ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIK MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KOTA BANDUNG.

(1)

ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIK MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI

DI KOTA BANDUNG

(Studi Kasus Di SMPN 5 Bandung Dan SMPN 29 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Administrasi Pendidikan

Oleh

WILDAN KARIM ANGGAPERBATA 0908895

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Analisis Perencanaan Strategik Mutu

Sekolah Pada Sekolah Menengah

Pertama Negeri di Kota Bandung

Oleh

Wildan Karim Anggaperbata

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Wildan Karim Anggaperbata 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN WILDAN KARIM ANGGAPERBATA

0908895

ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIK MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI

DI KOTA BANDUNG

(STUDI KASUS DI SMPN 5 BANDUNG DAN SMPN 29 BANDUNG)

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Prof. Dr. Djam’an Satori, MA NIP. 19500812 197303 1 002

Pembimbing II

Dr. Taufani C. Kurniatun, M.Si NIP. 19681107 199802 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Endang Herawan, M. Pd. NIP. 19600810 198603 1 001


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Perencanaan Strategik Mutu Sekolah Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Bandung”. Latar belakang peneliti mengambil judul tersebut didasarkan pada permasalahan yang menunjukan bahwa perencanaan strategik mutu sekolah yang merupakan bagian dari manajemen mutu sekolah masih belum diterapkan secara utuh di sekolah, padahal beberapa peraturan pendidikan menunjukan keharusan sekolah untuk melaksanakannya.

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti mengambil fokus penelitian sebagai berikut : (1) analisis perencanaan mutu sekolah, (2) perencanaan operasional sekolah, kebijakan mutu dan biaya mutu sekolah, dan (3) monitoring dan evaluasi mutu sekolah, di tingkat sekolah menengah pertama negeri di Kota Bandung.

Peneliti membagi subyek penelitian kedalam 2 kriteria yaitu (1) Sekolah Menegah Pertama Negeri yang masuk dalam kluster satu dan eks-Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, (2) Sekolah Menengah Pertama Negeri yang termasuk kluster tiga dan belum termasuk kategori Sekolah Standar Nasional (SSN). Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, Wakil kepala sekolah, guru dan siswa yang berada di sekolah tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui proses wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini meliputi : (1) Analisa Perencanaan menunjukan adanya visi, misi dan tujuan sekolah yang jelas serta analisa SWOT dan Rencana Strategik sekolah, namun sekolah tidak melaksanakan analisa pasar, (2) rencana operasional dan biaya mutu dilaksanakan atas dasar hasil Evaluasi Diri Sekolah, analisis kebutuhan sekolah, kondisi keuangan dan masukan dari warga sekolah, namun sekolah belum memiliki pernyataan mutu yang menjadi kebijakan mutu sekolah. Sedangkan biaya mutu SMPN 5 Bandung terbantu dengan partisipasi dari orang tua, sedangkan SMPN 29 Bandung hanya bersumber dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS), (3) Monitoring dan evaluasi mutu dilaksanakan dengan cara evaluasi harian, evaluasi jangka pendek dan evaluasi jangka panjang, namun sekolah jarang mengalami perubahan rencana dan tidak menggunakan kuesioner atau angket untuk mengukur dan menilai kepuasan siswa. Penulis menyarankan agar pemerintah bisa memberikan pembinaan khusus terkait dengan pelaksanaan perencanaan strategik mutu sekolah yang bukan hanya pada sebatas seminar atau workshop, namun pendampingan secara intens melalui fungsi supervisi pengawas. Selain itu, pemerintah daerah hendaknya mengeluarkan peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan partisipasi pendanaan masyarakat untuk pendidikan, sehingga memberikan kejelasan arah partisipasi masyarakat dalam pendidikan.


(5)

ABSTRACT

This study entitled "Analysis of Strategic Planning on School Quality In Junior High School in Bandung City"(Case Study at 5 Public Junior High School Bandung and 29 Public Junior High School Bandung). Research background took the title based on the problems showed that the quality of strategic planning schools that are part of the school quality management is still not fully implemented at the school, but some educational regulations compulsory to implement it .

Based on these problems, the researchers took the focus of the study as follows : (1) analysis of the school quality planning, (2) school operational planning, quality policy and costs of school quality, and (3) monitoring and evaluation of the school quality, in junior high school level in Bandung city.

Researchers divided study subjects into two criteria: (1) Public Junior High School in cluster one and ex-International Standard School Pilot, (2) Public junior high school that includes clusters of three and exclude the category National Standard Schools (SSN). Sources of data in this study is the principal, deputy principal, teachers and students in the school. The method used is descriptive method with qualitative approach. The data was collected through interviews, observation, and documentation.

The results from this study are: (1) Analysis of Planning showed the vision, mission and goals for the school, School Strategic Planning, SWOT analysis have done and clear, but the school does not perform market analysis, (2) operational planning has been implemented on the basis of school Self-Evaluation, analysis of school needs, financial condition and suggest input from the school community, but the school does not have a quality statement as school quality policy. While the cost of quality SMPN5 Bandung helped with the participation of the parents, while the SMPN 29 Bandung is only sourced from the School Operational Assistance (BOS), (3) Monitoring and evaluation of the quality divided on daily evaluation, short-term evaluation and long-term evaluation, but the school rarely changed plans and did not use a questionnaire to measure and assess student satisfaction.

The author suggests that the government can provide specific guidance related to the implementation of the strategic planning of school quality that is not only limited to a seminar or workshop, but intense mentoring through regulatory supervision function. In addition, local governments should issue regulations governing the management of participation in public funding for education, so as to provide clarity for community participation in education.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang --- Error! Bookmark not defined.

B. Fokus Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

E. Asumsi Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

F. Sistematika Penulisan --- Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kajian Pustaka --- Error! Bookmark not defined.

1. Manajemen Mutu Pendidikan --- Error! Bookmark not defined.

2. Perencanaan Strategik Mutu Sekolah ---- Error! Bookmark not defined.

B. Hasil Penelitian Terdahulu --- Error! Bookmark not defined.

C. Kerangka Pikir Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

D. Premis --- Error! Bookmark not defined.


(7)

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

1. Lokasi Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

2. Sumber Data --- Error! Bookmark not defined.

B. Desain Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

D. Definisi Istilah --- Error! Bookmark not defined.

E. Instrumen Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

F. Teknik Pengumpulan Data --- Error! Bookmark not defined.

G. Analisis Data --- Error! Bookmark not defined.

1. Data Reduksi (Reduction Data) --- Error! Bookmark not defined.

2. Data Display (Display Data) --- Error! Bookmark not defined.

3. Conclusion Drawing/Verification --- Error! Bookmark not defined.

H. Uji Keabsahan Data --- Error! Bookmark not defined.

1. Uji Kredibilitas --- Error! Bookmark not defined.

2. Pengujian Dependability --- Error! Bookmark not defined.

3. Pengujian Konfirmability --- Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark not defined.

A. Gambaran Umum Sekolah --- Error! Bookmark not defined.

1. SMP Negeri 5 Kota Bandung --- Error! Bookmark not defined.

2. SMP Negeri 29 Kota Bandung --- Error! Bookmark not defined.

B. Hasil Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

1. Analisis Perencanaan Mutu Sekolah --- Error! Bookmark not defined.

2. Perencanaan Operasi, Kebijakan Mutu dan Biaya Mutus Sekolah - Error!


(8)

3. Pengawasan dan Evaluasi Mutu Sekolah Error! Bookmark not defined.

C. Pembahasan Hasil Penelitian --- Error! Bookmark not defined.

1. Analisis Perencanaan Mutu Sekolah --- Error! Bookmark not defined.

2. Perencanaan Operasi, Kebijakan Mutu dan Biaya Mutu --- Error!

Bookmark not defined.

3. Monitoring dan Evaluasi Mutu Sekolah - Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan --- Error! Bookmark not defined.

B. Rekomendasi --- Error! Bookmark not defined.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bermutu menjadi harapan semua pihak yang terlibat dalam pembangunan sebuah bangsa, baik langsung maupun tidak langsung. Arcaro (2007:1) menyatakan bahwa “masalah mutu merupakan permasalahan utama yang sangat penting dalam dunia pendidikan, bisnis, dan pemerintahan”. Namun sayangnya, dalam konteks ini kualitas sistem pendidikan Indonesia masih belum optimal. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dari hasil survey yang dilaksanakan oleh lembaga survey Pendidikan Utama Pearson menunjukan bahwa sistem pendidikan Indonesia menduduki peringkat terendah dari 50 negara yang disurvey (www.edukasi.kompas.com). Penelitian ini ditinjau berdasarkan indikator hasil tes internasional dan data-data seperti tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010 yang diambil berdasarkan tes setiap tiga atau empat tahun diberbagai bidang, termasuk matematika, sains, dan kesusastraan. Selain itu, peringkat disusun berdasarkan negara-negara yang berhasil memberikan status tinggi pada guru dan memiliki budaya pendidikan yang tinggi.

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sudah dilaksanakan, diantaranya yaitu dengan hadirnya kebijakan otonomi pendidikan, diharapakan pengelolaan sekolah lebih efektif dan efisien. Manajemen sekolah yang dilaksanakan di Indonesia berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 51 ayat 1 yang menyatakan bahwa: “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”.

Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui otonomi pendidikan tidak serta merta mampu mendongkrak mutu pendidikan. menurut Fattah (2012:3) “stakeholder pendidikan seperti orang tua, masyarakat, pemerintah dan dunia

industri memiliki persepsi yang berbeda tentang mutu”. Sehingga perbedaan ini menuntut sekolah dan juga institusi pendidikan untuk mengeluarkan satu standar


(10)

2

mutu sebagai acuan dalam mencapai mutu pendidikan. Sehingga menurut Fattah pendekatan berbasis standar (Standard Based Approach) diperlukan untuk mengukur dan menilai pemenuhan standar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kebijakan mutu.

Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu melalui beberapa peraturan perundangan pun sudah ditempuh oleh Indonesia, diantaranya hadirnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional yang kemudian disempurnakan oleh PP Nomor 32 Tahun 2013 yang mengataur delapan standar nasional pendidikan di Indonesia. Sebagai upaya terlaksananya delapan standar nasional pendidikan tersebut, pemerintah juga melalui Kementeri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, dalam Pasal 5 menyatakan bahwa “Penjaminan mutu pendidikan formal dan nonformal dilaksanakan oleh satuan atau program pendidikan”, hal ini menyiratkan bahwa semua satuan pendidikan berkewajiban menjamin terlaksananya pemenuhan mutu di sekolahnya masing-masing.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Pasal 53 menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran perinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 tahun”. Hal ini menunjukan bahwa setiap sekolah harus dikelola berdasarkan perencanaan strategik yang dilaksanakan oleh sekolah.

Namun demikian, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, pelaksanaan peraturan tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh sekolah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa permasalahan yang muncul terkait dengan pemenuhan standar tersebut. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Edi Suparjoto, M.Pd salah satu guru sekaligus Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Urusan Kurikulum di SMPN 15 Kota Bandung, menurut beliau, permasalahan dalam perencanaan sekolah adalah kemampuan SDM untuk mengeluarkan ide dan gagasan inovasi dalam program sekolah, sekolah cenderung mengikuti kegiatan rutin setiap tahunnya. Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kerja dan


(11)

3

Anggaran Sekolah (RKAS) yang dibuat masih berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, partisipasi warga sekolah sangat rendah terlebih lagi dalam hal penyusunan konsep perencanaan sekolah.

Permasalahan dalam pelaksanaan program ada pada kemampuan dan komitemen warga sekolah, Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah dibuat masih banyak yang belum diterapkan secara baik. Kerja sama yang dilakukan sekolah lebih banyak pada kerja sama yang bersifat moril. Dukungan dana dalam bentuk kerja sama masih kurang, sehingga pendanaan sekolah terkadang masih banyak bergantung pada BOS.

Selain itu, lemahnya pengawasan dan evaluasi baik dari pihak internal maupun eksternal menjadi permasalahan dalam pengelolaan sekolah. Ibu Yani Rahmayani, S.Pd yang juga guru dan Wakasek Bidang Kesiswaan di SMPN 15 Kota Bandung menuturkan bahwa supervisi dan pengawasan baik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah maupun pengawas pembina dirasa masih kurang dan terkesan ramai di awal saja, sedangkan tindak lanjut dan kontinuitas dari program tersebut belum dirasakan baik oleh guru-guru. Penyebab dari permasalahan ini menurut beliau adalah profesionalitas pengawas yang kurang dikarenakan rekrutmen pengawas pun belum sepenuhnya profesional. Masih banyak kepala sekolah yang selesai masa jabatannya tidak mau kembali menjadi guru, bahkan lebih memilih menjadi pengawas, sehingga terjadi penumpukan jumlah pengawasa, namun tidak efektif dan efisien dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di sekolah.

Permasalahan di atas menunjukan bahwa perencanaan yang dilaksanakan di sekolah masih bersifat stagnan, selain itu kemampuan SDM di sekolah dalam memahami konsep perencanaan strategik sekolah pun masih terbatas dikarenakan pengalaman pendidikan yang kurang memadai. Hal ini berimplikasi pada praktik perencanaan strategik masih diaplikasikan seadanya, tanpa pemahaamn konsep yang benar. Sehingga dalam pengembangan mutu di sekolah tidak dilaksanakan dalam bentuk program khusus dan program yang direncanakan dalam bentuk program tahunan pun cenderung mengulang rutinitas tahun sebelumnya.


(12)

4

Oleh karena itu, perencanaan stratgeis mutu sekolah sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan menarik untuk diteliti dari segi proses pelaksanaannya di tingkat satuan pendidikan. Penulis berupaya menggali dan menggambarkan perencanaan strategik mutu sekolah yang dilaksanakan pada SMP Negeri di Kota Bandung ditinjau dari rangkaian aktivitas dalam perencanaan strategik yang diterapkan dalam manajemen mutu. Selain itu, penelitian tentang perencanaan strategik mutu sekolah masih sedikit dilaksanakan khususnya di lingkungan Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI. Faktor pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah titik tekan permasalahan yang memfokuskan pada proses perencanaan strategik sekolah dilihat dari tiga aspek yaitu: 1) proses analisis perencanaan yang meliputi visi, misi dan tujuan, analisis pasar, analisis pasar dan rencana strategik, 2) Proses perencanaan operasional yang meliputi perencanaan operasi dan bisnis, perencanaan kebijakan mutu dan rencana mutu serta biaya mutu, 3) monitoring dan evaluasi mutu yang meliputi evaluasi harian, evaluasi jangka pendek dan evaluasi jangka panjang.

Sedangkan SMP Negeri di Kota Bandung, khususnya SMPN 5 Bandung dan SMPN 29 Bandung dijadikan tempat penelitian ini dikarenakan:

1. SMPN 5 Bandung berdasarkan keputusan Dinas Pendidikan Kota Bandung berada pada posisi cluster satu di regional Bandung Tengah, sedangkan SMPN 29 Bandung bearada di cluster tiga di regional Bandung Utara. 2. SMPN 5 Bandung merupakan sekolah eks-Rintisan Sekolah Berstandar

Internasional (RSBI) yang kemudian statusnya berganti setelah RSBI ditolak oleh Mahkamah Konstitusi pada tahun 2012 dan kembali menjadi sekolah reguler. Sedangkan SMPN 29 Bandung merupakan sekolah reguler yang masih belum termasuk dalam kategori Sekolah Standar Nasional (SSN).

3. Secara prestasi, kedua sekolah yang menjadi tempat penelitian ini cukup berbeda, SMPN 5 Bandung sudah mulai merintis prestasi akademik maupun non akademik di tingkat internasional, sedangkan SMPN 29 Bandung masih merintis prestasi di tingkat regional dan nasional.


(13)

5

Oleh karena itu, berdasarkan perbedaan di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian terkait dengan perencanaan strategik mutu sekolah yang dilaksanakan di kedua sekolah tersebut. Hal ini akan bermanfaat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan baik di kedua sekolah tempat penelitian maupun sekolah lain yang akan menerapkan perencanaan strategik mutu sekolah. Sehingga penulis mengambil judul penelitian Analisis Perencanaan Strategik Mutu Sekolah

Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Bandung (Studi Kasus di SMPN 5 Bandung dan SMPN 29 Bandung).

B. Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus (Maloeng, 2013:93). Selanjutnya Maloeng juga menyatakan bahwa penetapan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimanapun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Fokus penelitian disusun dengan tujuan untuk memberikan kejelasan terkait dengan apa yang akan diteliti, sehingga akan jelas aspek serta topik-topik yang akan diteliti. Sehingga, fokus dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses analisa perencanaan mutu yang dilaksanakan oleh sekolah?

2. Bagaimana proses perencanaan operasi, kebijakan mutu dan biaya mutu yang dilaksanakan oleh sekolah?

3. Bagaimana proses monitoring dan evaluasi mutu yang dilaksanakan oleh sekolah?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses perencanaan strategik mutu sekolah pada SMP Negeri di Kota Bandung. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran mengenai proses analisa perencanaan mutu yang dilaksanakan oleh sekolah.


(14)

6

2. Memperoleh gambaran proses perencanaan operasi sekolah yang meliputi perencanana operasi dan bisnis, kebijakan mutu dan rencana mutu serta biaya mutu yang dilaksanakan di sekolah.

3. Memperoleh gambaran terkait dengan proses monitoring dan evaluasi mutu yang dilaksankan oleh sekolah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam proses manajemen pendidikan, baik secara teoritis maupun secara operasional.

1. Secara teoritis, penelitian ini akan bermanfaat dalam pemahaman dan informasi mengenai perencanaan strategik mutu di sekolah, mulai dari kondisi analisa perencanaan, perencanaan operasional dan monitoring dan evaluasi di sekolah, sehingga akan bermanfaat sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang proses perencanaan strategik mutu sekolah khususnya dan manajemen mutu sekolah pada umumnya.

2. Secara operasional, penelitian ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak, baik bagi peneliti sendiri, pihak sekolah, dinas pendidikan, dan berbagai pihak yang terkait dengan manajemen sekolah.

a. Bagi peneliti sendiri, diharapkan melalui penelitian ini akan bermanfaat untuk mengembangkan pemahaman dan wawasan mengenai perencanaan strategik mutu di sekolah.

b. Bagi sekolah sendiri, diharapakan melalui penelitian ini akan menjadi masukan dan perbaikan dalam proses perencanaan strategik mutu sekolah yang sesuai dengan konsep, teori dan peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

c. Bagi dinas pendidikan selaku pemangku kebijakan, melalui penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi dan meningkatkan kualitas manajemen sekolah yang sesuai dengan harapan semua.


(15)

7

E. Asumsi Penelitian

Asumsi yang melandasi penelitian ini adalah :

1. Perencanaan sekolah merupakan proses menentukan arah, target dan tujuan sekolah di masa yang akan datang. Perencanaan mutu dimulai dari perencanaan strategik sekolah yang termuat dalam Rencana Kerja Sekolah dan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah. Rencana Kerja Sekolah (RKS) merupakan rencana yang komprehensif untuk mengoptimalkan pemanfaatan segala sumber daya yang ada dan yang mungkin diperoleh guna mencapai tujuan yang diinginkan di masa mendatang (Muhaimin, 2009:199).

2. Perencanaan strategik mutu sekolah dalam penelitian ini adalah perencanaan mutu dalam jangka waktu tertentu yang dilaksanakan secara komprehensif melalui tahapan analisis, penetapan rencana operasi dan monitoring dan evaluasi.

3. Proses analisa dalam perencanaan stratagis mutu meliputi penetapan visi, misi dan tujuan sekolah, analisa calon siswa, analisa SWOT dan faktor kunci kesuksesan, serta penyusunan rencana strategik sekolah.

4. Proses penetapan rencana operasi dan bisnis meliputi penetapan rencana operasional dan bisnis, penetapan kebijakan mutu dan rencana mutu serta biaya mutu.

5. Proses monitoring dan evaluasi meliputi evaluasi harian, evaluasi jangka pendek dan evaluasi jangka panjang.

F. Sistematika Penulisan 1. Judul

Judul skripsi ini adalah “Analisis Perencanaan Strategik Mutu Sekolah Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Bandung (Studi Kasus di SMPN 5 Bandung dan SMPN 29 Bandung)”.

2. Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah di setujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing: 1) Pembimbing 1: Prof. Dr. Djam’an Satori, M.Pd


(16)

8

2) Pembimbing II: Dr. Taufani C. Kurniatun, M.Si NIP. 19681107 199802 2 001

3) Dan diketahui oleh Bpk. Dr. H. Endang Herawan, M.Pd selaku Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Pernyataan Tentang Keaslian Karya Ilmiah

Penulis telah menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Skripsi ini merupakan Karya Tulis Ilmiah asli karya penulis yang merupakan hasil pemikiran penulis dengan di bimbingan oleh dosen pembimbing.

4. Kata Pengantar

Berisi kalimat-kalimat pengantar dalam skipsi.

5. Ucapan Terima Kasih

Bentuk apresiasi yang setinggi-tingginya serta ungkapan rasa syukur kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

6. Abstrak

Uraian singkat yang termuat dalam abstrak adalah: judul, hakikat penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, metode penelitian yang dipakai dan teknik pengumpulan datanya, serta hasil temuan, kesimpulan dan saran.

7. Daftar Isi

Memuat penyajian sistematika isi skripsi secara rinci agar bisa mempermudah para pembaca mencari judul atau subjudul bagian yang ingin dibaca.

8. Daftar Tabel

Menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel terakhir yang tercantum dalam skripsi.

9. Daftar Gambar

Menyajikan gambar secara berurutan mulai dari gambar pertama sampai dengan gambar terakhir yang tercantum dalam skripsi.

10.Daftar Lampiran

Menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari lampiran pertama sampai dengan lampiran terakhir yang tercantum dalam skripsi.


(17)

9

Berisi uraian tentang pendahuluan skripsi yang memuat : latar balakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

12.BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran

Berisi konsep-konsep, teori-teori, hasil penelitian terdahulu yang relevan, yang merupakan landasan penelitian secara teoritik. Serta berisi kerangka fikir peneliti dalam melakukan penelitian.

13.BAB III Metode Penelitian

Berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian serta komponen- komponen penelitiannya. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

14.BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Memuat pengolahan atau analisis data beserta pembahasan dan analisis hasil temuan di lapangan dengan pemaparan data dan pembahasan data.

15.BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

16.Daftar Pustaka

Berisi daftar rujukan/referensi baik berupa buku, artikel, jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi.

17.Lampiran


(18)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini adalah satuan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri, untuk lebih memfokuskan pada permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian sebagaimana yang tertuang dalam fokus masalah, maka lokasi atau tempat yang akan dijadikan tempat penelitian pun harus lebih spesifik, dalam hal ini tempat ataupun wilayah yang akan dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri yang ada di Kota Bandung.

Seperti yang sudah diungkapkan dalam bab satu, bahwa wilayah penelitian ini difokuskan di SMP Negeri 5 Bandung dan SMP Negeri 29 Bandung. Hal ini atas pertimbangan perbedaan khas dari kedua sekolah ini. SMPN 5 Bandung termasuk dalam kluster satu di region Bandung Tengah, sedangkan SMPN 29 termasuk kluster tiga di region Bandung Utara. Selain itu, SMPN 5 Bandung merupakan eks-RSBI, sedangkan SMPN 29 Bandung belum termasuk kategori SSN. Lokasi geografis pun berbeda, SMPN 5 Bandung berada di tengah kota dan mudah diakses oleh kendaraan umum, sedangkan SMPN 29 terletak di Bandung Utara tepatnya di Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari dan tidak terjangkau oleh kendaraan umum. Hal ini lah yang melatarbelakangi peneliti untuk melaksanakan penelitian di kedua sekolah, dengan harapan akan tergambar bagaimana kedua sekolah yang berbeda secara kluster, status dan letak geografisnya dalam melaksanakan perencanaan strategik mutu di masing-masing sekolah.

2. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi, ataupun sampel, maka populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut sumber data pada situasi sosial (Social Situation) tertentu (Djam’an Satori, 2007: 2). Menurut Spradley (dalam Sugiyono, 2011: 297) mengatakan bahwa Social


(19)

44

situation atau situasi sosial terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku

(actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Snowball sampling. Snowball sampling atau bola salju, dikatakan oleh Djam’an Satori: (2007: 6) merupakan teknik pengambilan sampel yang diawali dari jumlah sampel sedikit, satu sampai dua orang, menggelinding menjadi banyak/besar seiring dengan berkembangnya kebutuhan informasi atau data yang diperoleh dalam proses pengambilan data. Dalam penelitian ini, sumber data menggunakan sampel purposif (purposive sample) yang memfokuskan pada informan-informan terpilih yang kaya dengan kasus untuk studi yang bersifat mendalam (Nana Syaodih, 2007: 101).

Adapun yang menjadi sumber data utama dalam penelitian ini adalah pimpinan sekolah yang ada di kedua sekolah tempat penelitian yang terdiri dari kepala sekolah dan wakil kepala sekolah serta dibantu keterangan dari guru dan siswa dalam mendapatkan informasi umum sekolah.

Pemilihan sumber data dengan kriteria diatas merupakan upaya peneliti untuk dapat memperoleh gambaran dan data yang jelas serta terarah mengenai penelitian Analisis Perencanaan Strategik Mutu Sekolah Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Bandung (Studi Kasus di SMPN 5 Bandung dan SMPN 29 Bandung).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian kualitatif dirancang untuk mendapatkan pendalaman pemahaman terhadap situasi sosial tertentu pada sumber data penelitian, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Nana Syaodih (2007: 99) bahwa “penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya”. Berdasarkan pada pendapat di atas tentunya sangat penting untuk menentukan rancangan penelitian sebagai pedoman atau peta dalam melakukan penelitian agar benar-benar dapat terfokus pada fenomena atau situation social yang ingin diteliti, adapun rancangan penelitian itu sendiri menurut Nana Syaodih (2007: 52)


(20)

45

mengemukakan bahwa: rancangan penelitian menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi apa data dikumpulkan dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.

Berikut Desain dari penelitian ini:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Sebagaimana telah disampaikan pada bagian kerangka pemikiran desain penelitian ini dibuat berdasarkan pada fokus kajian yang ingin diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini, permasalahan manajemen sekolah yaitu sebagaimana digambarkan di atas bahwa satuan pendidikan masih belum memahami manajemen mutu dan masih ditemukan bahwa pelaksanaan manajemen hanya diannggap formalitas saja. Sehingga hal ini menjadi suatu premis peneliti bahwa

Latar belakang:  Perencanaan yang

dilaksanakan di sekolah masih bersifat stagnan dan copy paste.

 Sekolah kurang memahami rencana strategik, masih ada yang hanya sekedar dokumen pelengkap saja.

 Pengembangan mutu di sekolah tidak

dilaksanakan secara khusus

 Biaya yang dikeluarkan cenderung untuk pemeliharaan sarana dan prasarana, sedikit untuk pengembangan mutu.  Praktik perencanaan

strategik masih

diaplikasikan seadanya, tanpa pemahaman konsep yang benar

Analisis Perencaan Mutu Strategik Sekolah

Perencanaan Operasional Mutu Sekolah

Monitoring dan Evaluasi Mutu

Temuan Lapangan Kesimpulan Saran Penggalian Data Kajian S A T U A N P E N D I D I K A N ANALISIS Kajian


(21)

46

hal tersebut dapat berdampak pada mutu pendidikan itu sendiri. Data yang dijadikan ukuran mutu pendidikan padahal tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya akan menjadi bumerang bagi mutu itu sendiri atau malah dapat dikatakan tidak bermutu. Dengan melihat beberapa permasalahan tersebut, kemudian peneliti memformulasikan dan memfokuskan permasalahan tersebut menjadi fokus penelitian itu sendiri. Setelah ditentukan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi di lapangan dengan berdasar pada hasil kajian teoritis dan data grand tour observation sebelumnya. Setelah diperoleh data, maka data diklasifikasikan dan dianalisis dengan membandingkan antara teori dengan empirik. Hasil pengolahan data tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian yang selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan penelitian, hingga bisa menghasilkan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.

C. Metode Penelitian

Penelitian menurut Satori (2012:3) merupakan aktivitas yang menggunakan kekuatan pikir dan aktivitas observasi dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk mengahasilkan ilmu pengetahuan guna memecahkan suatu persoalan. Sehingga untuk mencapai hal tersebut diperlukan metode atau cara yang sistematis dan ilmiah sehingga bisa dikatakan sebagai penelitian ilmiah.

Metode penelitian merupakan cara atau prosedur ilmiah yang dilakukan oleh peneliti untuk mencapai tujuan penelitiannya. Hal ini senada dengan ungkapan Sugiyono (2011:6) yang menyatakan bahwa:

“Metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan gambaran proses pengelolaan sebuah sekolah tidak bisa diukur dengan angka ataupun hanya disimpulkan melalui tabulasi numerik, namun diperlukan rincian secara deskriptif dan gamblang untuk menemukan tujuan penelitian. Hal ini senada dengan yang


(22)

47

diungkapakn oleh Nana Syaodih (2007:54) bahwa “penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”. Penelitian ini mengkaji apa yang terjadi, bagaimana bentuk aktivitasnya, hubungan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain, bagaiaman kesamaan dan perbedaan dengan fenomena lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena apa adanya.

Penelitian kualitiataif menurut Moleong (2012:6) adalah:

“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

Kualitatif sebagai sebuah pendekatan dalam penelitian juga diungkapkan oleh Satori (2012:25) bahwa:

“Penelitian kualitataif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah”.

Penelitian Kualitataif menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2012:5) dinyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah “penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”.

Melalui metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini, peneliti berharap mampu mengangkat fenomena yang terjadi terkait dengan implementasi pengelolaan sekolah yang mengacu pada peraturan SNP di Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung.

D. Definisi Istilah

Perencanaan Strategik Mutu Sekolah dalam penelitian ini adalah

perencanaan mutu dalam jangka waktu tertentu yang dilaksanakan secara komprehensif melalui tahapan analisis, penetapan rencana operasi dan monitoring dan evaluasi.


(23)

48

Analisis Perencanaan Mutu Sekolah dalam penelitian ini merupakan

penetapan visi, misi dan tujuan sekolah, analisa calon siswa, analisa SWOT dan faktor kunci kesuksesan, serta penyusunan rencana strategik sekolah.

Perencanaan Operasi Mutu Sekolah dalam penelitian ini merupakan proses

penetuan rencana operasional yang meliputi penetapan rencana operasional dan bisnis, penetapan kebijakan mutu dan rencana mutu serta biaya mutu.

Monitoring dan Evaluasi Mutu Sekolah dalam penelitian ini merupakan

proses monitoring dan evaluasi yang meliputi evaluasi harian, evaluasi jangka pendek dan evaluasi jangka panjang.

Perencanaan Strategik Mutu Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama Negeri dalam penelitian ini adalah proses penentuan kebijakan masa depan yang

dilaksanakan melalui rangkaian analisa perencanaan, penetapan rencana operasi dan monitoring dan evaluasi mutu yang dilaksanakan pada SMP Negeri di Kota Bandung khususnya SMPN 5 dan SMPN 29 Bandung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian. Instrumen penelitian akan menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian. Bagus tidaknya serta suskses dan tidaknya sebuah penelitian tergantung pada instrumen yang digunakan. Seperti halnya yang dikatakan oleh Sugiyono (2011:222) bahwa dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitru kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitataif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, sehingga peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”. Seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Penelitian kualitatatif tidak memiliki acuan instrumen yang baku, hal ini dikarenakan peneliti itu sendiri yang menjadi instrumen penelitian. Namun, sebagai instrumen, peneliti harus memiliki beberapa kelebihan yang menjadi modal awal sebagai instrumen penelitian. Modal awal tersebut menjadi kekuatan utama peneliti dalam melaksanakan penelitian. Seperti halnya yang dikatakan oleh Satori (2012:67) terdapat empat kekuatan utama peneliti sebagai instrumen. Satori menyatakan bahwa:


(24)

49

“Kekuatan peneliti sebagai instrumen penelitian meliputi empat hal yaitu (1) kekuatan akan pemahaman metodologi kualitatif dan wawasan bidang profesinya, (2) kekuatan dari sisi personality, (3) kekuatan dari sisi kemampuan hubungan sosial (human relation), dan (4) kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi”.

Melihat pada pendapat Satori di atas, penelitian kualitatif menempatkan peneliti dalam posisi yang cukup rumit. Selain sebagai pelaksana penelitian, dia juga menjadi instrumen yang menentukan baik tidaknya penelitian yang dia laksanakan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Moleong (2013:168) bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Berikut perangkat-perangkat penelitian yang digunakan peneliti dalam proses penelitian di lapangan :


(25)

50

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Penelitian

No Fokus Kajian Data yang diperlukan Teknik

Pengumpulan data Sumber Data

1 Bagaimana proses analisa perencanaan mutu yang dilaksanakan oleh sekolah?

1. Visi, misi dan tujuan - Visi sekolah - Misi Sekolah - Tujuan Sekolah 2. Riset calon siswa:

- Penetapan pelajar sekolah

- Analisa harapan dan keinginan pelajar sekolah - Intensitas pelaksanaan riset calon siswa

- Metode yang digunakan untuk mengetahui keinginan pelajar

3. Analisa SWOT:

- Proses sekolah melaksanakan analisa SWOT

- Apa kekuatan, kelemahan, peluang dan anacaman sekolah - Faktor-faktor apa saja yang penting dalam kesuksesan

sekolah

4. Rencana Strategik Sekolah

- Pengembangan program dan layanan dalam Renstra - Keterukuran Program dan kegiatan yang direncanakan - Spesifikasi program dan kegiatan

o Wawancara o Studi dokumentasi o Observasi

o Kepala Sekolah, o Wakasek, o Guru o Siwa

2 Bagaimana proses

perencanaan operasi, kebijkan mutu dan biaya mutu yang dilaksanakan

1. Perencanaan operasi dan bisnis

- Dasar penyusunan rencana operasionla (RKAS) - Proses penyusunan rencana operasional (RKAS) - Pengaruh rencana operasional terhadap peningkatan

o Wawancara o Studi dokumentasi o Observasi

o Kepala Sekolah, o Wakasek, o Guru o Siswa


(26)

51

No Fokus Kajian Data yang diperlukan Teknik

Pengumpulan data Sumber Data

oleh sekolah? reputasi dan profil sekolah 2. Kebijakan Mutu:

- Statement mutu sekolah

- Upaya mempertahankan kebijakan mutu 3. Biaya Mutu:

- Biaya pencegahan - Biaya kegagalan

3 Bagaimana proses

monitoring dan evaluasi mutu yang dilaksanakan oleh sekolah?

1. Evaluasi harian

- Evaluasi kemajuan pelajar - Evaluasi kinerja mengajar 2. Evalusai jangka pendek:

- Penggunaan data statistik dan profil pelajar - Proses perbaikan berdasarkan temuan lapangan 3. Evalusai jangka panjang:

- Evalasi rencana strategik sekolah - Umpan balik dari siswa dan orang tua - Kuesioner evaluasi

o Wawancara o Studi dokumentasi o Observasi

o Kepala Sekolah, o Wakasek, o Guru o Siswa


(27)

52

Tabel 3.2

Komponen-Komponen Penelitian

No Fokus

Penelitian Deskripsi

Indikator (hal-hal yang diteliti)

Bentuk pengumpulan

data

Sumber data Kode

1.

Bagaimana proses analisa perencanaan mutu yang dilaksanakan oleh sekolah?

1. Visi, misi dan tujuan

a. Visi sekolah b. Misi Sekolah c. Tujuan Sekolah

oWawancara oDokumentsai

1.Kepala Sekolah 2.Wakasek

Kurikulum 3.Wakasek Sarana

dan Prasarana 4.Guru

PSM-1-AN-1a.W1-4 PSM-1-AN-1b.W1-4 PSM-1-AN-1c.W1-4

2. Riset calon siswa d. Penetapan pelajar sekolah e. Analisa harapan dan keinginan

pelajar sebagai pelanggan sekolah f. Intensitas pelaksanaan riset calon

siswa

g. Metode yang digunakan untuk mengetahui keinginan pelajar

oWawancara oDokumentasi

1. Kepala Sekolah 2. Wakasek

Kurikulum 3. Wakasek Sarana

dan Prasarana 4. Siswa PSM-1-AN-2d.W1-4 PSM-1-AN-2e.W1-4 PSM-1-AN-2e.D1 PSM-1-AN-2f.W1-4 PSM-1-AN-2g.W1-4

3. Analisa SWOT h. Proses sekolah melaksanakan analisa SWOT

i. Apa kekuatan, kelemahan, peluang dan anacaman sekolah j. Faktor-faktor apa saja yang

penting dalam kesuksesan sekolah

oWawancara oDokumentasi oObservasi

1. Kepala Sekolah 2. Wakasek

Kurikulum 3. Wakasek Sarana

dan Prasarana 4. Guru PSM-1-AN-3h.W1-4 PSM-1-AN-3i.W1-4 PSM-1-AN-3h.D1 PSM-1-AN-3j.W1-4

4. Rencana Strategik Sekolah

k. Pengembangan program dan layanan dalam Renstra

oWawancara oDokumentasi

1. Kepala Sekolah 2. Wakasek

PSM-1-AN-4k.W1-4 PSM-1-PR-4l.D1


(28)

53

No Fokus

Penelitian Deskripsi

Indikator (hal-hal yang diteliti)

Bentuk pengumpulan

data

Sumber data Kode

l. Keterukuran Program dan kegiatan yang direncanakan m. Spesifikasi program dan kegiatan

Kurikulum 3. Wakasek Sarana

dan Prasarana PSM-1-AN-4m.D1 2. Bagaimana proses perencanaan operasi, kebijkan mutu dan biaya mutu yang dilaksanakan oleh sekolah?

1. Perencanaan operasi dan bisnis

n. Dasar penyusunan rencana operasionla (RKAS) o. Proses penyusunan rencana

operasional (RKAS)

p. Pengaruh rencana operasional terhadap peningkatan reputasi dan profil sekolah

oWawancara oObservasi oDokumentasi

1. Kepala Sekolah 2. Wakasek

Kurikulum 3. Wakasek Humas 4. Wakasek Sarana

dan Prasarana 5. Guru PSM-2-PO-1n.W1-5 PSM-2-PO-1o.W1-5 PSM-2-PO-1p.W1-5 PSM-2-PO-1p.O1-5

2. Kebijakan Mutu q. Statement mutu sekolah r. Upaya mempertahankan

kebijakan mutu

oWawancara oObservasi oDokumentasi

1. Kepala Sekolah 2. Wakasek

Kurikulum 3. Wakasek Sarana

dan Prasarana 4. Guru

PSM-2-PO-2q.W1-4 PSM-2-PO-2r.W1-4

3. Biaya Mutu s. Biaya pencegahan t. Biaya kegagalan

oWawancara oObservasi

1. Kepala Sekolah 2. Wakasek

Kurikulum 3. Wakasek Sarana

dan Prasarana 4. Guru

PSM-2-PO-3s.W1-4 PSM-2-PO-3t.W1-4


(29)

54

No Fokus

Penelitian Deskripsi

Indikator (hal-hal yang diteliti)

Bentuk pengumpulan

data

Sumber data Kode

proses monitoring dan evaluasi mutu yang dilaksanakan oleh sekolah?

v. Evaluasi kinerja mengajar oObservasi 2. Wakasek

Kurikulum 3. Wakasek Kesiswaan 4. Guru 5. Siswa PSM-3-ME-1v.W1-4

2. Evalusai jangka pendek

w. Penggunaan data statistik dan profil pelajar

x. Proses perbaikan berdasarkan temuan lapangan

oWawancara oObservasi

1. Kepala Sekolah 2. Wakasek Kurikulum 3. Wakasek Kesiswaan 4. Guru PSM-3-ME-2w.W1-4 PSM-3-ME-2x.W1-4

3. Evalusai jangka panjang

y. Evaluasi rencana strategik sekolah z. Umpan balik dari siwa dan orang

tua

aa. Kuesioner evaluasi

oWawancara oObservasi oDokumentasi

1. Kepala Sekolah 2. Wakasek Kurikulum 3. Wakasek Kesiswaan 4. Guru 5. Siswa PSM-3-ME-3y.W1-4 PSM-3-ME-3z.W1-5 PSM-3-ME-3aa.W1-4


(30)

55

Dari kisi-kisi yang telah disusun diatas, selanjutnya peneliti menguraikan dalam bentuk perangkat-perangkat penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, dan pedoman observasi sebagai berikut :

1. Pedoman Wawancara

a. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Tabel 3.3

Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Indikator Pedoman Wawancara

Visi sekolah 1. Apa yang menjadi visi sekolah saat ini? 2. Mengapa visi tersebut yang menjadi pilihan?

3. Bagaimana tanggapan warga sekolah terhadap visi sekolah?

Misi Sekolah 4. Misi apa saja yang disusun unutk mencapai visi? 5. Bagaimana upaya pelaksanaan misi tersebut?

6. Apakah semua warga sekolah mengetahui dan mengacu pada misi sekolah?

Tujuan Sekolah 7. Apa yang menjadi tujuan sekolah? 8. Mengapa menetapkan tujuan tersebut?

9. Bagaimana upaya sekolah mencapai tujuan tersebut? Penetapan pelajar sekolah 10.Siapa yang menjadi target pasar sekolah?

11.Bagaiamana kriteria calon pelajar sekolah? 12.Bagaimana upaya mendapatkan siswa?

13.Bagaimana tingkat persaingan dengan sekolah lain? Analisa harapan dan

keinginan pelajar

14.Apakah ada analisa sendiri terhadap keinginan pelajar? 15.Apakah ada analisa harapan orang tua terhadap sekolah? 16.Bagaimana proses analisa tersebut dilaksanakan?

17.Apakah sekolah menawarkan produk layanan atau hanya mensosialisasikan saja?

Intensitas pelaksanaan riset calon siswa

18.Kapan riset siswa dilaksanakan?

19.Seberapa sering sekolah melaksanakan riset calon siswa? Metode yang digunakan 20.Metode apa yang digunakan untuk menganalisa


(31)

56

untuk mengetahui keinginan pelajar

keinginan siswa?

21.Bagaimana pelaksanaan metode tersebut di lapangan? Proses sekolah

melaksanakan analisa SWOT

22.Bagaimana sekolah melaksanakan analisa SWOT? 23.Kapan analisa SWOT dilaksanakan?

24.Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan analisa SWOT?

Apa kekuatan, kelemahan, peluang dan anacaman sekolah

25.Apa yang menjadi kekuatan sekolah? 26.Apa yang menjadi kelemahan sekolah? 27.Apa yang menajdi peluang sekolah? 28.Apa yang menjadi ancaman sekolah?

29.Bagaimana menyikapi SWOT dan strategi apa yang dikembangkan dari analisa SWOT?

Faktor-faktor yang penting dalam kesuksesan sekolah

30.Faktor internal apa saja yang paling mendukung kesuksesan sekolah selama ini?

31.Faktor eksetrnal apa saja yang paling mendukung kesuksesan sekolah selama ini?

Pengembangan program dan layanan dalam Renstra

32.Bagaiamana proses penyusunan RKS?

33.Progam dan kegiatan apa saja yang dikembangkan dalam RKS?

34.Berapa persen target pasar yang sesuai dengan perencanaan sekolah?

Keterukuran Program dan kegiatan yang direncanakan

35.Bagaimana dengan tingkat keterukuran rencana program dan layanan?

Spesifikasi program dan kegiatan

36.Apakah program dan layanan disusun secara spesifik?

Dasar penyusunan rencana operasional (RKAS)

37.Apa yang menjadi dasar dalam penyusunan RKAS? 38.Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan RKAS? 39.Apakah ada definisi yang jelas terhadap kebutuhan

siswa?


(32)

57

Proses penyusunan rencana operasional (RKAS)

41.Bagaimana proses penyusunan RKAS tersebut?

Pengaruh rencana operasional terhadap peningkatan reputasi dan profil sekolah

42.Apakah ada pengaruh dari RKAS yang sudah disusun dengan kemajuan atau prestasi sekolah?

43.Bagaimana tingkat reputasi sekolah dan juga profil mutu sekolah jika dilihat dari ketercapaian RKAS?

44.Adakah mekanisme pengawasan yang cukup untuk mengukur kesuksesan rencana operasional?

Statement mutu sekolah 45.Apakah sekolah memiliki kebijakan mutu dalam bentuk statement khusus?

46.Apa yang menjadi landasan kebijakan mutu sekolah? Upaya mempertahankan

kebijakan mutu

47.Bagaiman cara mempertahankan kebijakan tersebut? 48.Upaya apa yang dilaksanakan untuk tetap menjaga

kebijakan mutu terselenggara dengan baik?

Biaya pencegahan 49.Apakah ada biaya khusus untuk mempersiapkan pengembangan mutu atau penyusunan sistem mutu? 50.Apakah ada insentif untuk tim atau para koordinator

mutu?

51.Bagaimana biaya pelatihan dan biaya tim kerja? Biaya kegagalan 52.Apakah ada ketidakpuasan siswa terhadap sekolah?

53.Keluhan apa saja yang selama ini berhasil diidentifikasi oleh sekolah?

54.Apakah sekolah mengalami penurunan jumlah pendaftar?

55.Apakah selama ini ada pelajar yang gagal mencapai target pembelajaran?

Evaluasi kemajuan pelajar 56.Kapan evaluasi kemajuan pelajar dilaksanakan?

57.Apakah ada upaya prventif dan segera dalam mengatasi temuan negatif dari pelajar?


(33)

58

dilaksanakan?

59.Apa upaya umpan balik dari pelaksanaan evaluasi mengajar tersebut?

Penggunaan data statistik dan profil pelajar

60.Apakah terdapat data statistik kemajuan pelajar?

61.Bagaiamana sekolah menyikapi data tersebut, apakah dijadikan patokan dalam penyusunan rencana umpan balik?

Proses perbaikan berdasarkan temuan lapangan

62.Temuan apa saja yang sering ditemukan dalam evaluasi jangka pendek?

63.Bagaimana proses perbaikan yang dilaksanakan oleh sekolah?

Evaluasi rencana strategik sekolah

64.Bagaimana proses evaluasi renstra dilaksanakan?

65.Apakah sekolah pernah merevisi renstra yang sudah disusun?

Kuesioner evaluasi 66.Apakah sekolah menggunakan kuesioner khusus untuk evaluasi jangka panjang?

67.Bagaimana umpan balik yang dilaksanakan berdasarkan hasil kuesioner tersebut?

b. Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah

Indikator Pedoman Wawancara

Visi sekolah 1. Apa yang menjadi visi sekolah saat ini? 2. Mengapa visi tersebut yang menjadi pilihan?

3. Bagaimana tanggapan warga sekolah terhadap visi sekolah?

Misi Sekolah 4. Misi apa saja yang disusun unutk mencapai visi? 5. Bagaimana upaya pelaksanaan misi tersebut?


(34)

59

pada misi sekolah?

Tujuan Sekolah 7. Apa yang menjadi tujuan sekolah? 8. Mengapa menetapkan tujuan tersebut?

9. Bagaimana upaya sekolah mencapai tujuan tersebut?

Penetapan

pelajar/pelanggan sekolah

10.Siapa yang menjadi target pasar sekolah? 11.Bagaiamana kriteria pelanggan sekolah?

12.Bagaimana upaya mendapatkan pasar/pelanggan sekolah?

13.Bagaimana tingkat persaingan dengan sekolah lain?

Analisa harapan dan keinginan

pelajar/pelanggan sekolah

14.Apakah ada analisa sendiri terhadap keinginan pelajar? 15.Apakah ada analisa harapan orang tua terhadap sekolah? 16.Bagaimana proses analisa tersebut dilaksanakan?

17.Apakah sekolah menawarkan produk layanan atau hanya mensosialisasikan saja?

Intensitas pelaksanaan riset pelanggan

18.Kapan riset pelanggan dilaksanakan?

19.Seberapa sering sekolah melaksanakan riset pasar?

Metode yang digunakan untuk mengetahui keinginan

pelajar/pelanggan

20.Metode apa yang digunakan untuk menganalisa keinginan pelanggan?

21.Bagaimana pelaksanaan metode tersebut di lapangan?

Proses sekolah melaksanakan analisa SWOT

22.Bagaimana sekolah melaksanakan analisa SWOT? 23.Kapan analisa SWOT dilaksanakan?

24.Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan analisa SWOT?

Apa kekuatan, kelemahan, peluang dan anacaman sekolah

25.Apa yang menjadi kekuatan sekolah? 26.Apa yang menjadi kelemahan sekolah? 27.Apa yang menajdi peluang sekolah?


(35)

60

28.Apa yang menjadi ancaman sekolah?

29.Bagaimana menyikapi SWOT dan strategi apa yang dikembangkan dari analisa SWOT?

Faktor-faktor yang penting dalam kesuksesan sekolah

30.Faktor internal apa saja yang paling mendukung kesuksesan sekolah selama ini?

31.Faktor eksetrnal apa saja yang paling mendukung kesuksesan sekolah selama ini?

Pengembangan program dan layanan dalam Renstra

32.Bagaiamana proses penyusunan RKS?

33.Progam dan kegiatan apa saja yang dikembangkan dalam RKS?

34.Berapa persen target pasar yang sesuai dengan perencanaan sekolah?

Keterukuran Program dan kegiatan yang

direncanakan

35.Bagaimana dengan tingkat keterukuran rencana program dan layanan?

Spesifikasi program dan kegiatan

36.Apakah program dan layanan disusun secara spesifik?

Dasar penyusunan rencana operasional (RKAS)

37.Apa yang menjadi dasar dalam penyusunan RKAS? 38.Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan RKAS?

39.Apakah ada definisi yang jelas terhadap kebutuhan pelanggan?

40.Apakah ada kesenjangan antara penyedia dan keperluan? Proses penyusunan

rencana operasional (RKAS)

41.Bagaimana proses penyusunan RKAS tersebut?

Pengaruh rencana operasional terhadap peningkatan reputasi dan profil sekolah

42.Apakah ada pengaruh dari RKAS yang sudah disusun dengan kemajuan atau prestasi sekolah?

43.Bagaimana tingkat reputasi sekolah dan juga profil mutu sekolah jika dilihat dari ketercapaian RKAS?


(36)

61

44.Adakah mekanisme pengawasan yang cukup untuk mengukur kesuksesan rencana operasional?

Statement mutu sekolah 45.Apakah sekolah memiliki kebijakan mutu dalam bentuk statement khusus?

46.Apa yang menjadi landasan kebijakan mutu sekolah? Upaya mempertahankan

kebijakan mutu

47.Bagaiman cara mempertahankan kebijakan tersebut? 48.Upaya apa yang dilaksanakan untuk tetap menjaga

kebijakan mutu terselenggara dengan baik?

Biaya pencegahan 49.Apakah ada biaya khusus untuk mempersiapkan pengembangan mutu atau penyusunan sistem mutu? 50.Apakah ada insentif untuk tim atau para koordinator

mutu?

51.Bagaimana biaya pelatihan dan biaya tim kerja?

Biaya kegagalan 52.Apakah ada ketidakpuasan pelanggan terhadap sekolah? 53.Keluhan apa saja yang selama ini berhasil diidentifikasi

oleh sekolah?

54.Apakah sekolah mengalami penurunan jumlah pendaftar? 55.Apakah selama ini ada pelajar yang gagal mencapai

target pembelajaran?

Evaluasi kemajuan pelajar 56.Kapan evaluasi kemajuan pelajar dilaksanakan?

57.Apakah ada upaya prventif dan segera dalam mengatasi temuan negatif dari pelajar?

Evaluasi kinerja mengajar 58.Bagaimana bentuk evaluasi kinerja mengajar yang dilaksanakan?

59.Apa upaya umpan balik dari pelaksanaan evaluasi mengajar tersebut?

Penggunaan data statistik dan profil pelajar

60.Apakah terdapat data statistik kemajuan pelajar?

61.Bagaiamana sekolah menyikapi data tersebut, apakah dijadikan patokan dalam penyusunan rencana umpan balik?


(37)

62

Proses perbaikan berdasarkan temuan lapangan

62.Temuan apa saja yang sering ditemukan dalam evaluasi jangka pendek?

63.Bagaimana proses perbaikan yang dilaksanakan oleh sekolah?

Evaluasi rencana strategik sekolah

64.Bagaimana proses evaluasi renstra dilaksanakan?

65.Apakah sekolah pernah merevisi renstra yang sudah disusun?

Umpan balik dari pelanggan

Kuesioner evaluasi

66.Apakah sekolah menggunakan kuesioner khusus untuk evaluasi jangka panjang?

67.Bagaimana umpan balik yang dilaksanakan berdasarkan hasil kuesioner tersebut?

c. Pedoman Wawancara Guru

Tabel 3.5

Pedoman Wawancara Guru

Indikator Pedoman Wawancara

Visi sekolah 1. Apa yang menjadi visi sekolah saat ini? 2. Mengapa visi tersebut yang menjadi pilihan?

3. Bagaimana tanggapan warga sekolah terhadap visi sekolah?

Misi Sekolah 4. Misi apa saja yang disusun unutk mencapai visi? 5. Bagaimana upaya pelaksanaan misi tersebut?

6. Apakah semua warga sekolah mengetahui dan mengacu pada misi sekolah?

Tujuan Sekolah 7. Apa yang menjadi tujuan sekolah? 8. Mengapa menetapkan tujuan tersebut?

9. Bagaimana upaya sekolah mencapai tujuan tersebut?

Proses sekolah melaksanakan analisa SWOT

10.Bagaimana sekolah melaksanakan analisa SWOT? 11.Kapan analisa SWOT dilaksanakan?


(38)

63

analisa SWOT?

Apa kekuatan, kelemahan, peluang dan anacaman sekolah

13.Apa yang menjadi kekuatan sekolah? 14.Apa yang menjadi kelemahan sekolah? 15.Apa yang menajdi peluang sekolah? 16.Apa yang menjadi ancaman sekolah?

17.Bagaimana menyikapi SWOT dan strategi apa yang dikembangkan dari analisa SWOT?

Faktor-faktor yang penting dalam kesuksesan sekolah

18.Faktor internal apa saja yang paling mendukung kesuksesan sekolah selama ini?

19.Faktor eksetrnal apa saja yang paling mendukung kesuksesan sekolah selama ini?

Dasar penyusunan rencana operasional (RKAS)

20.Apa yang menjadi dasar dalam penyusunan RKAS? 21.Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan RKAS?

22.Apakah ada definisi yang jelas terhadap kebutuhan pelanggan?

23.Apakah ada kesenjangan antara penyedia dan keperluan? Proses penyusunan

rencana operasional (RKAS)

24.Bagaimana proses penyusunan RKAS tersebut?

Pengaruh rencana operasional terhadap peningkatan reputasi dan profil sekolah

25.Apakah ada pengaruh dari RKAS yang sudah disusun dengan kemajuan atau prestasi sekolah?

26.Bagaimana tingkat reputasi sekolah dan juga profil mutu sekolah jika dilihat dari ketercapaian RKAS?

27.Adakah mekanisme pengawasan yang cukup untuk mengukur kesuksesan rencana operasional?

Statement mutu sekolah 28.Apakah sekolah memiliki kebijakan mutu dalam bentuk statement khusus?

29.Apa yang menjadi landasan kebijakan mutu sekolah? Upaya mempertahankan 30.Bagaiman cara mempertahankan kebijakan tersebut?


(39)

64

kebijakan mutu 31.Upaya apa yang dilaksanakan untuk tetap menjaga kebijakan mutu terselenggara dengan baik?

Biaya pencegahan 32.Apakah ada biaya khusus untuk mempersiapkan pengembangan mutu atau penyusunan sistem mutu? 33.Apakah ada insentif untuk tim atau para koordinator

mutu?

34.Bagaimana biaya pelatihan dan biaya tim kerja?

Biaya kegagalan 35.Apakah ada ketidakpuasan pelanggan terhadap sekolah? 36.Keluhan apa saja yang selama ini berhasil diidentifikasi

oleh sekolah?

37.Apakah sekolah mengalami penurunan jumlah pendaftar? 38.Apakah selama ini ada pelajar yang gagal mencapai

target pembelajaran?

Evaluasi kemajuan pelajar 39.Kapan evaluasi kemajuan pelajar dilaksanakan?

40.Apakah ada upaya prventif dan segera dalam mengatasi temuan negatif dari pelajar?

Evaluasi kinerja mengajar 41.Bagaimana bentuk evaluasi kinerja mengajar yang dilaksanakan?

42.Apa upaya umpan balik dari pelaksanaan evaluasi mengajar tersebut?

Penggunaan data statistik dan profil pelajar

43.Apakah terdapat data statistik kemajuan pelajar?

44.Bagaiamana sekolah menyikapi data tersebut, apakah dijadikan patokan dalam penyusunan rencana umpan balik?

Proses perbaikan berdasarkan temuan lapangan

45.Temuan apa saja yang sering ditemukan dalam evaluasi jangka pendek?

46.Bagaimana proses perbaikan yang dilaksanakan oleh sekolah?

Evaluasi rencana strategik sekolah

47.Bagaimana proses evaluasi renstra dilaksanakan?


(40)

65

disusun? Umpan balik dari

pelanggan

Kuesioner evaluasi

49.Apakah sekolah menggunakan kuesioner khusus untuk evaluasi jangka panjang?

50.Bagaimana umpan balik yang dilaksanakan berdasarkan hasil kuesioner tersebut?

d. Pedoman Wawancara Siswa

Tabel 3.6

Pedoman Wawancara Siswa

Indikator Pedoman Wawancara

Penetapan

pelajar/pelanggan sekolah

1. Apa alasan kamu memilih sekolah disini? 2. Bagaimana proses kmau bisa sekolah disini?

3. Apakah sekolah menetapkan kriteria khusus untuk calon pendaftar siswa?

4. Apakah asal sekolah kalian berpengaruh?

Analisa harapan dan keinginan

pelajar/pelanggan sekolah

5. Apakah sekolah pernah menyebarkan angket harapan dan keinginan siswa?

6. Apa harapan dan keinginan kamu bersekolah di sekolah ini?

7. Apakah harapan tersebut sudah terpenuhi oleh sekolah?

Evaluasi kemajuan pelajar 1. Apakah sekolah selalu mengevalusi kemajuan belajar kamu?

2. Bagaimana umpan balik dari hasil evaluasi tersebut? 3. Bagaimana prosedur keluhan kalian disampaikan kepadas

sekolah?

Kuesioner evaluasi 4. Apakah sekolah menggunakan kuesioner khusus untuk evaluasi kepuasan?


(41)

66

2. Pedoman Studi Dokumentasi

Tabel 3.7

Pedoman Studi Dokumentasi

No. Indikator Dokumen yang diperlukan Sumber

1

Penyusunan perencanaan startegis dalam bentuk RKS

Dokumen Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS)

Kepala Sekolah, Wakasek Kurikulum

2

Analisis SWOT sekolah

Hasil analisis SWOT sekolah dan tindak lanjut program

Kepala sekolah

4

Penyusunan

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS

Dokumen RKAS Kepala sekolah, bendahara sekolah

5

Keterukuran

program dan kegiatan

RKS dan Workplan atau rencana kerja berdasarkan waktu dan target

Kepala sekolah

6

Spesifikasi

program dan kegiatan

Perencanaan program Kepala sekolah

3. Pedoman Observasi

Tabel 3.8 Pedoman Observasi

No. Indikator Bahan Observasi

1

Visi, misi dan tujuan Statement mutu sekolah

Sosialisasi Visi, Misi, Tujuan dalam bentuk pemasangan papan visi, misi di ruang terbuka sekolah

2

Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sekolah

Dampak dari kekuatan , kelemahan, peluang dan tantangan sekolah,


(42)

67

sekoilah pembelajaran di sekolah

4

Pengaruh rencana operasional terhadap peningkatan reputasi dan profil sekolah

Jumlah dan harapan siswa terhadap sekolah

5 Statement mutu sekolah Papan informasi yang memuat tentang statmen mutu

6 Penggunaan data statistik dan profil pelajar

Data statistik kemajuan sisa

F. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai upaya untuk mencapai tujuan penelitian, diperlukan juga instrumen penelitian. Dalam penelitian kaulitataif, peneliti bertindak sekaligus sebagai instrumen (Satori, 2012:67). Sedangkan hubungan antara instrumen dengan teknik pengumpulan data digambarakan oleh Satori (2012:77) sebagai berikut:

Gambar 3.2

Hubungan Instrumen (Peneliti) dan Pengumpulan Data (Adopsi dari Djam’an Satori, 2012:77)

Instrumen

Penelitian Data

Metode pengumpulan data 1. Pengamatan

2. Indepth Interview


(43)

68

Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang paling utama dalam sebuah penelitian, hal ini karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah untuk memperoleh data. Ketepatan pemilihan teknik pengumpulan data akan berpengaruh pada data yang dihasilkan. Beberapa macam teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011 : 225) yaitu:

Gambar 3.3

Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

Jika dilihat dari pola hubungan antara peneliti sebagai instrumen dan juga data ada tiga teknik pengumpulan data yang diperlukan, yaitu wawancara, observasi, studi dokumentasi dan triangulasi.

1. Wawancara

Penelitian kualitatif menuntut keterampilan peneliti dalam meneliti kondisi yang sedang berlangsung. Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Sugiyono (2011:231) menyatakan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Berikut pengertian pengertian wawancara menurut beberapa ahli yang dikutip dari Satori (2012:129)

1. Berg (2007:89) membatasi wawancara sebagai suatu percakapan dengan suatu tujuan, khususnya tujuan untuk mengumpulkan informasi.

2. Sudjana (2000:234) wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antar pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).

Macam-macam teknik

pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Triangulasi/ Gabungan


(44)

69

3. Esterberg (2002), interviewa meeting of two persons to exchange

information and idea through question andresponses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic.

Oleh karena itu, Satori (2012:130) mendefinisikan wawancara sebagai suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab.

Secara garis besar, Sugiyono (2011:233) membagi wawancara dalam tiga jenis, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara tak berstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Sehingga dalam melaksanakan wawancara peneliti telah membawa dan menyiapkan instrumen wawancara. Setiap informan diwawancara dengan pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya. Wawancara semi terstruktur sudah termasuk in-dept interview yang dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menggali ide, gagasan dan pendapat dari informan, sehingga peneliti harus mencatat dan mendengarkan dengan teliti. Sedangkan wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan tanpa menggunakan pedoman yang sudah dipersiapkan sebelumnya secara sistematis. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Kerlinger (Hasan, 2000) menyebutkan tiga hal yang menjadi kekuatan metode wawancara:

1. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.

2. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu. 3. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak

dapat dilakukan.


(45)

70

Selain dari metode wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode observasi. Nasution (1998) dalam Sugiyono (2011:226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Menurut Satori (2012:105) terdapat banyak definisi terkait dengan observasi, namun terdapat satu kesamaan pemahaman bahwa observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung adalah terjun ke lapangan terlibat seluruh panca indra, sedangkan secara tidak langsung adalah pengamatan yang dibantu melalui media visual/audiovisual misalnya teleskop, handycam dan lain-lain. Sehingga Satori menyimpulkan bahwa observasi adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian.

Menurut Moleong (2013:174) setidaknya ada lima alasan mengapa penelitian kualitatif menggunakan teknik pengamatan, kelima alasan tersebut adalah pertama, teknik pengamtan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahun yang langsung diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau bias. Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Selain dari alasan pemilihan teknik pengamatan, Moleong (2013:184) juga mengemukakan kelemahan penggunaan teknik observasi atau pengamatan, diantaranya pertama, pengamat terbatas dalam mengamati karena kedudukannya dalam kelompok, hubungannya dengan anggota, dan yang semacamnya. Kedua, pengamatan yang berperanserta sering sukar memisahkan diri walaupun hanya sesaat untuk membuat catatan hasil pengamatannya. Sehingga kelemahan ini


(46)

71

harus benar-benar diwaspadai oleh peneliti dalam melaksanakan pengamatan atau observasi selama penelitian.

Sanafiah Faisal, 1990 (Sugiyono, 2011: 226) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak terstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley, 1988 (Sugiyono, 2011: 226) membagi observasi berpastisipasi menjadi empat, yaitu : passive participation, moderate participation, active participation, dan

complete participation. Sehingga, Sugiyono (2011: 226) menggambarkan

macam-macam obesrvasi dalam gambar berikut:

Gambar 3.4

Macam-macam Teknik Observasi (Sugiyono, 2011:226)

1) Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.

Susan Stainback, 1988 (Sugiyono, 2011 : 227) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities” dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati

Macam-macam observasi

Observasi Partisipatif Observasi terus terang dan tersamar

Observasi tak terstruktur

Observasi yang pasif Observasi yang moderat Observasi yang aktif Observasi yang lengkap


(1)

pilihan kedua tanpa harus menjadi pilihan terakhir calon siswa, sehingga hal ini meningkatkan nilai rata-rata indeks siswa yang masuk ke sekolah.

Kebijakan Mutu Kebijakan mutu berupa statemen mutu belum ditemukan di kedua sekolah. Meskipun SMPN 5 Bandung pernah mendapatkan sertifikat ISO namun kebijakan mutu tersebut tidak ditemukan di sekolah, sekolah masih beranggapan normatif terhadap kebijakan mutu dan berpegang pada komitmen dan integritas dari warga sekolah. SMPN 29 pun sama, kebijakan mutu berupa statemen tidak ditemukan di sekolah, sekolah hanya mengembalikan persepsi warga sekolah pada visi dan misi yang sudah ditentukan bersama.

Biaya Mutu. Biaya Mutu di masing-masing sekolah berbeda sesuai dengan program dan kegiatan yang dilaksankan oleh sekolah msing-masing. Namun dari kedua sekolah ini biaya yang paling besar masih dalam biaya sarana dan prasarana sekolah. Namun, di SMPN 5 Bandung berdasarkan analisis RKAS biaya pengembangan SDM untuk peningkatan mutu SDM baik guru maupun TU lebih besar jika dibandinghkan dengan SMPN 29, hal ini dikarenakna program dan kegiatan tersebet didanai bukan dari dana BOS melainkan dari dana komite sekolah yang bersumber dari orang tua dan dana Block Grant dari pemerintah. Sedangkan SMPN 29 hanya mengandalkna dana BOS dari pusat, provinsi dan kotas saja. Terkait dengan biaya kegagalan yang meliputi adanya keluhan dan masukan dari siswa dan orang tua, SMPN 5 Bandung lebih tinggi intensitasnya dari SMPN 29 Bandung, hal ini dikarenakan tingkat perhatian orang tua di SMPN 5 Bandung lebih tinggi dibanding dengan perhatian orang tua di SMPN 29, hal ini dinilai posititf oleh pihak SMPN 5 Bandung karena dengan adanya kritik dan masukan dari orang tua, sekolah bisa segera melaksanakan perbaikan dengan segera.

3. Program monitoring dan evaluasi di kedua sekolah dilaksanakan sesuai dengan konsep, namun pelaksanaannya sedikit berbeda diantara kedua sekolah. Evaluasi harian. Evaluasi harian yang dilaksanakan di kedua sekolah tidak mengalami banyak perbedaan. Evaluasi harian kebih ditekankan pada peran guru unutk memonitor perkembangan siswa dalam belajar, tes harian,


(2)

165

ujian tengah semester menjadi cara yang diupayakan oleh kedua ssekolah. Sedikit Perbedaan adalah peran guru BK di SMPN 5 Bandung sudah ada jadwal ke kelas, sehingga monitoring perkembangan siswa bisa lebih cepat, sedangkan di SMPN 29, guru BK belum bisa masuk ke kelas dikarenakan tidak tersedianya alokasi waktu untuk BK, sehingga monitoring perkembangan anak lebih ditekankan pada guru dan wali kelas saja.

Evaluasi jangka pendek di SMPN 5 Bandung sudah menggunakan data grafik perkembangan siswa. Data tersebut disusun dan dipampang di ruang kurikulum, sehingga ketika ada perubahan yang drastis atau permasalahan dari hasil layanan seperti nilai UN menurun, nila capaian KKM menurun bisa segera diketahui dan diambil tindakan segera. Sedangkan di SMPN 29 data tersebut memang ada, namun tidak dipampang di ruang wakasek, hanya sebatas laporan dalam profil sekolah saja, sehingga tindakannya pun berbeda dengan SMPN 5 Bandung.

Evaluasi Jangka panjang dilaksanakan di SMPN 5 Banudng setiap akhir tahun pelajaran, review program dan kegiatan diseusuaikan dengan kondisi serta daya dukung sekolah yang dimiliki. Sehingga untuk tahun ajaran 2013/2014 SMPN 5 Bandung mengalami perubahan visi, misi dan tujuan dan sampai dengan penulisan laporan penelitian ini, SMPN 5 Bandung masih dalam tahap penysunan visi dan misi yang baru. Perubahan visi dan misi tersebut tentu akan membawa dampak pada perubahan rencana strategik sekolah. Hal ini dilaksanakan berdasarkan analisa pihak sekolah saja. Sedangkan di SMPN 29 Bandung, sampai saat ini belum ada perubahan visi dan misi, namun rencana straegis sudah mulai disusun kembali dikarenakan Renstra yang sekarang sudah habis masa berlakunya yaitu RKS 2008-2012. Sejumlah evaluasi sudah mulai dikembangkan oleh SMPN 29 Bandung, namun sampai laporan ini disusun, SMPN 29 belum memiliki RKS baru untuk tahun 2013-2017.

Upaya evaluasi jangka panjang di SMPN 5 Bandung pernah ditempuh melalui penyebaran angket ke siswa sebagai pelanggan, namun berdasarkan hasil wawancara untuk tahun ajaran 2013/2014 angket tersebut belum pernah


(3)

dilaksankan lagi. Sedangkan di SMPN 29 metode kuesioner belum pernah dilaksanakan oleh sekolah, evaluasi hanya dilaksanakan setelah kegiatan selesai diselenggarakan saja.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengajukan beberapa saran terkait hasil penelitian yang telah dilaksanakan, saran tersebut diharapkan dapat menjadi masukan, khususnya bagi Sekolah yang dijadikan tempat penelitian (SMPN 5 Bandung dan SMPN 29 Bandung), peneliti selanjutnya, serta pihak lain yang berkepentingan untuk dapat ditindaklanjuti.

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah

a. Pelaksanaan perencanaan strategik mutu sekolah dapat berjalan dengan kerja sama semua stake holder sekolah baik kepala sekolah, wakasek, guru, tenaga adminstrasi, orang tua, komite dan yang lainnya. Sehingga daya dukung dari semua stake holder harus terus diupayakan agar kepedulian semua elemen terhadap peningkatan mutu sekolah dapat mendorong juga kemajuan bagi sekolah yang bersangkutan.

b. Partisipasi orang tua yang sudah terlaksana di SMPN 5 Bandung, mesti dipertahankan dan lebih ditingkatkan bukan hanya pada partisipasi keuangan saja, namun juga partisipasi aktif pemikiran dan juga sumbangsih pemanatauan sekolah agar tujuan pendidikan baik secara instittusional maupun secara nasional mampu terwujud dengan baik.

c. Perencanaan dengan basis partisipasi semua elemen organisasi harus lebih ditingkatkan dan didalami bentuk dan metode yang mampu diterapkan di sekolah. Sehingga seluruh proses manajemen mutu sekolah bukan hanya dimiliki oleh pimpinan saja, namun juga menjadi upaya semua pihak yang peduli dan mau mewujudkan kemajuan untuk sekolah.

d. Peningkatan pemahaman terhadap manajemen mutu pada umumnya dan perencanaan strategik khususnya harus terus ditingkatkan melalui keikutsertaan dalam pelatihan, seminar atau workhsop baik diselenggarakan oleh sekolah ataupun di luar sekolah.


(4)

167

2. Bagi Dinas Pendidikan

a. Sebagaimana hasil penelitian dalam penelitian ini, bahwa upaya perencanaan stratageis mutu sekolah yang dilaksanakan di satuan pendidikan masih menghadapi kendala dalam teknis pelaksanaan, terutaman kendala dalam pendanaan. Hal ini dikarenakan anggapan masyarakat terhadap sekolah gratis, sehingga masyarakat kurang peduli dan minim partisipasi.

b. Oleh karena itu, pemerintah daerah melalui dinas pendidikan bisa menyusun sebuah peraturan daerah terkait dengan partisipasi masyarakat khususnya dalam hal pendanaan pendidikan, hal apa saja yang bisa dibagikan untuk peningkatan partisipasi masyarakat, bagaimana pengelolaan keuangan yang bersumber dari masyarakat serta bagaimana bentuk pertanggungjawabannya. Sehingga sekolah tidak merasa hawatir untuk bisa mensosialisasikan program dan sharing pendanaan dengan masyarakat dan masyarakat pun tidak hawatir disangka gratifikasi ketika memberikan partisipasi dana ke sekolah.

c. Pembinaan dari dinas pendidikan untuk keterlaksanaan perencanaan strategik mutu sekolah sangat diperlukan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas SDM sekolah. Pembinaan bukan hanya sebatas pada seminar ataupun workshop, namun supervisi dari pengawas pendidikan harus lebih ditekankan pada pendampingan dan pembingbingan mulai dari analisis perencanaan strategik, sampai dengan monitoring dan evaluasi mutu sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad (Eds) (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung: PT IMTIMA.

Anonim. (2012, 27 November). Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia. KOMPAS [Online], halaman 5. Tersedia: http://edukasi.kompas.com

Arcaro S, Jerome. (2007). Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fattah, Nanang. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendiidkan. Bandung: Penerbit Rosda.

Gaspersz, Vincent. (2008). Total Quality Management. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Hasibuan, S.P Malayu. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Minarti, Sri (2011). Manajemen Sekolah, Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri. Yogyakarta:Arruz Media.

Moleong, Lexy J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Universitas Pendidikan Indonesia Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar

Pengelolaan Pendidikan

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Purnama, Nursya’bani. (2006). Manajemen Kualitas Perspektif Global.

Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UI

Rohiat. (2010). Manajemen Sekolah (Teori dasar dan praktik dilengkapi degan contoh rencana strategik dan operasional). Bandung: Refika Aditama. Rosidin, Asep (2012). Implementasi Penjaminan Mutu Pada Tingkat Satuan

Pendidikan. Skripsi Administrasi Pendidikan UPI Bandung: tidak diterbitkan


(6)

169

Sagala, Syaiful. (2010). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Sallis, Edward. (2011). Total Quality Management In Education, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Jogjakarta: IrCisod.

Satori, Djam’an. dan Komariah, Aan. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Syaodih Nana. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Suhardan, Dadang. (2010). Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2011). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (2003). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Umiarso dan Imam Gozali. (2010). Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Wibowo. (2007). Manajemen Perubahan. Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi

PT Raja Grafindo Persada.

Willborn, Walter. (1994). Global Management of Quality Assurance Sistems. Singapore: Mc Graw Hill.