Model Pembelajaran Fisika ( 32 Files )

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016

PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN IPA SMP TAMAN DEWASA
KOTA YOGYAKARTA
HIDAYATI, TRISHARSIWI, ZAINNUR WIJAYANTO
FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
E-mail: hidayati_ust@yahoo.com
ABSTRAK: Tujuan penelitian, secara umum mengembangkan model pengelolaan pembelajaran
IPA berbasis luar kelas di SMP. Secara khusus ditujukan untuk mendiskripsikan pengelolaan
pembelajaran IPA di SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta. Pendekatan penelitian, secara
keseluruhan menggunakan penelitian dan pengembangan. Penelitian tahun 1, dengan desain
penelitian kualitatif. Informan, kepala sekolah, guru kelas dan siswa SMP Taman Dewasa Kota
Yogyakarta. Teknik pengumpulan data, observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam.
Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif metode alir. Keabsahan data
menggunakan triangulasi metode dan sumber. Hasil penelitian: pengelolaan proses
pembelajaran yang dilakukan terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan
penilaian. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam bentuk RPP. Penulisan RPP terlebih
dahulu diawali dengan kegiatan merancang (1) tujuan pembelajaran berdasarkan analisis SK
dan KD, (2) situasi masalah yang akan diselesaikan siswa, (3) teknik dan prosedur penilaian
proses maupun hasil belajar yang akan diterapkan, dan (4) langkah kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari pendahuluan, inti dan penutup. Dalam kegiatan inti

mencakup tiga kegiatan yaitu kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Penyusunan
penilaian pembelajaran, yaitu evaluasi proses maupun evaluasi hasil belajar dilakukan secara
autentik berdasarkan aspek kognitif, psikomotorik, religius, dan sosial. Penilaian proses
dilakukan untuk menilai partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Penilaian hasil
didasarkan pada hasil kerja siswa dalam penyelesaian permasalahan lembar kerja, latihan
terkontrol, latihan mandiri, dan tugas mandiri. Faktor penghambat dan pendukung
pembelajaran IPA berkaitan dengan: a) guru kelas, b) siswa, c) iklim kelas, d) fasilitas sekolah,
dan e) sumber belajar.
Kata Kunci: Pengelolaan, pembelajaran, IPA.

PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan penting untuk dilakukan, karena pendidikan
dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan
kualitas sumber daya insani untuk pembangunan bangsa. Salah satu usaha
meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui pengelolaan pembelajaran siswa.
Pembelajaran merupakan komponen utama dalam pendidikan. Oleh karena itu
pengelolaan pembelajaran dianggap penting. Proses pembelajaran sendiri sangat terkait
dengan berbagai komponen yang sangat komplek. Antara komponen yang satu dengan
yang lain memiliki hubungan yang bersifat sistemik, artinya masing-masing komponen
memiliki peranan sendiri-sendiri tetapi memiliki hubungan yang saling terkait

(Suwardi, 2007: 1). Pengelolaan masing-masing komponen harus baik, supaya tujuan
pembelajaran dapat terwujud sesuai dengan harapan. Hal ini akan terwujud, jika guru
sebagai desainer pembelajaran memiliki kompetensi manajemen pembelajaran.
Pendidikan IPA adalah salah satu aspek pendidikan yang menggunakan IPA
sebagai salah satu alat mencapai tujuan pendidikan, khususnya tujuan pendidikan IPA
(Suastra, 2009). IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA
ISBN 978-602-71279-1-

PFMO-129

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1)
Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya; (2) Mengembangkan
pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (4) Melakukan
inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak
ilmiah serta berkomunikasi; (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam; (6)
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan; dan (7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan
keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya
(Adrianus Nasar, 2011).
Paradigma pembelajaran IPA telah berubah dari sekedar produk ilmu pengetahuan
menjadi keterampilan proses sains dan proses penyelidikan ilmiah. Perubahan
paradigma tersebut mengarahkan panadangan pendidik bahwa pendidikan sebagai
proses pembelajaran kompetensi, bukan sekedar transfer pengetahuan guru pada
peserta didik. Terutama dalam pembelajaran IPA guru perlu memperhatikan
karakterisrik pembelajaran IPA sebagai proses dan sebagai produk yang disesuikan
taraf berfikir peserta didik sehingga dapat membangun pemahaman tentang alam
semesta dan lingkungannya. Guru memiliki peran strategis dalam pembelajaran dapat

berinovasi dan berimprovisasi dalam pengelolaan pembelajaran. Sebagai pengelola
pembelajaran guru dapat menciptakan suatu lingkungan belajar guna mewujudkan
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Saat ini siswa belum memahami betul tentang tujuan pembelajaran IPA. Sehingga
siswa cenderung tidak serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun, hal
tersebut tidak selalu disebabkan oleh faktor dari siswa melainkan juga dari faktor guru
yang mengemas pembelajran di kelas. Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa
pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru masih terpaku pada kebiasaan
urutan dalam menyajikan pembelajaran IPA sebagai berikut: (1) dimulai dengan
mengajarkan teori / teorema / definisi, (2) dilanjutkan dengan memberikan contohcontoh soal dan (3) selanjutnya latihan soal-soal. Sesuai dengan pendapat Soebakri
(2011: 1), yakni guru seyogyanya meninggalkan cara-cara rutinitas dalam pembelajaran,
tetapi lebih menciptakan program-program pengembangan yang profesional.
Berdasarkan paparan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti keadaan real
pembelajaran IPA di SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran IPA SMP yang mencakup bagaimana
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta faktor penghambat dan pendukung
pembelajaran IPA SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan penelitian dan pengembangan.
Penelitian tahun 1 menggunakan desain penelitian kualitatif. Lokasi penelitian SMP

Taman Dewasa Kota Yogyakarta. Sumber data meliputi kepala sekolah, guru kelas dan
siswa SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta.
Teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Observasi dilakukan peneliti untuk memperoleh data tentang kesiapan
guru dalam melaksanakan pembelajaran yang meliputi perencanaan, menyiapkan
perangkat pembelajaran, cara guru mengajar dan penilaian yang dilakukan guru serta
peran serta peserta didik mengikuti pembelajaran. Wawancara dilakukan peneliti
untuk mendapatkan data tentang perencanaan, pelaksanaan dan penilaian IPA kepada
ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-130

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
nara sumber dalam penelitian ini. Dokumentasi untuk memperoleh data tentang
perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.
Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif metode alir. Keabsahan data
menggunakan triangulasi metode dan sumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Pembelajaran IPA

Pembelajaran pada dasarnya merupakan aktivitas yang dilakukan secara teratur,
sistematis mengikuti aturan-aturan yang telah ada dalam kurikulum. Kurikulun yang
diberlakukan secara Nasional masih bersifat umum dan sangat ideal. Realisasi
tuntutan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran merupaka tugas dan tanggung jawab
guru. Guru harus menjabarkan kegiatan pembelajaran kedalam bentuk perencannaan
pembelajaran sebagai pedoman operasional pembelajaran. Perumusan tujuan, materi,
isi, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh
merupakan rangkaian keterampilan yang harus dikuasai guru guna mencapai tujuan
pembelajaran. Data dan informasi dibutuhkan agar perencanaan yang dibuat terkait
dengan masalah yang akan dihadapi peserta didik pada masa mendatang.
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru SMP Taman Dewasa Kota
Yogyakarta menyiapkan rancangan pembelajaran. Rancangan itu merupakan bagian
dari persiapan mengajar. Rancangan dibuat dalam bentuk model pembelajaran yang
menggambarkan rencana pelaksanaan pembelajaran dari awal pembelajaran sampai
akhir untuk satu KD. Satu KD dapat dituangkan dalam satu atau lebih RPP. Model
pembelajaran tersebut digunakan guru sebagai petunjuk strategi mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Hanya saja dalam pembuatan rencana pengajaran
masih kurang mandiri. Pembuatan model pembelajaran cenderung sama dengan hasil
diskusi dalam KKG.
Model pembelajaran SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta terdiri dari perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran dilaksanakan di
awal tahun pembelajaran dengan membuat silabus, prota, promes dan kemudian
dijabarkan dalam RPP yang didalamnya terkandung SK, KD, Indikator keberhasilan
materi, metode pembelajaran dan alokasi waktu. Hal ini sesuai dengan amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, guru merencanakan pembelajaran dengan
membuat silabus dan RPP.
Pengembangan RPP IPA dilakukan berdasarkan Standar Isi (SI) yang memuat
silabus dan disesuaikan dengan kondisi sekolah dan siswa. Penyusunan RPP
merupakan tahap perencanaan. Penulisan RPP terlebih dahulu diawali dengan kegiatan
merancang (1) tujuan pembelajaran berdasarkan analisis SK dan KD, (2) situasi
masalah yang akan diselesaikan siswa, (3) organisasi sumberdaya dan logistic, (4)
teknik dan prosedur penilaian autentik proses maupun hasil belajar yang akan
diterapkan, dan (5) langkah kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran diawali pendahuluan, inti dan penutup. Kegiatan
pendahuluan merupakan kegiatan pengondisian siswa agar siap menerima
pembelajaran. Adapun kegiatannya mencakup: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran,
pokok-pokok materi yang akan dipelajari serta prosedur pembelajaran, (b) Apersepsi,
yaitu melalui tanya jawab mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya, (c)
Memberikan motivasi yang akan merangsang keingintahuan siswa. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Lynch dan Dorothy (2003: 1-4), bahwa pembelajaran tidak hanya

mentransfer ilmu melainkan proses mengkontruksi pengetahuan. Belajar adalah suatu
proses bukan sekedar menghafal konsep yang sudah jadi, tetapi belajar harus
mengalami sendiri.
Pada tahapan pendahuluan, hampir semua guru sudah melaksanakan dengan baik.
Guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran
dengan jelas, meliputi penjelasan kompetensi yang akan dicapai, mendiskripsikan
cakupan materi yang akan dipelajari dan melakukan apersepsi dengan mengajukan
ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-131

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
dengan materi yang akan dipelajari.
Kedua, kegiatan inti merupakan tahap penciptaan makna terbagi dalam tiga
kegiatan, yaitu kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Guru memberikan semua
pengetahuan kepada siswa terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan soal-soal
berkaitan dengan KD yang telah dijelaskan tadi. Dengan demikian dapat dimaknai
siswa kurang mandiri dalam melakukan usaha untuk mencari pemecahan dari suatu
permasalahan. Menemukan adalah proses yang penting dalam pembelajaran, sebab

dengan menemukan pemecahan masalah sendiri, siswa mempunyai kepuasan tersendiri
dan tidak mudah lupa. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherman (2012:11-54), bahwa
dengan menemukan, kemampuan berpikir mandiri akan terlatih dan menjadi terbiasa.
Ketiga, Kegiatan Penutup. Tahapan ini merupakan kegiatan menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah mencakup: (a) mengadakan refleksi dengan
menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang sudah dikuasai, materi yag belum
dipahami dengan baik, akar penyebab belum menguasai, dan alternatif solusi tindakan
berikutnya, (b) siswa diberikan tugas/pekejaan rumah. Guru dan siswa melakukan
refleksi dengan mengadakan tanya jawab, tentang hal-hal yang baru saja dipelajari.
Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman.
Guru melakukan penguatan atau penekanan terhadap materi yang telah diajarkan,
sehingga siswa mempunyai pemahaman yang sama. Hasil peneltian menunjukkan
bahwa pengelolaan kelas supaya efektif salah satu caranya adalah dengan
menggunakan penguatan kepada siswa. Ummu H. A. (2012: 87-100) menyampaikan
bahwa untuk mengelola aktivitas di kelas agar menjadi efektif, yaitu sebagai berikut
menunjukkan seberapa jauh guru mengikuti aktivitas yang sedang berlangsung di
kelas, mengatasi situasi tumpang tindih secara efektif, menjaga kelancaran dan
kontinuitas pelajaran, melibatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang,
menunjukkan sikap tangkap, membagi perhatian, memusatkan perhatian, memberikan
petunjuk yang jelas dan menegur dan memberi penguatan.

Guru sudah mengadakan penilaian dengan baik, meliputi penilaian proses maupun
penilaian hasil. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir semester, akhir tahun atau
ujian akhir tapi penilaian juga dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sri Budiyati, Sutama, dan Sabar N (2013) yang
menyampaikan bahwa penilaian tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga untuk
menilai proses. Guru sudah melakukan penilaian pada saat siswa bekerjasama dalam
kerja kelompok dan keaktifan siswa dalam bertanyapun juga dinilai oleh guru. Adapun
evaluasi pembelajaran IPA dilakukan secara autentik berdasarkan aspek kognitif,
psikomotorik, religius, dan sosial. Penilaian proses dilakukan untuk menilai partisipasi
siswa selama proses pembelajaran. Penilaian hasil didasarkan pada hasil kerja siswa
dalam penyelesaian permasalahan lembar kerja, latihan terkontrol, latihan mandiri,
dan tugas mandiri.
Media yang digunakan oleh guru berasal dari buatan guru sendiri maupun dari
sekolah. Media pembelajaran dibuat berdasarkan hasil kreativitas guru. Penyusunan
bahan ajar IPA memperhatikan dan mengacu pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Selanjutnya menentukan bentuk
bahan ajar, setiap materi yang akan diajarkan memerlukan bahan ajar yang berbedabeda. Untuk mengajarkan suatu materi kadang sesuai dengan peragaan, buku teks,
atau lembar kerja. Untuk itu kejelian dalam analisa diperlukan. RPP dilampiri dengan
bahan ajar berupa lembar kerja siswa.

Hambatan Pengelolaan Pembelajaran IPA
Faktor penghambat dan pendukung pembelajaran IPA di SMP Taman Dewasa Kota
Yogykarta berkaitan dengan: a) guru kelas, b) siswa, c) iklim kelas, d) fasilitas sekolah,
dan e) sumber belajar. Guru kelas SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta bervariasi, ada

ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-132

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
yang lulusan sarjana pertanian, teknik dan pendidikan. Pengalaman mengajar
bervariasi juga, minimal 6 tahun.
Guru memiliki pengalaman dan keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan. Guru
memiliki pengalaman terhadap bermacam-macam kondisi siswa, KKG, seminar, dan
workshop pembelajaran. Hasil penelitian menyebutkan bahwa sekolah membutuhkan
guru yang berkualitas. Syakwan Lubis (2011) menyampaikan bahwa pada akhirnya
setiap sekolah lembaga pendidikan besar membutuhkan guru yang berkualitas dan
memadai dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.
Karakteristik siswa bermacam-macam. Ada yang mudah dalam menerima materi
tetapi ada yang kurang. Pada salah satu kelas terdapat siswa yang berkebutuhan
khusus sehingga memerlukan penanganan khusus. Latar belakang ekonomi para siswa
bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik siswa menjadi tantangan
guru untuk mengatasinya. Widarti, Sri Yutmini, dan Samsi H (2013: 385 - 386)
menyampaikan bahwa kendala dalam proses pembelajaran berasal dari diri siswa dan
hal tersebut menjadi tantangan bagi guru untuk mengatasinya.
Pada pelajaran IPA, respon siswa di kelas berbeda-beda tergantung guru yang
mengkondisikan siswanya pada saat dijelaskan materi. Setiap siswa tidak selalu
memperhatikan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa hambatan yang dialami oleh
guru salah satunya berhubungan dengan mental siswa. L. U. Ali, W. Suastra, dan A. A.
I. A. R. Sudiatmika (2013) menyampaikan bahwa hambatan yang dialami guru adalah
ketidaksesuaian materi pelajaran dengan alokasi waktu, orientasi aspek kognisi,
kesiapan mental siswa, dan guru kurang memahami hakikat sains, dan hubungan
antarsiswa dilihat dari perilakunya.
Iklim kelas dapat dilihat dari kondisi fisik dan non fisik suatu kelas. Kondisi fisik
kelas dapat dilihat dari keadaan penerangan (cahaya), keadaan udara (sistem ventilasi),
keadaan suara (tingkat ketenangan), keadaan meja kursi, dll. Keadaan penerangan di
ruang kelas SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta sudah cukup terang dan terdapat
lampu sebagai penerangan jika cuaca mendung atau hujan. Keadaan udara (sistem
ventilasi) sudah baik, setiap kelas terdapat ventilasi yang cukup banyak sehingga
sirkulasi udara dapat berjalan lancar. Dua sekolah yakni SMP Taman Dewasa Ibu
Pawiyatan dan Kumendaman letaknya jauh dari jalan raya sehingga sekolah tidak
terganggu dengan suara kendaraan. Sedangkan SMP Taman Dewasa Jetis letaknya
berada dipinggir jalan raya, sehingga suara bising kendaraan masuk ke dalam kelas.
Keadaan meja dan kursi cukup baik, tidak ada yang rusak meskipun dicoret-coret oleh
siswa.
Peralatan kebersihan dan peralatan untuk mengajar sudah lengkap dan tersedia di
setiap kelas. Jadwal piket, jadwal pelajaran, susunan pengurus kelas, gambar-gambar
termasuk peta dan motto belajar ditulis dan dipasang dengan rapi. Di setiap kelas juga
terdapat papan pengumuman dan dan terdapat tata tertib sekolah untuk meningkatkan
siswa akan peraturan yang harus dipatuhi.
Kondisi non fisik di SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta dapat dilihat dari
hubungan kerjasama antara guru dan siswa serta hubungan antarsiswa. Hubungan
kerjasama guru dan siswa dilihat dari perilaku guru terhadap siswa dan sebaliknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suasana pembelajaran perlu dirancang baik oleh
guru agar dalam pembelajaran tumbuh minat belajar siswa. Ramdan Pelana (2012: 185192) menyampaikan bahwa penciptaan suasana belajar merupakan langkah awal bagi
guru untuk memfasilitasi siswa-siswanya untuk belajar serta suasana belajar yang
kondusif memungkinkan imajinasi dan krestivitas siswa bekembang.
Fasilitas media pembelajaran sering digunakan oleh guru, akan tetapi hal ini
sekaligus menjadi kendala dalam mengajar di kelas sebab media yang ada disekolah
masih kurang. Sumber belajar yang digunakan di SMP Taman Dewasa Kota
Yogyakarta, sebagian guru hanya terpancang pada buku paket, dan LKS. Guru belum
memaksimalkan sumber-sumber belajar yang terdapat di sekolah tersebut.
ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-133

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
KESIMPULAN
Pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan terdiri dari perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke
dalam bentuk RPP. Penulisan RPP terlebih dahulu diawali dengan kegiatan merancang
(1) tujuan pembelajaran berdasarkan analisis SK dan KD, (2) situasi masalah yang
akan diselesaikan siswa, (3) organisasi sumberdaya dan logistik, (4) teknik dan prosedur
penilaian autentik proses maupun hasil belajar yang akan diterapkan, dan (5) langkah
kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari pendahuluan, inti dan
penutup. Dalam kegiatan inti mencakup tiga kegiatan yaitu kegiatan eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Penyusunan evaluasi pembelajaran IPA, yaitu evaluasi proses maupun evaluasi
hasil belajar dilakukan secara autentik berdasarkan aspek kognitif, psikomotorik,
religius, dan sosial. Penilaian proses dilakukan untuk menilai partisipasi siswa selama
proses pembelajaran. Penilaian hasil didasarkan pada hasil kerja siswa dalam
penyelesaian permasalahan lembar kerja, latihan terkontrol, latihan mandiri, dan tugas
mandiri. Faktor penghambat dan pendukung pembelajaran IPA berkaitan dengan: a)
guru kelas, b) siswa, c) iklim kelas, d) fasilitas sekolah, dan e) sumber belajar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Berbagai ucapan terima kasih perlu kami sampaikan kepada berbagai pihak.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ditlitabmas DIKTI melalui KOPERTIS
Wilayah V yang telah membantu dalam pendanaan biaya penelitian multitahun melalui
Hibah Bersaing. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dekan FKIP dan Ketua
Lembaga Penelitian UST beserta stafnya, yang telah memberikan fasilitas dan
dorongan sehingga kami bisa melakukan penelitian. Ucapan terima juga kami
sampaikan kepada para kepala dan guru SMP Taman Dewasa Kota Yogyakarta, yang
telah membantu proses penelitian sehingga berjalan sesuai perencanaan.
DAFTAR RUJUKAN

Adrianus Nasar. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Ipa Berbasis Lingkungan
Luar Kelas Untuk Menciptakan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Dan
Menyenangkan Di SD. http://wwwpojokfisikauniflor.blogspot.com/2011/03/tujuanmata-pelajaran-ipasmp.html.
L. U. Ali, W. Suastra, dan A. A. I. A. R. Sudiatmika. 2013. Pengelolaan Pembelajaran
IPA Ditinjau dari Hakikat Sains Pada SMP di Kabupaten Lombok Timur. e-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Vol. 3.
Diakses pada tanggal 18 Juni 2014.
Lynch Richard L. dan Dorothy Harnish. 2003. Contextual Teaching and Learning:
Lessons Learned from Teacher Preparation through Novice Teaching. University of
Georgia
Ramdan Pelana. 2012. Manajemen pembelajaran yang Menyenangkan pada mata
Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Jurnal Pendidikan
Dasar. Vol. 3, No. 5, 185-192.
Soebakri, 2011. Lesson Study (Suatu Model Pembelajaran Profesional).
http://soebakri.blogspot.com/2011/05/lesson-study-suatu-model-pembelajaran.html
Sri Budiyati, Sutama, dan Sabar N. 2013. Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual di
Sekolah Menangah Kejuruan. Delta Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Pekalongan. Vol. 1. No. 2. Abstrak.
Suastra, I W. 2009. Pembelajaran Sains Terkini: Mendekatkan Siswa dengan
Lingkungan Alamiah dan Sosial Budayanya. Singaraja. Universitas Pendidikan
Ganesha.

ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-134

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Suherman, Erman, (2012:11-54). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran
Matematika. Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya
Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran. Surabaya: PT. Temprina Media Grafika.
Syakwan Lubis. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran
di Kelas. Jurnal Demokrasi. Vol. 10. No. 2. Abstrak.
Ummu H. A. 2012. Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran. Jurnal
Magistra. No. 79. Th. XXIV, 87-100.
Widarti, Sri Yutmini, dan Samsi H. 2013. Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kelas
6 di SD Negeri 4 Purwodadi. Jurnal Teknologi dan Pembelajaran. Vol. 1 No. 3, 377
388.

ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-135

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016

ISBN 978-602-71279-1-9

PFMO-136