Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002
BAB II
PENGATURAN HUKUM IZIN PENGELOLAAN PELATARAN PARKIR
D. Pengertian Izin Pengelolaan Pelataran Parkir
Perizinan merupakan instrumen kebijakan pemerintah/pemda untuk melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas sosial maupun ekonomi. Izin juga merupakan instrumen untuk perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. Sebagai instrumen pengendalian perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk kebijakan pemerintah sebagai acuan. Tanpa rasionalitas dan desain instrumen untuk membela kepentingan atas tindakan yang berdasarkan kepentingan individu.18
Pengertian vergunning atau izin yaitu bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka
Pengertian yang luas, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan. Sedangkan dalam pengertian sempit, izin adalah pengikatan aktifitas-aktifitas pada suatu peraturan, izin pada umumnya berdasarkan pada keinginan pembuat undang-undang mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk, tercela, tidak diinginkan pemerintah dengan diharapkqan pemerintah dapat melakukan pengawasan.
(2)
perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin. Lebih lanjut Sutedi mengemukakan bahwa izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan.19
Izin adalah salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam Hukum Administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga.20
Adapun pengertian perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk Utrecht memberikan pengertian vergunning sebagai berikut: Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning).
Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.
18
Cecep Triwibowo, Perizinan dan Akreditas Rumah Sakit (Sebuah Kajian Hukum Kesehatan),Yogyakarta, Nuha Medika, 2012, hal 1
19
(3)
pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan.
Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang demi memperhatikan kepentingan umum yang mengharuskan adanya pengawasan.21
Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara etomologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelolah (to manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.22
Menurut James A.F. Stoner dan R. Edward Freeman pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu sesuai yang telah ditetapkan sebelumnya23
Menurut Balderton dalam Adisasmita istilah pengelolaan sama dengan manajemen yaitu menggerakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan usaha
20
Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2013, hal 188
21
Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 169 22
Nugroho. Good Governance. Bandung, Mandar Maju, 2003, hal 119 23
Stoner James A.F dan Freeman R. Edwar.Manajemen Edisi Keempat. Intermedia. Jakarta, 1992, hal 3
(4)
manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.24
Pengelolaan dalam administrasi adalah merupakan suatu proses yang dimulai dari proses perencanaan, pengawasan, penggerakan sampai dengan proses pencapaian tujuan. 25
Parkir diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
Sehingga menitiberatkan pengelolaan sebagai fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengawasan, penggerakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi pengelolaan merupakan ilmu manajemen yang berhubungan dengan proses mengurus dan menangani sesuatu untuk mewujudkan tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan untuk menggali dan memanfaatkan potensi yang ada dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
26
Sedangkan tempat parkir adalah tempat parkir di luar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai usaha, termasuk penyedia tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran 27
Parkir adalah memberhentikan dan menempatkan kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor dalam satu waktu tertentu disuatu tempat yang telah
.
24
Adisasmita, Rahardjo. Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2011, hal; 21
25
Ahmad Yani. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta, Rajawali Pers.2009 hal 89
26
David M.L. Tobing, Parkir dan Perlindungan Konsumen. Jakarta, Timpani Agung, 2007, hal 1
(5)
disediakan. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang dapat bergerak di atas jalan dan digerakkan oleh peralatan teknik yang berada dikendaraan tersebut sedangkan kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang dapat bergerak di atas jalan dan tidak digerakkan peralatan teknik pada kendaraan itu tetapi dapat digerakkan oleh tenaga penghela.28
Para pengguna tempat parkir ini akan membayar biaya parkir yang disebut dengan retribusi parkir. Retribusi adalah pungutan yang dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat atau daerah sehubungan dengan penggunaan fasilitas Negara. Atau dapat dikatakan pembayaran tersebut memang ditunjukan semata-mata oleh si pembayar untuk mendapatkan sesuatu prestasi tertentu dari Pemerintah.
Pada mulanya pengelolaan parkir di pinggir jalan dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui perusahaan daerah. Kemudian mulai berkembang pelataran dan gedung parkir yang juga dikelola oleh Pemerintah Daerah.
29
a. Pengelola perparkiran pada tempat parkir tepi jalan umum dan tempat
khusus parkir
Pengelolaan perparkiran daerah dilakukan oleh :
b. Orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pelataran parkir30
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 tahun 2002 terdapat tiga jenis bentuk pelayanan perparkiran di Kota Medan, yaitu:
27
Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001, Bab I Pasal 1 angka 16). 28
Jufrizen, Analisis Potensi Penerimanaan Retribusi Parkir Pada Pusat-Pusat Perbelanjaan Kota Medan, Artikel Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2011, hal 11
29
R.Santoso Brotodihardjo. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung, Refika Aditama, 2010, hal 7
(6)
a. Pelayanan parkir ditepi jalan umum yaitu penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
b. Tempat khusus parkir yaitu penyediaan pelayanan ditempat parkir khusus yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk disediakan dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah dan pihak sawsta.
c. Perizinan pelataran parkir yaitu pemberian izin kepada orang pribadi atau badan tertentu berupa penyediaan pelayanan tempat parkir yang disediakan oleh pihak ketiga dengan memungut bayaran.
Pada setiap lokasi parkir ditepi jalan umum dipasang tanda-tanda atau rambu-rambu parkir yang memuat penjelasan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 Tahun 2002 Pasal 9, yaitu:
a. Tempat parkir dan waktu parkir
b. Besarnya retribusi parkir yang dikenakan c. Jenis kendaraan yang diperbolehkan parkir d. Cara atau sistem parkir
e. Marka parkir
1. Unsur-unsur perizinan
Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu.31
a. Instrumen yuridis
Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan yaitu sebagai berikut:
30
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 Tahun 2002 Tentang Retibusi Pelayanan Parkir D Itepi Jalan Umum, Tempat Khusus Parkir Dan Perizinan Pelataran Parkir, Pasal 4
31
(7)
Lazimnya Negara hukum modern tugas, kewenangan pemerintah tidak hanya
sekadar menjaga ketertiban dan keamanan (just on orde), tetapi juga
mengupayakan kesejahteraan umum (bestuurszarg). Tugas dan kewenangan
pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang sampai saat kini masih tetap dipertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan ini merupakan ujung tombak atau sebagai norma penutup dalam rangka norma hukum.
b. Peraturan perundang-undangan
Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah weimatigheidvan bestuur atau pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah, baik dalam menjalankan fungsi pengaturan ataupun fungsi pelayanan, harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Organ pemerintah
Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintah baik tingkat pusat maupun tingkat daerah.32
32
Ibid, hal 213
Dari penelusuran berbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintahan dapat diketahui bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi (presiden) sampai dengan administrasi negara terendah (Lurah) berwenang memberikan izin. Ini berarti terdapat aneka ragam administrasi Negara (termasuk instansinya) pemberi izin yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik ditingkat pusat maupun daerah.
(8)
d. Peristiwa konkrit
Disebutkan bahwa izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan, yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkrit dan individual. Peristiwa konkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkret ini beragam, sejarah dengan keragaman perkembangan masyarakat, izin pun memiliki berbagai keragaman. Izin yang jenisnya beragam dibuat dalam proses yang cara prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin, macam izin dan struktur organisasi instansi yang menerbitkannya.
e. Prosedur dan persyaratan
Lazimnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tentang yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan izin dan instansi pemberi izin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur perizinan meliputi, instrument yuridis, peraturan perundang-undangan, organ pemerintah, peristiwa konkrit, prosedur dan persyaratan.
2. Sifat perizinan
Lazimnya izin merupakan keputusan pejabat/badan tata usaha negara yang berwenang, yang isinya atau substansinya mempunyai sifat sebagai berikut:
(9)
a. Izin bersifat bebas, adalah izin sebagai keputusan tata usaha Negara yang penerbitannya tidak terkait pada aturan dan hukum tertulis serta orga yang berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutusakan pemberian izin.
b. Izin bersifat terikat, adalah izin sebagai keputusan tata usaha Negara yang penerbitannya terikat pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta organ yang berwenang dalam izin kadar kebebasannya dan wewenang tergantung pada kadar sejauh mana peraturan perundang-undang mengaturnya.
c. Izin yang bersifat menguntungkan, merupakan izin yang isinya mempunyai sifat menguntungkan pada yang bersangkutan. Izin yang bersifat menguntungkan isi nyata keputusan merupakan titik pusat yang member anugrah kepada yang bersangkutan.
d. Izin yang bersifat memberatkan, merupakan izin yang isinya mengandung unsur-unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan kepadanya. Di samping itu, izin yang bersifat memberatkan merupakan pula izin yang member beban kepada orang lain atau masyarakat sekitarnya.
e. Izin yang segera berakhir, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek.
f. Izin yang berlangsung lama, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang berakhirnya atau masa berlakunya relatif lama, misalnya izin usaha industry dan izin yang berhubungan dengan lingkungan.
g. Izin yang bersifat pribadi, merupakan izin yang isinya tergantung pada sifat atau kualitas pribadi dan pemohon izin, misalnya izin mengemudi (SIM).
(10)
h. Izin yang bersifat kebendaan, merupakaan izin yang isinya tergantung pada sifat dan objeknya misalnya izin HO, SITU.33
Jadi disimpulkan sifat perizinan meliputi bersifat bebas, terikat, menguntungkan, memberatkan, izin yang segera berakhir, izin yang berlangsung lama, izin yang bersifat pribadi dan kebendaan.
3. Fungsi dan pemberian perizinan
Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu sebagai fungsi penertib dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib, dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bagunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan dengan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupamn masyarakat dapat terwujud.
Sebagai fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan pembentukany, sehingga terdapat penyalagunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain, fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.
Secara umum, tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian daripada aktivitas pemerintah dalam hal-hal tertentu di mana ketentuan berisi pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh baik yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang berwenang. Selain itu, tujuan dari perizinan itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu:
a. Dari segi pemerintah
Dari segi pemerintah tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut:
33
(11)
1) Untuk melaksanakan peraturan
Apakah ketentuan-ketentun yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam praktiknya atau tidak dan sekaligus untuk mengatur ketertiban.
2) Sebagai sumber pendapatan daerah
Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula pendapatan di bidang retribusi tujuan akhirnya yaitu membiayai pembangunan.
b. Dari segi masyarakat
Dari segi masyarakat tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut:
1) Untuk adanya kepastian hukum 2) Untuk adanya kepastian hak
3) Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas. Apabila bangunan yang didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapatkan fasilitas
Jadi dapat disimpulkan fungsi perizinan meliputi dari pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan peraturan menjadi sumber PAD, adanya kepastian hukum, kepastian hak dan memudahkan mendapatkan fasilitas.
4. Elemen perizinan
Bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkrit menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan, yaitu sebagai berikut:34
(12)
Salah satu prinsip dalam Negara hukum adalah wetmotigheid van bestuur atau pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b. Izin sebagai bentuk ketetapan
Dalam Negara hukum modern tugas dan wewenang pemerintah tidak hanya
sekadar menjga ketertiban dan keamanan (rust en orde) tetapi juga
mengupayakan kesejahteraan umum (bestuurszorg).
c. Lembaga pemerintah
Lembaga atau kelembagaan, secara teoretis adalah suatu rule of the game yang mengatur tindakan dan menentukan apakah suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif.
d. Peristiwa konkret
Disebutkan bahwa izin merupakan instrumen yuridisi yang berbentuk ketetapan, yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret dan individual.
e. Proses dan prosedur
Proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan, proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang dilakukan oleh aparat/petugas.
f. Persyaratan
Persyaratan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh izin yang dimohonkan. Persyaratan perizinan tersebut berupa dokumen kelengkapan atau surat-surat.
34
(13)
g. Waktu penyelesaian izin
Waktu penyelesaian izin harus ditentukan oleh instansi yang bersangkutan. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan.
h. Biaya perizinan
Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian izin. Penetapan besaran biaya pelayanan izin.
i. Pengawasan penyelenggaraan izin
Saat sekarang kinerja pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh pemerintah dituntut untuk lebih baik. Dalam banyak hal memang harus diakui bahwa kinerja pelayanan perizinan pemerintah masih buruk.
j. Penyelesaian pengaduan dan sengketa
Setiap pimpinan unit penyelenggara pelayanan perizinan wajib menyelesaikan setiap pengaduan masyarakat mengenai ketidakpuasan dalam pemberian izin sesuai kewenangannya.
Sehingga dapat disimpulkan elemen perizinan meliputi, wewenang, izin sebagai bentuk ketetapan, lembaga pemerintah, peristiwa konkrit, proses dan prosedur, persyaratan, waktu penyelesaian izin, biaya perizinan, pengawasan penyelenggaraan izin, penyelesaian pengaduan dan sengketa.
(14)
Sesuai dengan sifat izin yang merupakan bagian ketatapan, izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis. Sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat hal-hal sebagai berikut:35
a. Organ yang berwenang
Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya, biasanya dari kepala surat dan penandatangan izin akan dinyatakan organ mana yang memberikan.
b. Yang dialamatkan
Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin lahir setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu. Oleh karena itu, keputusan yang memuat izin akan dialamatkan pula pada pihak yang memohonkan izin.
c. Dictum
Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepastian hukum, harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan.
d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat
Sebagaimana kebanyakan keputusan, didalamnya mengandung ketentuan, pembatasan dan syarat-syarat, demikian pula dengan keputusan yang berisi izin
e. Pemberi alasan
Pemberi alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan undang-undang, pertimbangan hukum dan penetapan fakta.
f. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan
Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang dialamatkan ditunjukkan akibat dari pelanggaran ketentuan dalam izin.
35
(15)
E. Landasan Hukum Izin Pengelolaan Pelataran Parkir
Pengelolaan perizinan pelataran parkir kota termuat dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 Tahun 2002 Tentang Izin Pelayanan Parkir Ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus Parkir dan Perizinan Pelataran Parkir sebagaimana yang termuat dalam Pasal (2) Penetapan tempat-tempat parkir yang dikenakan retribusi diatur dan ditetapkan oleh keputusan Kepala Daerah, Pasal (3) untuk pengelolaan tempat parkir serta pembinaan dan pengawasan perparkiran lainnya dilaksanakan oleh instansi yang ditunjuk yang merupakan aparat pelaksana Pemerintah Kota.
Unit Pelaksana Teknis Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan atau yang biasa disebut UPT Perparkiran adalah suatu unit yang mengelola urusan parkir yang ada diseluruh titik Kota Medan Unit Pelaksna Teknis Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan adalah unit pelaksana yang dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan.
Peraturan Daerah tersebut secara umum memuat prinsip dalam penetapan perizinan pelataran parkir yaitu penetapan tarif pelayanan parkir di tepi jalan umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya yang dimaksud meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal. Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.
(16)
Namun dalam penerapan segala kebijakan tentang retribusi parkir masih memiliki banyak kendala. Dimana masih banyak terdapat juru parkir yang kurang mengetahui akan isi kebijakan retribusi parkir, kurangnya kesadaran para pengguna parkir untuk membayar retribusi dan masalah lainnya.
F. Instansi yang Berwenang Mengeluarkan Izin Pelataran Parkir
Secara langsung pada bagian ini dapat dikatakan pihak yang berwenang mengeluarkan izin tersebut adalah Pemerintah. Hanya saja dalam hal yang dernikian harus dapat dilihat izin bagaimanakah yang dimohonkan oleh masyarakat, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui instansi pemerintah yang berwenang mengeluarkan izin tersebut.
Dinas Perhubungan yang mengeluarkan pengelolaan parkir ditepi jalan sesuai dengan Perda Kota Medan Nomor : 7 Tahun 2002 Tentang Izin Pelayanan Parkir Ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus Parkir dan Perizinan Pelataran Parkir
Sebagai gambaran umum Dinas Perhubungan Kota Medan sebelum tahun 2002 semula bernama Cabang Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) yang berada di bawah induk Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) Tingkat I Provinsi Sumatera Utara yang kemudian diubah namanya menjadi Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2002 tentang penyerahan sebagian wewenang pemerintah pusat tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota yang sampai sekarang dikenal dengan nama Dinas Perhubungan Kota Medan.
Pengelolaan Perparkiran di Kota Medan ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perparkiran di bawah Dinas Perhubungan, yang merupakan salah
(17)
satu institusi pelayanan publik yang memiliki potensi cukup strategis, dimana UPT Perpakiran melaksanakan 3 (tiga) fungsi sekaligus yaitu :
1. pendukung sistem transportasi/traffic management, 2. sebagai pelayanan umum/public service
3. sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dinas Perhubungan Kota Medan beralamat di Jalan Kapt. Maulana Lubis Kota Medan, Dinas Perhubungan adalah pelaksana otonomi daerah di bidang perhubungan. Dinas Perhubungan dipimpin oleh Bapak Renward Parapat, ATD, MT, selaku kepala Dinas Perhubungan Kota Medan dalam melaksanakan tugas pokok fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekertaris Daerah. Dinas perhubungan kota Medan memilliki beberapa tugas utama, salah satu tugasnya adalah mengenai pengelolaan izin pelataran parkir. Pengelolaan lahan parkir diserahkan kepada masyarakat di kota Medan. Pengelola lahan parkir dibebani kewajiban untuk menyerahkan sebagian hasil retribusi yang didapatkan secara harian kepada Dinas Perhubungan, kemudian dinas perhubungan menyerahkan sebagian hasil dari pendapatan perhari dari pengelola lahan parkir tersebut kepada Sekertaris Daerah kota Medan untuk kemudian dimasukkan kedalam kas daerah. Ketentuan mengenai jumlah yang harus diserahkan kepada dinas perhubungan adalah tergantung dari beberapa hal, diantaranya dengan melihat seberapa besar lahan yang dikelola, berapa banyak pengunjung yang mendatangi lahan yang dikelola tersebut. Perkiraan awal yang ditentukan oleh dinas perhubungan dapat berubah apabila dengan berjalannya
(18)
proses pengelolaan tersebut dinilai dapat menghasilkan lebih dari perkiraan awal. Ketentuan tersebut dilaksanakan untuk meminimalisir kecurangan yang dapat dilakukan oleh pengelola lahan parkir. Pada awalnya, penyerahan sebagian penghasilan dari pengelolahan lahan parkir ditentukan dengan seberapa banyak karcis yang dikeluarkan oleh pengelola lahan parkir perharinya dengan persentase, tetapi hal tersebut dapat mengakibatkan timbulnya kecurangan yang dilakukan oleh pengelola lahan parkir. Kecurangan tersebut dilakukan dengan cara memberikan karcis berulang-ulang kepada pengguna jasa parkir, sehingga setoran yang diberikan tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh pengelola lahan parkir. Pengelola lahan parkir dalam mengelola suatu lahan di Kota Medan mempunyai pemegang izin. Adanya sertifikat pengelolaan lahan parkir atau pemegang izin menyebabkan adanya hak dan kewajiban baru terhadap pemegangnya, pemegang tersebut memiliki hak untuk menguasai suatu lahan parkir tertentu di kota Medan sehingga sebagian besar pemegang sertifikat tersebut menyalah artikan fungsi sertifikat pengelolahaan lahan parkir. Sebagian besar pemegang sertifikat tersebut belum memahami status hukum yang dimiliki, pada dasarnya status hukum yang dimiliki oleh pemegang izin adalah sebagai pengelola lahan bukan sebagai pemilik lahan. Penyalahartian tersebut menyebabkan pengelola melakukan pelanggaran-pelanggaran yang tidak diketahui oleh dinas perhubungan.
(1)
g. Waktu penyelesaian izin
Waktu penyelesaian izin harus ditentukan oleh instansi yang bersangkutan. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan.
h. Biaya perizinan
Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian izin. Penetapan besaran biaya pelayanan izin.
i. Pengawasan penyelenggaraan izin
Saat sekarang kinerja pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh pemerintah dituntut untuk lebih baik. Dalam banyak hal memang harus diakui bahwa kinerja pelayanan perizinan pemerintah masih buruk.
j. Penyelesaian pengaduan dan sengketa
Setiap pimpinan unit penyelenggara pelayanan perizinan wajib menyelesaikan setiap pengaduan masyarakat mengenai ketidakpuasan dalam pemberian izin sesuai kewenangannya.
Sehingga dapat disimpulkan elemen perizinan meliputi, wewenang, izin sebagai bentuk ketetapan, lembaga pemerintah, peristiwa konkrit, proses dan prosedur, persyaratan, waktu penyelesaian izin, biaya perizinan, pengawasan penyelenggaraan izin, penyelesaian pengaduan dan sengketa. 5. Bentuk dan isi perizinan
(2)
Sesuai dengan sifat izin yang merupakan bagian ketatapan, izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis. Sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat hal-hal sebagai berikut:35
a. Organ yang berwenang
Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya, biasanya dari kepala surat dan penandatangan izin akan dinyatakan organ mana yang memberikan.
b. Yang dialamatkan
Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin lahir setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu. Oleh karena itu, keputusan yang memuat izin akan dialamatkan pula pada pihak yang memohonkan izin.
c. Dictum
Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepastian hukum, harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan.
d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat
Sebagaimana kebanyakan keputusan, didalamnya mengandung ketentuan, pembatasan dan syarat-syarat, demikian pula dengan keputusan yang berisi izin
e. Pemberi alasan
Pemberi alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan undang-undang, pertimbangan hukum dan penetapan fakta.
f. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan
Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang dialamatkan ditunjukkan akibat dari pelanggaran ketentuan dalam izin.
35
(3)
E. Landasan Hukum Izin Pengelolaan Pelataran Parkir
Pengelolaan perizinan pelataran parkir kota termuat dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 Tahun 2002 Tentang Izin Pelayanan Parkir Ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus Parkir dan Perizinan Pelataran Parkir sebagaimana yang termuat dalam Pasal (2) Penetapan tempat-tempat parkir yang dikenakan retribusi diatur dan ditetapkan oleh keputusan Kepala Daerah, Pasal (3) untuk pengelolaan tempat parkir serta pembinaan dan pengawasan perparkiran lainnya dilaksanakan oleh instansi yang ditunjuk yang merupakan aparat pelaksana Pemerintah Kota.
Unit Pelaksana Teknis Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan atau yang biasa disebut UPT Perparkiran adalah suatu unit yang mengelola urusan parkir yang ada diseluruh titik Kota Medan Unit Pelaksna Teknis Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan adalah unit pelaksana yang dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan.
Peraturan Daerah tersebut secara umum memuat prinsip dalam penetapan perizinan pelataran parkir yaitu penetapan tarif pelayanan parkir di tepi jalan umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya yang dimaksud meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal. Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.
(4)
Namun dalam penerapan segala kebijakan tentang retribusi parkir masih memiliki banyak kendala. Dimana masih banyak terdapat juru parkir yang kurang mengetahui akan isi kebijakan retribusi parkir, kurangnya kesadaran para pengguna parkir untuk membayar retribusi dan masalah lainnya.
F. Instansi yang Berwenang Mengeluarkan Izin Pelataran Parkir
Secara langsung pada bagian ini dapat dikatakan pihak yang berwenang mengeluarkan izin tersebut adalah Pemerintah. Hanya saja dalam hal yang dernikian harus dapat dilihat izin bagaimanakah yang dimohonkan oleh masyarakat, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui instansi pemerintah yang berwenang mengeluarkan izin tersebut.
Dinas Perhubungan yang mengeluarkan pengelolaan parkir ditepi jalan sesuai dengan Perda Kota Medan Nomor : 7 Tahun 2002 Tentang Izin Pelayanan Parkir Ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus Parkir dan Perizinan Pelataran Parkir
Sebagai gambaran umum Dinas Perhubungan Kota Medan sebelum tahun 2002 semula bernama Cabang Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) yang berada di bawah induk Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) Tingkat I Provinsi Sumatera Utara yang kemudian diubah namanya menjadi Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2002 tentang penyerahan sebagian wewenang pemerintah pusat tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota yang sampai sekarang dikenal dengan nama Dinas Perhubungan Kota Medan.
Pengelolaan Perparkiran di Kota Medan ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perparkiran di bawah Dinas Perhubungan, yang merupakan salah
(5)
satu institusi pelayanan publik yang memiliki potensi cukup strategis, dimana UPT Perpakiran melaksanakan 3 (tiga) fungsi sekaligus yaitu :
1. pendukung sistem transportasi/traffic management, 2. sebagai pelayanan umum/public service
3. sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dinas Perhubungan Kota Medan beralamat di Jalan Kapt. Maulana Lubis Kota Medan, Dinas Perhubungan adalah pelaksana otonomi daerah di bidang perhubungan. Dinas Perhubungan dipimpin oleh Bapak Renward Parapat, ATD, MT, selaku kepala Dinas Perhubungan Kota Medan dalam melaksanakan tugas pokok fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekertaris Daerah. Dinas perhubungan kota Medan memilliki beberapa tugas utama, salah satu tugasnya adalah mengenai pengelolaan izin pelataran parkir. Pengelolaan lahan parkir diserahkan kepada masyarakat di kota Medan. Pengelola lahan parkir dibebani kewajiban untuk menyerahkan sebagian hasil retribusi yang didapatkan secara harian kepada Dinas Perhubungan, kemudian dinas perhubungan menyerahkan sebagian hasil dari pendapatan perhari dari pengelola lahan parkir tersebut kepada Sekertaris Daerah kota Medan untuk kemudian dimasukkan kedalam kas daerah. Ketentuan mengenai jumlah yang harus diserahkan kepada dinas perhubungan adalah tergantung dari beberapa hal, diantaranya dengan melihat seberapa besar lahan yang dikelola, berapa banyak pengunjung yang mendatangi lahan yang dikelola tersebut. Perkiraan awal yang ditentukan oleh dinas perhubungan dapat berubah apabila dengan berjalannya
(6)
proses pengelolaan tersebut dinilai dapat menghasilkan lebih dari perkiraan awal. Ketentuan tersebut dilaksanakan untuk meminimalisir kecurangan yang dapat dilakukan oleh pengelola lahan parkir. Pada awalnya, penyerahan sebagian penghasilan dari pengelolahan lahan parkir ditentukan dengan seberapa banyak karcis yang dikeluarkan oleh pengelola lahan parkir perharinya dengan persentase, tetapi hal tersebut dapat mengakibatkan timbulnya kecurangan yang dilakukan oleh pengelola lahan parkir. Kecurangan tersebut dilakukan dengan cara memberikan karcis berulang-ulang kepada pengguna jasa parkir, sehingga setoran yang diberikan tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh pengelola lahan parkir. Pengelola lahan parkir dalam mengelola suatu lahan di Kota Medan mempunyai pemegang izin. Adanya sertifikat pengelolaan lahan parkir atau pemegang izin menyebabkan adanya hak dan kewajiban baru terhadap pemegangnya, pemegang tersebut memiliki hak untuk menguasai suatu lahan parkir tertentu di kota Medan sehingga sebagian besar pemegang sertifikat tersebut menyalah artikan fungsi sertifikat pengelolahaan lahan parkir. Sebagian besar pemegang sertifikat tersebut belum memahami status hukum yang dimiliki, pada dasarnya status hukum yang dimiliki oleh pemegang izin adalah sebagai pengelola lahan bukan sebagai pemilik lahan. Penyalahartian tersebut menyebabkan pengelola melakukan pelanggaran-pelanggaran yang tidak diketahui oleh dinas perhubungan.