STRATEGI PEMBERDAYAAN FUNGSI PERENCANAAN PENDIDIKAN PADA KANTOR DINAS PENDIDIKAN TINGKAT KABUPATEN DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH.
STRATEGV PEMBERDAYAAN FLNGSI PERENCANAAN
STPEND.dSpADA
KANTOR DINAS PE«AN
xwrKATKABUPATENDALAMRANGKA
PELAKSA^AA™BIJAKAN OTONOM! DAERAH
rstnrti Kasus Pada Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
TESIS
Diaiukan
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
uiajuKau uiitu
ctrasi Pendic
Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidi
Oleh:
GUN GUN MOCHAMAD DHARMADI
NUM. 009790
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pemtirrping I
Prnf DR. H. Tb. Abin Syamsuddfn Makmun, MA
Pembimbing II
*rof. DR. Moch. Idochi Anwar/M.Pd.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Adfciinistrasi Pendidikan
Program Pascasarjana Uni/ersftas Pendidikan Indonesia
Prof. DR. H. Tb. Abiin SvamSuddin Makmun. MA.
ABSTRACT
To be valid the institution number 22 - 1999 about local government and
the institution number 25 - 1999 about equilibnum of the central financial and
local have changed the important paradigm formal jundical in government and
development sector in Indonesia. In local autonomy era, kinds of the development
programs indeed the education planning sector was supported by democracy
principles, people activities, used the planning human resource potency that it is
owned by the local autonomy in the fact.
The real implication to be valid the local autonomy in education sector
overload to the changing of the education service organization structure, there is
organization function, resource cnanging, power, facility, financial and so on. All
the changing affected to the harmonious work, management, and how to take the
conclusion It can not be avoided is more urge the need for increasing the function
realization and planning action, they are short, medium, and long term are framed
by macro messo, and micro planning. The realization demanded to apply the
strategy principles as be written on the perspective, mission, and wise development
direction especially the education development sector on regency area.
By doing the local autonomy is hoped can develop all resaurce more
quickly at first, but it is not as easy as up side down arm, if it is thought empirical
there are many problems was found. One of them was important problem there
was useless the function ofthe management education planning system on regency
service in the real, the planning function has not been done professional and
comprehensive It is an influence from weak human resource quality that it is
owned. The affect it will bnng the influence to out put from the education aim it
self
Where is the education aim in local autonomy text, it should fulfil the
spreading demand and education chance extension for all the people, the coming
true of the quality service and result, there is suitable education product/out put
with people demand, and happened education product efficiently, it is education
produce can use the human resource to get the optimal productivity. All of the
function and demand are essential realization in the local education development
that must be supported by skillfor planning it.
So in reaction the development education system more and more complex,
the education official in local autonomy era is demanded do reonentation
restructure, and work management revitalization, to more effective efficient and
proportional.
ABSTRAK
Diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah secara yuridis formil telah membawa
perubahan paradigma yang cukup berarti dalam bidang pemenntahan dan
pembangunan di Indonesia. Dalam era otonomi daerah ini tampaknya berbagai
program-program pembangunan, termasuk di dalamnya perencanaan sektor
pendidikan menjadi lebih tertumpu pada prinsip-prinsip demokratisasi, peranserta
masyarakat, pemberdayaan potensi sumber daya perencanaan yang dimihki oleh
daerah otonomi.
Imphkasi nyata diberlakukannya otonomi daerah pada sektor pendidikan
meliputi antara lain terjadinya perubahan struktur kelembagaan dinas pendidikan,
adanya fungsi kelembagaan, perubahan sumber daya, tenaga, sarana, keuangan dan
Iain-lain Semua perubahan tersebut jelas berdampak pada harmomsasi kerja,
manajemen dan perubahan cara pengambilan keputusan. Yang tidak terelakkan
adalah lebih mendesaknya kebutuhan akan kesadaran tentang perlunya peningkatan
fungsi dan peran perencanaan, baik jangka pendek, menengah dan panjang, yang
dibingkai denean perencanaan makro, messo dan mikro. Kesadaran mi sekahgus
menuntut diterapkannya pnnsip-prinsip strategik, sebagaimana tertuang dalam
rumusan visi, misi dan arah kebijakasanaan pembangunan, khususnya
pembangunan di bidang pendidikan tingkat kabupaten.
Densan digulirkannya otonomi daerah ini, yang semula diharapkan dapat
lebih cepat"mengembangkan segala sumber dayanya, akan tetapi tidak semudah
membalikan tangan. Apabila dikaji secara empins di lapangan, masih banyak
ditemukan berbagai persoalan. Salah satu persoalan yang mendasar itu antara lain
kurang berdavanva fungsi manajemen sistem perencanaan pendidikan pada dinas
tingkat kabupaten. Pada kenyataannya fungsi perencanaan ini masih belum
ditangam secara profesional maupun secara komprehensif. Hal ini sebagai akibat
dan masih lemahnya kualitas sumber daya yang dimilikmya. Akibatnya akan
membawa dampak pula terhadap output dari tujuan pendidikan itu sendin.
Dimana tujuan pendidikan dalam konteks otonomi daerah itu hendaknya
memenuhi tuntutan akan pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan bagi
seluruh anseota masyarakat, terwujudnya layanan dan hasil yang bermutu, adanya
kesesuaian" antara produk/output pendidikan dengan tuntutan masyarakat, dan
terjadinya pengelolaan pendidikan yang efisien, yaitu pengelolaan pendidikan yang
dapat memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk mencapai produktivitas yang
optimal Semua fungsi dan tuntutan tersebut di atas merupakan bahan
pertimbangan pokok dalam pembangunan pendidikan daerah yang harus didukung
oleh kemampuan untuk merencanakannya
Oleh karena itu dalam menanggapi perkembangan sistem pendidikan yang
makin kompleks, Dinas Pendidikan pada era otonomi daerah dituntut untuk dapat
melaksanakan reorientasi, restrukturisasi dan revitalisasi manajemen kerja, agar
lebih efektif. efisien dan proporsional.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARPENGESAHAN
LEMBARPERNYATAAN
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
.!.
m
,v
V1
IV
ABSTRAK
ABSTRACT
x
XI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
xlV
xvl
PENDAHULUAN
]
A. Latar Belakang Masalah
7
B. Identifikasi Masalah
o
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
F. Kerangka Penelitian
BAB II
G. Sistematika Penulisan Tesis
14
STRATEGI PERENCANAAN PENDIDIKAN DALAM
KERANGKA OTONOMI DAERAH
17
A. Konsep Administrasi Pendidikan
B. Pendekatan Sistem Organisasi Pendidikan
C. Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah
1. Kebijakan Otonomi Daerah
21
26
2°
2. Desentralisasi Pendidikan
D. Konsep Strategi dan Pemberdayaan
29
E. Pendekatan Sistem Perencanaan Pendidikan
35
1. Pengertian Perencanaan Pendidikan
2. Fungsi Perencanaan Pendidikan
^~
J°
3. Jenis-jenis Perencanaan Pendidikan
4. Prinsip-prinsip Menyusun Rencana Yang Efektif
5 Tahapan Dalam Proses Perencanaan Pendidikan
XI
40
4j
44
F. Analisis Posisi Pendidikan (APP)
55
G. Indikator Penilaian
H. Tinjauan Empiris
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
70
A. Metode Penelitian
BAB IV
70
B. Subyek Penelitian
71
C. Pengumpulan Data
73
D. Langkah-langkah Penelitian
76
E. Analisis Data Penelitian
78
F. Validasi Temuan Penelitian
7Q
HASIL PENELITIAN
82
82
A. GambaranUmum
1. Administrasi Pemerintahan
2. Keadaan Geografi
82
°^
^
3. Demografi
4. Ekonomi
5. Sosial Budaya
°
7. Potret Pendidikan SD di Kabupaten Majalengka
92
6. Transportasi dan Komunikasi
^
104
B. Gambaran Khusus
1 Arah Kebijakan Pemenntah Daerah Dalam Pembangunan 104
2. Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka
3. Arah Kebijakan Dinas Pdan K
4. Sumber Daya Perencanaan Dinas Pdan K
^ Mekanisme Kerja Proses Perencanaan Dinas Pdan K
BAB V
^
115
118
POKOK-POKOK TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN
l29
A. Pokok-pokok Temuan Penelitian
1. Penjelasan Visi Kabupaten dan Dinas Pdan K
129
129
2. Penerapan Perencanaan Pada Dmas Pendidikan Tingkat
Kabupaten
3. Pemberdayaan Fungsi Perencanaan
xu
^
!-"
BAB VI
B. Pembahasan Temuan Penelitian
1. Profil Ekstemal Kantor Dmas Pdan K
2. Profil Internal Kantor Dinas Pdan K
l36
140
!46
KESIMPULAN, IMPLIKASl DAN REKOMENDASl
160
A. Kesimpulan
170
B. Implikasi
C. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
174
LAMPIRAN
Xlll
DAFTAR TABEL
Hal am an
Nomor
2-1
2-2
2-3
2-4
Standar Nilai Ideal Indikator Pemerataan Pendidikan SD/MI
Tahun 2000/2001
63
Standar Nilai Ideal Indikator Mutu dan Relevansi Pendidikan
SD/MI Tahun 2000/2001
64
Standar Nilai Ideal Indikator Manajemen Pendidikan SD/MI
Tahun 2000/2001
65
Indikator Penilaian Kelayakan Kinerja Sumber Daya Perencanaan
Organisasi Pendidikan
4-1
Luas Daerah Kabupaten Majalengka Menurut Penggunaan Lahan .
84
4-2
Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun
2001
85
4-3 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Majalengka
86
4-4
Data Usia Kerja Penduduk Kabupaten Majalengka
87
4-5
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi Makro
88
4-6
Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Majalengka
88
4-7
Kondisi Jalan Kabupaten majalengka
90
4-8
APKdanAPMSD
92
4-9 AngkaMelanjutkanDanSDke SLTP
9j
4-10 Rasio Siswa Terhadap Sekolah, Kelas, dan Guru
9?
4-11 Angka Mengulang, Putus Sekolah, Kelulusan
97
4-12 Fasilitas Pendukung Belajar Pendidikan SD
99
4-13 Ruang Kelas Milik SD Menurut Kondisi
10°
4-14 Data Tenaga Teknis Pendidikan SD
101
4-15 Guru SD Menurut Kelayakan Mengajar
1°2
XIV
XT
Halaman
Nomor
4-16
Rata-rata NEM SD Tahun 2000/2001
4-17 Anggaran Pembangunan SDTA. 2001
XV
103
ll8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor
1-1
13
Kerangka Penelitian
2-1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
21
22
2-2
Sistem Orgamsasi
2-3
Skema Sistem Perencanaan Strategik
en
2-4 Proses Penetapan Sasaran Dalam Perencanaan Pendidikan
60
Strategis
4-1 Bagan Struktur Orgamsasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Majalengka
XVI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional
dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah dan berlanjut untuk
memacu peningkatan kemampuan nasional. Begitu pula pembangunan di bidang
pendidikan merupakan salah satu upaya bagian dan pembangunan nasional yang
bertujuan untuk memngkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
benman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
berkepribadian mandin, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, cerdas,
terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Oleh karena itu bidang pendidikan ini diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945 Bab XIII Pasal 31 yang menyatakan bahwa :
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran;
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa :
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang benman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Begitu pula dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999
tentang Pemenntahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Penmbangan Keuangan antara Pemenntah Pusat dan Daerah, sektor pendidikan
tampaknya mengalami perubahan yang cukup berarti. Penyusunan perencanaan
program pendidikan kini lebih bertumpu pada pnnsip-pnnsip demokratisasi,
peranserta masyarakat, pemberdayaan potensi sumber daya perencanaan yang
dimiliki oleh daerah otonomi. Upaya pemenntah untuk mewujudkan pembangunan
pendidikan tersebut dalam pelaksanaannya diperlukan perangkat tekms yang
mampu mendukung terhadap penyelenggaraan pendidikan itu sendin, baik dalam
hal perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasannya.
Berbicara masalah sistem perencanaan pendidikan, maka makna otonomi
dalam pembangunan sektor pendidikan adalah pembenan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggung jawab secara profesional untuk mengambil prakarsa dalam
merumuskan rencana pendidikan secara partisipatif, koordmatif dengan
memberdayakan segenap potensi sumber daya perencanaan yang dimiliki. Sumber
daya perencanaan dimaksud antara lain meliputi keberadaan unit perencanaan pada
struktur orgamsasi dinas pendidikan, kualifikasi tenaga perencana, mekanisme
penyusunan dan pemanfaatan data, mekanisme kerja dan dukungan sumber daya
keuangan.
Begitu pula Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka yang merupakan lembaga teknis edukatif dalam era otonomi daerah ini
perlu mengacu pada makna tersebut di atas, dimana dinas ini secara langsung
bertanggung jawab dalam masalah pendidikan di daerahnya, sehingga dituntut
untuk mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pendidikan secara
lebih profesional, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi kelembagaan tersebut, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka dituntut untuk selalu dinamis
mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap berbagai perubahan atau
pembaharuan dalam bidang pendidikan. Hal ini terkait erat dengan program-
program pembangunan dalam sektor pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam
PROPENAS 1999-2004 yang menegaskan adanya upaya pemerataan pendidikan,
penmgkatan kualitas pendidikan, serta perbaikan sistem manajemen pendidikan.
Sehubungan dengan pemerataan pendidikan, maka kegiatan-kegiatan pokok
yang diperlukan antara lain: adanya penmgkatan sarana dan prasarana pendidikan ;
adanya penerapan altematif pelayanan pendidikan khususnya bagi masyarakat yang
kurang beruntung ; adanya pelaksanaan revitalisasi sekolah-sekolah ; dan
penmgkatan peran serta masyarakat dalam berbagai program pendidikan.
Sehubungan dengan penmgkatan kualitas maka beberapa kegiatan pokok
adalah diupayakannya : penmgkatan kemampuan profesional dan kesejahteraan
guru serta tenaga kependidikan lainnya ; adanya penyusunan kurikulum yang
berbasis kompetensi dasar sesuai dengan kebutuhan dan potensi pembangunan
daerah ; adanya penmgkatan penyediaan, penggunaan dan perawatan sarana dan
prasarana pendidikan : penmgkatan efisiensi dan efektivitas proses belajar
mengajar melalm antara lain pemetaan sekolah ; serta adanya penmgkatan
pengawasan akuntabilitas kinerja kelembagaan sehingga peran dan tanggungjawab
sekolah. pemerintah daerah, termasuk lembaga legislatif dan masyarakat dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan makin nyata.
Sedangkan kegiatan-kegiatan pokok dalam rangka memperbaiki manajemen
pendidikan ini mencakup antara lain :pelaksanaan desentralisasi bidang pendidikan
secara bertahap, bijaksana dan profesional ; adanya pengembangan pola
penvelengaraan pendidikan yang mengacu pada manajemen berbasis sekolah ; dan
peningkatan peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
Oleh karena itu untuk menanggapi perkembangan sistem pendidikan yang
makin kompleks, maka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka
dituntut untuk dapat melaksanakan reorientasi, restrukturisasi dan revitalisasi
manajemen kerja, agar lebih efektif, efisien dan proporsional yang pada gilirannya
diharapkan dinamika kelembagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka dapat mengimbangi berbagai tantangan dan tuntutan di masa depan
yang tidak semakin ringan dan tidak sederhana, yang dapat dilihat pada indikator
perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada lingkungan internal maupun pada
lingkungan ekstemal.
Sejalan dengan itu untuk memberikan makna terhadap eksistensi
kelembagaan, khususnya pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka perlu dipikirkan adanya penentuan strategi serta gagasan untuk
memngkatkan kemampuan dalam pengelolaan administrasi pendidikan itu sendiri.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan kinerja tersebut salah satunya dengan
memberdayakan sumber daya yang ada, baik secara ekstemal maupun internal
untuk mencapai tujuan produktivitas pendidikan melalui kegiatan perencanaan.
Dengan pemberdayaan pada fungsi perencanaan ini memungkinkan lembaga itu
dapat menanggapi tuntutan-tuntutan pasar secara cepat, fleksibel. dan efisien.
Sehingga hasilnya diharapkan berkurangya pemborosan, penundaan dan kesalahan,
juga terbangunnya suatu tim kerja yang utuh, yaitu dengan sumber daya yang
dimanfaatkan secara penuh, baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
maupun biayanya. Begitu pula dengan adanya perencanaan yang baik akan tercipta
suatu landasan bagi pelaksanaan aktivitas-aktivitas manajerial atau aktivitasaktivitas administratif secara sistematis, dimana fungsi perencanaan itu sendiri
dalam suatu organisasi akan memberikan suatu sistem keputusan yang terintegrasi
dan merupakan "framework" (kerangka kerja) bagi aktivitas-aktivitas organisasi.
Dalam kerangka otonomi daerah atau desentralisasi pendidikan, sistem
perencanaan ini mutlak diperlukan bagi organisasi pengelola pendidikan, terlepas
dari apa, dan bagaimana ukuran, model serta bentuk organisasinya. Karena tanpa
perencanaan yang baik, suatu organisasi menjadi kurang mampu untuk mencapai
tujuan yang diharapkannya. Pengalaman menunjukkan bahwa tidak adanya suatu
perencanaan, menyebabkan antara lain : kurang terorganisimya kerjasama antar
pegawai; kurangnya memfungsikan personel secara efektif baik kuantitatif maupun
kualitatif; tidak mampunya mengantisipasi terhadap masalah-masalah yang akan
datang; tidak adanya sinkronisasi kebutuhan organisasi dan kebutuhan personel,
yang kesemuanya itu menyebabkan proses organisasi tidak berjalan dengan baik
yang pada gilirarmya menggagalkan pencapaian dari tujuan organisasi itu sendiri.
Sejalan dengan itu berbagai kelemahan dalam perencanaan. menurut
Bintoro Tjokroamidjojo, dalam bukunya Perencanaan Pembangunan (1992:53)
disebabkan oleh:
(l)Perencanaan di banyak negara bam berkembang seringkali lebih
merupakan dokumen politik mengenai cita-cita pembangunan yang
dikehendaki, tetapi bukan merupakan cetak biru bagi kegiatan-kegiatan
yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan
tertentu.
(2)Dibalik itu apabila mungkin dirumuskan suatu rencana yang teknisnya
cukup baik, kelemahannya adalah seringkali kurang mendapat dukungan
politik yang diperlukan.
(3)Kelemahan lain adalah seringkali terdapat kurang hubungan antara
penyusunan rencana dengan pelaksanaan rencana. Ini menyebabkan
rencana menjadi kurang feasible (kurang dapat dilaksanakan secara
teknis). Hal im bisa disebabkan karena perencana terlalu banyak bekerja
"di belakang meja".
(4)Banyak kelemahan rencana juga terjadi dalam bidang pilihan-pilihan
berbagai alternatif yang merupakan "trade offs" (menguntungkan bagi
yang satu, merugikan bagi yang lainnya).
(5)Kelemahan lainnya adalah kurangnya data-data statistik, informasi, hasilhasil riset dan survai untuk mendasari suatu perencanaan yang baik.
(6)Kelemahan lain dalam perencanaan di negara-negara berkembang, ialah
masih rendahnya penguasaan terhadap teknik-teknik perencanaan. Hal
ini disebabkan antara lain oleh karena masih kurangnya tenaga terdidik
dalam bidang tersebut.
Begitu pula kelemahan ini terjadi dalam sistem perencanaan pendidikan
khususnya pada kerangka otonomi daerah, dimana kelemahan tersebut antara lain
masih terdapatnya berbagai gejala masih rendahnya efisiensi dalam pengelolaan
administrasi pendidikan, temtama pada tingkat mezzo dan mikro, sehingga
mengakibatkan tidak efisien dan tidak efektifnya pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan. Kurang efisiennya kegiatan administrasi pendidikan tersebut, antara
lain tercermin dan lemahnya perencanaan infrastmktur yang mencakup
kelembagaan, ketenagaan, perlengkapan dan biaya pendukung ;
Adanya
beberapa
institusL organisasi
kelemahan
pendidikan
untuk
tersebut
di
atas
memberdayakan
menuntut
kembali
suatu
sistem
perencanaannya secara profesional agar mampu memperlihatkan hasil yang
diasosiasikannya, yaitu dengan perencanaan yang sistematis, terpadu, berkelanjutan
dan komprehensif menumt mekanisme dan prosedumya, sehingga dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien serta dapat dipertanggung jawabkan.
Terkait dengan strategi perencanaan dimaksud, maka diperlukan studi untuk
melihat lebih dekat bagaimana peran unit perencana dinas pendidikan dalam
menjalankan fungsi perencanaannya, baik dalam menyusun program-program
pendidikan, kemampuan tenaga perencana pendidikan, mekanisme penyusunan dan
pemanfaatan data pendidikan, mekanisme kerjasama serta dukungan sumber
keuangan. Oleh karena itu fungsi perencanaan ini memegang peranan yang sangat
penting sekali dalam manajemen sebuah organisasi, sehingga penulis tertank untuk
mengadakan penelitian yang berkaitan dengan strategi pemberdayaan fungsi
perencanaan pendidikan pada kantor dinas pendidikan tingkat kabupaten dalam
rangka pelaksanaan kebijakan otonomi daerah sekarang ini
B.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian im merupakan suatu tahap permulaan
dari penguasaan masalah dimana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat
kita kenali sebagai suatu masalah. Identifikasi im bertujuan untuk mendapatkan
sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul penelitian.
Dalam kaitan
dengan penelitian ini, maka identifikasi permasalahannya antara lain menyangkut
langkah-langkah yang semestinya dilakukan
dalam pemberdayaan fungsi
perencanaan pendidikan yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan tingkat
kabupaten dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sebagaimana kita ketahui
bahwa organisasi pendidikan dalam kerangka otonomi daerah ini sudah selayaknya
lebih terbuka dengan kemajuan-kemajuan yang ada. Manajemen dinas pendidikan
tingkat kabupaten seyogyanya menyelaraskan langkah pengembangannya dalam
kondisi yang semakin kompetitif terhadap tuntutan pemberdayaan sumber daya
'J&*?"'^:>
it v.
)
yang dimilikinya. Begitu pula dinas pendidikan ditutut untuk mengetahu^afȣari "*. :> //
yang menjadi peluang dan tantangan serta apakah yang menjadi kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya, karena itu pula dinas pendidikan dituntut untuk
mampu merencanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang
dimiliki oleh daerahnya, sehingga dengan perencanaan, organisasi akan lebih jelas
menentukan arah dan tujuannya. Dengan demikian pembahasan ini pada pokoknya
akan menjawab sekitar pertanyaan di atas.
C.
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini merupakan usaha untuk
menetapkan batasan-batasan dari masalah-masalah yang akan diteliti, dengan
tujuan untuk mengetahui ruang lingkup yang dilakukan dalam penelitian, sehingga
akan lebih terfokus.
Adapun yang menjadi batasan masalah ini antara lain
perencanaan yang dilakukan oleh unit perencana pada Kantor Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka dengan fokus pada Perencanaan
Pendidikan Sekolah Dasar dalam kerangka otonomi daerah tahun 2001.
D.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah ini merupakan penjabaran dan identifikasi masalah dan
pembatasan masalah. Dengan kata lain, pemmusan masalah ini mempakan
pertanvaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang diteliti.
Adapun vang menjadi rumusan masalahnya adalah -Bagaimanakah strategi
pemberdayaan fungsi perencanaan pendidikan pada Kantor Dinas Pendidikan
Tingkat Kabupaten dalam kerangka pelaksanaan kebijakan otonomi daerah".
Selanjutnya rumusan masalah ini dapat dijabarkan menjadi beberapa
pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:
(1) Apakah yang menjadi peluang dan tantangan lingkungan ekstemal Kantor
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka di lihat dan aspek
pemenntahan, geografi, demografi, ekonomi, sosial budaya, serta transportasi
dan komunikasi ?
(2) Apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan lingkungan internal Kantor
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka ?
(3) Strategi apakah yang mungkin digunakan dalam pemberdayaan fungsi
perencanaan pendidikan Sekolah Dasar pada Kantor Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Majalengka setelah berlakunya otonomi daerah ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Ingin memperoleh profil (gambaran lingkungan ekstemal) Kantor Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka di lihat dan aspek
pemerintahan, geografi, demografi, ekonomi, sosial budaya, serta transportasi
dan komunikasi.
(2) Ingin memperoleh profil (gambaran lingkungan internal) pada Kantor Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka ?
(3) Mencari altematif strategi yang mungkin digunakan dalam memberdayakan
fungsi perencanaan pendidikan Sekolah Dasar pada Kantor Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka setelah berlakunya otonomi daerah,
sehingga selaras dan terpadu serta relevan dengan kebutuhan
sesuai dengan perkembangannya.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dan penelitian im adalah sebagai berikut:
(1) Sebagai upaya untuk mengembangkan metodologi perencanaan dalam
aplikasinya di lapangan, sehingga diharapkan danat bermanfaat bagi upaya
menemukan altematif model perencanaan strategis pembangunan bidang
pendidikan, khususnya pada Dinas Pendidikan tingkat kabupaten, sehingga
selaras dan terpadu sesuai dengan kondisi internal dan ekstemal maupun
relevansinya dengan kebutuhan masyarakat Kabupaten Majalengka.
(2) Dapat menjelaskan secara empink pentingnya pemberdayaan fungsi
perencana bagi suatu unit organisasi.
(3) Memberikan sumbangan pemikiran dalam memberdayakan tenaga perencana
di unit/orgamsasi Dmas Pendidikan dan Kebudayaan dalam implementasinya
pada perencanaan pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Majalengka.
(4) Hasil ini dapat dijadikan mjukan bagi peneliti lain yang berminat pada objek
penelitian yang sama dengan kajian yang berbeda.
F. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian merupakan kerangka acuan yang menjadi landasan
pemikiran yang dipergunakan untuk membahas permasalahan penelitian. Landasan
pemikiran ini meliputi beberapa konsep bahasan pada penelitian yang akan
dilakukan, dimana kajian dalam penelitian ini yaitu menyangkut masalah strategi
11
perencanaan pendidikan pada Kantor Dinas Pendidikan tingkat kabupaten dalam
rangka pelaksanaan kebijakan otonomi daerah.
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dikembangkan dari beberapa
pemikiran, antara lain :
(1) Dinas Pendidikan Kabupaten mempakan unsur pelaksana pemerintah yang
mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan kewenangan otonomi daerah
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat pada bidang
pendidikan. Dalam menjalankan kewenangan tersebut, maka Dinas Pendidikan
dihadapkan pada tuntutan kualitas pelayanan yang baik terhadap bidang
pendidikan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang
semakin maju;
(2) Pada Kantor Dinas Pendidikan tingkat kabupaten terdapat unit atau bagian
perencanaan dan evaluasi. Bagian perencanaan dan evaluasi ini sangat penting
sekali, mengingat bahwa perencanaan berfungsi sebagai alat persiapan yang
matang untuk melaksanakan dan mengevaluasi suatu kegiatan dengan
pemanfaatan potensi sumber-sumber yang tersedia, baik manusia, sarana dan
prasarana, maupun pembiayaannya;
(3) Salah satu untuk mencapai keberhasilan manajemen tersebut dapat dilakukan
mulai dari pengelolaan perencanaannya, hal ini mengingat bahwa dengan
perencanaan yang baik akan tercipta suatu landasan yang baik bagi
pelaksanaan aktivitas-aktivitas manajerial atau aktivitas-aktivitas administratif
secara sistematis. Sedangkan tujuan dari pada fungsi perencanaan itu sendiri
dalam suatu organisasi ialah memberikan suatu sistem keputusan yang
terintegrasi dan merupakan "framework" (kerangka kerja) bagi aktivitasaktivitas organisasi;
(4) Namun demikian pada kenyataannya bahwa fungsi perencanaan pada Dinas
Pendidikan tingkat Kabupaten pada umumnya belum dilaksanakan secara
maksimal atau masih terdapat beberapa kendala atau kelemahan dalam
pelaksanaannya, hal ini nampak dari realita yang ada. Oleh karena itu perlu
diberdayakan kembali sesuai dengan prosedur yang sebenamya, sehingga
sistem perencanaan dapat memenuhi harapan yang diinginkan ;
(5) Dengan pemberdayaan ini memungkinkan organisasi-organisasi untuk
menanggapi pelanggan dan tuntutan pasar secara cepat, fieksibel, dan efisien,
sehingga hasilnya adalah berkurangnya pemborosan, dan terbangunnya suatu
tim kerja yang utuh dengan sumberdaya yang dimanfaatkan secara penuh,
yaitu membuat
mampu,
memperlancar, berkonsultasi,
bekerjasama,
membimbing dan mendukung, sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan;
(6) Kemudian fungsi perencanaan yang baikpun tidak terlepas dari pengamh
sumber daya perencanaan itu sendiri, baik secara ekstemal maupun secara
internal. Sedangkan mekanisme dalam sistem perencanaan itu sendiri antara
lain dapat dimulai dari pra perencanaan, penyusunan rencana, implementasi
rencana, serta evaluasi dan umpan balik.
Dari uraian di atas, secara integral pola penelitian atau kerangka penelitian
tersebut dapat digambarkan berikut ini :
Dinas Pendidikan
Kabuoaten
V
Bagian/Unit
Perencanaan
v
Fungsi Perencanaan
Pendidikan Dasar
Harapan
Realita
Lemahnya
tur yang
Adanya
infrastmk
mencakup
infrastmktur
yang
mencakup kelembaga
kelembagaan, ketenaga
an,
an, perlengkapan dan
biaya pendukung
ketenagaan,
per
lengkapan dan biaya
pendukung
Permasalahan
Strategi apa yang dilakukan untuk memberdayakan
fungsi perencanaan pendidikan SD. baik secara ekstemal
~maupun internal pada Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten dalam kerangka Otonomi Daerah
Sumber Daya
Perencanaan
Pemberdayaan
I
E
1. Membuat mampu
X
\
2. Memperlancar
T
T
Berkonsultasi
E
E
4. Bekerjasama
5. Membimbing
6. Mendukung
R
R
N
N
A
A
L
L
3.
peningkatan
Analisa Posisi (SWOT)
Altematif Strategi
Gambar 1.1 Kerangka Penelitian
14
G. Sistematika Penulisan Tesis
Laporan tesis mi disusun terdiri dan enam bab, secara singkat sistematika
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Bab Pertama : Pendahuluan, di dalam bab ini dibahas mengenai : a) Latar
Belakang Masalah yaitu yang memaparkan beberapa alasan mengapa penelitian ini
dilakukan; b) Identifikasi Masalah yaitu bertujuan untuk mendapatkan sejumlah
masalah yang berhubungan dengan judul penelitian; c) Pembatasan Masalah yaitu
menetapkan batasan-batasan dan masalah-masalah yang akan diteliti;
d) Pemmusan yaitu beberapa masalah yang ada dirumuskan ke dalam satu masalah
dengan batasan-batasannya, yang kemudian dijabarkan dalam tiga pertanyaan yang
perlu dijawab; e) Tujuan dan Manfaat Penelitian yaitu memuat pentingnya tujuan
dan manfaat penelitian yang dilakukan, baik bagi pihak-pihak yang terkait dalam
perencanaan pendidikan maupun bagi para peneliti pada bidang perencanaan
pendidikan; f) Kerangka Penelitian yaitu yang memuat alur pikir yang dilakukan
dalam penelitian; dan e) Sistematika Penulisan Tesis yaitu yang menjelaskan
urutan secara sistematis mengenai laporan penelitian.
Bab Kedua : Bab ini menguraikan konsep-konsep secara teontis yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, antara lain meliputi : a) Konsep
Administrasi Pendidikan; b) Pendekatan Sistem Organisasi Pendidikan;
c) Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah yang menguraikan mengenai
Kebijakan Otonomi Daerah dan implikasinya dalam Desentralisasi Pendidikan ;
d) Konsep strategi dan Pemberdayaan ; e) Pendekatan Sistem Perencanaan
Pendidikan yang memuat mengenai pengertian, fungsi, jems. prinsip-prinsip
menyusun rencana yang efektif, serta tahapan dalam perencanaan pendidikan ;
15
f) Analisis Posisi Pendidikan yaitu yang menjelaskan bagaimana posisi atau potret
pendidikan yang ada; g) Indikator Penilaian; dan h) Tinjauan Empins yaitu yang
memuat kajian peneliti terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian yang
dilakukan.
Bab Ketiga : Metodologi penelitian yaitu yang menjelaskan tentang
mekanisme yang ditempuh dalam melakukan penelitian, baik mengenai metode
penelitian, subyek penelitian, teknik atau cara pengumpulan data. Sedangkan
langkah-langkah penelitian ini terdiri dari tahap orientasi, tahap eksplorasi maupun
tahap member chek. Selanjutnya dalam bab ini diuraikan pula mengenai analisis
data penelitian yang menguraikan tentang proses penyusunan data yang ditafsirkan,
kemudian diuraikan pula mengenai validasi temuan penelitian yang bensi
mengenai teknik pemeriksaan tingkat kepercayaan dari hasil penelitian yang
dilakukan, baik secara kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas maupun secara
konfirmabilitas.
Bab Keempat : Hasil Penelitian, yaitu yang membahas mengenai hasil
temuan penelitian dari lapangan, dimana temuan tersebut dibagi ke dalam dua
bagian yaitu gambaran umum dan gambaran khusus yang mengambarkan profil
ekstemal dinas pendidikan dan yang mengambarkan profil internal dinas
pendidikan.
Bab Keiima : Pokok-pokok Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian,
dimana bagian ini secara khusus membahas masalah konsepsi pokok-pokok
pennng dari hasil penelitian dan kemudian disertai pembahasannya, baik yang
berkaitan dengan kondisi ekstemal maupun dengan kondisi internal.
16
Dan data tersebut kemudian dianalisis serta dihubungkan dengan konsep atau teori
yang dimuat dalam bab sebelumnya.
Bab Keenam : yaitu mempakan bab yang terakhir yang berisikan
kesimpulan, implikasi dan rekomendasi dari hasil kajian bab-bab sebelumnya.
3-* [ i At _ „S t* ,5*-*
'
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis tidak bermaksud untuk mengungkapkan
hubungan antar vanabel melalui studi korelasi atau regresi untuk menguji hipotesis
tertentu. Namun pada penelitian ini penulis berusaha untuk melakukan eksplorasi
dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui
komunikasi yang intensif dengan sumber data. Oleh karena itu metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.
Dalam penelitian ini penulis bemsaha untuk mendeskripsi dan
menginterpretasikan perisitiwa atau kejadian yang ada dari kegiatan unit atau
organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka dalam
menjalankan fungsi perencanaan pendidikan Sekolah Dasar pada kerangka
pelaksanaan kebijakan otonomi daerah.
Sebagaimana menumt Nana Sudjana (1989:64) bahwa "metode penelitian
deskriptif ini adalah penelitian yang bemsaha mendeskripsikan suatu gejala,
penstiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang". Dengan perkataan lain,
penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Sejalan dengan itu menumt Winamo Surakhmad (1990: 140) bahwa metode
deskriptif ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.
70
i '
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kerriudian
dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode anahtik) ^ ^
Sedangkan pendekatan kualitatif tidak sekadar teknik pengumpulan data,
tetapi merupakan cara pendekatan terhadap dunia empiris yang diarahkan pada
usaha menguasai pada teon-teori dasar penelitian yang bersifat deskriptif, dengan
mementingkan penguasaan proses penelitian, dengan membatasi studi pada fokus
kajian, menentukan kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian,
sehingga bisa diterima serta dibenarkan oleh kedua belah pihak, yaitu pihak peneliti
dan yang diteliti (responden).
Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif ini sebagaimana yang dikemukakan
Nana Sudjana (1989:197) ada lima ciri pokok dari penelitian kualitatif.
(a) Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber
data langsung.
(b) Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik.
(c) Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil.
(d) Penelitian kualitatif sifatnya induktif.
(e) Penelitian kualitatif mengutamakan makna.
Dari ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai
dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan
lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik makna dan konsepnya,
melalui pemaparan deskriptik analitik, tanpa menggunakan enumerasi dan statistik,
sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dan tingkah laku
dalam situasi alami.
B. Subyek Penelitian
Subyek atau responden utama dalam penelitian ini menggunakan sampel
bertujuan tidak menggunakan sampel acak, yaitu mereka yang terlibat atau pihak-
72
pihak yang terkait dalam perencanaan pendidikan Sekolah Dasar di lingkungan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka. Sebagaimana menurut
Nasution (1992:132) "penentuan subyek penelitian atau responden dalam penelitian
kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (Purposive sampling)",
atau disebut juga judmental sampling yaitu dengan mengambil orang-orang
terpilih betul oleh peneliti menumt ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel yang
relevan dengan desain penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti
berusaha memperoleh sampel atau wakil-wakil dan segala lapisan populasi yang
memiliki ciri-cin esensial dan populasi sehingga dapat dianggap cukup
representatif atau dengan kata lain penentuan personil sampel didasarkan atas
pertimbangan atau judgment peneliti.
Berkaitan dengan itu menumt Moleong (1998 : 165) cin-ciri sampel
bertujuan yaitu:
1. Sampel tidak dapat ditentukan atau ditank lebih dahulu;
2. Pemilihan sampel secara berurutan untuk memperoleh informasi yang
telah diperoleh lebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau ada
kesenjangan informasi;
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada awalnya sampel dianggap
sama, kemudian informasi mengembang dan makin meluas, sehingga
sampel dipilih berdasarkan fokus kajian;
4. Pemilihan dan penarikan sampel akan berakhir jika sudah mulai terjadi
pengulangan informasi atau sudah terjadi ketuntasan atau kejenuhan dan
tidak diperoleh tambahan informasi yang berarti.
Jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya, tetapi yang peneliti anggap
penting adalah asumsi bahwa konteks lebih penting dan jumlah. Besarnya sampel
tergantung pada perolehan informasi yang diberikan responden. Sehingga para
stakeholder yang dipilih adalah mereka yang diharapkan akan memberikan data
dan informasi yang diperlukan untuk penelitian.
73
C. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Ketiga teknik im
digunakan untuk memperoleh informasi serta saling melengkapi. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan kisi-kisi atau instrumen penelitian sebagai pedoman
dalam rangka untuk memperoleh data yang diperlukan.
Adapun teknik-teknik pengumpulan data tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-
gejala yang diteliti. Dalam Husaim Usman, dkk. (1998 : 54) Observasi menjadi
salah satu teknik pengumpulan data apabila : "(1) sesuai dengan tujuan penelitian,
(2) direncanakan dan dicatat secara sistematis, dan (3) dapat dikontrol
keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya)".
Berkaitan dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data digunakan
dengan tujuan untuk memperoleh data secara langsung terhadap obyek penelitian
temtama yang berkaitan dengan berbagai kegiatan proses perencanaan pendidikan
yang dilaksanakan pada Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka.
Oleh karena itu observasi ini dilakukan pula sejak sebelum
wawancara dilakukan, dimana observasi awal im dilakukan dalam rangka
melengkapi bahan-bahan wawancara dan studi dokumentasi.
Sebagaimana yang dikemukakan John W.Best dalam Research In Education
(1977) 'sebagai alat pengumpul data, observasi-langsung akan memberikan
74
sumbangan yang sangat penting dalam penelitian deskriptif. Jenis-jenis informasi
tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti'
(Sanafiah Faisal, dkk., 1982 : 204).
b.
Wawancara
Kegunaan wawancara ini adalah (1) untuk mendapatkan data ditangan
pertama (pimer), (2) sebagai pelengkap teknik pengumpulan data lainnya (selain
dari teknik observasi di atas), dan juga (3) untuk menguji hasil pengumpulan data
lainnya. Selain itu kegunaan wawancara disini yaitu sebagai alat pengumpul data
yang bermaksud untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati
responden. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara yang dibuat berdasarkan kisi-kisi pengumpulan
data, dimana pedoman ini dibuat dan dimmuskan dalam bentuk terbuka yang
dilakukan pada personil yang terlibat dalam sistem perencanaan pendidikan
Sekolah Dasar di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka.
Sebagaimana dikemukakan John W.Best dalam Research In Education
(1977) 'melalui teknik wawancara, peneliti bisa merangsang responden agar
memiliki wawasan pengalaman yang lebih luas'. Dengan wawancara juga, peneliti
dapat menggali soal-soal penting yang belum terpikirkan dalam rencana
penelitiannya. Kemudian wawancara juga berguna (Sanafiah Faisal, dkk., 1982 ;
Husaini Usman, dkk., 1998) untuk : (1) mendapatkan data di tangan pertama
(primer), (2) pelengkap teknik pngumpulan data lainnya, (3) menguji hasil
pengumpulan data lainnya.
75
c.
Studi Dokumentasi
Selain dengan menggunakan teknik-teknik di atas, yaitu melalui observasi
dan wawancara juga digunakan teknik studi dokumentasi. Studi ini dilakukan
dengan mempelajari berbagai dokumen yang berhubungan dengan proses
penyusunan perencanaan pendidikan, baik bempa pemndang-undangan, peraturan
pemerintah maupun petunjuk-petunjuk pelaksanaan penyusunan perencanaan
pendidikan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi terkait. Dengan teknik ini
diharapkan dapat diperoleh data-data tertulis, baik bempa dokumen-dokumen, fotofoto, rekaman pembicaraan selama rapat-rapat, notula rapat maupun yang lainnya.
Sejalan dengan itu Suharsimi Arikunto dalam Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek (1998 : 236) mengemukakan "penggunaan metode
dokumentasi tidak kalah pentingnya dari metode-metode lainnya", yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang bempa catatan-catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instmmen pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti
sendiri, dimana peneliti bemsaha untuk memperlancar dan mengarahkan proses
pengumpulan data melalui pedoman wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Husaini Usman, dkk. dalam
Metodologi Penelitian Sosial, bahwa alat pengumpul data atau instrumen penelitian
dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendin (peneliti mempakan key
instrument).
Adapun teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah
observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan "teknik angket
76
dalam penelitian kualitatif"ini biasanya tidak digunakan dalam pengumpulan data.
(Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, 1998 ; 81).
Melalui penyusunan serangkaian pedoman dalam rangka pengumpulan data
ini peneliti melengkapi diri pula dengan buku catatan, tape recorder dan kamera.
Peralatan tersebut digunakan untuk dapat merekam informasi verbal maupun non
verbal selengkap mungkin.
Sebagaimana Bogdan dan Biklen (1982 : 73)
mengemukakan bahwa "keberhasilan suatu penelitian naturalistik atau kualitatif
tergantung kepada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang
disusun peneliti". Oleh karena itu penulis mencoba merekonstruksikan sendiri
instmmen penelitian ini dan sekaligus melakukan judgment yang digunakan
sebagai acuan global sebagaimana terlampir.
D. Langkah-langkah Penelitian
Ada beberapa sumber yang menjelaskan tahap-tahap dalam penelitian
kualitatif. Sumber-sumber itu antara lain sebagaimana yang dikemukakan oleh
Bogdan dalam Moleong, (1998), ada tiga tahapan, yaitu "(1) pra-lapangan, (2)
kegiatan lapangan, dan (3) analisis intensif. Sejalan dengan itu menumt Nasution
(1992 : 33) ada "tiga tahapan dalam penelitian kualitatif. Tahapan penelitian itu
adalah, tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member chek".
Secara garis besar tahapan tersebut dalam penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Tahap ini mempakan tahap persiapan dalam penelitian dengan menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
77
a. Persiapan kelengkapan administrasi penelitian, baik berupa surat pengantar
maupun surat-surat ijin penelitian.
b. Penyempumaan desain penelitian, perbaikan pedoman wawancara dan
observasi, serta mengkonsultasikannya dengan dosen pembimbing.
c. Melakukan pendekatan dengan dinas mstansi terkait yang diharapkan dapat
memberikan informasi awal tentang proses penyusunan perencanaan serta
mencari gambaran awal tentang lokasi penelitian.
d. Menghubungi para responden dan membuat kesepakatan waktu mengadakan
studi wawancara, observasi maupun studi dokumentasi.
2. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi ini mempakan tahapan pelaksanaan penelitian yang
sesungguhnya dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi yang
telah dirancang sebelumnya, yaitu melalui kegiatan wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi.
Tahap ini dilaksanakan sebagai berikut:
Pertama, wawancara dilakukan kepada responden yang terlibat langsung
dalam proses perencanaan di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Kedua, peneliti melakukan observasi langsung terhadap pelaksanaan proses
penyusunan perencanaan, baik selama persiapan maupun dalam pelaksanaannya.
Ketiga, peneliti melakukan studi dokumentasi terhadap berbagai hal yang
berhubungan dengan peraturan tentang perencanaan pendidikan bempa surat-surat
keputusan, undangan rapat, notula rapat, dan surat keputusan pengesahan proyekproyek.
78
3. Tahap Member Chek
Tahap ini mempakan tahap untuk memperoleh keabsahan dan kepercayaan
data dan informasi yang peneliti peroleh melalui wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Peneliti berusaha mengkonfirmasikan data dan informasi yang telah
diterima dengan pihak pemberi informasi (subyek penelitian) untuk meminta
persetujuan dengan
memberikan kewenangan kepada responden untuk
mengoreksi7menambah atau memperjelas informasi terlebih dahulu. Pengecekan
informasi ini dilakukan setiap saat selesai melakukan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi ataupun studi dokumentasi.
E.
Analisis Data Penelitian
Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Data dan
informasi yang telah diperoleh peneliti dianalisis dan diinterpretasikan secara terns
menems mulai dari awal sampai akhir penelitian. Analisis dan interpretasi data
memjuk kepada landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Prosedur analisis data atas dasar tiga tahapan sesuai yang disarankan
Nasution (1992), yakni Pertama, reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali
keseluruhan catatan dan rekaman lapangan yang diperoleh melalui wawancara,
observasi dan
studi dokumentasi.
Kedua,
display data yaitu dengan
mensistematisasikan pokok-pokok informasi dengan tema dan polanya. Pola yang
nampak ditarik sebagai suatu kesimpulan, sehingga data dan informasi yang
dikumpulkan akan bermakna. Ketiga, mengambil kesimpulan dan verifikasi atas
rangkuman data dan informasi yang nampak dalam display, sehingga bermakna.
Karena kesimpulan awal biasanya tentatif, maka agar kesimpulan semakin mantap,
79
dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung dan kesimpulan akan lebih
grounded.
F.
Validasi Temuan Penelitian
Menurut Nasution (1992:148-152) dan Moleong (1998:173) bahwa untuk
menetapkan keabsahan (thrutworthiness) diperlukan teknik pemeriksaan atau
pengujian dan bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh
kriteria-kriteria : (1) Kredibilitas atau derajat kepercayaan (validitas internal), (2)
Transferabilitas atau keteralihan (validitas ekstemal), (3) Dependabilitas atau
kebergantungan (reabilitas) dan (4) Konfirmabilitas atau kepastian (objektifitas).
1. Kredibilitas
Kredibilitas atau derajat kepercayaan mempakan salah satu ukuran tentang
kebenaran data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini bermaksud untuk
menggambarkan kecocokan konsep penelitian dengan konsep yang ada pada
responden. Untuk mencapai hal tersebut dalam penelitian ini dilakukan antara lain:
a. Trianggulasi, yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan dengan
data dari sumber lainnya.
b. Pembicaraan dengan kolega (Peer debriefing), hal ini peneliti membahas
catatan-catatan lapangan dengan kolega, teman sejawat yang mempunyai
kompetensi tertentu.
c. Penggunaan bahan referensi digunakan untuk mengamankan berbagai informasi
yang didapat dari lapangan, dalam kaitannya ini penulis memanfaatkan
kegunaan tape recorder untuk merekan hasil wawancara.
80
d. Mengadakan member chek, setiap akhir wawancara atau pembahasan suatu
topik diusahakan untuk menyimpulkan secara bersama sehingga perbedaan
persepsi dalam suatu masalah dapat dihindarkan, juga dilakukan konfirmasi
dengan nara sumber terhadap laporan hasil wawancara, sehingga apabila ada
kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada kekurangan ditambah dengan informasi
bam. Dengan demikian data yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksud oleh
nara sumber.
Dalam pemeriksaan keabsahan data, peneliti akan mempedomani juga
STPEND.dSpADA
KANTOR DINAS PE«AN
xwrKATKABUPATENDALAMRANGKA
PELAKSA^AA™BIJAKAN OTONOM! DAERAH
rstnrti Kasus Pada Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
TESIS
Diaiukan
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
uiajuKau uiitu
ctrasi Pendic
Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidi
Oleh:
GUN GUN MOCHAMAD DHARMADI
NUM. 009790
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pemtirrping I
Prnf DR. H. Tb. Abin Syamsuddfn Makmun, MA
Pembimbing II
*rof. DR. Moch. Idochi Anwar/M.Pd.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Adfciinistrasi Pendidikan
Program Pascasarjana Uni/ersftas Pendidikan Indonesia
Prof. DR. H. Tb. Abiin SvamSuddin Makmun. MA.
ABSTRACT
To be valid the institution number 22 - 1999 about local government and
the institution number 25 - 1999 about equilibnum of the central financial and
local have changed the important paradigm formal jundical in government and
development sector in Indonesia. In local autonomy era, kinds of the development
programs indeed the education planning sector was supported by democracy
principles, people activities, used the planning human resource potency that it is
owned by the local autonomy in the fact.
The real implication to be valid the local autonomy in education sector
overload to the changing of the education service organization structure, there is
organization function, resource cnanging, power, facility, financial and so on. All
the changing affected to the harmonious work, management, and how to take the
conclusion It can not be avoided is more urge the need for increasing the function
realization and planning action, they are short, medium, and long term are framed
by macro messo, and micro planning. The realization demanded to apply the
strategy principles as be written on the perspective, mission, and wise development
direction especially the education development sector on regency area.
By doing the local autonomy is hoped can develop all resaurce more
quickly at first, but it is not as easy as up side down arm, if it is thought empirical
there are many problems was found. One of them was important problem there
was useless the function ofthe management education planning system on regency
service in the real, the planning function has not been done professional and
comprehensive It is an influence from weak human resource quality that it is
owned. The affect it will bnng the influence to out put from the education aim it
self
Where is the education aim in local autonomy text, it should fulfil the
spreading demand and education chance extension for all the people, the coming
true of the quality service and result, there is suitable education product/out put
with people demand, and happened education product efficiently, it is education
produce can use the human resource to get the optimal productivity. All of the
function and demand are essential realization in the local education development
that must be supported by skillfor planning it.
So in reaction the development education system more and more complex,
the education official in local autonomy era is demanded do reonentation
restructure, and work management revitalization, to more effective efficient and
proportional.
ABSTRAK
Diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah secara yuridis formil telah membawa
perubahan paradigma yang cukup berarti dalam bidang pemenntahan dan
pembangunan di Indonesia. Dalam era otonomi daerah ini tampaknya berbagai
program-program pembangunan, termasuk di dalamnya perencanaan sektor
pendidikan menjadi lebih tertumpu pada prinsip-prinsip demokratisasi, peranserta
masyarakat, pemberdayaan potensi sumber daya perencanaan yang dimihki oleh
daerah otonomi.
Imphkasi nyata diberlakukannya otonomi daerah pada sektor pendidikan
meliputi antara lain terjadinya perubahan struktur kelembagaan dinas pendidikan,
adanya fungsi kelembagaan, perubahan sumber daya, tenaga, sarana, keuangan dan
Iain-lain Semua perubahan tersebut jelas berdampak pada harmomsasi kerja,
manajemen dan perubahan cara pengambilan keputusan. Yang tidak terelakkan
adalah lebih mendesaknya kebutuhan akan kesadaran tentang perlunya peningkatan
fungsi dan peran perencanaan, baik jangka pendek, menengah dan panjang, yang
dibingkai denean perencanaan makro, messo dan mikro. Kesadaran mi sekahgus
menuntut diterapkannya pnnsip-prinsip strategik, sebagaimana tertuang dalam
rumusan visi, misi dan arah kebijakasanaan pembangunan, khususnya
pembangunan di bidang pendidikan tingkat kabupaten.
Densan digulirkannya otonomi daerah ini, yang semula diharapkan dapat
lebih cepat"mengembangkan segala sumber dayanya, akan tetapi tidak semudah
membalikan tangan. Apabila dikaji secara empins di lapangan, masih banyak
ditemukan berbagai persoalan. Salah satu persoalan yang mendasar itu antara lain
kurang berdavanva fungsi manajemen sistem perencanaan pendidikan pada dinas
tingkat kabupaten. Pada kenyataannya fungsi perencanaan ini masih belum
ditangam secara profesional maupun secara komprehensif. Hal ini sebagai akibat
dan masih lemahnya kualitas sumber daya yang dimilikmya. Akibatnya akan
membawa dampak pula terhadap output dari tujuan pendidikan itu sendin.
Dimana tujuan pendidikan dalam konteks otonomi daerah itu hendaknya
memenuhi tuntutan akan pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan bagi
seluruh anseota masyarakat, terwujudnya layanan dan hasil yang bermutu, adanya
kesesuaian" antara produk/output pendidikan dengan tuntutan masyarakat, dan
terjadinya pengelolaan pendidikan yang efisien, yaitu pengelolaan pendidikan yang
dapat memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk mencapai produktivitas yang
optimal Semua fungsi dan tuntutan tersebut di atas merupakan bahan
pertimbangan pokok dalam pembangunan pendidikan daerah yang harus didukung
oleh kemampuan untuk merencanakannya
Oleh karena itu dalam menanggapi perkembangan sistem pendidikan yang
makin kompleks, Dinas Pendidikan pada era otonomi daerah dituntut untuk dapat
melaksanakan reorientasi, restrukturisasi dan revitalisasi manajemen kerja, agar
lebih efektif. efisien dan proporsional.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARPENGESAHAN
LEMBARPERNYATAAN
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
.!.
m
,v
V1
IV
ABSTRAK
ABSTRACT
x
XI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
xlV
xvl
PENDAHULUAN
]
A. Latar Belakang Masalah
7
B. Identifikasi Masalah
o
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
F. Kerangka Penelitian
BAB II
G. Sistematika Penulisan Tesis
14
STRATEGI PERENCANAAN PENDIDIKAN DALAM
KERANGKA OTONOMI DAERAH
17
A. Konsep Administrasi Pendidikan
B. Pendekatan Sistem Organisasi Pendidikan
C. Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah
1. Kebijakan Otonomi Daerah
21
26
2°
2. Desentralisasi Pendidikan
D. Konsep Strategi dan Pemberdayaan
29
E. Pendekatan Sistem Perencanaan Pendidikan
35
1. Pengertian Perencanaan Pendidikan
2. Fungsi Perencanaan Pendidikan
^~
J°
3. Jenis-jenis Perencanaan Pendidikan
4. Prinsip-prinsip Menyusun Rencana Yang Efektif
5 Tahapan Dalam Proses Perencanaan Pendidikan
XI
40
4j
44
F. Analisis Posisi Pendidikan (APP)
55
G. Indikator Penilaian
H. Tinjauan Empiris
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
70
A. Metode Penelitian
BAB IV
70
B. Subyek Penelitian
71
C. Pengumpulan Data
73
D. Langkah-langkah Penelitian
76
E. Analisis Data Penelitian
78
F. Validasi Temuan Penelitian
7Q
HASIL PENELITIAN
82
82
A. GambaranUmum
1. Administrasi Pemerintahan
2. Keadaan Geografi
82
°^
^
3. Demografi
4. Ekonomi
5. Sosial Budaya
°
7. Potret Pendidikan SD di Kabupaten Majalengka
92
6. Transportasi dan Komunikasi
^
104
B. Gambaran Khusus
1 Arah Kebijakan Pemenntah Daerah Dalam Pembangunan 104
2. Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka
3. Arah Kebijakan Dinas Pdan K
4. Sumber Daya Perencanaan Dinas Pdan K
^ Mekanisme Kerja Proses Perencanaan Dinas Pdan K
BAB V
^
115
118
POKOK-POKOK TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN
l29
A. Pokok-pokok Temuan Penelitian
1. Penjelasan Visi Kabupaten dan Dinas Pdan K
129
129
2. Penerapan Perencanaan Pada Dmas Pendidikan Tingkat
Kabupaten
3. Pemberdayaan Fungsi Perencanaan
xu
^
!-"
BAB VI
B. Pembahasan Temuan Penelitian
1. Profil Ekstemal Kantor Dmas Pdan K
2. Profil Internal Kantor Dinas Pdan K
l36
140
!46
KESIMPULAN, IMPLIKASl DAN REKOMENDASl
160
A. Kesimpulan
170
B. Implikasi
C. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
174
LAMPIRAN
Xlll
DAFTAR TABEL
Hal am an
Nomor
2-1
2-2
2-3
2-4
Standar Nilai Ideal Indikator Pemerataan Pendidikan SD/MI
Tahun 2000/2001
63
Standar Nilai Ideal Indikator Mutu dan Relevansi Pendidikan
SD/MI Tahun 2000/2001
64
Standar Nilai Ideal Indikator Manajemen Pendidikan SD/MI
Tahun 2000/2001
65
Indikator Penilaian Kelayakan Kinerja Sumber Daya Perencanaan
Organisasi Pendidikan
4-1
Luas Daerah Kabupaten Majalengka Menurut Penggunaan Lahan .
84
4-2
Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun
2001
85
4-3 Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Majalengka
86
4-4
Data Usia Kerja Penduduk Kabupaten Majalengka
87
4-5
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi Makro
88
4-6
Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Majalengka
88
4-7
Kondisi Jalan Kabupaten majalengka
90
4-8
APKdanAPMSD
92
4-9 AngkaMelanjutkanDanSDke SLTP
9j
4-10 Rasio Siswa Terhadap Sekolah, Kelas, dan Guru
9?
4-11 Angka Mengulang, Putus Sekolah, Kelulusan
97
4-12 Fasilitas Pendukung Belajar Pendidikan SD
99
4-13 Ruang Kelas Milik SD Menurut Kondisi
10°
4-14 Data Tenaga Teknis Pendidikan SD
101
4-15 Guru SD Menurut Kelayakan Mengajar
1°2
XIV
XT
Halaman
Nomor
4-16
Rata-rata NEM SD Tahun 2000/2001
4-17 Anggaran Pembangunan SDTA. 2001
XV
103
ll8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor
1-1
13
Kerangka Penelitian
2-1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
21
22
2-2
Sistem Orgamsasi
2-3
Skema Sistem Perencanaan Strategik
en
2-4 Proses Penetapan Sasaran Dalam Perencanaan Pendidikan
60
Strategis
4-1 Bagan Struktur Orgamsasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Majalengka
XVI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional
dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah dan berlanjut untuk
memacu peningkatan kemampuan nasional. Begitu pula pembangunan di bidang
pendidikan merupakan salah satu upaya bagian dan pembangunan nasional yang
bertujuan untuk memngkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
benman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
berkepribadian mandin, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, cerdas,
terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Oleh karena itu bidang pendidikan ini diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945 Bab XIII Pasal 31 yang menyatakan bahwa :
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran;
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa :
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang benman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Begitu pula dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999
tentang Pemenntahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Penmbangan Keuangan antara Pemenntah Pusat dan Daerah, sektor pendidikan
tampaknya mengalami perubahan yang cukup berarti. Penyusunan perencanaan
program pendidikan kini lebih bertumpu pada pnnsip-pnnsip demokratisasi,
peranserta masyarakat, pemberdayaan potensi sumber daya perencanaan yang
dimiliki oleh daerah otonomi. Upaya pemenntah untuk mewujudkan pembangunan
pendidikan tersebut dalam pelaksanaannya diperlukan perangkat tekms yang
mampu mendukung terhadap penyelenggaraan pendidikan itu sendin, baik dalam
hal perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasannya.
Berbicara masalah sistem perencanaan pendidikan, maka makna otonomi
dalam pembangunan sektor pendidikan adalah pembenan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggung jawab secara profesional untuk mengambil prakarsa dalam
merumuskan rencana pendidikan secara partisipatif, koordmatif dengan
memberdayakan segenap potensi sumber daya perencanaan yang dimiliki. Sumber
daya perencanaan dimaksud antara lain meliputi keberadaan unit perencanaan pada
struktur orgamsasi dinas pendidikan, kualifikasi tenaga perencana, mekanisme
penyusunan dan pemanfaatan data, mekanisme kerja dan dukungan sumber daya
keuangan.
Begitu pula Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka yang merupakan lembaga teknis edukatif dalam era otonomi daerah ini
perlu mengacu pada makna tersebut di atas, dimana dinas ini secara langsung
bertanggung jawab dalam masalah pendidikan di daerahnya, sehingga dituntut
untuk mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pendidikan secara
lebih profesional, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi kelembagaan tersebut, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka dituntut untuk selalu dinamis
mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap berbagai perubahan atau
pembaharuan dalam bidang pendidikan. Hal ini terkait erat dengan program-
program pembangunan dalam sektor pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam
PROPENAS 1999-2004 yang menegaskan adanya upaya pemerataan pendidikan,
penmgkatan kualitas pendidikan, serta perbaikan sistem manajemen pendidikan.
Sehubungan dengan pemerataan pendidikan, maka kegiatan-kegiatan pokok
yang diperlukan antara lain: adanya penmgkatan sarana dan prasarana pendidikan ;
adanya penerapan altematif pelayanan pendidikan khususnya bagi masyarakat yang
kurang beruntung ; adanya pelaksanaan revitalisasi sekolah-sekolah ; dan
penmgkatan peran serta masyarakat dalam berbagai program pendidikan.
Sehubungan dengan penmgkatan kualitas maka beberapa kegiatan pokok
adalah diupayakannya : penmgkatan kemampuan profesional dan kesejahteraan
guru serta tenaga kependidikan lainnya ; adanya penyusunan kurikulum yang
berbasis kompetensi dasar sesuai dengan kebutuhan dan potensi pembangunan
daerah ; adanya penmgkatan penyediaan, penggunaan dan perawatan sarana dan
prasarana pendidikan : penmgkatan efisiensi dan efektivitas proses belajar
mengajar melalm antara lain pemetaan sekolah ; serta adanya penmgkatan
pengawasan akuntabilitas kinerja kelembagaan sehingga peran dan tanggungjawab
sekolah. pemerintah daerah, termasuk lembaga legislatif dan masyarakat dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan makin nyata.
Sedangkan kegiatan-kegiatan pokok dalam rangka memperbaiki manajemen
pendidikan ini mencakup antara lain :pelaksanaan desentralisasi bidang pendidikan
secara bertahap, bijaksana dan profesional ; adanya pengembangan pola
penvelengaraan pendidikan yang mengacu pada manajemen berbasis sekolah ; dan
peningkatan peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
Oleh karena itu untuk menanggapi perkembangan sistem pendidikan yang
makin kompleks, maka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka
dituntut untuk dapat melaksanakan reorientasi, restrukturisasi dan revitalisasi
manajemen kerja, agar lebih efektif, efisien dan proporsional yang pada gilirannya
diharapkan dinamika kelembagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka dapat mengimbangi berbagai tantangan dan tuntutan di masa depan
yang tidak semakin ringan dan tidak sederhana, yang dapat dilihat pada indikator
perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada lingkungan internal maupun pada
lingkungan ekstemal.
Sejalan dengan itu untuk memberikan makna terhadap eksistensi
kelembagaan, khususnya pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka perlu dipikirkan adanya penentuan strategi serta gagasan untuk
memngkatkan kemampuan dalam pengelolaan administrasi pendidikan itu sendiri.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan kinerja tersebut salah satunya dengan
memberdayakan sumber daya yang ada, baik secara ekstemal maupun internal
untuk mencapai tujuan produktivitas pendidikan melalui kegiatan perencanaan.
Dengan pemberdayaan pada fungsi perencanaan ini memungkinkan lembaga itu
dapat menanggapi tuntutan-tuntutan pasar secara cepat, fleksibel. dan efisien.
Sehingga hasilnya diharapkan berkurangya pemborosan, penundaan dan kesalahan,
juga terbangunnya suatu tim kerja yang utuh, yaitu dengan sumber daya yang
dimanfaatkan secara penuh, baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
maupun biayanya. Begitu pula dengan adanya perencanaan yang baik akan tercipta
suatu landasan bagi pelaksanaan aktivitas-aktivitas manajerial atau aktivitasaktivitas administratif secara sistematis, dimana fungsi perencanaan itu sendiri
dalam suatu organisasi akan memberikan suatu sistem keputusan yang terintegrasi
dan merupakan "framework" (kerangka kerja) bagi aktivitas-aktivitas organisasi.
Dalam kerangka otonomi daerah atau desentralisasi pendidikan, sistem
perencanaan ini mutlak diperlukan bagi organisasi pengelola pendidikan, terlepas
dari apa, dan bagaimana ukuran, model serta bentuk organisasinya. Karena tanpa
perencanaan yang baik, suatu organisasi menjadi kurang mampu untuk mencapai
tujuan yang diharapkannya. Pengalaman menunjukkan bahwa tidak adanya suatu
perencanaan, menyebabkan antara lain : kurang terorganisimya kerjasama antar
pegawai; kurangnya memfungsikan personel secara efektif baik kuantitatif maupun
kualitatif; tidak mampunya mengantisipasi terhadap masalah-masalah yang akan
datang; tidak adanya sinkronisasi kebutuhan organisasi dan kebutuhan personel,
yang kesemuanya itu menyebabkan proses organisasi tidak berjalan dengan baik
yang pada gilirarmya menggagalkan pencapaian dari tujuan organisasi itu sendiri.
Sejalan dengan itu berbagai kelemahan dalam perencanaan. menurut
Bintoro Tjokroamidjojo, dalam bukunya Perencanaan Pembangunan (1992:53)
disebabkan oleh:
(l)Perencanaan di banyak negara bam berkembang seringkali lebih
merupakan dokumen politik mengenai cita-cita pembangunan yang
dikehendaki, tetapi bukan merupakan cetak biru bagi kegiatan-kegiatan
yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan
tertentu.
(2)Dibalik itu apabila mungkin dirumuskan suatu rencana yang teknisnya
cukup baik, kelemahannya adalah seringkali kurang mendapat dukungan
politik yang diperlukan.
(3)Kelemahan lain adalah seringkali terdapat kurang hubungan antara
penyusunan rencana dengan pelaksanaan rencana. Ini menyebabkan
rencana menjadi kurang feasible (kurang dapat dilaksanakan secara
teknis). Hal im bisa disebabkan karena perencana terlalu banyak bekerja
"di belakang meja".
(4)Banyak kelemahan rencana juga terjadi dalam bidang pilihan-pilihan
berbagai alternatif yang merupakan "trade offs" (menguntungkan bagi
yang satu, merugikan bagi yang lainnya).
(5)Kelemahan lainnya adalah kurangnya data-data statistik, informasi, hasilhasil riset dan survai untuk mendasari suatu perencanaan yang baik.
(6)Kelemahan lain dalam perencanaan di negara-negara berkembang, ialah
masih rendahnya penguasaan terhadap teknik-teknik perencanaan. Hal
ini disebabkan antara lain oleh karena masih kurangnya tenaga terdidik
dalam bidang tersebut.
Begitu pula kelemahan ini terjadi dalam sistem perencanaan pendidikan
khususnya pada kerangka otonomi daerah, dimana kelemahan tersebut antara lain
masih terdapatnya berbagai gejala masih rendahnya efisiensi dalam pengelolaan
administrasi pendidikan, temtama pada tingkat mezzo dan mikro, sehingga
mengakibatkan tidak efisien dan tidak efektifnya pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan. Kurang efisiennya kegiatan administrasi pendidikan tersebut, antara
lain tercermin dan lemahnya perencanaan infrastmktur yang mencakup
kelembagaan, ketenagaan, perlengkapan dan biaya pendukung ;
Adanya
beberapa
institusL organisasi
kelemahan
pendidikan
untuk
tersebut
di
atas
memberdayakan
menuntut
kembali
suatu
sistem
perencanaannya secara profesional agar mampu memperlihatkan hasil yang
diasosiasikannya, yaitu dengan perencanaan yang sistematis, terpadu, berkelanjutan
dan komprehensif menumt mekanisme dan prosedumya, sehingga dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien serta dapat dipertanggung jawabkan.
Terkait dengan strategi perencanaan dimaksud, maka diperlukan studi untuk
melihat lebih dekat bagaimana peran unit perencana dinas pendidikan dalam
menjalankan fungsi perencanaannya, baik dalam menyusun program-program
pendidikan, kemampuan tenaga perencana pendidikan, mekanisme penyusunan dan
pemanfaatan data pendidikan, mekanisme kerjasama serta dukungan sumber
keuangan. Oleh karena itu fungsi perencanaan ini memegang peranan yang sangat
penting sekali dalam manajemen sebuah organisasi, sehingga penulis tertank untuk
mengadakan penelitian yang berkaitan dengan strategi pemberdayaan fungsi
perencanaan pendidikan pada kantor dinas pendidikan tingkat kabupaten dalam
rangka pelaksanaan kebijakan otonomi daerah sekarang ini
B.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian im merupakan suatu tahap permulaan
dari penguasaan masalah dimana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat
kita kenali sebagai suatu masalah. Identifikasi im bertujuan untuk mendapatkan
sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul penelitian.
Dalam kaitan
dengan penelitian ini, maka identifikasi permasalahannya antara lain menyangkut
langkah-langkah yang semestinya dilakukan
dalam pemberdayaan fungsi
perencanaan pendidikan yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan tingkat
kabupaten dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sebagaimana kita ketahui
bahwa organisasi pendidikan dalam kerangka otonomi daerah ini sudah selayaknya
lebih terbuka dengan kemajuan-kemajuan yang ada. Manajemen dinas pendidikan
tingkat kabupaten seyogyanya menyelaraskan langkah pengembangannya dalam
kondisi yang semakin kompetitif terhadap tuntutan pemberdayaan sumber daya
'J&*?"'^:>
it v.
)
yang dimilikinya. Begitu pula dinas pendidikan ditutut untuk mengetahu^afȣari "*. :> //
yang menjadi peluang dan tantangan serta apakah yang menjadi kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya, karena itu pula dinas pendidikan dituntut untuk
mampu merencanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang
dimiliki oleh daerahnya, sehingga dengan perencanaan, organisasi akan lebih jelas
menentukan arah dan tujuannya. Dengan demikian pembahasan ini pada pokoknya
akan menjawab sekitar pertanyaan di atas.
C.
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini merupakan usaha untuk
menetapkan batasan-batasan dari masalah-masalah yang akan diteliti, dengan
tujuan untuk mengetahui ruang lingkup yang dilakukan dalam penelitian, sehingga
akan lebih terfokus.
Adapun yang menjadi batasan masalah ini antara lain
perencanaan yang dilakukan oleh unit perencana pada Kantor Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka dengan fokus pada Perencanaan
Pendidikan Sekolah Dasar dalam kerangka otonomi daerah tahun 2001.
D.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah ini merupakan penjabaran dan identifikasi masalah dan
pembatasan masalah. Dengan kata lain, pemmusan masalah ini mempakan
pertanvaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang diteliti.
Adapun vang menjadi rumusan masalahnya adalah -Bagaimanakah strategi
pemberdayaan fungsi perencanaan pendidikan pada Kantor Dinas Pendidikan
Tingkat Kabupaten dalam kerangka pelaksanaan kebijakan otonomi daerah".
Selanjutnya rumusan masalah ini dapat dijabarkan menjadi beberapa
pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:
(1) Apakah yang menjadi peluang dan tantangan lingkungan ekstemal Kantor
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka di lihat dan aspek
pemenntahan, geografi, demografi, ekonomi, sosial budaya, serta transportasi
dan komunikasi ?
(2) Apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan lingkungan internal Kantor
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka ?
(3) Strategi apakah yang mungkin digunakan dalam pemberdayaan fungsi
perencanaan pendidikan Sekolah Dasar pada Kantor Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Majalengka setelah berlakunya otonomi daerah ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Ingin memperoleh profil (gambaran lingkungan ekstemal) Kantor Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka di lihat dan aspek
pemerintahan, geografi, demografi, ekonomi, sosial budaya, serta transportasi
dan komunikasi.
(2) Ingin memperoleh profil (gambaran lingkungan internal) pada Kantor Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka ?
(3) Mencari altematif strategi yang mungkin digunakan dalam memberdayakan
fungsi perencanaan pendidikan Sekolah Dasar pada Kantor Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka setelah berlakunya otonomi daerah,
sehingga selaras dan terpadu serta relevan dengan kebutuhan
sesuai dengan perkembangannya.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dan penelitian im adalah sebagai berikut:
(1) Sebagai upaya untuk mengembangkan metodologi perencanaan dalam
aplikasinya di lapangan, sehingga diharapkan danat bermanfaat bagi upaya
menemukan altematif model perencanaan strategis pembangunan bidang
pendidikan, khususnya pada Dinas Pendidikan tingkat kabupaten, sehingga
selaras dan terpadu sesuai dengan kondisi internal dan ekstemal maupun
relevansinya dengan kebutuhan masyarakat Kabupaten Majalengka.
(2) Dapat menjelaskan secara empink pentingnya pemberdayaan fungsi
perencana bagi suatu unit organisasi.
(3) Memberikan sumbangan pemikiran dalam memberdayakan tenaga perencana
di unit/orgamsasi Dmas Pendidikan dan Kebudayaan dalam implementasinya
pada perencanaan pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Majalengka.
(4) Hasil ini dapat dijadikan mjukan bagi peneliti lain yang berminat pada objek
penelitian yang sama dengan kajian yang berbeda.
F. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian merupakan kerangka acuan yang menjadi landasan
pemikiran yang dipergunakan untuk membahas permasalahan penelitian. Landasan
pemikiran ini meliputi beberapa konsep bahasan pada penelitian yang akan
dilakukan, dimana kajian dalam penelitian ini yaitu menyangkut masalah strategi
11
perencanaan pendidikan pada Kantor Dinas Pendidikan tingkat kabupaten dalam
rangka pelaksanaan kebijakan otonomi daerah.
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dikembangkan dari beberapa
pemikiran, antara lain :
(1) Dinas Pendidikan Kabupaten mempakan unsur pelaksana pemerintah yang
mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan kewenangan otonomi daerah
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat pada bidang
pendidikan. Dalam menjalankan kewenangan tersebut, maka Dinas Pendidikan
dihadapkan pada tuntutan kualitas pelayanan yang baik terhadap bidang
pendidikan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang
semakin maju;
(2) Pada Kantor Dinas Pendidikan tingkat kabupaten terdapat unit atau bagian
perencanaan dan evaluasi. Bagian perencanaan dan evaluasi ini sangat penting
sekali, mengingat bahwa perencanaan berfungsi sebagai alat persiapan yang
matang untuk melaksanakan dan mengevaluasi suatu kegiatan dengan
pemanfaatan potensi sumber-sumber yang tersedia, baik manusia, sarana dan
prasarana, maupun pembiayaannya;
(3) Salah satu untuk mencapai keberhasilan manajemen tersebut dapat dilakukan
mulai dari pengelolaan perencanaannya, hal ini mengingat bahwa dengan
perencanaan yang baik akan tercipta suatu landasan yang baik bagi
pelaksanaan aktivitas-aktivitas manajerial atau aktivitas-aktivitas administratif
secara sistematis. Sedangkan tujuan dari pada fungsi perencanaan itu sendiri
dalam suatu organisasi ialah memberikan suatu sistem keputusan yang
terintegrasi dan merupakan "framework" (kerangka kerja) bagi aktivitasaktivitas organisasi;
(4) Namun demikian pada kenyataannya bahwa fungsi perencanaan pada Dinas
Pendidikan tingkat Kabupaten pada umumnya belum dilaksanakan secara
maksimal atau masih terdapat beberapa kendala atau kelemahan dalam
pelaksanaannya, hal ini nampak dari realita yang ada. Oleh karena itu perlu
diberdayakan kembali sesuai dengan prosedur yang sebenamya, sehingga
sistem perencanaan dapat memenuhi harapan yang diinginkan ;
(5) Dengan pemberdayaan ini memungkinkan organisasi-organisasi untuk
menanggapi pelanggan dan tuntutan pasar secara cepat, fieksibel, dan efisien,
sehingga hasilnya adalah berkurangnya pemborosan, dan terbangunnya suatu
tim kerja yang utuh dengan sumberdaya yang dimanfaatkan secara penuh,
yaitu membuat
mampu,
memperlancar, berkonsultasi,
bekerjasama,
membimbing dan mendukung, sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan;
(6) Kemudian fungsi perencanaan yang baikpun tidak terlepas dari pengamh
sumber daya perencanaan itu sendiri, baik secara ekstemal maupun secara
internal. Sedangkan mekanisme dalam sistem perencanaan itu sendiri antara
lain dapat dimulai dari pra perencanaan, penyusunan rencana, implementasi
rencana, serta evaluasi dan umpan balik.
Dari uraian di atas, secara integral pola penelitian atau kerangka penelitian
tersebut dapat digambarkan berikut ini :
Dinas Pendidikan
Kabuoaten
V
Bagian/Unit
Perencanaan
v
Fungsi Perencanaan
Pendidikan Dasar
Harapan
Realita
Lemahnya
tur yang
Adanya
infrastmk
mencakup
infrastmktur
yang
mencakup kelembaga
kelembagaan, ketenaga
an,
an, perlengkapan dan
biaya pendukung
ketenagaan,
per
lengkapan dan biaya
pendukung
Permasalahan
Strategi apa yang dilakukan untuk memberdayakan
fungsi perencanaan pendidikan SD. baik secara ekstemal
~maupun internal pada Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten dalam kerangka Otonomi Daerah
Sumber Daya
Perencanaan
Pemberdayaan
I
E
1. Membuat mampu
X
\
2. Memperlancar
T
T
Berkonsultasi
E
E
4. Bekerjasama
5. Membimbing
6. Mendukung
R
R
N
N
A
A
L
L
3.
peningkatan
Analisa Posisi (SWOT)
Altematif Strategi
Gambar 1.1 Kerangka Penelitian
14
G. Sistematika Penulisan Tesis
Laporan tesis mi disusun terdiri dan enam bab, secara singkat sistematika
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Bab Pertama : Pendahuluan, di dalam bab ini dibahas mengenai : a) Latar
Belakang Masalah yaitu yang memaparkan beberapa alasan mengapa penelitian ini
dilakukan; b) Identifikasi Masalah yaitu bertujuan untuk mendapatkan sejumlah
masalah yang berhubungan dengan judul penelitian; c) Pembatasan Masalah yaitu
menetapkan batasan-batasan dan masalah-masalah yang akan diteliti;
d) Pemmusan yaitu beberapa masalah yang ada dirumuskan ke dalam satu masalah
dengan batasan-batasannya, yang kemudian dijabarkan dalam tiga pertanyaan yang
perlu dijawab; e) Tujuan dan Manfaat Penelitian yaitu memuat pentingnya tujuan
dan manfaat penelitian yang dilakukan, baik bagi pihak-pihak yang terkait dalam
perencanaan pendidikan maupun bagi para peneliti pada bidang perencanaan
pendidikan; f) Kerangka Penelitian yaitu yang memuat alur pikir yang dilakukan
dalam penelitian; dan e) Sistematika Penulisan Tesis yaitu yang menjelaskan
urutan secara sistematis mengenai laporan penelitian.
Bab Kedua : Bab ini menguraikan konsep-konsep secara teontis yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, antara lain meliputi : a) Konsep
Administrasi Pendidikan; b) Pendekatan Sistem Organisasi Pendidikan;
c) Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah yang menguraikan mengenai
Kebijakan Otonomi Daerah dan implikasinya dalam Desentralisasi Pendidikan ;
d) Konsep strategi dan Pemberdayaan ; e) Pendekatan Sistem Perencanaan
Pendidikan yang memuat mengenai pengertian, fungsi, jems. prinsip-prinsip
menyusun rencana yang efektif, serta tahapan dalam perencanaan pendidikan ;
15
f) Analisis Posisi Pendidikan yaitu yang menjelaskan bagaimana posisi atau potret
pendidikan yang ada; g) Indikator Penilaian; dan h) Tinjauan Empins yaitu yang
memuat kajian peneliti terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian yang
dilakukan.
Bab Ketiga : Metodologi penelitian yaitu yang menjelaskan tentang
mekanisme yang ditempuh dalam melakukan penelitian, baik mengenai metode
penelitian, subyek penelitian, teknik atau cara pengumpulan data. Sedangkan
langkah-langkah penelitian ini terdiri dari tahap orientasi, tahap eksplorasi maupun
tahap member chek. Selanjutnya dalam bab ini diuraikan pula mengenai analisis
data penelitian yang menguraikan tentang proses penyusunan data yang ditafsirkan,
kemudian diuraikan pula mengenai validasi temuan penelitian yang bensi
mengenai teknik pemeriksaan tingkat kepercayaan dari hasil penelitian yang
dilakukan, baik secara kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas maupun secara
konfirmabilitas.
Bab Keempat : Hasil Penelitian, yaitu yang membahas mengenai hasil
temuan penelitian dari lapangan, dimana temuan tersebut dibagi ke dalam dua
bagian yaitu gambaran umum dan gambaran khusus yang mengambarkan profil
ekstemal dinas pendidikan dan yang mengambarkan profil internal dinas
pendidikan.
Bab Keiima : Pokok-pokok Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian,
dimana bagian ini secara khusus membahas masalah konsepsi pokok-pokok
pennng dari hasil penelitian dan kemudian disertai pembahasannya, baik yang
berkaitan dengan kondisi ekstemal maupun dengan kondisi internal.
16
Dan data tersebut kemudian dianalisis serta dihubungkan dengan konsep atau teori
yang dimuat dalam bab sebelumnya.
Bab Keenam : yaitu mempakan bab yang terakhir yang berisikan
kesimpulan, implikasi dan rekomendasi dari hasil kajian bab-bab sebelumnya.
3-* [ i At _ „S t* ,5*-*
'
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis tidak bermaksud untuk mengungkapkan
hubungan antar vanabel melalui studi korelasi atau regresi untuk menguji hipotesis
tertentu. Namun pada penelitian ini penulis berusaha untuk melakukan eksplorasi
dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui
komunikasi yang intensif dengan sumber data. Oleh karena itu metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.
Dalam penelitian ini penulis bemsaha untuk mendeskripsi dan
menginterpretasikan perisitiwa atau kejadian yang ada dari kegiatan unit atau
organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka dalam
menjalankan fungsi perencanaan pendidikan Sekolah Dasar pada kerangka
pelaksanaan kebijakan otonomi daerah.
Sebagaimana menumt Nana Sudjana (1989:64) bahwa "metode penelitian
deskriptif ini adalah penelitian yang bemsaha mendeskripsikan suatu gejala,
penstiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang". Dengan perkataan lain,
penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Sejalan dengan itu menumt Winamo Surakhmad (1990: 140) bahwa metode
deskriptif ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.
70
i '
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kerriudian
dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode anahtik) ^ ^
Sedangkan pendekatan kualitatif tidak sekadar teknik pengumpulan data,
tetapi merupakan cara pendekatan terhadap dunia empiris yang diarahkan pada
usaha menguasai pada teon-teori dasar penelitian yang bersifat deskriptif, dengan
mementingkan penguasaan proses penelitian, dengan membatasi studi pada fokus
kajian, menentukan kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian,
sehingga bisa diterima serta dibenarkan oleh kedua belah pihak, yaitu pihak peneliti
dan yang diteliti (responden).
Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif ini sebagaimana yang dikemukakan
Nana Sudjana (1989:197) ada lima ciri pokok dari penelitian kualitatif.
(a) Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber
data langsung.
(b) Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik.
(c) Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil.
(d) Penelitian kualitatif sifatnya induktif.
(e) Penelitian kualitatif mengutamakan makna.
Dari ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai
dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan
lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik makna dan konsepnya,
melalui pemaparan deskriptik analitik, tanpa menggunakan enumerasi dan statistik,
sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dan tingkah laku
dalam situasi alami.
B. Subyek Penelitian
Subyek atau responden utama dalam penelitian ini menggunakan sampel
bertujuan tidak menggunakan sampel acak, yaitu mereka yang terlibat atau pihak-
72
pihak yang terkait dalam perencanaan pendidikan Sekolah Dasar di lingkungan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka. Sebagaimana menurut
Nasution (1992:132) "penentuan subyek penelitian atau responden dalam penelitian
kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (Purposive sampling)",
atau disebut juga judmental sampling yaitu dengan mengambil orang-orang
terpilih betul oleh peneliti menumt ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel yang
relevan dengan desain penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti
berusaha memperoleh sampel atau wakil-wakil dan segala lapisan populasi yang
memiliki ciri-cin esensial dan populasi sehingga dapat dianggap cukup
representatif atau dengan kata lain penentuan personil sampel didasarkan atas
pertimbangan atau judgment peneliti.
Berkaitan dengan itu menumt Moleong (1998 : 165) cin-ciri sampel
bertujuan yaitu:
1. Sampel tidak dapat ditentukan atau ditank lebih dahulu;
2. Pemilihan sampel secara berurutan untuk memperoleh informasi yang
telah diperoleh lebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau ada
kesenjangan informasi;
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada awalnya sampel dianggap
sama, kemudian informasi mengembang dan makin meluas, sehingga
sampel dipilih berdasarkan fokus kajian;
4. Pemilihan dan penarikan sampel akan berakhir jika sudah mulai terjadi
pengulangan informasi atau sudah terjadi ketuntasan atau kejenuhan dan
tidak diperoleh tambahan informasi yang berarti.
Jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya, tetapi yang peneliti anggap
penting adalah asumsi bahwa konteks lebih penting dan jumlah. Besarnya sampel
tergantung pada perolehan informasi yang diberikan responden. Sehingga para
stakeholder yang dipilih adalah mereka yang diharapkan akan memberikan data
dan informasi yang diperlukan untuk penelitian.
73
C. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Ketiga teknik im
digunakan untuk memperoleh informasi serta saling melengkapi. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan kisi-kisi atau instrumen penelitian sebagai pedoman
dalam rangka untuk memperoleh data yang diperlukan.
Adapun teknik-teknik pengumpulan data tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-
gejala yang diteliti. Dalam Husaim Usman, dkk. (1998 : 54) Observasi menjadi
salah satu teknik pengumpulan data apabila : "(1) sesuai dengan tujuan penelitian,
(2) direncanakan dan dicatat secara sistematis, dan (3) dapat dikontrol
keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya)".
Berkaitan dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data digunakan
dengan tujuan untuk memperoleh data secara langsung terhadap obyek penelitian
temtama yang berkaitan dengan berbagai kegiatan proses perencanaan pendidikan
yang dilaksanakan pada Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka.
Oleh karena itu observasi ini dilakukan pula sejak sebelum
wawancara dilakukan, dimana observasi awal im dilakukan dalam rangka
melengkapi bahan-bahan wawancara dan studi dokumentasi.
Sebagaimana yang dikemukakan John W.Best dalam Research In Education
(1977) 'sebagai alat pengumpul data, observasi-langsung akan memberikan
74
sumbangan yang sangat penting dalam penelitian deskriptif. Jenis-jenis informasi
tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti'
(Sanafiah Faisal, dkk., 1982 : 204).
b.
Wawancara
Kegunaan wawancara ini adalah (1) untuk mendapatkan data ditangan
pertama (pimer), (2) sebagai pelengkap teknik pengumpulan data lainnya (selain
dari teknik observasi di atas), dan juga (3) untuk menguji hasil pengumpulan data
lainnya. Selain itu kegunaan wawancara disini yaitu sebagai alat pengumpul data
yang bermaksud untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati
responden. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara yang dibuat berdasarkan kisi-kisi pengumpulan
data, dimana pedoman ini dibuat dan dimmuskan dalam bentuk terbuka yang
dilakukan pada personil yang terlibat dalam sistem perencanaan pendidikan
Sekolah Dasar di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Majalengka.
Sebagaimana dikemukakan John W.Best dalam Research In Education
(1977) 'melalui teknik wawancara, peneliti bisa merangsang responden agar
memiliki wawasan pengalaman yang lebih luas'. Dengan wawancara juga, peneliti
dapat menggali soal-soal penting yang belum terpikirkan dalam rencana
penelitiannya. Kemudian wawancara juga berguna (Sanafiah Faisal, dkk., 1982 ;
Husaini Usman, dkk., 1998) untuk : (1) mendapatkan data di tangan pertama
(primer), (2) pelengkap teknik pngumpulan data lainnya, (3) menguji hasil
pengumpulan data lainnya.
75
c.
Studi Dokumentasi
Selain dengan menggunakan teknik-teknik di atas, yaitu melalui observasi
dan wawancara juga digunakan teknik studi dokumentasi. Studi ini dilakukan
dengan mempelajari berbagai dokumen yang berhubungan dengan proses
penyusunan perencanaan pendidikan, baik bempa pemndang-undangan, peraturan
pemerintah maupun petunjuk-petunjuk pelaksanaan penyusunan perencanaan
pendidikan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi terkait. Dengan teknik ini
diharapkan dapat diperoleh data-data tertulis, baik bempa dokumen-dokumen, fotofoto, rekaman pembicaraan selama rapat-rapat, notula rapat maupun yang lainnya.
Sejalan dengan itu Suharsimi Arikunto dalam Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek (1998 : 236) mengemukakan "penggunaan metode
dokumentasi tidak kalah pentingnya dari metode-metode lainnya", yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang bempa catatan-catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instmmen pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti
sendiri, dimana peneliti bemsaha untuk memperlancar dan mengarahkan proses
pengumpulan data melalui pedoman wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Husaini Usman, dkk. dalam
Metodologi Penelitian Sosial, bahwa alat pengumpul data atau instrumen penelitian
dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendin (peneliti mempakan key
instrument).
Adapun teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah
observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan "teknik angket
76
dalam penelitian kualitatif"ini biasanya tidak digunakan dalam pengumpulan data.
(Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, 1998 ; 81).
Melalui penyusunan serangkaian pedoman dalam rangka pengumpulan data
ini peneliti melengkapi diri pula dengan buku catatan, tape recorder dan kamera.
Peralatan tersebut digunakan untuk dapat merekam informasi verbal maupun non
verbal selengkap mungkin.
Sebagaimana Bogdan dan Biklen (1982 : 73)
mengemukakan bahwa "keberhasilan suatu penelitian naturalistik atau kualitatif
tergantung kepada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang
disusun peneliti". Oleh karena itu penulis mencoba merekonstruksikan sendiri
instmmen penelitian ini dan sekaligus melakukan judgment yang digunakan
sebagai acuan global sebagaimana terlampir.
D. Langkah-langkah Penelitian
Ada beberapa sumber yang menjelaskan tahap-tahap dalam penelitian
kualitatif. Sumber-sumber itu antara lain sebagaimana yang dikemukakan oleh
Bogdan dalam Moleong, (1998), ada tiga tahapan, yaitu "(1) pra-lapangan, (2)
kegiatan lapangan, dan (3) analisis intensif. Sejalan dengan itu menumt Nasution
(1992 : 33) ada "tiga tahapan dalam penelitian kualitatif. Tahapan penelitian itu
adalah, tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member chek".
Secara garis besar tahapan tersebut dalam penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Tahap ini mempakan tahap persiapan dalam penelitian dengan menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
77
a. Persiapan kelengkapan administrasi penelitian, baik berupa surat pengantar
maupun surat-surat ijin penelitian.
b. Penyempumaan desain penelitian, perbaikan pedoman wawancara dan
observasi, serta mengkonsultasikannya dengan dosen pembimbing.
c. Melakukan pendekatan dengan dinas mstansi terkait yang diharapkan dapat
memberikan informasi awal tentang proses penyusunan perencanaan serta
mencari gambaran awal tentang lokasi penelitian.
d. Menghubungi para responden dan membuat kesepakatan waktu mengadakan
studi wawancara, observasi maupun studi dokumentasi.
2. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi ini mempakan tahapan pelaksanaan penelitian yang
sesungguhnya dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi yang
telah dirancang sebelumnya, yaitu melalui kegiatan wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi.
Tahap ini dilaksanakan sebagai berikut:
Pertama, wawancara dilakukan kepada responden yang terlibat langsung
dalam proses perencanaan di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
Kedua, peneliti melakukan observasi langsung terhadap pelaksanaan proses
penyusunan perencanaan, baik selama persiapan maupun dalam pelaksanaannya.
Ketiga, peneliti melakukan studi dokumentasi terhadap berbagai hal yang
berhubungan dengan peraturan tentang perencanaan pendidikan bempa surat-surat
keputusan, undangan rapat, notula rapat, dan surat keputusan pengesahan proyekproyek.
78
3. Tahap Member Chek
Tahap ini mempakan tahap untuk memperoleh keabsahan dan kepercayaan
data dan informasi yang peneliti peroleh melalui wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Peneliti berusaha mengkonfirmasikan data dan informasi yang telah
diterima dengan pihak pemberi informasi (subyek penelitian) untuk meminta
persetujuan dengan
memberikan kewenangan kepada responden untuk
mengoreksi7menambah atau memperjelas informasi terlebih dahulu. Pengecekan
informasi ini dilakukan setiap saat selesai melakukan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi ataupun studi dokumentasi.
E.
Analisis Data Penelitian
Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Data dan
informasi yang telah diperoleh peneliti dianalisis dan diinterpretasikan secara terns
menems mulai dari awal sampai akhir penelitian. Analisis dan interpretasi data
memjuk kepada landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Prosedur analisis data atas dasar tiga tahapan sesuai yang disarankan
Nasution (1992), yakni Pertama, reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali
keseluruhan catatan dan rekaman lapangan yang diperoleh melalui wawancara,
observasi dan
studi dokumentasi.
Kedua,
display data yaitu dengan
mensistematisasikan pokok-pokok informasi dengan tema dan polanya. Pola yang
nampak ditarik sebagai suatu kesimpulan, sehingga data dan informasi yang
dikumpulkan akan bermakna. Ketiga, mengambil kesimpulan dan verifikasi atas
rangkuman data dan informasi yang nampak dalam display, sehingga bermakna.
Karena kesimpulan awal biasanya tentatif, maka agar kesimpulan semakin mantap,
79
dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung dan kesimpulan akan lebih
grounded.
F.
Validasi Temuan Penelitian
Menurut Nasution (1992:148-152) dan Moleong (1998:173) bahwa untuk
menetapkan keabsahan (thrutworthiness) diperlukan teknik pemeriksaan atau
pengujian dan bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh
kriteria-kriteria : (1) Kredibilitas atau derajat kepercayaan (validitas internal), (2)
Transferabilitas atau keteralihan (validitas ekstemal), (3) Dependabilitas atau
kebergantungan (reabilitas) dan (4) Konfirmabilitas atau kepastian (objektifitas).
1. Kredibilitas
Kredibilitas atau derajat kepercayaan mempakan salah satu ukuran tentang
kebenaran data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini bermaksud untuk
menggambarkan kecocokan konsep penelitian dengan konsep yang ada pada
responden. Untuk mencapai hal tersebut dalam penelitian ini dilakukan antara lain:
a. Trianggulasi, yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan dengan
data dari sumber lainnya.
b. Pembicaraan dengan kolega (Peer debriefing), hal ini peneliti membahas
catatan-catatan lapangan dengan kolega, teman sejawat yang mempunyai
kompetensi tertentu.
c. Penggunaan bahan referensi digunakan untuk mengamankan berbagai informasi
yang didapat dari lapangan, dalam kaitannya ini penulis memanfaatkan
kegunaan tape recorder untuk merekan hasil wawancara.
80
d. Mengadakan member chek, setiap akhir wawancara atau pembahasan suatu
topik diusahakan untuk menyimpulkan secara bersama sehingga perbedaan
persepsi dalam suatu masalah dapat dihindarkan, juga dilakukan konfirmasi
dengan nara sumber terhadap laporan hasil wawancara, sehingga apabila ada
kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada kekurangan ditambah dengan informasi
bam. Dengan demikian data yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksud oleh
nara sumber.
Dalam pemeriksaan keabsahan data, peneliti akan mempedomani juga