KEDUDUKAN DAN PERANAN MAJELIS SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DENGAN SISTEM GANDA : Studi kasus pelaksanaan PSG di STM Penerbangan Negeri Bandung.

KEDODUKAlSf DAN PERANAN MAJELIS SEKOLAH
DALAM FEEIYEUElSfGQARAAlSf PROGRAM
PENDIDIKAN DENGA1SI S I STEM GANDA

(Studi kasus pelakaanaan PSG di STM Penerbangan Negeri Bandung)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

:

SRI PUTRIANTI T.
9132320

PROGRAM


STUDI

ADMINISTRASI

PENDIDIKAN

PROGRAM
PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1995

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PROF. DR. H. ACHMAD SANUSI, SH, MPA.
Pembimbing I

DR. H. TBs^ABIW-SYAMSUDDIN, MA
Pembimbing II

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN IIHU PENDIDIKAN
BANDUNG
1995

KEDUDUKAN DAN PERANAN MAJELIS SEKOLAH DALAM
PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DENGAN SISTEM GANDA

(Studi kasus pelaksanaan PSG di STM Penerbangan Negeri
Bandung)
ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan mene
ngah kejuruan maka salah satu pendekatan melalui program pendidik
an dan pelatihan dengan Sistem Ganda. Tetapi pada pelaksanaannya
di lapangan konsep tersebut tidak mudah untuk diterapkan, apabila
tidak ada usaha dari pihak sekolah untuk mendekati dunia usaha
atau dunia kerja. Sesuai dengan topik permasalahan, dalam hal ini
diperlukan inisiatif pihak SMK dan keterbukaan dari pihak industri
untuk dapat
bersama-sama menyelenggarakan program

Pendidikan
dengan Sistem Ganda (PSG) tersebut. Sistem Ganda yaitu suatu
bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di seko
lah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu
tingkat keahlian profesional tertentu. Untuk meningkatkan kualitas
dan relevansi tersebut memerlukan suatu unit organisasi yang dapat
berperan membina hubungan dari kedua belah pihak. Dengan metode
penelitian kualitatif, penulis menentukan studi kasus di STM
Penerbangan Negeri Bandung sehingga kedudukan dan peranan dari
unit organisasi tersebut, yang dinamakan Majelis Sekolah dapat dideskripsikan dan dianalisa dengan jelas dalam penyelenggaraan
program PSG. Dari hasil yang diperoleh di lapangan terdapat bebe
rapa kesenjangan, yaitu model keanggotaan Majelis Sekolah secara
institusional berbeda dengan keanggotaan Majelis Sekolah yang
terlaksana di lapangan, tugas dan tanggung jawabnya pun berbeda,
pemasyarakatan program PSG belum merata baik di kalangan guru,
murid, pihak industri, atau orang tua murid sehingga terkadang
terjadi salah pengertian, kemampuan anak yang melakukan PSG belum
memenuhi aspek produktif, pihak industri merasa khawatir jika
wakil dari industri menjadi ketua Majelis Sekolah, adapula kehilangan komunikasi antar sub sistem di dalam organisasi sekolah.
Pada akhirnya dapat diketahui Model Majelis Sekolah dari hubungan

kerjasama STM Penerbangan Negeri Bandung dengan PT IPTN lebih
mengacu pada model Majelis Sekolah yang berdasarkan Naskah Perjanjian Kerjasama antara Depdikbud-BPIS. Majelis Sekolah ini dapat
dilembagakan, maksudnya dalam mekanisme kerjanya telah memenuhi
kaidah suatu organisasi. Tetapi dalam kegiatan selama ini Majelis
Sekolah tidak memiliki program kerja yang jelas sehingga di dalam
pembagian tugas dan tanggungjawab belum dapat terinci bagi masingmasing personil. Setelah mereka melakukan evaluasi terhadap ke
giatan yang telah mereka lakukan selama ini maka dalam penyeleng

garaan program PSG

untuk

tahun ajaran 1995/1996,

memiliki program kerja itu.

IV

mereka


telah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

ABSTRAK

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

v

-


xi

DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I

xv

PENDAHULUAN

1


A. Latar Belakang Masalah

1

B. Masalah

14

C. Analisa Masalah

15

D. Tujuan Penelitian

18

E. Manfaat Penelitian

19


F. Paradigma Penelitian

20

BAB II

KEDUDUKAN DAN PERANAN MAJELIS SEKOLAH TERHADAP
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM PENYELENGGARAAN
PROGRAM PENDIDIKAN DENGAN SISTEM GANDA

. .

22

A. Pengertian Sekolah Menengah kejuruan (SMK)

22

B. Pengertian Majelis Sekolah (MS)


29

C. Kedudukan dan peranan Majelis Sekolah (MS)

terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

.

30

D. Rasional untuk bekerja dengan masyarakat

.

35

E. Penyelenggaraan Pendidikan dengan Sistem
Ganda

64


F. Kesimpulan hasil studi kepustakaan dan
studi terdahulu yang sesuai dengan masalah
xi

penelitian

86

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

90

A.

Metode Penelitian

90

B.


Instrumen Penelitian

93

C. Teknik Pengumpulan data

96

D. Tahap-tahap Penelitian

102

E.

Prosedur Analisis Data

104

F.

Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan

BAB IV

A.

Data

106

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

112

Latar belakang berdirinya STM Penerbangan

Negeri Bandung

113

B. Tujuan Pendidikan

114

C. Program Pendidikan

114

D. Unsur - unsur pembentuk Tim Majelis Seko
lah

BAB

121

E. Bentuk dan Mekanisme Hubungan Kerjasama . .

126

F. Tugas dan kewajiban Majelis Sekolah ....

128

G.

Pembahasan Data

130

V

KESIMPULAN,

IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

. . .

164

A. Kesimpulan

165

B.

Implikasi

186

C.

Rekomendasi

189

DAFTAR PUSTAKA

197

XII

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rate of Return terhadap Pendidikan di
Indonesia

6

Tabel 2.2 Fungsi dan Tahap "Advisory Committee"

...

39

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen sebagai Alat Bantu

bagi Peneliti

101

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka berpikir konseptual penelitian
Gambar 2.2 Bentuk dan mekanisme Majelis Sekolah
Gambar 3.2

.

...

Kemitraan MPK

21
52
56

Gambar 4.2 Struktur organisasi MPK

57

Gambar 5.2 Bentuk dan Mekanisme Hubungan Kerjasama
versi Depdikbud - BPIS

. .

63

Gambar 6.2 Sebuah konsepsi tentang Manajemen

69

Gambar 7.2 Proses Manajemen dan Kebutuhan Informasi .

72

Gambar 8.2 Isi Pendidikan dan Pelatihan

78

pada SMK . .

Gambar 9.2 Model-model Pelaksanaan PSG

79

Gambar 10.4 Bentuk dan Mekanisme Hubungan Kerja

sama dari Naskah Perjanjian Kerjasama
yang pertama antara Dikdasmen Depdikbud
-BPPT-PT

IPTN

127

Gambar 12.4 Model Pelaksanaan Pendidikan dengan

Sistem Ganda di STM Penerbangan Negeri
Bandung

141

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Instrumentasi Pertanyaan

201

Lampiran 2

Landasan Hukum Pelaksanaan Sistem
Ganda pada Pendidikan Menengah

Kejuruan
Lampiran 3

202

Hasil Risalah Pertemuan 29 November
1994

Lampiran 4

203

Naskah Perjanjian Kerjasama
Depdikbud - BPIS

Lampiran 5

204

Data Lulusan STM Penerbangan Negeri
Bandung

Lampiran 6

205

Naskah Perjanjian Kerjasama
Dikdasmen Depdikbud - BPPT - PT IPTN . 206

Lampiran 7

Program Kerja Persiapan Pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda

Lampiran 8

207

Laporan Hasil Evaluasi Kemajuan
STM Penerbangan Negeri Bandung dari
tahun 1987 s.d.

Lampiran 9

tahun 1993

Laporan Hasil Pelaksanaan

208

Program Pen

didikan dengan Sistem Ganda
209

Lampiran 10

Rancangan Majelis Sekolah STM Pener

bangan Negeri Bandung untuk tahun
1994

Lampiran 11

210

Jadwal Kegiatan Pendidikan dengan
Sistem Ganda

211

xv

Lampiran 12

Pola Sistem Ganda STM Penerbangan
Negeri Bandung

Lampiran 13

212

Contoh Sertifikat telah melaksanakan

Pendidikan dengan Sistem Ganda . . . .213
Lampiran 14

Surat-surat permohonan ijin penelitian 214

Lampiran 15

Riwayat Hidup

215

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Penulisan tesis ini dimulai

perwujudan
an dan

dunia kerja.

dipergunakan pada

mengalami

magang

Pada saat

putus

sekolah

maka

orang-orang

mereka

kerja. Sedangkan

antara sekolah dan

melakukan

di dalam hu

industri atau per-

para siswa yang mendapatkan pendidikan baik di
maupun

industri

program "Pendidikan

disebut

dengan

Sistem Ganda",

mulai banyak dikenal di lingkungan

pada kenyataannya
dalam

dipergunakan

lingkungan Depnaker bagi

bungan kerjasama

sekolah

itu masih

lazimnya istilah tersebut sering

di tempat-tempat

usahaan,

menyongsong

model "Dual System" antara lembaga pendidik

istilah "magang", yang

yang

pada saat

pelaksanaan

rintisan menuju

yang sekarang sudah
pendidikan, walaupun

program

PSG yang

melaksanakan

PSG

ini

masih

sebenarnya dalam tahun

ajaran 1995/1996 nanti.
Penulis tertarik untuk

nai

masalah ini,

bagaimanakah

agar

mendalami lebih jauh menge-

dapat

mengetahui dengan

proses berlangsungnya

hubungan

antara dunia pendidikan dengan dunia

khususnya

antara

sekolah

pasti

kerjasama

kerja umumnya, dan

pendidikan

kejuruan

dengan

tesis ini,

penu

industri yang bersangkutan.

Untuk lebih memperkuat penulisan

lis mencari beberapa

permasalahan di

teori yang

dapat mendukung

topik

dalam tesis ini, sehingga penulis meng-

2

harapkan dapat

menemukan adanya hasil-hasil

sebelumnya yang
sanakan

suatu hubungan

didikan yang
dunia

dapat menjelaskan

mengapa harus dilak-

kerjasama antara

akan menghasilkan

penelitian

lembaga

tenaga terdidik

pen
dengan

kerja yang akan menggunakan tenaga tersebut. Pada

kenyataannya, penulis telah mendapatkan
an hasil

beberapa tulis-

dari penelitian-penelitian sebelumnya,

antara

lain seperti yang tercantum di bawah ini.
Kerjasama

diantara

dunia

pendidikan

usaha bukanlah merupakan sesuatu hal yang
bagi negara-negara

yang sudah

dan

perusahaan

tersebut

tidak

yang muncul

menunjukkan

mungkin

bahwa

membuat

dari

dunia

ini merancang
untuk memenuhi

dalam

pendidikan

ada kerjasama

wakil

dalam

Jersey

industri.

revolusi

aktual jika tidak
perusahaan

di New

nasional. Program

untuk menentukan program pendidikan baru
kebutuhan-kebutuhan

(1978) di

Teaching menguraikan

diantara universitas

multi

dunia

baru terutama

maju. Conklin

dalam bukunya Improving University
hubungan kerjasama

dan

Studi

teknologi

untuk

tetap

diantara industri

mempersiapkan

dan

pekerja-pekerja

untuk masuk dunia industri.

Pada awal tahun 1988 sebuah

kili lembaga

VEF (Victorian

nyatakan bahwa

perusahaan yang mewa-

Education Foundation)

pekerja-pekerja lulusan dari

memiliki sedikit ide dalam hal kerja

kecenderungan
kerja
lulusan

dan

terakhir dan

teknologi

pendidikan

tersebut

pendidikan

dan tidak mengenal

perkembangan dalam

mutakhir,

oleh

me-

karena

kegunaannya

latihan
itu para

sedikit

dan

3

kurang produktif

akibatkan
tidak

pada pekerjaannya.

pengajaran

akademis

"menyentuh" terhadap

Kesalahan ini

yang kurang

di-

baik, yang

perkembangan terakhir,

dan

secara umum para gurunya kurang kompeten.
Pada akhirnya David M.
sama

dengan

masalah ini,
di

atas tadi

tersebut

Conklin

dapat dibenarkan

penelitian

rian Employers

(Tertiary Teachers),

mata kuliah

(The Victo

guru-guru Perguruan

dan murid-murid. Dengan

isi papernya mengenai Relevansi pandangan
dap

bagi

Busi

perusahaan-perusahaan

dari federasi Victoria

Federation),

dari

Australia (The

Australian),

para majikan

Penelitian

dengan wakil-wakil

lembaga bisnis

of

mengenai

dikemukakan

atau tidak.

melibatkan wawancara

Council

kecil,

mengadakan

dalam buku yang

apakah hambatan-hambatan yang

perusahaan besar,
ness

Dawkins di

universitas

Tinggi

ringkasan

bisnis terha

dan sekolah-sekolah

pendidikan tinggi.
Di
maupun

Indonesia

makalah-makalah hasil

disorot

dan

akhir-akhir

kembali tentang

dunia kerja.

apa

yang

perlu dilakukan

media
telah

keterkaitan antara

bahwa

oleh dunia

kualifi-

sepenuhnya sesuai dengan
kerja.

untuk mempersempit

penelitian

banyak

terdapat kesen-

Berbagai

atau kalau

menghilangkan kesenjangan ini (Conny R.Semiawan,
Laporan

masa

pendidikan

antara keduanya, dimana

pendidikan tidak

dituntut

pada

penelitian

Ada penilaian

jangan (gap,mismatch)
kasi lulusan

ini,

Zulkabir

(Media

upaya
mungkin

1991).

Pendidikan

4

No.4/IX/Desember

1990)

cukup puas dengan

adalah

pihak

industri

mutu lulusan Sekolah Teknologi

ngah (STM), dengan mempertimbangkan faktor

sebagai pertimbangan
dan

belum

Mene

sikap mental

utama, kemudian kemampuan

kognisi

terakhir keterampilan motorik dalam bidang keahlian

tertentu.

Menurut pihak industri, kemampuan
motorik adalah suatu

pun

belum secara

dan keterampilan

hal yang penting,

memadai

tetapi hal

dimiliki oleh

Lebih daripada itu, sikap mental positip
an dan

tif,

kemampuan nalar, yang

antisipatif, serta

ini-

lulusan

STM.

dalam pekerja-

mendorong kemampuan krea-

adaptif terhadap

(teknologi dan kultur industri),

perkembangan

adalah merupakan

kua

litas yang diharapkan pihak industri.
Adapula hasil yang positif

STM Negeri Perkapalan

jian

dengan terselenggaranya

Sidoarjo yang berdasarkan perjan

kerjasama antara Dirjen Dikdasmen Depdikbud, Badan

Pengkajian

dan Penerapan

Teknologi (BPPT),

serta

PT.

PAL Indonesia (Persero) (Republika, 13/9/93).

Kerjasama
sistem

itu

telah

magang, atau

para lulusan menjadi
kapalan. Walaupun STM
silkan

terselenggara

praktek kerja,
rjeaiiy £o_r use. di

dikan dual

STM ini merupakan

system. Bahkan

nentukan jumlah siswa yang
dibutuhkan

bentuk

menghasilkan

bidang ilmu per

ini sampai 13/9/93 belum

lulusan karena usianya

tahun, tetapi

yang

dalam

mengha

yang baru menginjak tiga

perintis konsep pendi

lebih jauh PT

PAL turut me-

diterima sesuai dengan

karena bantuan PT tersebut

yang

sudah dalam ben-

balik paling

tinggi di

Indonesia masih menjadi

nyaan yang perlu dijelaskan. Bahkan

dari beberapa studi

terbukti bahwa "ROR" (rate of return)

san

yang bekerja,

(STM) lebih

lulusan

Sekolah

rendah dibandingkan

perta-

- rata-rata lulu

Teknologi Menengah

lulusan Sekolah

Mene

ngah Atas (SMA) (lihat tabel 1.1 di bawah ini).
Tabel

1.1

Eaie. o_f Return terhadap Pendidikan di Indonesia
Tingkat Pendidikan

ROR

Sunber

Om

Psacharopctilos, (1982)

1. Sekolah Dasar

.ill

2. Sekolah Menengah

Psacharopoulos, (1982)
Clark, (1983)

0.16

SHA

0.32

STH

0.18

Clark, (1983)

0.15

Psacharopoulos, (1932)

1. Sekolah Dasar

0.25

Psacharopoulos, (1982

2. Sekolah fienengah

0.16

Psacharopoulos, (1982)

3. Pendidikan Tinggi
B. Private Rate of Return

3. Sekolah Dasar dan
0.14

Payasan, (1981)

0.18

Payasan, (1981)

0.16

Payaaan, (1981)

6. Sarjana

0.21

Payasan, (1981)

7. Sarjana (dua tahun
bekerja setelah lulus)

0.17

Payanan, (1981)

•enengah
4, Sarjana Kuda

5. Sarjana Huda (dua
tahun bekerja setelah

lulus)

Sunber : Biaya dan Keuntungan Pendidikan di Indonesia : Sebuah Analisis
(Ace Suryadi daiaii disbar pendidikan hal. 40, 1991!

Melihat

tabel

Sekolah Teknologi

Atas (SMA)

di

atas,

jika

Menengah (STM)

terlihat "Social Rate

dibandingkan antara

dan Sekolah

Menengah

of Return SMA"

besar daripada "Social Rate of Return STM".

lebih

7

Dalam
cial

kedua aplikasi

rate of

dingan

return" merupakan

antara keuntungan

biaya sosial
ukur dari

proyek

perbandingan tersebut,
besaran hasil

sosial (social

(social cost) yang

investasi pemerintah

perban

benefit)

atau masyarakat. Setiap

memiliki

"social

rate

rendah dapat

dianggap

sebagai

investasi

tidak menguntungkan. Jika demikian

of

return" lebih
sosial

investasi sumber

yang

perlukah memperjelas

ini sedang diperdebatkan mengenai

sekolah kejuruan (SLTA

dan

berfungsi sebagai alat

yang

isu yang saat

"so

apakah

Kejuruan) merupakan suatu bentuk

daya manusia

yang menguntungkan

bagi

pertumbuhan ? (Ace Suryadi, 1991:43)
Penemuan

balik

ini

terhadap

besar dari

didukung

kali

sekolah

lipat

lebih

umum (ESR, Bab 2,

income

lebih

konsisten

menengah

keuntungan balik

oleh (1)

Mc. Mahon

cukup

tingkat

atas

lebih

kejuruan hampir

dari penyelenggaraan

ini

enam

sekolah

1985); dan (2) seperti ditemukan oleh

bahwa

pola

penghasilan seumur

profile)

dari

lulusan

tinggi dibandingkan

sekolah kejuruan

keuntungan

sekolah kejuruan. Hal

biaya sekolah

besar

bahwa

hidup

sekolah umum

dengan

(Media Pendidikan

(life

rata-rata

penghasilan

lulusan

No.I Tahun

X-April

1991 halaman 42).

Menurut hasil Rapat Kerja dari Panitia

Nasional

Depdikbud (1993

rata-rata lulusan
lebih

rendah

)

bahwasannya

Rapat Kerja

produktivitas

pendidikan menengah kejuruan

dibandingkan

dengan

lulusan

relatif

pendidikan

8

menengah umum.

Keadaan inilah yang

menunjukkan agar isi

program pendidikan menengah kejuruan
mutunya,

diperluas ruang

program-programnya

para lulusannya

perlu ditingkatkan

lingkupnya, dan

dengan kebutuhan

memiliki kemampuan,

secara mandiri maupun untuk

diselaraskan

dunia

kerja

agar

baik untuk bekerja

dapat dipekerjakan di

sek-

tor-sektor formal.

Dengan demikian

tara

pendidikan

dunia

untuk mengatasi kesenjangan

menengah

kerja, dalam hal

kejuruan

dengan

dian

kebutuhan

ini kita harus mengidentifikasi

apa yang menjadi sebab dari kesenjangan tersebut.
Kesenjangan tersebut

rapa

faktor, misalnya

fasilitas

belajar,

dapat diakibatkan oleh

faktor

sarana

guru,

menaungi sekolah

dan dunia

siswa, kurikulum,

dan prasarana,

benar telah diperlukan suatu unit

atau memang

koordinasi yang dapat

kerja, yang mana

untuk menjembatani

kepentingan dari

sehingga informasi

dapat berjalan lancar dan

dari

pihak

kedua

belah

faktor-faktor

dapat

kesenjangan yang

BPIS,

atau Depdikbud

berfungsi

kedua belah

pihak

kebutuhan

terpenuhi. Dapat
ditimbulkan

bungan mekanisme kerja, misalnya antara
an

bebe

terhadap

dalam

juga
hu

Depdikbud deng

perangkat

yang

di

bawahnya, atau BPIS dengan perangkat yang di bawahnya.
Jika

dapat

kita

mengingat kembali

(Harian

PR, 15/3/91)

sekitar Minat

waktu

menelaah dari

tulisan

dengan

Baca", Unus

faktor

dari

judul :

guru, maka

Unus Suriawiria

"Beberapa faktor

menyatakan kesedihannya

membaca beberapa tulisan dan

kita

se-

surat pembaca, bah-

9

wasannya mulai tingkat Sekolah Dasar

an Tinggi

(PT) minat baca

(SD) s.d. Perguru-

di kalangan pendidik

cende-

rung menurun.

Diperoleh juga data yang

menyatakan bahwa

sia menduduki posisi yang paling rendah
dalam

Indone

di kawasan Asia

hal minat baca. Hal ini dilihat dari data statis-

tik yang menunjukkan Indonesia
kg/capita/tahun, sedangkan
untuk

keperluan

menghabiskan kertas

Malaysia 30

membaca dan

menulis

2.9

kg/capita/tahun
(Harian

Kompas,

27/2/85).

Hal ini

dapat menjadikan

senjangan yang terjadi

antara mutu lulusan

tutan dunia kerja. Seandainya
dik sudah

faktor meningkatnya

ke arah

masalah

tity)

menghubung-hubungkan

yang lain sehingga

ataupun

yang

order of thinking

pendi

kebiasaan untuk berpikir

hafalan ("one way of thinking only")

ju

dengan tun-

kita sebagai para

mulai menghilangkan

ke

tetapi telah menu-

suatu

masalah dengan

menjadi suatu keutuhan (en

disebut

dengan

skill", maka kita

berpikir

"Higher

dapat menghasilkan

lulusan yang bermutu.

Jika ditinjau dari

faktor siswa, apabila tidak ada

penseleksian dan pembatasan terhadap
akan diterima di
lah

yang

sebuah sekolah, maka dapat saja

tersebut menurun

masuk

lemah sampai

dengan data

jumlah siswa

beragam

mutunya, kemungkinan

kemampuannya

tingkat tinggi.

"Rate of Return"

mulai

yang
seko

siswa-siswa

dari

tingkat

Apalagi kalau dihubungkan

(lihat tabel 1.1.)

bahwa

10

untuk sebuah STM nilai

kembaliannya apabila

kan nilai investasinya yang enam kali

dibanding

lipat lebih besar

daripada penyelenggaraan sebuah sekolah

umum, diperoleh

lebih kecil daripada nilai kembaliannya untuk SMU.
dapat saja pada akhirnya semua berlomba

daripada

STM,

apabila

dari

segi

Maka

untuk masuk SMU

keprofesian

tenaga

kerja tidak diperhitungkan.
Oleh

karena

kemampuan dari
bagi

dunia

itu

kita

harus

siswa-siswa SMK,

kerja.

Dengan

dapat

meningkatkan

agar dapat

bermanfaat

demikian berarti

salah satu

cara pemecahan yang saat ini sedang

digalakkan di dunia

pendidikan

program

dengan
jika

adalah

proporsi materi

yang diberikan

tidak langsung

benar

dan tepat,

juga

sarana

dan

maupun

prasarananya

dan

memikirkan faktor-faktor lain yang bersifat nega-

dari

penyelenggaraan

Sistem Ganda

tidak

program

Pendidikan

dengan

ini.

Disamping
ini,

yang secara

Pendidikan

permasalahan di dalam kurikulum

fasilitas belajar,
tanpa

adanya

Sistem Ganda (PSG),

dapat mengatasi

tif

dengan

itu dalam

mudah untuk

pihak sekolah

penyelenggaraan

program

dilaksanakan seandainya

dan industri

tidak terjalin dalam

hubungan kerjasama. Oleh karena itu,

maupun pihak

dunia usaha atau

untuk saling

mendekati dan membuka

PSG

antara

suatu

baik pihak sekolah

dunia kerja harus

dapat

diri dalam permasa

lahan ini.

Pendekatan

ini tidak mudah,

unit organisasi yang dapat

jika tidak

ada suatu

berperan menjembatani

dian-

11

tara kedua

belah pihak

dimaksud di

tersebut. Unit organisasi

dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 39

yang
Tahun

1992, dikenal dengan nama Majelis SekolahUntuk membatasi

lis

masalah di dalam

tesis ini, penu

mengarahkan fokus penelitian ini pada kedudukan dan

peranan

Majelis Sekolah

Pendidikan
kasus

di

dengan
STM

Sistem

kerja

topik

dengan

Bandung.

unit kerja

studi

Sedangkan

adanya kesenjangan di dalam

meka

dalam jajaran

di

dengan perangkat yang
dalam

permasalahan dan

terlihat di dalam

pihak sekolah

program

atau Depdikbud dengan perangkat yang di

bawahnya, atau BPIS
tersebut

(PSG),

Negeri

antara berbagai

Depdikbud-BPIS,

hal

Ganda

Penerbangan

mengenai kemungkinan
nisme

dalam penyelenggaraan

tesis

ini

di bawahnya,

disesuaikan dengan

dibatasi pada

sub

sistem yang

organisasi sekolah dan pada

dan industri

dasarnya

sebagai pelaksana dari

ke-

bijakan Depdikbud dan BPIS.

Apabila

kita menyimak

maka salah satu yang

konsep dari

dalam pendidikan

tion)

adalah

melalui

kejuruan

pendidikan

unit-unit

penasehat

kejuruan

and concerned

provide guidance

for the

improvement

of.

educa

(advisory

ikatan yang

posi-

dan masyarakat.

penasehat tersebut dapat didefinisikan sebagai
of knowledgeable

masya

(occupational

committees). Unit tersebut merupakan

antara

barat,

melibatkan anggota-anggota

rakat

tip

negara

Unit

"a group

citizens, organised

organisation, operation,

occupational

education"

(Finch

to

and
&

Mc

12

Gough,

1982:160-161). Jika

pakan sebuah kelompok

berminat,

diartikan secara bebas meru

yang cakap dan warga negara

yang diselenggarakan

organisasi,

mengoperasikan,

untuk

dan

yang

memberikan

memajukan

arah

pendidikan

kejuruan.

Oleh karena itu, pada

sekolah pendidikan
Negeri

atau

beberapa

dasarnya apakah di

menengah kejuruan khususnya

instansi

lain

sekolah pendidikan

dibentuk suatu

menjembatani

sekolah-

program unit

yang dapat

menengah

mengkoordinasi

kejuruan,

koordinasi yang

kepentingan sekolah-industri

daya belajar di sekolah dapat sesuai

STM-STM

telah

berfungsi

agar

sumber

dengan sumber daya

yang ada di industri.
Jika

unit

efektifitasnya

tersebut

dalam hal

belah

pihak, sedangkan

dalam

menjembatani

telah

dibentuk,

sistem informasi

salah

hubungan

satu

paling " baik/tepat
(Semprevivo,

topik utama

penting bagi

menemukan jawaban-jawaban

" untuk berbagai pertanyaan

yang

khusus

kerjasama dunia usaha dengan

Kejuruan

Penasehat Pendidikan

Pendidikan Menengah
J.

dalam

1976:113).

Di Indonesia

Menengah

kedua

sekolah-industri

penelitian-penelitian saat ini. Informasi,
organisasi dalam

bagi

dari lembaga-lembaga

bisnis, sehingga informasi merupakan

suatu

mana

faktor keefektifan

antara

adalah informasi. Karena kerumitan

sejauh

akan

direalisasikan

melalui

Kejuruan (BPPK). Menurut

dan Kejuruan (Dikmenjur)

Pakpahan, pembentukan BPPK adalah

Sekolah

Badan

Direktur

Depdikbud

bagian dari kebi-

13

jakan

pelaksanaan kurikulum

(SMK) 1994.

propinsi,

BPPK dibentuk

hingga

Sekolah Menengah

Kejuruan

dari tingkat pusat,

lembaga

SMK

tingkat

masing-masing

(Kompas,

14/7/93 hal.12).

Pada

saat

ini

hubungan kerjasama

diresmikan dan terdiri dari

dua versi,

kan Naskah Perjanjian Kerjasama
didikan

dan

Kebudayaan

yaitu

berdasar-

antara Departemen

dengan Kamar

(Depdikbud-Kadin) dan versi yang lain
Pendidikan dan Kebudayaan

tersebut telah

Pen

Dagang Indonesia

antara Departemen

dengan Badan Pengelol'a Indus

tri Strategis (Depdikbud-BPIS).

Dari versi

dikan

yang pertama melahirkan Majelis

Kejuruan Indonesia (MPKI)

yang terbagi

Nasional di tingkat pusat, MPK di

Majelis Sekolah

(MS) di

Pendi

atas MPK

tingkat propinsi, dan

tingkat kotamadya. Dari

yang .kedua melahirkan Tim Pengarah,

versi

Tim Koordinasi, dan

Majelis Sekolah.

Untuk hubungan
Menengah Penerbangan

kerjasama antara Sekolah
Negeri

Bandung

Depdikbud dengan PT IPTN di bawah
pada Naskah Perjanjian Kerjasama

operasionalnya,
tim koordinasi

bawah

payung

payung BPIS, berdasar
Depdikbud-BPIS. Secara

dalam melaksanakan
yang diketuai

di

Teknologi

tugas

oleh Direktur

sehari-hari,
Pendidikan

Menengah Kejuruan ini membentuk kembali :

1.

Sekretariat yang berkedudukan di
dikan Menengah Kejuruan, Jakarta;

Direktorat Pendi

14

2.

Majelis

Sekolah yang

berkedudukan

di

STM Pener

bangan Negeri Bandung.

B.

Masalah

1.

Rumusan masalah

'Sesuai

menjadi

dengan isi

latar

belakang

rumusan masalahnya secara

di atas,

yang

umum adalah sebagai

berikut:

"Sejauh

mana

kedudukan

dalam penyelenggaraan

dan

peranan

Majelis

Sekolah

program Pendidikan dengan

Sistem

Ganda"

2.

Anggapan Dasar

Hubungan

diantara STM Negeri Penerbangan dengan PT

IPTN telah berlangsung dalam dua

pertama

sejak 1985-1990,

kedua 1990-1995.
ini

kemudian dilanjutkan

Hubungan tersebut

lebih meluas

kerjasama antara

yang tadinya

program Pendidikan

belajar

dapat sesuai

peluang yang

itu sudah

pengembangan

men

selayaknya

program

daya

daya untuk

yang ada

di

terlalu berorientasi

akademik

memadai kepada

di

mengurangi kecenderung-

pendidikan

prestasi

melanjutkan pendidikan

sumber

dengan sumber

industri, dengan demikian dapat

penguasaan

perjanjian

dengan Sistem Ganda dilaksanakan

tersebut agar

pada

dalam periode kedua

berdasarkan

Oleh karena

sekolah

bahwa isi

periode

Depdikbud-BPPT-PT IPTN, sekarang

jadi Depdikbud-BPIS.

an

periode, yaitu periode

lulusan

untuk terjun

serta

memberikan

yang tidak
ke masyarakat

dapat
dan

15

dunia kerja.

Secara operasionalnya
but

dapat diuraikan

maka rumusan masalah

menjadi beberapa

terse

pertanyaan

yang

akan dicari jawabannya melalui studi ini, yaitu :

a.

Bagaimanakah upaya-upaya tim Majelis
hal menjembatani

Sekolah dalam

hubungan antara pihak SMK

dengan

pihak industri ?

b.

Apakah tugas dan kewajiban Majelis Sekolah ?

c.

Bagaimana

sistem

pemilihan

anggota-anggota

tim

Majelis Sekolah ?

d.

Bagaimana

proses

penyelenggaraan

program

Pendi

dikan dengan Sistem Ganda ?
e.

Kedudukan

struktur

dan peranan

organisasi

tim

Majelis

Pola

Sekolah dalam

kerjasama

Pelaksanaan

program Pendidikan dengan Sistem Ganda tersebut ?
f.

Apakah keuntungan dan
dan industri

kendala bagi sekolah, murid,

dalam program

Pendidikan dengan Sis

tem Ganda tersebut ?

g.

Apakah

keuntungan dan

kendala

dalam

membina hu

bungan kerjasama tersebut ?

C.

Analisa Masalah

Setelah membahas

lah di

atas, maka

tesis ini, kita
Pendidikan

yaitu

:

latar belakang

untuk menganalisa

dan rumusan masa

masalah di

dapat meninjau kembali isi dari

Nasional pasal

Pendidikan

4

Nasional

UU

RI No.2

bertujuan

Tahun

dalam
tujuan
1989,

mencerdaskan

16

kehidupan

bangsa dan

seutuhnya,

yaitu

mengembangkan

manusia

yang

manusia

beriman

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

dan

rohani,

kepribadian

dan

bertaqwa

berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan,
ni

Indonesia

yang

kesehatan jasma-

mantap dan

mandiri

serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Secara operasionalnya kita
29 PP RI

dapat melihat isi pasal

No.29 Tahun 1990 tentang pendidikan

menengah,

yaitu:

1.

Penyelenggara

dengan

sekolah menengah

masyarakat

terutama

dapat

dunia usaha

dermawan untuk memperoleh sumber daya

menunjang penyelenggaraan

bekerjasama

dan para

dalam rangka

dan pengembangan

pendi

dikan.

2.

Untuk

mempersiapkan siswa

ruan menjadi

sekolah menengah

tenaga kerja,

kejuruan dapat

pada sekolah

didirikan unit

keju

menengah

produksi yang

ber-

operasi secara profesional.
3.

Pelaksanaan

ketentuan sebagaimana

dimaksud

dalam

ayat (1) diatur oleh Menteri atau Menteri lain.
Selain itu

dalam Garis-garis

Besar Haluan

(GBHN) Tahun 1993 diamanatkan bahwa "

nal

perlu

terus

upaya itu

daya
dan

Negara

Pendidikan Nasio

ditata, dikembangkan

dan dimantapkan

perlu didukung oleh peningkatan

pendidikan secara

bertahap, disertai

efisiensi pelaksanaannya

sehingga

tuntutan dan kebutuhan pembangunan

Dengan mempertimbangkan

sumber

keterpaduan

mampu

memenuhi

".

isi pasal- pasal di

atas,

17

sebagai salah satu
kejuruan

lembaga pendidikan, sekolah menengah

mempunyai andil

dalam

meningkatkan

manusia dan masyarakat Indonesia, khususnya
hasilkan

sumber daya

manusia

produktif

gungjawab atas pembangunan bangsa

kendala.

tentu saja mengalami

yang bertang-

mencapai tujuan

dan menghadapi

Masalahnya disini bagaimana

kendala tersebut,

dalam meng-

sebagaimana tercermin

dalam tujuan pendidikan tersebut. Untuk
tersebut,

kualitas

agar dapat

berbagai

mengatasi kendala-

menghasilkan sumber

daya

manusia yang produktif.

Oleh karena
dan

itu dialog

masyarakat harus

diantara dunia

diperluas

Bapak Presiden Soeharto

Rapat Kerja Nasional

pendidikan

sebagaimana

penegasan

yang dikemukakan pada pembukaan

(Rakernas) Depdikbud 1993 di Ista-

na Negara, Jakarta, 3 /8/1993 (Kompas, 4/8/1993).
Pernyataan

dari

Kepala Negara

di

atas

bertitik tolak

pemikiran bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya

menjadi tanggungjawab pemerintah,
wab bersama

pemerintah,

melainkan tanggungja-

masyarakat

dan keluarga

(ter-

cantum dalam Bab VIII pasal 33 UU No 2/1989).
Jadi

dengan

dikembangkannya

dunia pendidikan dan dunia kerja,
la

macam informasi

hubungan

maka diharapkan sega-

dapat diperoleh

hingga kendala-kendala

diantara

dengan segera

yang terdapat diantara

se

keduanya

dapat segera diatasi. Misalnya Finch &

Mc Gough (1982:-

161) menguraikan keuntungan-keuntungan

dengan diseleng-

garakannya

akan

hubungan

tersebut

yaitu

mengetahui

18

keadaan

pasar tenaga

kerja saat ini

tang, dapat mengidentifikasi
rakat terhadap

kebutuhan-kebutuhan masya

pendidikan, dapat

nempatan lulusan,

dan yang akan da-

membantu program

dan lain-lain yang

pe-

akan dibahas pada

bab landasan teori nanti.

D. Tujuan Penelitian
1.

Secara Umum

Tujuan penelitian ditinjau secara umum,

dapat mengetahui

dengan

Majelis

dalam

Sekolah

pasti

hubungan

Penerbangan Negeri Bandung

belajar agar

ada di industri,

dukung

dan

peranan

kerjasama antara

dengan PT IPTN

lola informasi yang berkaitan

ber daya

kedudukan

yaitu agar

untuk menge-

dengan pengembangan

sesuai dengan

sumber daya

yang secara tidak langsung turut

pelaksanaan

program

Pendidikan

STM

dan

sum

yang
men

Pelatihan

dengan Sistem Ganda.

2.

Secara Khusus

Sedangkan

tujuan

penelitian

yang

lebih

khusus,

adalah:

a.

Mendeskripsikan upaya-upaya tim
lah dalam perencanaan,

Majelis Seko

pelaksanaan, pengawas-

an dan evaluasi agar pengembangan

belajar di sekolah sesuai
yang ada di industri.

sumber daya

dengan sumber

daya

19

b.

Mendeskripsikan

Majelis

kedudukan

dan

peranan

dari

tim

Sekolah dalam alur informasi pola kerjasa

ma pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari mengadakan penelitian ini

hat dari

apa

yang

adanya keterkaitan

menjadi

tujuan

antara tujuan

an, maka penelitian ini menjadi

dapat dili-

penelitian.

Tanpa

dan manfaat peneliti

kurang bermakna. Adapun

manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1.

untuk menunjang

program pemerintah yang

dalam pasal-pasal

tercantum

di atas serta menyusun

perenca-

naan pendidikan yang lebih baik;

2.

mengatasi kesenjangan

yang terjadi diantara

dunia

pendidikan dan dunia kerja;

3.

agar

mendapatkan informasi

yang

bersifat

segera

dan tidak ketinggalan jaman;

4.

agar

menghasilkan lulusan

yang siap

dididik

dan

telah mengenai keadaan lapangan kerja;

5.

agar

kualifikasi

lulusan

dari

dunia

pendidikan

tidak terlalu mengecewakan bagi dunia kerja;

6.

dengan mengadakan

pendidikan
dual

dengan

hubungan kerjasama antara

dunia

system sehingga

kerja,

proses

Pendidikan Sistem Ganda

dapat

pelaksanaan

dunia

diperoleh
program

dapat dilaksanakan baik di

sekolah maupun di industri

dan jika

memungkinkan

fasilitas biaya dapat dikoordinir bersama.

20

F. Paradigma Penelitian

Pada
belajar

dasarnya,
seperti

di

guru, fasilitas

kurikulum. Di industri
yang dapat mendukung
perkembangan ilmu
ilmu

sekolah

terdapat sumber
belajar,

proses belajar di

industri

untuk

di dunia kerja.

Agar sumber

mendekati

dunia

kerja,

daya

sumber daya yang

maka dari itu diharapkan dunia

pendi

begitupun

dengan

agar memperoleh tenaga kerja yang minimal siap

dididik,

mengenai

dalam dunia kerja,

yang ada di

berpikir

peneliti dalam

menyusun

keadaan

dan

aturan-aturan di

serta mengenai benda kerja dan

hal lain

akan

diharapkan

dapat mendekati keadaan

belajar di sekolah dapat sesuai dengan

mampu

dan

sekolah. Dengan

pengetahuan dan teknologi

sesungguhnya yang ada

dikan

murid,

terdapat juga sumber-sumber daya

yang diperoleh di sekolah

ada di industri,

daya

industri.

paradigma

kerangka di bawah ini

:

Untuk mengarahkan

penelitian
penelitian

ini,

halcara

maka penulis

tersebut

seperti

21

Industri

Industrial Resources

relevan

(Praduksi, Bisnis)

Kajelis Sekolah

nengelola informasi dalam hal
- perencanaan

- pelaksanaan
- pengawasan

- evaluasi

Peningkatan mutu dan relevansi
Pendidikan menengah Kejuruan
melalui
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN SISTEH SANDA

Ganbar 1.1. Kerangka berpikir konseptual penelitian

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian

dan holistik,

ini cenderung ke arah metode deskriptif

yaitu suatu metode penelitian

(Taylor dan Bogdan,

1984:V).

Menurut pendapat

tian dengan

Taylor dan

metode tersebut,

ngumpulan data

kualitatif

saja, tetapi

Bogdan, bahwa peneli

tidak sekedar tehnik
merupakan cara

pe-

pendekatan

terhadap dunia empiris.

Dengan metode kualitatif kita dapat

pengertian

yang

luas

kualitatif

yang

menghasilkan

berupa

kata-kata dan

terhadap

merujuk kepada

pengertian

data

penelitian

deskriptif,

perilaku orang-orang

yang

yaitu
dapat

diobervasi baik lisan maupun tulisan.

Pada penerapan

yang

metode kualitatif

dikumpulkan berupa

angka-angka. Tetapi hal
terhadap apa

yang sudah

kata-kata, gambar,
itu semua
diteliti.

data yang terkumpul tersebut,

nya satu

ini, memang data

sama lain sehingga

dan

bukan

dapat menjadi

kunci

Dimana dari

setiap

dianalisis keterhubungan-

menjadi sesuatu yang

utuh

(holistik).

Hal

ini

didasarkan

pada

menggunakan analisis data secara

proses induktif
taan

penelitian

induktif. Jadi

lebih dapat menemukan

ganda sebagai yang

dengan

kenyataan-kenya-

terdapat dalam
90

kualitatif

data, kemudian

91

dapat membuat

eksplisit,

hubungan

dapat dikenal,

dengan analisis
latar secara

dapat -

peneliti

dan

-

responden

menjadi

akontabel.

Selanjutnya

induktif ini penulis dapat

menguraikan

penuh dan dapat

membuat keputusan tentang

tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya,

selain

itu

analisis

induktif

lebih

dapat

menemukan

pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan.
Dengan

penelitian kualitatif

ngaruhi distorsi

data

ngumpulan

pribadi dapat

dilakukan

harus diperlihatkan

kecenderungan

terkendali, karena

relatif

pada subyek

lama

subyek penelitian.

dapat

dan

pe-

hasilnya

penelitian untuk dike

tahui, dipelajari dan disepakati bersama
ti -

dipe-

Jika ada

antara peneli

kelebihan data

maka

direduksi atau jika sebaliknya ditambahkan. Deng

an demikian jika

pribadi

di dalam penelitian terdapat

tersebut

maka

diperbaiki bersama.

dapat

Dapat juga

langsung

distorsi

diketahui

dan

kita menambahkan "tang-

gapan pengamat" pada catatan lapangan.

Penelitian

penelitian
dilakukan

Moleong,

dengan metode

alamiah
oleh

kualitatif ini

(naturalistik)

"Human

1988). Dengan

yang

instrument"

alasan

termasuk

hanya

cocok

(Nasution,

1988;

bahwa

peneliti alamiah

bukan hanya tidak tertarik pada kontrol,

melainkan ikut

campur

nyata.

Konsep

hal yang

sangat

meneliti

"mengundang -

peristiwa dalam

ikut

dunia

campur" merupakan

penting bagi peneliti alamiah.

92

Oleh

pada

karena itu

metode

berarti

penelitian

penelitian

kualitatif,

ini mengarah

dimana

yang diperoleh secara alamiah, dianalisis
tif untuk mencari

manusia

sebagai

kriptif,

lebih

membatasi
kriteria

studi
untuk

data-data

secara induk

keutuhan (entity) dengan mengandalkan

alat

penelitian, serta

mementingkan
dengan

proses

fokus,

memeriksa

daripada

memiliki

keabsahan

penelitian

bersifat

disepakati

oleh kedua belah

bersifat des

sementara,

dan

hasil,

seperangkat

data,

hasil

rancangan

penelitian

pihak, peneliti dan subyek

penelitian.

Pendapat di atas

hampir sama

narno Surakhmad, dimana metode

tas hanya sampai pada
analisis dan

bandingkan

deskriptif tidak

interpretasi tentang

(Winarno Surakhmad,

1992:102).

ri Penerbangan Bandung

Oleh

serta
dari

sumber

bungan kerjasama

data

itu yang

menjadi

responden (Pimpinan STM Nege

beserta staf, dan pihak PT

data

tambahan

arsip, buku-buku,

dengan

data dapat diperoleh

karena

beberapa

yaitu

disertasi

atau majalah-majalah ilmiah seperti

ber

tertentu

1980:139).

sumber data disini adalah

komunikasi

fenomena

mem-

dimaksud dengan sumber data utama dalam pene

(Suharsimi,

sumber

terba-

arti data itu,

perbedaan

litian ini adalah subyek dari mana

Bandung)

Wi-

pengumpulan data, tetapi mencakup

persamaan dan

Yang

dengan pendapat

atau

dapat

tesis,

hasil

mengetahui hu

tersebut. Dengan demikian

yang diharapkan

dokumen,

jurnal serta

orang yang

IPTN

mendukung

sumber-sum-

program di

93

atas adalah dari

1.

:

BaEak Kepala

SIM. Negeri

Penerbangan Bandung

ber-

seiita staf

sebagai

sumber informasi utama yang dapat diminta

pendapatnya

demi kelancaran

penelitian ini,

baik

secara formal maupun informal.
2.

Einak industri yang

diberi wewenang dalam menaada-

kan hubungan kerjasama dengan sekolah
Pihak

industri

sebagai

sumber

informasi

utama

selain dari pihak sekolah.
3.

Sumber data tambahan

Dari

sumber

informasi

data

ini

dapat

apabila data-data

diperoleh
tersebut

sejumlah

dapat

men

dukung proses penelitian.

B.

Instrumen Penelitian

Seperti

yang

dalam penelitian

telah dikemukakan

alat pengumpul data

utama. Oleh karena itu, pada waktu

lapangan, peneliti berperan serta

serta"

atau

segi

-

dan Emmerson,

"penaamatan

mengumpulkan data di

dalam kegiatan

ini disebut

"participant

Kuntjaraningrat
istilah

Hal

terlibat"

pengertiannya masih

sebagai

peneliti sendiri atau deng

an bantuan orang lain dapat sebagai

ini.

bahwa di

kualitatif ini, manusia dapat

alat (instrumen), maksudnya

syarakatan

di atas

"penaamatan berperan

observation"

ed.,

kema

1982,

yang jika

kurang dinamis)

(catatan

:

menggunakan
dilihat dari

(dalam

buku

94

Lexy J. Moleong,

1993).

Fungsi peneliti sebagai instrumen
memungkinkan terjadinya

penelitian dapat

penyesuaian terhadap

dan perkembangan yang terjadi

selama proses

perubahan

penelitian

berlangsung.

Adapun
dasar fokus

ruang

lingkup dalam

yang timbul sebagai

tian tadi. Jadi

penelitian
masalah dalam

adalah tim

peranan

program Pendidi

kan dengan Sistem Ganda. Yang termasuk subyek
masalah ini

peneliti

Majelis Sekolah

dari STM Negeri

Penerbangan maupun dari pihak PT

sedangkan obyek

penelitiannya adalah hubungan

manya dalam

segi biaya

IPTN,

terse

yang paling memungkinkan ditinjau

dan waktu

adalah studi

serta berbagai

faktor yang

Issaac dan William B. Michael,

dari

kasus, yaitu

yang mendalam tentang latar belakang dan kondisi
sistem,

baik

kerjasa-

menyelenggarakan program pendidikan

but. Maka studi

atas

peneli

fokusnya adalah "Kedudukan dan

Majelis Sekolah dalam menyelenggarakan

an dalam

ini

terlibat

1981 : 48)

studi
aktual

(Stephen

(dikutip dari

Kosmas Kopong).

Menurut pendapat

seorang peneliti dalam buku

Rob

ert K.Yin (1989) bahwa,

the essence of a case study, the central tendency

among all types of case study,

is that it tries to

illuminate a decision or set of decisions : why they

were taken, how they were implemented, and with what
result (Schramm,

1971).

Dengan demikian,

karena sumber

data yang

diambil

dengan mendeskripsikan dan menganalisa hubungan

dianta-

95

ra STM Negeri

Penerbangan Bandung dengan PT IPTN

menyelenggarakan program Pendidikan dengan

Sistem Ganda

maka

studi kasus

ling

tepat dalam penelitian ini karena merupakan bentuk

penelitian

merupakan bentuk

dalam

penelitian yang pa

yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan

sosial termasuk manusia di dalamnya.

Dengan demikian diasumsikan bahwa

ini

mengelak

"deskripsl

dari

tebal

hasil penelitian

adanya generalisasi
(thick description)"

kerja". Jadi jika model yang dihasilkan

ini akan

digunakan pada

maka peneliti

STM-STM yang

perlu memperoleh

informasi tentang keduanya guna
dapat dasar
han.

yang cukup

dan

"hipotesis

dari penelitian

lainnya di

STM Negeri yang menjadi obyek penelitian

ini,

dan menyetujui

di dalam tesis

sebanyak

mungkin

menentukan apakah

kuat untuk mengadakan

Jadi dasar pengetahuan

luar

ter

pengali-

dari penelitian ini adalah

idlografik, yaitu yang mengarah pada

wa atau kasus-kasus tertentu.

pemahaman peristi-

(Moleong, 1993:34)

C. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data
dalam

keseluruhan

instrumen yang

adalah suatu langkah yang

upaya penelitian

sebelumnya kita

dengan menggunakan

susun terlebih

Adapun alat instrumentasi dalam teknik
ini

adalah pedoman

dokumen
vasi.

wawancara

kritis

(laporan

dahulu.

pengumpulan data
lisan), daftar

yang diperlukan (laporan tertulis) serta obser-

Ketiga

alat instrumentasi tersebut untuk

memper-

96

oleh data dan informasi yang saling

menunjang,

kedudukan dan peranan dari Majelis Sekolah

lenggarakan

program

Pendidikan

dengan

sehingga

dalam menye

Sistem

Ganda

ditempuh

dalam

dapat dideskripsikan dengan jelas.

Berikut

ini

prosedur

yang

akan

rangka pengumpulan data, yaitu :
1.

Prosedur administratif

Prosedur administratif menunjang dalam

an

persyaratan

untuk

merupakan prasyarat
tersebut.

melakukan

penelitian,

untuk bisa berlangsungnya

Langkah-langkah

sedur administrasi,

a.

mengadakan

hal kegiat

dimana
kegiatan

yang berhubungan dengan

pro

yaitu :

pendekatan

informal

dengan

pimpinan

sekolah berikut staf dan pihak industri;

b.

membuat

surat permohonan

ijin

penelitian

kepada

pimpinan IKIP Bandung melalui PPS IKIP Bandung.

c.

Selanjutnya

Sospol,
dari

surat

ijin

kemudian untuk

sekolah dengan

dan kanwil

tersebut

diteruskan

informasi yang

meminta

setempat. Sedangkan

ijin

ke

diperlukan

dari dikmenjur

untuk ke

industri

melalui kanwil perindustrian.
2.

Teknis Operasional

Prosedur

yang digunakan

penelitian yang

berkaitan dengan

teknik

dalam pengumpulan data merupakan

teknik

operasional. Adapun teknik-teknik tersebut, seperti :
a.

Wawancara

Wawancara merupakan

penelitian ini.

salah satu teknik utama

Wawancara ada

secara berstruktur

dalam

atau

97

tidak berstruktur.

ri-materi yang
terlebih

Maksudnya berstruktur, dimana

akan ditanyakan

dahulu,

sedangkan

materi pertanyaan tidak

mate-

ditulis secara

lengkap

berstruktur

berarti

tak

dipersiapkan dalam daftar seca

ra tertulis (atau sudah dihafal).

Dapat juga
rekaman kaset
proses

sambil wawancara berlangsung

dengan

wawancara

ini

seijin

yang

digunakan

diwawancarai,

tidak terganggu

agar

karena kekakuan

prosesnya. Cara seperti ini sebenarnya lebih

mudah bagi

penulis dalam membuat hasil rangkuman wawancara.

Teknik

wawancara ini ada kelebihan dan kekurangan-

nya. Oleh karena
memperoleh
bawah

1)

ini

data,

itu untuk memperkecil
penulis

melakukan

kesalahan dalam
beberapa

hal

di

:

Pada saat

mengadakan penelitian di sekolah,

pertemuan pertama

penulis mengadakan

untuk

perbincangan

perkenalan. Sedangkan untuk

pertemuan selanjutnya,

penulis

dari

untuk
baik

meminta

memberikan kesempatan

para

responden

mengadakan

wawancara

secara lisan maupun tertulis. Untuk wawancara

secara lisan,
an,

kesediaan

penulis menggunakan catatan

tape - recorder jika diperlukan dan diijinkan.

Di industri penulis melakukan hal yang

ti

lapang

di

sekolah, tetapi

yang akan mengadakan

lain yang

pada

sama seper

mulanya setiap

tamu

suatu penelitian atau hal-hal

membutuhkan waktu yang cukup untuk meng

adakan suatu kegiatan

di PT IPTN,

diharapkan untuk

98

mendapat ijin dari bagian clearance. Hal
narnya untuk mempermudah bagi kita juga

ini sebe
agar tidak

setiap kali melapor sebagai tamu.
2)

Setelah pertemuan pertama,

industri,

penulis

baik

di sekolah

maupun

menjelaskan mengenai topik

masalahan

dari

Kuesioner

secara

tertulis

dibuat

lebih jelas

apa yang

dimaksud oleh

penulis

penelitian tersebut,

menghindarkan

hal-hal

agar
dalam
yang

penelitian

terlupakan apabila

mencari informasi
responden dalam

an.

yang

hanya

akan

per

dilakukan.

dengan

secara

lisan saja

serta memberikan kemudahan
memahami makna dari isi

Fungsi kuesioner-kuesioner tersebut

lis

dapat menganalisa

dibuat

oleh

diperlukan

para responden,
suatu

bukti

selain

maka

Kadangkala

dari

para

setelah

responden,

bagi

peneliti

agar penu

pernyataan-pernyataan

kesediaannya untuk memberikan

tasi.

maksud

yang

itu

apabila

responden

diminta

arsip-arsip dokumen-

menganalisa

diadakan

tanggapan

wawancara

lebih

Ianjut.
3)

Setelah hasil
tertulis,
lan

wawancara baik

penulis mengulas kembali

data tersebut.

untuk

secara lisan

hal-hal yang

maupun

hasil pengumpu

Kemudian membuat catatan krltis

luput dari

perhatian

penulis

pada wawancara sebelumnya.

4)

Selain membuat catatan lapangan,
hasil wawancara

agar

penulis merangkum

dengan menggunakan tape

memudahkan dalam

penulisan

recorder,

laporan.

Bogdan

99

dan

Biklen,

sama bahwa

(1982:

mengemukakan

hal yang

keberhasilan suatu penelitian

tif (naturalistik)

tian

73-74)

kualita

sangat tergantung pada

dan kelengkapan

dari

catatan

keteli-

lapangan yang

dibuat oleh peneliti.

5)

Untuk

lebih memastikan

kebenaran

diperoleh dari hasil wawancara,
arsip-arsip
informasi

dokumentasi,
dengan

informasi

selain menggunakan

penulis

juga

mencari

secara

langsung

yang dipastikan

mengeta-

mengobservasi

atau melalui sumber lain

yang

hui benar mengenai data tersebut.

b.

Dokumentasi

Dokumentasi
lebih mudah

adalah teknik

pengumpulan

data

daripada secara wawancara, dimana

kan suatu kemampuan ketrampilan dalam mencari

dokumen
dengan
pulan

yang sudah ada

yang

diperlu
data dari

di sekolah tersebut.

Kadangkala

teknik dokumentasi ini lebih cepat dalam pengum
data,

karena

data

dapat

tidak tergantung harus bertemu

diperoleh kapan

saja

dengan siapa hanya

dari

segi waktu yang membatasi.

c.

Observasi

Observasi

melalui
besar,

mengacu

pada

pengamatan
banyak

akan dilakukan

juga

upaya

langsung.

untuk

memperoleh

Teknik

pengaruhnya karena

ini

data

kemungkinan

penelitian ini

sendiri oleh peneliti. Artinya

peneliti

100

ikut

terlibat dalam

kegiatan

tersebut

(human instru

ment ) .

Kegiatan-kegiatan
observasi ini,

1)

yang dilakukan

dalam

rangka

teknik

observasi berdasarkan

tujuan

ialah :

identifikasi sasaran
penelitian

dan

wawancara

yang

telah

dilakukan

sebelumnya.

2)

melakukan

observasi

dan

wawancara

untuk materi

observasi yang membutuhkan penjelasan.

Asumsi

yang

mendasari

langkah

ini adalah

penelitian, terutama penelitian ilmu-ilmu
naran bersifat relatif.

dari konsep-konsep,

kriteria yang harus
menentukan

sosial, kebe-

Jadi dalam menilai kebenaran di

dalam penelitian ilmu sosial

tegas

dalam

diperlukan tolak ukur yang

asumsi-asumsi dan

kriteria-

menjadi pegangan. Selain itu

dalam

kriteria dan asumsi yang digunakan berkaitan

dengan pertanyaan penelitian.
Sebelum wawancara dan observasi

membuat garis besar
kisi
dalam

instrumen
kisi-kisi

diteliti,
dan teknik

di bawah ini

apa yang akan diteliti dalam

sebagai alat
tersebut

data yang

bantu

tercantum

diperlukan,

yang digunakan.
:

dilakukan, penulis

bagi

kisi-

peneliti. Di

aspek

yang

akan

responden penelitian

Kisi-kisi tersebut

seperti

101
Tabel 3.3

KISI-KISI INSTRUMEN SEBAGAI ALAT BANTU
BAGI PENELITI
No

l*ok»k INMtnnMilnlinii/

!)«Im yiitlH. dl|Huluknu

S'umbci/

Mctodn/ InHitimiui

K*«k |m»iiAyi l«

Dokumen yang terkait

Peranan Dan Pemberdayaan Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan SMA Negeri Di Kota Binjai

0 52 126

Peranan sekretaris dalam pelaksanaan adminsitrasi kantor di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

0 2 28

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK Spesialis Otomotif (Studi Situs di SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar).

0 1 17

PERANAN KOMITE SEKOLAH DALAM PROGRAM PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR Peranan Komite Sekolah Dalam Program Pendidikan Di Sekolah Dasar Di Kecamatan Baturetno, Wonogiri.

0 1 16

PERANAN KOMITE SEKOLAH DALAM PROGRAM PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR Peranan Komite Sekolah Dalam Program Pendidikan Di Sekolah Dasar Di Kecamatan Baturetno, Wonogiri.

0 2 25

PENDAHULUAN PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS II JURUSAN AKUNTANSI DI SMK MUHAMMADIYAH 2KARANGANYAR.

0 4 9

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SMK NEGERI 5 BANDUNG.

0 1 43

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA : Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.

0 2 60

MANAJEMEN PROGRAM PENDIDIKAN SISTIM GANDA ( PSG ) PADA SATUAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI BANDUNG : Studi kasus terhadap Manajemen Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda pada Kursus Jurusan Perhotelan di Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia /LPTI Bandung.

0 3 53

PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 15 BANDUNG.

0 0 60