Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan Virtual Laboratory Dan Real Laboratory Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sma Pada Topik Listrik Dinamis.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI……… vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ..……….... ... ……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian………. 8
F. Definisi Operasional ... 9
BAB II. PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN INKUIRI MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY ………. 12
A. Model Pembelajaran Inkuiri ... 12
B. Virtual Laboratory ... 17
C. Real Laboratory ... 20
D. Penguasaan Konsep ... 22
E. Keterampilan Berpikir Kritis ... 24
F. Deskripsi Materi Listrik Dinamis ... 28
G. Keterkaitan antara Materi Listrik Dinamis, Model Pembelajaran Inkuiri Virtual Laboratory dan Real Laboratory, Penguasaan Konsep, dan Keterampilan Berpikir kritis ... 37
H. Penelitian yang Relevan ... 43
BAB III. METODE PENELITIAN ... 45
A. Metode dan Desain Penelitian ... 45
B. Subyek Penelitian ... 46
C. Prosedur Penelitian ... 47
D. Alur Penelitian ... 50
E. Instrumen penelitian ... 51
F. Teknik Pengumpulan Data ... 54
G. Teknik Analisa Data ... 54
H. Hasil Uji Coba Instrumen ... 62
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Hasil Penelitian ... 64
(2)
a. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep pada Sesi Pertama 64 b. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep pada Sesi Kedua . 65
c. Pengujian Statistik Peningkatan Penguasaan Konsep ... 67
d. Peningkatan Penguasaan Siswa pada setiap Subkonsep Listrik Dinamis………... 68
e. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa pada setiap Ranah Kognitif……… 70
2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 71
a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sesi Pertama ... 71
b. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sesi Kedua ... 73
c. Pengujian Statistik Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa……….. 74
d. Peningkatan Penguasaan Siswa pada Indikator Keterampilan Berpikir Kritis….….. ... 75
3. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Guru Selama Proses Pembelajaran 77 a. Aktivitas Siswa dan Guru dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Menggunakan Virtual laboratory ... 77
b. Aktivitas Siswa dan Guru dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Menggunakan Real laboratory ... .. 78
4. Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... 79
5. Tanggapan Guru terhadap Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... 82
B. Pembahasan ... 84
1. Penguasaan Konsep Siswa terhadap Topik Listrik Dinamis ... 84
2. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa………….………. 90
3. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... ……….. 94
4. Tanggapan Siswa terhadap Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... ………… 97
5. Tanggapan Guru terhadap Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory ... ………… 101
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN………... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 104
(3)
(4)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Telah menjadi fenomena umum bahwa sains, terutama fisika, dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai mata pelajaran sains yang cenderung rendah (Setiawan, 2006). Selain banyak konsep yang abstrak untuk memahami fisika diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta kemampuan matematika sebagai alat bantunya. Selain itu, istilah-istilah yang digunakan dalam bidang fisika seringkali dimaknai secara khusus yang berbeda dengan istilah yang sama dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran terus dilakukan, diantaranya melalui pengembangan model pembelajaran fisika yang inovatif berbasis riset, pengembangan model asesmen, pengembangan bahan ajar, dan media pembelajaran serta pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran fisika. Pengembangan model pembelajaran fisika yang inovatif berbasis riset diantaranya model pembelajaran inkuiri. Natioanal Research Council (1999) menyatakan inkuiri sebagai penggunaan dan pengembangan higher order thinking pada kegiatan kerja ilmiah. Inkuiri juga merupakan aktivitas eksperimental untuk menguji suatu hipotesis (Joyce et al., 2000).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk pendidikan fisika sebagai salah satu pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi
(5)
2
dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung (Depdiknas, 2003). Pengalaman langsung dapat berupa kegiatan laboratorium maupun kegiatan lapangan.
Guru hendaknya selalu ingat bahwa jiwa fisika adalah inkuiri. Belajar fisika hanya menarik apabila dapat membuat siswa meningkatkan rasa ingin tahu (curiousity) lebih banyak melalui inkuiri. Peningkatan curiousity siswa dapat meningkat apabila siswa dipandu mengaplikasikan sains, bukan menghapal sains. Tujuan tersebut tercapai jika guru dituntut mendorong siswa untuk bertanya secara kritis dalam mengaplikasikan sains tersebut. Kemampuan itu baru dapat tercapai apabila guru berhasil membimbing siswa melakukan analisis dan sintesis.
Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktivitas siswa dalam proses belajar. Penerapan model inkuiri dalam pengajaran sains (dalam hal ini fisika) akan membawa dampak besar bagi perkembangan mental positif siswa, sebab melalui pengajaran ini siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkannya terutama dalam pembelajaran yang bersifat abstrak seperti topik listrik (Winataputra, dalam Kaswan, 2004). Sehubungan dengan itu Robert B, Sund (Hamalik, 2004) mengatakan, penemuan terjadi
(6)
3
apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa harus menggunakan segenap kemampuannya, bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist) yang melakukan eksperimen, dan mampu melakukan proses mental berinkuiri yang digambarkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui.
Kourilsky (Hamalik, 2004) menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri berpusat pada siswa, dimana siswa dihadapkan ke dalam suatu masalah kemudian mencari jawaban melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural. Penelitian yang dilakukan Wenning (2005) menunjukkan dengan pembelajaran berbasis inkuiri, siswa mendapatkan beberapa pengalaman dalam bekerja secara ilmiah khususnya practicing inquiry, deploying inquiry, dan supporting inquiry yang membawa siswa mengalami langsung pada pembelajaran. Selain itu, menurut Ilyas (2007) model pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA pada konsep listrik dinamis.
Pengembangan model pembelajaran inkuiri yang inovatif berbasis riset diantaranya dengan memanfaatkan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pesatnya TIK telah mengubah paradigma belajar dan pembelajaran yang menuntut kemampuan literasi TIK setiap individu untuk dapat beradaptasi dengan derasnya arus informasi dan teknologi. Perkembangan TIK memungkinkan dihasilkannya multimedia interaktif dalam pembelajaran yang dapat memudahkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari konsep fisika.
(7)
4
Pelajaran fisika menjadi mudah, menarik, dan menyenangkan jika terdapat variasi model, pendekatan, dan media pembelajaran dalam mengajarkan fisika. Salah satu media yang dapat dikembangkan adalah media pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh teknologi komputer. Komputer mampu memvisualisasikan materi-materi yang sulit untuk disajikan, terutama mengenai fenomena fisis yang bersifat abstrak yang mengakibatkan banyak siswa mengalami miskonsepsi, berdasarkan pengalaman hal itu terjadi pada konsep dualisme gelombang partikel, relativitas khusus, penjalaran gelombang, arus listrik, medan magnet, medan listrik, dan peristiwa elektrolisis.
Berbagai keunggulan dari komputer di atas dapat dimanfaatkan guru untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak. Proses tersebut dapat didukung oleh pembelajaran virtual laboratory. Virtual laboratory merupakan bentuk digital dari fasilitas dan proses-proses laboratorium yang dapat disimulasikan secara digital. Hasil penelitian menunjukkan laboratorium virtual optik dalam kegiatan praktikum inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains (Susanti, 2009). Berdasarkan penelitian Rizali (2009) penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan fenomena fisis materi listrik statis. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Supriyatman (2008) pembelajaran inkuiri menggunakan simulasi komputer interaktif lebih tinggi dalam meningkatkan penguasaan konsep rangkaian listrik arus searah dan
(8)
5
keterampilan proses sains dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri menggunakan alat nyata (real equipment).
Listrik dinamis adalah materi pelajaran kelistrikan yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, namun pada kenyatannya siswa masih kesulitan karena dianggap termasuk materi yang abstrak dan memiliki kompleksitas yang tinggi sehingga siswa sering mengalami kesulitan dalam memahaminya bahkan banyak yang salah konsep. Penelitian Finkelstein et al. (2005) menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pengantar fisika aljabar pada sebuah universitas mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep kelistrikan.
Konsep listrik dinamis merupakan konsep dasar untuk mempelajari konsep selanjutnya dalam fisika tentang kelistrikan. Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan penguasaan konsep listrik dinamis melalui pembelajaran yang melibatkan langsung siswa dalam penemuan. Hal ini antara lain dapat dicapai melalui pembelajaran inkuiri. Pembelajaran ini berorientasi pada siswa dimana keterlibatan siswa secara langsung sangat diharapkan sehingga terjadi peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis.
Setelah mempertimbangkan latar belakang dan beberapa pendapat di atas, peneliti melakukan sebuah studi yang berjudul “model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik listrik dinamis”.
(9)
6 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka perlu dirumuskan apa yang menjadi permasalahannya. Rumusan masalah secara umum adalah: Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory pada materi listrik dinamis?”.
Masalah tersebut diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perbandingan peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri mengunakan virtual laboratory dan siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory?
2. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri mengunakan virtual laboratory dan siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory?
3. Bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory dibandingkan menggunakan real laboratory pada materi listrik dinamis?
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan model inkuiri menggunakan virtual laboratory dan model pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory pada materi listrik dinamis?
(10)
7
5. Bagaimana tanggapan guru terhadap penggunaan model inkuiri menggunakan virtual laboratory dan model pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory pada materi listrik dinamis?
C. Asumsi dan Hipotesis Penelitian Asumsi
Model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir intelektual, keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka, dan siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Kelebihan virtual laboratory dibandingkan real laboratory dapat mensimulasikan fenomena mikroskopis secara digital, seperti menggambarkan pergerakan elektron yang sulit divisualisasi dapat diatasi sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Hipotesis Penelitian
1. Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory pada konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory.
(11)
8
2. Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory pada konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory.
HA2: x2 > y2
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang potensi penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran materi listrik dinamis. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan dengan real laboratory dalam pembelajaran materi listrik dinamis.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang potensi model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dan memperkaya hasil-hasil penelitian dalam bidang kajian sejenis, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini, seperti: guru, praktisi pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, peneliti, dan lain-lain.
(12)
9 F. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut didefinisikan seperti berikut:
1. Model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory adalah suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan berpikir siswa yang dilandaskan pada pengalaman dan keterlibatan langsung terhadap suatu permasalahan dengan menggunakan fasilitas dan proses-proses laboratorium yang dapat disimulasikan fenomena mikroskopisnya secara digital. Model ini menitikberatkan pada lima tahapan yaitu: penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada masalah, pengumpulan dan verifikasi data, eksperimen dan mengumpulkan data, merumuskan kaidah penjelasan, dan menganalisis proses inkuiri. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory diamati oleh observer menggunakan lembar observasi.
2. Model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory adalah suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan berpikir siswa yang dilandaskan pada pengalaman dan keterlibatan langsung terhadap suatu permasalahan melalui eksperimen dalam bentuk sebenarnya dengan menggunakan benda dan peralatan yang nyata. Peralatan yang digunakan dalam eksperimen pada penelitian ini menggunakan KIT listrik. Model pembelajaran ini menitikberatkan pada
(13)
10
lima tahapan sama seperti model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory diamati oleh observer menggunakan lembar observasi.
3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep secara ilmiah, baik konsep-konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang direvisi yang dibatasi pada tingkatan domain pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4). Penguasaan konsep siswa diukur dengan menggunakan instrumen penguasaan konsep berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator penguasaan konsep. 4. Keterampilan berpikir kritis yaitu mampu memberikan alasan, berpikir
secara reflektif, dan fokus untuk memutuskan apa yang akan dilakukan atau apa yang diyakini. Keterampilan berpikir kritis siswa yang dinilai disesuaikan dengan yang dapat dikembangkan oleh model inkuiri yaitu: (1) mencari persamaan dan perbedaan; (2) menggeneralisasi (data, tabel, dan grafik); (3) membuat hipotesis; (4) membuat kesimpulan; (5) mengaplikasikan konsep; (6) mempertimbangkan alternatif; (7) kemampuan memberi alasan. Keterampilan-keterampilan tersebut diukur dengan menggunakan tes keterampilan berpikir kritis berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda.
(14)
11
5. Pokok bahasan listrik dinamis secara khusus membahas kuat arus listrik, alat-alat ukur listrik, hukum Ohm, hambatan suatu penghantar, rangkaian hambatan listrik, gaya gerak listrik (ggl) dan tegangan jepit serta hukum Kirchhoff. Topik listrik dinamis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diajarkan pada kelas X dalam standar kompetensi ke-5 yaitu menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi (BSNP, 2006).
(15)
45 BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment dan metode deskriptif. Gambaran peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan metode quasi experiment. Metode deskriptif untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan virtual laboratory dan real laboratory.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah counter balanced designs (Fraenkel dan Wallen, 2007). Desain ini menggunakan dua kelas yaitu kelas pertama sebagai kelas A dan kelas kedua sebagai kelas B. Pada pembelajaran topik listrik dinamis sesi pertama yang terdiri dari dua pertemuan membahas alat-alat ukur listrik, hukum Ohm, dan hambatan suatu penghantar. Kelas A sebagai kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory dan kelas B sebagai kelas kontrol mendapatkan pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory. Selanjutnya pada pembelajaran topik listrik dinamis sesi kedua yang terdiri atas dua pertemuan membahas rangkaian hambatan listrik, gaya gerak listrik, tegangan jepit, dan hukum Kirchhoff dilakukan penukaran
(16)
46
perlakuan. Kelas A dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas B menjadi kelas eksperimen. Terhadap dua kelas dilakukan pretest dan posttest untuk melihat peningkatan penguasaan konsep antara sebelum dan setelah pembelajaran. Pretest dan posttest juga diberikan pada kedua kelas untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah mendapatkan pembelajaran. Secara sederhana, desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.Desain Penelitian
Keterangan:
X1 =perlakuan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory
X2 = perlakuan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory
A = materi tentang alat-alat ukur listrik dan hukum Ohm B = materi tentang hambatan suatu penghantar
C = materi tentang rangkaian hambatan listrik, ggl, dan tegangan jepit D = materi tentang hukum Kirchhoff
O = pretest dan posttest
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X pada salah satu SMA Negeri di kabupaten Cirebon. Sampel penelitian diambil dua kelas dari delapan kelas yang dipilih secara random yang akan diperlakukan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas yang dipilih diasumsikan memiliki kemampuan awal yang sama dalam hal penguasaan konsep listrik dinamis dan Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Perlakuan Posttest
Eksperimen O X1(A,B) O X2(C,D) O
(17)
47
keterampilan berpikir kritis. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat pada diagram alur penelitian. Berdasarkan diagram pada dasarnya penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap perencanaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain: a. Studi pendahuluan berupa studi literatur terhadap jurnal dan laporan
penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri dan virtual laboratory, menganalisis pelajaran fisika yang terdapat pada kurikulum KTSP 2006, dan materi pelajaran fisika kelas X
b. Penentuan materi pembelajaran yaitu listrik dinamis
c. Penyusunan skenario model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan menggunakan real laboratory d. Membuat instrumen penelitian
e. Melakukan validasi seluruh instrumen f. Merevisi instrumen
g. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian h. Menentukan subyek penelitian
i. Memberikan pelatihan kepada guru yang akan menerapkan model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory pada kelas
(18)
48
eksperimen dan model pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory pada kelas kontrol
j. Memberikan pelatihan kepada guru yang akan mengobservasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory pada kelas eksperimen dan model pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory pada kelas kontrol
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain:
a. Pelaksanaan pretest bagi kedua kelas untuk mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis awal siswa tentang materi listrik dinamis
b. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh dua orang guru, seorang guru menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory pada kelas eksperimen dan guru yang lain menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan real laboratory pada kelas kontrol
c. Pembelajaran topik listrik dinamis sesi pertama yang membahas alat-alat ukur listrik, hukum Ohm, dan hambatan suatu penghantar kelas A sebagai kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory dan kelas B sebagai kelas kontrol mendapatkan pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory
d. Selanjutnya pada pembelajaran topik listrik dinamis sesi kedua yang membahas rangkaian hambatan listrik, gaya gerak listrik, tegangan
(19)
49
jepit, dan hukum Kirchhoff dilakukan penukaran perlakuan. Kelas A dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas B menjadi kelas eksperimen e. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh tiga orang untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dan mengamati keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory pada kelas eksperimen dan real laboratory pada kelas kontrol
f. Pelaksanaan posttest bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa
3. Tahap akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: a. Mengolah data hasil penelitian
b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian c. Menarik kesimpulan
(20)
50 D. Alur Penelitian
Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1Diagram Alur Penelitian
Rancangan Instrumen Uji Coba Instrumen
Angket Analisis Data
Kesimpulan Observasi
Angket
Posttest
Observasi Studi Pendahuluan dan Observasi
Perumusan Masalah
Studi Literatur Bahan Kajian
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
Pretest
Proses Pembelajaran Inkuiri Virtual Laboratory
Proses Pembelajaran Inkuiri Real Laboratory
(21)
51 E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu tes penguasaan konsep dan tes keterampilan berpikir kritis sebagai instrumen utama, angket dan observasi sebagai instrumen pelengkap. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:
1. Tes penguasaan konsep
Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa terhadap konsep yang diajarkan. Pemberian pretest untuk melihat kemampuan siswa sebelum mereka mendapat perlakuan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory sedangkan posttest untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Tes penguasaan konsep berbentuk pilihan ganda. Pertanyaan tes berhubungan dengan tingkat berpikir dari domain kognitif Bloom yang dibatasi dari C1 sampai C4 yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis.
2. Tes keterampilan berpikir kritis
Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa terhadap konsep listrik dinamis. Seperti halnya tes penguasaan konsep, item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda. Pertanyaan tes untuk melihat keterampilan berpikir kritis siswa dibatasi pada indikator mencari persamaan dan perbedaan, menggeneralisasi (data, tabel, dan grafik), membuat hipotesis, membuat kesimpulan, mengaplikasikan
(22)
52
konsep, mempertimbangkan alternatif, dan kemampuan memberi alasan. Alasan pembatasan ini karena indikator-indakator tersebut disesuaikan dengan yang dapat dikembangkan oleh model pembelajaran inkuiri menggunakan virtual laboratory dan real laboratory dimana kegiatan inti pembelajarannya adalah melakukan praktikum.
3. Angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory
Angket bertujuan untuk mengungkap persepsi siswa tentang pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory, implementasinya, peranannya dalam peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis, kelebihannya, dan mengungkap motivasi siswa setelah mendapat model pembelajaran tersebut. Skala pengukuran sikap siswa yang digunakan adalah skala Guttman, yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang jelas dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Jika menjawab suatu pernyataan dengan jawaban ya, maka mendapat skor satu dan jika menjawab tidak, maka mendapat skor nol. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui sikap siswa (positif atau negatif) terhadap model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory pada topik listrik dinamis di kelas X SMA. Pemberian angket dilakukan setelah proses pembahasan materi listrik dinamis selesai dilakukan.
(23)
53
4. Angket tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory
Angket bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan guru terhadap model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory. Skala pengukuran sikap guru yang digunakan adalah skala Guttman. Setiap guru diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Jika menjawab suatu pernyataan dengan jawaban ya, maka mendapat skor satu dan jika menjawab tidak, maka mendapat skor nol. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui sikap guru (positif atau negatif) terhadap model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory pada topik listrik dinamis di kelas X SMA.
5. Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dan mengamati keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory sesuai dengan sintaks model pembelajaran inkuiri yang terdiri dari lima tahap yaitu: tahap penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada permasalahan, tahap pengumpulan dan verifikasi data, tahap eksperimen dan mengumpulkan data, tahap merumuskan penjelasan, dan tahap mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Bertindak sebagai pengamat yaitu peneliti dan dibantu oleh dua orang guru fisika pada sekolah yang dijadikan tempat penelitian.
(24)
54 F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu melalui tes tertulis, angket, dan lembar observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data No Sumber
Data
Jenis Data Teknik Pengumpulan
Instumen 1. Siswa Penguasaan konsep siswa
sebelum dan setelah mendapatkan perlakuan
Pretest dan
posttest
Butir soal pilihan ganda yang memuat kemampuan
penguasaan konsep 2. Siswa Keterampilan berpikir kritis
siswa sebelum dan setelah mendapatkan perlakuan
Pretest dan
posttest
Butir soal pilihan ganda yang memuat indikator keterampilan berpikir kritis
3. Siswa dan Guru
Tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan
virtual laboratory dan real
laboratory
Kuesioner Angket
4. Siswa dan Guru
Aktivitas siswa dan guru selama KBM dan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan
virtual laboratory dan real
laboratory
Observasi Pedoman observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
G. Teknik Analisis Data
1. Penskoran hasil tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis dengan berpedoman pada standar penskoran yang telah ditetapkan. Pengujian kesahihan tes dilakukan dengan cara uji coba instrumen. Data hasil uji coba instrumen dianalisis melalui:
(25)
55 a. Validitas butir soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor setiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran (korelasi), sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.
Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson, sebagai berikut: (Arikunto, 2006)
{
2 2}{
2 2}
) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =
Keterangan: rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor tiap butir soal yang akan dicari validitasnya Y = skor tes total
N = jumlah sampel
Untuk mengklasifikasi koefisien korelasi dapat digunakan pedoman kategori seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi (baik) 0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup (sedang) 0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah (kurang) 0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)
(26)
56
Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus berikut: (Sudjana, 2000)
2 1 2 xy xy r N r t − − = Keterangan : N = jumlah subjek
rxy = koefisien korelasi
b. Reliabilitas tes
Reliabilitas suatu alat ukur (tes) dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (ajeg, konsisten) setiap kali dipakai. Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama (identik) meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Perhitungan koefisien reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua menggunakan persamaan: (Arikunto, 2006)
Keterangan: r 11 = koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan
2 1 2 1
r = koefisien antara skor-skor setiap belahan tes
Harga
2 1 2 1
r adalah nilai koefisien korelasi antara dua belahan tes, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson. Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (r11),
digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford, seperti pada Tabel 3.4. + = 2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r
(27)
57
Tabel 3.4. Kategori Reliabilitas Tes Koefisien reliabilitas Kategori
r11≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
0,40 <r11≤ 0,60 Cukup (sedang)
0,60 <r11≤ 0,80 Tinggi
0,80 <r11≤ 1,00 Sangat tinggi
c. Tingkat kemudahan butir soal
Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks kemudahan 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkan masalah. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Indeks kemudahan diberi simbol ‘P’ (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus: (Arikunto, 2006)
JS B
P= Keterangan: P = indeks kemudahan
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk mengklasifikasi indeks kemudahan dapat digunakan pedoman kategori tingkat kemudahan seperti pada Tabel 3.5.
(28)
58
Tabel 3.5. Kategori Tingkat Kemudahan Indeks kemudahan Kategori soal
0,00 ≤P < 0,30 Sukar 0,30 ≤P < 0,70 Sedang 0,70 ≤P≤ 1,00 Mudah
d. Daya pembeda butir soal
Pengertian daya pembeda dari sebuah butir soal adalah seberapa jauh butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang memiliki kemampuan tinggi dengan testi yang memiliki kemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu tes dapat digunakan persamaan: (Arikunto, 2006)
A B
B B A
A P P
J B J B
D= − = −
Keterangan: J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar Untuk mengklasifikasi indeks daya pembeda dapat digunakan pedoman kategori daya pembeda seperti pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kategori Daya Pembeda Indeks daya pembeda Kategori
D≤ 0,20 Kurang
0,20 < D≤ 0,40 Cukup 0,40 < D≤ 0,70 Baik 0,70 < D≤ 1,00 Baik sekali
(29)
59
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa ditinjau dari perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (normalized gain) yang diperoleh dari penggunaannya. Perhitungan nilai gain ternormalisasi dan pengklasifikasiannya menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh R. R. Hake sebagai berikut: (Cheng, et al., 2004)
= −−
Keterangan: Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal
Smaks =skor maksimum ideal
Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi diklasifikasikan seperti pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi Gain yang dinormalisasi Klasifikasi
g > 0,70 Tinggi
0,30 < g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
3. Uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan teknik uji statistik yang sesuai dengan distribusi data yang diperoleh.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data sebagai berikut:
a. Uji normalitas data
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa kedua
(30)
60
kelas. Uji normalitas data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
b. Uji homogenitas data
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene Test. Uji tersebut didasarkan pada rumus statistik yaitu: (Ruseffendi, 1998)
Keterangan: F = nilai hitung
2 1
s = varians terbesar
2 2
s = varians terkecil c. Uji kesamaan dua rerata
Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu uji kesamaan rata-rata untuk nilai gain yang dinormalisasi siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows 16.0 yaitu uji-t dua sampel independen (Independent-Samples T Test).
Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Sudjana, 2002), yaitu:
1) Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed):
2 2 2 1
s s F =
(31)
61 + − = 2 1 2 1 1 1 n n S x x t dengan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − = n n S n S n S
Keterangan: x1 = rata-rata N-gain kelas eksperimen 2
x = rata-rata N-gain kelas kontrol n1 = jumlah sampel kelas eksperimen
n2 = jumlah sampel kelas kontrol
S = jumlah subyek penelitian
2) Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not assumed):
= −
+
Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka digunakan uji statistik nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U-test (Ruseffendi, 1998). Terdapat dua rumus yang digunakan untuk pengujian yaitu:
U1 = n1 n2 + 1 1 1 2 ) 1 ( R n n − +
dan U2 = n1 n2 + 2 2 2 2 ) 1 ( R n n − +
Keterangan: n1= jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
R1 = jumlah rangking pada pada sampel 1
R2 = jumlah rangking pada pada sampel 2
Kedua rumus tersebut digunakan dalam perhitungan karena akan digunakan untuk mengetahui harga U mana yang lebih kecil. Harga U
(32)
62
yang lebih kecil tersebut yang digunakan untuk pengujian dan membandingkan dengan U tabel.
d. Pengolahan data yang diperoleh melalui angket dilakukan secara kuantitatif melalui perhitungan persentase jumlah siswa dan guru atas tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan yang terkait dengan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory yang digunakan. Untuk penskoran data yang diperoleh digunakan skala Guttman.
H. Hasil Uji Coba Instrumen
Uji coba tes dilakukan pada siswa kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di kabupaten Cirebon (di tempat penelitian) pada hari Sabtu tanggal 20 Maret 2010. Soal tes penguasaan konsep yang diujicobakan berjumlah 25 butir soal dan soal tes keterampilan berpikir kritis yang diujicobakan berjumlah 23 butir soal masing-masing berbentuk pilihan ganda. Analisis instrumen dilakukan dengan menggunakan program Anates V4 untuk menguji validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda soal. Hasil uji coba secara terperinci tertera pada lampiran C.
Hasil uji coba soal penguasaan konsep listrik dinamis dan keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.8.
(33)
63
Tabel 3.8. Hasil Ujicoba Soal Tes Penguasaan Konsep Listrik Dinamis dan Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Ujicoba Soal Tes
Daya Pembeda Tingkat Kemudahan
Validitas Reliabilitas Kategori Jumlah Kategori Jumlah Kategori Jumlah Nilai Kriteria Penguasaan
Konsep
Baik sekali
- Sukar 1 Valid 23 0,87 Sangat tinggi Baik 23 Sedang 20 Tidak
Valid
2 Cukup 2 Mudah 4
Keterampilan berpikir kritis
Baik sekali
1 Sukar 3 Valid 21 0,87 Sangat tinggi Baik 18 Sedang 13 Tidak
Valid
2 Cukup 4 Mudah 5
Kurang - Sangat mudah
2
Uji coba soal tes penguasaan konsep listrik dinamis terdiri dari 25 soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 23 soal valid dan 2 soal yang tidak valid. Selanjutnya 2 soal yang tidak valid, 1 soal diganti dan 1 soal tidak dipakai. Jumlah soal penguasaan konsep yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 24 soal. Hasil uji coba soal tes penguasaan konsep secara rinci tertera pada Lampiran C.
Uji coba soal tes keterampilan berpikir kritis siswa, soal terdiri dari 23 soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh, terdapat 21 soal valid dan 2 soal tidak valid, selanjutnya soal yang tidak valid tidak dipakai. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 21 soal. Hasil uji coba soal tes keterampilan berpikir kritis siswa secara lengkap terdapat pada Lampiran C.
(34)
103 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual labaratory dan real laboratory untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik listrik dinamis dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan penguasaan konsep listrik dinamis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri dengan menggunakan virtual labaratory secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri dengan menggunakan real labaratory.
2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri dengan menggunakan virtual labaratory secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri dengan menggunakan real labaratory.
3. Selama pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual labaratory siswa terlihat lebih mandiri, aktif, dan memiliki semangat tinggi dalam memecahkan masalah yang diberikan jika dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri menggunakan real laboratory. Selama pembelajaran berlangsung, guru hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator. Siswa dan guru telah
(35)
104
melakukan aktivitas yang sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran inkuiri.
4. Siswa memberikan tanggapan yang lebih positif terhadap model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory daripada real laboratory. Kedua model pembelajaran ini secara keseluruhan membantu siswa dalam hal meningkatkan penguasaan konsep siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa.
5. Guru memberikan tanggapan yang baik terhadap model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory. Kedua model pembelajaran ini secara keseluruhan membantu guru dalam hal meningkatkan penguasaan konsep siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual labaratory dan real laboratory untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik listrik dinamis, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri menggunakan virtual laboratory agar dapat berlangsung sesuai harapan, sebaiknya disediakan sarana dan prasarana yang memadai, seperti: komputer, jaringan intranet, LCD, dan siswa telah memahami cara penggunaan komputer baik secara offline maupun online.
(36)
105
2. Alokasi waktu untuk setiap tahap dalam pembelajaran hendaknya benar-benar diperhatikan agar setiap tahap pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
3. Kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pembelajaran berlangsung terkait dengan penggunaan alat KIT, seperti terjadinya malfungsi alat hendaknya dapat diantisipasi sebelum pembelajaran dimulai.
(37)
106
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. dan Shariff, A. (2008), “The Effects of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Law”. Eurasia Journal of Mathematics, Science, and Technology Education. 4, (4), 387-398.
Adisyahputra, et al. (1992). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode”Discovery” dan “Inquiry”. Bagian I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. (Ed). (2001). Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Blom’s Taxonomy of Educational Objectivies. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Arifin, M. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Baharudin. (1982). Peranan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas.
Cheng, K. et al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Students’ Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American Journal of Physics.72, (11), 1447-1453.
Costa and Pressceisen. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. …………..(2003). Pendekatan Konstektual. Jakarta: Depdiknas.
(38)
107
Ennis, R.H. (1985). “An Elaboration of a Cardinal Goal of Science Instruction”. Educational Phillosophy and Theory. 23, (1), 31-34.
Finkelstein. et al. (2005) “When Learning about the Real World is Better Done Virtually: A Study Of Substituting Computer Simulations for Laboratory Equipment”. Physical Review Special Topics-Physics Education Research. 1, (010103), 1-8.
Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education (Sixth ed). New York: McGraw-Hill Book Co.
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Ilyas. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Konsep Listrik Dinamis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Joyce et al. (2000). Models of Teaching, Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Kaswan. (2004). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir
Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Latuheru, J. D. (1988). Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.
Liliasari, (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. UPI Bandung.
…………..(2005) Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan IPA pada Fakultas PMIPA UPI Bandung.
Liu, X. (2006), “Effects of Combined Hands-on Laboratory and Computer Modeling on Student Learning of Gas Laws: A Quasi-Experimental Study”. Journal of Science Education and Technology, 15, (1), 89-100. NRC (National Research Council), (1999). Inquiry and The National Science
Education Standar: Guid for Teaching and Learning. Washington: National Academic Press.
(39)
108
Priyadi. (2005).”BerpikirKritis”.http://Priyadi.net/archives/2005/04/21/ berpikir kritis.
Pyatt, K. dan Sims, R. (2007). Learner performance and attitudes in traditional versus simulated laboratory experiences. Proceedings ascilite Singapore: Full paper: Pyatt and Sims. 870-879.
Ridwan, I. (2006). Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Hukum-hukum Dasar Kimia.Tesis PPs UPI. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Rizali, O. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pembelajaran dengan Pendekatan Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Fenomena Fisis Materi Listrik Statis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setiawan, A. (2006). Pemanfaatan Teknologi Komputer untuk Pembelajaran Fisika Abad ke-21. UPI-UPSI Joint Internasional Seminar. UPI 8-9 Agustus 2006.
---, (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Sains. Workshop dalam Kegiatan Pengabdian Masyarakat SPs UPI. UPI 29 Juli 2009.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Splitter, J.L. (1992). Critical Thinking: What, why, When and How. Australia Council for Educational Research.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Supriyatman. (2008). Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Simulasi Komputer Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah dan Keterampilan Proses Sains. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(40)
109
Susanti, D. (2009). Penggunaan Laboratorium Virtual Optik dalam Kegiatan Praktikum Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Calon Guru. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Tambade, P.S. dan Wagh B.G. (2008), “Investigating Effect of Computer Simulations in Physics Teaching at Undergraduate Level”. Proceedings of world conference on E-learning in corporate Goverment, Healthcare, and Higher Education.1-11.
Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang.
Wenning, C. J. (2005). “Implementing Inquiry-Based Instruction in the Science Classroom: A New Model for Solving the Improvement-of-Practice Problem”. Journal of Physics Teacher Education Online. 2, (4), 9-15. Wijaya, C. (1992). Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran.
Bandung: PT Rosda Karya.
Wiyono, K. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains, dan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Relativitas Khusus. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(1)
104
melakukan aktivitas yang sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran inkuiri.
4. Siswa memberikan tanggapan yang lebih positif terhadap model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory daripada real laboratory. Kedua model pembelajaran ini secara keseluruhan membantu siswa dalam hal meningkatkan penguasaan konsep siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa.
5. Guru memberikan tanggapan yang baik terhadap model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory dan real laboratory. Kedua model pembelajaran ini secara keseluruhan membantu guru dalam hal meningkatkan penguasaan konsep siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan virtual labaratory dan real laboratory untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik listrik dinamis, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri menggunakan virtual laboratory agar dapat berlangsung sesuai harapan, sebaiknya disediakan sarana dan prasarana yang memadai, seperti: komputer, jaringan intranet, LCD, dan siswa telah memahami cara penggunaan komputer baik secara offline maupun online.
(2)
105
2. Alokasi waktu untuk setiap tahap dalam pembelajaran hendaknya benar-benar diperhatikan agar setiap tahap pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
3. Kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pembelajaran berlangsung terkait dengan penggunaan alat KIT, seperti terjadinya malfungsi alat hendaknya dapat diantisipasi sebelum pembelajaran dimulai.
(3)
106
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. dan Shariff, A. (2008), “The Effects of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Law”. Eurasia Journal of Mathematics, Science, and Technology Education. 4, (4), 387-398.
Adisyahputra, et al. (1992). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode”Discovery” dan “Inquiry”. Bagian I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. (Ed). (2001). Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Blom’s Taxonomy of Educational Objectivies. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Arifin, M. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Baharudin. (1982). Peranan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas.
Cheng, K. et al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Students’ Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.
Costa and Pressceisen. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. …………..(2003). Pendekatan Konstektual. Jakarta: Depdiknas.
(4)
107
Ennis, R.H. (1985). “An Elaboration of a Cardinal Goal of Science Instruction”. Educational Phillosophy and Theory. 23, (1), 31-34.
Finkelstein. et al. (2005) “When Learning about the Real World is Better Done Virtually: A Study Of Substituting Computer Simulations for Laboratory Equipment”. Physical Review Special Topics-Physics Education Research. 1, (010103), 1-8.
Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education (Sixth ed). New York: McGraw-Hill Book Co.
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Ilyas. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Konsep Listrik Dinamis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Joyce et al. (2000). Models of Teaching, Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Kaswan. (2004). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir
Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Latuheru, J. D. (1988). Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.
Liliasari, (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. UPI Bandung.
…………..(2005) Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan IPA pada Fakultas PMIPA UPI Bandung.
Liu, X. (2006), “Effects of Combined Hands-on Laboratory and Computer Modeling on Student Learning of Gas Laws: A Quasi-Experimental Study”. Journal of Science Education and Technology, 15, (1), 89-100. NRC (National Research Council), (1999). Inquiry and The National Science
Education Standar: Guid for Teaching and Learning. Washington: National Academic Press.
(5)
108
Priyadi. (2005).”BerpikirKritis”.http://Priyadi.net/archives/2005/04/21/ berpikir kritis.
Pyatt, K. dan Sims, R. (2007). Learner performance and attitudes in traditional versus simulated laboratory experiences. Proceedings ascilite Singapore: Full paper: Pyatt and Sims. 870-879.
Ridwan, I. (2006). Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Hukum-hukum Dasar Kimia. Tesis PPs UPI. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Rizali, O. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pembelajaran dengan Pendekatan Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Fenomena Fisis Materi Listrik Statis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setiawan, A. (2006). Pemanfaatan Teknologi Komputer untuk Pembelajaran Fisika Abad ke-21. UPI-UPSI Joint Internasional Seminar. UPI 8-9 Agustus 2006.
---, (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Sains. Workshop dalam Kegiatan Pengabdian Masyarakat SPs UPI. UPI 29 Juli 2009.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Splitter, J.L. (1992). Critical Thinking: What, why, When and How. Australia Council for Educational Research.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Supriyatman. (2008). Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Simulasi Komputer Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah dan Keterampilan Proses Sains. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(6)
109
Susanti, D. (2009). Penggunaan Laboratorium Virtual Optik dalam Kegiatan Praktikum Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Calon Guru. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Tambade, P.S. dan Wagh B.G. (2008), “Investigating Effect of Computer Simulations in Physics Teaching at Undergraduate Level”. Proceedings of world conference on E-learning in corporate Goverment, Healthcare, and Higher Education.1-11.
Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang.
Wenning, C. J. (2005). “Implementing Inquiry-Based Instruction in the Science Classroom: A New Model for Solving the Improvement-of-Practice Problem”. Journal of Physics Teacher Education Online. 2, (4), 9-15. Wijaya, C. (1992). Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran.
Bandung: PT Rosda Karya.
Wiyono, K. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains, dan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Relativitas Khusus. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.