HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENALARAN MORAL DENGAN KEDISIPLINAN SISWA SMKN I SRAGEN Hubungan Antara Tingkat Penalaran Moral Dengan Kedisiplinan Siswa Smkn I Sragen.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENALARAN MORAL DENGAN KEDISIPLINAN
SISWA SMKN I SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :
TRI WAHYUNO ILHAM
F 100 070 058

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENALARAN MORAL DENGAN KEDISIPLINAN
SISWA SMKN I SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana
(S-1) Psikologi


DISUSUN OLEH :
TRI WAHYUNO ILHAM
F 100 070 058

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

Naskah Publikasi
Tri Wahyuno Ilham
2012

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENALARAN MORAL DENGAN
KEDISIPLINAN SISWA SMKN I SRAGEN
PROPOSAL SKRIPSI
Tri Wahyuno Ilham
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat

penalaran moral dengan kedisiplinan siswa SMKN I Sragen, tingkat penalaran moral
pada subjek penelitian, tingkat kedisiplinan siswa SMKN I Sragen dan sumbangan
efektif tingkat penalaran moral terhadap kedisiplinan siswa.Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu denganmenggunakan skala sebagai
alat ukur tingkat penalaran moral dan kedisiplinan siswa. Analisisdatamenggunakan
korelasi product momentPenelitian dilakukan di SMKN I Sragen dengan populasi
penelitian adalah seluruh siswa SMKN 1 Sragen kelas X dan XI berjumlah berjumlah
744 siswa yang terdiri dari 24 kelas.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagian dari populasi yaitu siswa-siswi kelas X dan XI terdiri dari empat kelas yang
berjumlah 125 siswa, dengan rinciannya yaitu kelas X dua kelas dan kelas XI dua kelas
yang ditentukan dengan cara Cluster sampel.Hasil analisis menunjukkan, terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara penalaran modal dengan kedisiplinan siswa
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,746 dengan p= 0,00 (p< 0,01), hal ini
menunjukkan semakin tinggi penalaran modal maka diikuti dengan meningkatnya
kedisiplinan siswa dan sebaliknya semakin rendah penalaran moral seseorang maka
semakin rendah pula kedisiplinan siswa di SMKN 1 Sragen. Penalaran modal siswa
memiliki nilai rerata empirik 13,032 dan rerata hipotetik sebesar 10, kategorisasi
menunjukkan bahwa tingkat penalaran moral tersebut termasuk pada kategori tinggi.
Kedisiplinan siswa memilikinilai rerata empirik 43,104, sedangkan dengan nilai rerata
hipotetik sebesar 37,5, kategorisasi menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa termasuk

pada kategori tinggi. Penalaran modal memberikan kontribusi sebesar 55,7% terhadap
kedisiplinan siswa di SMKN 1 Sragen.

kata kunci: penalaran moral, kedisiplinan siswa.

1

Naskah Publikasi
Tri Wahyuno Ilham
2012

Sekolah

PENGANTAR

pendidikan

Latar Belakang Masalah
Realitas masa modern sekarang ini
tepat


dinyatakan

(utamanya

bahwa

generasi

moralitas

muda)

bangsa

Indonesia telah benar-benar mengalami
dekandensi akhlak luar biasa dalam
standar umum, apalagi akhlak yang baik
sekarang lebih didominasi oleh akhlak
buruk.Tak


terkecuali

moralitas

komunitas yang fisiknya akrab dengan
bangku-bangku

instistusi

pendidikan.

Merebaknya isu-isu pelanggaran moral
di kalangan remaja yang duduk di
bangku institusi pendidikan sudah cukup
banyak seperti penggunaan narkotika
atau

obat-obatan


terlarang,

tawuran

pelajar, pelanggaran tata tertib sekolah,
bolos dan nongkrong di pinggir jalan,
pornografi, perkosaan, merusak milik
orang

lain,

perampasan,

penipuan,

pengguguran kandungan, penganiayaan,
perjudian, pelacuran, pembunuhan, dan
lain sebagainya, sudah menjadi masalah
sosial yang sampai saat ini belum dapat
diatasi secara tuntas. Kondisi demikian

sangat

memprihatinkan

masyarakat

khususnya para orang tua dan para guru,
sebab pelaku korbannya adalah anakanak

muda,

terutama

pelajar

mahasiswa (Marsuciati, 2003).

dan

sebagai


lembaga

mempunyai

kebijakan

tertentu yang dituangkan dalam bentuk
aturan.Salah

satunya

adalah

aturan

sekolah yang disebut dengan tata tertib.
Siswa dituntut untuk mentaati tata tertib
sekolah di dalam menuju keberhasilan
proses belajar mengajar, membentuk

karakteristik siswa agar disiplin dan
bertanggung jawab. Peraturan sekolah
dibuat agar siswa dapat beradaptasi
dengan lingkungan sekolah, mengontrol
diri

dan

berperilaku

bertanggung
sesuai

jawab

dengan

serta

tuntutan


lingkungan sekolah. Disiplin sekolah
dianggap sebagai sarana agar proses
belajar dapat efektif. Karena tujuan
disiplin di sekolah adalah efektivitas
proses belajar mengajar, maka perilaku
yang dianggap tidak mendukung proses
belajar

mengajar

dianggap

masalah

disiplin(Marsuciati, 2003).
Hasil interview dengan guru BK
bahwa kenyataan sehari-hari seringkali
terjadi pelanggaran terhadap peraturan
sekolah, masih banyak siswa yang

bertingkah laku kurang baik dan kurang
benar serta tidak dapat mengendalikan
dorongan dirinya yang selalu berubahubah.Pelanggaran terhadap kedisiplinan
di sekolah yang sering terjadi meliputi
jenis

pelanggaran

terlambat

masuk

2

Naskah Publikasi
Tri Wahyuno Ilham
2012

sekolah,

bolos

berpakaian

saat

tidak

jam

pelajaran,

sesuai

dengan

adalah mempelajari apa yang diharapkan
oleh

kelompok

dari

padanya

dan

ketentuan, dan merokok. Jenis-jenis

kemudian mau membentuk perilakunya

pelanggaran tersebut diatas diperoleh

agar sesuai dengan harapan sosial tanpa

data dari pihak sekolah menunjukkan

terus dibimbing, diawasi, didorong, dan

dari keseluruhan kelas X dan XI yang

diancam hukuman seperti yang dialami

berjumlah 744 siswa 20% diantaranya

waktu anak-anak. Remaja dituntut oleh

tidak

lingkungan untuk menyesuaikan dengan

berdisiplin

di

sekolah.

Hasil

tersebut menunjukkan bahwa masih

kondisi

banyak siswa yang tidak disiplin di

teman sepergaulannya, dan penyesuaian

sekolah.Siswa

terhadap moral yang berlaku.Dalam hal

tidak

menyadari

sosial,

penyesuaian

dengan

itu pribadi, sosial dan moral remaja

pentingnya kedisiplinan di sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi

seirama dengan perkembangan remaja

kedisiplinan siswa adalah dipengaruhi

dan perkembangan masyarakat yang

faktor lingkungan, suasana emosional

melahirkan

sekolah, sikap terhadap pelajaran dan

lainnya(dalam Budiningsih, 2004).

moral

dan

nilai-nilai

hubungan guru dengan murid, faktor

Seseorang dikatakan bermoral jika

fisiologis dan faktor psikologis(Winnkel

memiliki kesadaran moral yaitu dapat

dan Syah, 2008).

menilai hal-hal yang baik dan buruk, haluntuk

hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh

memberikan bekal yang diperlukan oleh

dilakukan serta hal-hal yang etis dan

peserta

mengarungi

tidak etis. Orang yang bermoral dengan

kehidupan sehari-hari sebagai anggota

sendirinya akan nampak dalam penilaian

masyarakat.Melalui

pendidikan,

atau penalaran moralnya serta pada

mampu

perilaku yang baik, benar, dan sesuai

membangun sikap dan tingkah laku serta

dengan etika. Artinya, ada kesatuan

pengetahuan dan keterampilan yang

antara penalaran moral dengan perilaku

perlu dan berguna bagi kelangsungan

moralnya. Dengan kata lain, betapapun

dan kemajuan diri dalam masyarakat,

bermanfaatnya suatu perilaku moral

bangsa dan negara.

terhadap nilai kemanusiaan, namun jika

Pendidikan

seseorang

didik

bertujuan
dalam

diharapkan

Salah satu tugas perkembangan

perilaku tersebut tidak disertai dan

penting yang harus dikuasai remaja

didasarkan pada penalaran moral, maka

3

Naskah Publikasi
Tri Wahyuno Ilham
2012

perilaku tersebut belum dapat dikatakan

penalaran

sebagai perilaku yang mengandung nilai

kesempatan alih peran, situasi moral,

moral.

konflik moral kognitif, keluarga, dan
Menurut

Kohlberg

(dalam

moral

seseorang,

yaitu

pendidikan.
Menurut Kohlberg (dalam Al-

Budiningsih, 2004), perilaku moral akan
begitu sempit jika hanya dibatasi pada

Mighwar,

perilaku moral yang dapat dilihat saja.

perbuatan moral pada intinya bersifat

Perilaku moral meliputi hal-hal yang

rasional. Keputusan moral bukanlah soal

dapat dilihat dalam bentuk tindakan

perasaan atau nilai, melainkan selalu

moral dan hal-hal yang tidak dapat

mengandung

dilihat.Penalaran moral untuk membuat

terhadap keadaan dilema moral dan

suatu keputusan dalam melakukan suatu

bersifat konstruksi kognitif yang bersifat

tindakan moral adalah perilaku moral

aktif terhadap titik pandang masing-

yang tidak dapat dilihat, tetapi dapat

masing

ditelusuri dan dapat diukur.

mempertimbangkan

Menurut
Budiningsih,
pemikiran
penentu

Kohlberg

2004),
moral

yang

(dalam

penalaran

merupakan

atau
faktor

melahirkan

perilaku

moral.Oleh

karena

itu,

untuk

menemukan

perilaku

moral

2006),

suatu

individu

tuntutan,

hak,

penilaian

tafsiran

dan

kognitif

sambil

dengan

segala

macam

kewajiban,

dan

keterlibatan setiap pribadi terhadap suatu
yang

baik

merupakan
menentukan

dan

adil.

tindakan

Kesemuanya
kognitif.Usia

bagaimana

penalaran

yang

tersebut dilakukan. Tingkat pemikiran

melalui

moral orang dewasa sudah lebih matang

penalarannya.Artinya, pengukuran moral

dibandingkan dengan anak remaja.Usia

yang benar tidak sekedar mengamati

dewasa sudah mengenal konsep-konsep

perilaku moral yang tampak, tetapi harus

moralitas seperti kejujuran, keadilan,

melihat pada penalaran moral yang

kesopanan, kedisiplinan dan sebagainya.

mendasari keputusan perilaku moral

Walaupun orang dewasa tidak selalu

tersebut.

mengikuti

sebenarnya

dapat

Dengan

ditelusuri

mengukur

tingkat

perinsip-prinsip

moralitas

penalaran moral akan dapat mengetahui

mereka sendiri, namun riset menyatakan

tinggi

bahwa

rendahnya

moral

tersebut.

prinsip-prinsip

tersebut

Menurut Kohlberg ada lima faktor yang

menggambarkan

dapat

sebenarnya dari pemikiran moral.

mempengaruhi

perkembangan

keyakinan

yang

4

Naskah Publikasi
Tri Wahyuno Ilham
2012

Perilaku moral seseorang antara

perkembangan

penalaran

moral

satu individu dengan individu yang lain

postkonvensional harus dicapai selama

tidaklah

masa remaja, akan tetapi beberapa

selalu

sama.

Hal

ini

mengindikasikan adanya perkembangan

penelitian

moral seseorang. Perkembangan moral

remaja

(dalam

adalah

penalaran moral Kohlberg, menunjukkan

perkembangan yang berkaitan dengan

bahwa pada umumnya remaja berada

aturan dan konvensi mengenai apa yang

dalam tingkatan konvensional. Penelitian

seharusnya

Kusdwirarti

Santrok,

2003),

dilakukan

oleh

manusia

tentang

yang

penalaran

mengacu

moral

pada

Setiono

teori

(1982),

dalam interaksinya dengan orang lain.

menunjukkan bahwa dari 180 mahasiswa

Perkembangan

Unpad

penalaran

moral

peserta

KKN

yang

diukur

menentukan bagaimana seorang individu

penalaran moralnya berdasarkan Moral

menilai dunia luarnya, perkembangan

Judgment Interview (MJI)Íž1% tahap 2,

penalaran moral membedakan antara

56 % tahap 3 dan 43% tahap 4.

anak kecil, remaja dan orang dewasa

Hasil

penelitian

tersebut

dalam hal penilaian baik dan buruknya

menunjukkan bahwa tahap penalaran

suatu perilaku.

moral remaja Indonesia pada umumnya

Pentingnya
penalaran

perkembangan

maka

psikologi

di

Lawrence

tahap

3

(Orientasi

kehidupan

kesepakatan antar pribadi, atau orientasi

berbagai

penelitian

anak manis (good boy / girl)) dan 4

dilakukan.

(Orientasi hukum dan ketertiban), tetapi

bidang

ini

Kohlberg,

penelitian

antara

dalam

moral

manusia,

berkisar

Piaget

memperluas

tentang

penalaran

biasanya

lebih

mencapai

tahap

banyak
3,

yang

yaitu

baru

Orientasi

aturan konvensi sosial, menjadi tiga

kesepakatan antar pribadi, atau orientasi

tingkatan penalaran moral yang terdiri

anak manis (good boy/girl) dimana

dari prakonvensional, konvensional, dan

dalam tahap tiga ini, anak memandang

postkonvensional. Tiga tingkat tersebut

suatu perbuatan itu baik, atau berharga

kemudian dibagi atas enam tahap (dalam

baginya apabila dapat menyenangkan,

Budiningsih, 2004).

membantu, atau disetujui atau diterima
(dalam

orang lain sedangkan tahap 4 itu terdapat

Hurlock, 1993), tahap perkembangan

orientasi terhadap otoritas, aturan yang

moral

tetap, dan penjagaan tata tertib sosial.

Menurut
ke

Kohlberg
tiga,

yaitu

tingkat

5

Naskah Publikasi
Tri Wahyuno Ilham
2012

Usaha anak remaja membentuk identitas

siswa SMKN I Sragen. Oleh sebab itu

diri, membentuk dan menyusun sifat-

penulis melakukan penelitian tentang

sifat yang tetap dalam segala perubahan

hubungan antara tingkat penalaran moral

dan pergantian, perkembangan moral

dengankedisiplinan

merupakan salah satu segi yang penting.

Sragen.

siswa

SMKN

I

Dari uraian diatas disimpulkan
bahwa penalaran moral remaja Indonesia
pada umumnya berkisar antara tahap 3,
yaitu orientasi kesepakatan antar pribadi,
atau orientasi anak manis (good boy/girl)
dimana dalam tahap tiga ini, anak
memandang suatu perbuatan itu baik,
atau berharga baginya apabila dapat
menyenangkan,

membantu,

atau

di

setujui/diterima orang lain dan tahap 4
yaitu terdapat orientasi terhadap otoritas,
aturan yang tetap, dan penjagaan tata
tertib sosial. Tetapi pada kenyataan
sehari-hari masih sering sekali terjadi
pelanggaran terhadap peraturan sekolah,
masih banyak siswa SMKN I Sragen
yang bertingkah laku kurang baik dan
kurang benar. Pelanggaran terhadap
kedisiplinan di sekolah yang sering
terjadi

meliputi

jenis

pelanggaran

terlambat masuk sekolah, bolos saat jam
pelajaran,
dengan

berpakaian
ketentuan,

tidak

tidak

sesuai

mengikuti

upacara bendera, tidak mengerjakan PR
dan merokok. Ini menunjukkan masih
adanya

kesenjangan

antara

tingkat

penalaran moral dengan kedisiplinan

LANDSAN TEORI
Kedisiplinan Siswa
Manullang
bahwa

(1991)

kedisiplinan

berpendapat

berarti

sanggup

melakukan apa yang sudah disetujui,
baik persetujuan tertulis, lisan maupun
berupa peraturan atau kebiasaan.
Hurlock (1993) mengemukakan 4
aspek disiplin yaitu:Peraturan, pola yang
ditetapkan oleh tingkah laku. Pola
tersebut ditetapkan oleh guru bimbingan
konseling di sekolah, orang tua, teman
bermain, tujuan dari hal itu adalah untuk
membekali anak dengan perilaku yang
disetujui

dalam

situasi

tertentu.Hukuman,
hukuman

pada

kesalahan,
sebagai

memberikan
siswa

perlawanan,

pembalasan

karena

ada

pelanggaran

atau

ganjaran.

Hukuman yang diberikan kepada siswa
berfungsi agar siswa patuh sehingga
tidak

melakukan

perbuatan

yang

merugikan orang lain maupun diri
sendiri.Penghargaan, penghargaan tidak
hanya berupa wujud materi tetapi juga
dapat berwujud kata pujian.Fungsi dari

6

Naskah Publikasi
Tri Wahyuno Ilham
2012

penghargaan adalah bernilai mendidik

2004), juga tidak memusatkan perhatian

sebagai

pada pernyataan orang tentang apakah

motivasi

serta

perilaku.Konsistensi,

memperkuat

berarti

tingkat

tindakan tertentu itu benar atau salah.
Faktor yang dapat mempengaruhi

keseragaman atau stabilitas, bila dalam
disiplin diri

siswa konsisten maka

perkembangan moral

remaja adalah

perilaku atau tingkah laku akan sesuai

keluarga. Kohlberg (dalam Budiningsih,

dengan norma yang ditentukan. Siswa

2004), memandang pengaruh utama dari

yang memiliki disiplin yang tinggi akan

keluarga adalah pada diskusi antara

memiliki

orang tua dengan anak mengenai nilai-

tanggung

jawab

terhadap

nilai dan norma, dari pada pengalaman

tingkah laku yang diperbuatnya.

anak sendiri akan disiplin, hukuman, dan
hadiah dari orang tua.

Penalaran Moral
Kusdiwarti (2009) menyatakan
penalaran moral sebagai salah satu aspek
kehidupan yang jelas mempengaruhi

HIPOTESIS
Berdasarkan uraian dan teori yang

aspek-aspek kehidupan yang lainnya.

telah

Salah satunya adalah aspek lingkungan

hipotesis yang dapat diajukan dalam

sosial

sikap

penelitian ini yaitu adahubungan positif

penerimaan yang akan menyediakan

antara tingkat penalaran moral dengan

kesempatan

kedisiplinan

yang

memberikan
bagi

individu

untuk

dikemukakan

siswa,

diatas,

artinya

maka

semakin

dari

tinggi tingkat penalaran moral, maka

perilakunya, sehingga dapat membangun

semakin tinggi pula kedisiplinan siswa di

suatu

sekolah.

mengalami

konsekuensi

keyakinan

dalam

membuat

Demikian

pula

sebaliknya,

keputusan yang mandiri, memperbesar

semakin rendah tingkat penalaran moral

rasa percaya diri dan rasa percaya pada

maka semakin rendah pula kedisiplinan

orang lain disekitarnya.

siswa di sekolah.

Penalaran

moral

menekankan

pada alasan mengapa suatu tindakan

METODE PENELITIAN

dilakukan, dari pada sekedar arti suatu

Variabel Penelitian

tindakan, sehingga dapat dinilai apakah
tindakan

tersebut

buruk.Kohlberg

(dalam

baik

atau

Budiningsih,

Penulis menggunakan penalaran
moral

sebagai

kedisiplinan

variabel

siswa

bebas

sebagai

dan

variabel

7

Naskah Publikasi
Tri Wahyuno Ilham
2012

tergantung karena penulis mempunyai

manakah responden berada.Skala ini

asumsi bahwa variabel bebas yaitu

digunakan dengan alasan hingga kini

penalaran moral ini, variabel yang

baru

mempengaruhi variabel tergantung yaitu

mengidentifikasikan

kedisiplinan siswa.

penalaran

Kohlberg

yang

telah

tahap-tahap

moral

dan

perincian

prosedurnya dengan jelas dan sistematis,
Subyek

untuk menentukan pada tahap penalaran

Populasi penelitian ini seluruh siswa

moral mana seseorang berada.Skala pada

SMKN 1 Sragen yang berjumlah744

penelitian

siswa.Sampel yang digunakan dalam

Rahmawati yang mengacu pada teori

penelitian

Kohlberg.

adalah

125

siswayang

ditentukan dengan caraCluster sampel.

ini

diadaptasi

Penalaran

dari

moral

Risa
dalam

penelitian ini diungkap dengan skala
penalaran moral berdasarkan aspek-

Alat Ukur

aspek

Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian

ini

adalah

skala.Skala

yang

(dalam

dikemukakan

Budiningsih,

Kohlberg

2004),

dengan

aspek-aspek penalaran moral sebagai

merupakan sejumlah pertanyaan atau

berikut:

pernyataan

digunakan

kepatuhan, b) relativis instrumental, c)

konsep

anak manis (goodboy/girl), d) hukuman

untuk

tertulis

yang

mengungkap

suatu

a)

orientasi

hukuman

dan

psikologis yang menggambarkan aspek

dan

kepribadian

(Azwar,

lagalistik, f) prinsip etika universal.

2007).Skala penalaran moral diambil dari

Skala ini mengadopsi skala yang disusun

pedoman wawancara yang disusun oleh

Risa

Kholberg dalam bentuk cerita-cerita

koefisien validitas (rbt) berkisar antara

pendek yang mengandung persoalan-

0,528 sampai dengan 0,545 p < 0,810.

persoalan

individu

moral

untuk

ketertiban,

Rahmawati

e)

control

(2010),

social

dengan

dipecahkan.

Skala tingkat kedisiplinan siswa

Tujuan penggunaan Skala ini untuk

yang disusun oleh Sri Widiyati (2012)

mengungkap

responden

berdasarkan aspek-aspek kedisiplinan

tentang tindakan apa yang sebaiknya

siswa yang dikemukakan oleh Irmin

dilakukan jika responden berada pada

(2004) sebagai berikut a)Tepat dan patuh

situasi seperti yang diperankan dalam

pada

cerita. Jawaban inilah yang menjadi

c)Tepat waktu, d)Dapat dipercaya. Skala

penalaran

peraturan,

b)Tanggung

jawab,

indikator pada tahap penalaran moral

8

Naskah Publikasi
Tri Wahyuno Ilham
2012

ini merupakan modifikasi dari skala

nilai Kolmogorov-Smirnov (KS-Z =

yang disusun oleh Sri Widiyanti (2012),

1,259; p = 0,084) sedangkan variabel

dengan koefisien validitas (rbt) berkisar

kedisiplinan

antara 0,638 sampai dengan 0,892 p <

Kolmogorov-Smirnov (KS-Z = 1,057; p

0,05, dan koefisien reliabilitas alat ukur

=

(rtt) sebesar 0,943.

mempunyai sebaran yang normal karena

siswa

0,213),

nilai

p

maka

menunjukkan
kedua

masing-masing

variabel

variabel

>

HASIL DAN PEMNAHASAN

0,05.Hasil uji linearitas hubungan antara

Validitas dan Reliabilitas

persepsi dengan keterlibatan diperoleh

Pengujian validitas dan reliabilitas
kedua

skala

korelasi

menggunakan

product

2009).Pengujian

teknik

moment.(Azwar,

data

nilai F sebesar 154,382 dengan p =
0,00yang

menunjukkan

korelasinya

linear.

diolah

menggunakan

aplikasi

computer

SPSS15,0for

windows

program.

Uji Hipotesis
Analisis

data

menggunakan

Penalaran moral terdapat 4aitem valid

korelasi product moment menunjukkan

dari 5aitem yang diujikan, sedangkan

koefisien korelasi (r) sebesar 0,746

aitem yang gugur ada 1 aitem pada aitem

dengan p = 0,00 (p