IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGATING, EVALUATING ENVIRONMENTAL ISSUE AND ACTION (IEEIA) UNTUK MEMBANGUN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP.

(1)

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA

OLEH

FERA MAULIDYA S

NIM: 1204735

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCA SARJANA


(2)

Tesis ini telah Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing

Pembimbing I,

Dr. Ahmad Mudzakir, M.Si.

NIP. 19661121 199103 1 002

Pembimbing II,

Dr. Yayan Sanjaya, M. Si.

NIP. 197111231 200112 1 001

Mengetahui, Ketua Program Studi IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI, Bandung

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si.


(3)

Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA) untuk Membangun Literasi Lingkungan Siswa SMP” beserta data di dalamnya

adalah fakta. Tesis ini merupakan karya tulis saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademisi. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2013 Yang membuat pernyataan,


(4)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……… LEMBAR PENGESAHAN………. PERNYATAAN……….. ABSTRAK……… KATA PENGANTAR……….. DAFTAR ISI………

DAFTAR TABEL………

DAFTAR GAMBAR……… DAFTAR LAMPIRAN………

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………..

B. Rumusan Masalah……….

C. Batasan Masalah………...

D. Tujuan Penelitian………..

E. Manfaat penelitian………

i ii iii iv v viii x xi xii 1 6 6 8 9

BAB II. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MODEL NVESTIGATING,

EVALUATING ENVIRONMENTAL ISSUE AND ACTION

(IEEIA) UNTUK MEMBANGUN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP

A. Urgensi Pendidikan Lingkungan………..

B. Kedudukan Literasi Lingkungan dalam Pendidikan Lingkungan… C. Komponen-komponen dalam Literasi Lingkungan………..

D. Kurikulum untuk Literasi Lingkungan……….

E. Mengungkap Level Literasi Lingkungan Siswa………... F. Faktor-faktor Demografik yang Mempengaruhi Literasi

Lingkungan………... 10 11 13 15 17 19


(5)

G. Korelasi Antar Komponen Literasi Lingkungan……… H. Peranan Strategi Pembelajaran terhadap Literasi Lingkungan

Siswa……….

I. Pembelajaran Model Investigating and Evaluating Environmental

Issue and Action (IEEIA) untuk Literasi Lingkungan………..

J. Kajian Bahan Ajar……… K. Tinjauan Konsep Peranan Manusia dalam Pengelolaan

Lingkungan………...

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain penelitian………..

B. Tempat dan Subjek Penelitian………

C. Variabel Penelitian………

D. Asumsi Penelitian………...

E. Instrumen Penelitian……….

F. Prosedur Penelitian………...

G. Teknik Pengumpulan Data………...

H. Analisis Data……….

I. Data Kualitatif………..

J. Data Kuantitatif………

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran Literasi Lingkungan Siswa………... B. Korelasi Antar Komponen Literasi Lingkungan……….. C. Pengalaman Belajar Siswa dalam Aksi Lingkungan……… D. Hasil Non Tes Literasi Lingkungan Siswa …..………. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………....

B. Saran……… 20 21 23 28 29 42 46 47 48 49 55 60 61 61 63 70 90 93 101 103 106


(6)

DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN……… 108 111 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Investigating and Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA)………... Tabel 2.2. Kajian Bahan Ajar IEEIA “Peranan Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan……….

Tabel 3.1. Rancangan Instrumen………..

Tabel 3.2. Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS)……..

Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data………..

Tabel 3.4. Data Demografik Siswa………..

Tabel 3.5. Hasil Uji Normalitas Data Pretest MSELS (Literasi

Lingkungan)………

Tabel 3.6. Hasil Uji Normalitas Data Posttest MSELS (Literasi

Lingkungan)………

Tabel 3.7. Hasil Uji Homogenitas Data Posttest-Posttest MSELS

(Literasi Lingkungan)………. Tabel 3.8. Kriteria Rerata Gain Ternormalisasi <g>………...

Tabel 3.9. Kriteria Koefisien Korelasi……….

Tabel 4.1. Rangkuman Deskripsi Hasil Tes pada Setiap Bagian Soal

MSELS………

Tabel 4.2. Komposisi Skor MSELS untuk Masing-masing Komponen

Literasi Lingkungan………

Tabel 4.3. Korelasi Antar Komponen Literasi Lingkungan……….

Tabel 4.4. Tema Aksi Lingkungan………..

Tabel 4.5. Hasil Non Tes Literasi Lingkungan Siswa……….

25 28 49 51 60 62 64 65 66 68 68 70 73 91 97 102


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Environmental Behaviour Model yang mendasari

pengembangan IEEIA……….……….…

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian………..

Gambar 3.2. Q-Q Plot Pretest………..

Gambar 3.3. Q-Q Plot Posttest………

Gambar 4.1. Perbandingan Rerata Skor Pretest dan Posttest untuk Setiap Bagian Soal MSELS………... Gambar 4.2. Perbandingan Rerata Skor Literasi Lingkungan pada Pretest dan Posttest………... Gambar 4.3. Perbandingan Rerata Skor Pretest dan Posttest Literasi Lingkungan untuk Setiap Komponen………... Gambar 4.4. Perbandingan Rerata Skor Komponen Pengetahuan Ekologi pada Pretest dan Posttest………... Gambar 4.5. Perbandingan Rerata Skor Variabel Penyusun Komponen Keterampilan Kognitif pada Pretest dan Posttest... Gambar 4.6. Perbandingan Rerata Skor Variabel Penyusun Komponen Afektif pada Pretest dan Posttest... Gambar 4.7. Hasil Jawaban Kuisioner Lingkungan Pretest; Pemikiran Siswa untuk Membantu Lingkungan………. Gambar 4.8. Perbandingan Rerata Skor Komponen Perilaku

Bertanggungjawab terhadap Lingkunganpada Pretest dan

Posttest……….

24 45 64 65

72

75

77

79

81

85

86


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Bahan Ajar

A.1. Standar Isi-SKKD………...

A.2. Kaitan Antara: Komponen Literasi Lingkungan - Asesmen (MSELS) Indikator Pembelajaran – Domain Kognitif, Afektif,

dan Psikomotor………...

A.3. Analisis Wacana………..

A.4. Struktur Makro……….

A.5. Analisis Konsep………

A.6. Bagan Konsep……….

A.7. Kegiatan Pembelajaran Model IEEIA……….

A.8. Handout Siswa………..

A.9. Lembar Kerja Siswa (LKS) & Rubrik Penilaian………. A.10. Rubrik Penilaian Presentasi Aksi Lingkungan………. A.11. Soal Middle School Environmental Literacy Survey

(MSELS)……….

A.12. Kuisioner Lingkungan……….

Lampiran B. Data Penelitian

B.1. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Dasar-dasar

Ekologi………...

B.2. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Bagaimana Anda

Berpikir tentang Lingkungan………

B.3. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Apa yang Anda

114

116 139 165 170 179 180 198 211 233

235 255

259


(9)

Lakukan untuk Lingkungan……… B.4. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Anda dan Kepekaan

Lingkungan………...

B.5. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Bagaimana Perasaan Anda terhadap Lingkungan……….. B.6. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Identifikasi Isu

dan Analisis Isu……….

B.7. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Rencana Aksi…. B.8. Rekapitulasi Nilai Pretest MSELS untuk Setiap Komponen

Literasi Lingkungan……….

B.9. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Dasar-dasar

Ekologi………..

B.10. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Bagaimana Anda Berpikir tentang Lingkungan……….. B.11. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Apa yang Anda Lakukan untuk Lingkungan……….. B.12. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Anda dan Kepekaan

Lingkungan……….

B.13. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Bagaimana Perasaan Anda terhadap Lingkungan……… B.14. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Identifikasi Isu

dan Analisis Isu………

B.15. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Rencana Aksi... B.16. Rekapitulasi Nilai Posttest MSELS untuk Setiap Komponen

Literasi Lingkungan………

B.17. Rekapitulasi Nilai Pretest Kuisioner Lingkungan…………. B.18. Rekapitulasi Nilai Pretest Kuisioner Lingkungan…………. B.19. Rekapitulasi Hasil Kinerja Siswa setiap Tahapan

Pembelajaran………... 263 265 267 269 271 273 275 277 279 281 283 285 287 289 291 293 294


(10)

Lampiran C. Statistik Penelitian

C.1. Uji Normalitas Pretest, Posttest MSELS……….. C.2. Uji Homogenitas Pretest-Posttest MSELS……… C.3. Uji t-dependen pretest-posttest MSELS………. C.4. Uji t-dependen untuk setiap Variabel Soal MSELS ………… C.5. Uji N-gain Pretest-Posttest MSELS………...

C.6. Uji Korelasi Posttest MSELS………..

Lampiran D. Administrasi Penelitian

D.1. SK Pembimbing………..

D.2. Surat Izin Penelitian………..

D.3. Surat Izin Orangtua atas Keikutsertaan Siswa……… D.4. Surat Permohonan Menjadi Dewan Juri Aksi Lingkungan….. D.5.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………

Riwayat Hidup………

297 299 300 302 310 311

315 317 318 321 322


(11)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGATING, EVALUATING ENVIRONMENTAL ISSUE AND ACTION (IEEIA) UNTUK MEMBANGUN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP

(Fera Maulidya S/ 1204735)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana implementasi pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue and action (IEEIA) diharapkan mampu membangun predikat baik bagi literasi lingkungan siswa SMP.

Syntax IEEIA terdiri dari tujuh tahapan pembelajaran dikembangkan khusus untuk

mengakomodir keseluruhan komponen literasi lingkungan. Model tersebut diaplikasikan pada pembelajaran pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam mata pelajaran IPA kelas 7 semester 2, materi “Peranan Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan” (Kurikulum KTSP SMPN 1 Subang). Metodologi penelitian ini menggunakan desain eksperimen lemah one group pretest-posttest.

Pretest-posttest yang diujikan berupa pengukuran literasi lingkungan menggunakan asesmen standar Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS) pada satu kelas pembelajar cepat, dengan skor pretest untuk komponen pengetahuan tinggi namun kurang pada komponen afektif dan perilaku. Data penelitian diberikan uji t-dependen serta diukur Gain ternormalisasi, sebagai parameter efektivitas IEEIA terhadap peningkatan literasi lingkungan siswa. Penelaahan terhadap literasi lingkungan dilakukan secara mendalam terhadap masing-masing komponennya, menggunakan instrumentasi lain berupa Kuisioner Lingkungan dan observasi pada setiap tahap pembelajaran. Dilakukan pula uji korelasi antar tiap komponen, yang menunjukkan bahwa komponen perilaku terhadap lingkungan tidak dipengaruhi oleh komponen pengetahuan, melainkan oleh sikapnya terhadap lingkungan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran IEEIA dapat “membangunkan” kesadaran lingkungan siswa untuk tidak sekadar “lip service”, namun menjadikannya sebagai agen penggerak yang responsibel terhadap lingkungan dalam komunitas mereka.


(12)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan dinilai kian menjadi darurat semenjak dominasi manusia terhadap lingkungan, hal ini diperparah seiring kemajuan teknologi (Oktem dalam Karatekin, 2012; Kostova & Vladimirova, 2010). Namun sangat sulit mengatasi masalah lingkungan yang akut tersebut tanpa adanya kesadaran masyarakat untuk terlibat dan bertanggung jawab. Oleh karena itu menjadi prioritas utama sejumlah negara untuk berupaya menggugah kepedulian masyarakat banyak, dengan segera mengambil langkah pencegahan terhadap kondisi lingkungan yang terus menurun melalui peranan pendidikan lingkungan (UNECE Strategy dalam Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009; Yildiz, Sipahioglu, Yilmaz dalam Karatekin, 2012; Kostova & Vladimirova, 2010).

Pendidikan lingkungan sesungguhnya merupakan suatu proses yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dengan memberdayakan masyarakat untuk memecahkan dan mencegah masalah lingkungan (US EPA, Unal & Dimiski

dalam Karatekin, 2012). Oleh sebab itu, pendidikan lingkungan haruslah

dimaknai penting dan perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat mempersiapkan warga negara untuk berpartisipasi dalam usaha mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan (UNECE Strategy dalam Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009) serta diharapkan mampu meningkatkan kepedulian,


(13)

tanggung jawab, sikap menghargai dan pemahaman siswa akan pentingnya lingkungan dan dampak dari aktivitas manusia terhadap lingkungan alam (Volk

dalam Chu et al., 2007).

Tujuan utama dari pendidikan lingkungan adalah menjadikan siswa berliterasi lingkungan (Disinger & Roth, Hungerford, Peyton & Wilke, Iozzi, Leveault, Marcinkowski, Stapp, UNESCO dalam Negev et al., 2008; Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Literasi lingkungan didefinisikan sebagai pengetahuan tentang mekanisme kerja lingkungan alam, kemudian peranan manusia di dalamnya untuk melestarikan lingkungan yang berkelanjutan (Roth, Harvey, Orr dalam Krnel & Naglic, 2009; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009; Karatekin 2012). Peranan penting literasi lingkungan terutama kaitannya dengan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan lingkungan (Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009).

Pendekatan kurikulum yang bervisi literasi lingkungan umumnya secara inklusi terintegrasi ke dalam pelajaran IPA (Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009; Kostova & Vladimirova, 2010; Krnel & Naglic, 2009; Meagher, 2009; Negev et al., 2008), ada pula yang dikaitkan dengan bidang kajian sosial (Kostova & Vladimirova, 2010; Karatekin, 2012), atau dapat dibelajarkan dalam mata pelajaran tersendiri (Krnel & Naglic, 2009). Dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan, pemerintah dalam hal ini diharapkan lebih selektif menentukan arah kurikulum pendidikan lingkungan agar tujuan utamanya yaitu siswa yang berliterasi lingkungan dapat tercapai.


(14)

Berbagai masukan untuk kurikulum pendidikan lingkungan terintegrasi antara lain lebih fleksibel, tidak harus terpatok pada buku, melainkan tercakup pula tentang isu lingkungan yang dipengaruhi sosial (Chu et al., 2007). Kurikulum pendidikan lingkungan yang selama ini dirasakan terlalu menekankan pada aspek pengetahuan, seharusnya mendapatkan perbaikan agar dimensi literasi lainnya, seperti afektif dan perilaku lebih dapat disentuh (Negev et al., 2008). Selain itu, sebaiknya didukung mealui program pendidikan lingkungan yang memberikan peluang untuk siswa melakukan tindakan aktif (Chu et al., 2007).

Namun tetap harus dikritisi pula pembelajaran-pembelajaran literasi lingkungan yang terlalu mengedepankan aspek „behaviour/ perilaku‟,

sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Courtennay & Rogers (Krnel & Naglic, 2009). Dipaparkannya bahwa kebanyakan aktivitas siswa (mengumpulkan sampah, memelihara tanaman) dikelola oleh guru, yang diorganisir secara

top-down. Hal ini mengakibatkan kegagalan dalam merubah perilaku siswa, karena

dilandaskan pada paham “behaviorisme”. Padahal pendekatan tersebut sudah lama ditinggalkan, seharusnya dalam mengubah perilaku siswa, guru mempersiapkan strategi untuk mengubah cara berpikirnya terlebih dahulu, melalui pengambilan keputusan yang mengembangkan berpikir kritis dan kompetensi untuk bertindak (Krnel & Naglic, 2009).

Di sinilah peran guru di kelas menjadi amat penting. Kreativitas dan inovasi guru tatkala menentukan strategi belajar mengajar ternyata pernah diteliti mampu mendongkrak literasi lingkungan siswa (Kostova & Vladimirova, 2010). Sangat dianjurkan untuk secara demokratis memberikan peluang kepada siswa


(15)

menyelidiki, mengevaluasi isu-isu, serta bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, agar dapat meningkatkan literasi lingkungan siswa (CISDE, 2012). Karena sebagai pendidik kita dapat memberi dampak seumur hidup pada siswa, dengan memasukkan strategi pendidikan lingkungan ke dalam pembelajaran, sebab kualitas lingkungan terkait langsung dengan kehidupan siswa.

Menggarisbawahi hal tersebut, Hungerford & Volk (1990) berpandangan bahwa literasi lingkungan memiliki karakteristik yang special, oleh sebab itu strategi yang diterapkannyapun harus khusus pula. Dikatakan istimewa, sebab literasi lingkungan berfungsi sebagai asesmen dalam pendidikan lingkungan (Chu

et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Di dalam literasi

lingkungan melingkupi komponen-komponen; pengetahuan ekologi (ecological

knowledge), keterampilan kognitif (cognitive skills), sikap (attitude), serta

“tindakan” atau perilaku bertangungjawab terhadap lingkungan (behavior)

(Simmons dalam Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Hungerford & Volk (1990) memperincinya dengan kalimat “karakteristik warga negara yang bertanggungjawab terhadap lingkungan”, yakni mampu menggunakan pengetahuan mereka untuk menentukan dan melakukan tindakan yang tepat dalam memecahkan masalah lingkungan di masyarakat.

Lebih lanjut Hungerford & Volk (Marcinkowski, 2001) mengembangkan suatu model pembelajaran Investigating and Evaluating Environmental Issue and

Action (IEEIA) yang menawarkan cara agar siswa dapat berpartisipasi dalam


(16)

yang sangat penting dalam pengembangan kewarganegaraan yang bertanggungjawab terhadap lingkungan, yakni; (1) Perasaan memiliki, terlibat dalam isu-isu lingkungan, serta (2) Perasaan "berdaya" dalam mencoba untuk membantu mengatasi masalah lingkungan, dan kedua unsur tersebut dapat diwujudkan oleh model ini (CISDE, 2012).

Mengutip frase "Berpikir Global Bertindak Lokal", merupakan cara yang menarik untuk mengingatkan siswa bahwa meski isu lingkungan dihadapkan pada lingkup global, namun yang paling efektif adalah ditangani di tingkat individu atau masyarakat sekitar. Siswa mungkin merasa tak berdaya tentang penipisan ozon global. Tapi mereka bisa merasa diberdayakan, misalnya ketika belajar bahwa dengan tidak menggunakan beberapa jenis busa plastik/styrofoam, mereka dapat membantu mengurangi bahan kimia perusak ozon. Ungkapan ini juga memperkuat betapa pentingnya bagi siswa untuk memeriksa perilaku mereka sendiri, memahami bagaimana tindakan individu mempengaruhi isu-isu global (Wood, 1993).

Oleh karena itu perlu kiranya menggabungkan secara selektif pembelajaran yang tradisional dan inovatif, melalui penggunaan pendekatan, pengetahuan dan teknik terbaik (Wood, 1993). Salah satu alternatif inovasi yang dapat dilakukan, yakni melalui implementasi model Investigating and Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA). Dalam IEEIA, siswa didukung untuk

menganalisis isu-isu lingkungan yang mereka pilih sendiri, mengembangkan rencana aksinya, serta menjalankan rencana mereka dengan guru yang berperan sebagai fasilitatornya (Charmatz, 2007).


(17)

Salah satu aspek dalam penelitian ini diantaranya untuk mengeksplorasi bagaimana implementasi pembelajaran IEEIA diharapkan mampu membangun predikat baik bagi literasi lingkungan siswa.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah penelitian antara lain: 1. Bagaimana literasi lingkungan siswa setelah implementasi model IEEIA? 2. Bagaimana korelasi antar komponen literasi lingkungan siswa (pengetahuan

ekologi, keterampilan kognitif, afektif, dan tindakan nyata perilaku bertanggungjawab terhadap lingkungan)?

3. Bagaimana pengalaman belajar siswa, saat proses merancang dan melaksanakan proyek lingkungan yang dilakukan secara demokratis dan mandiri?

C. Batasan Masalah

Cakupan permasalahan dalam penelitian ini dibatasi agar dapat lebih menjelaskan dan mengeksplorasi literasi lingkungan siswa melalui implementasi model pembelajaran IEEIA, sebagai berikut:

1. Penelitian ini dibatasi dalam konteks spesifik, yakni di satu kelas tujuh SMP semester II, pada materi “Peranan Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”. 2. Komponen-komponen penyusun literasi lingkungan sesuai dengan kerangka

kerja Simmons, digunakan sebagai kriteria dalam menganalisis status literasi


(18)

Marcinkowski, 2009). Komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Pengetahuan ekologi, yakni pengetahuan dan pemahaman mengenai

konsep-konsep penting dalam ekologi, prinsip serta teori tentang bagaimana sistem lingkungan bekerja dan interaksinya dengan sistem sosial, yang diukur menggunakan asesmen standar literasi lingkungan siswa SMP, Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS). b. Keterampilan kognitif, yakni kemampuan dalam menganalisis, mensintesis

dan mengevaluasi informasi mengenai isu atau masalah lingkungan, yang diukur menggunakan asesmen standar literasi lingkungan siswa SMP,

Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS).

c. Afektif Lingkungan, dalam hal ini merupakan faktor dalam diri individu

yang mencerminkan tingkat interpersonal dan tindakan yang akan dilakukan terhadap masalah atau isu-isu lingkungan, diukur menggunakan asesmen standar literasi lingkungan siswa SMP, Middle School

Environmental Literacy Survey (MSELS).

d. Tindakan nyata perilaku bertanggungjawab terhadap lingkungan,

mencakup partisispasi aktif dalam pemecahan persoalan lingkungan, juga termasuk tindakan bertanggungjawab terhadap lingkungan lainnya seperti; tindakan konsumsi, manajemen lingkungan, tindakan legal, persuasif, dan tindakan politik, yang diukur menggunakan asesmen standar literasi lingkungan siswa SMP, Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS).


(19)

3. Model pembelajaran Investigating and Evaluating Environmental Issue and

Action (IEEIA) yang dikembangkan oleh Hungerford & Volk (1990)

mencakup tujuh tahapan (CISDE, 2012), antara lain: a. Pengenalan masalah dan isu lingkungan

b. Pengenalan keyakinan dan nilai terkait kedudukan isu lingkungan c. Pengenalan strategi investigasi isu lingkungan

d. Mengumpulkan data e. Menginterpretasi data

f. Melakukan investigasi isu lingkungan

g. Mengembangkan rencana tindakan, dan melakukan tindakan

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi level literasi lingkungan siswa kelas tujuh SMP yang mengalami pembelajaran dengan model

Investigating and Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA). Dalam

penelitian ini akan diungkap informasi siswa berupa komponen-komponen literasi lingkungan, yakni; pengetahuan ekologi, keterampilan kognitif, afektif, dan tindakan bertanggungjawab terhadap lingkungan, serta korelasi antar komponen-komponen tersebut. Dapat dikatakan penelitian ini bersifat observasi in situ yang diharapkan dapat menggali bagaimana pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam Sains mampu berfungsi sebagai suatu konteks pendidikan demokrasi yang memberdayakan siswa dan memungkinkan mereka mengalami tanggungjawab sosial.


(20)

E. Manfaat penelitian

Beberapa hal yang dapat dipetik manfaatnya dari penelitian ini, diantaranya:

1. Menyediakan informasi mengenai “literasi lingkungan” yang masih jarang dilakukan evaluasinya terhadap siswa di Indonesia.

2. Menjadi bahan masukan dan diskusi tentang implementasi program model pembelajaran Investigating and Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA) yang dinilai cukup berpotensi untuk dapat diaplikasikan dalam ranah pendidikan lingkungan yang terintegrasi pada kurikulum IPA.

3. Sebagai wacana alternatif dalam hal asesmen pendidikan lingkungan siswa SMP melalui penggunaan instrumen baku Middle School Environmental

Literacy Instrument/ Survey (MSELI/ S).

4. Berkontribusi mengembangkan bahan ajar yang sesuai syntax model pembelajaran IEEIA, serta menujukkan betapa masih begitu luasnya ruang lingkup untuk peneiti lain dalam mengembangkan model pembelajaran ini.


(21)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan desain eksperimen lemah (weak experimental design), dikatakan “lemah” karena tidak dibangun suatu kelas kontrol terhadap validitas internal. Karena alasan tersebut desain seperti ini sering diklasifikasikan sebagai non-eksperimen atau pre-eksperimen (Campbell & Stanley, 1963), yang dikemudian hari dikategorikan sebagai quasi eksperimen (Campbell & Stanley, 1963).

Meski dalam desain tersebut terdapat sejumlah kemungkinan lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap hasil selain variabel bebas (Fraenkel & Wallen, 2006), namun tetap digunakan pada penelitian ini. Menimbang karakteristik dari variabel bebas yang diteliti, yaitu model pembelajaran IEEIA (Investigating and Evaluating Environmental Issue and Action) merupakan suatu program pendidikan lingkungan yang cukup panjang, dengan syntax meliputi tujuh tahapan pembelajaran. Dalam implementasinya dibutuhkan sekitar sembilan kali pertemuan, ditambah dua pertemuan lainnya dialokasikan untuk pretest dan

posttest. Dengan kondisi tersebut, ditambah keterbatasan peneliti, maka cukup

sulit dilakukan studi dengan menggunakan kelas kontrol. Oleh sebab itu, penelitian difokuskan pada kondisi pembelajaran siswa dalam satu kelas observasi, dimana secara intensif direkam bagaimana pengalaman belajar


(22)

siswanya, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa dalam kelompok, serta kesulitan yang ditemui selama proses pembelajaran.

Adapun tipe pre-eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

one-group pretest-posttest design (Fraenkel & Wallen, 1993). Desain ini

merupakan suatu bentuk rancangan penelitian yang terdiri dari satu kelompok partisipan yang diobservasi sebelum perlakuan (pretest), kemudian dikenai perlakuan berupa model pembelajaran Investigating and Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA) pada materi “Peranan Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”, setelah itu dilakukan observasi setelah perlakuan (posttest) atas variabel terikatnya berupa level literasi lingkungan siswa. Pengaruh dari perlakuan dapat diukur dengan membandingkan rerata skor posttest dari

pretestnya (Dimitrov & Rumrill, 2003).

Dengan bentuk penelitian seperti ini, diharapkan dapat mengevaluasi kefektifan program IEEIA untuk literasi lingkungan siswa. Meski demikian, masih terdapat beberapa faktor yang mengancam validitas internal maupun eksternal dalam desain sederhana ini, seperti; sejarah, kematangan, instrumen, mortalitas data, pemilihan subjek penelitian, efek pretest, prosedur penelitian (Dimitrov & Rumrill, 2003). Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya menyandarkan data informasi dari pretest dan posttest semata, tetapi bahwasanya penelitian ini bersifat insitu-observation yang merekam setiap detail peristiwa di kelas dan kelompok siswa selama proses perjalanan yang cukup panjang, dimana setiap segmen dari tahapan pembelajaran dilakukan observasi. Pembelajaran IEEIA mencakup tujuh tahapan pembelajaran yang begitu sistematis dengan


(23)

asesmen non-tes pada tiap-tiap tahapannya, maka hal ini dapat mengisi kelengkapan data/ informasi atas progres yang dialami siswa.

Selain efektifitas program IEEIA bagi peningkatan literasi lingkungan siswa, menarik juga untuk diteliti lebih jauh komponen literasi lingkungan mana (Pengetahuan Ekologi, Keterampilan Kognitif, Sikap dan Perilaku terhadap Lingkungan) yang paling berkembang melalui program IEEIA ini, serta menelisik hubungan/ korelasi antara komponen tersebut. Selain itu diungkap pula segmen paling antik dalam pembelajaran IEEIA, yakni adanya tahapan Aksi Lingkungan. Untuk itu satu ulasan penuh membahas mengenai bagaimana pengalaman belajar siswa selama proses aksi.

Adapun secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada prosedur penelitian (Gambar 3.1.) sebagai berikut:


(24)

B. C.

Analisis-Sintesi Jurnal Penelusuran Program

Pembelajaran dan Asesmen Standar untuk

Literasi Lingkungan

III. TAHAP ANALISIS DATA DAN PELAPORAN

Posttest MSELS, dan

Pengisian Tahap Akhir Kuisioner Lingkungan Penyelenggaraan Even Presentasi Aksi Lingkungan Implementasi Model Pembelajaran IEEIA

Pretest MSELS, dan

Pengisisan Tahap Awal Kuisioner Lingkungan

Permohonan Izin Orangtua Siswa Training Motivasi Kepada Calon Peserta

Penelitian Penentuan Subjek

Penelitian Konsolidasi dengan

Guru IPA dan Staf Sekolah Pengajuan Permohonan

Izin penelitian ke Sekolah I. T A H A P P E R S I A P A N

Judgement Instrument, (Content Validity, Curriculum validity) oleh Ahli

Seminar Proposal: Rencana Penelitian Penyusunan (Adopsi dan

Adaptasi) Instrumen Penyusunan Bahan Ajar dan Media Pembelajaran

Analisis Konsep “Peranan Manusia terhadap Lingkungan Pembelajaran IEEIA Analisis Penelitian Literasi Lingkungan

Analisis Kurikulum IPA SMP Perihal Pendidikan

Lingkungan

Fokus Penelitian: Efektivitas Pembelajaran

Penelusuran Jurnal-jurnal Internasional Terkait Isu Pendidikan

Lingkungan Eksplorasi Istilah Literasi Lingkungan Sebagai Sarana Pendidikan Lingkungan


(25)

B. Tempat dan Subjek Penelitian

Konteks dalam penelitian ini merupakan satu kelas tujuh sekolah menengah pertama. Dengan pertimbangan bahwa materi ajar mengenai lingkungan dalam kurikulum KTSP SMPN 1 Subang untuk IPA terpusat di kelas tujuh semester II. Penentuan kelas diperoleh dari masukan tim pengajar IPA sekolah yang bersangkutan berdasarkan karakteristik umum siswanya. Kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian dinilai sangat berbakat dalam hal kognitif namun dianggap belum berhasil di tatanan afektif dan perilaku. Sepadan dengan salah satu tujuan penelitian ini, yakni membangun literasi lingkungan siswa yang menitik beratkan juga pada komponen afektif serta perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan, maka pertimbangan tersebut mendasari pemilihan subjek penelitian.

Rangkaian penelitian berlangsung di SMPN 1 Subang dalam rentang waktu 30 April–10 Juni 2011. Sekolah tersebut berlokasi di pusat Kabupaten Subang, Jawa Barat, merupakan sekolah favorit, dengan jumlah rombongan belajar 24, siswanya berjumlah lebih kurang 700. Subjek penelitian terdiri dari 29 siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini (18 putra dan 11 putri), namun satu orang siswa mengalami mortalitas data, disebabkan tidak mengikuti pretest.

Selama penelitian, siswa diimplementasikan model pembelajaran IEEIA yang melalui ketujuh tahapan, diantaranya; pengenalan masalah dan isu lingkungan, keyakinan dan nilai terkait kedudukan isu lingkungan, strategi investigasi isu lingkungan, mengumpulkan data, menginterpretasi data, melakukan investigasi isu lingkungan, mengembangkan rencana tindakan, dan


(26)

melakukan aksi. Setelah itu diadakan pelaporan atas aksi lingkungan siswa di aula sekolah berupa presentasi yang dilombakan, dengan disaksikan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLHD Kab.Subang), Kepala Sekolah, Guru-guru, serta siswa lainnya. Selama proses pembelajaran peran peneliti sebagai guru pengajar, dibantu oleh dua orang staf sekolah sebagai pengambil gambar dan video. Lembar Kerja Siswa (LKS), kuisioner, rubrik penilaian presentasi, turut melengkapi sumber data selain hasil tes Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS).

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran

Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA).

2. Variabel terikatnya berupa level literasi lingkungan siswa.

Pendekatan dalam penelitian ini sengaja dibuat mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh perumus IEEIA, Volk & Cheak (2003) dimana siswa dapat lebih terlibat dan berpikir kritis dalam aksi lingkungan di masyarakat. Menilik dari konteks dalam penelitian ini sebagaimana yang dipaparkan oleh Strauss & Corbin (dalam Charmatz, 2007) bahwasanya model pembelajaran IEEIA menunjukkan keterkaitan antara individu, kelompok dan tidak menutup kemungkinan untuk komunitas yang lebih luas. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung, mengobservasi, memfasilitasi analisis isu lingkungan,


(27)

membangun rencana tindakan aksi bersama siswa, serta melaporkan “roda kehidupan” selama pembelajaran berlangsung.

Penelitian ini juga menitikberatkan aksi siswa yang berlandaskan pada isu lingkungan yang diangkat di kelas, disertai kombinasi refleksi diri dan refleksi secara kolektif, kemudian bagaimana hal ini dapat mempengaruhi kondisi lingkungan secara lokal.

D. Asumsi Penelitian

1. Literasi lingkungan siswa merupakan tujuan utama dari program pendidikan lingkungan (Disinger & Roth, Hungerford, Peyton & Wilke, Iozzi, Leveault, Marcinkowski, Stapp, UNESCO dalam Negev et al., 2008; Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Menurut kerangka kerja Simmons, literasi lingkungan terdiri dari komponen-komponen pengetahuan ekologi, keterampilan kognitif, afektif, dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan. Keempat komponen ini berperan menentukan level literasi lingkungan siswa (Simmon dalam Chu

et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009).

2. Level literasi lingkungan siswa dapat diukur melalui alat evaluasi standar yakni Environmental Literacy Instrument, yang sekaligus berfungsi untuk mengases keefektifan suatu program pendidikan lingkungan (NAAEE, 2011).

3. Model pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue and


(28)

dikembangkan oleh tim perancang Environmental Literacy Instrument itu sendiri, yang menyentuh komponen-komponen literasi lingkungan secara menyeluruh dan dibelajarkan begitu sistematis (Hungerford & Volk, 1990). Dengan kata lain, penerapan IEEIA seperti “kunci dan anak kunci”, dimana dalam setiap tahapannya disesuaikan dengan kriteria pencapaian literasi lingkungan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen evaluasi yang disarankan oleh ahli dalam mengases literasi lingkungan adalah kriteria khusus, yang mengacu pada kerangka kerja Simmons, yakni penggunaan Environmental Literacy Instrument (Negev et al., 2008; Chu et

al., 2007). Bentuk kriteria ini tersedia bagi audiens sesuai tingkatannya, yang

dikhususkan bagi siswa sekolah menengah yaitu MSELI/ S.

Pengumpulan data literasi lingkungan siswa dalam penelitian ini menggunakan asesmen standar Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS) tersebut. Selain tes tertulis MSELS sebagai instrumen penelitian utama, dilengkapi pula dengan seperangkat perekam data lainnya, yaitu kuisioner, sejumlah LKS yang sudah menjadi satu bagian utuh dalam program IEEIA, serta rubrik penilaian presentasi aksi lingkungan. Instrumen yang digunakan tersebut dalam pelaksanannya didisain sebagaimana tampak pada Tabel 3.1. berikut:

Tabel 3.1. Rancangan Instrumen

No. Instrumen Bentuk


(29)

1

Tes Tertulis Asesmen Standar Literasi Lingkungan Siswa SMP, Middle School

Environmental Literacy Survey (MSELS) Alih Bahasa, Adopsi dan Adaptasi Sebelum penelitian dilaksanakan Peneliti Curriculum Validity, Content Validity Sebelum penelitian dilaksanakan Dosen Ahli Pretest (tes awal) Sebelum perlakuan diberikan Siswa SMP Kelas VII Posttest (tes akhir) Setelah perlakuan diberikan Siswa SMP Kelas VII

2. Kuisioner

Pretest (tes awal) Sebelum perlakuan diberikan Siswa SMP Kelas VII Posttest (tes akhir) Setelah perlakuan diberikan Siswa SMP Kelas VII

3. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa

Setiap tahapan pembelajaran IEEIA menggunakan LKS Pada saat perlakuan diberikan Siswa SMP Kelas VII 4. Rubrik Penilaian Presentasi Aksi Lingkungan Rancangan Rubrik Sebelum tahapan akhir IEEIA dilaksanakan Petugas Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kab. Subang yang bertindak sebagai Juri Presentasi Aksi Lingkungan Tahapan Akhir IEEIA Pada saat perlakuan diberikan Siswa SMP Kelas VII


(30)

1. Tes Tertulis Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS)

MSELS dirancang untuk mengukur berbagai komponen literasi lingkungan. Indikator dalam instrumen ini sesuai dengan kerangka kerja Simmons sebagai kriteria dalam menganalisis level literasi lingkungan (Simmon dalam Chu

et al., 2007; Erdogan et al., 2009).

Tes tertulis MSELS mencakup keseluruhan komponen-komponen literasi lingkungan, antara lain; komponen pengetahuan ekologi (17 item soal pilihan ganda), sikap dan kepedulian terhadap lingkungan (27 item jenis skala Likert), keterampilan dalam memecahkan masalah lingkungan (17 item soal pilihan ganda), serta perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan (6 item jenis skala Likert). Sebagai tambahan, 4 item soal pilihan ganda yang mencakup data demografik. Suatu overview mengenai MSELS dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS) Komponen Literasi Lingkungan Penjabaran komponen Bagian-bagian Soal MSELS Nomor Item Soal Jumlah Nomor Soal Perolehan Poin Tertinggi Pengetahuan Ekologi Pengetahuan Dasar Ekologi Bagian II: Dasar-Dasar Ekologi

5-21 17 17

Afektif Lingkungan Komitmen Verbal (Niat untuk bertindak) Bagian III: Bagaimana Anda Berpikir mengenai Lingkungan

22-33 12 60

Kepekaan terhadap

Bagian V:


(31)

Lingkungan Kepekaan Lingkungan Perasaan terhadap Lingkungan Bagian VI: Bagaimana Perasaan Anda tentang Lingkungan

57,58 2 10

Keterampilan Kognitif Identifikasi Isu Lingkungan VII.A: Identifikasi

Isu 59, 60, 67 3

29 Analisis Isu

Lingkungan

Bagian VII.B:

Analisis Isu 61-66 6

Rencana Aksi Lingkungan Bagian VII.C: Rencana Aksi

68-75 8

Perilaku Bertanggung jawab terhadap Lingkungan Komitmen Aktual (Perilaku) Bagian IV: Apa yang Anda Lakukan untuk Lingkungan

34-45 12 60

Demografik Usia, kelas, jenis kelamin, suku Bagian I: Biodata

1-4 4 -

Sebelum soal tes MSELS (Middle School Environmental Literacy

Instrument/ Survey) digunakan, terlebih dahulu dilakukan alih bahasa serta

adaptasi terhadap soal tes, mengingat bahasa serta kemungkinan perbedaan budaya yang tertera dalam naskah tes aslinya. Sedangkan untuk uji validitas konstruk dan reliabititas MSELS telah diteliti oleh Mc Beth (2007), hasilnya


(32)

dinilai baik dalam mengukur literasi lingkungan siswa usia sekolah menengah, sehingga dijadikan bahan rujukan asesmen atau evaluasi standar untuk literasi lingkungan di beberapa negara.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan MSELS dengan hanya menguji validitas kontennya, mengingat keunikan soal MSELS yang cukup sulit untuk dilakukan uji validitas konstruk dan reliabilitas oleh peneliti sendiri. Oleh karena itu, referensi “teruji baik” yang khusus menyoroti keabsahan serta keajegan tes tersebut (Mc Beth, 1997) menjadi landasan bagi peneliti untuk mengasumsikan bahwa tes MSELS memiliki kualitas yang baik dari segi validitas dan reliabilitasnya, tentu dalam hal ini pertimbangan ahli masih sangat diperlukan bagi beberapa penyesuaian terhadap kurikulum, bahasa, dan budaya. Instrumen tes MSELS untuk mengukur literasi lingkungan siswa SMP dapat dilihat pada lampiran A.11.

2. Kuisioner

Untuk mendalami pemikiran serta pengalaman siswa terkait isu lingkungan, selain tes tertulis MSELS, diberikan pula enam pertanyaan berupa essay dalam kuisioner. Kuisioner ini diilhami dari penelitian disertasi Charmatz (2007) yang meneliti pula tentang literasi lingkungan siswa. Data kuisioner ini diambil sebelum dan sesudah perlakuan program IEEIA.

Dari kuisioner tersebut diharapakan dapat melengkapi serta mengungkap gambaran lebih riil atas kondisi siswa, khusunya sebelum pembelajaran. Karena seperti kita ketahui, isu lingkungan dianggap edukasi yang bersifat umum serta


(33)

dapat dengan mudah diakses dalam kehidupan sehari-hari siswa, maka kuisioner ini menjadi penting untuk memotret keterlibatan siswa sebelum dan sesudah perlakuan.

3. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan bagian tak terpisahkan dari program IEEIA. Dalam ketujuh tahapannya, IEEIA menawarkan LKS sebagai media untuk membatu siswa menganalisis isu lingkungan, mengenalkan pada mereka nilai-nilai dalam isu lingkungan, juga strategi investigasinya. Bagaimana kemudian dirancang beberapa LKS yang dianjurkan oleh syntax IEEIA untuk menginspirasi, menyadarkan siswa untuk berhemat listrik dan air, ikut berperan di dalamnya, setelah itu mereka mengajak rekan-rekannya yang lain dengan ide-ide segar mereka. Bentuk LKS beserta rubrik penilaian yang diberikan kepada siswa dapat dilihat pada lampiran A.9.

4. Rubrik Penilaian Presentasi Aksi Lingkungan

Pada akhir program IEEIA, siswa didorong untuk melakukan aksi lingkungan, hal ini menjadi klimaks dari serangkaian tahapan model pembelajaran ini. Untuk mengapresiasi effort siswa tersebut maka model pembelajaran IEEIA

menambahkan suatu agenda “presentasi” atas hasil karya aksi lingkungan siswa. Seyogyanya ajang presentasi ini memiliki kekuatan layaknya butterfly effect yang mampu menyentuh, mengajak rekan-rekannya yang belum terlibat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam penyelamatan lingkungan.


(34)

Dalam penelitian ini, peneliti merancang sebuah even akbar di sekolah tersebut berkesesuaian dengan momentum hari lingkungan hidup sedunia. Dalam acara tersebut siswa secara berkelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan kegiatan aksi lingkungan pilihan mereka, mengapa mereka ingin melakukannya, bagaimana hasilnya, kesulitan yang dihadapi, dan sekelumit proses pembelajaran yang mereka dapat petik dari aksi tersebut. Untuk mengases presentasi ini, didisain sebuah rubrik penilaian yang dirumuskan oleh peneliti bersama dewan juri dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kab. Subang,

Rubrik penilaian presentasi terdiri dari tujuh kategori bagi masing-masing kelompok, seperti identifikasi isu lingkungan, kolaborasi, pemecahan masalah, dsb, yang tiap-tiap kategori tersebut memiliki poin 1 (poin terendah) - 4 (poin tertinggi), sehingga total nilai tertinggi yang dapat diperoleh sebanyak 28 poin. Rubrik penilaian aksi lingkungan dapat dilihat pada lampiran A.10.

F. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menempuh beberapa tahapan prosedur penelitian. Berikut deskripsi alur penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

1. Tahap Persiapan

Sebelum implementasi pembelajaran dilakukan di kelas, banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk menyokong terlaksananya penelitian, bahkan dapat dikatakan pada tahapan ini betul-betul membutuhkan waktu serta energi yang cukup besar. Beberapa persiapan yang dilakukan dalam studi pendahuluannya


(35)

peneliti terdorong untuk menjadikan pembelajaran IPA sebagai sarana edukasi lingkungan, untuk itu kemudian dilakukanlah penelusuran serta analisis-sintesis terhadap sejumlah jurnal-jurnal internasional mengenai istilah “literasi lingkungan”, yang tak lain merupakan tonggak tujuan atas pendidikan lingkungan. Dari proses penelusuran tersebut ditemukan keberadaan asesmen baku terhadap literasi lingkungan siswa sekolah menengah yang banyak diteliti secara luas di beberapa Negara, yakni Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS). Setelah itu peneliti menentukan fokus penelitian pada pemecahan masalah, berupa model pembelajaran yang diklaim sesuai dan secara khusus diunggulkan untuk membangun literasi lingkungan tapi belum banyak dibahas di Indonesia, yakni program IEEIA.

Untuk mendukung terwujudnya penelitian ini, amat perlu dilakukan juga penyesuaian terhadap kurikulum di Negara kita, apakah dapat diimplementasikan atau tidak. Karenanya peneliti melakukan analisis terhadap kurikulum IPA SMP yang termaktub dalam BSNP, yang ternyata rumusan tujuan pemebelajaran serta indikatornya dapat matched dengan materi pembelajaran “Peranana Manusia terhadap Lingkungan” yang dibelajarkan di kelas VII semester kedua dalam kurikulum KTSP SMPN 1 Subang.

Demi untuk memenuhi kelengkapan prosedur penelitian, maka dilakukan

pula analisis konsep mengenai “Peranan Manusia terhadap Lingkungan” yang

diambil dari referensi Cambridge. Seperti kita ketahui konsep ini cenderung umum dan bersifat pengetahuan populer, sehingga referensi dari luar tersebut diharapkan memunculkan perspektif baru yang lebih luas terkait isu lingkungan.


(36)

Dari analisis konsep inilah yang kemudian dilahirkan media-media pembelajaran seperti power point slides, LKS, serta bahan ajar secara keseluruhan. Untuk bahan ajar, peneliti merumuskannya secara teknis bahkan dapat dikatakan sangat detail mengenai kegiatan pembelajaran, dapat dilihat pada lampiran A.7.

Selanjutnya peneliti melaksanakan bimbingan penyusunan proposal, seminar proposal, serta mempersiapkan surat-surat perizinan untuk melakukan observasi ke sekolah. Hal penting lainnya dalam penelitian ini adalah kesiapan instrumen penelitian. Selain tes tertulis MSELS dialih bahasa dan diadaptasi kemudian memperoleh judgement dari ahli untuk content validity dan curriculum

validity, juga disusun kuisioner, LKS, serta rubrik penilaian presentasi aksi

lingkungan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan ini dilakukan implementasi model pembelajaran

Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA) pada satu kelas

perlakuan. Model pembelajaran ini terdiri dari tujuh tahapan, ditambah dengan waktu khusus untuk pretest dan posttest. Dalam penelitian ini menghabiskan waktu cukup panjang, berlangsung mulai tanggal 27 April sampai dengan 10 Juni 2013. Adapun pembelajaran IPA terjadwal tiga jam dalam seminggu, yang tiap minggunya terbagi ke dalam dua kali pertemuan.


(37)

a. Pengajuan permohonan izin penelitian kepada pihak sekolah, juga dilakukan konsolidasi dengan guru IPA serta staf sekolah yang amat dibutuhkan bantuannya terhadap kelangsungan penelitian ini.

b. Menentukan subjek penelitian (siswa yang akan diberi perlakuan model pembelajaran IEEIA pada materi Peranan Manusia terhadap Lingkungan). Penentuan siswa berdasarkan pada hasil musyawarah guru pengajar IPA sekolah yang bersangkutan, dengan dilatarbelakangi oleh harapan besar pihak sekolah untuk menjadikan siswa di kelas unggulannya menjadi penggerak dalam aktivitas lingkungan. Tetapi kondisi riil yang ditemui ternyata sebaliknya, siswa yang dianggap kelas terbaik ini sama sekali belum mencerminkan sikap peduli, mereka cenderung acuh terhadap rekan apalagi lingkungan. Sejalan dengan itu, sekolah mengharapkan dari hasil penelitian ini dapat merubah sikap perilaku siswa menjadi agen peubah yang berpartisipasi aktif dalam isu lingkungan sekolah.

c. Training motivasi kepada subjek penelitian (siswa) dari peneliti mengenai keikutsertaannya dalam penelitian sedikit banyak akan memberikan manfaat bagi mereka, menambah wawasan serta pengalaman menarik terkait isu lingkungan. Peneliti juga menjamin tidak akan mengganggu roda pembelajaran, karena penelitian dirancang untuk sesuai dengan kurikulum jadwal kalender pendidikan sekolah.

d. Permohonan izin orang tua siswa dalam mengikutsertakan putra-putrinya untuk mengikuti rangkaian penelitian dan tes. Orang tua sebelumnya diberikan surat pemberitahuan dan permohonan izin yang di dalamnya


(38)

memberikan pilihan untuk membolehkan atau tidak kepada putr-putrinya sebagai partisipan penelitian, kemudian ditandatangani. Dalam surat tersebut peneliti juga memaparkan secara general perihal penelitian, tujuan dari penelitian, dan menjamin kerahasiaan data putra-putrinya. e. Melakukan pretest dengan menggunakan tes MSELS untuk mengetahui

level literasi lingkungan siswa.

f. Memberikan kuisioner mengenai pemikiran dan keterlibatan siswa terkait lingkungan.

g. Mengimplementasikan model pembelajaran IEEIA pada materi “Peranan Maanusia terhadap Lingkungan” yang terdiri dari tujuh tahapan pembelajaran, menggunakan acuan bahan ajar yang telah dibuat.

h. Menyelenggarakan even presentasi aksi lingkungan yang dikemas menarik sehingga dapat menjadi ajang promosi peduli lingkungan di sekolah. Penting kiranya juga untuk memberikan penghargaan atas hasil kerja keras siswa selama proses pembelajaran yang berujung pada presentasi aksi, karenanya itu momen ini patut untuk „dirayakan‟. Dalam kesempatan tersebut peneliti berusaha melakukan lobi dengan Kepala Daerah untuk turut mengapresiasi aksi peduli lingkungan siswa.

i. Melakukan posttest, dengan kembali menggunakan tes MSELS.

j. Memberikan kuisioner lingkungan, sama seperti yang diberikan sebelum pembelajaran.


(39)

Setelah implementasi model pembelajaran Investigating, Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA ) pada siswa SMP untuk materi Peranan

Manusia terhadap Lingkungan selesai, lalu data yang diperlukan juga telah terkumpul, selanjutnya tahapan yang dilakukan yakni pengolahan data hasil penelitian sekaligus menyusun laporan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tes tertulis MSELS, kuisioner, serta rubrik penilaian LKS dan aksi lingkungan. Data primer berupa tes tertulis pilihan ganda MSELS yang menghasilkan data kuantitatif, dimana hasilnya menggambarkan secara menyeluruh perolehan siswa atas komponen-komponen literasi lingkungan, seperti; komponen pengetahuan ekologi, keterampilan kognitif, afektif dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Data pendukung lainnya yaitu kuisioner, bermanfaat merekam pernyataan-pernyataan siswa yang mendeskripsikan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Data kualitatif dari kuisioner ini dirasakan sangat membantu peneliti untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran. Sedangkan rubrik penilaian untuk aksi lingkungan merupakan asesmen tersendiri yang menonjolkan kekuatan program IEEIA, yakni penekanan model pembelajaran ini pada aksi lingkungan. Rubrik penilaian ini bersifat collective


(40)

lingkungan. Secara keseluruhan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut:

Tabel 3.3.

Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data Jenis Data (Komponen Literasi Lingkungan) Teknik Pengumpulan Data Keterangan Siswa

Pengetahuan ekologi Tes tertulis MSELS

Dilakukan pada awal dan akhir

pembelajaran

Keterampilan kognitif Tes tertulis MSELS

Dilakukan pada awal dan akhir

pembelajaran

Afektif Tes tertulis

MSELS

Dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran Perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan Tes tertulis MSELS

Dilakukan pada awal dan akhir

pembelajaran

Deskripsi kepedulian

terhadap lingkungan Kuisioner

Dilakukan pada awal dan akhir

pembelajaran

Kinerja siswa Lembar Kerja

Siswa Dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung Presentasi aksi lingkungan Rubrik penilaian aksi lingkungan Dilakukan pada tahapan pembelajaran terakhir

H. Analisis Data

Setelah model pembelajaran IEEIA diimplementasikan, maka diperoleh sekumpulan data baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Analisis dan


(41)

pengolahan data merujuk pada data yang terkumpul dan rumusan masalah yang terdapat pada Bab I.

I. Data Kualitatif

Data kualitatif yang dihimpun dalam penelitian ini berupa data demografik, seperti; usia, gender, suku (tertera pada soal MSELS Bagian I: Biodata), serta pernyataan siswa dalam kuisioner mengenai pemikiran serta keterlibatan siswa terhadap lingkungan. Data kualitatif lainnya yakni juga sederet aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang dihimpun menjadi hasil kinerja siswa berupa pengerjaan LKS, yang dapat memvisualisasikan progres siswa selama pembelajaran. Sementara beberapa hasil wawancara dengan siswa selama presentasi aksi lingkungan serta komentar dewan juri juga menjadi bahan masukan yang berharga serta melengkapi data kualitatif ini.

1. Data Demografik

Asesmen Literasi MSELS menyediakan suatu ruang khusus bagi terjaringnya data demografik siswa, yaitu Bagian I mengenai Biodata. Jumlah soal tentang data demografik sebanyak empat butir, diantaranya menghimpun tentang usia, kelas, jenis kelamin, dan suku.

Peneliti sengaja tidak menghilangkan bagian biodata ini karena jika demikian akan mengubah susunan soal dan pembobotannya. Selain itu, sedikit banyak data tersebut akan dapat memberi masukan berharga terkait hasil penelitian, meski secara tidak tersurat berada dalam pertanyaan penelitian. Secara


(42)

gambaran umum, siswa melaporkan data dirinya seperti yang disajikan dalam Tabel 3.4. berikut:

Tabel 3.4.

Data Demografik Siswa

Demografik N %

Usia:

a. 11 tahun atau lebih muda - 0%

b. 12 tahun 13 46,429%

c. 13 tahun 15 53,571%

d. 14 tahun - 0%

e. 15 tahun atau lebih - 0%

Gender:

a. Perempuan 10 35,714%

b. Laki-laki 18 64,286%

Suku:

a. Sunda 22 78,571%

b. Jawa 3 10,714%

c. Sumatera 3 10,714%

d. lainnya - 0%

J. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa hasil tes tertulis MSELS yang menjaring data pretest dan posttest, data tersebut mampu mengeksplorasi aspek; pengetahuan ekologi, keterampilan kognitif, afektif, serta perilaku bertanggung jawab siswa yang dikuantifikasi. Data ini kemudian dapat dianalisis baik secara parsial maupun holistik (yang tergabung menjadi level literasi lingkungan siswa).

Sementara itu, rerata pretest-posttest keduanya diperbandingkan sehingga dihasilkan skor gain (perubahan rerata posttest terhadap rerata pretest). Hasil analisis data kuantitatif ini dapat mengases efektivitas program IEEIA yang tercermin dari peningkatan literasi lingkungan siswa.


(43)

Konsep dasar dari uji normalitas adalah membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka analisis dilakukan dengan metode parametrik.

Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini diberikan terhadap data

pretest dan posttest MSELS yang mengukur level literasi lingkungan siswa. Uji

normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada program komputer

Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0.

Kriteria penentuan normal tidaknya suatu data pada uji normalitas yang dikenakan pada data pretest dan posttest MSELS, yaitu data dikatakan mengikuti distribusi normal jika harga sig hasil perhitungan lebih besar dari 0,05. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara distribusi skor empirik dengan distribusi skor hipotetik, dengan kata lain sebaran normal.

Hasil perhitungan uji normalitas data pretest MSELS untuk literasi lingkungan disajikan pada Tabel 3.5. dilengkapi dengan visualisasi Q-Q Plotnya (gambar 3.2.). Perhitungan uji normalitas data pretest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.1.

Tabel 3.5.

Hasil Uji Normalitas Data Pretest MSELS (Literasi Lingkungan)

N Probabilitas Pretest

Signifikansi

= 0,05 Keterangan


(44)

Gambar 3.2. Q-Q Plot Pretest

Sedangkan untuk hasil perhitungan uji normalitas data posttest MSELS literasi lingkungan disajikan pada Tabel 3.6. desertai dengan visualisasi Q-Q Plot. Perhitungan uji normalitas data posttest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.1.

Tabel 3.6.

Hasil Uji Normalitas Data Posttest MSELS (Literasi Lingkungan)

N Probabilitas Posttest

Signifikansi

= 0,05 Keterangan

28 0,200 0,200 > 0,05 Data Berdistribusi Normal


(45)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji apakah dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis uji t-dependen. Asumsi yang mendasarinyadalah bahwa varian dari populasi adalah sama.

Uji homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini dikenakan kepada data pretest dan posttest MSELS yang mengukur level literasi lingkungan siswa. Uji homogenitas menggunakan Lavene dengan bantuan program komputer

Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0.

Adapun sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama. Hasil perhitungan uji homogenitas data pretest dan posttest MSELS untuk literasi lingkungan disajikan pada Tabel 3.7. Perhitungan uji homogenitas data

pretest-posttest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.2. Tabel 3.7.

Hasil Uji Homogenitas Data Posttest-Posttest MSELS (Literasi Lingkungan)

Jumlah Data Probabilitas Signifikansi

= 0,05 Keterangan

56 (data pretest

dan posttest) 0,930 0,930 > 0,05 Data Homogen

3. Uji t-dependen

Meninjau hasil uji normalitas dan uji homogenitas data pretest dan posttest MSELS untuk literasi lingkungan siswa, diketahui data tersebut berditribusi


(46)

normal dan homogen. Maka selanjutnya, secara parametrik data dapat dianalisis dengan statistik inferensi yang menguji hipotesis penelitian.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui uji t-dependen (paired t-test). Uji t-dependen (paired t-test) merupakan salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (subjek penelitian) dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Walaupun dalam penelitian ini menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama (pretest) dan data dari perlakuan kedua (posttest).

Uji t-dependen yang dilakukan dalam penelitian ini diberikan kepada data

pretest dan posttest MSELS. Dari hasil uji t-dependen (beda rerata) diperoleh

suatu nilai probabilitas, yang tafsirannya dapat dijadikan kesimpulan dari data

pretest dan posttest literasi lingkungan. Perhitungan uji t-dependen menggunakan

bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0. Hasil perhitungan uji t-dependen untuk data pretest dan posttest MSELS akan dibahas pada Bab IV. Perhitungan uji t-dependen data pretest-posttest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.3.

4. Rerata Skor Gain

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan program IEEIA terhadap peningkatan literasi lingkungan siswa, maka dilakukan


(47)

perbandingan antara rerata skor pretest dan rerata skor posttest, perubahan yang terjadi (gain) dapat menggambarkan efektivitas model IEEIA.

Gain yang diukur pada satu kelas eksperimen dinotasikan oleh Hake

(2002) sebagai <g> yang artinya rerata gain ternormalisasi, hal ini didefinisikan sebagai rerata gain sesungguhnya (<Gain>) dibagi dengan kemungkinan rerata

gain maksimum (<Gain> maks.), atau dirumuskan sebagai berikut:

<g> = <Gain> / <Gain> maks……….… (2a) <g> = (<posttest> <pretest>) / (skor maks. <pretest>)………… (2b) Dimana <posttest> merupakan tes akhir sedangkan <pretest> adalah tes awal sebelum perlakuan. Perhitungan uji N Gain data posttest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.5.

Kriteria hasil perhitungan rerata gain ternormalisasi dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8.

Kriteria Rerata Gain Ternormalisasi <g>

<g> Kriteria

g 0,7 Tinggi

0,3 g< 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

5. Analisis Korelasi

Dalam penelitian ini, menarik kiranya jika dilakukan pengujian hubungan/ korelasi antara komponen dalam literasi lingkungan; pengetahuan ekologi,


(48)

keterampilan kognitif, sikap dan perilaku terhadap lingkungan, untuk

mengklarifikasi dimana letak permasalahan pendidikan lingkungan sesungguhnya. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan solusi pembenahan, untuk memulai, menata, dan mungkin merubah mindset atau pola pembelajaran berbasis lingkungan.

Tujuan analisis korelasi tak lain untuk menguji apakah di antara dua variabel terdapat hubungan yang signifikan; dan jika terdapat hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar/ kuat hubungan tersebut (Santoso, 2012). Namun analisis korelasi tidak mampu menunjukkan sebab akibat (Fraenkel & Wallen, 2006).

Secara teori, angka korelasi mempunyai interval -1 sampai +1. Tanda (+) dan (-) menunjukkan arah hubungan berbanding lurus atau terbalik. Adapun Kriteria koefisien korelasi (Sarwono, 2006) ditunjukkan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9.

Kriteria Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Indikasi Hubungan

Antar Variabel

0 Tidak ada korelasi antara dua variabel

> 0 – 0,25 Korelasi sangat lemah

> 0,25 – 0,5 Korelasi cukup

> 0,5 – 0,75 Korelasi kuat

> 0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat

1 Korelasi sempurna

Analisis korelasi yang dilakukan dalam penelitian ini hanya dilakukan diberikan kepada data posttest MSELS. Dari hasil uji korelasi diperoleh suatu nilai probabilitas, yang tafsirannya dapat dijadikan kesimpulan dari hubungan antara komponen penyusun literasi lingkungan. Perhitungan uji korelasi


(49)

menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS)

windows versi 16.0. Hasil perhitungan korelasi untuk data posttest MSELS

dibahas lebih mendalam di Bab IV. Perhitungan uji korelasi tiap-tiap komponen literasi lingkungan pada posttest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.6.


(50)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran model Investigating, Evaluating Environmental Issue and

Action (IEEIA) pada materi “Peranan Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan” dinilai mampu mengakomodir seluruh komponen literasi lingkungan, yang merupakan tujuan utama pembelajaran pendidikan lingkungan. Dengan syntax yang terdiri dari tujuh tahapan pembelajaran secara sistematis, sangat disesuaikan dengan pola asesmen standar literasi lingkungan, Middle School Environmental

Literacy Survey (MSELS).

Parameter efektifitas pembelajaran IEEIA dalam penelitian ini diukur berdasarkan peningkatan (gain) skor literasi lingkungan antara sebelum perlakuan (pretest MSELS) dan sesudah perlakuan (posttest MSELS). Untuk rentang skor literasi lingkungan 0-240, terjadi peningkatan perolehan skor setelah implementasi model IEEIA (183,69; kategori tinggi) dibandingkan dengan sebelum implementasi (178,41; kategori tinggi), dengan kriteria gain rendah (0,086). Dalam melengkapi sumber data, telah disediakan instrumentasi lain yang mengases model IEEIA selain nilai gain tes MSELS, seperti; Kuisioner Lingkungan, Rubrik Penilaian LKS, serta Presentasi Aksi Lingkungan.

Penentuan level literasi lingkungan merupakan hal kompleks, penyatuan antara komponen-komponennya. Oleh sebab itu, untuk mengeksplorasi literasi


(51)

lingkungan, harus juga dilakukan penelaahan secara parsial dari masing-masing komponen tesebut. Dengan rentang skor 0-60 untuk masing-masing komponen, hasil MSELS menunjukkan; Komponen Pengetahuan Ekologi memperoleh

posttest (51,81; kategori tinggi), meningkat berbeda signifikan dari pretest (48,28;

kategori tinggi); Komponen Keterampilan Kognitif menghasilkan posttest (44,56; kategori tinggi), mengalami peningkatan dibandingkan pretest (43,60; kategori tinggi); Komponen Afektif Lingkungan memperoleh nilai posttest (43,65; kategori sedang), meningkat dari pretestnya (42,46; kategori sedang);

Komponen Perilaku Bertanggung jawab terhadap Lingkungan mengalami

sedikit penurunan pada hasil posttest (43,68; kategori sedang), dari pretest (44,07; kategori sedang).

Hasil skor pretest literasi lingkungan yang sudah tinggi, mendapat sumbangan poin dari komponen Pengetahuan Ekologi dan komponen Keterampilan Kognitif. Faktor-faktor yang ditengarai menjadi penyebabnya, antara lain: (1) Subjek penelitian merupakan siswa di kelas unggulan, (2) Sebagian konsep lingkungan telah dibelajarkan di semester sebelumnya pada materi Ekosistem. Meski demikian hal ini sejalan dengan aplikasi model IEEIA, sebab program ini berfokus pada Pengelolaan Lingkungan, dan dapat dimulai jika siswa telah memperoleh pengetahuan prasyarat materi Ekosistem.

Terjadinya “penurunan” skor posttest untuk komponen Perilaku

Bertanggung jawab terhadap Lingkungan terkait dengan “penurunan” pada variabel soal Bagaimana Pemikiran Anda tentang Lingkungan (keduanya memeiliki kemiripan bunyi item soal). Terungkap dari data yang dihimpun


(52)

melalui kuisioner dan LKS, bahwa pada awalnya (saat pretest) siswa merasa sangat yakin telah melakukan penyelamatan lingkungan secara optimal, namun setelah diinvestigasi selama pembelajaran, siswa menemukan bahwa ternyata mereka belum terbiasa melakukannya. Dapat dikatakan siswa mengalami

“kesadaran diri” dan melakukan perubahan standar terhadap posttest

dibandingkan dengan pada saat pretest. Sedangkan esensi dari perilaku

bertanggung jawab siswa, sesungguhnya mengalami kemajuan yang memuaskan (terekam dalam kuisioner, Rubrik Penilaian LKS, serta Aksi

Lingkungan). Hal ini mengindikasikan bahwa instrumen MSELS yang berupa tes tertulis masih memiliki kelemahan dalam memotret nyata aspek sikap dan perilaku siswa.

Dalam penelitian ini juga dilakukan analisa korelasi antar komponen penyusun literasi lingkungan. Hasilnya diperoleh bahwa:

(1) komponen Pengetahuan Ekologi tidak mengindikasikan adanya hubungan positif selain dengan komponen Keterampilan kognitif, itupun dianggap sangat lemah (0,061); (2) Komponen Keterampilan kognitif mengindikasikan hubungan yang tidak signifikan dengan komponen manapun; (3) Antara komponen Afektif dan komponen Perilaku Bertanggung jawab terhadap Lingkungan (0,560) mengindikasikan hubungan kuat yang signifikan. Dengan demikian diperoleh gambaran bahwasanya perilaku tidaklah dipengaruhi oleh pengetahuan lingkungan, melainkan lebih dipengaruhi oleh sikapnya terhadap lingkungan.

Pembelajaran model Investigating, Evaluating Environmental Issue and


(53)

mengenai lingkungan. Meskipun tidak sempurna, namun IEEIA dinilai mampu

“memantik” kesadaran lingkungan siswa untuk tidak sekedar “lip service” dalam beretika lingkungan, tapi sekaligus melakukan aksi nyata bertanggung jawab terhadap lingkungan, bukan saja secara individu melainkan menggerakkan responsibilitas di dalam komunitasnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang implementasi model pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue and action (IEEIA) untuk mengembangkan literasi lingkungan siswa SMP, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Investigating, Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA) terhadap literasi lingkungan siswa

dengan lebih sound, perlu dilakukan penelitian serupa menggunakan desain lebih kuat, yang menyertakan kelas kontrol.

2. Jika dalam penelitian ini model IEEIA diaplikasikan pada kelas pembelajar cepat, maka ke depan dapat dicoba untuk diimplementasikan pada kelas dengan pembelajar sedang, lambat atau kelas reguler.

3. Pada penelitian ini, untuk variabel soal Identifikasi Isu (MSELS) siswa masih mengalami kesulitan, karena dalam pengerjaannya diperlukan skill literasi membaca. Mengatasi hal tersebut, seyogyanya seluruh guru mata pelajaran harus bekerjasama dan concern mendorong minat baca siswa, agar meningkatkan literasi membaca mereka.


(54)

4. Dalam penelitian ini ditemukan model IEEIA belum dapat memback-up variabel soal Anda dan Kepekaan Lingkungan (MSELS), karena 50% item soalnya mempertanyakan frekuensi aktivitas outdoor siswa, seperti; hiking,

camping, dan pengamatan burung. Untuk itu perlu diracik fieldtrip study

sebagai enrichment IEEIA.

5. Meski MSELS telah diakui sebagai asesmen standar untuk mengukur literasi lingkungan siswa, namun penggunaan portofolio serta asesmen kinerja tetap sangat diperlukan, karena lebih dapat merekam secara autentik esensi sikap dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan dalam keseharian siswa. 6. Masih terbuka ruang eksplorasi bagi analisis validitas konstruk dan reliabilitas

terhadap asesmen standar literasi lingkungan Middle School Environmental

Literacy Survey (MSELS).

7. Perlu diungkap analisa korelasi gender terhadap literasi lingkungan, yang belum digali dalam penelitian ini.

8. Cukup menarik jika dilakukan survey skala besar untuk literasi lingkungan siswa.

9. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan payung kurikulum KTSP SMPN 1 Subang, belum pernah diuji coba pada kurikulum terbaru 2013.


(55)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Campbell, D.T. & Stanley, J.C. (1963). Experimental and Quasi-Experimental

Design for Research. Houghton Mifflin Company Boston.

Charmatz, K. (2007). A Case Study of the Development of Environmental Action

Projects From The Framework of Participatory Action Research Within Two Middle School Classrooms. Dissertation submitted to

the Faculty of the Graduate School of the University of Maryland, College Park.

Chu, H.E., Lee, E.A., Ko, H.R., Shin, D.H., Lee, M.N., Min, B.M., Kang, K.H. (2007). Korean Year 3 Children’s Environmental Literacy: A

Prerequisite for a Korean Environmental Education Curriculum.

International Journal of Science Education Vol.29, No.6, pp.731-746.

Dietz, T. (2003). What is a Good Decision? Criteria for Environmental Decision

Making. Human Ecology Review, Vol.10, No.1.

Dimitrov, D.M. & Rumrill, Jr. P.D. (2003). Pretest-Posttest Design and

Measurement of Change. IOS Press, 1051-9815.

Erdogan, M., Kostova, Z., Marcinkowski, T. (2009). Components of

Environmental Literacy in Elementary Science Education Curriculum in Bulgaria and Turkey. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education Vol.5 (1), 15-26. Hake, R. (2003). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains

in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Indiana

University.

Fargo District School. (2004). Social Studies-IEEIA. Tersedia:

www.fargo.k12.nd.us. [4 Desember 2012].

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in


(1)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue And Action (ieeia) Untuk Membangun Literasi Lingkungan Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenai lingkungan. Meskipun tidak sempurna, namun IEEIA dinilai mampu “memantik” kesadaran lingkungan siswa untuk tidak sekedar “lip service” dalam beretika lingkungan, tapi sekaligus melakukan aksi nyata bertanggung jawab terhadap lingkungan, bukan saja secara individu melainkan menggerakkan responsibilitas di dalam komunitasnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang implementasi model pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue and action (IEEIA) untuk mengembangkan literasi lingkungan siswa SMP, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA) terhadap literasi lingkungan siswa dengan lebih sound, perlu dilakukan penelitian serupa menggunakan desain lebih kuat, yang menyertakan kelas kontrol.

2. Jika dalam penelitian ini model IEEIA diaplikasikan pada kelas pembelajar cepat, maka ke depan dapat dicoba untuk diimplementasikan pada kelas dengan pembelajar sedang, lambat atau kelas reguler.

3. Pada penelitian ini, untuk variabel soal Identifikasi Isu (MSELS) siswa masih mengalami kesulitan, karena dalam pengerjaannya diperlukan skill literasi membaca. Mengatasi hal tersebut, seyogyanya seluruh guru mata pelajaran harus bekerjasama dan concern mendorong minat baca siswa, agar meningkatkan literasi membaca mereka.


(2)

4. Dalam penelitian ini ditemukan model IEEIA belum dapat memback-up variabel soal Anda dan Kepekaan Lingkungan (MSELS), karena 50% item soalnya mempertanyakan frekuensi aktivitas outdoor siswa, seperti; hiking, camping, dan pengamatan burung. Untuk itu perlu diracik fieldtrip study sebagai enrichment IEEIA.

5. Meski MSELS telah diakui sebagai asesmen standar untuk mengukur literasi lingkungan siswa, namun penggunaan portofolio serta asesmen kinerja tetap sangat diperlukan, karena lebih dapat merekam secara autentik esensi sikap dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan dalam keseharian siswa. 6. Masih terbuka ruang eksplorasi bagi analisis validitas konstruk dan reliabilitas

terhadap asesmen standar literasi lingkungan Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS).

7. Perlu diungkap analisa korelasi gender terhadap literasi lingkungan, yang belum digali dalam penelitian ini.

8. Cukup menarik jika dilakukan survey skala besar untuk literasi lingkungan siswa.

9. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan payung kurikulum KTSP SMPN 1 Subang, belum pernah diuji coba pada kurikulum terbaru 2013.


(3)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue And Action (ieeia) Untuk Membangun Literasi Lingkungan Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Campbell, D.T. & Stanley, J.C. (1963). Experimental and Quasi-Experimental Design for Research. Houghton Mifflin Company Boston.

Charmatz, K. (2007). A Case Study of the Development of Environmental Action Projects From The Framework of Participatory Action Research Within Two Middle School Classrooms. Dissertation submitted to the Faculty of the Graduate School of the University of Maryland, College Park.

Chu, H.E., Lee, E.A., Ko, H.R., Shin, D.H., Lee, M.N., Min, B.M., Kang, K.H. (2007). Korean Year 3 Children’s Environmental Literacy: A Prerequisite for a Korean Environmental Education Curriculum. International Journal of Science Education Vol.29, No.6, pp.731-746.

Dietz, T. (2003). What is a Good Decision? Criteria for Environmental Decision Making. Human Ecology Review, Vol.10, No.1.

Dimitrov, D.M. & Rumrill, Jr. P.D. (2003). Pretest-Posttest Design and Measurement of Change. IOS Press, 1051-9815.

Erdogan, M., Kostova, Z., Marcinkowski, T. (2009). Components of Environmental Literacy in Elementary Science Education Curriculum in Bulgaria and Turkey. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education Vol.5 (1), 15-26. Hake, R. (2003). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains

in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Indiana University.

Fargo District School. (2004). Social Studies-IEEIA. Tersedia: www.fargo.k12.nd.us. [4 Desember 2012].

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw Hill.


(4)

Habibah, U. (2012). Mengapa Harus Hemat Air? Tersedia: www.kompasiana.com. [20 Maret 2013].

Handriansyah, H. (2009). Penanganan Masalah Sampah di Bandung. Tersedia: www.pikiranrakyat.com. [20 Maret 2013].

Hungerford, H.R. & Volk, T.L. (1990). Changing Learner Behaviour trough Environmental Education. Journal of Environmental Education, 21(3), 8-21.

Karatekin, K. (2012). Environmental Literacy in Turkey Primary School Social Studies Textbooks. Procedia Social and Behavioral Sciences Vol.46, pp.3519-3523.

Kemdikbud Dirjen Dikdas. (2012). Panduan Pengembangan Sekolah Menuju SMP Bertaraf Internasional. Direktorat Pembinaan SMP.

Kostova, K. & Vladimirova, E. (2010). Development of Environmental Literacy by Interactive Didactic Strategies. Chemistry. Vol.19, No.3, 50-70. Krnel, D. & Naglic, S. (2009). Environmental Literacy Comparison between Eco-School and Ordinary Eco-School in Slovenia. International Council of Association for Science Education Vol.20, No.½, pp.5-24.

Kwan, L.P. & Lam, E.Y.K. (2007). Biology Matters ‘O’ Level. Singapore: Marshal Cavendish Education.

Marcinkowski, T. (2001). An Overview of an Issue and Action Instruction Program for Stewardship Education. OERI, NRE, ERIC.

Maryland Gov. (2010). Consideration for the Development and Implementation of Effective Environmental Literacy program. Tersedia: www.mdncli.org. [5 Desember 2013].

Meagher, T. (2009). Looking Inside a Student’s Mind: Can an Analysis of Student Concept Maps Measure Changes in Environmental Literacy. Electronic Journal of Science Education Vol.13, No.1, pp.1-28. Mc Beth, W. (1997). An Historical Description of the Environment of an

Instrument to Assess the Environmental Literacy of Middle School Students. Doctoral Dissertation, Illinois University at Carbondale. North American Association for Environmental Education (NAAEE). (2011).

National Environmental Literacy Assessment, Phase Two: Measuring the Effectiveness of North American Environmental


(5)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue And Action (ieeia) Untuk Membangun Literasi Lingkungan Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Education Programs with Respect to the Parameters of Environmental Literacy. Final Report, submitted to: National Oceanic and Atmospheric Administration, U.S. Department of Commerce, and North American Association for Environmental Education.

Negev, M., Sagy, G., Garb, Y., Salzberg, A., Tal, A. (2008). Evaluating the Environmental Literacy of Israeli Elementary and High School Students. The Journal of Environmental Education Vol.39, No.2, pp.3-20.

Tanjung, S. & Sasmito, Y. (2008). Ayo Blogger Indonesia Selamatkan Bumi Kita. Tersedia: www.indo-trans.blogspot.com. [20 Maret 2013].

Roth, C.E. (1992). Environmental Literacy: Its Roots, Evolution and Directions in 1990s. ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics and Environment Education.

Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sarwono, J. (2006). Korelasi. Tersedia: www.jonathansarwono.info. [21 November 2013].

The Center for Instruction, Staff Development and Evaluation (CISDE). (2012). Overview Investigating and Evaluating environmental Issue and Action (IEEIA). Tersedia: www.cisde.org. [17 Desember 2012]. UNESCO. (1978). Intergovernmental Conference on Environmental Education.

Tbilisi (USSR).

Volk, T.L. & Cheak, M.J. (2003). The Effect of an Environmental Education Program on Students, Parents and Community. The Journal of Environmental Education Vol.34, No.4, pp.12-25.

Wood, J.A.B.D. (1993). Environmental Education in the Schools-Creating a Program that Works! Peace Corps' Information Collection & Exchange (ICE).

Wikiversity. (2014). Introduction to the Psychomotor Behaviors. Tersedia: www.wikiversity.org. [27 Januari 2014].

Western Australia Gov. (2010). Krathwohl Taxonomy of the Affective Domain. Tersedia: www.wa.edu.au. [27 Januari 2014].


(6)

WWF Indonesia (2009). Hemat Listrik, Yuk! Tersedia: www.wwf.or.id. [20 Maret 2013].