PENERAPAN MODEL ECIRR (ELICIT- CONFRONT-IDENTIFY-RESOLVE-REINFORCE) MENGGUNAKAN KOMBINASI REAL LABORATORY DAN VIRTUAL LABORATORY UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA TENTANG KONSEP-KONSEP RANGKAIAN LISTRIK.

(1)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL ECIRR (ELICIT-

CONFRONT-IDENTIFY-RESOLVE-REINFORCE) MENGGUNAKAN KOMBINASI REAL LABORATORY DAN VIRTUAL LABORATORY UNTUK MEREDUKSI

MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA TENTANG KONSEP-KONSEP RANGKAIAN

LISTRIK

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA Konsenterasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan

Oleh :

HAMDANI 1103373

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL ECIRR (ELICIT-

CONFRONT-IDENTIFY-RESOLVE-REINFORCE) MENGGUNAKAN KOMBINASI REAL LABORATORY DAN VIRTUAL LABORATORY UNTUK MEREDUKSI

MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA TENTANG KONSEP-KONSEP RANGKAIAN

LISTRIK

Oleh Hamdani

S.Pd Universitas Tanjungpura Pontianak, 2007

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika

© Hamdani 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013


(3)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PENERAPAN MODEL ECIRR (ELICIT-

CONFRONT-IDENTIFY-RESOLVE-REINFORCE) MENGGUNAKAN KOMBINASI REAL LABORATORY DAN VIRTUAL LABORATORY UNTUK MEREDUKSI

MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA TENTANG KONSEP-KONSEP RANGKAIAN

LISTRIK

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Dadi Rusdiana, M.Si. NIP. 196810151994031002

Pembimbing II

Dr. Ida Hamidah, M.Si. NIP. 196809261993032002

Mengetahui,


(4)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si. NIP. 195807121983032002


(5)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan Model ECIRR (Elicit- Confront-Identify-Resolve-Reinforce) menggunakan Kombinasi Real Laboratory dan Virtual Laboratory untuk

Mereduksi Miskonsepsi dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Hamdani (1103373)

Pembimbing I : Dr. Dadi Rusdiana, M.Si Pembimbing II : Dr. Ida Hamidah, M.Si

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi miskonsepsi dan meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa tentang konsep-konsep rangkaian listrik melalui penerapan model ECIRR (Elicit- Confront-Identify-Resolve-Reinforce)

menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design dengan bentuk penelitian one-group pretest-posttest design yang dilakukan pada salah satu universitas di Pontianak. Instrumen yang digunakan berupa tes diagnostik yang dilengkapi Certainty of Response Index (CRI), tes keterampilan proses sains, angket dan lembar observasi kualitas pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan kuantitas miskonsepsi dan peningkatan keterampilan proses sains mahasiswa. Mahasiswa dan dosen memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory.

Kata kunci : miskonsepsi. keterampilan proses sains, model ECIRR, real laboratory, virtual laboratory


(6)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 6

TINJAUAN PUSTAKA A.Konstruktivisme dan Miskonsepsi ... 8

B.Penyebab Miskonsepsi ... 9

C.Teknik Menggali Miskonsepsi ... 10

D.Menggali Miskonsepsi dengan CRI ... 13

E. Virtual Laboratory ... 16

F. Real Laboratory ...18

G.Model ECIRR ... 19

H.Keterampilan Proses Sains ... 20

I. Konsep Dasar Rangkain Listrik ... 23


(7)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian ... 32

B.Subjek Penelitian ... 32

C.Instrumen Penelitian ... 33

D.Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 36

F. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen ... 42

G.Alur Penelitian ... 43

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 44

1. Miskonsepsi pada Rangkaian Listrik ... 44

a. Signifikansi Perubahan Miskonsepsi ... 44

2. Keterampilan Proses Sains Mahasiswa ... 47

a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Proses Sains Secara Umum ... 47

b. Uji Statistik Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 48

c. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tiap Label Indikator ... 48

3. Deskripsi Penilaian Kualitas Pembelajaran ... 50

4. Deskripsi Tanggapan Mahasiswa dan Dosen Terhadap Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory dan Virtual Laboratory ... 51

B. Pembahasan ... 54

1. Reduksi Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Rangkaian Listrik ... 54

2. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Calon Guru ... 58

3. Keunggulan dan Kelemahan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory dan Virtual Laboratory ... 60


(8)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

REFERENSI ... 64


(9)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program studi pendidikan fisika sebagai salah satu bagian Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) harus mampu membekali mahasiswanya dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk menjadi calon guru fisika. Aspek yang cukup penting dari kompetensi guru fisika adalah pengetahuan tentang berbagai materi fisika termasuk materi kelistrikan (Nyoto, 2008). Pemahaman konseptual yang dimiliki mahasiswa dirasakan kurang, hal ini disebabkan karena adanya miskonsepsi yang dialami mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa mengalami miskonsepsi tentang kelistrikan. Berdasarkan hasil observasi di tempat penelitian dan kajian literatur, miskonsepsi tentang kelistrikan yang berhasil diungkap antara lain arus diserap setiap komponen rangkaian, sehingga arus yang dekat kutub posistif lebih besar dari pada arus dekat kutub negatif dari baterai (McDermott dan Shaffer ,1992; Kuckozer dan Kocakulah, 2007; Darjito dan Van den Berg, 1991), komponen yang diubah hanya mempengaruhi arus dalam komponen sesudahnya dan tidak mempengaruhi arus dalam komponen sebelumnya (local reasoning); Duit dan Rhoneck (1998), baterai tunggal yang dirangkai menghasilkan nyala lampu lebih terang dibandingkan dengan dua baterai yang dirangkai seri; Engelhardt dan Beichner (2004), jika ada dua resistor dirangkai seri, resistor dengan hambatan lebih besar memiliki arus yang lebih kecil (Bilal dan Erol, 2009); jika resistor ditambahkan pada rangkaian paralel, maka hambatan total akan meningkat (Cohen, et al; Dupin dan Johsua, dalam Sencar dan Eryilmaz, 2004). Peneliti Brown dan Crowder, McGregor, Philips, Hapkiewicz, Simane, Weiler (dalam Suparno, 2005) menemukan adanya miskonsepsi pada topik kelistrikan pada semua jenjang pendidikan (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Perguruan Tinggi, termasuk guru).


(10)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Miskonsepsi merupakan konsepsi seseorang yang berbeda dengan konsepsi para ahli (konsepsi ilmuwan). Konsepsi para ahli lebih canggih, lebih komplek, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antar konsep daripada konsepsi mahasiswa. Umumnya miskonsepsi menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep (Van den Berg, 1991).

Setiap mahasiswa yang datang ke kelas untuk mempelajari fisika mempunyai konsepsi awal tentang konsep-konsep yang sedang dipelajari. Konsepsi mahasiswa merupakan hasil dari pengalamannya sehari-hari pada berbagai aspek kehidupannya, misalnya melalui pembicaraan dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, dan melalui media seperti surat kabar, televisi, radio dan sebagainya (Kurniawan, 2006). Mahasiswa bukanlah suatu tabularasa atau kertas kosong yang bersih, yang dalam proses pembelajaran akan ditulisi. Konsep awal yang mereka bawa itu mungkin sesuai dengan konsep ilmiah tetapi juga mungkin tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Biasanya, konsep awal itu kurang lengkap atau kurang sempurna (Suparno, 2005) sehingga dapat menimbulkan miskonsepsi.

Dalam konstruktivisme, miskonsepsi merupakan hal yang wajar dalam proses pembentukkan pengetahuan oleh seseorang yang sedang belajar. Pengetahuan itu tidak sekali jadi, tetapi merupakan suatu proses terus-menerus yang semakin sempurna. Bahkan dalam perkembangan mengkonstruksi pengetahuan, mahasiswa dapat bermula dari konsep yang sangat kasar dan sederhana serta tidak lengkap, dan pelan-pelan dalam proses pembelajaran menjadi semakin lengkap, tepat dan benar (Suparno, 2002). Dengan demikian miskonsepsi dapat dijadikan sebagai awal perkembangan pengetahuan yang lebih baik. Dalam teori belajar Piaget, untuk memahami konsep dengan baik diperlukan akomodasi pada saat proses disequilibrium. Jika pengalaman mahasiswa dituntun pada proses ini, miskonsepsi yang terjadi pada siswa mungkin dapat dihindari.

Miskonsepsi yang dimiliki mahasiswa bertahan lama dalam memori mahasiswa dan akan sulit diubah jika hanya menggunakan strategi mengajar


(11)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konvensional. Miskonsepsi yang terjadi pada mahasiswa sebagai calon guru harus segera diatasi agar tidak “tertular” kelak pada siswa-siswa yang diajarnya.

Menurut Wenning (2008) miskonsepsi dapat diatasi dengan model perubahan konsep (conceptual change model) dan model pertukaran konsep (concept exchange model). Conceptual change model menyatakan bahwa ketika konsep baru dipelajari, maka konsep baru ini akan melemahkan atau menghancurkan konsep yang sudah ada dalam memori. Dalam hal ini, guru harus membantu siswa untuk melupakan konsep yang tidak benar dan membantu siswa untuk melihat bagaimana ide awal siswa sesuai dengan kerangka kerja pemahaman ilmiah. Concept exchange model menyatakan bahwa konsepsi yang lama tidak dimodifikasi, tetapi konsep baru dihadirkan disepanjang konsep-konsep lamanya. Dalam model ini siswa sendiri yang akan menyadari kesalahan konsep yang mereka miliki sehingga mereka akan menolak dan menghilangkan konsepsi yang lama dan mengadopsi konsepsi baru yang lebih meyakinkan.

Wenning menyarankan menerapkan model ECIRR ( Elicit-Confront-Identify-Resolve-Reinforce) untuk mengatasi miskonsepsi. Model ECIRR merupakan pengembangan model berdasarkan penelitian dari Modeling Website. Model ECIRR menghadirkan konflik kognitif yang selalu diterapkan dalam area pedagogik untuk mengatasi miskonsepsi seperti learning cycle (Karplus),

conceptual change theory (Posner, et al), bridging analogies (Clement; Perschard dan Bitbol), micro computer-based laboratory experiences (Thornton dan Sokolof), disequilibrium techniques (Minstrell), inquiry approach (Harrison, et al) dalam Wenning (2008).

Pemanfaatan simulasi komputer sebagai media pembelajaran dapat digunakan pada penerapan model ECIRR, khususnya pada fase confront yang bertujuan menghadirkan konflik kognitif. Simulasi komputer sebagai pembelajaran interaktif dapat menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mempelajari materi setiap saat, diulang-ulang sampai memahami konsep, memahami gejala alam melalui kegiatan ilmiah, dan meniru cara kerja imuwan


(12)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam menemukan fakta, konsep, hukum atau prinsip-prinsip fisika yang bersifat

invisible (McKagan, et al, 2008).

Penelitian (Suhandi, dkk, 2008) menunjukkan simulasi virtual dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan meminimalkan miskonsepsi. Hasil penelitian yang lain menunjukkan strategi pembelajaran dengan simulasi komputer dan virtual lab membantu siswa dan mahasiswa untuk memahami materi-materi fisika (Finkelstein, et al, 2005; McKagan, et al, 2008; Zacharia dan Constantinou, 2008). Siswa memberikan respon yang positif penggunaan simulasi komputer dan virtual lab dalam pembelajaran fisika (Perkins, et al, 2006; Fatik dan Madlazim, 2007). Simulasi komputer dapat digunakan untuk menyediakan pembelajaran interaktif yang menghadirkan fenomena fisika, yang mungkin bertentangan dengan konsepsi peserta didik. Pengalaman ini dapat mendorong peserta didik memodifikasi konsepsi mereka yang keliru (Zacharia dan Anderson, dalam Richards, 2010)

Kegiatan virtual lab tidak selamanya memberikan dampak positif, hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan penguasaan konsep (Wainwright; Olugbemiro; Morrel dalam Yang dan Heh, 2007) dan keterampilan proses sains siswa (Beichner, 1990) yang disebabkan kegiatan virtual lab tidak dirancang sebaik mungkin. Untuk mengatasi hal ini salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengkombinasikan ril lab dengan virtual lab. Penelitian yang dilakukan Chini, et al (2012); Saepuzaman (2011); Zacharia dan Constantinou (2008); Olympiou dan Zacharia (2008) menunjukkan kegiatan kombinasi real laboratory dengan virtual laboratory dapat meningkatkan penguasaan konsep dibandingkan dengan kegiatan real laboratory saja atau virtual laboratory saja.

Salah satu tujuan pembelajaran fisika di sekolah menengah antara lain agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan pengalaman melalui percobaan agar dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan secara lisan dan tertulis (BSNP, 2006). Kemampuan ini merupakan representasi dari keterampilan proses sains.


(13)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan proses sains perlu dilatihkan pada mahasiswa calon guru fisika agar tujuan pembelajaran fisika di sekolah menengah dapat tercapai.

Berdasarkan permasalahan di atas perlu dikembangkan pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa mereduksi miskonsepsi dan meningkatkan keterampilan proses sains. Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah “Penerapan Model ECIRR menggunakan Kombinasi Real Laboratory dan Virtual Laboratory untuk Mereduksi Miskonsepsi dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains MahasTentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini “ Apakah penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory dapat mereduksi miskonsepsi mahasiswa dan meningkatkan keterampilan proses sains tentang konsep-konsep rangkaian listrik? Permasalahan penelitian ini dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana signifikansi reduksi miskonsepsi mahasiswa tentang konsep-konsep rangkaian listrik setelah pembelajaran model ECIRR kombinasi real laboratory dan virtual laboratory diterapkan?

2. Bagaimana signifikansi peningkatan keterampilan proses sains mahasiswa pada konsep-konsep rangkaian listrik setelah pembelajaran model ECIRR kombinasi real laboratory dan virtual laboratory diterapkan?

3. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory?

C. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

Asumsi dasar dalam penelitian ini penggunaan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory dapat memfasilitasi mahasiswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga dapat mereduksi miskonsepsi yang dialaminya dan melatihkan keterampilan proses sains pada


(14)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa. Berdasarkan asumsi penelitian maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ha1: Penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan

virtual laboratory secara signifikan dapat mereduksi miskonsepsi mahasiswa tentang konsep-konsep rangkaian listrik (p1 < p2)

2. Ha2: Penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan

virtual laboratory pada materi rangkaian listrik secara signifikan dapat meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa (µ1 > µ2)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melakukan studi tentang penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory pada mata kuliah fisika dasar pada konsep rangkaian listrik dan pengaruhnya untuk mereduksi miskonsepsi mahasiswa dan meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa semester dua program studi pendidikan fisika.

E. Manfaat penelitian

Manfaat hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti empirik tentang pembelajaran model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory untuk mereduksi miskonsepsi dan meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa pada topik rangkaian listrik.

F. Definisi Operasional

1. Miskonsepsi dalam penelitian ini adalah konsepsi mahasiswa tentang konsep-konsep dalam rangkaian listrik yang tidak sesuai dengan konsep-konsepsi ahli atau ilmuwan. Perubahan kuantitas miskonsepsi ditentukan dengan cara membandingkan proporsi miskonsepsi yang dialami mahasiswa sebelum dan setelah pembelajaran model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory

dan virtual laboratory. Miskonsepsi yang terjadi diidentifikasi dengan tes diagnostik yang diolah dengan CRI yang dilakukan sebelum dan sesudah


(15)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan

virtual laboratory diterapkan.

2. Model ECIRR memiliki lima fase atau tahapan yaitu fase elicit guru memeriksa miskonsepsi siswa melalui mengajukan pertanyaan untuk memprediksi, menjelaskan dan melakukan klarifikasi pernyataan; fase confront

guru menunjukan adanya konflik kognitif dalam pikiran siswa melaui demonstrasi, implikasi, pertanyaan dan diskusi; pada fase identify guru mengidentifikasi dan menjelaskan miskonsepsi yang dimiliki siswa; fase

resolve guru membantu siswa untuk mengatasi miskonsepsi yang dimiliki siswa melalui eksperimen, demonstrasi, simulasi, mengajukan pertanyaan untuk menguji hipotesis; pada fase reinforce guru memberikan penguatan kepada siswa yang dilakukan berulang dalam bentuk yang berbeda (Wenning, 2008). Lembar observasi digunakan untuk mengtahui keterlaksanaan model ECIRRmenggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory.

3. Real laboratory dilakukan dalam bentuk eksperimen yang dilaksanakan dalam bentuk sebenarnya menggunakan peralatan percobaan listrik yang termuat dalam KIT listrik. Virtual laboratory berbentuk simulasi animasi tentang pelaksanaan percobaan Rangkaian listrik Arus Searah. Virtual rangkaian listrik arus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bagian dari program

PheT Simulations (circuit-contruction-kit DC) yang dikembangkan oleh University of Colorado. PheT Simulation merupakan program yang dapat digunakan untuk melakukan percobaan secara virtual yang dapat menggambarkan keadaan seperti percobaan menggunakan alat real dan dapat menampilkan hal-hal yang bersifat abstrak, seperti pergerakan elektron dalam rangkaian listrik.

4. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi (Rustaman, 2005). Jenis keterampilan proses sains yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari interpretasi, mengamati, berhipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan


(16)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menerapkan konsep dan mengklasifikasi. Keterampilan proses sains diukur dengan tes berbentuk pilihan ganda dengan tiga pilihan jawaban.


(17)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-experimental design dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran perubahan kuantitas miskonsepsi dan peningkatan keterampilan proses sains digunakan metode pre-experimental design, sedangkan metode deskriptif untuk mendeskripsikan tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “one-group pretest-postest design” dengan cara memberikan pretest kemudian memberikan perlakuan terhadap satu kelompok dan pada akhir perlakuan diberi evaluasi berupa posttest. Pada lembar jawaban pretest dan posttest juga dituliskan

Certainty of Response Index (CRI) untuk membedakan mahasiswa yang mengalami miskonsepsi, paham konsep dan tidak tahu konsep.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

O1 : pretest/posttest miskonsepsi

O2 : pretest/posttest keterampilan proses sains

X : perlakuan (treatment), yaitu penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di salah satu universitas di Pontianak (Kalimantan Barat) pada mahasiswa calon guru fisika semester 2 tahun akademik 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester dua yang mengambil mata kuliah Fisika Dasar 2 yang terdiri dari satu kelas. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh yang

O1, O2 X O1, O2


(18)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan dengan cara semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2009).

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari tes diagnostik, CRI, tes keterampilan proses sains, lembar observasi dan angket.

1. Tes Diagnostik

Tes ini bersifat konseptual yang dibuat dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan tiga pilihan jawaban. Menurut Sutrisno (1997) menggunakan tes pilihan ganda dengan tiga alternatif pilihan, lebih efektif dibandingkan dengan 4 atau 5 pilihan. Setiap soal dibuat untuk menguji pemahaman mahasiswa terhadap konsep-konsep yang terdapat dalam rangkaian listrik. Sebagian tes diadopsi dari tes Determining and Interpreting Resistive Electric Circuits Concepts Test (DIRECT) (Engelhardt & Beichner, 2004). Sebelum digunakan instrumen ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, judgment oleh para pakar, diujicobakan dan dilakukan analisis untuk mengetahui validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dengan menggunakan program analisis tes (ANATES).

2. Certainty of Response Index (CRI)

CRI digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, setiap mahasiswa. Pada saat pretest dan posttest, selain diminta untuk menjawab setiap soal diagnostik yang diberikan, mahasiswa juga diminta untuk membubuhkan nilai CRI untuk setiap jawaban yang dipilihnya pada setiap soal yang diberikan. Skala nilai CRI yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 0 – 5 sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan, et al. (1999). Setiap kriteria skala CRI diganti dengan persentase unsur tebakan dalam menjawab suatu soal. Hasil perbandingan kuantitas


(19)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

miskonsepsi, dilihat dengan membandingkan antara proporsi miskonsepsi yang terjadi sebelum dan sesudah perlakuan.

3. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes ini digunakan untuk mengevaluasi keterampilan proses sains mahasiswa. Jenis keterampilan proses sains yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari interpretasi, mengamati, berhipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan mengklasifikasi. Beberapa tes diadopsi dan dimodifikasi dari tes keterampilan proses sains yang disusun oleh Saepuzaman (2011).

4. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk mengungkap respon dosen dan mahasiswa terhadap penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory dalam pengajaran konsep-konsep rangkaian listrik. Setiap dosen dan mahasiswa diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), dan dan Sangat tidak setuju (STS). Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai, SS = 4, S = 3,, TS = 2, dan STS = 1 untuk pernyataan positif. Untuk pernyataan negatif, kategori skor tanggapan kebalikan dari pernyataan positif

5. Lembar Observasi

Lembar observasi kualitas pembelajaran digunakan untuk mengukur sejauh mana penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu melalui tes dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan


(20)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Teknik Pengumpulan Data

No. Sumber Data

Jenis Data Teknik Pengumpulan

Instrumen

1. Mahasiswa Miskonsepsi maha siswa sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pretest dan

Posttest Tes diagnostik berbentuk pilihan ganda dengan tiga pilihan jawaban disertai angka CRI.

2. Mahasiswa Keterampilan proses sains mahasiswa sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pretest dan

Posttest Tes keterampilan proses sains berbentuk pilihan ganda yang memuat indikator keterampilan proses sains. 3. Dosen dan

mahasiswa

Deskripsi kualitas pembelajaran model ECIRR

menggunakan kombinasi real laboratory dan

virtual laboratory Observasi/pen gamatan Pedoman observasi kualitas pembelajaran.

4. Dosen dan mahasiswa

Tanggapan kebermanfaatan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan

virtual laboratory

Skala sikap Tanggapan dosen dan mahasiswa kebermanfaatan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan

virtual laboratory


(21)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui skala sikap

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Instrumen Penelitian

a. Validitas Butir Soal

Tes dikatakan sahih atau valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran hasil tes dengan kriteria. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan criteria (criteria related validity). Jadi validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes (Arikunto, 1999). Validitas tiap butir soal dapat diketahui butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya.

Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi

product moment Pearson : (Arikunto, 2002)



 

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy

(3. 1)


(22)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N = jumlah siswa X = skor tiap butir soal Y = skor total

Tabel 3.3

Kategori validitas butir soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi 0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup 0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ rxy≤ 0,20 Sangat rendah b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji tingkat keajegan dari instrumen yang digunakan atau sejauh mana instrumen tersebut dapat menghasilkan skor yang ajeg atau konsisten (Sugiyono, 2009). Perhitungan koefisien reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua. Teknik belah dua dikembangkan dengan menggunakan satu jenis alat ukur, dan hanya diberikan satu kali pada subyek (Arikunto, 2002). Melalui prosedur satu tes dan hanya satu kali pengujian tidak perlu mengharapkan kinerja siswa konsisten terhadap tes karena pengaruh waktu (Wardhana, 2009). Berikut persamaan untuk menentukan reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua: (Arikunto, 2002).

(3.2)

Keterangan: 11

r = koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan

        2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r


(23)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

1 2 1

r = koefisien antara skor-skor setiap belahan tes Harga

2 1 2 1

r adalah nilai koefisien korelasi antara dua belahan tes, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson. Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (r11), digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford, seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kategori reliabilitas tes

Batasan Kategori

0,80 < ri ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < ri ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < ri ≤ 0,60 Cukup 0,20 < ri ≤ 0,40 Rendah

ri ≤ 0,20 Sangat rendah

c. Tingkat Kemudahan

Uji tingkat kemudahan dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah (Arikunto, 2002). Uji tingkat kemudahan dengan mengunakan rumus:

S J

B

P (3.3) Keterangan :

P : indeks tingkat kemudahan

B : jumlah siswa yang menjawab soal itu benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.5

Kriteria tingkat kemudahan

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 Soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah


(24)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji daya pembeda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa yang mampu memahami konsep dengan yang tidak memahmi konsep. Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan (Arikunto,2002):

A B B

B A A

P P J B J B

D    (3.4)

Keterangan : D = daya pembeda J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Tabel 3.6

Kategori daya pembeda

Batasan Kategori

D ≤ 0,20 Kurang

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

2. Profil dan Kuantitas Miskonsepsi Mahasiswa

Untuk mengetahui profil miskonsepsi yang dialami mahasiswa, dilakukan analisis terhadap setiap butir soal dan nilai CRI yang diberikan mahasiswa. Berikut langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis profil dan kuantitas miskonsepsi mahasiswa:

a. Melakukan penilaian terhadap hasil pretest dan posttest serta mentabulasi nilai CRI masing-masing mahasiswa

b. Menentukan profil konsepsi mahasiswa yang tidak paham konsep, paham konsep dan miskonsepsi berdasarkan kriteria berikut:


(25)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria Penentuan Pemahaman Konsep, Miskonsepsi dan Tidak Paham Konsep Tiap Butir Soal Diagnostik

Jawaban Siswa Tingkat Keyakinan

Tinggi Rendah

Benar Paham Konsep Tidak Paham

Konsep

Salah Miskonsepsi Tidak Paham

Konsep Keterangan:

Paham konsep : Jawaban benar, tingkat keyakinan tinggi. Miskonsepsi : Jawaban salah, tingkat keyakinan tinggi. Tidak paham konsep : Jawaban benar atau salah, tingkat keyakinan

rendah

3. Uji McNemar

Untuk menguji hipotesis penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory dapat mereduksi miskonsepsi, maka dilakukan uji McNemar. Uji ini dapat dipakai untuk mengetahui signifikansi perubahan dengan rancangan penelitian “before after” yang datanya berbentuk nominal atau diskrit (Sugiyono, 2012). Pengujian dilakukan dengan cara membuat tabel untuk menguji signifikansi perubahan miskonsepsi antara sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel 3.8

Uji signifikansi perubahan miskonsepsi antara sebelum dan sesudah perlakuan

Sebelum

Paham Konsep Miskonsepsi

Sesudah

Miskonsepsi A C

Paham Konsep B D

(Ruseffendi, 1998) Keterangan:

A = Mahasiswa yang paham konsep pada pre-test, dan miskonsepsi pada post-test

B = Mahasiswa yang paham konsep pada pre-test dan post-test C = Mahasiswa yang miskonsepsi pada pre-test dan post-test


(26)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D = Mahasiswa yang miskonsepsi pada pre-test, dan paham konsep pada post-test

Uji McNemar menggunakan rumus Chi Kuadarat. | |

( 3.5)

Harga hitung dikonsultasikan dengan harga pada tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 1. Kriteria penerimaan Ha jika harga hitung yang diperoleh lebih besar dari harga tabel (Ruseffendi, 1998).

4. Uji Komparatif Dua Rerata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretest dengan nilai rata-rata

posttest keterampilan proses sains mahasiswa. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows versi 17.0 yaitu uji-t dua sampel dependen (dependent-Sample t Test). Berikut rumus untuk uji-t dua sampel dependen (Sugiyono, 2009):

                            2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 n s n s r n s n s x x t dimana:

̅ = rata-rata pretest; ̅ = rata-rata posttest

s1 = simpangan baku pretest s2 = simpangan baku posttest s12 = varians pretest s22 = varians postest

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Wilcoxon (Ruseffendi, 1998).

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program

SPSS for windows versi 17.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor pretest dan posttest keterampilan proses sains


(27)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa. Dalam penelitian uji normalitas data menggunakan

Shapiro-Wilk. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dipakai untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata.

5. Peningkatan Keterampilan Proses Sains (KPS)

Peningkatan KPS yang terjadi sesudah pembelajaran dihitung dengan

gain yang dinormalisasi dengan rumus Hake (Cheng, et.al, 2004):

pre maks

pre post

S S

S S g

 

 (3.7)

Spost : Skor posttest

Spre : Skor pretestt

Smaks : Skor maksimum ideal

Tabel 3.9

Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

F. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba tes dilakukan pada mahasiswa semester IV di salah satu universitas di Pontianak. Soal tes diagnostik dan soal tes keterampilan proses sains masing-masing berjumlah 24 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Analisis instrumen dilakukan dengan menggunakan program Anates untuk menguji reliabilitas tes, validitas soal, daya pembeda dan tingkat kemudahan. Hasil analisis instrumen secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai reliabilitas tes diagnostik sebesar 0,85, sedangkan reliabilitas tes keterampilan proses sains sebesar 0,83. Nilai kedua reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi. Untuk validitas butir soal diagnostik dan validitas butir soal keterampilan proses sains ada dua soal yang tidak valid (dibuang), sehingga jumlah soal yang digunakan pada penelitian untuk tes diagnostik dan tes keterampilan proses sains berjumlah 22 soal.


(28)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari 22 soal keterampilan proses sains, untuk keterampilan interpretasi, merencanakan percobaan, berhipotesis, menerapkan konsep, mengamati dan mengklasifikasi masing-masing tiga soal, sedangkan untuk memprediksi ada empat soal. Dari 22 soal tes diagnostik terbagi kedalam tujuh konsep rangkaian listrik yang terdiri dari dua soal untuk konsep Hukum Ohm, rangkaian paralel, perbandingan rangkaian seri dengan rangkaian paralel, dan hambatan pengganti; tiga soal untuk Hukum Kirchhoff; lima soal untuk rangkaian majemuk; dan enam soal untuk rangkaian seri.

G. Alur Penelitian

Alur pelaksanaan penelitian disajikan dalam gambar 3.1 berikut ini.

Studi Model Pembelajaran

ECIRR

Studi real laboratory

dan virtual laboratory

Studi Miskonsepsi dan KPS

Penerapan Model ECIRR menggunakan Kombinasi Real Laboratory dan Virtual Laboratory untuk Mereduksi Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian

Listrik dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains

Studi Rangkaian Listrik Arus Searah

Penyusunan isntrumen penelitian: instrumen tes, skala sikap, RPP, lembar penilaian kualitas

pembelajaran

Konsultasi dengan pembimbing, Judgment instrumen tes, uji coba instrumen, analisis soal

Tes awal:


(29)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Diagram alur penelitian


(30)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data dan pembahasan data maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan

virtual laboratory dapat mereduksi miskonsepsi rangkaian listrik yang dialami mahasiswa sebesar 20%. Reduksi miskonsepsi tertinggi terjadi pada konsep rangkaian kombinasi sebesar 24% dan reduksi miskonsepsi terendah terjadi pada konsep rangkaian paralel sebesar 13%.

2. Penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan

virtual laboratory dapat meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa, dengan N-gain pada label keterampilan interpretasi sebesar 0,72, merencanakan percobaan 0,38, berhipotesis 0,40, menerapkan konsep 0,48, mengamati 0,58, memprediksi 0,35, dan mengklasifikasi 0,50.

3. Berdasarkan hasil skala sikap penerapan model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory mahasiswa dan dosen menganggap pembelajaran yang dilakukan dapat membuat mahasiswa mengkonstruksi sendiri konsep-konsep yang dipelajari, menghadirkan konflik kognitif dalam pikiran mereka, membantu memperbaiki konsepsi yang keliru, membantu memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak, memberikan kesempatan berinteraksi dengan teman dan bekerjasama saling membantu dalam kesulitan, lebih termotivasi mengikuti proses pembelajaran, meningkatkan keterampilan proses sains, belajar lebih bermakna dan kegiatan serupa dapat diterapkan pada pokok bahasan lain.


(31)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang mungkin dapat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan upaya membekali mahasiswa yang siap menjadi guru pemula dan penelitian selanjutnya, antara lain:

1. Diperlukan manajemen waktu dan pengelolaan kelas yang lebih baik untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif.

2. Tes diagnostik sebaiknya diberikan pada setetiap pertemuan, agar miskonsepsi yang masih bertahan dapat diidentifikasi dan diminimalisir, sehingga tidak menjadi penyebab miskonsepsi tentang konsep yang dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

3. Jumlah soal pada tes diagnostik untuk setiap konsep sebaiknya disusun secara proporsional sehingga menghasilkan perbandingan reduksi miskonsepsi antar konsep yang lebih valid.

4. Pada saat melaksanakan kegiatan real laboratory sebaiknya setiap mahasiswa telah memiliki keterampilan dasar dalam bekerja di laboratorium, misalkan merangkai rangkaian listrik.

5. Untuk kegiatan virtual laboratory sebaiknya dilakukan tutorial terlebih dahulu sebelum kegiatan praktikum dilakukan agar waktu yang digunakan lebih efektif.

6. Pengelola laboratorium perlu meningkatkan layanan dengan membenahi petunjuk dan peralatan laboratorium agar memudahakan mahasiswa saat melakukan praktikum.

7. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk mengetahui apakah model ECIRR menggunakan kombinasi real laboratory dan virtual laboratory dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif dan keterampilan generik sains.

8. Penerapan yang sama pada materi yang berbeda mungkin dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya.


(32)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Aravind, V. R dan Heard, J.W. (2010). “Physics by Simulation: Teaching Circular Motion using Applets”. Latin American Journal of Physics Education. 4, (1), 35-39

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Awang, H dan Ramly, I. (2008). “Creative Thinking Skill Approach Through

Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in teh Engineering

Classroom”. International Journal and Social Science. 3, (1)

Beichner, R.J (1990). “The Effect of Simultaneous Motion Presentation and

Graph Generation in a Kinematic Lab”. Journal of Research in Science Teaching. 27 (8), 803-815

Berg, V. D. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: UKSW

Bilal, E. dan Erol, M. (2009). “Investigating Students’ Conceptions of Some

Electricity Concepts”. Latin American Journal of Physics Education. 3, (2), 193-201

Bryan , J. A dan Slough, S.W (2009). “Converging Lens Simualtion Design and Image Predictions”. Physics Education. 44, (3), 264-275

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Chang, W. (2008). Challenges Encountered in Implementating Constructivist Teaching in Quantum Physics: A Qualitative Approach. Science Learning and Teaching Journal.

Cheng, K, et al. (2004). “ Using an Online Homework System Enhances Students’ Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. Journal American Association of Physics Teacher. 72 (11), 1447-1453

Chini, J.J. et al (2012). “Exploration of Factor that Affect the Comparative Effectiveness of Physical and Virtual Manipulatives in an Undergraduate

Laboratory”. Physical Review Special Topics-Physics Education Research


(33)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dilber, R. dan Duzgun, B. (2008). “Effectiveness of Analogy on Students’

Success and Elimination of Misconceptions”. Latin American Journal of Physics Education. 2, (3), 174-183

Druxes, H. (1986). Kompendium Didaktik Fisika. Bandung: Remadja Karya. Duit, R. dan Rhoneck, C.V (1998). Learning and Understanding Key Concepts of

Electricity. [Online]. http://www.physics.ohio-state.edu (14 September 2012)

Engelhardt , P.V & Beichner R.J, (2004). “Students’ Understanding of Direct Current Resistive Electrical Circuits”. American Journal of Physics. 72, (1), 98-115

Fatik, Z dan Madlazim (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Lab Virtual PhET Pada Materi Gelombang Elektromagnetik Di SMAN 1 Kutorejo. [Online]. http://ejournal.unesa.ac.id (24 Oktober 2012) Finkelstein, N. D, et al (2005). “When Learning About the Real World is Better

Done Virtually: A Study of Substituting Computer Simulations for laboratory Equipment”. Physical Review Special Topics-Physics Education Research 1, 010103

Hasan, S.D, et.al. (1999). “Misconceptions and the Certainty of Response Index

(CRI).” Physics Education.34, (5), 294-299

Jimoyiannis, A dan Komis, V. (2001). “Computer Silulations In Physics Teaching

and Learning: A Case Study On Students’ Understanding of Trajectory Motion”. Computers and Education. 36, 183-204

Kahle, J. B. (1979). Teaching Science in The Secondary School. New York: D Van Nostrand Company

Katu, N. 1995. Workshop On Misconception In Basic Physics Teaching Part II.

Medan: Laboratorium Ilmu-Ilmu Dasar USU

Kucukozer. H. dan Kocakulah, S. (2007). “Secondary Scholl Students’ Misconception about Simple Electric Circuits”. Journal of Turkish Science Education. 1, (4), 101-115


(34)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurniawan, D (2006) . Upaya Mengaktifkan Siswa Dalam Pembelajaran Getaran dan Gelombang Melalaui Pendekatan Konstruktivisme. [Online]. www.wikipedia.com (17 Desember 2011)

Lunetta. (1982). Matching Laboratorium Activities with Teaching Goal. The Science Teacher

Malik, A. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Listrik Dinamis. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak Diterbitkan

Mardana, I.B (2004). “Penerapan Strategi Pembelajaran Pengubah Miskonsepsi dengan Model Simulasi Komputer Berorientasi Konstruktivisme untuk

Meningkatkan Minat, Hasil Belajar, dan Literasi Komputer Siswa”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 37, (2), 32-44

McDermott, L.C dan Shaffer, P.S, (1992). “Research As A Guide For Curriculum

Development: An Example From Introductory Electricity. Part I:

Investigation of Student Understanding”. American Journal of Physic. 60, (11), 994-1003

McDermott, L.C dan Shaffer, P.S, (1992). “Research As A Guide For Curriculum

Development: An Example From Introductory Electricity. Part II: Design of

Instructional Strategies”. American Journal of Physic. 60, (11), 1003-1013 McKagan, et al (2008). “Developing and Researching PhET Simulation for

Teaching Quantum Mechanics”. Physics Education Technology Journal.

www.colorado.edu/istem/pdfs/QMsims.pdf [19 Oktober 2012]

Mursalin (2012). Model Diklat Penanggulangan Miskonsepsi Guru Fisika Pada Topik Kelistrikan dan Kemagnetan Melalui Simulasi Komputer. Disertasi Doktor (tidak dipublikasikan). Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung

Nyoto, (2011). Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Analogi Pada Konsep Listrik Magmet Untuk Membekalkan Kemampuan Beranalogi Calon Guru Fisika. Disertasi Doktor (tidak dipublikasikan). Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung


(35)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Olympiou, G dan Zacharia, Z.C (2008). Introducing Virtual Manipulatives in Science Experimentation for Teaching and Learning at The University Level. [Online]. www.iiis.org (8 November 2012)

Perkins, K. et al (2006). “PhET: Interactive Simulations for Teaching and Learning Physics”. Physics Teacher. 44, (1), 18-23

Richards, D. S (2010). A Case Study of Students’ Conceptions On

Electromagnetic Induction While Viewing A series of Video, Animations, and Interactive Simulations. Disertasi Doktor pada The Graduate School College of Education The Pennsylvania State University: tidak diterbitkan

Ruseffendi, H.E.T. 1998.Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press Saepuzaman, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan

kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Pada Materi Rangkaian Listrik Arus Searah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sencar. S dan Erylmaz. A. (2004). “Factors Mediating the Effect of Gender on

Ninth-Grade Turkish Students’ Misconceptions Concerning Electric

Circuit”. Journal of Research in Science Teaching. 41, (6), 603-616 Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2009).Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suparno, P (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo

Suhandi, A. dkk. (2008). Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif Dalam Meningkatkan Pemhaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif UPI. Bandung: FMIPA UPI


(36)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sutrisno, L. (1990). The Remediation Of Weakness In Physics Concepts Among Secondary School Student In West Borneo. Disertasi Doktor pada Faculty Of Education Monash University Australia: Tidak diterbitkan

Sutrisno, L. 1997. Konsepsi Siswa SMU Kelas 1 tentang Konsep Gerak Satu Dimensi. Pontianak: FKIP Untan.

Steinberg, R. N. (2000). “Computer In Teaching Science: To Simulate or Not to Simulate?”. American Journal of Physics. 68, (7), 37-41

Tarakegn, G. (2009). “Can Computer Simulations Substitute Real Laboratory Apparatus?” Latin American Journal of Physics Education. 3, (3), 506-517

Tayubi, Y.R (2005). “Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)”. Mimbar Pendidikan. 24, (3), 4-9

Tipler, P.( 1991) Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

USEPA. (2002). Methods for Measuring the Acute Toxicity of Effluents and Reseiving Waters to freshwater and Marine Organisms (Fifth ed). Washington DC: The Engineering and Analysis Division

Wenning, C.J. (2008). “Dealing More Effectively With Alternative Conceptions

In Science”. Journal of Physics Teacher Education Online. 5, (1), 11-19 Wolfson, R. (2007). University Physics. Second Edition. San Fransisco: Pearson

Yang, K. Y. dan Heh, J. S. (2007). “The Impact of Internet Visual Physics

Laboratory Instruction on the Achievment in Physics, Science Process Skills and Computer Attitudes of 10th-Grade Students”. Journal of Science Education and Technology. 16, 451-461

Zacharia, Z.C dan Constantinou, C. P. (2008).” Comparing the Influence of

Physical and Virtual Manipulatives in the Context of The Physics by

Inquiry Curriculum: The Case of Undergraduate students’ Conceptual Understanding of Heat and Temperature”. American Journal of Physic. 76, (4&5), 425-430

Zacharia, Z.C (2002). The Effects an Interactive Computer-Based Simulation Prior to Performing a Laboratory Inquiry-Based Experiment on Science


(37)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teachers’ Conceptual Understanding of Physics. [Online]


(1)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Aravind, V. R dan Heard, J.W. (2010). “Physics by Simulation: Teaching Circular Motion using Applets”. Latin American Journal of Physics Education. 4, (1), 35-39

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Awang, H dan Ramly, I. (2008). “Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in teh Engineering Classroom”. International Journal and Social Science. 3, (1)

Beichner, R.J (1990). “The Effect of Simultaneous Motion Presentation and Graph Generation in a Kinematic Lab”. Journal of Research in Science Teaching. 27 (8), 803-815

Berg, V. D. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: UKSW

Bilal, E. dan Erol, M. (2009). “Investigating Students’ Conceptions of Some Electricity Concepts”. Latin American Journal of Physics Education. 3, (2), 193-201

Bryan , J. A dan Slough, S.W (2009). “Converging Lens Simualtion Design and Image Predictions”. Physics Education. 44, (3), 264-275

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Chang, W. (2008). Challenges Encountered in Implementating Constructivist Teaching in Quantum Physics: A Qualitative Approach. Science Learning and Teaching Journal.

Cheng, K, et al. (2004). “ Using an Online Homework System Enhances Students’ Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. Journal American Association of Physics Teacher. 72 (11), 1447-1453

Chini, J.J. et al (2012). “Exploration of Factor that Affect the Comparative Effectiveness of Physical and Virtual Manipulatives in an Undergraduate Laboratory”. Physical Review Special Topics-Physics Education Research


(2)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dilber, R. dan Duzgun, B. (2008). “Effectiveness of Analogy on Students’ Success and Elimination of Misconceptions”. Latin American Journal of

Physics Education. 2, (3), 174-183

Druxes, H. (1986). Kompendium Didaktik Fisika. Bandung: Remadja Karya. Duit, R. dan Rhoneck, C.V (1998). Learning and Understanding Key Concepts of

Electricity. [Online]. http://www.physics.ohio-state.edu (14 September 2012)

Engelhardt , P.V & Beichner R.J, (2004). “Students’ Understanding of Direct Current Resistive Electrical Circuits”. American Journal of Physics. 72, (1), 98-115

Fatik, Z dan Madlazim (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Lab Virtual PhET Pada Materi Gelombang Elektromagnetik Di SMAN 1 Kutorejo. [Online]. http://ejournal.unesa.ac.id (24 Oktober 2012) Finkelstein, N. D, et al (2005). “When Learning About the Real World is Better

Done Virtually: A Study of Substituting Computer Simulations for laboratory Equipment”. Physical Review Special Topics-Physics Education Research 1, 010103

Hasan, S.D, et.al. (1999). “Misconceptions and the Certainty of Response Index (CRI).” Physics Education.34, (5), 294-299

Jimoyiannis, A dan Komis, V. (2001). “Computer Silulations In Physics Teaching and Learning: A Case Study On Students’ Understanding of Trajectory Motion”. Computers and Education. 36, 183-204

Kahle, J. B. (1979). Teaching Science in The Secondary School. New York: D Van Nostrand Company

Katu, N. 1995. Workshop On Misconception In Basic Physics Teaching Part II.

Medan: Laboratorium Ilmu-Ilmu Dasar USU

Kucukozer. H. dan Kocakulah, S. (2007). “Secondary Scholl Students’ Misconception about Simple Electric Circuits”. Journal of Turkish Science Education. 1, (4), 101-115


(3)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurniawan, D (2006) . Upaya Mengaktifkan Siswa Dalam Pembelajaran Getaran dan Gelombang Melalaui Pendekatan Konstruktivisme. [Online]. www.wikipedia.com (17 Desember 2011)

Lunetta. (1982). Matching Laboratorium Activities with Teaching Goal. The Science Teacher

Malik, A. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Listrik Dinamis. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak Diterbitkan

Mardana, I.B (2004). “Penerapan Strategi Pembelajaran Pengubah Miskonsepsi dengan Model Simulasi Komputer Berorientasi Konstruktivisme untuk Meningkatkan Minat, Hasil Belajar, dan Literasi Komputer Siswa”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 37, (2), 32-44

McDermott, L.C dan Shaffer, P.S, (1992). “Research As A Guide For Curriculum Development: An Example From Introductory Electricity. Part I: Investigation of Student Understanding”. American Journal of Physic. 60, (11), 994-1003

McDermott, L.C dan Shaffer, P.S, (1992). “Research As A Guide For Curriculum Development: An Example From Introductory Electricity. Part II: Design of Instructional Strategies”. American Journal of Physic. 60, (11), 1003-1013 McKagan, et al (2008). “Developing and Researching PhET Simulation for

Teaching Quantum Mechanics”. Physics Education Technology Journal.

www.colorado.edu/istem/pdfs/QMsims.pdf [19 Oktober 2012]

Mursalin (2012). Model Diklat Penanggulangan Miskonsepsi Guru Fisika Pada Topik Kelistrikan dan Kemagnetan Melalui Simulasi Komputer. Disertasi Doktor (tidak dipublikasikan). Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung

Nyoto, (2011). Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Analogi Pada Konsep Listrik Magmet Untuk Membekalkan Kemampuan Beranalogi Calon Guru Fisika. Disertasi Doktor (tidak dipublikasikan). Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung


(4)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Olympiou, G dan Zacharia, Z.C (2008). Introducing Virtual Manipulatives in Science Experimentation for Teaching and Learning at The University Level. [Online]. www.iiis.org (8 November 2012)

Perkins, K. et al (2006). “PhET: Interactive Simulations for Teaching and Learning Physics”. Physics Teacher. 44, (1), 18-23

Richards, D. S (2010). A Case Study of Students’ Conceptions On

Electromagnetic Induction While Viewing A series of Video, Animations, and Interactive Simulations. Disertasi Doktor pada The Graduate School College of Education The Pennsylvania State University: tidak diterbitkan Ruseffendi, H.E.T. 1998.Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan.

Bandung: IKIP Bandung Press

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press Saepuzaman, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan

kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Pada Materi Rangkaian Listrik Arus Searah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sencar. S dan Erylmaz. A. (2004). “Factors Mediating the Effect of Gender on Ninth-Grade Turkish Students’ Misconceptions Concerning Electric Circuit”. Journal of Research in Science Teaching. 41, (6), 603-616

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2009).Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suparno, P (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo

Suhandi, A. dkk. (2008). Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif Dalam Meningkatkan Pemhaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif UPI. Bandung: FMIPA UPI


(5)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sutrisno, L. (1990). The Remediation Of Weakness In Physics Concepts Among Secondary School Student In West Borneo. Disertasi Doktor pada Faculty Of Education Monash University Australia: Tidak diterbitkan

Sutrisno, L. 1997. Konsepsi Siswa SMU Kelas 1 tentang Konsep Gerak Satu Dimensi. Pontianak: FKIP Untan.

Steinberg, R. N. (2000). “Computer In Teaching Science: To Simulate or Not to Simulate?”. American Journal of Physics. 68, (7), 37-41

Tarakegn, G. (2009). “Can Computer Simulations Substitute Real Laboratory Apparatus?” Latin American Journal of Physics Education. 3, (3), 506-517 Tayubi, Y.R (2005). “Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)”. Mimbar Pendidikan. 24, (3), 4-9

Tipler, P.( 1991) Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

USEPA. (2002). Methods for Measuring the Acute Toxicity of Effluents and Reseiving Waters to freshwater and Marine Organisms (Fifth ed). Washington DC: The Engineering and Analysis Division

Wenning, C.J. (2008). “Dealing More Effectively With Alternative Conceptions In Science”. Journal of Physics Teacher Education Online. 5, (1), 11-19 Wolfson, R. (2007). University Physics. Second Edition. San Fransisco: Pearson Yang, K. Y. dan Heh, J. S. (2007). “The Impact of Internet Visual Physics

Laboratory Instruction on the Achievment in Physics, Science Process Skills and Computer Attitudes of 10th-Grade Students”. Journal of Science Education and Technology. 16, 451-461

Zacharia, Z.C dan Constantinou, C. P. (2008).” Comparing the Influence of Physical and Virtual Manipulatives in the Context of The Physics by Inquiry Curriculum: The Case of Undergraduate students’ Conceptual Understanding of Heat and Temperature”. American Journal of Physic. 76, (4&5), 425-430

Zacharia, Z.C (2002). The Effects an Interactive Computer-Based Simulation Prior to Performing a Laboratory Inquiry-Based Experiment on Science


(6)

Hamdani, 2013

Penerapan Model ECIRR Menggunakan Kombinasi Real Laboratory Dan Virtual Laboratory Untuk Mereduksi Miskonsepsi Dan Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Tentang Konsep-Konsep Rangkaian Listrik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teachers’ Conceptual Understanding of Physics. [Online]


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

0 1 32

PENERAPAN EKSPERIMEN VIRTUAL DAN EKSPERIMEN RIIL DALAM METODE PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGATION UNTUK MENGINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARA

2 6 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ECIRR BERBANTUAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA.

2 10 64

PENGEMBANGAN SIMULASI VIRTUAL LABORATORY LARUTAN ASAM-BASA UNTUK MEMBANGUN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS.

3 6 32

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA.

0 0 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI PERUBAHAN KONSEPTUAL BERBANTUAN VIRTUAL LABORATORY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA MAHASISWA CALON GURU SD.

2 4 47

PENGEMBANGAN MODEL VIRTUAL LABORATORY FISIKA MODERN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN DISPOSISI BERPIKIR KRITIS CALON GURU.

1 8 40

Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan Virtual Laboratory Dan Real Laboratory Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sma Pada Topik Listrik Dinamis.

0 0 40

PENGEMBANGAN SIMULASI VIRTUAL LABORATORY LARUTAN ASAM-BASA UNTUK MEMBANGUN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS - repository UPI T KIM 1102594 Title

0 0 4

PENGEMBANGAN MODEL VIRTUAL LABORATORY FISIKA MODERN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN BERPIKIR KRITIS CALON GURU DISERTASI

0 0 11