Model Pembelajaran Fisika ( 32 Files )

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016

Efektivitas Pembelajaran Demonstrasi Interaktif Berbasis Fenomena
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perambatan Gelombang
Siswa SMA
DEWI SOLEHAH, SUTOPO, MUHARDJITO
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang
E-mail: soldew@yahoo.com
TEL: 42232445545; FAX: 12345676776

ABSTRAK: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsep v = f sulit dipahami siswa.
Pembelajaran yang efektif diperlukan untuk membantu siswa membangun konsep v = f secara
bermakna sehingga siswa mampu menggunakannya dengan benar dalam pemecahan masalah.
Demonstrasi interaktif merupakan salah satu pembelajaran efektif untuk menanamkan konsep v
= f , sehingga dilakukan penelitian terkait pembelajaran demonstrasi interaktif dengan materi
perambatan gelombang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas pembelajaran
demonstrasi interaktif berbasis fenomena untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsepkonsep perambatan gelombang. Efektivitas pembelajaran secara operasional didefinisikan
sebagai peningkatan skor hasil pretest postest siswa. Ukuran efektivitas yang digunakan adalah
d-Effect Size dan rata-rata gain ternormalisasi. Melalui penelitian one-group pretest posttest
design, diperoleh kesimpulan bahwa skor posttest secara signifikan lebih tinggi daripada skor
pretest dengan nilai d-Effect Size (d) = 3,8 dan nilai rata-rata gain ternormalisasi


g sebesar

0,751, keduanya termasuk kategori tinggi. Ini berarti bahwa pembelajaran demonstrasi
interaktif berbasis fenomena efektif meningkatkan pemahaman konsep perambatan gelombang.
Kata Kunci: Demonstrasi Interaktif, Pemahaman Konsep, Perambatan Gelombang.

PENDAHULUAN
Salah satu area penelitian di bidang pendidikan Fisika adalah tentang pemahaman
konsep siswa (Docktor dan Mestre, 2014). Salah satu materi yang dapat dijadikan fokus
penelitian adalah materi konsep-konsep perambatan gelombang. Pemahaman konsepkonsep dasar fenomena gelombang sangatlah penting untuk pemahaman lebih
mendalam tentang berbagai topik Fisika lanjutan. Penguasaan yang baik atas konsepkonsep gelombang sangat diperlukan untuk mempelajari topik-topik fisika lainnya
seperti bunyi, cahaya, elektromagnetik, dan mekanika kuantum (Kryjevskaia dan
Heron, 2011). Perilaku gelombang dan interaksinya juga telah digunakan untuk
mendesain teknologi dan instrumen yang memperluas jangkauan fenomena yang dapat
diinvestigasi secara ilmiah (misalnya teleskop, mikroskop) serta berbagai aplikasi lain
yang berguna di kehidupan modern ini. Banyak teknologi yang dikembangkan
berdasarkan perilaku gelombang serta interaksinya dengan bahan, telah menjadi
bagian dari kehidupan sehari-hari di era modern ini (misalnya di bidang medis,
komunikasi, dan scanners) serta penelitian ilmiah. Gelombang merupakan alat penting

untuk memproduksi, mentransmisi, serta menangkap sinyal, menyimpan dan
menginterpretasi informasi yang terkandung di dalamnya (NRC, 2012). Oleh karena itu,
penguasaan siswa terhadap konsep-konsep gelombang perlu mendapatkan perhatian
para pendidik dan peneliti sebagaimana terhadap konsep-konsep dalam mekanika
(Sutopo, 2015).
Beberapa penelitian melaporkan bahwa konsep perambatan gelombang
merupakan konsep yang sulit dipahami oleh banyak siswa. Kryjevskaia dan Heron
(2011) menemukan bahwa mahasiswa sulit memahami perambatan gelombang periodik
pada medium, pemantulan, dan superposisi gelombang. Kryjevskaia dkk (2012)
menganalisis pemahaman siswa pada perilaku gelombang periodik ketika melalui dua
ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-204

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
medium yang berbeda, dan menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan terkait
konsep-konsep panjang gelombang, frekuensi, dan cepat rambat gelombang, serta
hubungan antara ketiga besaran tersebut. Banyak siswa menganggap hubungan v  λf
sebagai hubungan matematika saja. Siswa tidak mengetahui bagaimana variabel
panjang gelombang, frekuensi dan cepat rambat gelombang dapat dimanipulasi secara

eksperimen. Selanjutnya, Kryjevskaia dkk (2013) meneliti bagaimana siswa
mengaplikasikan hubungan v  λf pada permasalahan yang melibatkan dua sumber
dan interferensi lapisan tipis. Pada kedua masalah ini, interferensi terjadi karena
perbedaan panjang lintasan yang ditempuh kedua gelombang. Hasilnya menunjukkan
bahwa siswa melakukan beberapa kesalahan saat menyelesaikan permasalahan
tersebut. Kesalahan tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman pada konsep dasar
gelombang dan mahasiswa kesulitan menyatakan jarak dengan satuan . Sutopo (2015)
menginvestigasi pemahaman mahasiswa tahun pertama terkait konsep-konsep dasar
yang melandasi fenomena perambatan gelombang. Hasilnya, sebagian besar mahasiswa
belum memahami dengan baik konsep-konsep dasar yang meliputi representasi
matematis tentang karakteristik umum gelombang berjalan, gerakan partikel medium
saat dilewati gelombang, dan hubungan v  λf ; bahkan banyak di antara mahasiswa
tersebut yang terindikasi mengalami miskonsepsi.
Dari penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat bahwa konsep perambatan
gelombang v  λf merupakan konsep yang sulit dipahami oleh mahasiswa. Maka,
diduga kuat bahwa konsep-konsep perambatan gelombang dan v  λf juga sulit
dipahami oleh siswa SMA/MA. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang efektif
membantu siswa membangun prinsip v  λf secara bermakna, lengkap dengan faktorfaktor yang menentukan masing-masing ketiga besaran itu, sehingga siswa mampu
menggunakannya secara benar dalam pemecahan masalah.
Salah satu tujuan utama dalam pembelajaran Fisika adalah membantu siswa

memahami konsep-konsep Fisika secara mendalam, sehingga siswa dapat
menerapkannya dalam pemecahan masalah (Sutopo: 2015). Namun, selain tujuan
utama tersebut, ada beberapa ketrampilan ilmiah yang perlu diperoleh siswa. Dalam
Framework for K-12 Science Education, terdapat 8 jenis keterampilan penting pada
pembelajaran IPA dan Teknik. Delapan keterampilan itu antara lain, asking questions
(menanya), developing and using models (mengembangkan dan menggunakan model),
planning and carrying out investigations (merencanakan serta menginvestigasi ),
analyzing and interpreting data (menganalisis dan menginterpretasi data), using
mathematics and computational thinking (menggunakan pemikiran matematis dan
komputasional), constructing explanations (mengkonstruksi penjelasan), engaging in
argument from evidence (mengaitkan argumen dari bukti-bukti) serta obtaining,
evaluating, and communicating information (mengumpulkan, mengevaluasi, dan
mengkomunikasikan informasi). Kurikulum Nasional 2013 juga menekankan
pentingnya siswa mengembangkan kecakapan-kecakapan sains tersebut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk merancang pembelajaran yang mampu
membantu siswa membangun prinsip v  λf secara bermakna. Siswa perlu difasilitasi
untuk membangun sendiri model matematis tentang perambatan gelombang.
Membangun model matematis sendiri sangatlah penting bagi siswa, karena
meningkatkan keakraban siswa pada peran matematika dalam IPA juga merupakan
usaha mengembangkan pemahaman yang lebih dalam terhadap IPA (NRC, 2012).

Selain itu, model matematis juga digunakan untuk mengumpulkan informasi dan
mengambil pokok pikiran dari suatu konsep tertentu (Hammer, 2000). Di samping
membangun model, siswa juga perlu difasilitasi dalam menguji dan menggunakan
model untuk memecahkan masalah. Tahap ini penting untuk membangun pemahaman
konsep mereka terhadap fenomena (NRC, 2012). Hal itu karena proses bernalar siswa
dipengaruhi oleh konsep dan model yang telah siswa dapatkan, sehingga konten ilmu
ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-205

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
pengetahuan yang diajarkan pada siswa perlu direkonstruksi kembali dalam bentuk
model matematis guna mencapai tujuan utama, yaitu membuat siswa mempelajari
Fisika secara bermakna (Fazio, dkk: 2008).
Salah satu cara membantu siswa membuat model matematis adalah dengan
melakukan demonstrasi. Dengan meminta siswa mendemonstrasikan pemahamannya
tentang suatu fenomena secara matematis, baik berdasarkan observasi yang siswa
lakukan maupun model yang dikembangkan oleh siswa lain, siswa dapat terlatih
menggunakan matematis sebagai alat komunikasi, sebagai salah satu bahasa ilmu
pengetahuan, maupun sebagai alat bantu berpikir secara deduksi logis (NRC: 2012).

Wenning (2011) menekankan pentingnya demonstrasi berdasarkan fakta bahwa
Fisika bukanlah berasal dari pengembangan teori atau hipotesis, melainkan dari hasil
observasi yang bertujuan untuk merumuskan prinsip, mengembangkan hukum empiris,
serta mengkonstruksi model. Ini merupakan cara bagus untuk pemahaman konsep
sains siswa. Siswa belajar bagaimana menanyakan fenomena dan menggunakan fakta
untuk menjawabnya. Dalam proses belajarnya, siswa akan belajar menginvestigasi
serta mengumpulkan data dari berbagai sumber, kemudian mengembangkan penjelasan
dari data tersebut dan mengkomunikasikan untuk mempertahankan kesimpulan siswa
(NSTA, 2004).
Melalui penelitian ini telah dirancang pembelajaran perambatan gelombang.
Secara garis besar, pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk
membangun prinsip v  λf melalui pengamatan demonstrasi fenomena gelombang.
Pada saat demonstrasi berlangsung, siswa memerlukan guru untuk menemukan prinsip
v  λf melalui tanya jawab, sehingga pembelajaran harus dilakukan secara interaktif.
Model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran ini adalah Interactive
Demonstration. Berdasarkan hal tersebut, maka diadakan penelitian dengan judul
Pengaruh Pembelajaran Interactive Demonstration Berbasis Fenomena terhadap
Pemahaman Konsep Perambatan Gelombang Siswa SMA .
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran yang

dilakukan efektif meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep perambatan
gelombang dengan mencapai tujuan pembelajaran yaitu membantu siswa membangun
prinsip v  λf secara bermakna, lengkap dengan faktor-faktor yang menentukan
masing-masing ketiga besaran itu, sehingga siswa mampu menggunakannya secara
benar dalam pemecahan masalah dan siswa mampu menguasai practice yang
mendukung tercapainya pembelajaran bermakna. Efektif tidaknya pembelajaran yang
dilakukan dilihat dari beberapa hal, antara lain hasil belajar siswa serta proses
pembelajaran.
Hasil belajar salah satunya dapat dilihat dari nilai pretes dan posttes siswa
dalam bentuk data kuantitatif. Namun keefektifan pembelajaran tidak dapat hanya
dilihat melalui hasil tes (kuantitatif). Keefektifan pembelajaran juga dilihat dari mampu
atau tidaknya siswa melakukan practice seperti melakukan modelling, menganalisis,
menemukan serta mengidentifikasi besaran perambatan gelombang. Oleh karena itu,
diperlukan data kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran
serta mendukung dan memperjelas tercapai atau tidaknya pembelajaran efektif yang
meningkatkan pemahaman siswa pada konsep perambatan gelombang. Oleh karena itu,
metode yang digunakan merupakan gabungan metode kuantitatif dan kualitatif (mixed
methods) jenis embedded design (Creswell: 2012).
Analisis data kuantitatif dilakukan berdasarkan hasil pretest dan posttest.
Berdasarkan data hasil pretest dan posttest maka dilakukan uji beda. Sebelumnya, skor

pretest dan posttest ini disajikan dalam statistik deskriptif. Statistik deskriptif ini
meliputi mean, standar deviasi, skewness, stansar deviasi skewness, minimum, dan
maximum. Skewness digunakan untuk menentukan uji beda mana yang akan
digunakan. Nilai skewness pada pretest dan posttest berada dalam interval -1 sampai +1,
ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-206

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
oleh karena itu data dianggap normal (Morgan, dkk, 2004). Selanjutnya dapat
dilakukan uji t dengan model paired sample t-test, untuk membandingkan mean dari
suatu sampel yang berpasangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemahaman konsep siswa tentang materi konsep perambatan gelombang
dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis
kuantitatif digunakan untuk melihat efektivitas pembelajaran yang dilakukan dengan
menganalisis data pretest dan posttest. Penelitian ini menggunakan skor pretest dan
posttest untuk mengetahui perubahan pemahaman siswa pada materi perambatan
gelombang.
Skor hasil pretest dan posttest disajikan dalam bentuk scatter plot seperti

ditunjukkan pada Gambar 1 dan statistik deskriptif ditunjukkan pada Tabel 1.
Gambar 1 menunjukkan 16 siswa (59,26%) memperoleh skor pretest lebih dari
rata-rata skor pretest kelas yaitu 1,78 (SD = 0,801). Garis putus-putus pada scatter plot
menunjukkan skor rata-rata pretest dan posttest. Sebanyak 15 siswa (55,56%)
memperoleh skor posttets diatas rata-rata skor posttest kelas yaitu 5,70 (SD = 1,235).

Gambar 1. Grafik Sebaran (Scatter Plot) Skor Pretest dan Postest Siswa
Tabel 1 Statistik Deskriptif
Statistik
Mean
Median
Std. Deviation
Skewness
Std. Error of Skewness
Minimum
Maximum
Percentiles
25
50
75


Pretest
1,78
2,00
0,801
0,923
0,448
1
4
1,00
2,00
2,00

Posttest
5,70
6,00
1,235
-0,443
0,448
3

7
5,00
6,00
7,00

Nilai Skewness pada pretest adalah 0,923 dan pada postest -0,443. Nilai tersebut
berada dalam interval 1.0 sehingga data pretest dan posttest terdistribusi normal,
sehingga statistik uji beda atau paired sample t-test dapat diterapkan (Morgan, 2004).
Hasil data uji beda ditampilkan sebagai berikut.

ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-207

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016

Tabel 2. Hasil Uji t (Pired Sample t-Test)
Paired Differences

Mean
Pair 1
Pretest
Posttest

- -3,926

Confidence
of
the

Std.
Deviation

95%
Interval
Std. Error Difference
Mean
Lower

1,730

,333

-3,241

-4,610

Upper

t
-11,789

df
26

Sig.
tailed)

(2-

,000

Diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut kurang dari 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa perbedaan skor pretes dan posttest siswa kelas X-MIA7
signifikan. Ini berarti bahwa pembelajaran Interactive Demonstration berbasis fenomena
berpengaruh dan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi
perambatan gelombang.
Kekuatan peningkatan skor diukur menggunakan nilai d-effect size dan rata-rata
gain ternormalisasi. Perhitungan nilai d-effect size diuraikan sebagai berikut.

d

Mean post  Mean pre
SD pooled



Mean post  Mean pre
2
2
 (n post  1) SD post
(n pre  1) SD pre

(Morgan dkk, 2004)

n pre  n post  2
d

3,92
 3,8
1,041

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai d = 3,8. Nilai ini termasuk kategori
tinggi . Peningkatan skor pretest ke postest juga diukur melalui perhitungan rata-rata
gain ternormalisasi (N-gain). Perhitungan nilai N-gain diuraikan sebagai berikut.

g 

posttest  pretest
skormaksimum  pretest



5,70  1,78 3,92

 0,751
7  1,78
5,22

Hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata gain ternormalisasi g sebesar 0,751.
Nilai

g

ini termasuk kategori tinggi, yang berarti pembelajaran Interactive

Demonstration yang dilakukan berpengaruh terhadap pemahaman siswa terhadap
konsep perambatan gelombang. Sebelum menghitung nilai rata-rata gain
ternormalisasi, peneliti menghitung nilai gain setiap siswa. Hasil perhitungan
memperlihatkan bahwa 19 siswa (70,37%) memperoleh nilai gain dengan kategori
tinggi, 3 siswa (11,11%) memperoleh nilai gain dengan kategori medium atas, 4 siswa
(14,82%) memperoleh nilai gain dengan kategori medium bawah dan 1 siswa (3,70%)
memperoleh nilai gain kategori rendah. Distribusi frekuensi N-gain siswa secara
lengkap ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi N-Gain Siswa
Kategori
Tinggi
Medium Atas
Medium Bawah
Rendah

Frekuensi
19
3
4
4

Persentase (%)
70,37%
11,11%
14,82%
3,70%

Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa, diketahui bahwa nilai N-gain dengan
kategori tinggi berarti bahwa peningkatan nilai pretest ke posttest siswa tersebut
tergolong tinggi. Secara keseluruhan, pembelajaran yang dilakukan sudah membuat
ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-208

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
siswa memahami materi perambatan gelombang dengan baik., namun masih ada
beberapa konsep perambatan gelombang yang perlu ditingkatkan lagi. Untuk
mengetahui konsep mana yang masih perlu ditingkatkan, dapat dilihat dari soal tes
yang mendapatkan repon rendah dari siswa. Dari 7 soal yang diberikan pada siswa, soal
nomer 4 memiliki nilai posttest terendah jika dibandingkan dengan soal lain. Selain itu,
soal nomer 2 hanya meningkat 3 siswa yang menjawab benar. Soal yang peningkatan
skor pretest ke postest tinggi adalah soal nomer 5 dan 8. Oleh karena itu, diperlukan
analisis lebih lanjut secara kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang pengaruh pembelajaran yang diterapkan terhadap pemahaman konsep siswa.

Gambar 2. Diagram Jumlah Siswa yang Menjawab Benar pada Setiap Butir Soal

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran demonstrasi interaktif efektif meningkatkan pemahaman siswa kelas
X-MIA7 SMAN 1 Malang terhadap konsep perambatan gelombang. Hal ini terlihat
dari hasil analisis pretest-posttest yang menunjukkan bahwa 70,37% siswa memiliki
nilai N-gain dengan kategori tinggi, 3 siswa medium atas, 4 siswa medium bawah
dan 1 siswa berkategori rendah. Dari 27 siswa yang mengerjakan soal pretest-postest,
hanya 1 siswa yang mengalami penurunan skor, sedangkan 24 siswa lain skornya
meningkat. Kekuatan peningkatan skor pretest ke posttest juga diukur menggunakan
nilai d-Effect Size. Hasil perhitungan d-Effect Size menunjukkan hasil 3,8 yang
termasuk dalam kategori tinggi. Rata-rata gain ternormalisasi juga menunjukkan
peningkatan dengan kategori tinggi yaitu sebesar 0,751.
2. Soal yang masih menunjukkan peningkatan yang kurang signifikan adalah soal
nomor 2 dan 4. Hal ini berarti pembelajaran pada konsep kelajuan partikel pada
gelombang transversal dan panjang gelombang longitudinal belum efektif.
3. Soal yang menunjukkan peningkatan signifikan adalah soal nomor 5 dan 8. Hal ini
berarti pembelajaran pada konsep v  λf , cara merubah frekuensi, dan besaran yang
mempengaruhi v sudah efektif.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Creswell, J.W. 2012. Educational Research. United States of America: Pearson
Education,
(online),
(http://basu.nahad.ir/uploads/creswell.pdf), diakses
5
September 2015.
Docktor, J.L. & Mestre, J. P. 2014. Synthesis of discipline-based education research in
physics. Physical Review Special Topic -Physics Education Research, 10 (2): 15549178
ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-209

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Fazio, C. Guastella, I. Mineo, R.M.S. Trantino, G. 2008. Teaching Learning Sequence
about Mechanical Wave Propagation. International Journal of Science Education,
30 (11): 1491-1503.
Hake, R. 1998. Interactive-Engagemant versus Traditional Methods: A Six-ThousandStudent Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses.
American Journal of Physics, 66(1):65.
Hammer, D. 2000. Student resources for learning physics. American Journal of Physics,
68(S1), S52 S59.
Kryjevskaia, M. Stetzer, M.R. & Heron, P.R.L. 2011. Student understanding of wave
behavior at a boundary: The limiting case of reflection at fixed and free ends.
American Journal of Physics. 79 (5): 508-516.
Kryjevskaia, M. Stetzer, M.R. & Heron, P.R.L. 2012. Student understanding of wave
behavior at a boundary: The relationships among wavelength, propagation speed,
and frequency. American Journal of Physics, 80 (4): 339-347.
Kryjevskaia, M. Stetzer, M.R. & Heron, P.R.L. 2013. Student difficulties measuring
distances in terms of wavelength: Lack of basic skills or failure to transfer?.
American Physical Society, 9 (1): 1554-9178
Morgan, A.G. Leech, L.N. Gloeckner, W.G. & Barret, C.K. 2004. SPSS for Introductory
Statistic Use and Interpretation (Second edition). London: Lawrence Erlbaum
Associates Inc.
National Academy of Sciences. 2012. National Research Council, A Framework for K-12
Science Education. (Online), (http://www.nap.edu/catalog.php?record_id=13165)
National Science Teachers Association. 2004. Position Statement: Scientific Inquiry.
Washington DC: National Academy Press.
Nieminen, P. Savinainen, A. & Viiri, J. 2010. Force Concept Inventory-based Multiplechoice Test for Investigating Student s Representational Consistency. American
Journal of Physics, 6 (2) : 3.
Serway, R.A. Jewett, J.W. 2014. Physics for Scientists and Engineers with Modern
Physics Ninth Edition. Boston: Brooks/Cole Cengage Learning.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sutopo. 2015. Pemahaman Mahasiswa Tahun Pertama Tentang Konsep-Konsep Dasar
Gelombang Mekanik. Seminar Nasional Fisika UM 2015.
Tim Penyusun KBBI. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Wenning, C. J. (2009). Scientific epistemology: How Scientists Know What They Know.
Journal of Physics Teacher Education Online, 5 (2), 3-16.
Wenning, C. J. (2010). Levels of inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to
Teach Science. Journal of Physics Teacher Education Online, 5 (4), 11-19.
Wenning, C. J. (2011). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal of
Physics Teacher Education Online, 6 (2), 2-9.
Young, H.D. & Freeman, R.A. 2008. University Physics 12th Edition with Modern
Physics. San Francisco: Pearson Education
Yuliati, L. 2008. Model-model Pembelajaran Fisika; Teori dan Praktek. Malang:
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri
Malang

ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-210

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9

PF-M-P-211