REPRESENTASI RATU ATUT CHOSIYAH DALAM PEMBERITAAN KASUS KORUPSI ALKES DAN SUAP PILKADA LEBAK DI PORTAL BERITA ”SUARA KARYA” DAN “MERDEKA”: KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL.

(1)

REPRESENTASI RATU ATUT CHOSIYAH DALAM

PEMBERITAAN KASUS KORUPSI ALKES DAN SUAP

PILKADA LEBAK DI PORTAL BERITA

”SUARA KARYA” DAN “MERDEKA”

: KAJIAN LINGUISTIK

FUNGSIONAL

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora Program Studi Linguistik

oleh

Lusi Setiyanti NIM 1201097

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

REPRESENTASI RATU ATUT CHOSIYAH DALAM

PEMBERITAAN KASUS KORUPSI ALKES DAN SUAP

PILKADA LEBAK DI PORTAL BERITA

”SUARA KARYA” DAN “MERDEKA”

: KAJIAN LINGUISTIK

FUNGSIONAL

Oleh Lusi Setiyanti

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Humaniora di bidang linguistik

© Lusi Setiyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Lembar Pengesahan Tesis

LUSI SETIYANTI

REPRESENTASI RATU ATUT CHOSIYAH DALAM PEMBERITAAN KASUS KORUPSI ALKES DAN SUAP PILKADA LEBAK DI PORTAL BERITA “SUARA KARYA” DAN “MERDEKA”:

KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dadang Sudana, M.A., Ph.D. 196001201987031001

Pembimbing II

Iwa Lukmana, M.A., Ph.D. 196611271993031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Linguistik

Prof.Dr.Syihabuddin, M.Pd. 196001201987031001


(4)

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Metode Penelitian ... 6

1.7 Definisi Operasional... 7

1.8 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORETIS... 10

2.1 Representasi... 10

2.2 Representasi dalam Kajian Analisis Wacana Kritis (AWK) ... 13

2.3 Representasi dalam Kajian Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) 15

2.3.1 Proses (Process) ... 15

2.3.2 Partisipan (Participant) ... 21

2.3.3 Sirkumtan (Circumtance) ... 25

2.4 Ideologi... 28

2.4.1 Nilai ... 29

2.4.2 Perspektif... 30

2.5 Penelitian Terkait ... 30


(5)

Lusi Setiyanti, 2014

3.1 Tujuan Penelitian ... 33

3.2 Jenis Penelitian ... 34

3.3 Definisi Operasional ... 34

3.3 Data dan Sumber Data ... 36

3.4 Populasi dan Sampel ... 36

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.6 Teknik Analisis Data... 38

3.7 Langkah-Langkah Penelitian ... 39

3.8 Contoh Analisis Data ... 39

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 44

4.1 Representasi... 45

4.1.1 Proses (Process) ... 40

4.1.2 Partisipan (Participant) ... 53

4.1.3 Sirkumtan (Circumtance) ... 69

4.2 Ideologi... 79

4.2.1 Nilai ... 80

4.2.2 Perspektif... 84

4.3 Pembahasan ... 87

4.3.1 Representasi Ratu Atut Chosiyah dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Alkes dan Suap Pilkada Lebak di Portal Berita “Suara Karya” dan “Merdeka”: Kajian Linguistik Fungsional ... 87

4.3.2 Ideologi di balik Pembertitaan Kasus Korupsi Alkes dan Suap Pilkada Lebak di Portal Berita “Suara Karya” dan “Merdeka” 92 BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 96

5.1 Simpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA... 98

LAMPIRAN... 101


(6)

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional


(7)

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi Ratu Atut Chosiyah dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Alkes

dan Suap Pilkada Lebak di Portal Berita “Suara Karya” dan “Merdeka”: Kajian Linguistik Fungsional

Lusi Setiyanti (1201097)

Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

lusi_setiyanti@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini mengeksplorasi representasi sebuah entitas dalam pemberitaan surat kabar. Secara khusus, penelitian ini mengkaji representasi Ratu Atut Chosiyah (RAC) dalam wacana korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak di portal berita Suara Karya (SK) dan Merdeka serta ideologi yang melandasinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan cara memilih berita yang bertopik sama dan muncul pada kedua media tersebut. Data dianalisis dengan menggunakan teori Analisis Wacana Kritis (AWK) yang bertumpu kepada analisis transitivitas dalam Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) yang dikembangkan oleh Halliday (2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media SK memiliki kecenderungan untuk merepresentasikan RAC dalam imaji yang positif sedangkan media Merdeka cenderung lebih negatif. Selanjutnya, ditemukan bahwa media SK tampaknya memegang sistem kepercayaan yang telah dimiliki oleh kelompok masyarakat sejak era prareformasi yang menggunakan instrumen-instrumen sosial untuk kepentingan politik. Sebaliknya, sistem kepercayaan yang dipegang oleh media Merdeka cenderung dekat dengan semangat reformasi yang diusung oleh orang-orang dari generasi yang melahirkan reformasi.

Kata Kunci: Analisis Wacana Kritis, Representasi, Ratu Atut Chosiyah, Linguistik Fungsional


(8)

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

The Representation of Ratu Atut Chosiyah on the News of Medical Devices Corruption and Election Tickle Case of Lebak District in News Portal

"Suara Karya " and " Merdeka": Functional Linguistic Study

ABSTRACT

This study explores the representation of an entity on the news of media. Specifically, this study examines the representation of Ratu Atut Chosiyah (RAC) on the news of medical devices corruption and Election tickle case of Lebak district in news Portal "Suara Karya " and " Merdeka". The purpose of this study is to find out and describe media's view of Suara Karya (SK) and Merdeka which also the subject of this research. In the other hand, this study tries to give a view about ideology in those media. This study employs descriptive qualitative method. Data was collected with selecting the same topic news and appear in those media. To analyse the data, this study used Critical Discourse Analyses (CDA) approach focus on transitivity analysis in Linguistic Functional Systemic (LFS) which conducted by Halliday (2004). The findings of this study are that SK tended to present RAC in positive image better than Merdeka which presented in the negative way, and even in the several analyses showed that Merdeka judged RAC. Second, SK held believe system which already owned by societal group since pre-reformation era that used social instrumentals for political interest. In the contrary, believe system that held by Merdeka is closer with reformation spirit which announced by that generation.

Key Word: Critical Discourse Analysis, Representation, Ratu Atut Chosiyah, Functional Linguistic


(9)

BAB I PENDAHULUAN

Bab satu berisi pendahuluan yang diawali pembahasan mengenai latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis mengidentifikasi masalah penelitian dan kemudian merumuskanya ke dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian. Jawaban yang dihasilkan dari pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan penelitian merupakan tujuan dari penelitian sehingga diperoleh manfaat dari penelitian ini. Definisi operasional dalam bab ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman terkait istilah-istilah yang menjadi kerangka utama penelitian ini. Adapun sistematika penulisan yang menjadi poin terakhir dalam bab ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran isi keseluruhan bagian dalam tesis ini.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kehidupan sosial masyarakat senantiasa mengalami dinamika dengan ciri yang fluktuatif. Hal ini merupakan ciri alamiah dari sebuah bangsa. Kehidupan bernegara dengan segala dinamikanya senantiasa mengalami pasang-surut dengan isu-isu yang menjadi topik perbincangan masyarakat di dalam negara tersebut.

Salah satu masalah klasik yang dihadapi oleh sebuah negara adalah penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Inilah akar dari konsep sebuah persoalan yang disebut sebagai korupsi. Fakta ini menjadikan perang terhadap korupsi sebagai ciri utama yang signifikan dalam suatu negara. Secara jelas dan lugas, pemberantasan korupsi juga dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu pemerintahan. Dengan kata lain, salah satu komponen yang penting dalam penyelenggaraan kehidupan sebuah negara adalah komponen penanggulangan korupsi.

Korupsi telah berkembang menjadi isu sentral yang sangat penting. Dalam kehidupan negara Indonesia, dampak korupsi sangat banyak dan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Korban korupsi tidak hanya mencakup satu-dua orang secara individual, namun seluruh bangsa sebagai satu kesatuan.


(10)

2

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dalam berbagai penelitian tentang indeks korupsi, keadaan korupsi di indonesia sudah sangat meluas dan masif. Bahkan mungkin dapat dikatakan dampak korupsi menjadi sesuatu yang telah diketahui oleh khalayak umum. Berbagai upaya penyadaran oleh pihak-pihak yang peduli terhadap isu korupsi telah dilakukan, mulai oleh lembaga dan komisi negara seperti KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sampai lembaga swadaya masyarakat seperti ICW (Indonesian Corruption Watch). Salah satu contohnya adalah dengan gerakan-gerakan yang berupaya menyadarkan dan memberitahukan kepada masyarakat ataupun pada generasi penerus bangsa bahwa dampak korupsi sangat banyak dan merugikan, atau dengan memotivasi generasi muda agar tidak menjadi generasi yang lemah dalam persoalan moral.

Persoalan korupsi di Indonesia telah menjadikan korupsi sebagai salah satu fokus perhatian besar masyarakat. Masyarakat Indonesia yang semakin kritis tentunya semakin memiliki kepedulian dan motivasi untuk turut berperang melawan korupsi. Fenomena ini tentunya juga menjadi perhatian banyak kalangan.

Salah satu kalangan yang sangat berkepentingan dalam isu korupsi ini adalah pers. Bagi media, isu-isu sentral di tengah masyarakat menjadi komoditas yang dapat ditawarkan sebagai bagian dari jasa penyampaian informasi yang mereka usung. Pemberitaan seputar korupsi pun menjadi marak di berbagai media cetak dan elektronik.

Maraknya pemberitaan korupsi ini menjadi fenomena yang sangat menarik untuk dicermati. Korupsi telah ditempatkan sebagai fenomena politik, sosial, budaya, ekonomi, dan kultural. Signifikansi pemberitaan korupsi dengan segala dimensinya ini telah dijelaskan oleh Zifana dan Wintarsih (2014: 75), dengan mengutip sebuah rilis dari I2 (Indonesia Indicator), bahwa 24,2% pemberitaan politik didominasi oleh kasus korupsi yang berhubungan dengan politik. Kasus korupsi bahkan menjadi isu terbesar pemberitaan bertema politik, melampaui berbagai isu lainnya yang banyak dikupas oleh media, seperti sengketa pilkada, politik biaya tinggi, partai politik, calon legislatif, serta persoalan teknis yang dihadapi Komisi Pemilihan Umum (KPU).


(11)

3

Deskripsi yang diberikan Zifana dan Wintarsih (2014: 75) tersebut semakin memperkuat dugaan bahwa korupsi memang telah menjadi aspek yang tak dapat dipisahkan dari dinamika politik Indonesia yang direfleksikan dalam berbagai pemberitaan media sepanjang tahun 2013. Dalam analogi yang diberikan Zifana dan Wintarsih (2014: 75), jika politik (parpol, caleg dan pemilu) dapat dimaknai sebagai kendaraan meraih kekuasan, maka korupsi dapat dimaknai sebagai salah satu jalan pintas yang banyak dipakai.

Fakta bahwa pemberitaan kasus korupsi begitu masif terlihat di media massa dapat dilihat secara kasat mata, di mana banyak tokoh politik yang terlibat dalam berbagai kasus korupsi. Salah satu contoh betapa eratnya keterkaitan dunia politik dengan korupsi adalah kasus korupsi yang melibatkan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah (RAC) terkait pengadaan alat kesehatan (alkes) dan penyuapan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mukhtar, dalam kasus sengketa Pilkada Kabupaten Lebak Banten.

Kasus RAC tersebut menyita perhatian masyarakat luas. Dugaan keterlibatan RAC dan beberapa anggota keluarganya, yang banyak menduduki berbagai jabatan penting di pemerintahan Provinsi Banten, memberikan warna ironi tersendiri kepada masyarakat. Sebagai satu dari dua wilayah penopang ibukota, bersama Jawa Barat, Provinsi Banten merupakan wilayah yang memiliki peran krusial bagi negara Indonesia. Kasus korupsi RAC seolah telah menguak kembali fakta yang memilukan bahwa Banten merupakan salah satu provinsi dengan angka kemiskinan yang masih tinggi.

Di sisi lain, besarnya perhatian media massa terhadap kasus ini juga dipicu oleh perhatian masyarakat yang besar. Terhitung sejak kasus ini mengemuka, hampir setiap hari pemberitaan kasus korupsi Banten menghiasi halaman-halaman berita berbagai media. Berbagai kalangan masyarakat pun bereaksi dengan berbagai macam respon, mulai dari yang sangat mengutuk hingga membela.

Pada bagian ini, masyarakat sebenarnya perlu memiliki daya kritis untuk mencermati bahwa media-media massa mungkin memiliki kepentingan yang berbeda dalam hal pemberitaan kasus korupsi pengadaan alkes dan sengketa Pilkada Lebak. Misalnya, beberapa media diketahui merupakan


(12)

4

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

media partisan, yakni media yang berafiliasi pada kekuatan politik tertentu. Salah satu contohnya ialah portal berita Suara Karya, yang merupakan versi daring dari Harian Umum Suara Karya. Kelompok berita Suara Karya pada mulanya merupakan media yang terkait dengan Partai Golongan Karya (Golkar). Gagasan penerbitan surat kabar ini berasal dari sekumpulan kader Golkar yang memiliki dorongan untuk membuat harian umum dengan misi demi menyukseskan pembangunan nasional.1 Mengingat bahwa RAC merupakan kader Golkar, maka menarik sekali untuk mencermati bahwa ada banyak kemungkinan dalam pemberitaan kasus korupsi yang melibatkan RAC di dalam portal berita Suara Karya. Strategi-strategi yang ditempuh Suara Karya dalam merepresentasikan RAC, yang notabene merupakan kader Golkar, pada pemberitaan kasus korupsi suap Pilkada Lebak dan Alkes Banten menjadi menarik untuk ditelisik.

Berbagai kemungkinan yang boleh jadi sama maupun berbeda, dapat ditemukan juga dalam portal-portal berita lainnya yang memberikan perhatian besar pada pemberitaan kasus korupsi RAC. Meskipun media tertentu mungkin tidak memiliki kedekatan atau tidak berafiliasi dengan Partai Politik, namun akan sangat menarik pula mencermati bagaimana strategi yang ditempuh media lainnya dalam merepresentasikan RAC, apakah memiliki ideologi yang sama atau berbeda dengan Suara Karya.

1.2 Identifikas i Masalah Penelitian

Korupsi di Indonesia merupakan sebuah wacana besar yang terdiri atas wacana-wacana yang lebih kecil. Pemberitaan terkait kasus-kasus korupsi menjadi beberapa wacana kecil yang membangun inti dari wacana tersebut, beberapa di antaranya adalah pemberitaan yang terkait dengan kasus korupsi alkes dan suap Pilkada Lebak yang melibatkan beberapa petinggi Banten di dalamnya.

Sebagai bagian dari wacana korupsi yang lebih besar, beragam pemberitaan yang terkait kasus tersebut sangat menarik untuk dicermati.


(13)

5

Terlebih pada beberapa media yang dikenal sebagai media partisan. Kajian semacam ini pernah dibahas seperti dalam Zifana dan Wintarsih (2014: 75-80). Media partisan perlu dicermati dalam perkembangan wacana mengingat adanya kemungkinan pengaruh mereka terhadap penerimaan sebuah wacana oleh masyarakat.

Kajian ini diposisikan untuk memperluas kajian-kajian sebelumnya yang terkait dengan pemberitaan di dalam media-media partisan. Kasus yang berhubungan dengan media yang memiliki sejarah keterkaitan dengan parpol yang kadernya terlibat dalam konstelasi politik Banten, yakni Suara Karya dan media yang tidak memiliki sejarah keterkaitan dengan parpol yang kadernya terlibat dalam konstelasi politik Banten tersebut, yakni Merdeka.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Di dalam penelitian ini, dicoba diungkapkan karakteristik bahasa yang digunakan oleh Harian Umum Suara Karya dan Merdeka dalam merepresentasikan pihak yang menjadi aktor dalam wacana kasus korupsi dan suap Pilkada Lebak, yakni RAC. Untuk lebih jelasnya, tujuan ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1.3.1 Bagaimana representasi RAC dalam pemberitaan kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak di portal berita Suara Karya dan Merdeka? 1.3.2 Ideologi apakah yang ada di balik pemberitaan kasus korupsi Alkes dan

suap Pilkada Lebak Banten di portal berita Suara Karya dan Merdeka?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan rumusan masalah penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Untuk mencermati bagaimana wacana kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah (RAC) dapat dimaknai melalui pemberitaan di portal berita Suara Karya dan Merdeka. Dengan kata lain, dari kajian ini diharapkan ada temuan atas pandangan yang menggambarkan kedua media, Suara Karya dan Merdeka, atas wacana tersebut.


(14)

6

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

1.4.2 Menguraikan dan menjelaskan pandangan Harian Umum Suara Karya dan Merdeka terhadap RAC dalam pemberitaan kasus korupsi alat kesehatan dan suap Pilkada Lebak di portal berita Suara Karya dan Merdeka. Lebih lanjut, penelitian ini juga akan mencoba memberikan pandangan terkait ideologi kedua portal berita Suara Karya dan Merdeka dalam pemberitaan terkait wacana tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan mengacu kepada tujuan dan pertanyaan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1.5.1 Untuk memperluas karya-karya pengamatan dan penelitian yang berkenaan dengan kajian wacana dalam perspektif kritis.

1.5.2 Untuk memperkaya sumber-sumber acuan yang yang berkenaan dengan kajian wacana dalam perspektif kritis.

1.5.3 Memberikan perspektif dan pengetahuan baru dalam memandang dan menilai wacana korupsi dan suap Pilkada.

1.5.4 Bagi masyarakat Banten yang hingga penelitian ini diselenggarakan masih mencermati kasus korupsi ini, untuk memberikan cara pandang baru dalam menyikapi pemberitaan media terkait wacana ini.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong sebagai penelitian deskriptif dengan ciri kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif dalam bentuk kata-kata atau bahasa, bukan berupa angka-angka. Penelitian deskriptif dengan ciri kualitatif bertujuan untuk memahami suatu fenomena dengan memanfaatkan berbagai metode yang telah teruji dalam sebuah kajian ilmiah (2010: 6). Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data. Peneliti menganalisis dan mendeskripsikan data yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis (AWK) yang bertumpu kepada analisis Transitivitas yang dikembangkan oleh Halliday (2004). Peneliti menerapkan analisis transitivitas yang mencakup tiga hal, yaitu


(15)

7

dan suap Pilkada Lebak RAC. Melalui analisis transitivitas tersebut, peneliti dapat menyimpulkan ideologi yang dimiliki oleh kedua media, yakni SK dan Merdeka.

1.6.1 Tekhnik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, digunakan dua macam data, yakni data primer dan data sekunder. Data Primer dalam bentuk teks-teks yang digunakan sebagai sampel penelitian, sedangkan data sekunder dalam bentuk penelitian kepustakaan (library research), dengan cara mengumpulkan berbagai literatur dari berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengumpulkan seluruh teks berita terkait, yakni dengan cara memilah teks dengan karakter yang spesifik mengulas Ratu Atut Chosiyah dalam kasus tersebut. Teks-teks tersebut kemudian dipisahkan dan digunakan sebagai data penelitian.

1.6.2 Tekhnik Analisis Data

Kerangka analisis yang digunakan dalam penelitian ini model Analisis Wacana Kritis yang menggunakan sistem transitivitas Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) sebagai alat analisis. Data dianalisis dengan menggunakan prinsip-prinsip klausa sebagai representasi dengan bertumpu kepada sistem transitivitas. Bentuk ekspresi diklasifikasikan sebagai fitur sifat bahasa yang dapat diamati, antara lain pada tiga unsur transitivitas: process; participant; dan circumstance. Dalam analisis ini, prosedur kuantitatif sederhana juga digunakan untuk mendeteksi kecenderungan masing-masing media. Hasil perhitungan kuantitatif, kemudian, akan ditafsirkan dengan mengkombinasikannya dengan temuan- temuan lain yang relavan.

1.7 Definisi Operasional

Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, perlu dirumuskan beberapa definisi operasional guna memudahkan pemahaman terkait istilah-istilah yang menjadi kerangka utama penelitian ini. Adapun beberapa definisi operasional tersebut ialah sebagai berikut.


(16)

8

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Representasi adalah bagaimana suatu entitas, baik manusia, kelompok, maupun suatu gagasan atau opini tertentu ditampilkan: apakah entitas atau gagasan tersebut diutamakan, dimarginalkan, atau dinetralkan (Eriyanto, 2001: 113). Representasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggambaran Ratu Atut Chosiyah (RAC) melalui teks dalam wacana kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak yang dilakukan oleh portal berita online Suara Karya (SK) dan Merdeka.

Ideologi ialah sistem norma dan nilai yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Wodak, 2009). Dalam penelitian ini, ideologi yang dimaksud adalah sistem norma dan nilai yang digunakan oleh media Suara Karya (SK) dan Merdeka dalam memberitakan RAC melalui karakter proses dalam kalimat sebagai representasi.

Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) adalah proses identifikasi dan interpretasi terhadap suatu teks berita yang mengaitkan bahasa dengan konteks tertentu termasuk di dalamnya tujuan dan praktik tertentu. Hal ini selaras dengan pendapat Blommaert (2005: 22-23) bahwa Analisis Wacana Kritis diperlukan untuk menjelaskan, menafsirkan, menganalisis, dan mengkritisi kehidupan sosial yang tercermin di dalam teks. Dalam penelitian ini, AWK digunakan untuk menjelaskan, menafsirkan, menganalisis, dan mengkritisi pembertiaan yang dilakukan oleh Suara Karya (SK) dan Merdeka mengenai RAC dalam kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak.

Pemberitaan adalah pelaporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik (Wahyudi, 1996: 85). Pemberitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberitaan mengenai kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak RAC yang dilakukan oleh media online Suara Karya dan Merdeka.

Menurut KBBI, Korupsi adalah peneyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untung keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi yang dimaksud dalam hal ini adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.


(17)

9

Media adalah sarana untuk "menjual" informasi atau berita kepada konsumen yang dalam hal ini adalah pembaca untuk media massa tercetak, pendengar untuk media massa radio dan pemirsa untuk media massa televisi (Wahyudi, 1996:55). Istilah media dalam pendekatan AWK mengacu kepada saluran sosial yang biasa digunakan untuk mengkomunikasikan informasi dalam dunia sehari-hari (Van Dijk, 2008: 185). Dalam hal ini, media adalah sarana (alat) penghubung dengan masyarakat seperti surat kabar, radio, televisi, film dan lain-lain. Lebih khusus lagi dalam penelitian ini, media yang dimaksud adalah Suara Karya dan Merdeka yang memberitakan kasus Korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak RAC.

Portal berita adalah situs yang menampilkan informasi mengenai informasi yang terjadi kepada masyarakat. Portal berita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Suara Karya dan Merdeka yang memberitakan kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak RAC.

1.8 Sistematika Penulisan

Tesis ini berisi laporan penelitian yang disajikan dalam lima bab. Bab satu, yakni bab ini, dikemukakan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Kemudian bab dua berisi kajian teori, sebagai landasan yang digunakan dalam penelitian ini. Kajian teori ini meliputi teori tentang representasi, tinjauan representasi dalam kajian AWK, dalam kajian LFS, dan ideologi. Kajian-kajian sebelumnya yang terkait dengan kajian ini juga ditampilkan untuk menjelaskan posisi penelitian ini. Selanjutnya, bab tiga adalah metode penelitian yang mencakup jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Bab empat berisi laporan atas penemuan dan pembahasan hasil temuan pada penelitian. Bab terakhir, yakni bab kelima, menampilkan interpretasi atas hasil penelitian dalam bentuk simpulan dan saran yang selaras dengan penelitian ini.


(18)

33

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Untuk lebih memperjelas keselarasan metode dengan analisis dan pembahasan yang kemudian dilakukan, sebelumnya disajikan tujuan dan paradigma penelitian yang digunakan di dalam bab ini.

3.1Tujuan Penelitian

Di dalam Bab I, telah dikemukakan bahwa tujuan umum penelitian ini adalah untuk memaknai representasi Ratu Atut Chosiyah (RAC) sebagai tersangka dalam pemberitaan portal berita Suara Karya (SK) dan Merdeka. Pemaknaan yang dimaksud adalah terbatas pada wacana kasus korupsi alat kesehatan dan suap Pilkada Kabupaten Lebak. Untuk mengurai makna dalam representasi RAC tersebut, penelitian ini bertumpu kepada analisis Transitivitas (Halliday, 2004).

Secara praktis, tujuan dari penelitian ini adalah menemukan dan menggambarkan cara yang digunakan oleh kedua portal berita SK dan Merdeka dalam merepresentasikan sosok RAC pada wacana terkait. Secara lebih rinci, tujuan-tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguraikan pandangan kedua portal berita SK dan Merdeka terhadap para pihak dalam pemberitaannya masing-masing; dan melacak ideologi di balik representasi para pihak tersebut.

Guna mencapai kedua tujuan utama tersebut, penelitian ini menghubungkan hasil analisis teks dengan konteks sosial. Karena itu, penelitian mencakup beberapa tujuan yang lebih spesifik, yakni menganalisis dan mendeskripsikan struktur proses (process) dalam wacana kasus korupsi RAC; menganalisis dan mendeskripsikan partisipan (participant) dalam wacana kasus korupsi RAC; dan menganalisis dan mendeskripsikan sirkumstan (circumstance) dalam wacana kasus korupsi RAC.


(19)

34

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong sebagai penelitian deskriptif dengan ciri kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif dalam bentuk kata-kata atau bahasa, bukan berupa angka-angka. Penelitian deskriptif dengan ciri kualitatif bertujuan untuk memahami suatu fenomena dengan memanfaatkan berbagai metode yang telah teruji dalam sebuah kajian ilmiah (2010: 6). Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data. Peneliti menganalisis dan mendeskripsikan data yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis (AWK) yang bertumpu kepada analisis Transitivitas yang dikembangkan oleh Halliday (2004). Peneliti menerapkan analisis transitivitas yang mencakup tiga hal, yaitu

process; participant; dan circumstance untuk menganalisis wacana korupsi

dan suap Pilkada Lebak RAC. Melalui analisis transitivitas tersebut, peneliti dapat menyimpulkan ideologi yang dimiliki oleh kedua media, yakni SK dan Merdeka.

3.3 Definisi Operasional

Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, perlu dirumuskan beberapa definisi operasional guna memudahkan pemahaman terkait istilah-istilah yang menjadi kerangka utama penelitian ini. Adapun beberapa definisi operasional tersebut ialah sebagai berikut.

Representasi adalah bagaimana suatu entitas, baik manusia, kelompok, maupun suatu gagasan atau opini tertentu ditampilkan: apakah entitas atau gagasan tersebut diutamakan, dimarginalkan, atau dinetralkan (Eriyanto, 2001: 113). Representasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggambaran Ratu Atut Chosiyah (RAC) melalui teks dalam wacana kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak yang dilakukan oleh portal berita online Suara Karya (SK) dan Merdeka.

Ideologi ialah sistem norma dan nilai yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Wodak, 2009). Dalam penelitian ini, ideologi yang dimaksud adalah sistem norma dan nilai yang digunakan oleh media Suara Karya (SK) dan


(20)

35

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Merdeka dalam memberitakan RAC melalui karakter proses dalam kalimat sebagai representasi.

Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) adalah proses identifikasi dan interpretasi terhadap suatu teks berita yang mengaitkan bahasa dengan konteks tertentu termasuk di dalamnya tujuan dan praktik tertentu. Hal ini selaras dengan pendapat Blommaert (2005: 22-23) bahwa Analisis Wacana Kritis diperlukan untuk menjelaskan, menafsirkan, menganalisis, dan mengkritisi kehidupan sosial yang tercermin di dalam teks. Dalam penelitian ini, AWK digunakan untuk menjelaskan, menafsirkan, menganalisis, dan mengkritisi pembertiaan yang dilakukan oleh Suara Karya (SK) dan Merdeka mengenai RAC dalam kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak.

Pemberitaan adalah pelaporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodic (Wahyudi, 1996: 85). Pemberitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberitaan mengenai kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak RAC yang dilakukan oleh media online Suara Karya dan Merdeka.

Menurut KBBI, Korupsi adalah peneyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untung keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi yang dimaksud dalam hal ini adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.

Media adalah sarana untuk "menjual" informasi atau berita kepada konsumen yang dalam hal ini adalah pembaca untuk media massa tercetak, pendengar untuk media massa radio dan pemirsa untuk media massa televisi (Wahyudi, 1996:55). Istilah media dalam pendekatan AWK mengacu kepada saluran sosial yang biasa digunakan untuk mengkomunikasikan informasi dalam dunia sehari-hari (Van Dijk, 2008: 185). Dalam hal ini, media adalah sarana (alat) penghubung dengan masyarakat seperti surat kabar, radio, televisi, film dan lain-lain. Lebih khusus lagi dalam penelitian ini, media yang dimaksud adalah Suara Karya dan Merdeka yang memberitakan kasus Korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak RAC.


(21)

36

Portal berita adalah situs yang menampilkan informasi mengenai informasi yang terjadi kepada masyarakat. Portal berita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Suara Karya dan Merdeka yang memberitakan kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak RAC.

3.4 Data dan Sumber Data

Penelitian ini menempatkan semua teks berita di Harian Umum Suara Karya dan Merdeka yang berkenaan dengan wacana kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah sebagai sumber berita. Secara spesifik, beberapa teks yang terkait dengan langsung dengan representasi Ratu Atut Chosiyah dipilih sebagai data yang dianalisis dan dijadikan sumber data utama dalam kajian ini. Tokoh utama yang dimaksud di sini ialah Ratu Atut Chosiyah.

3.5Populas i dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi merupakan seperangkat atau sekumpulan elemen yang memiliki satu atau lebih atribut kepentingan penelitian (Arikunto, 2002: 115). Di dalam Arikunto (2002: 116), dijelaskan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih untuk diamati dan kemudian dianalisis.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (2002), gambaran yang sama diberikan pula oleh Alwasilah (2009: 71). Menurut Alwasilah (2009: 71) penarikan sampel dilakukan dari populasi yang lebih luas cakupannya. Mengacu kepada berbagai gagasan tersebut sebagai panduan, maka seluruh berita yang berkaitan dengan kasus korupsi yang melibatkan RAC dalam pemberitaan portal berita SK dan Merdeka adalah populasi penelitian ini.

3.5.2 Sampel

Moleong (2004: 165) menjelaskan secara rinci bahwa sampel harus dipilih dengan baik dan representatif. Nilai sampel yang baik dan representatif akan menentukan sejauh mana suatu penelitian dapat digeneralisasi. Selain itu, secara umum, Bailey (2007: 6) menyatakan bahwa


(22)

37

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

jumlah minimum subyek yang dapat diterima dalam penelitian tergantung kepada jenis penelitian yang dilakukan. Keputusan atas ukuran sampel pada penelitian ini didasarkan pada bentuk-bentuk sampling pada beberapa penelitian sejenis sebelumnya.

Secara praktis, penelitian ini menggunakan sistem purposive sampling (Alwasilah, 2009: 72; dan Arikunto, 2002: 128). Purposive sampling dalam penelitian ini didasarkan kepada karakteristik utama populasi yang memiliki kesamaan. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria tertentu.

Sebagaimana telah dikemukakan, seluruh berita yang berkaitan dengan kasus korupsi yang melibatkan RAC dalam pemberitaan portal berita SK dan Merdeka adalah populasi penelitian ini. Untuk mendapatkan keterwakilan dari populasi tersebut, teks yang digunakan sebagai data berjumlah enam teks, masing-masing tiga teks dari portal berita SK dan Merdeka. Teks-teks tersebut ialah teks-teks berita yang dipilih secara

purposive, atau dengan tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan memperhatikan

aspek peristiwa yang menjadi latar dalam pemberitaan, yakni 1) ketika media memberitakan respon Wakil Gubernur Banten, Rano Karno, terkait penangkapan RAC, 2) ketika RAC menjalani pemeriksaan perdana di KPK, dan 3) ketika RAC mengajukan permohonan penangguhan penahanan agar dapat tetap melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur Banten. Dengan menggunakan teks menurut teknik purposive ini, generalisasi pada pemberitaan, secara kelembagaan, akan memenuhi syarat keterwakilan (lih. Alwasilah, 2009: 73).

3.6 Tekhnik Pengumpulan data

Di dalam penelitian ini, digunakan dua macam data, yakni data primer dan data sekunder. Data Primer dalam bentuk teks-teks yang digunakan sebagai sampel penelitian, sedangkan data sekunder dalam bentuk penelitian kepustakaan (library research), dengan cara mengumpulkan berbagai literatur dari berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini.


(23)

38

Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengumpulkan seluruh teks berita terkait. Judul-judul teks tersebut dan tanggal terbitnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Judul-Judul Teks yang Digunakan.

Media No. Judul Teks Tanggal Berita

S

ua

ra

K

ar

ya 1 Rano Karno Belum Jenguk Atut Selasa, 24 Desember

2013 2 Besok, KPK Periksa Gubernur Banten Kamis, 19

Desember 2013 3 Gubernur Banten Akan Ajukan

Permohonan Tahanan Kota

Jumat, 27 Desember 2013

M

er

de

ka 1 Rano Karno akan jenguk Ratu Atut Selasa, 24 Desember

2013 2 KPK akan periksa Atut sebagai tersangka

Jumat besok

Selasa, 17 Desember 2013

3 Ratu Atut ngotot jadi tahanan kota agar bisa bekerja

Senin, 6 Januari 2014

3.7 Tekhnik Analisis Data

Tekhnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis transitivitas dari Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) sebagai tumpuan. Pada bab sebelumnya, telah dikemukakan bahwa Sistem transitivitas sekurangnya mencakup 3 hal, yaitu process; participant; dan circumstance. Ketiganya merupakan tiga kategori semantik yang menjelaskan secara umum bagaimana fenomena dunia nyata direpresentasikan dalam struktur linguistik (Eggins, 2004: 207).

Prinsip-prinsip dan prosedur analisis data ditentukan oleh tujuan utama penelitian, yakni bagaimana representasi para pihak yang terlibat dalam wacana korupsi RAC dalam pemberitaan kedua portal berita. Data dianalisis dengan menggunakan prinsip-prinsip klausa sebagai representasi, sebagaimana telah diuraikan dalam Bab II, dengan bertumpu kepada sistem transitivitas. Bentuk ekspresi diklasifikasikan sebagai fitur sifat bahasa yang dapat diamati, antara lain pada tiga unsur transitivitas: process; participant; dan circumstance.


(24)

39

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dalam analisis ini, prosedur kuantitatif sederhana juga digunakan untuk mendeteksi kecenderungan masing-masing media. Hasil perhitungan kuantitatif, kemudian, akan ditafsirkan dengan mengkombinasikannya dengan temuan-temuan lain yang relavan.

3.8 Langkah-langkah Penelitian

Dengan mengacu kepada metode dan kerangka analisis yang digunakan, maka langkah- langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Membaca semua arsip berita masing-masing media yang terkait dengan pemberitaan kasus korupsi RAC.

b. Memilih teks-teks berita yang terkait dengan topik yang dipilih. c. Membaca teks-teks berita yang terpilih.

d. Melakukan pemetaan untuk deskripsi dan gambaran umum teks-teks. e. Melakukan analisis process.

f. Melakukan analisis participant. g. Melakukan analisis circumstance.

h. Melakukan kajian sosial yang terkait dengan wacana korupsi RAC.

i. Melakukan pembahasan berdasarkan seluruh hasil analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3.9 Contoh Analisis Data 3.9.1 Analisis Proses (process)

Berikut adalah contoh data yang dianalisis dengan menggunakan analisis proses material. Untuk lebih memperjelas bagaimana penggunaan material process oleh kedua media, mari kita lihat dua contoh data (3) dan (4) sebagai berikut.


(25)

40

(3) Sebelumnya, Ratu Atut

telah dua kali

diperiksa KPK sebagai saksi

Time Cir: Location

Goal Duration

Cir: Extent

Pr:

Material Actor Cir: Role

Suara Karya, Teks 2, Kalimat 4 (4) Lembaga

anti korupsi itu

pun langsung

akan memeriksa

Atut pada Jumat

„keramat‟

pekan ini

sebagai tersangka kasus itu.

Actor

Quality Cir: Manner

Pr:

Material Goal

Time Cir: Location

Cir: Role

Merdeka, Teks 2, Kalimat 2 Pada contoh (3), Suara Karya menekankan material process “diperiksa” untuk merepresentasikan gambaran realitas yang dialami RAC. Sementara

pada contoh (4), proses material “akan memeriksa” digunakan Merdeka untuk

menceritakan pengalaman RAC yang lain. Temuan ini sangat menarik karena pilihan material process kedua media menunjukkan cara penceritaan yang berbeda dengan penekanan pada aspek pengalaman yang berbeda untuk topik yang sesungguhnya sama. Pada contoh (3), SK menekankan keadaan di mana RAC telah mengalami proses diperiksa dengan durasi dua kali, sebagai saksi. Sementara itu, Merdeka menggambarkan pengalaman RAC yang belum terjadi

lewat proses “akan memeriksa” sehingga menempatkan RAC sebagai goal

yang dikenai oleh proses.

3.9.2 Analisis Partisipan (participant)

Sekarang kita beralih pada dua contoh di mana kedua media menampilkan RAC sebagai actor dalam teks pemberitaannya.


(26)

41

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu (18) Gubernur Banten

Ratu Atut Chosiyah

berencana mengajukan

permohonan tahanan kota atau pengalihan penahanan

Actor Pr: Material Goal

agar bisa menjalankan tugas sebagai gubernur

Pr. Material Range

Suara Karya, Teks 3, Kalimat 1

(19) Bahkan, kuasa hukum Atut itu juga akan menekan KPK

Actor Pr: Material Goal

agar kliennya tetap bisa menjalankan

pemerintahan dari balik jeruji besi.

Behalf Cir: Cause

Actor Pr. Material Goal Place

Cir: Location

Merdeka, Teks 3, Kalimat 5 Pada contoh (18) dan (19) di atas, kentara sekali bagaimana mental kognisi masing-masing wartawan dalam menceritakan rencana penangguhan penahanan RAC. SK menggunakan rujukan Gubernur Banten Ratu Atut

Chosiyah dalam menampilkan RAC sebagai aktor. Sementara itu, Merdeka

menyertakan RAC dalam kapasitas kliennya dengan bentukan proses material yang mengikuti proses material pada klausa sebelumnya.

Perbedaan mencolok tersebut dapat dimaknai sebagai upaya Merdeka untuk memberikan legitimasi berita bahwa rencana penangguhan penahanan

sebagai sesuatu yang biasa karena dilakukan seorang „klien‟ dari seorang

penasihat hukum. Sebaliknya, SK sangat menekankan posisi RAC sebagai

actor yang masih menjabat „Gubernur Banten‟, dan ini juga ditenmpatkan

sebagai klausa utama yang diikuti proses material selanjutnya di mana RAC juga masih menjadi actor di dalamnya.

Dengan mengacu kepada actor yang ditampilkan dalam pemberitaan kedua media, serta bagaimana aktor-aktor itu ditampilkan dalam teks, seperti tampak dalam empat contoh di atas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan signifikan yang sangat mencolok pada cara pemberitaan kedua media.


(27)

42

Pertama, dilihat dari kuantitas actor yang ditampilkan, SK menempatkan KPK sebagai actor utama dalam pemberitaan kasus korupsi RAC. Sebaliknya, Merdeka justru menempatkan RAC sendiri sebagai actor utama dari pemberitaan kasus ini.

Kedua, dari dua contoh yang ditampilkan, SK memiliki kecenderungan untuk menampilkan RAC sebagai pelaku atau actor dalam cara yang cenderung positif. Sebaliknya, Merdeka tampak menempatkan RAC sebagai pelaku atau actor dalam cara yang cenderung lebih negatif. Ini ditandai oleh cara-cara pembentukan kalimat sebagaimana ditunjukkan dalam contoh (18) dan (19) dalam cara menampilkan RAC sebagai goal yang dikenai tindakan oleh actor KPK.

3.9.3 Analisis Sirkumtan (circumstance)

Sebagai contoh, kita dapat kembali menggunakan contoh (3) untuk penggunaan circumstance berjenis extent dengan kategori duration oleh SK sebagai berikut.

(3) Sebelumnya, Ratu Atut

telah dua kali

diperiksa KPK sebagai saksi

Time Cir: Location

Goal Duration

Cir: Extent

Pr:

Material Actor Cir: Role

Suara Karya, Teks 2, Kalimat 4

Sekarang, mari kita bandingkan circumstance berjenis extent dengan kategori duration yang ditampilkan oleh Merdeka.

(27) Atut selama ini ditahan oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK)

Goal Duration

Cir: Extent

Pr: Material

Actor


(28)

43

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sebagaimana ditunjukkan oleh kedua contoh di atas, secara fungsi, kedua media menggunakan jenis circumstance yang sama, yakni extent dengan kategori duration. Walau demikian, perbedaan ada pada jenis pilihan diksi yang dipakai kedua media.

Pada contoh (3), SK menggunakan numeralia dua kali untuk

membentuk circumstance berjenis extent dengan kategori duration. Sementara, diksi yang dipakai oleh Merdeka sebagaimana tampak dalam contoh (27) tampak lebih bias karena tidak menggunakan numeralia. Dari segi clarity, temuan ini sepintas menunjukkan bahwa SK membentuk circumstance berjenis

extent dengan kategori duration yang lebih jelas daripada Merdeka.

Konsekuensi dari diksi yang digunakan sebagai circumstance berjenis

extent ini adalah pada pemahaman pembaca. Kata selama berakar dari kata

dasar lama. Secara psikologis, ini dapat memengaruhi persepsi pembaca karena bias yang diberikan kata lama jelas akan memberikan efek yang berbeda dengan penggunaan numeralia seperti yang dilakukan SK pada contoh (3).

Temuan ini lebih memperjelas bagaimana cara kedua media menyikapi wacana melalui pilihan diksi yang difungsikan sebagai circumstance berjenis

extent dengan kategori duration. SK lebih ingin memberikan kejelasan dalam

soal persoalan hukum RAC, sementara Merdeka memberikan bias yang dapat membentuk kesan jelas pembaca terhadap RAC sebagai subjek berita kasus korupsi.


(29)

96 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini mengkaji representasi RAC dalam pemberitaan wacana kasus korupsi di Provinsi Banten yang melibatkan Ratu Atut Chosiyah (RAC). Temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya melahirkan kesimpulan yang pada akhirnya menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.

5.1 Simpulan

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan analisis data yang disajikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik dua kesimpulan dari penelitian ini, yakni yang berkenaan dengan representasi RAC dan ideologi yang melatarbelakangi media Suara Karya dan Merdeka dalam membuat pemberitaan wacana kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak.

Pertama, penelitian ini telah menemukan bahwa media SK memiliki kecenderungan untuk merepresentasikan RAC dalam imaji yang positif dan bersimpati, sedangkan media Merdeka cenderung lebih negatif dan bahkan dalam beberapa bagian analisis, telah tampak menghakimi RAC. Ini ditunjukkan melalui ciri positif dan negatif yang ditampilkan kedua media pada aspek-aspek makna eksperiensial dalam penempatan klausa sebagai representasi, apakah memiliki ciri negatif (-) kepada RAC atau (+) kepada RAC.

Kedua, SK memegang sistem kepercayaan yang telah dimiliki oleh kelompok masyarakat sejak era prareformasi yang menggunakan instrumen-instrumen sosial untuk kepentingan politik. Dalam hal ini, SK sebagai instrumen media pemberitaan juga berfungsi sebagai instrumen politik yang membantu kepentingan politik Partai Golkar melalui cara pemberitaan yang memuat ideologi reservasi untuk para kader Partai Golkar yang terjerat masalah hukum. Sebaliknya, sistem kepercayaan yang dipegang oleh Merdeka cenderung dekat dengan semangat reformasi yang diusung oleh orang-orang


(30)

97

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dari generasi yang melahirkan reformasi. Walau demikian, ideologi represi yang mereka usung sedikit banyak telah memengaruhi perfoma bahasa di mana media seharusnya tetap netral dan tidak cenderung tendensius terhadap tersangka yang belum diputus bersalah oleh pengadilan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penulis mengemukakan saran dan rekomendasi terkait dengan penelitian ini. Penelitian ini telah menunjukkan pentingnya AWK dalam memicu sikap kritis pada masyarakat ketika menyikapi berbagai wacana yang mengemuka di tengah kehidupan mereka. Dengan demikian, hal tersebut memungkinkan masyarakat agar dapat memahami ideologi-ideologi yang yang ada di balik wacana atau teks-teks berita, sehingga dapat menilai sebuah wacana dengan menggunakan sudut pandang objektif.

Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, ada baiknya jika sampel media massa yang diteliti diperluas, misalnya menggunakan perbandingan tiga atau empat media massa dan tidak hanya menggunakan media cetak saja melainkan dapat pula menggunakan media elektronik, misalnya menganalisis wacana dalam pemberitaan di televisi. Selain itu, karena penelitian ini hanya menggunakan analisis sistem transitivitas dalam Linguistik Fungsional Sistemik, ada baiknya jika penelitian-penelitian serupa selanjutnya dapat menggunakan kerangka analisis yang lain, ataupun menggunakan beberapa kerangka sekaligus untuk membandingkan hasilnya agar upaya pengungkapan suatu ideologi dapat lebih eksplisit dan obyektif. Dengan demikian, penulis berharap penelitian dalam ranah AWK juga akan lebih menantang jika dikombinasikan dengan analisis kelengkapan Linguistik Fungsional Sistemik lainnya agar hasilnya tidak hanya membahas persoalan ideologi di balik representasi yang ditunjukkan makna eksperiensial, tetapi juga makna-makna lainnya.


(31)

98

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar. 2009. Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang

dan. Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Bailey, Christian A. 2007. A Guide to Qualitative Field Research. London: Sage.

Blommaert, Jan. 2005. Discourse: A Critical Introduction. New York: Cambridge University Press.

Culler, Jonathan D. 1976. Saussure. Hassocks: Harvester Press.

Eggins, Susan 2004. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London: Continuum.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Fairclough, Norman. 1989. Language and Power. England: Longman Group UK Limited.

Fiske, John. 1987. Television Culture. London dan New York: Routledge.

Fiske, John. 1990. Introduction to Communication Studies, Second Edition. London dan New York: Routledge.

Gerot, Linda & Wignell, Peter. 2004. Making Sense of Functional Grammar. Sydney: Gold Coast.


(32)

99

Lusi Setiyanti, 2014

Representasi ratu atut chosiyah dalam pemberitaan kasus korupsi alkes dan suap pilkada lebak di portal berita

”suara karya” dan “merdeka”: kajian linguistik fungsional

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Halliday, M.A.K. 1985. Language as a Social Semiotic System. London: Arnold.

Halliday, M.A.K. & Christian M.I.M. Matthiessen. 2004. An Introduction to

Functional Grammar. 3rd, revised edition. London: Edward Arnold.

Matthiessen, Christian M.I.M. . (2010). Key Terms In Systemic Functional

Linguistics. London & New York: Continuum.

Mills, Sara. 1998. Feminist stylistics. London: Routledge.

Moghtadi, Laleh. 2014. “Iranian High School EFL Textbooks: Why They

Should Be Modified” dalam International Journal of Language Learning and Applied Linguistics World (IJLLALW) Volume 5 (2),

February 2014. Hal. 53‐69.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Parveen, Kausar. 2014. “Thematic Analysis of Newspaper Headlines -

Systemic Functional Linguistics perspective” dalam International Journal of English Language Research (IJELR). 1(1). Hal. 1-18.

Richardson, J.E. 2004. (Mis)Representing Islam: the Racism and Rhetoric of

the British Broadsheet Press. Amsterdam: John Benjamins.

Richardson, J.E. 2007. Analysing Newspaper: An Approach from Critical

Discourse Analysis. New York: Palgrave MacMillan.

Rizwan, Snobra. 2013. “Representation of Sociocultural Identity in Urdu Short

Story: a Transitivity Analysis” dalam 2013 SAVAP International. Hal


(33)

100

Tusntall, J. 1971. Social Sciences: Foundation Course (Course D100). Cambridge: Open UP.

Van Dijk, Teun A. 1998. “ Opinion and Ideologies in the Press” dalam Bell, A. dan Garret, P. (ed). Approaches to Media Discourse. Oxford: Blackwell Publishers.

Van Dijk, Teun A. 2008. Discourse and Power. Basingstoke: Palgrave.

Van Leeuwen, Theo. 1995. Representing Social Action. Discourse and Society 6:81-106.

Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio Dan Televisi, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Wodak, R. 2004. “Critical Discourse Analysis”, dalam Searle, C., dkk.

Qualitiative Research Practice. London: Sage.

Wodak, R. 2009. Language, Power, and Ideology: Studies in Political Discourse. London: Benjamins Publishing Company.

Zifana, Mahardhika. 2011. Representasi Pihak Pro dan Kontra Pemilihan

Langsung Gubernur DIY dalam Pemberitaan Media Indonesia. Tesis

pada Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak Dipublikasikan.

Zifana, Mahardhika dan Wintarsih. 2014. “Representasi Ratu Atut Chosiyah Pada Pemberitaan Kasus Korupsi Alat Kesehatan dan Suap Pilkada

Lebak di Portal Berita Vivanews dan Suara Karya” dalam Yanti. Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Kedua Belas.


(1)

Sebagaimana ditunjukkan oleh kedua contoh di atas, secara fungsi, kedua media menggunakan jenis circumstance yang sama, yakni extent dengan kategori duration. Walau demikian, perbedaan ada pada jenis pilihan diksi yang dipakai kedua media.

Pada contoh (3), SK menggunakan numeralia dua kali untuk membentuk circumstance berjenis extent dengan kategori duration. Sementara, diksi yang dipakai oleh Merdeka sebagaimana tampak dalam contoh (27) tampak lebih bias karena tidak menggunakan numeralia. Dari segi clarity, temuan ini sepintas menunjukkan bahwa SK membentuk circumstance berjenis extent dengan kategori duration yang lebih jelas daripada Merdeka.

Konsekuensi dari diksi yang digunakan sebagai circumstance berjenis extent ini adalah pada pemahaman pembaca. Kata selama berakar dari kata dasar lama. Secara psikologis, ini dapat memengaruhi persepsi pembaca karena bias yang diberikan kata lama jelas akan memberikan efek yang berbeda dengan penggunaan numeralia seperti yang dilakukan SK pada contoh (3).

Temuan ini lebih memperjelas bagaimana cara kedua media menyikapi wacana melalui pilihan diksi yang difungsikan sebagai circumstance berjenis extent dengan kategori duration. SK lebih ingin memberikan kejelasan dalam soal persoalan hukum RAC, sementara Merdeka memberikan bias yang dapat membentuk kesan jelas pembaca terhadap RAC sebagai subjek berita kasus korupsi.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini mengkaji representasi RAC dalam pemberitaan wacana kasus korupsi di Provinsi Banten yang melibatkan Ratu Atut Chosiyah (RAC). Temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya melahirkan kesimpulan yang pada akhirnya menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.

5.1 Simpulan

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan analisis data yang disajikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik dua kesimpulan dari penelitian ini, yakni yang berkenaan dengan representasi RAC dan ideologi yang melatarbelakangi media Suara Karya dan Merdeka dalam membuat pemberitaan wacana kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak.

Pertama, penelitian ini telah menemukan bahwa media SK memiliki kecenderungan untuk merepresentasikan RAC dalam imaji yang positif dan bersimpati, sedangkan media Merdeka cenderung lebih negatif dan bahkan dalam beberapa bagian analisis, telah tampak menghakimi RAC. Ini ditunjukkan melalui ciri positif dan negatif yang ditampilkan kedua media pada aspek-aspek makna eksperiensial dalam penempatan klausa sebagai representasi, apakah memiliki ciri negatif (-) kepada RAC atau (+) kepada RAC.

Kedua, SK memegang sistem kepercayaan yang telah dimiliki oleh kelompok masyarakat sejak era prareformasi yang menggunakan instrumen-instrumen sosial untuk kepentingan politik. Dalam hal ini, SK sebagai instrumen media pemberitaan juga berfungsi sebagai instrumen politik yang membantu kepentingan politik Partai Golkar melalui cara pemberitaan yang memuat ideologi reservasi untuk para kader Partai Golkar yang terjerat masalah hukum. Sebaliknya, sistem kepercayaan yang dipegang oleh Merdeka cenderung dekat dengan semangat reformasi yang diusung oleh orang-orang


(3)

dari generasi yang melahirkan reformasi. Walau demikian, ideologi represi yang mereka usung sedikit banyak telah memengaruhi perfoma bahasa di mana media seharusnya tetap netral dan tidak cenderung tendensius terhadap tersangka yang belum diputus bersalah oleh pengadilan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penulis mengemukakan saran dan rekomendasi terkait dengan penelitian ini. Penelitian ini telah menunjukkan pentingnya AWK dalam memicu sikap kritis pada masyarakat ketika menyikapi berbagai wacana yang mengemuka di tengah kehidupan mereka. Dengan demikian, hal tersebut memungkinkan masyarakat agar dapat memahami ideologi-ideologi yang yang ada di balik wacana atau teks-teks berita, sehingga dapat menilai sebuah wacana dengan menggunakan sudut pandang objektif.

Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, ada baiknya jika sampel media massa yang diteliti diperluas, misalnya menggunakan perbandingan tiga atau empat media massa dan tidak hanya menggunakan media cetak saja melainkan dapat pula menggunakan media elektronik, misalnya menganalisis wacana dalam pemberitaan di televisi. Selain itu, karena penelitian ini hanya menggunakan analisis sistem transitivitas dalam Linguistik Fungsional Sistemik, ada baiknya jika penelitian-penelitian serupa selanjutnya dapat menggunakan kerangka analisis yang lain, ataupun menggunakan beberapa kerangka sekaligus untuk membandingkan hasilnya agar upaya pengungkapan suatu ideologi dapat lebih eksplisit dan obyektif. Dengan demikian, penulis berharap penelitian dalam ranah AWK juga akan lebih menantang jika dikombinasikan dengan analisis kelengkapan Linguistik Fungsional Sistemik lainnya agar hasilnya tidak hanya membahas persoalan ideologi di balik representasi yang ditunjukkan makna eksperiensial, tetapi juga makna-makna lainnya.


(4)

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar. 2009. Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan. Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Bailey, Christian A. 2007. A Guide to Qualitative Field Research. London: Sage.

Blommaert, Jan. 2005. Discourse: A Critical Introduction. New York: Cambridge University Press.

Culler, Jonathan D. 1976. Saussure. Hassocks: Harvester Press.

Eggins, Susan 2004. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London: Continuum.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Fairclough, Norman. 1989. Language and Power. England: Longman Group UK Limited.

Fiske, John. 1987. Television Culture. London dan New York: Routledge.

Fiske, John. 1990. Introduction to Communication Studies, Second Edition. London dan New York: Routledge.

Gerot, Linda & Wignell, Peter. 2004. Making Sense of Functional Grammar. Sydney: Gold Coast.


(5)

Halliday, M.A.K. 1985. Language as a Social Semiotic System. London: Arnold.

Halliday, M.A.K. & Christian M.I.M. Matthiessen. 2004. An Introduction to Functional Grammar. 3rd, revised edition. London: Edward Arnold.

Matthiessen, Christian M.I.M. . (2010). Key Terms In Systemic Functional Linguistics. London & New York: Continuum.

Mills, Sara. 1998. Feminist stylistics. London: Routledge.

Moghtadi, Laleh. 2014. “Iranian High School EFL Textbooks: Why They Should Be Modified” dalam International Journal of Language Learning and Applied Linguistics World (IJLLALW) Volume 5 (2), February 2014. Hal. 53‐69.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Parveen, Kausar. 2014. “Thematic Analysis of Newspaper Headlines - Systemic Functional Linguistics perspective” dalam International Journal of English Language Research (IJELR). 1(1). Hal. 1-18.

Richardson, J.E. 2004. (Mis)Representing Islam: the Racism and Rhetoric of the British Broadsheet Press. Amsterdam: John Benjamins.

Richardson, J.E. 2007. Analysing Newspaper: An Approach from Critical Discourse Analysis. New York: Palgrave MacMillan.

Rizwan, Snobra. 2013. “Representation of Sociocultural Identity in Urdu Short Story: a Transitivity Analysis” dalam 2013 SAVAP International. Hal 375-395.


(6)

Tusntall, J. 1971. Social Sciences: Foundation Course (Course D100). Cambridge: Open UP.

Van Dijk, Teun A. 1998. “ Opinion and Ideologies in the Press” dalam Bell, A. dan Garret, P. (ed). Approaches to Media Discourse. Oxford: Blackwell Publishers.

Van Dijk, Teun A. 2008. Discourse and Power. Basingstoke: Palgrave.

Van Leeuwen, Theo. 1995. Representing Social Action. Discourse and Society 6:81-106.

Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio Dan Televisi, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Wodak, R. 2004. “Critical Discourse Analysis”, dalam Searle, C., dkk. Qualitiative Research Practice. London: Sage.

Wodak, R. 2009. Language, Power, and Ideology: Studies in Political Discourse. London: Benjamins Publishing Company.

Zifana, Mahardhika. 2011. Representasi Pihak Pro dan Kontra Pemilihan Langsung Gubernur DIY dalam Pemberitaan Media Indonesia. Tesis pada Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak Dipublikasikan.

Zifana, Mahardhika dan Wintarsih. 2014. “Representasi Ratu Atut Chosiyah Pada Pemberitaan Kasus Korupsi Alat Kesehatan dan Suap Pilkada Lebak di Portal Berita Vivanews dan Suara Karya” dalam Yanti. Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Kedua Belas. Jakarta: PKBB Unika Atma Jaya.


Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG PEREMPUAN KORUPTOR (Analisis Framing Pemberitaan Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah pada Detik.com dan Kompas.com Edisi 18-24 Desember 2013)

0 5 23

Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013

0 10 123

Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co Periode 17 – 20 Desember 2013).

0 2 13

PEMBERITAAN PENETAPAN RATU ATUTCHOSIYAH SEBAGAI TERSANGKA KORUPSI Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Te

0 3 15

PENDAHULUAN Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co Periode 17 – 20 Desember 2013).

0 4 22

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co Periode 17 – 20 Desember 2013).

0 4 16

PENUTUP Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co Periode 17 – 20 Desember 2013).

0 4 63

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS DUGAAN KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH GUBERNUR BANTEN RATUT ATUT CHOSIYAH DI MEDIA ONLINE VIVANEWS.COM.

0 1 95

REPRESENTASI RATU ATUT CHOSIYAH DALAM PEMBERITAAN KASUS KORUPSI ALKES DAN SUAP PILKADA LEBAK DI PORTAL BERITA ”SUARA KARYA” DAN “MERDEKA”: KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL - repository UPI T LIN 1201097 Title

0 0 3

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KASUS DUGAAN KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH GUBERNUR BANTEN RATUT ATUT CHOSIYAH DI MEDIA ONLINE VIVANEWS.COM

0 0 16