Solver (GPS) oleh A. Newell and H. Simon. Adalah sebuah program yang dibangun untuk menyelesaikan permasalahan mulai dari games sampai matematika integral.


(27)

 Tahun 1969, DENDRAL. Dibangun di Stamford University atas permintaan NASA (Buchanan and Feigenbaum) untuk melakukan analisis kimiawi terhadap kondisi tanah di planet Mars.

 Tahun 1970s, MCYN. Dibuat untuk diagnosa medis oleh Buchanan dan Shortliffe.

 Tahun 1982, R1/XCON adalah sistem pakar pertama yang dibuat oleh para peneliti di Carnegie Melon University (CMU).

2.1.2. Komponen Sistem Pakar

Sistem pakar sebagai sebuah program sebagai sebuah program yang difungsikan untuk menirukan pakar manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh seorang pakar. Untuk membangun sistem tersebut komponen – komponen yang harus dimiliki sebagai berikut [1] :

a. Antar Muka Pengguna (User Interface)

Sistem pakar menyediakan komunikasi antara sistem dan pemakainya, yang disebut anta muka. Antar Muka yang efektif dan ramah pengguna penting terutama bagi pengguna yang tidak ahli dalam bidang yang diterapkan pada sistem pakar. b. Basis Pengetahuan (Knowledge Base)

Basis pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan bidang tertentu pada tingkatan pakar dalam format tertentu. Pengetahuan ini diperoleh dari akumulasi pengetahuan pakar dan sumber-sumber pengetahuan lainnya. Basis pengethauan bersifat dinamis, bisa berkembang dari waktu ke waktu.

c. Mesin Inferensi (Inference Machine)

Mesin inferensi merupakan otak dari sistem pakar, berupa perangkat lunak yang melakukan tugas inferensi penalaran


(28)

sistem pakar. Mesin inferensi inilah yang akan mencari solusi dari suatu permasalahan.

d. Memori Kerja (Working Memory)

Bagian dari sistem pakar yang menyimpan fakta-fakta yang diperoleh saatdilakukan proses konsultasi. Fakta inilah yang nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan pengetahuan yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk menentukan suatu keputusan pemecahan masalah.

2.1.3. Pemakai Sistem Pakar

Sistem pakar dapat digunakan oleh :

 Orang awam yang bukan pakar untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah.

 Pakar sebagai asisten yang berpengetahuan.

2.2. Runut Maju (Forward Chaining)

Runut Maju merupakan proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang menuju konklusi akhir. Penalaran dimulai dari premis-premis atau informasi masukan (if) dahulu kemudian menuju konklusi atau derived information (then) atau dapat dimodelkan sebagai berikut :

IF (informasi masukan)

Then (konklusi)

Informasi masukan dapat berupa data, bukti, temuan, atau pengamatan. Sedangkan konklusi dapat berupa tujuan, hipotesa, penjelasan, atau diagnosis. Sehingga jalannya penalaran runut maju dapat dimulai dari data menuju tujuan, dari bukti menuju hipotesa, dari temuan menuju penjelasan, atau dari pengamatan menuju diagnosa.


(29)

2.3. Tabel Keputusan dan Pohon Keputusan

Tabel keputusan merupakan cara untuk mendokumentasikan pengetahuan, matrik kondisi yang dipertimbangkan dalam pendeskripsian kaidah. Kaidah yang disajikan dalam bentuk kaidah produksi disusun dari tabel keputusan.

Kaidah secara langsung dapat dihasilkan dari tabel keputusan, tetapi untuk menghasilkan kaidah yang efisien maka terlebih dahulu membuat pohon keputusan. Dari pohon keputusan dapat diketahui atribut (kondisi) yang dapat direduksi sehingga menghasilkan kaidah yang efisien dan optimal.

Tabel 1. 1 Tabel Keputusan

Hipotesa Evidence

H1 H2 H3 H4

Evidence A    -

Evidence B  -  

Evidence C  - - 

Evidence D - - - 

Evidence E -   -

Mengacu tabel keputusan pada tabel 2.1 di atas dapat dihasilkan pohon keputusan sebagai berikut :


(30)

A

B D

C E B

E C H1 H2 y t y y t t ** H3 H4 ** ** ** y t y t y ** t y t t y Keterangan :

A : evidence A, H1 : hipotesa 1, y : ya B : evidence B, H2 : hipotesa 2, t : tidak

C : evidence C, H3 : hipotesa 3, ** : tidak menghasilkan hipotesa tertentu D : evidence D, H4 : hipotesa 4

E : evidence E

Gambar 2. 1 Pohon Keputusan 2.4. Konversi Menjadi Kaidah Produksi

Pohon keputusan yang dihasilkan digunakan sebagai acuan dalam menyusun kaidah. Atribut di dalam tabel keputusan menjadi premis di dalam kaidah yang direpresentasikan secara kaidah produksi.

Kaidah yang dapat dihasilkan dengan mengacu pohon keputusan pada gambar 2.1 adalah sebagai berikut :

a. Kaidah 1 : IF A and B and C THEN H1 b. Kaidah 2 : IF A and B and E THEN H3 c. Kaidah 3 : IF A and E THEN H2


(31)

d. Kaidah 4 : IF D and B and C THEN H4

Kaidah dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu kaidah derajat pertama (first order rule) dan kaidah meta (meta rule). Kaidah derajat pertama adalah kaidah sederhana yang terdiri dari antesenden dan konsekuen. Kaidah meta adalah kaidah yang antesenden dan konsekuennya mengandung informasi tentang kaidah yang lain. Contohnya sebagai berikut :

1. Kaidah Derajat Pertama

IF hewan mempunyai sayap and bertelur, THEN hewan tersebut berjenis burung.

Kaidah derajat pertama dapat digunakan untuk membentuk kaidah meta.

2. Kaidah Meta

IF hewan termasuk jenis burung and mempunyai sayap and bisa berenang, THEN hewan tersebut burung penguin

2.5. KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)

KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di Indonesia. KUHP dibagi dalam tiga buku :

a. Buku kesatu : tentang aturan umum yang mempunyai 9 bab. b. Buku kedua : tentang kejahatan yang mempunyai 33 bab. c. Buku ketiga : tentang pelanggaran yang mempunyai 9 bab.

2.5.1. Tindak Pidana Pasal Kesusilaan

Pada tindak pidana kasus kesusilaan terdapat pada buku kedua bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan.


(32)

2.5.1.1. Pasal 281

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:

(1) Barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;

(2) Barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.

2.4.1.2. Pasal 282

(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri, meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh,


(33)

diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambazan atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam

ayat pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.

2.4.1.3. Pasal 283

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umumya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.

(2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan yang melanggar kesusilaan di muka oranng yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.

(3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa


(34)

sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu adalah alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan.

2.4.1.4. Pasal 283bis

Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan tersebut dalam pasal 282 dan 283 dalam menjalankan pencariannya dan ketika itu belum lampau dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi pasti karena kejahatan semacam itu juga, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian tersebut.

2.4.1.5. Pasal 285

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2.4.1.6. Pasal 286

Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2.4.1.7. Pasal 287

(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.


(35)

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

2.4.1.8. Pasal 288

(1) Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita yang diketahuinya atau sepatutnya harus didugunya bahwa yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2.4.1.9. Pasal 289

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2.4.1.10. Pasal 290

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;

(2) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum lima belas tahun atau kalau umumya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin;


(36)

(3) Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umumya tidak jelas yang bersangkutan atau kutan belum waktunya untuk dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.

2.4.1.11. Pasal 291

(1) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 2 87, 289, dan 290 mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun;

(2) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 2 86, 287, 289 dan 290 mengakibatkan kematisn dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

2.4.1.12. Pasal 292

Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

2.4.1.13. Pasal 293

(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkahlakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya dilakukan kejahatan itu.


(37)

(3) Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-masing sembilan bulan dan dua belas bulan.

2.4.1.14. Pasal 294

(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa yang pemeliharaanya, pendidikan atau penjagaannya diannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(2) Diancam dengan pidana yang sama:

1. pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya,

2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan negara, tempat pen- didikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.

2.4.1.15. Pasal 295

(1) Diancam :

1. dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, ataupun oleh bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur, dengan orang lain;


(38)

2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan orang lain.

(2) Jika yang melakukan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan, maka pidana dapat ditambah sepertiga.

2.4.1.16. Pasal 296

Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah.


(39)

20

BAB III

METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Metodologi dan Prosedur Pengembangan Sistem

Sistem pakar ini akan dikembangkan menggunakan forward chaining. Langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan informasi dari penyidik sebagai panduan kebutuhan, membuat tabel dan pohon keputusan, menganalisis dan mendesain sistem pakar, implementasi dan pengujian sistem.

3.2. Deskripsi Sistem

Sistem pakar ini memiliki kemampuan untuk :

a. Menanyakan sangkaan perbuatan yang berkaitan dengan tindakan kesusilaan kepada pelaku

b. Memberikan dugaan dan rekomendasi pasal yang termasuk dengan tindakan kesusilaan yang sudah dilakukan

c. Menyimpulkan penuntutan dan ancaman pidana untuk tindak pidana kesusilaan yang dilakukan

Kerja sistem pakar dapat digambarkan sebagai berikut : jika ada penyidik yang sedang melakukan penyidikan terhadap pelaku kasus kesusilaan, sistem akan membantu merekomendasikan pasal-pasal yang akan menjerat pelaku.

Sistem akan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan unsur sangkaan dari masing-masing pasal kesusilaan. Pertanyaan akan terus berlanjut sehingga sistem dapat memberikan konklusi berupa hasil dugaan dan rekomendasi kepada penyidik untuk menjerat pelaku dengan pasal-pasal kesusilaan.


(40)

reskrim

Sistem Pakar Penentuan

Pasal-Pasal Tindakan Kesusilaan Menggunakan

Forward Chaining

verifikasi login pelaku

korban

data korban data pelaku

data pasal

hasil penyidikan korban hasil penyidikan pelaku berita acara pemeriksaan pelaku

berita acara pemeriksaan korban data sangkaan username, password

berita acara pemeriksaan korban, berita acara pemeriksaan pelaku


(41)

3.3. Model Analisis 3.3.1. DFD

3.3.1.1. Level 1

reskrim

1 verifikasi

4 cetak

3 Kelola kasus

2 Kelola data

kesusilaan data pasal

korban

hasil penyidikan korban

verifikasi login

data korban

penyidik

pasal

sangkaan

pelaku

hasil penyidikan pelaku

username,password

data pelaku pelaku

korban

berita acara pemeriksaan korban, berita acara pemeriksaan pelaku

data sangkaan


(42)

3.3.1.2. Level 2 Proses 2

reskrim 2.2

Tambah sangkaan

2.1 Tambah

pasal nama pasal,isi_pasal,rekomendasi

pasal

sangkaan id_sangkaan,sangka,jawab0, jawab1

Gambar 3. 3 DFD Level 2 Proses 2 Kelola Data Kesusilaan

3.3.1.3. Level 2 Proses 3

pelaku

3.2 Tambah

korban 3.1 Tambah

pelaku

id_pelaku,nama_pelaku,jk_pelaku,umur_pelaku kwn_pelaku,agama_pelaku,krj_pelaku,alamat_pelaku

pelaku

korban hasil penyidikan pelaku

hasil penyidikan korban

id_korban,nama_korban,jk_korban,umur_korban kwn_korban,agama_korban,krj_korban,alamat_korban

korban


(43)

3.3.2. Conceptual Design

penyidik tanya pelaku

dapat pasal punya sangkaan id_penyidik password nama_penyidik jabatan username nama_pasal isi_pasal rekomendasi id_pertanyaan tanya jawab0 id_pelaku alamat_korban pekerjaan_korban kewarganegaraan_pelaku jeniskelamin_pelaku agama_pelaku umur_pelaku nama_pelaku N N N 1 N N 1 korban id_korban nama_korban jeniskelamin_korban umur_korban kewarganegaraan_korban agama_korban pekerjaan_korban alamat_korban tanya N jawaban pertanyaan jawaban tgl_penyidikan jam_penyidikan pola lapor pertanyaan tgl_penyidikan jam_penyidikan jam_ kejadian tgl_ kejadian kasus aturan N N N jawab1


(44)

korban PK id_korban nama_korban jk_korban umur_korban kwn_korban agama_korban krj_korban alamat_korban pelaku PK id_pelaku nama_pelaku jk_pelaku umur_pelaku kwn_pelaku agama_pelaku krj_pelaku alamat_pelaku aturan id_pertanyaan nama_pasal pola sangkaan PK id_pertanyaan tanya jawab0 jawab1 id_pelaku * * ** ** penyidik PK id_penyidik nama jabatan username password ** ** * pasal PK nama_pasal isi_pasal rekomendasi * ** tanya_korban pertanyaan jawaban id_penyidik id_korban tanya_pelaku pertanyaan jawaban id_penyidik id_pelaku ** ** * kasus id_penyidik id_pelaku id_korban tgl_kejadian jam_kejadian ** ** **


(45)

3.3.3. Matriks Pasal-Pasal yang disangkaan Tabel 3. 1 Tabel Matriks Sangkaan

Kode Sang kaan Sangkaan PASAL 281 1 281 2 282 1 282 2 282 3 283 1 283 2 283 3 283

bis 285 286 287 1 288 1 288 2 288

3 289 290 1 290 2 290 3 291 1 291

2 292 293 1 294 1 294 2.1 294 2.2 295 1.1 295 1.2 295 2 296

P1

sengaja melanggar kesusilaan

v v

P2 terbuka melanggar kesusilaan v P3 di depan orang lain melanggar kesusilaan v P4 menyiarkan, mempertunju kkan, menempelka n tulisan, gambaran/be nda TELAH DIKETAHU I melanggar


(46)

kesusilaan memasukkan ke dalam/keluar negeri, memiliki persediaan, menawarkan/ menunjukka n P5 digunakan sebagai pencarian/ke biasaan

v v

P6

sedang dalam menjalankan pencariannya

v v

P7 sedang dalam menjalankan pencariannya v P8 menyiarkan, mempertunju kkan, menempelka n tulisan, gambaran/be nda YANG DIDUGA


(47)

melanggar kesusilaan memasukkan ke

dalam/keluar negeri, memiliki persediaan, menawarkan/ menunjukka n

P9

sedang dalam menjalankan pencariannya

v

P10

menawarkan, memberikan, menyerahkan /memperlihat kan tulisan, gambaran/be nda yang TELAH DIKETAHU I melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah/m enggugurkan


(48)

kehamilan kepada seseorang yang belum dewasa/umur nya belum 17th

P11 telah diketahui isinya melanggar kesusilaan

v v

P12

sedang dalam menjalankan pencariannya

v

P13

menduga isinya melanggar kesusilaan/al at untuk mencegah/m enggugurkan kehamilan

v v

P14

sedang dalam menjalankan pencariannya


(49)

P15 membacakan isi tulisan yang TELAH DIKETAHU I melanggar kesusilaan di muka orang yang belum dewasa

v v

P16 sedang dalam menjalankan pencariannya v P17 dengan kekerasan/an caman kekerasan

v v v v

P18

memaksa seorang wanita bersetubuh

v v

P19 di luar

perkawinan v v

P20 mengakibatk

an kematian v

P21

memaksa melakukan/ membiarkan dilakukan


(50)

perbuatan cabul P22 mengakibatk an luka-luka berat v

P23 mengakibatk

an kematian v

P24 bersetubuh dengan wanita di luar perkawinan

v v v v

P25

wanita dalam keadaan pingsan/tidak berdaya

v v v

P26

mengakibatk an luka-luka berat

v

P27 mengakibatk

an kematian v

P28 umur belum 15th/tidak jelas/belum waktunya dikawin

v v v

P29

mengakibatk an luka-luka berat

v


(51)

an kematian P31 bersetubuh dengan wanita dalam perkawinan

v v v

P32

belum waktunya dikawin

v v v

P33 mengakibatk

an luka-luka v

P34

mengakibatk an luka-luka berat

v

P35 mengakibatk

an kematian v

P36

melakukan perbuatan cabul

v v v v v v v v v v v

P37

korban pingsan/tidak berdaya

v v v

P38

mengakibatk an luka-luka berat

v

P39 mengakibatk

an kematian v

P40

umur belum 15th/tidak jelas/belum waktunya


(52)

dikawin

P41 membujuk

seseorang v v v

P42 melakukan/ membiarkan dilakukan perbuatan cabul/bersetu buh di luar perkawinan

v v v

P43

mengakibatk an luka-luka berat

v

P44 mengakibatk

an kematian v

P45

mengakibatk an luka-luka berat

v

P46 mengakibatk

an kematian v

P47

dengan orang yang belum dewasa

v v v v v

P48 memberi/me njanjikan uang/barang, menyalahgun akan/dengan penyesatan v


(53)

P49 sengaja menggerakka n seorang belum dewasa v P50 dengan seorang anak*

v v v

P51

sengaja menyebabka n/memudahk an

v v

P52 melakukan sebagai pencarian/ke biasaan v P53 dengan sesama kelamin P54 dilakukan oleh pejabat dengan bawahannya/ orang yang penjagaanny a dipercayakan /diserahkan kepadanya v


(54)

P55 dilakukan oleh pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas/pe suruh* v P56 sengaja menghubung kan/memuda hkan perbuatan cabul

v v v

P57

dilakukan oleh orang belum dewasa

v v

P58 melakukan sebagai pencarian/ke biasaan v P59 sengaja menyebabka n/memudahk an perbuatan cabul dengan orang lain, menjadikann ya sebagai pencarian/ke biasaan v


(55)

Keterangan (*)

1. anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasan yang pemeliharaanya, pendidikan/penjagaannya diserahkan kepadanya.

2. Di dalam penjara, tempat pekerjaan Negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial.


(56)

3.3.4. Pohon Keputusan P1 P2 P3 281 (2) y ** y 281 (1) y t 283 bis P4 t P5 P6 P7 y 282 (3) t y t 283 bis y 282 (1) y P8 t t P9 t P10 283 bis 282 (2) t y P11 P15 t y y t P12 y P13 t 283 bis y 283 (1) t P14 ** 283 bis 283 (3) P16 P17 y 283 bis y t t 283 (2) y t t y P18 P20 P19 P22 P23 291 (2) 285 291 (1) 291 (2) 289 y t y y y t t ** P21 t y y t y t ** t P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 y t y 291 (1) y t 291 (2) y 286 t t y ** t 291 (1) y t 291 (2) y 287 (1) t P35 P36 P37 P32 P34 P33 y y 288 (1) y t 288 (2) 288 (3) y t y ** t t ** t P38 P40 P41 P42 P43 P44 P45 P46 y y 291 (1) y t t 291 (2) P39 y 290 (1) t y y y 291 (1) y t 291 (2) 290 (3) ** t t t 291 (1) y t 291 (2) y 290 (2) t y t t P51 P52 P53 P54 P55 P56 P57 P58 P59 293 (1) P47 P48 P49 P50 y y y ** t t y y 295 (1) y 295 (1.1) t 294 (1) t t 292 y ** t t 294 (2.1) 294 (2.2) ** y y y t y t 295 (1.2) 295 (2) y t t ** 296 y t ** t


(57)

3.3.5. Kaidah Produksi

a. Kaidah 1 : jika sengaja melanggar kesusilaan dan di depan

orang lain melanggar kesusilaan maka pasal 281(1)

b. Kaidah 2 : jika sengaja melanggar kesusilaan dan terbuka

melanggar kesusilaan maka pasal 281(2)

c. Kaidah 3 : jika menyiarkan, mempertunjukkan, menempelkan

tulisan, gambaran/benda TELAH DIKETAHUI melanggar

kesusilaan memasukkan ke dalam/keluar negeri, memiliki

persediaan, menawarkan/menunjukkan dan sedang

menjalankan pencariannya maka pasal 282(1)

d. Kaidah 4 : jika menyiarkan, mempertunjukkan, menempelkan

tulisan, gambaran/benda YANG DIDUGA melanggar

kesusilaan memasukkan ke dalam/keluar negeri, memiliki

persediaan, menawarkan/menunjukkan maka pasal 282(2)

e. Kaidah 5 : jika menyiarkan, mempertunjukkan, menempelkan

tulisan, gambaran/benda YANG DIDUGA melanggar

kesusilaan memasukkan ke dalam/keluar negeri, memiliki

persediaan, menawarkan/menunjukkan dan sedang

menjalankan pencariannya maka pasal 282(3)

f. Kaidah 6 : jika menawarkan, memberikan, menyerahkan

/memperlihatkan tulisan, gambaran/benda maupun alat untuk

mencegah/menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang

belum dewasa/umurnya belum 17tahun dan telah diketahui


(58)

g. Kaidah 7 : jika membacakan isi tulisan yang TELAH

DIKETAHUI melanggar kesusilaan di muka orang yang belum

dewasa maka pasal 383(2)

h. Kaidah 8 : jika menawarkan, memberikan, menyerahkan

/memperlihatkan tulisan, gambaran/benda maupun alat untuk

mencegah/menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang

belum dewasa/umurnya belum 17tahun dan menduga isinya

melanggar kesusilaan maka pasal 283(3)

i. Kaidah 9 : jika kesusilaan dalam keluarga dan dilakukan oleh

suami (istri) dari yang terkena kejahatan dan tidak terpisah

meja dan ranjang/ harta kekayaan maka pasal 367(1) jika yang

bersalah melakukan salah satu kejahatan tersebut dalam pasal

282 dan 283 dalam menjalankan pencariannya dan ketika itu

belum lampau dua tahun sejak adanya pemidanaan yang

menjadi pasti karena kejahatan semacam itu juga, dapat dicabut

haknya untuk menjalankan pencarian tersebut maka pasal

283bis

j. Kaidah 10 : jika dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar

perkawinan maka pasal 285

k. Kaidah 11 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di luar

perkawinan dan diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan


(59)

l. Kaidah 12 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di luar

perkawinan dan diketahui bahwa diketahui bahwa umurnya

belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, belum

waktunya untuk dikawin maka pasal 287(1)

m. Kaidah 13 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di dalam

perkawinan dan belum waktunya untuk dikawin dan perbuatan

mengakibatkan luka-luka maka pasal 288(1)

n. Kaidah 14 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di dalam

perkawinan dan belum waktunya untuk dikawin dan perbuatan

mengakibatkan luka-luka berat maka pasal 288(2)

o. Kaidah 15 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di dalam

perkawinan dan belum waktunya untuk dikawin dan perbuatan

mengakibatkan kematian maka pasal 288(3)

p. Kaidah 16 : jika dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dan

memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan

dilakukan perbuatan cabul maka pasal 289

q. Kaidah 17 : jika melakukan perbuatan cabul dan orang itu

pingsan atau tidak berdaya maka pasal 290(1)

r. Kaidah 18 : jika melakukan perbuatan cabul dan umurnya

belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas, yang

bersangkutan belum waktunya untuk dikawin maka pasal

290(2)

s. Kaidah 19 : jika membujuk dan diduganya bahwa umurnya


(60)

bersangkutan atau kutan belum waktunya untuk dikawin dan

melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau

bersetubuh di luar perkawinan maka pasal 290(3)

t. Kaidah 20 : jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286,

287, 289, serta 290 dan mengakibatkan luka-luka berat maka

pasal 291(1)

u. Kaidah 21 : jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285,

286, 287, 289, serta 290 dan mengakibatkan kematian maka

pasal 291(2)

v. Kaidah 21 : jika melakukan perbuatan cabul dan dengan orang

lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus

diduganya belum dewasa maka pasal 292

w. Kaidah 22 : jika melakukan perbuatan cabul dan memberi atau

menjanjikan uang/barang, menyalahgunakan dengan

penyesatan dan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa

maka pasal 293(1)

x. Kaidah 23 : jika melakukan perbuatan cabul dan dengan orang

yang belum dewasa dan dengan anaknya, tirinya, anak

angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa

maka pasal 294(1)

y. Kaidah 24 : jika melakukan perbuatan cabul dan dilakukan oleh

pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh

dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya maka pasal


(61)

z. Kaidah 25 : jika melakukan perbuatan cabul dan sengaja

menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul

dan oleh anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di

bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang

yang belum dewasa maka pasal 295(1.1)

aa. Kaidah 26 : jika sengaja menghubungkan atau memudahkan

perbuatan cabul dan yang dilakukan oleh orang yang belum

dewasa maka pasal 295(1.2)

bb.Kaidah 27 : jika melakukan perbuatan cabul dan dengan orang

yang belum dewasa dan dengan anaknya, tirinya, anak

angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa

dan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan maka pasal

295(2)

cc. Kaidah 27 : jika sengaja menyebabkan atau memudahkan cabul

oleh orang lain dan menjadikannya sebagai pencarian atau


(62)

3.4. Model Desain 3.4.1. Interface

3.4.1.1. Halaman Login Admin Penyidik

3.4.1.2. Halaman Utama Penyidik

Login Admin Penyidik

Username

Password

Login

KASUS DATA KESUSILAAN CETAK LAINNYA Kasus Baru Lihat Pasal

Lihat Korban

Lihat Pelaku

Pasal

Sangkaan Tambah Pasal Bukan Penyidik

Cetak Kasus Bantuan KELUAR

Lihat Sangkaan


(63)

3.4.1.3. Halaman Data Pelapor

KASUS DATA CETAK LOGOUT

Kasus Tindak Pidana Kesusilaan Baru

ID Kasus

Nama Pelapor

PELAPOR

No. Identitas

Nama

Jenis Kelamin P L Umur tahun

Kewarganegaraan

Agama

Pekerjaan

Alamat

Keterangan

Lanjutkan CARI


(64)

3.4.1.4. Halaman Peristiwa

KASUS DATA CETAK LOGOUT

PERISTIWA YANG DILAPORKAN

ID Kasus

PELAPOR

Waktu Kejadian Jam WIB

Tempat Kejadian

Waktu Pelaporan Jam WIB

Yang Terjadi

Barang Bukti

dd mm yy

dd mm yy


(65)

3.4.1.5. Halaman Data Pelaku dan Korban

KASUS DATA CETAK LOGOUT

DATA PELAKU dan KORBAN

ID Kasus PELAPOR

Pelaku

No. Identitas

Nama

Jenis Kelamin P L Umur tahun

Kewarganegaraan

Agama

Pekerjaan

Alamat

Korban

No. Identitas

Nama

Jenis Kelamin P L Umur tahun

Kewarganegaraan

Agama

Pekerjaan

Alamat

Lanjutkan CARI


(66)

3.4.1.6. Halaman Proses Penyidikan

PROSES PENYIDIKAN

POLA

Pasal

Rekomendasi Mulai

Lanjutkan Mulai


(67)

3.4.1.7. Halaman Data Kasus

DATA KASUS

ID Kasus ID Nama Jenis Kelamin Umur Kewarganegaraan

Kode Kasus

ID Pelapor ID Pelaku ID Korban

Nama Pelapor Nama Pelapor Nama Pelapor

JK Pelapor P L JK Pelapor P L JK Pelapor P L

Umur Pelapor Umur Pelapor Umur Pelapor

Kwn Pelapor Kwn Pelapor Kwn Pelapor

Agama pelapor Agama pelapor Agama pelapor

PekerjaanPelapor PekerjaanPelapor PekerjaanPelapor

Alamat Pelapor Alamat Pelapor Alamat Pelapor

UBAH HAPUS*


(68)

3.4.1.8. Halaman Data Pasal

PASAL KESUSILAAN

Nama Pasal Isi Pasal Rekomendasi

**untuk mengubah data pasal, klik pada salah satu baris yang akan diubah

Nama Pasal

Isi Pasal

Rekomendasi


(69)

3.4.1.9. Halaman Tambah Sangkaan

3.4.1.10. Halaman Kelola Pohon Sangkaan TAMBAH SANGKAAN

DAFTAR SANGKAAN

ID Pertanyaan Tanya

TAMBAH Kelola Pohon

KELOLA POHON SANGKAAN


(70)

3.4.1.11. Halaman Tambah Pasal

3.4.1.12. Halaman Kelola Pohon Pasal

PROSES TAMBAH PASAL

TAMBAH PASAL

Nama Pasal

Isi Pasal

Rekomendasi

DAFTAR PASAL

Pasal Isi Pasal Rekomendasi TAMBAH

KELOLA POHON PASAL

ID Pertanyaan Tanya Aturan Ya Aturan Tidak


(71)

3.4.1.13. Halaman Cetak Kasus

3.4.1.14. Halaman Bantuan Penyidik

3.4.1.15. Halaman Utama User

CETAK KASUS

Cari Berdasar Bulan Lapor

ID Kasus

Nama Pelapor

Tanggal Pelapor

Kejadian Nama Korban CARI

CETAK

BANTUAN PENGGUNAAN

Pada menu bantuan ini akan dijelaskan dari masing-masing fungsi menu yang tersedia, sehingga memudahkan pengguna.

DATA LAINNYA

Data Pasal

Data Kasus

Bantuan KELUAR


(72)

3.4.1.16. Halaman Data Pasal User

3.4.1.17. Halaman Data Kasus User

3.4.1.18. Halaman Data Kasus User DATA KASUS

ID Kasus

Nama Pelapor

Tanggal Pelapor

Kejadian Nama Korban

BANTUAN PENGGUNAAN

Pada menu bantuan ini akan dijelaskan dari masing-masing fungsi menu yang tersedia, sehingga memudahkan pengguna.

PASAL KESUSILAAN


(73)

54

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4.1. Implementasi 4.1.1. Login

Untuk masuk dalam halaman utama penyidik penulis menggunakan form login. Username dan password sudah dimiliki oleh penyidik, data penyidik sudah tersimpan di dalam database penyidik yang nanti dicocokan dengan input username dan password ketika login.


(74)

Setelah berhasil login, maka penyidik akan masuk pada halaman utama admin. Pada halaman utama ini terdapat menu Kasus (untuk proses kasus baru), menu data (untuk melihat, menghapus, mengedit data kasus, data pasal, data aturan), menu cetak (untuk mencetak kasus yang sudah diproses), dan menu lainnya (berisi sub menu bantuan dan submenu keluar)

4.1.3. Proses Input Data Pelapor

Pada proses input data pelapor, penulis membuat database kasus untuk menyimpan data-data pelapor (ID, nama, jenis kelamin, umur, kewarganegaraan,agama, pekerjaan dan alamat). Untuk setiap kasus baru yang tersimpan masing-masing akan mendapatkan ID kasus.


(75)

4.1.4. Proses Input Peristiwa

Proses input peristiwa sistem menyimpan data-data peristiwa (tanggal kejadian, waktu kejadian, tempat kejadian, tanggal lapor, kejadian dan barang bukti). Data-data tersebut akan disimpan pada tabel kasus berdasarkan ID kasus ketika ada laporan kasus baru.


(76)

Pada proses input data pelaku dan korban, sistem akan menyimpan data-data pelaku dan korban (ID, nama, jenis kelamin, umur, kewarganegaraan,agama, pekerjaan dan alamat). Masing-masing data baru tersebut disimpan pada tabel pelaku dan tabel korban berdasar ID penyidik.

4.1.6. Proses Penyidikan

Dalam form proses penyidikan sistem menampilkan pertanyaan yang diambil dari database sangkaan. Setiap pertanyaan sudah mempunyai aturan masing-masing, dimana aturan tersebut yang menjadi pedoman untuk pertanyaan berikutnya.


(77)

Untuk satu kali menjawab pertanyaan sistem akan menampilkan pola jawaban yang digunakan untuk mengetahui hasil akhir dari proses penyidikan.

Pola yang ditampilkan akan dicocokan dalam database aturan dan akan mendapatkan satu pasal untuk menjadi hasil sangkaan.

4.1.7. Mengedit Data Pasal

Penulis membuat form untuk mengedit data pasal, sistem akan menampilkan data berupa nama pasal, isi pasal dan rekomendasi dari tabel pasal. Penulis


(78)

menggunakan mouseClicked untuk memilih pasal yang akan diubah untuk masing-masing data. Lalu sistem akan mengupdate dan menyimpan data tersebut.

4.1.8. Mengedit Data Kasus

Penulis membuat form untuk mengedit data kasus, sistem akan menampilkan data berupa identitas dari tabel pelaku dan korban. Penulis menggunakan mouseClicked untuk memilih data yang akan diubah untuk masing-masing data. Lalu sistem akan mengupdate dan menyimpan data tersebut.


(79)

Form menambah sangkaan ini dibuat untuk menambah sangkaan baru ketika pada proses penyidikan belum ditemukan sangkaan. Dalam form ini sangkaan baru yang ditambahkan akan diproses menggunakan form kelola pohon sangkaan (pertanyaan) untuk mendapat pola baru yang akan digunakan ketika melakukan proses penyidikan ulang.


(80)

Form kelola pohon sangkaan (pertanyaan) berhubungan dengan form menambah pertanyaan. Dimana ketika pengguna menuju form kelola sangkaan akan membawa kode sangkaan baru yang digunakan untuk membuat aturan baru.

4.1.11.Menambah Pasal

Form menambah pasal ini dibuat untuk menambah pasal baru ketika pada proses penyidikan belum ditemukan pasal lanjutan. Dalam form ini pasal baru yang ditambahkan akan diproses menggunakan form kelola pasal untuk mendapat pola baru yang akan digunakan ketika melakukan proses penyidikan ulang.


(81)

Form kelola pohon pasal berhubungan dengan form menambah pasal. Dimana ketika pengguna menuju form kelola pohon pasal akan membawa kode pasal baru yang digunakan untuk membuat aturan baru.


(82)

Penulis membuat form mencetak hasil untuk digunakan ketika pengguna memerlukan data-data lengkap kasus yang sudah diproses. Dengan memilih kasus berdasarkan bulan, sistem akan menampilkan kasus-kasus sesuai bulan yang dipilih.


(83)

Pada menu bantuan penyidik berfungsi untuk informasi penggunaan

sistem kepada penyidik. Dalam menu bantuan ini dijelaskan masing-masing

fungsi yang ada pada sistem.

4.1.15.Halaman Utama User

Untuk user disediakan halaman utama user, pada halaman ini terdapat menu data (untuk melihat data kasus, data pasal, data aturan), dan menu lainnya (berisi sub menu bantuan).


(84)

Pada menu data pasal ini, berfungsi untuk menampilkan pasal-pasal kesusilaan, dan rekomendasi dari masing-masing pasal tersebut. Menu ini akan membantu user mengetahui pasal kesusilaan jika dibutuhkan.

4.1.17.Halaman Data Kasus User

Pada menu data kasus ini, berfungsi untuk menampilkan data-data lengkap kasus kesusilaan yang sudah diproses. Menu ini akan memberkan informasi untuk user jika diperlukan.


(85)

4.1.18.Halaman Bantuan User

Pada menu bantuan user berfungsi untuk informasi penggunaan sistem kepada

user, dalam menu bantuan ini dijelaskan masing-masing fungsi yang ada pada


(86)

4.2. Pengujian

Pada pengujian sistem ini dilakukan oleh pakar untuk mengetahui kesesuaian antara data yang sudah disimpan dalam database dengan data-data milik pakar. Dan untuk mengetahui bahwa sistem yang dibuat ini sudah menjalankan dengan baik berdasarkan masing-masing fungsi yang diberikan, termasuk untuk hasil proses penyidikan.

Seluruh hasil tersebut direkam dalam sebuah kuesioner. Data-data hasil kuesioner diuji dengan menggunakan kriteria Azwar yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Pengujian digunakan untuk mengetahui sistem ini bisa bermanfaat bagi kepolisian untuk membantu proses merekap data dan penyidikan.

4.2.1. Hasil Pengujian oleh Pakar

Tabel 4. 1 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 1

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33.3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 2 66,7%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 2 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 2

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%


(87)

Tabel 4. 3 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 3

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase 1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 1 33,3%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 1 33,3%

Tabel 4. 4 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 4

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 2 66,7%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 5 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 5

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 6 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 6

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 2 66,7%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 1 33,3%


(88)

Tabel 4. 7 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 7

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase 1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 8 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 8

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 2 66,7%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 9 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 9

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 1 33,3%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 1 33,3%

Tabel 4. 10 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 10

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 2 66,7%


(89)

Tabel 4. 11 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 11

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase 1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 12 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 12

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Berdasarkan tabel kategorisasi menurut Azwar di atas, pengujian yang dilakukan oleh pakar dapat diketahui bahwa hasil jawaban dari masing-masing pertanyaan kuesioner memiliki kategori sedang dengan range (µ-1σ)≤X<(µ+1σ).


(90)

Tabel 4. 13 Tabel Pengujian Pakar

Berdasarkan tabel pengujian pakar di atas, diketahui penilaian pakar terhadap sistem ini sedang. Penilaian tersebut diperoleh dari hasil rata-rata setiap pertanyaan masing-masing responden.

PAKAR Pertanya an 1

Pertanya an 2

Pertanya an 3

Pertanya an 4

Pertanya an 5

Pertanya an 6

Pertanya an 7

Pertanya an 8

Pertanya an 9

Pertanya an 10

Pertanya an 11

Pertanya an 12

Responden 1 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4

Responden 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4

Responden 3 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4

Rata-rata 4.33 4 4 4.33 4 4.67 4 4.33 4 4.33 4 4 stdev 0.58 0 1 0.58 0 0.58 0 0.58 1 0.58 0 0

µ + stdev 4.91 4 5 4.91 4 5.24 4 4.91 5 4.91 4 4


(91)

4.2.2. Hasil Pengujian oleh User

Tabel 4. 14 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 1

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase 1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 11 0.289474

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.69 X<4.78 Sedang 25 0.657895

3 X<(µ- σ X<3.69 Rendah 2 0.052632

Tabel 4. 15 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 2

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.91 Tinggi 15 0.394737

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.83 X<4.91 Sedang 22 0.578947

3 X<(µ- σ X<3.83 Rendah 1 0.026316

Tabel 4. 16 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 3

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X . Tinggi 19 0.5

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.54 X<5.09 Sedang 12 0.315789

3 X<(µ- σ X<3.54 Rendah 7 0.184211

Tabel 4. 17 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 4

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.83 Tinggi 12 0.315789

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.65 X<4.83 Sedang 23 0.605263


(92)

Tabel 4. 18 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 5

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase 1 X µ+ σ X 4.62 Tinggi 8 0.210526

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.8 X<4.62 Sedang 30 0.789474

3 X<(µ- σ X<3.8 Rendah 0 0

Tabel 4. 19 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 6

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.97 Tinggi 17 0.447368

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.87 X<4.97 Sedang 20 0.526316

3 X<(µ- σ X<3.87 Rendah 1 0.026316

Tabel 4. 20 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 7

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 5.15 Tinggi 22 0.57895

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.85 X<5.15 Sedang 13 0.34211

3 X<(µ- σ X<3.85 Rendah 3 0.07895

Tabel 4. 21 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 8

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 5.05 Tinggi 19 0.5

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.85 X<5.05 Sedang 17 0.44737


(93)

Tabel 4. 22 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 9

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase 1 X µ+ σ X 4.97 Tinggi 16 0.42105

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.97 Sedang 19 0.5

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 3 0.07895

Tabel 4. 23 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 10

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.86 Tinggi 13 0.34211

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.66 X<4.86 Sedang 22 0.57895

3 X<(µ- σ X<3.66 Rendah 3 0.07895

Tabel 4. 24 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 11

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.84 Tinggi 12 0.31579

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.79 X<4.84 Sedang 24 0.63158

3 X<(µ- σ X<3.79 Rendah 1 0.02632

Tabel 4. 25 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 12

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X . Tinggi 14 0.36842

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.81 X<4.88 Sedang 23 0.60526

3 X<(µ- σ X<3.81 Rendah 1 0.02632

Berdasarkan tabel kategorisasi menurut Azwar di atas, pengujian yang dilakukan oleh user dapat diketahui bahwa hasil jawaban dari masing-masing pertanyaan kuesioner memiliki kategori sedang dengan range (µ-1σ)≤X<(µ+1σ).


(94)

Tabel 4. 26 Tabel Pengujian User

User Pertanya an 1 Pertanya an 2 Pertanya an 3 Pertanya an 4 Pertanya an 5 Pertanya an 6 Pertanya an 7 Pertanya an 8 Pertanya an 9 Pertanya an 10 Pertanya an 11 Pertanya an 12

Responden 1 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4

Responden 2 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4

Responden 3 3 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 4

Responden 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4

Responden 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4

Responden 6 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4

Responden 7 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5

Responden 8 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4

Responden 9 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5

Responden 10 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4

Responden 11 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5

Responden 12 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 4 5

Responden 13 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5

Responden 14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

Responden 15 4 4 3 4 4 4 5 5 3 3 4 4


(95)

Responden 17 4 4 3 4 4 4 5 5 3 3 4 4

Responden 18 4 4 5 4 5 4 3 5 5 5 5 5

Responden 19 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4

Responden 20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3

Responden 21 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5

Responden 22 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5

Responden 23 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4

Responden 24 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5

Responden 25 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4

Responden 26 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4

Responden 27 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4

Responden 28 4 4 3 3 4 4 5 5 5 4 4 4

Responden 29 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4

Responden 30 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5

Responden 31 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4

Responden 32 4 4 3 4 4 4 3 4 3 5 3 4

Responden 33 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4

Responden 34 4 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 5

Responden 35 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4


(96)

Responden 37 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5

Responden 38 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4

Rata-rata 4.24 4.37 4.32 4.24 4.21 4.42 4.5 4.45 4.34 4.26 4.32 4.34 stdev 0.54 0.54 0.77 0.59 0.41 0.55 0.65 0.6 0.63 0.6 0.53 0.53

µ + stdev 4.78 4.91 5.09 4.83 4.62 4.97 5.15 5.05 4.97 4.86 4.84 4.88


(1)

LAMPIRAN 1) Listing Program Proses Penyidikan


(2)

(3)

4) Listing Program Tambah Sangkaan (Pertanyaan)


(4)

Jenis Kelamin : Perempuan / Laki-Laki *

Pekerjaan/Jabatan :

Alamat Kantor :

Keterangan :

STS : Sangat Tidak Setuju N : Netral

SS : Sangat Setuju

TS : Tidak Setuju S : Setuju

No. PERTANYAAN

PILIHAN STS TS N S SS

1

Sistem ini memudahkan dalam penentuan pasal tindak pidana khususnya kasus kesusilaan

2 Sistem berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi-fungsinya 3 Sistem memberikan data dan informasi yang bermanfaat bagi user 4 Sistem mudah digunakan

5 Kepakaran sistem sudah sesuai dengan KUHP 6 Tampilan sistem mudah dipahami

7 Tampilan sistem menarik

8 Fasilitas yang diberikan membantu pengguna 9 Fasilitas pada sistem sudah lengkap

10 Sistem layak diimplementasikan

11 Sistem layak dikembangkan ke bagian KUHP lainnya 12 Sistem ini layak digunakan di Kepolisian


(5)

(6)