Teologi kaum marginal di Asia menurut Choan Seng Song dan relevansinya bagi dunia zaman sekarang.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

TEO
TEOLOGI KAUM MARGINAL DI ASIA
MENURUT CHOAN SENG SONG
DAN RELEVANSINYA BAGI DUNIA ZAMAN SEKARANG

SKRIPSI

Oleh:
YULINI RISKA
NIM: 096114059

PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI
JURUSAN TEOLOGI – FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

TEO
TEOLOGI KAUM MARGINAL DI ASIA
MENURUT CHOAN SENG SONG
DAN RELEVANSINYA BAGI DUNIA ZAMAN SEKARANG

SKRIPSI

Oleh:
YULINI RISKA
NIM: 096114059


PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI
JURUSAN TEOLOGI – FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

TEO

TEOLOGI KAUM MARGINAL DI ASIA
MENURUT CHOAN SENG SONG
DAN RELEVANSINYA BAGI DUNIA ZAMAN SEKARANG


SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
Program Studi Ilmu Teologi

Oleh:
YULINI RISKA
NIM: 096114059

PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI
JURUSAN TEOLOGI – FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Bahwa kehidupan ini pendek
tidaklah membatasi kita
untuk mengalami kehidupan yang panjang (abadi)…

Saya persembahkan untuk Mama dan kedua abang
serta Alm. Papaku
Sumber dan dasar inspirasi hidupku
Cinta Tuhan kurasakan (fühle) dan kualami (erlebe)
Dalam keluarga yang mencintai dan yang kucintai;
You are the reason I believe in love.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN MENGENAI KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi yang berjudul:
TEOLOGI KAUM MARGINAL DI ASIA
MENURUT CHOAN SENG SONG
DAN RELEVANSINYA BAGI DUNIA ZAMAN SEKARANG
Tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Asia merupakan benua yang ditandai dengan pluralitas baik agama maupun
budaya. Realitas ini telah memberikan sumbangan yang besar bagi sejarah dunia.
Tetapi di tengah kekayaan bangsa Asia tersebut, kemiskinan masih merajalela.
Kemiskinan mewarnai wajah hampir setiap negara Asia. Hal itu masih diperparah
lagi oleh adanya marginalisasi. Korbannya adalah kaum miskin dan kaum
perempuan. Marginalisasi terhadap dua kelompok ini merajalela di mana-mana.
Di tengah situasi yang demikian, para teolog hadir dan berbicara tentang Yesus
dan kerajaan yang diwartakanNya. Choan Seng Song adalah salah satu dari para
teolog Asia tersebut. Bagaimanakah ciri khas Yesus dan Kerajaan Allah yang

ditampilkan Choan Seng Song?
Choan Seng Song pun mengembangkan teologi kaum marginal. Dalam
teologinya ini ia juga menyadarkan semua pihak, baik teolog maupun kaum
marginal bahwa Yesus dan kerajaan yang diwartakanNya hadir di tengah-tengah
kaum marginal. Yesus tidak menjauhi tetapi berjuang bersama mereka.
Perumpamaan Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi dan bagaikan ragi, bagi Choan
Seng Song merupakan tanda bahwa kaum marginal memiliki kekuatan yang
bersumber dari Yesus untuk berjuang melawan marginalisasi. Choan Seng Song
menggunakan metode narasi dalam berteologi.
Teologi kaum marginal itu pun masih relevan hingga saat ini. Relevansi itu
tampak dalam perjuangan melawan marginalisasi terhadap kaum perempuan,
kaum difabel, kaum miskin, kaum migran dan pengungsi. Dengan teologi kaum
marginal ini pun, Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia diharapkan memberi
perhatian pada kaum marginal, sejalan dengan spiritualitas yang dihayati
kongregasi.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Asia is a continent where pluralism in terms of religions and cultures take
place. This reality has given challenges for the world in general and the Church in
particular. In the context of pluralism, however, poverty is still rampant. Poverty
becomes a big challenge to almost all the countries in Asia. It becomes worse due
to the presence of marginalization. The victims are finally related to the poor and
women. The marginalization of these two groups, in fact appears clearly
everywhere.
In this situation, some theologians are challenged to reflect on it by referring to
the work and the word of Jesus on the Kingdom of God. One of them is Choan
Seng Song. How is then idea of Jesus and the Kingdom of God as developed by
Choan Seng Song for the Church of Asia?
Choan Seng Song develops the Theology of Marginalized People. In his
theology, he wants to make both theologians and marginalized people aware that

Jesus and the Kingdom of God are present in the midst of the marginalized
people. Jesus doesn’t abandon them, but is still keeping struggle with them. This
corresponds to the parable mentioned in the Gospel in relation to the Kingdom of
God as a mustard seed or the yeast. For Choan Seng Song, it is a sign that the
marginalized people have their strength coming from Jesus to fight against
marginalization. In this matter Choan Seng Song uses a narrative method to build
his theology.
Theology of the Marginalized People is thus still relevant for us today. Its
relevance can be seen in our attempt to fight against the marginalization of the
women, the disabled, the poor, the migrants and the refugees. Inspired by Choan
Seng Song, the Franciscan Sisters of the Congregation of Saint Lucia is expected
to take care of the poor. Moreover, they must work and serve the poor, in line with
their spirituality.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Terpujilah Tuhan Allah Yang Mahakuasa karena anugerah kebaikan-Nya yang
sungguh penulis rasakan dan alami selama proses penulisan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa Tuhan sungguh membantu penulis dalam penyelesaian skripsi
ini. Penulis juga mendapatkan banyak pengalaman bernilai selama penulisan
skripsi ini. Pengalaman itu mengarahkan penulis untuk semakin terbuka kepada
Allah, sumber dan dasar kehidupan ini.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi tuntutan akademis dalam rangka
menyelesaikan program Strata Satu (S-1) Teologi, di Fakultas Teologi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis memilih tema teologi kaum marginal
menurut pemikiran Choan Seng Song. Penulis meyakini bahwa teologi kaum
marginal Choan Seng Song dapat membantu merefleksikan pengalaman
keterlibatan Allah dalam kehidupan kaum marginal. Refleksi itulah yang
diharapkan mampu menjadi penggerak bagi mereka untuk keluar dari situasi
marginalisasi tersebut. Penulis juga mencoba memberikan suatu titik temu antara
teologi kaum marginal Choan Seng Song dengan spiritualitas tangan terbuka yang
dihayati oleh Sr. Lusia Dierckx, pendiri Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia
(KSFL). Semangat ‘tangan terbuka’ yang dihayati Sr. Lusia Dierckx dahulu kini
dihidupi dalam konteks yang baru dengan pendasaran teologis pada teologi kaum
marginal Choan Seng Song.
Penulis mendapat begitu banyak bantuan maupun tuntunan dari banyak pihak
dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang terdalam,
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.

Rm. Dr. Matheus Purwatma, Pr selaku pembimbing utama, yang penuh
kesabaran menuntun serta memberi ide yang berharga mulai dari awal
penulisan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

2.

Rm. Dr. Mateus Mali, CSsR selaku penguji kedua yang telah dengan teliti
memberikan koreksi dan masukkan untuk perbaikan tulisan ini.

3.

Rm. Dr. Fl. Hasto Rosariyanto, SJ sebagai pembimbing akademik, yang
memberi pendampingan selama penulis studi di fakultas ini.
ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.

Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) yang saat ini dipimpin
oleh Sr. Adelberta, KSFL yang telah memberi kesempatan kepada penulis
untuk belajar di fakultas ini; formator dan sekaligus pembimbing rohani
yakni secara khusus Sr. Veronika, KSFL dan Sr. Huberta, KSFL sebagai
pimpinan komunitas studi Yogyakarta dan semua saudari sekongregasi yang
telah memberi dukungan penuh persaudaraan kepada penulis.

5.

Para dosen Fakultas Teologi Wedabhakti di Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta yang telah menanamkan aneka nilai kepada saya lewat disiplin
ilmu yang mereka sajikan di bangku perkuliahan; para petugas perpustakaan
dan sekretariat yang dengan baik hati membantu saya dalam peminjaman
buku dan urusan administrasi.

6.

Orang tua dan kedua abang saya yang sungguh mencintai, mengapresiasi
serta memberi dedikasi kepada saya dalam menapaki perjalanan hidup ini;
seorang sahabat yang dengan caranya sendiri sungguh menyemangati saya.
“Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau
dalam doaku” (Filemon 1:4).

7.

Saudara OFM yang dengan kerelaannya membantu saya dalam penulisan
skripsi ini.

8.

Semua teman-teman angkatan penulis di fakultas teologi ini.
Akhir kata dengan rendah hati, saya menyadari bahwa skripsi ini belum sangat

sempurna. Seperti yang dikatakan Heinrich Heine (1797-1856), penyair Jerman,
“Kata-kata yang diucapkan atau ditulis bukan lagi milik yang mengucapkannya”,
maka kritik dan saran (animo deliberatio) senantiasa saya terima dengan hati
terbuka.

Yogyakarta, April 2013

Yulini Riska

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT .....................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1

Latar Belakang Pemilihan Tema ............................................................ 1

1.2

Konteks Permasalahan ........................................................................... 10

1.3

Rumusan Masalah ................................................................................. 11

1.4

Tujuan Penulisan ................................................................................... 12

1.5

Metodologi Penulisan ............................................................................ 12

1.6

Sistematika Penulisan ............................................................................ 13

BAB II MENGENAL CHOAN SENG SONG .................................................. 15
2.1

Pengantar .............................................................................................. 15

2.2

Riwayat Hidup Choan Seng Song dan Karya-karyanya .......................... 15

2.3

Latar Belakang Teologi Choan Seng Song ............................................. 21

2.3.1 Pengaruh Teologi Barat ......................................................................... 22
2.3.2 Pengaruh Teologi Pembebasan .............................................................. 25
2.4

Cara dan Tema-Tema Umum Teologi Choan Seng Song ....................... 29

2.4.1 Teologi Narasi ....................................................................................... 30
2.4.2 Misi Kristen ........................................................................................... 32
2.4.3 Dialog Antar-umat Beragama ................................................................ 34

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.4.4 Rahim-Asia ........................................................................................... 36
2.5

Rangkuman ........................................................................................... 39

BAB III TEOLOGI KAUM MARGINAL MENURUT CHOAN SENG ........... 40
3.1

Pengantar .............................................................................................. 40

3.2

Siapa Kaum Marginal ............................................................................ 40

3.2.1 Kaum Miskin ......................................................................................... 41
3.2.2 Kaum Perempuan .................................................................................. 48
3.3

Akar Marginalisasi ................................................................................ 54

3.4

Allah yang Memerintah di Antara Kaum Marginal ................................ 58

3.4.1 Bagaikan Biji Sesawi ............................................................................. 61
3.4.2 Bagaikan Ragi ....................................................................................... 64
3.5

Suatu Kenyataan: Pemiskinan dan Perendahan ...................................... 68

3.6

Teologi Kaum Marginal: Sebuah Ajakan untuk Berjuang ...................... 70

3.7

Rangkuman ........................................................................................... 72

BAB IV RELEVANSI PEMIKIRAN TEOLOGI KAUM MARGINAL CHOAN
SENG SONG BAGI ORANG KRISTEN ZAMAN SEKARANG
KHUSUSNYA TAREKAT RELIGIUS KSFL ...................................... 74
4.1

Pengantar .............................................................................................. 74

4.2

Memperjuangkan Hak Kaum Marginal ................................................. 74

a) Kaum Difabel ........................................................................................ 75
b) Kaum perempuan .................................................................................. 76
c) Migran dan Pengungsi ........................................................................... 77
d) Kaum Miskin ......................................................................................... 77
4.3

Dialog dengan agama lain ...................................................................... 81

4.4

Penghargaan pada Kebudayaan (Kearifan) Lokal ................................... 85

4.5

Rangkuman ........................................................................................... 88

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 91
5.1

Kesimpulan ........................................................................................... 91

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5.2

Tanggapan Penulis ................................................................................ 94

5.3

Saran ..................................................................................................... 96

5.3.1 Kepada Pemerintah ................................................................................ 96
5.3.2 Kepada Gereja ....................................................................................... 96
5.3.3 Kepada Tarekat KSFL ........................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A.

Dokumen

LG

: Lumen Gentium: Konstitusi Dogmatis tentang Gereja

GS

: Gaudium et Spes: Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia dewasa
ini

SC

: Sacrosanctum Concilium: Konstitusi Dogmatis tentang Liturgi Suci

NA

: Nostra Aetate: Pernyataan tentang hubungan Gereja dengan agamagama bukan Kristen

FABC

: Federation of Asian Bishops’ Conferences

KSFL

: Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia

Was

: Wasiat Santo Fransiskus Asisi

ADB

: Asian Development Bank

AngBul : Anggaran Dasar yang diteguhkan dengan Bulla
AngTBul : Anggaran Dasar Tanpa Bulla

B.

Istilah-istilah Umum

art.

: artikel

Ma t

: Matius

Mrk

: Markus

Luk

: Lukas

Tim

: Timotius

Flp

: Filipi

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pemilihan Tema

Sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial atau
menurut istilah Aristoteles disebut zoon politicon. Pernyataan ini membawa pada
pemahaman bahwa manusia selalu ada pada suatu hubungan timbal balik dengan
manusia yang lainnya. Tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Bentuk-bentuk hubungan sosial manusia itu pun selalu berkembang
dari waktu ke waktu. Misalnya bentuk hubungan sosial masyarakat pra tulisan
pasti berbeda dengan bentuk hubungan sosial masyarakat dunia saat ini. Bila
ditelusuri lebih jauh, perkembangan itu terjadi berkat perkembangan pola pikir
manusia itu sendiri.
Perkembangan ini sekarang lebih dikenal dengan istilah globalisasi. Kata
globalisasi berarti proses masuknya ke ruang lingkup dunia1. Proses globalisasi ini
telah merasuk semua sendi kehidupan manusia. Di satu sisi, globalisasi itu

1

Akar kata globalisasi adalah global memiliki dua arti yakni: (1) Secara umum dan keseluruhan;
secara bulat; secara garis besar; (2) Bersangkutpaut; mengenai; meliputi seluruh dunia.
Mengglobal artinya meluas ke seluruh dunia; mendunia. Departemen Pendidikan
Nasional,/Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta 2012, 455.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

merupakan suatu perkembangan yang baik dalam sejarah hidup manusia. Menurut
Anthony Giddens, globalisasi terlalu sering dianggap sebagai suatu ancaman.
Menurutnya, globalisasi tetap harus dipandang sebagai suatu yang positif.
Globalisasi telah menciptakan sistem-sistem dan kekuatan-kekuatan transnasional
yang baru. Globalisasi mentransformasikan institusi-institusi masyarakat di mana
manusia berada2. Pengaruh positif dari globalisasi itu misalnya komunikasi lebih
cepat dan lebih mudah diakses, peristiwa yang terjadi di salah satu belahan bumi
bisa langsung diketahui di belahan bumi lainnya hanya dalam kurun waktu yang
singkat.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi yang terjadi juga ternyata
membawa pengaruh negatif. Misalnya penyalahgunaan media untuk menyebarkan
berita-berita yang kurang pantas bagi masyarakat sehingga masyarakat bertindak
mengikuti hal-hal kurang pantas yang diberitakan tersebut. Hal itu nampak dari
penyebaran berita-berita tentang kekerasan atau pornografi. Dalam globalisasi itu
masyarakat kecil dan miskin yang tidak mampu bersaing dengan kekuatankekuatan

kelompok

pemodal

atau

pengusaha

semakin

tersingkir

da n

terpinggirkan. Kemiskinan menjadi seperti sahabat yang tidak pernah mau
beranjak pergi dari kehidupan mereka. Persoalan lain yang muncul adalah soal
kaum perempuan dan anak-anak. Perdagangan perempuan dan anak-anak pun
semakin marak terjadi. Mereka dijadikan korban eksploitasi seksual. Hak-hak
mereka semakin tidak diperhatikan. Menurut Paus Yohanes Paulus II, globalisasi

2

A. Giddens, Jalan Ketiga: Pembaruan Demokrasi Sosial, diterjemahkan dari The Third Way:
The Renewal of Social Democracy oleh Ketut A. Mahardika, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1999, 38.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

yang memarginalisasikan (meminggirkan) manusia harus ditolak. Yang perlu
dibangun adalah globalisasi solidaritas3.
Menurut pendapat Feliks Wilfred4, globalisasi tersebut telah merambah ke
berbagai belahan dunia termasuk Asia yang dicirikan oleh pluralitasnya. Tak
dapat disangkal bahwa benua Asia adalah benua yang ditandai oleh adanya
pluralitas agama, budaya dan ras. Kenyataannya, perkembangan teknologi disertai
globalisasi dan pluralitas bangsa Asia tidak serta merta mampu membawa
perubahan bagi bangsa Asia sendiri. Justru Asia lebih menjadi korban dalam era
globalisasi. Di Asia, jurang pemisah antara orang-orang kaya dan orang miskin
semakin terbuka lebar. Kemiskinan merajalela sementara orang yang kaya
semakin bertambah kaya. Pada tempat yang lain, kaum perempuan semakin tidak
mendapat tempat. Dalam hal penggajian, upah mereka tidak setara dengan pekerja
laki-laki. Tubuh perempuan pun seringkali dijadikan sebagai media untuk
mempromosikan jenis produk tertentu. Ini merupakan bentuk paling halus dari
kekerasan terhadap tubuh perempuan yang dilakukan oleh mass-media5. Budaya
patriarkal pun seolah-olah menjadi seperti pendukung dalam penindasan terhadap
kaum perempuan.
Di tengah berbagai persoalan tersebut, muncul pertanyaan bagaimana peran
agama untuk mengatasi persoalan-persoalan itu? Sudahkah agama-agama tersebut
3

4

5

Yohannes Paulus II, From The Justice of Each, Comes Peace for All, Vatikan, 1997, No. 3
dikutip oleh I. Suharyo, The Catholic Way: Kekatolikan dan Keindonesiaan Kita, Kanisius,
Yogyakarta, 2009, 139-140.
Dr. Felix Wilfred merupakan seorang teolog yang berasal dari India. Ia merupakan profesor di
Sekolah Filsafat dan Pemikiran Agama, Universitas Madras. Dia sekarang ini mengejar suatu
proyek penelitian yang besar pada Kristianitas dan Budaya india, yang disponsori oleh
University Grants Commission (UGC).
F. Wilfred, Asian Dreams and Christian Hope, ISPCK, Delhi, 2003, 146-148.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

membawa suatu perubahan bagi masyarakat Asia? Atau justru sebaliknya, agamaagama itu belum - jika bukan sama sekali - memberi sumbangan yang bermanfaat
bagi bangsa Asia? Atau juga agama-agama yang ada malah tampil sebagai salah
satu penyebab munculnya kemiskinan dan marginalisasi kaum miskin dan
perempuan? Persoalan marginalisasi terhadap kaum miskin dan perempuan
menimbulkan keprihatinan dalam diri penulis. Keprihatinan itulah yang menjadi
alasan pertama penulis memilih tema tentang teologi kaum marginal.
Jika Gereja tidak mampu memecahkan semua problem tersebut, paling tidak
Gereja dapat menawarkan suatu harapan kepada dunia bahwa semua persoalan itu
dapat diatasi. Sebab “panggilan umat Kristen pertama-tama bukan untuk
memecahkan semua masalah dan persoalan yang mengganggu kemanusiaan tetapi
untuk menanamkan tanda-tanda harapan kepada masyarakat dan dunia”6. Kardinal
Roger Etchegaray menegaskan,
Gereja dipanggil demi mengatasi pelanggaran atas kekeliruan sejarah;
untuk mengobati kekecewaan manusia dan mengundang manusia
untuk mendengar nyanyian terdalam dari Tuhan yang mengetuk pintu
setiap laki-laki dan perempuan; dalam meneruskan pencarian berbagai
bangsa akan keadilan dan damai, di atas semua konflik sosial dan
ketidakmerataannya perekonomian7.
Pada tataran ini, Gereja tampil dalam usaha menggumuli persoalan bagaimana
seharusnya orang Kristen harus memahami kembali iman percaya kepada Yesus

6
7

F. Wilfred, Asian Dreams and Christian Hope, xvii.
Pendapat Kardinal Roger Etchegaray ini dikutip dalam F. Wilfred, Asian Dreams and
Christian Hope, xvii-xviii.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

Kristus di dalam dunia yang berbeda secara budaya, kepercayaan dan sosial
politik8. Gereja mesti membawa harapan bagi mereka yang dimarginalkan itu.
Alasan kedua terkait dengan tokoh yang membangun refleksi teologis tentang
kaum marginal. Dalam hal ini, penulis memilih teologi Choan Seng Song karena
penulis memiliki suatu keyakinan bahwa teologi kaum marginal yang
dikembangkan Choan Seng Song sungguh-sungguh berangkat dari realitas yang
ada di Asia. Choan Seng Song merupakan seorang teolog Asia. Ia merupakan
seorang teolog yang sangat peduli pada situasi bangsa Asia sendiri. Ia memiliki
keprihatinan akan situasi bangsa Asia yang masih dilanda kemiskinan dan
marginalisasi. Teologi sendiri harus memiliki fokus pada kehidupan orang-orang
yang menderita dan pembebasannya9.
Kemiskinan dan keadaan terpinggirkan bukanlah merupakan suatu situasi yang
ideal untuk hidup. Maka setiap manusia tentu tidak ingin terus-menerus hidup
dalam kemiskinan dan terpinggirkan. Demikian pula halnya dengan kaum miskin
dan terpinggirkan di Asia. Mereka pasti ingin terlepas dari situasi hidup yang
membelenggu mereka saat ini. Inilah yang mendorong Choan Seng Song untuk
berteologi dengan sebuah tujuan utama yakni membebaskan mereka dari situasi
yang ditandai kemiskinan dan terpinggirkan. Choan Seng Song merujuk pada
pribadi Yesus sendiri. Semasa hidup-Nya, Yesus sungguh-sungguh dekat dengan
orang-orang yang dimarginalkan seperti para pemungut cukai, kaum perempuan

8

9

C. S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami: Teologi Cerita dari Perspektif Asia,
diterjemahkan dari Tell Us Our Names: Story Theology From an Asian Perspective oleh
Yohanna Sidarta, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2001, xi.
Chen Nan-Jou, “Theology is a Disclourse of Life: C. S. Song’s Theology in Focus”,
Theologies and Cultures, Vol. VI, No. 2, December 2009, 14.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

dan orang kusta. Yesus lebih memilih dekat dengan orang-orang kecil daripada
dekat pada penguasa atau kaum farisi dan ahli taurat. Itulah yang menyebabkan
Yesus dibenci oleh kelompok yang menganggap dirinya terhormat.
Memang usaha untuk membebaskan korban kemiskinan dan terpinggirkan
terkesan sebagai suatu ‘mimpi di siang bolong’ (utopia), mengingat begitu
kompleksnya persoalan yang menyebabkan orang menjadi miskin dan
terpinggirkan. Untuk itu, Choan Seng Song menekankan pentingnya sebuah
mimpi. Mimpi untuk bisa keluar dari situasi yang dimarginalkan. Baginya,
kemampuan bermimpi adalah suatu kemampuan untuk melampaui kondisikondisi kehidupan dan mengatasi batas-batas sejarah. Kemampuan ini
memampukan manusia untuk bangkit dari perbudakan ke status quo dan
memberdayakan mereka untuk berjuang demi sesuatu yang berbeda dan baru.
Kemampuan bermimpi tentang dunia yang penuh kedamaian di tengah-tengah
dunia yang penuh dengan konflik dan mempersembahkan hidup untuk
mewujudkannya merupakan satu dari kekuatan-kekuatan yang mengubah jalannya
sejarah manusia10.
Di sini peran harapan dalam iman Kristen juga memainkan peranan yang
sangat penting. Iman tanpa harapan hanya akan sia-sia. Keduanya harus berjalan
bersama. Jika orang Kristen beriman, maka tentu ia akan memiliki harapan.
Harapan membangkitkan dalam diri orang kemauan untuk berjuang. Harapan itu
pulalah yang seharusnya tumbuh dalam diri kaum marginal. Santo Paulus berkata,
“kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia
10

C. S. Song, Yesus dan Pemerintahan Allah, diterjemahkan dari Jesus and the Reign of God,
oleh Stephen Suleeman, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2010, 10.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus
yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” (Kol 1:27). Choan Seng Song ingin
menyadarkan kaum marginal bahwa Allah hadir di tengah-tengah mereka dan
berjuang bersama mereka. Kaum marginal tidak boleh putus asa tetapi mesti terus
berharap. Dengan itu mereka akan mendapat dari Allah segala sesuatu untuk
dinikmati (Bdk. 1Tim 6:17b).
Kemudian menurut Choan Seng Song, dalam kaitannya untuk mengusahakan
pembebasan tersebut, teologi harus berani untuk keluar dari kemapanannya.
Teologi yang baik harus sungguh-sungguh menyentuh realitas, dan dalam hal ini
realitas kemiskinan dan marginalisasi di Asia. Menurutnya, teologi yang memiliki
hati, mulut dan anggota badan serta kepala adalah teologi untuk para teolog Asia.
Teologi harus sungguh-sungguh sesuai dengan konteks bangsa Asia sendiri dan
bukan hanya pada tataran rasio. Teologi yang terlalu menekankan keilmiahan
hanya akan membatasi teologi itu pada sekelompok orang dengan otak yang
berdisiplin ilmiah11.
Bagi Choan Seng Song, berteologi berarti mendengarkan jeritan hati mereka
yang diredam oleh sukaria, tawa dan sorak-sorai pada perayaan-perayaan
keagamaan. Tetapi sekaligus pada saat yang sama, orang perlu membuka mata
untuk menyaksikan berkas-berkas cahaya pengharapan yang menyembur keluar
dari dalam masyarakat Asia yang sedang berjuang untuk bebas dari kekuatankekuatan penindasan sosio-politik. Di sini ia bercermin pada penyair, pelukis dan
novelis Asia yang melalui puisi-puisi, nyanyian-nyanyian, lukisan-lukisan dan

11

C. S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami: Teologi Cerita dari Perspektif Asia, 91.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

novel-novel, “hal-hal Asia” dan “hal-hal tentang Allah” dihubungkan dan
melahirkan kebenaran-kebenaran teo-logis; suatu kebenaran mengenai umat
manusia yang terperangkap dalam penderitaan dan bersukacita karena berada
dalam genggaman Allah12. Itulah mengapa ia berusaha menggali cerita-cerita
rakyat Asia dalam berteologi. Pada tataran ini, Choan Seng Song ingin mengajak
para teolog Asia untuk berjuang bersama kaum marginal di Asia. Para teolog
harus berani berteologi dengan melihat realitas kaum marginal dan kemudian
berjuang bersama mereka itu untuk menyuarakan ketidakadilan yang menimpa
mereka.
Alasan ketiga pemilihan teologi politik Choan Seng Song berkaitan dengan
spiritualitas kongregasi sendiri yakni Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia
(KSFL). Pendiri KSFL adalah Sr. Lucia Dierckx. Beliau adalah seorang suster
yang membaktikan dirinya secara total kepada Tuhan. Ia terus menghidupi motto
“semua untuk semua” dengan mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui
berbagai pelayanan kasih yang dilaksanakannya. Sebagai seorang suster yang
menghayati spiritualitas St. Fransiskus Asisi, ia mengikuti dengan sangat
sungguh-sungguh teladan yang ditunjukkan St. Fransiskus dari Asisi. Ia pun
mengosongkan dirinya mengikuti Yesus Kristus yang mengosongkan diri-Nya
(bdk. Flp 2:5-11). Beliau selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi orang
lain13.

12
13

C. S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami: Teologi Cerita dari Perspektif Asia, 95-96.
M. Agnes, “Dari Breda ke Rotterdam: “Bagi Semua orang, aku telah menjadi segala-galanya”,
A. E. Kristiyanto (ed), Gerakan Awal Kongregasi Peniten Rekolek, Kanisius, Yogyakarta,
2009, 159-160.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

St. Fransiskus Asisi sendiri dalam hidupnya sangat menekankan pentingnya
memberi perhatian pada orang-orang yang terpinggirkan. Ia tidak hanya
menganjurkan itu kepada para pengikutnya tetapi ia sendiri yang melakukannya.
Dalam wasiatnya14, St. Fransiskus Asisi berkata, “ketika aku dalam dosa, aku
merasa amat muak melihat orang kusta. Tetapi Tuhan sendiri menghantar aku ke
tengah mereka dan aku merawat mereka penuh kasihan. Dan setelah aku
meninggalkan mereka, apa yang tadinya terasa memuakkan, berubah bagiku
menjadi kemanisan jiwa dan badan” (Was. 1-3). Orang kusta pada zaman St.
Fransiskus merupakan orang-orang yang dipinggirkan oleh masyarakat. Seperti
halnya pada zaman Yesus, orang kusta dianggap sebagai orang-orang yang najis.
Maka orang tidak boleh bergaul dengan mereka.
Sr. Lucia Dierckx sungguh menjalani apa yang dihidupi oleh St. Fransiskus
Asisi. Ia menghidupi spiritualitas “tangan terbuka” bagi semua orang. Hal ini
mengungkapkan sikap murah hati, lapang hati menerima dan memberi apa yang
terbaik bagi sesama. Penulis berpendapat bahwa teologi kaum marginal Choan
Seng Song sejalan dengan spiritualitas “tangan terbuka” Sr. Lusia Dierckx yakni
pelayanan kepada semua orang, terutama kaum marginal, demi kebaikan orangorang yang dilayani itu. Yesus sendiri menegaskan bahwa menjadi pengikutnya
berarti mau menjadi hamba bagi semua orang. Orang harus berani menjadi
pelayan. Jangan bertindak seperti pemerintah bangsa-bangsa yang memerintah
14

Wasiat St. Fransiskus Asisi merupakan wasiat yang tidak diragukan ditulis oleh St. Fransiskus
Asisi. Wasiat ini paling banyak disebut dalam naskah-naskah yang berasal dari abad XIII
sampai abad XVIII. Wasiat St. Fransiskus ini merupakan ajakan dari St. Fransiskus agar para
pengikutya secara lebih katolik mengikuti Anggaran Dasar. Bdk. K. Esser, Fransiskus Asisi
dan Karya-Karyanya, diterjemahkan oleh L. Laba Ladjar OFM dari Die Opuscula des Hl.
Franziskus von Assisi, Neuetextkritische Edition, Kanisius, Yogyakarta, 1988, 41-42.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 10

rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya
dengan keras atas mereka (bdk. Mrk 10:42-45).

1.2

Konteks Permasalahan

Benua Asia adalah benua yang secara umum masih berada di bawah garis
kemiskinan. Realitas kemiskinan yang terjadi membawa keprihatinan bagi banyak
orang. Selain kemiskinan, persoalan lain yang muncul adalah marginalisasi kaum
perempuan. Mereka seringkali lebih tampil sebagai korban atau objek daripada
dipandang selaku subjek mereka sebagai manusia. Lebih memprihatinkan lagi jika
kaum perempuan yang selalu menjadi korban, hidup dalam suatu situasi
kemiskinan.
Situasi itulah yang menimbulkan keprihatinan dalam diri penulis. Berangkat
dari keprihatinan yang ada, maka penulis mengangkat tema teologi kaum
marginal. Kaum yang dimarginalisasi harus dibebaskan dari situasi tersebut agar
mereka sungguh-sungguh dapat hidup secara manusiawi. Dalam teologi kaum
marginal ini, mereka yang termarginalisasi akan diberi perhatian yang lebih
mendalam sehingga mereka sungguh tampil sebagai subjek dan bukannya objek
yang dapat dimanipulasi.
Penulis akan mendalami teologi kaum marginal Choan Seng Song. Penulis
memiliki suatu keyakinan bahwa teologi yang dikembangkan Choan Seng Song
bisa membawa pembebasan bagi orang-orang yang terpinggirkan tersebut. Hal ini

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

didasarkan pada teologi Choan Seng Song yang sangat menyentuh realitas di
Asia. Bisa jadi teologi kaum marginal juga sudah cukup biasa dalam konteks
Asia. Maka penulis akan mencoba memberi mana corak yang baru dari teologi
kaum marginal Choan Seng Song.
Penulis pun akan menarik relevansi-relevansi yang cocok demi perkembangan
umat Kristen di benua Asia saat ini secara khusus di Indonesia. Sejalan dengan
itu, penulis bisa memberikan gagasan-gagasan yang kiranya membantu bagi
persaudaraan KSFL dalam menjalankan misi perutusannya di tengah dunia.
Misalnya bagaimana misi KSFL diberi suatu landasan teologis yakni teologi kaum
marginal Choan Seng Song. Inilah yang akan menjadi tolok ukur apakah teologi
kaum marginal Choan Seng Song merupakan teologi yang kontekstual.

1.3

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang digagas penulis adalah:
x

Siapakah Choan Seng Song? Bagaimanakah riwayat hidup dan kekhasan
pemikirannya?

x

Bagaimanakah teologi kaum marginal yang diusung Choan Seng Song?

x

Bagaimanakah relevansi teologi kaum marginal Choan Seng Song saat ini
khususnya pada tarekat religius KSFL?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12

1.4

Tujuan Penulisan

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam membahas teologi kaum
marginal Choan Seng Song. Tujuan-tujuan tersebut adalah:
1.4.1 Mengetahui secara mendalam tentang Choan Seng Song; riwayat hidup
dan kekhasan pemikirannya.
1.4.2 Mengkaji pemikiran teologi kaum marginal Choan Seng Song secara
ilmiah.
1.4.3 Mencoba menggali bagaimana relevansi pemikiran teologi kaum marginal
Choan Seng Song bagi teologi zaman sekarang dan berikut aplikasi
pastoralnya bagi orang-orang Kristen.
1.4.4 Untuk memperoleh gelar akademik Strata Satu (S1) pada Fakultas Teologi
Universitas Sanata Dharma.

1.5

Metodologi Penulisan

Penulisan skripsi ini akan menggunakan metode penelitian pustaka (library
research). Dalam metode ini, penulis mencari, membaca dan mendalami sumbersumber yang terkait dengan tema skripsi yaitu tentang Teologi Kaum Marginal.
Sumber utama adalah buku Jesus and the Reign of God (terjemahan dalam bahasa
Indonesia: Yesus dan Pemerintahan Allah), Tell Us Our Names: Story Theology

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

From an Asian Perspective (terjemahan dalam bahasa Indonesia: Sebutkanlah
Nama-nama Kami), dan refleksi teologis dalam buku Jesus, the Crucified People.
Dalam memaparkan skripsi ini, penulis akan mengulas pemikiran-pemikiran
Choan Seng Song yang berkaitan dengan teologi kaum marginal. Kemudian
penulis juga akan memberikan catatan kritis terhadap pemikiran tersebut. Artikelartikel yang ditulis Choan Seng Song akan menjadi sumber pendukung. Buku,
majalah dan tulisan-tulisan lain mengenai Choan Seng Song digunakan untuk
mempertajam analisis kritis terhadap pemikiran Choan Seng Song.

1.6

Sistematika Penulisan

Skripsi berjudul ”Teologi Kaum Marginal di Asia Menurut Choan Seng Song
dan Relevansinya bagi Dunia Zaman Sekarang” ini disajikan dalam lima bab
yakni bab pertama sebagai pendahuluan mencakup latar belakang masalah,
perumusan dan pembatasan tema, alasan pemilihan tema, tujuan penulisan,
metodologi penulisan, serta sistematika penyajian.
Kemudian dalam bab kedua penulis akan memaparkan tentang Choan Seng
Song sebagai seorang teolog beserta karya-karyanya. Dalam bab ini akan dibahas
riwayat hidup Choan Seng Song, latar belakang keluarga, latar belakang
pendidikan,

konteks

sosial

da n

karya-karyanya.

Pembahasan

kemudian

dilanjutkan dengan latar belakang pemikirannya yang berangkat dari kritik
terhadap Teologi Barat dan pengaruh Teologi Pembebasan. Choan Seng Song

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

kemudian menawarkan Teologi Asia sebagai teologi yang relevan dengan konteks
Asia. Setelah latar belakang pemikirannya jelas, kemudian dilanjutkan dengan
metode teologi. Metode teologi Choan Seng Song adalah hidup manusia sebagai
sumber teologi dan pendekatan intuitif terhadap realitas. Bab ini ditutup dengan
rangkuman.
Pada bab ketiga, pemikiran teologi kaum marginal Choan Seng Song akan
dibahas. Pemaparan dalam bab ini diawali dengan pengantar. Kemudian penulis
akan menggali apa itu teologi kaum marginal Choan Seng Song. Siapakah kaum
marginal yang dimaksud Choan Seng Song. Kemudian penulis akan membahas
apa yang menjadi penyebab adanya kaum marginal di Asia. Lalu penulis akan
menampilkan mengapa Choan Seng Song mengembangkan suatu teologi kaum
marginal yakni suatu pendasaran dalam berteologi kaum marginal. Bab ini akan
ditutup dengan rangkuman.
Dalam bab keempat skripsi akan dibahas relevansi-relevansi pemikiran teologi
kaum marginal Choan Seng Song bagi dunia zaman sekarang. Relevansi
terpenting teologi kaum marginal Choan Seng Song berhadapan dengan realitas
Asia adalah memperjuangkan hak-hak kaum marginal. Kemudian pada bab lima
penulis akan membuat suatu rangkuman umum, tanggapan kritis dan saran
berdasarkan pemikiran teologi kaum marginal Choan Seng Song.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
MENGENAL CHOAN SENG SONG

2.1

Pengantar

Teolog Choan Seng Song merupakan seorang teolog Kristen Asia yang sudah
sangat dikenal dalam lingkungan teologi terutama dalam lingkungan Kristen
sendiri. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana riwayat hidup, karya-karya dan
latar belakang teologi yang dikembangkan oleh Choan Seng Song. Pemahaman
yang baik akan latar belakang pemikirannya akan membantu memahami teologi
kaum marginal Choan Seng Song.

2.2

Riwayat Hidup Choan Seng Song dan Karya-karyanya

Choan Seng Song adalah seorang teolog Presbiterian yang dilahirkan pada
bulan Oktober 1929. Ia berasal dari Cina-Taiwan. Ia seorang profesor di Pacific
School of Religion, Berkeley, Amerika Serikat. Ia pernah menjabat Rektor Tainan
Theological College di Taiwan dan Associate Director dari Commission on Faith
and Order, World Council of Churches (DGD/WCC) di Jenewa, Swiss. Di Tainan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

Theological College, dia mengajar Perjanjian Lama dan Teologi Sistematik
(1976-1977).
Dalam sebuah buku yang ditulis Henry Mottu berjudul God at the Risk of
Engagement: Twelve Theologians and Philosophers at Religion in the 20th
Century, Choan Seng Song diperkenalkan sebagai satu dari 12 pemikir yang kerja
teologinya menjadi contoh pada abad ke-20. Sebelumnya pada tahun 1996, dalam
buku berjudul The Modern Theologians, Choan Seng Song diakui sebagai “satu
dari para teolog yang paling berpengaruh di Asia.” Dalam buku tersebut, George
Gispert-Suuch sebagai penulis bagian “Asian Theology” mengatakan bahwa
bahasa teologis Choan Seng Song adalah “lebih imajinatif daripada konseptual,
menggunakan cerita-cerita yang umum lebih dari apa yang dilakukan para teolog
lainnya”1.
Choan Seng Song telah menulis berbagai buku dan artikel tentang teologi. Ada
pun karya-karya Choan Seng Song antara lain:
 Christian Mission in Reconstrucsion: An Asian Analysis (Maryknoll, New
York: Orbis Books, 1977). Dalam buku ini Choan Seng Song telah
berusaha untuk mempertimbangkan kembali misi Kristiani dalam konteks
relasional di Asia. Ia menegaskan bahwa konsep biblis tentang penciptaan
harus diambil serius dalam perlakuan pada wahyu dan penebusan dan
mengatakan bahwa keselamatan kehilangan dimensi universal dan
maknanya ketika itu dipisahkan dari penciptaan. Di sini Choan Seng Song
ingin menegaskan pentingnya penciptaan sebab dalam penciptaan Allah
1

Chen Nan-Jou, “Theology is a Disclosure of Life: C. S. Song’s Theology in Focus”,
Theologies and Cultures, Vol. VI, No. 2, December 2009, 9-10.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

menciptakan segala sesuatu baik adanya (bdk. Kej 1:31). Ini pasti akan
mengarah pada pemiskinan pemahaman Kristen tentang sejarah dan
budaya. Misi Kristiani didasarkan pada pemahaman yang miskin seperti
sejarah dan budaya telah terbukti merugikan apresiasi yang penuh pada
sejarah Asia dan budaya dalam wahyu Allah. Gereja-gereja Kristen di
Dunia Ketiga menuntut suatu hubungan yang sama sekali baru seluruhnya
dengan 'gereja induk' di Barat. Ini berarti bahwa pertobatan pribadi harus
diatur dalam konteks keadilan, dan dipandang sebagai transformasi
masyarakat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Suatu analisis yang
menceritakan masa lalu dan proyeksi harapan masa depan2.
 Third-Eye Theology: Theology in Formation in Asian Settings (Guildfor
and London: Lutterworth Press, 1980). Dalam buku ini Choan Seng Song
mengatakan bahwa teologi dimulai dari hati Tuhan yang terluka sebagai
tanggapan atas sakitnya hati umat manusia. Apa yang dimaksudkan Choan
Seng Song dengan ‘sakitnya hati umat manusia’ adalah kenyataan bahwa
pengalaman kehidupan, penderitaan umat manusia dan penderitaan
individu dan komunitas3.
 The Tears of Lady Meng: A Parable of People’s Political Theology
(Genewa, WCC, 1981). Buku ini merupakan hasil pidatonya pada
peringatan dosen D. T. Niles yang diberikan pada Pertemuan Ketujuh dari
Konferensi Kristen di Asia bertempat di Bangalore, India, Mei 1981.

2

3

http://www.amazon.com/Christian-Mission-Reconstruction-Asian-Analysis/dp/0883440741
diakses pada Senin, 25 Maret 2013 pkl 11.50 WIB.
Chen Nan-Jou, “Theology is a Disclosure of Life: C. S. Song’s Theology in Focus”, 12-13.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18

Topik ajaran Choan Seng Song adalah Teologi Politik dari Hidup dalam
Kristus dengan Umat Manusia. Menurutnya, Cerita tentang Tuhan, yakni
yang menjadi esensi dalam teologi, adalah cerita tentang manusia, bukan
hanya umat Yahudi-Kristiani, tetapi jutaan manusia di Asia. Teologi
seharusnya berfokus pada kehidupan orang-orang yang menderita dan
pembebasannya4.
 The Compassionate God (Maryknoll, New York: Orbis Books,1982).
Dalam buku ini Choan Seng Song ingin menempatkan Kristus pada
kebudayaan Asia. Selama sembilan belas abad, Kristus hampir melulu
digambarkan sebagai Juruselamat yang berhidung mancung bagi warga
dunia. Dan di samping hidung-Nya yang mancung itu, ciri-ciri Semit-Nya
yang lain perlahan-lahan digantikan oleh ciri-ciri Eropa. Kini tiba
gilirannya gambaran itu, melalui keterlibatan dan keikutsertaan Allah pada
setiap episode sejarah penderitaan umat manusia, hendak ditransposisikan
ke gambaran yang lain: Kristus yang berhidung pesek, sipit, berkulit
kuning langsat atau sawo matang. Hal ini karena Choan Seng Song ingin
menghadirkan suatu gambaran Kristus yang lebih berwajah Asia.
Transposisi ini mencakup peralihan dan perpindahan pada ruang dan
waktu, komunikasi dan inkarnasi. Melalui upaya transposisi ini, dalam
terang keikutsertaan Allah pada penderitaan manusia itu, Choan Seng
Song menemukan isyarat baru bagi teologi Kristen Dunia Ketiga masa
kini, khususnya di Asia.

4

Chen Nan-Jou, “Theology is a Disclosure of Life: C. S. Song’s Theology in Focus”, 14.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 19

 Tell Us Our Names (Maryknoll, New York: Orbis Books,1984) 5. Dalam
buku ini Choan Seng Song menegaskan bahwa totalitas kehidupan adalah
bahan mentah teologi. Teologi bukan hanya sekadar pada tatanan
konseptual belaka. Ia harus menyentuh segenap aspek kehidupan manusia
secara khusus di Asia. Kebenaran iman Kristen memiliki titik tumpunya
pada Sabda menjadi daging, Tuhan menjadi seorang pribadi manusia,
keilahian menjadi manusia dan sejarah Tuhan menjadi kehidupan dan
sejarah umat manusia. Teologi Kristen harus memberi kesaksian tentang
penderitaan Tuhan yang hebat dalam penderitaan manusia, untuk
mengekspresikan harapan Tuhan dalam harapan manusia. Maka teologi
menjadi tidak berarti lagi jika dipisahkan dari dunia secara khusus dari
penderitaan dan keputusasaan massa6.
 Theology from the Womb of Asia, (Maryknoll, New York: Orbis Books,
1986). Dalam buku tersebut Choan Seng Song menggunakan berbagai
cerita dan dongeng untuk menerangkan teologi. Ia juga mengundang
orang-orang Kristen untuk berpikir tentang dan mengapresiasi agamaagama tradisional Asia, terutama beberapa cerita dalam Budhisme
mengenai kehidupan dan dikaitkan dengan Kerajaan Allah yang
diwartakan Yesus7.
 Dalam kurun waktu 1990-1994, Choan Seng Song mempublikasikan tiga
buku yang memfokuskan tulisannya pada tema “Salib dalam Dunia
5

6
7

Buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Sebutkanlah Nama-Nama
Kami: Teologi Cerita dari Perspektif Asia, oleh Yohanna Sidarta dan diterbitkan oleh BPK
Gunung Mulia, Jakarta tahun 2001.
Chen Nan-Jou, “Theology is a Disclosure of Life: C. S. Song’s Theology in Focus”, 14-15.
Chen Nan-Jou, “Theology is a Disclosure of Life: C. S. Song’s Theology in Focus”, 15.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20

Teratai”. Ketiga buku tersebut adalah pertama, Jesus, the Crucified People
(Mineapolis: Fortress Press, 1990), Dalam buku ini, Choan Seng Song
menekankan bahwa realitas fisik dari salib dan arti simboliknya
disembuhkan hanya ketika itu dihubungkan dengan pencarian manusia
akan arti hidup ketika hidup mereka kehilangan makna, dan pada
perjuangan demi kemerdekaan dan martabat manusia melawan kekuasaan
yang

bersifat

menindas.

Choan

Seng

Song

mengkritik

suatu

kecenderungan dalam teologi tradisional yaitu penempatan yang sematamata pada efek ‘keselamatan’ (salvifik) dari salib dan mengesampingkan
pengalaman nyata salib yang orang pikul dalam hidup mereka dan
membawanya sampai pada liang lahatnya8. Kedua, Jesus and the Reign of
God (Mineapolis: Fortress Press, 1993). Di sini Choan Seng Song
berargumen

bahwa

membangkitkan

penglihatan

kegelisahan

Yesus

dalam

pada

pemerintahan

kesadaran

manusia

Allah
dengan

memperhatikan situasi saat ini. Kehadiran-Nya membangkitkan suatu
hasrat untuk mengatasi suatu jalan buntu dalam hidup. Tindakan-Nya
menginspirasi keberanian untuk mentransformasi masyarakat. Esensi Injil
Yesus adalah pemerintahan Allah, dan visi dari Kerajaan Allah merupakan
pusat dari kehidupan, individu maupun masyarakat9. Ketiga, Jesus in the
Power of the Spirit (1994). Dalam buku ini, Choan Seng Song
melanjutkan fokus teologinya pada pemerintahan Allah dengan penekanan
bahwa pemerintahan Allah menuntut suatu kelahiran kembali. Dengan
8
9

Chen Nan-Jou, “Theology is a Disclosure of Life: C. S. Song’s Theology in Focus”, 15-16.
Chen Nan-Jou, “Theology is a Disclosure of Life: C. S. Song’s Theology in Focus”, 16-17.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21

kata lain, pemerintahan Allah yang dikotbahkan Yesus menuntut
transformasi pada kehidupan. Kehidupan lebih penting dari pada hukum
agama. Ia memberi penekanan pada kehidupan dalam teologinya ketika
berdiskusi soal Roh Kudus. Menurutnya, seluruh ciptaan merupakan arena
dari aktivitas Roh Kudus. Misi terutama dari Roh Kudus harus bertalian
dengan kehidupan, menciptakannya, mendukungnya dan mengaturnya
demi nasibnya pada masa mendatang. Ia juga melanjutkan bahwa Roh
Kudus merupakan Roh cinta, kekuatan hidup, kekuatan hidup melawan
kekuatan kematian10.
 The Believing Heart: An Invitation to Story Theology (1999). Dalam buku
tersebut dia menegaskan bahwa dia menemukan dirinya bertaut dalam
percakapan yang intens dengan manusia yang mencari Tuhan pada satu
sisi dan pada sisi lain, Tuhan dalam kumpulan manusia. Pusat cerita-cerita
tersebut adalah hat