Menggali spiritualitas Santo Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.

(1)

Skripsi ini berjudul “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG” . Judul skripsi ini dipilih berdasarkan pengalaman pribadi penulis terhadap keprihatinan menurunnya semangat pelayanan katekis akibat adanya tantangan-tantangan pelayanan yakni arus besar perubahan zaman yang terjadi dewasa ini. Realitas pelayanan katekis menunjukkan adanya tantangan pelayanan yang menghambat dan mempersulit penghayatan spiritualitas pelayanan sehingga semangat melayani menurun. Hal ini tidak dapat dibiarkan sebaliknya harus disikapi dan ditanggapi secara bijaksana oleh para katekis. Bertitik tolak dari kenyataan itu, skripsi ini dimaksudkan untuk memberi inspirasi kepada para katekis agar tetap bersemangat dalam melayani kebutuhan umat.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah inspirasi macam apa yang dapat digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II untuk meningkatkan semangat pelayanan katekis zaman sekarang. Persoalan tersebut diolah dengan menggunakan studi pustaka terhadap kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II guna memperoleh inspirasi-inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II. Inspirasi-inspirasi yang dipaparkan kiranya dapat berguna bagi para katekis untuk meneguhkan dan meningkatkan semangat pelayanan mereka.

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang sangat menginspirasi banyak orang. Beliau adalah pribadi yang sangat kuat dalam iman, harapan dan kasih yang didukung oleh semangat doa mistis. Beliau pribadi yang penuh kasih sehingga disebut promotor kasih. Beliau pribadi yang tenang, lemah lembut dan murah senyum namun tegas pada keyakinannya. Beliau pribadi yang teguh, tangguh dan tanggap terhadap tantangan arus zaman, berani menghadapi penderitaan dan kematian. Semangat pelayanannya tidak pernah pudar meskipun menghadapi banyak tantangan dan ancaman pembunuhan. Beliau tidak kunjung lelah menyuarakan kasih Allah kepada dunia seperti seorang ibu yang mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada anaknya. Beliau telah menjadi garam dan terang dunia. Oleh karena itu pantaslah beliau menjadi teladan dan inspirasi bagi para katekis sebagai pelayan.

Dalam sejarah Gereja, tugas dan peran katekis sangatlah penting bagi perkembangan dan penyebarluasan iman. Katekis menjadi tulang punggung bagi perkembangan Gereja. Maka, pembinaan dan pendampingan terhadap katekis dan calon katekis perlu terus diupayakan oleh keuskupan maupun paroki. Mengingat begitu penting kehadiran para katekis dan banyaknya tantangan pelayanan, maka sangat mendesaklah upaya pendampingan dan pembinaan para katekis agar tetap bersemangat dalam melayani umat. Oleh karena itu, penulis juga menawarkan suatu program retret sebagai upaya untuk membantu meningkatkan semangat dan penghayatan panggilan katekis sebagai pelayan.


(2)

This undergraduate thesis entitles "EXPLORING THE SPIRITUALITY OF SAINT JOHN PAUL II AS A SOURCE OF INSPIRATION FOR THE MINISTRY OF CATECHISTS TODAY". This title was selected based on the author’s personal concern about the declining of the catechists of the ministry of catechists due to the challenges of the ministry that is the large current of the change of time today. The reality shows there are challenges which impede the appreciation of the spirituality of ministry so that the spirit of ministry declined. This situation cannot be allowed and have to be addressed and responded wisely by catechists. Based on this fact, this undergraduate thesis was intended to keep inspiration of catechist in order to remain energetic in servicing the needs of the people.

The main issue in this undergraduate thesis is what kind of inspiration based on the spirituality of St. John Paul II can be explore to enhance the ministry catechists today. This issue was elaborated by using literature on the ministerial story of St. John Paul II in order to get inspiration from his ministerial spirituality. Thus inspiration presented would be useful to strengthen and intensify the spirit of ministry of catechists.

St. John Paul II is a very inspired person to many people. He was the one who is very strong personal in faith, hope and love that supported by the mystical spirit of prayer. He was called promoter of love because he was a person full in love. He was a quiet, gentle, full of smile person as well as and firmly in his belief. He was a tenacious and resilient as well as ready to response to the today’s challenges. He dared to face suffering and death. His ministerial spirit never faded in spite of confronting challenges and threats of murder. He never exhausted expressing God love to the world as a mother who entirely devoted her affection to her children. Therefore, he was worth to become example and to give inspiration for catechists as a servent.

In the history of the Church, the task and the role of catechists have been development and dissemination of the faith. Catechists have become the backbone for the Church development. Thus the formation and assistance of the catechists need to keep on pursued by dioceses and parishes. Relying on the important of catechists and many challenges of ministry, the formation and assistance of catechists are very urgent so that the catechists keep on their spirit of ministry. Therefore, the author offers a retreat program as an attempt to enhance the spirit and the appreciation of the vocation of catechists as servants.


(3)

SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Patrick Marius NIM: 121124047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

Skripsi ini kupersembahkan untuk Keuskupan Keningau Sabah, Pusat Pembangunan Pastoral Keuskupan Keningan (PPPKK), seluruh umat Paroki St.

Francis Xaverius terutama Komunitas Umat Kristiani (KUK) stasi St. Maicheal Kindasan, St. Yohanes Rasul Bomboi, dan St. Joseph Menawo, untuk kedua orang tua, kakak, adik dan sesama keluargaku serta sahabat-sahabat yang telah


(7)

v

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah

untuk sehari” (Mat 6:33-34)


(8)

(9)

(10)

viii

Skripsi ini berjudul “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG” . Judul skripsi ini dipilih berdasarkan pengalaman pribadi penulis terhadap keprihatinan menurunnya semangat pelayanan katekis akibat adanya tantangan-tantangan pelayanan yakni arus besar perubahan zaman yang terjadi dewasa ini. Realitas pelayanan katekis menunjukkan adanya tantangan pelayanan yang menghambat dan mempersulit penghayatan spiritualitas pelayanan sehingga semangat melayani menurun. Hal ini tidak dapat dibiarkan sebaliknya harus disikapi dan ditanggapi secara bijaksana oleh para katekis. Bertitik tolak dari kenyataan itu, skripsi ini dimaksudkan untuk memberi inspirasi kepada para katekis agar tetap bersemangat dalam melayani kebutuhan umat.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah inspirasi macam apa yang dapat digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II untuk meningkatkan semangat pelayanan katekis zaman sekarang. Persoalan tersebut diolah dengan menggunakan studi pustaka terhadap kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II guna memperoleh inspirasi-inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II. Inspirasi-inspirasi yang dipaparkan kiranya dapat berguna bagi para katekis untuk meneguhkan dan meningkatkan semangat pelayanan mereka.

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang sangat menginspirasi banyak orang. Beliau adalah pribadi yang sangat kuat dalam iman, harapan dan kasih yang didukung oleh semangat doa mistis. Beliau pribadi yang penuh kasih sehingga disebut promotor kasih. Beliau pribadi yang tenang, lemah lembut dan murah senyum namun tegas pada keyakinannya. Beliau pribadi yang teguh, tangguh dan tanggap terhadap tantangan arus zaman, berani menghadapi penderitaan dan kematian. Semangat pelayanannya tidak pernah pudar meskipun menghadapi banyak tantangan dan ancaman pembunuhan. Beliau tidak kunjung lelah menyuarakan kasih Allah kepada dunia seperti seorang ibu yang mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada anaknya. Beliau telah menjadi garam dan terang dunia. Oleh karena itu pantaslah beliau menjadi teladan dan inspirasi bagi para katekis sebagai pelayan.

Dalam sejarah Gereja, tugas dan peran katekis sangatlah penting bagi perkembangan dan penyebarluasan iman. Katekis menjadi tulang punggung bagi perkembangan Gereja. Maka, pembinaan dan pendampingan terhadap katekis dan calon katekis perlu terus diupayakan oleh keuskupan maupun paroki. Mengingat begitu penting kehadiran para katekis dan banyaknya tantangan pelayanan, maka sangat mendesaklah upaya pendampingan dan pembinaan para katekis agar tetap bersemangat dalam melayani umat. Oleh karena itu, penulis juga menawarkan suatu program retret sebagai upaya untuk membantu meningkatkan semangat dan penghayatan panggilan katekis sebagai pelayan.


(11)

ix

This undergraduate thesis entitles "EXPLORING THE SPIRITUALITY OF SAINT JOHN PAUL II AS A SOURCE OF INSPIRATION FOR THE MINISTRY OF CATECHISTS TODAY". This title was selected based on the author’s personal concern about the declining of the catechists of the ministry of catechists due to the challenges of the ministry that is the large current of the change of time today. The reality shows there are challenges which impede the appreciation of the spirituality of ministry so that the spirit of ministry declined. This situation cannot be allowed and have to be addressed and responded wisely by catechists. Based on this fact, this undergraduate thesis was intended to keep inspiration of catechist in order to remain energetic in servicing the needs of the people.

The main issue in this undergraduate thesis is what kind of inspiration based on the spirituality of St. John Paul II can be explore to enhance the ministry catechists today. This issue was elaborated by using literature on the ministerial story of St. John Paul II in order to get inspiration from his ministerial spirituality. Thus inspiration presented would be useful to strengthen and intensify the spirit of ministry of catechists.

St. John Paul II is a very inspired person to many people. He was the one who is very strong personal in faith, hope and love that supported by the mystical spirit of prayer. He was called promoter of love because he was a person full in love. He was a quiet, gentle, full of smile person as well as and firmly in his belief. He was a tenacious and resilient as well as ready to response to the today’s challenges. He dared to face suffering and death. His ministerial spirit never faded in spite of confronting challenges and threats of murder. He never exhausted expressing God love to the world as a mother who entirely devoted her affection to her children. Therefore, he was worth to become example and to give inspiration for catechists as a servent.

In the history of the Church, the task and the role of catechists have been development and dissemination of the faith. Catechists have become the backbone for the Church development. Thus the formation and assistance of the catechists need to keep on pursued by dioceses and parishes. Relying on the important of catechists and many challenges of ministry, the formation and assistance of catechists are very urgent so that the catechists keep on their spirit of ministry. Therefore, the author offers a retreat program as an attempt to enhance the spirit and the appreciation of the vocation of catechists as servants.


(12)

x

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG.

Skripsi ini disusun berdasarkan pengalaman peserta terhadap keprihatinan realitas pelayanan katekis dan realitas kehidupan beriman yang mengalami banyak hambatan dan kesulitan. Contohnya, sekularisme dan sekularisasi, globalisasi, budaya instan, relativisme, dampak perkembangan teknologi digital, fundamentalisme dan radikalisme, rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup, serta merebaknya kemiskinan. Menurunnya semangat pelayanan para katekis memicu pada usaha untuk memberi sumbangan pemikiran berupa inspirasi untuk meneguhkan dan menyemangat mereka agar tetap bersemangat melayani umat meskipun mengalami banyak tantangan pelayanan.

Gereja selalu mengharapkan kehadiran para katekis yang siap melayani dengan sepenuh hati. Pada masa yang bersamaan, katekis mengalami banyak tantangan dalam menghayati panggilannya sebagai pelayan. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mencari dan menemukan spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan katekis agar semakin bersemangat melayani umat. Skripsi ini juga menawarkan program retret untuk membantu meningkatkan semangat pelayanan para katekis. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


(13)

xi Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama Katolik dan sekaligus dosen pembimbing utama yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu untuk mendampingi dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah bersedia membaca, memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. Dr. B. Agus Rukiyanto SJ selaku dosen penguji III yang telah bersedia membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma dengan baik.

5. Seluruh staf pelayan Keuskupan Keningau Sabah terutama Bapa Uskup Cornelius Piong,. Romo Drs, Charles Chiew SJ., Romo Justin Joanes, SJ. dan semua pastor paroki, serta Bapak John Liansin selaku ketua Pusat Pelatihan


(14)

xii

Pastoral Keuskupan Keningau yang telah memberi dukungan penuh kepada penulis baik secara materi maupun non-materi selama kuliah sehingga penulisan skripsi ini selesai dengan baik.

6. Orang tua, kakak, adik dan semua keluarga yang selalu memberi semangat, dukungan moral, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.

7. Umat Paroki St. Francis Xaverius khususnya di stasi St. Micheal Kindasan, St. Yohanes Rasul Bomboi, dan St. Joseph Menawo yang telah memberi dukungan moral dan doa kepada penulis selama kuliah.

8. Seluruh staf perpustakaan Kolese St. Ignatius Kotabaru dan Perpustakaan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang begitu bermurah hati untuk meminjamkan buku-buku yang penulis perlukan baik selama kuliah maupun selama penulisan skripsi ini sampai selesai.

9. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberi semangat, motivasi, dorongan dan bantuan bagi penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

10.Seluruh warga kampus Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah menemani, memberi semangat serta dukungan doa hingga dari awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

11.Umat di Paroki Ratu Pencinta Damai Pogot Surabaya yang selalu memberi dukungan motivasi, doa dan semangat kepada penulis hingga penyelesaian skripsi ini.


(15)

(16)

xiv

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Permasalahan... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Metode Penulisan ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. PAUS YOHANES PAULUS II SANTO YANG HIDUP... 11

A. Mengenal Kisah Hidup dan Pelayanan St. Yohanes Paulus II ... 12

1. Kisah Hidup sebelum Menjadi Imam ... 12

2. Panggilan Menjadi Imam ... 14

3. Kisah Hidup dan Pelayanan sebelum Naik Takhta ... 16

4. Kisah Hidup dan Pelayanan selama Menjabat Takhta Suci ... 18

a. Karya dan Kunjungan Pastoral ... 18

b. Serangan Percobaan Pembunuhan ... 21


(17)

xv

di Surga... 24

5. Penghargaan dan Gelar ... 26

a. Tokoh Dialog ... 26

b. Paus Orang Sakit dan Menderita ... 29

c. Santo yang Hidup ... 31

d. Yang Agung dan Yang Mulia ... 33

e. Pribadi yang Tenang dan Komunikator Besar ... 34

B. Spiritualitas Santo Yohanes Paulus II ... 37

1. “Hidup, Bergerak dan Berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28) ... 40

2. Teguh Berharap Walau dalam Situasi Tanpa Harapan ... 45

3. Cintakasih hingga Tuntas ... 48

4. Berdoa dalam Roh ... 59

BAB III. TANTANGAN DAN PELAYANAN KATEKIS ZAMAN INI .... 70

A. Tantangan Pelayanan Katekis Zaman Ini ... 71

1. Sekularisasi dan Sekularisme ... 72

2. Pandangan Hidup dan Budaya Instan ... 73

3. Ateisme dan Relativisme yang melahirkan Krisis Iman dan Moral ... 75

4. Dampak Perkembangan Teknologi Digital ... 75

5. Pluralitas yang diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme serta Globalisasi ... 76

6. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup ... 78

7. Merebaknya Kemiskinan ... 79

B. Tugas dan Peranan Katekis sebagai Pelayan Umat pada Zaman Ini 81 1. Pelayanan ... 82

a. Pelayanan menurut Kitab Suci ... 82

b. Pelayanan menurut Dokumen Gereja ... 84

c. Pelayanan menurut Para Tokoh ... 87

1). Paus Fransiskus ... 87


(18)

xvi

2. Sosok Katekis ... 93

3. Kategori Katekis ... 96

4. Tugas dan Peran Katekis ... 98

5. Cakupan Pelayanan Katekis ... 104

a. Cakupan teritorial ... 104

b. Cakupan Bidang ... 105

6. Perkembangan Pelayanan Katekis ... 107

BAB IV. MENIMBA INSPIRASI DARI SANTO YOHANES PAULUS II BAGI PELAYANAN PARA KATEKIS ... 112

A. Katekis Menimba Inspirasi dari St. Yohanes Paulus II ... 113

1. Saksi Iman yang Sejati ... 114

2. Tanpa Doa Iman dan Kasih adalah Mati ... 117

3. Kesetiaan pada Tugas Pengutusan ... 120

4. Hati Penuh Pengharapan ... 122

5. Pemberani di waktu Penuh Ketakutan dan Penderitaan ... 124

6. Sang Kelana dan Misionaris Agung... 126

7. Pribadi yang Rendah Hati ... 128

8. Pribadi yang Utuh ... 130

9. Pribadi Penuh Kasih ... 132

10. Pribadi Multi-Talenta ... 135

B. Usulan Program Retret untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan para Katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau 141 1. Latar Belakang Program... 141

2. Pengertian Retret... 145

3. Alasan Diadakan Program Retret ... 146

4. Tujuan Diadakan Retret ... 147

5. Gambaran Pelaksanaan Program Retret ... 149

6. Pemilihan Materi... 149


(19)

xvii

Semangat Pelayanan para Katekis di Paroki Santo Francis

Xaverius Keuskupan Keningau ... 157

BAB V. PENUTUP ... 173

A. Kesimpulan ... 173

B. Saran ... 176

DAFTAR PUSTAKA ... 178

LAMPIRAN ... 181

Lampiran 1: Data Diri Santo Yohanes Paulus II ... (1)

Lampiran 2: Beberapa Foto Kenangan Santo Yohanes Paulus II ... (3)

Lampiran 3: Beberapa Gambar Monumen Tanda Penghargaan Santo Yohanes Paulus II... (8)

Lampiran 4: Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II ... (9)

Lampiran 5: Ensiklik yang dikeluarkan oleh Santo Yohanes Paulus II (13) Lampiran 6: Doa dengan perantaraan Santo Yohanes Paulus II ... (14)


(20)

xviii A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2001, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 18 November 1965.

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misionaris Gereja, 7 Desember 1965.

ASG : Ajaran Sosial Gereja, Seri Dokumen Gerejawi Edisi Khusus (Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial gereja Tahun 1891-1991 dari Rerum Novarum sampai Centesimus Annus, diterjemahkan dari naskah resmi bahasa Latin oleh R. Hardawiryana, SJ), Agustus 1999.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman


(21)

xix

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

EG : Evangelii Gaudium. Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Sukacita Injil, 24 November 2013.

EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975.

GE : Gravissimum Educationis, Penyataan Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristiani, 28 Oktober 1965.

GS : Gaudium Et Spes, Kontitusi Pastoral Konsili Vatikan II mengenai Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.

KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral Gereja Katolik, 22 Juni 1992.

KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.

LG : Lumen Gentium, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 21 November 1964.

PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pelayanan Dan Kehidupan Para Imam, 7 Desember 1965. RM : Redemptoris Missio, Ensiklik Bapa Suci Yohanes Paulus II


(22)

xx Art : Artikel

AS : Amerika Serikat Bdk : Berdasarkan

CEP : Congregation for Evangelization of Peoples, Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa, menerbitkan buku Pedoman Untuk Katekis, 3 Desember 1993.

CM : Congregation Missionis, Kongregasi Misi FI : Formatio Iman

Hal : Halaman

KAJ : Keuskupan Agung Jakarta KAS : Keuskupan Agung Semarang KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Pdt : Pendeta

PIA : Pendampingan Iman Anak

PIOD : Pendampingan Iman Orang Dewasa PIR : Pendampingan Iman Remaja

PIUL : Pendampingan Iman Lanjut Usia PPK : Pusat Pelatihan Katekis

PUK : Petunjuk Umum Katekese

PKKI : Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia Prodi : Program Studi


(23)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengawali Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, Bapa Suci Fransiskus menyampaikan dorongan untuk melaksanakan seluruh kegiatan pewartaan atau yang sering disebut evangelisasi dengan penuh sukacita. Seruan tersebut mengajak seluruh keluarga besar Umat Allah untuk melakukan suatu pembaharuan atau suatu cara baru dalam melaksanakan visi dan misi bersama, yakni mewartakan kabar sukacita dengan penuh kegembiraan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, sukacita itu dapat dibagikan kepada orang lain jika seorang lebih dulu mengalami sukacita tersebut. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang yang telah menerima kasih Allah untuk tidak mampu membagikan kasih kepada sesama (EG 8).

Mengutip dari Ensiklik Deus Caritas Est, Bapa Suci mengungkapkan, “Menjadi seorang Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau gagasan mulia, melainkan perjumpaan dengan suatu kejadian atau seseorang, yang memberikan cakrawala baru dan arah yang menentukan dalam hidup” (EG 7). Dengan kutipan tersebut menjadi jelas bahwa pengalaman perjumpaan kasih merupakan unsur penting menjadi Kristiani. Oleh karena itu, Gereja perlu memberi tempat pada pengalaman perjumpaan akan Allah yang adalah kasih dan sumber sukacita sejati dalam kegiatan evangelisasi. Pengalaman perjumpaan atau pengalaman kasih tersebut bukanlah dalam hal-hal yang besar atau luar biasa tetapi “Inilah sukacita


(24)

yang kita alami sehari-hari, di tengah berbagai hal kecil dalam hidup,...”.(EG 4). Hal-hal kecil tersebut tidak sama dengan hal biasa yang dilakukan dan yang ada di dalam Gereja, tetapi ada di mana kemungkinan sukacita atau kasih Allah boleh diterima dan dialami oleh orang lain. Bapa Suci dengan penuh semangat juga mengatakan bahwa “Gereja harus keluar” untuk mencari dan menemukan tempat di mana benih kasih Allah dapat disemai.

Persoalan untuk masa sekarang adalah siapakah pelaku pewarta sukacita Injil tersebut? Pada dasarnya seruan Bapa Suci Fransickus tersebut ditujukan kepada semua umat sebagai anggota Gereja, namun secara khusus kepada mereka yang bergiat dalam pewartaan terutama para katekis. Para katekis yang secara khusus menempuh studi kateketik maupun katekis sukarela kiranya menanggapi dengan penuh keterbukaan seruan Bapa Suci Fransiskus serta siap melaksanakannya.

Dalam perjalanan waktu, jumlah umat semakin bertambah dan tentunya membutuhkan tenaga pelayan yang mencukupi. Seperti yang pernah Yesus katakan kepada murid-Nya “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” (Mat 9:37). Sementara itu, umat juga dihadapkan dengan pelbagai tantangan arus besar zaman yang semakin menggerogoti kehidupan rohani. Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang dalam Direktorium Formatio Iman Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati – mengarisbawahi tujuh tantangan arus-arus besar zaman sekarang (2014:11-17). Tantangan-tantangan tersebut adalah Sekularisasi dan Sekularisme (art. 15), pandangan hidup dan budaya instan (art. 16), krisis iman dan krisis moral yang ditandai dengan


(25)

munculnya Ateisme dan Relativisme (art. 17), Generasi Digital dan kecepatan-keluasan jejaring sosial (art. 18), pluralitas agama yang diwarnai gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme serta Globalisasi (art. 19,20), rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup (art. 21), dan merebaknya kemiskinan (art. 22).

Demikian situasi dunia banyak memberi kenikmatan duniawi yang sangat beragam dan sangat realistis pula. Dalam situasi seperti itu, baik pewartaan maupun pelayanan katekis menghadapi tantangan berat dan sulit dihadapi. Sementara itu, katekis juga mengalami banyak tantangan dan godaan yang membuat semangat pelayanan mereka semakin menurun. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan hanya sebagai kewajiban atau formalitas belaka, atau hanya pemenuhan kebutuhan pelayanan semata-mata demi mendapatkan kebahagiaan semu. Dalam situasi seperti itu, sukacita Injil atau kasih Allah menjadi semakin sulit untuk diwartakan. Sementara itu juga, berhadapan dengan pelbagai tantangan arus besar zaman, umat mengalami krisis iman dan krisis moral. Oleh hal demikian, sangat mendesaklah bagi Gereja untuk lebih giat dan aktif hadir di tengah hidup umat, melayani dan memperhatikan umat agar iman tetap terpelihara serta semakin berkembang. Karena itu, dibutuhkan tenaga pewarta terutama katekis untuk berperan mendampingi umat agar mengalami kasih Allah dalam hidupnya.

Menyadari akan tantangan tersebut, keuskupan maupun paroki mencoba untuk memberi bekal serta pembinaan kepada para katekis agar semakin bersemangat dalam melayani umat. Pelbagai usaha yang dilakukan, mulai dari


(26)

membiayai para calon katekis khusus studi teologi maupun ilmu kateketik, dan membina para katekis sukarela dengan harapan akan menjadi seorang katekis yang profesional serta berspiritualitas mendalam. Para katekis yang sudah melayani juga terus didampingi dan diberi pembinaan, kursus penyegaran pelayanan, dan pelatihan-pelatihan lainnya. Semua usaha tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan umat dan juga dalam usaha menanggapi seruan Bapa Suci Paus Fransiskus. Namun segala usaha tersebut tidaklah cukup untuk membina katekis yang sungguh berspiritual tangguh dan mendalam. Tidaklah cukup para katekis studi dan mengikuti banyak pelatihan dan pembinaan, tetapi membutuhkan pengolahan diri sendiri. Pengolahan diri sendiri pun harus ada dasar dan arahnya yang jelas pula. Maka dari itu, dalam skripsi ini penulis mengusulkan agar para katekis belajar dan menimba inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II.

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang memiliki semangat pelayanan tidak pernah pudar meskipun mengalami dan menghadapi banyak tantangan. Sosok yang memiliki kedalaman spiritualitas, menjadikan ia senantiasa bersemangat dalam menghayati panggilannya sebagai gembala sampai pada titik akhir hidupnya. Seperti yang sudah diketahui, St. Yohanes Paulus II, selama pelayanannya, menghadapi banyak tantangan bahkan menghadapi percobaan pembunuhan. Akibat dari luka serangan pencobaan pembunuhan inilah yang menjadi titik awal penderitaan beliau terhadap pelbagai jenis penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Meskipun demikian, semangat pelayanan St. Yohanes Paulus II tidak pernah luntur, tidak jarang pula beliau bersikeras melakukan pelayanan


(27)

maupun kunjungan pastoral di masa kondisinya tidak mendukung. St. Yohanes Paulus II juga memiliki relasi yang sangat intim dengan Sang Sabda sumber kehidupan yakni Yesus Kristus, dan sangat dekat dengan Bunda Gereja Bunda Maria. Kedalaman hubungan dengan Yesus dan Bunda Maria inilah yang menjadi sumber kekuatan St. Yohanes Paulus II dalam melaksanakan pelayanannya dan dalam menghadapi serta menanggung segala penderitaan yang beliau alami selama masa hidupnya.

St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang suka mengampuni dan senang menghibur orang lain. Setelah luka dalam akibat peluru serangan percobaan pembunuhan sembuh, St. Yohanes Paulus II dengan hati yang terbuka dan penuh kasih mendekati pelaku serangan dan mengampuninya. St. Yohanes Paulus II tidak hanya mengampuni tetapi beliau juga menganggap pelaku serangan sebagai saudaranya. Tindakan St. Yohanes Paulus II mengampuni dan menganggap pelaku serangan sebagai saudara merupakan tindakan kasih yang memancarkan sukacita. Tindakan ini sungguh menggugah hati banyak orang. Selain itu, di masa-masa sakitnya menjadi parah dan ditempatkan di rumah sakit, beliau bahkan selalu memberi penghiburan kepada para pesakit yang lain.

Selama menjabat takhta suci, St. Yohanes Paulus II sering kembali ke ruang operasi untuk melaksanakan tindakan prosedur atas sakit yang dideritanya. Betapa berat penderitaan yang beliau alami namun tidak menjadi penghalang baginya untuk melaksanakan pelayanan. St. Yohanes Paulus II bahkan sering menunda waktu perawatannya demi melaksanakan tanggung jawab sebagai Paus. Tidak hanya pada masa pelayanannya sebagai pemimpin tertinggi Gereja, namun


(28)

sudah sejak kecil beliau telah mengalami banyak penderitaan. Beliau kehilangan semua orang tersayangnya yakni kedua orang tuanya dan juga kakaknya. Beliau mengalami kekejaman dan kekerasan pemerintahan tentara Nazi Jerman yang memaksa beliau berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Namun sampai pada titik akhir hidup, semangatnya tetap bernyala dan sangat menginspirasi serta mengagumkan banyak orang di seluruh dunia.

Oleh hal yang demikian para katekis sebagai pelayan perlulah menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II misalnya kesetiaan pada tugas perutusan, ketekunan dalam doa, lemah lembut dan murah senyum, pemberani di waktu penuh ketakutan, hati penuh harapan meskipun dalam situasi tanpa harapan, pembela nilai luhur manusia, berani menghadapi sakit dan kematian, dan totalitas dalam pelayanan. Para ketekis perlu menggali spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II sebagai inspirasi pelayanan mereka dalam mewartakan Kabar Sukacita. Sukacita itu dapat dibagikan atau disebarkan kepada orang lain jika katekis lebih dulu memiliki sukacita tersebut. Itulah yang dilakukan oleh St. Yohanes Paulus II. Seperti yang dihadapi St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya, para katekis juga menghadapi tantangan besar yakni arus-arus perkembangan zaman yang dapat menghambat penghayatan panggilan katekis sebagai pelayan. Maka dari itu, penulis memberi judul skripsi ini, “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI

PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Tujuannya adalah,

supaya para katekis zaman sekarang semakin dapat menghayati panggilannya sebagai pelayan yang mewartakan Kabar Sukacita yakni kasih Allah.


(29)

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut :

1. Seperti apa sosok dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II? 2. Seperti apa sosok katekis dan pelayanan mereka kepada umat?

3. Inspirasi macam apa yang dapat digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II bagi pelayanan katekis zaman sekarang?

C. Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :

1. Menggambarkan spiritualitas dari St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.

2. Menggambarkan sosok katekis zaman sekarang dan realitas pelayanan mereka kepada umat.

3. Menyampaikan dan menguraikan inspirasi spiritualitas St. Yohanes Paulus II bagi pelayanan para katekis zaman sekarang.

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah pengetahuan dan wawasan baru kepada para katekis tentang kisah hidup dan pelayanan St. Yohanes Paulus II agar dapat mengenali lebih dalam sosok pribadi dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II.


(30)

2. Memberi pengetahuan dan pemahaman kepada umat kristiani tentang sosok katekis zaman sekarang dan realitas pelayanan mereka kepada umat, agar katekis sendiri semakin disadarkan akan tugas dan perannya dalam Gereja. 3. Memberi inspirasi bagi para katekis dalam usaha menghayati dan mencintai

panggilannya sebagai pewarta dan saksi Kristus sehingga semakin bersemangat melayani umat.

E. Metode Penulisan

Skripsi ini adalah studi pustaka dengan menggunakan metode penulisan deskripsi intepretatif. Dengan metode deskripsi intepretatif cara penulisan yang dilakukan adalah penulisan yang dilandaskan dengan cara mengemukakan, menyampaikan atau menggambarkan apa yang sudah didapat melalui studi pustaka kemudian menjelaskan dan memaknainya. Berdasarkan judul yang dipilih, penulis akan menggambarkan kembali inspirasi dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II kemudian memaknainya sebagai inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.

F. Sistematika Penulisan

Judul skripsi adalah “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI

PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Dengan judul tersebut,

penulis ingin mengali spiritualitas St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan para katekis zaman sekarang. Untuk mencapai maksud tersebut


(31)

penulisan skripsi ini direncanakan terdiri dari lima bab yang isinya adalah seperti berikut:

Bab I menguraikan pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II membahas sosok pribadi dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II yang mencakup pembahasan kisah St. Yohanes Paulus II dari masa kecil, kisah pelayanan sampai pada titik akhir hidupnya, pengertian spiritualitas secara umum dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II.

Bab III membahas tantangan dan pelayanan katekis zaman sekarang. Pembahasan dalam bab ini memberi gambaran tentang tantangan-tantangan pelayanan katekis dan pelayanan katekis kepada umat. Bab ini dimulai dengan pemaparan tujuh tantangan pelayanan zaman dewasa ini. Sebelum membahas pelayanan katekis, secara cermat akan dipaparkan arti pelayanan yang ditinjau dari 3 perspektif yaitu pelayanan menurut Kitab Suci, menurut Dokumen Gereja, dan pelayanan menurut beberapa tokoh. Pembahasan tentang pelayanan katekis zaman sekarang mencakup sosok, tugas dan peran katekis dalam Gereja. Selain itu, bab ini juga memberi gambaran tentang kategori katekis, cakupan pelayanan katekis dan perkembangan pelayanan katekis.

Bab IV membahas inspirasi-inspirasi yang didapat dari kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II. Penulis akan mengemukakan beberapa inspirasi yang menarik dari kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II dan memaknainya sebagai inspirasi bagi pelayanan katekis zaman sekarang. Bab ini ditutup dengan pembahasan


(32)

tentang usulan program retret sebagai usaha meningkatkan semangat pelayanan katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau Sabah.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan, penulis akan mengungkapkan beberapa hal penting berkenaan dengan pokok permasalahan penulisan skripsi ini. Penulis memberikan saran guna memanfaatkan hasil karya ini untuk meningkatkan semangat pelayanan para katekis dengan belajar dan menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II.


(33)

BAB II

PAUS YOHANES PAULUS II SANTO YANG HIDUP

Paus Yohanes Paulus II adalah tokoh yang sangat menginspirasikan, banyak hal yang dapat dipelajari darinya, baik itu sejarah hidupnya sebagai pelayan Gereja dan dunia maupun dokumen-dokumen yang telah diterbitkannya. Selama masa pelayanan Paus Yohanes Paulus II, banyak tantangan dan persoalan dunia yang telah dihadapi oleh Paus Yohanes Paulus II dengan penuh keberanian dan keyakinan serta harapan yang tak kunjung padam. Begitu unggul dan menginspirasikan kisah hidup dan pelayanannya sehingga sangat menarik dan berguna untuk dipelajari oleh para katekis sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan mereka.

Oleh hal yang demikian, pembahasan dalam bab II ini menjadi bagian yang penting dalam keseluruhan tulisan ini, dimana menjadi sumber belajar utama untuk mencapai maksud dan tujuan utama penulisan skripsi. Adapun isi dari bab II ini adalah mengenai kisah hidup St. Yohanes Paulus II dari kecil sampai wafatnya, kisah pelayanan dan tantangan-tantangan yang dihadapinya baik sebelum terpilih menjadi Paus maupun setelah menjadi Paus, termasuk juga beberapa hal menarik tentang penghargaan dan gelar, dan yang paling penting adalah pembahasan tentang spiritualitas St. Yohanes Paulus II.

Pembahasan bab II ini terdiri dari 2 bagian utama yaitu bagian pertama mengenai kisah hidup dan pelayanan, dan bagian kedua tentang spiritualitas St. Yohanes Paulus II. Bagian pertama dibagi menjadi 5 topik. Topik 1 sampai 3


(34)

lebih menyoroti kisah hidup dan pelayanan sebelum terpilih menjadi Paus. Topik 4 lebih menyoroti kisah hidup, pelayanan dan perjuangan selama menjabat takhta suci, terutama penderitaan yang dialaminya karena justru itulah yang menjadi kekhasan dari keunggulan pelayanan St. Yohanes Paulus II. Topik 5 menyoroti hal-hal yang menarik dari pribadi St. Yohanes Paulus II yang mengungkapkan kebesaran dan keunggulan beliau. Sedangkan bagian kedua terdiri dari 4 topik yang menjadi sumber belajar utama dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

A. Mengenal Kisah Hidup dan Pelayanan St. Yohanes Paulus II 1. Kisah Hidup Sebelum Menjadi Imam

Leonora Wilson dalam buku kecil tulisannya yang berjudul Karol dari Polandia mengisahkan kehidupan masa kecil St. Yohanes Paulus II. Karol Wojtyla adalah nama lahir St. Yohanes Paulus II. Dalam bahasa Inggris Karol berarti Charles. Nama keluarga Karol adalah Wojtyla. St. Yohanes Paulus II lahir pada tanggal 18 Mei 1920 di sebuah kota kecil bernama Wadowice di Negara Polandia. Rumah Wojtyla terletak di Church Street No. 7. Keluarga Wojtyla bukanlah keluarga yang kaya. Rumah yang mereka tempati adalah sebuah rumah yang biasa-biasa saja (Wilson, 2004: 6-7).

Berdasarkan tulisan Leonera Wilson (2004:8-9) ayah Wojtyla adalah seorang tentara. Dalam benak Wojtyla, nantinya dia juga akan menjadi seorang tentara yang baik seperti ayahnya. Wojtyla mempunyai seorang saudara yang bernama Edmund berusia dua belas tahun lebih tua daripadanya. Setiap hari ayah Wojtyla akan berangkat kerja, Edmund berangkat ke sekolah, manakala Wojtyla


(35)

tinggal di rumah bersama ibunya. Ibu Wojtyla, nyonya Wojtyla tidak memiliki pekerjaan tetap. Wojtyla sejak usia dini sudah mendapat didikan yang sangat bagus dari ibunya dan belajar berdoa secara mandiri. Wojtyla sangat menyukai ketika ibunya bercerita tentang Allah, Yesus, Bunda Maria, dan tentang Gereja.

Memasuki usia Sekolah Dasar yaitu tujuh tahun, Wojtyla bersekolah di sekolah militer yaitu sekolah khusus putra (Wilson, 2004:14). Semenjak memasuki usia sekolah, Wojtyla semakin aktif dan semakin berkembang dalam banyak hal terutama bidang olahraga. Wojtyla dipanggil Lolek oleh teman-temannya. Tidak lama setelah ulang tahun yang kesembilan, Wojtyla mengalami kesedihan karena ibunya telah meninggal (Wilson, 2004:16).

Setelah selesai di sekolah militer, Wojtyla melanjutkan belajarnya di sekolah lain dan belajar lebih banyak tentang matematika, menulis dan ilmu pengetahuan yang lainnya (Wilson, 2004:18). Wojtyla pun semakin pintar dan semakin aktif melaksanakan banyak kegiatan bersama teman-temannya. Namun baru saja setahun di sekolah baru ini, saudaranya Edmund mengalami sakit dan tidak kunjung sembuh. Saudaranya Edmund akhirnya meninggal (Wilson, 2004:19).

Leonora Wilson (2004:20-21) selanjutnya mengisahkan kebingungan Wojtyla dalam menentukan masa depannya. Setelah tamat dari sekolah menengah atas, Wojtyla masih belum jelas tentang masa depannya. Keinginannya untuk menjadi tentara sudah hilang. Selama masa ini Wojtyla sangat aktif datang ke Gereja untuk berdoa dengan harapan mendapat petunjuk akan mau jadi apa nantinya. Dalam hati Wojtyla terjadi pergulatan pilihan antara jadi bintang film


(36)

atau imam. Belum sempat membuat pilihan, pada tahun 1938, Wojtyla dan ayahnya berpindah ke sebuah kota yang lebih besar yaitu Krakow. Di kota ini Wojtyla masuk universitas. Tono Suratman (2014:116) dalam tulisannya Santo Yohanes Paulus II Mencium Bumi Indonesia menuliskan, di Krakow Wojtyla masuk Universitas Jaggiellonian. Di Universitas ini, sambil belajar filologi dan berbagai bahasa, Wojtyla juga tampil di beberapa grup teater dan menjadi penulis naskah drama. Kemampuan berbahasa Wojtyla berkembang dengan cepat sehingga beliau menguasai 12 bahasa asing, 9 daripadanya digunakan selama menjadi Paus.

Anthony Christie (2014: 56) dalam tulisannya mengisahkan tidak lama Wojtyla menetap di Krakow, perang pecah di Polandia akibat dari pendudukan Nazi pada tahun 1939. Orang-orang saling bertempur, pengeboman terjadi dimana-mana dan tank-tank tentara memenuhi kota. Banyak orang yang terbunuh dan dipenjarakan. Saat itu di Polandia tidak ada kebebasan dan keadaan sangatlah menyedihkan. Selama pendudukan Nazi, Wojtyla tidak dapat masuk ke sekolah karena semua sekolah ditutup (Wilson, 2004:22).

2. Panggilan Menjadi Imam

Wilson (2004:22-23) dalam buku kecilnya mengisahkan Wojtyla yang berani mengalami pergulatan panggilan hidupnya. Setelah pendudukan Nazi, bahkan Wojtyla belum merasa kalau ia nantinya akan menjadi imam. Karena tidak sekolah, ia bekerja di beberapa tempat. Wojtyla juga sering berkumpul dengan teman-temannya dan biasanya mengadakan acara seperti pementasan drama dan


(37)

pertunjukkan lainnya. Ketika itu, dalam hati Wojtyla bertanya pada diri sendiri bahwa dia akan menjadi pemain film yang terkenal. Sementara ayah Wojtyla semakin menderita sakit keras dan akhirnya dipanggil oleh Allah Bapa. Saat inilah Wojtyla mengalami pergulatan, ia berdoa dan berdoa terus agar ada jawaban yang ia dapatkan. Akhirnya Wojtyla menyadari bahwa Allah menghendakinya untuk menjadi seorang imam. Sejak kesadaran ini, Wojtyla semakin rajin belajar meskipun masih bingung mau pergi ke mana. Saat ini hati Wojtyla sudah bulat dan sangat yakin akan menjadi imam (Christie, 2014:57), hanya saja dia belum tahu bagaimana caranya karena masih terjadi penindasan dari tentara Nazi.

Selama ini Wojtyla tidak pernah putus asa, sepulang dari bekerja Wojtyla semakin giat belajar. Perang semakin memburuk, keadaan dan situasi Polandia semakin memprihatinkan. Pada suatu hari minggu, terdengar suara tembakan dari luar rumahnya. Ternyata tentara Nazi sedang mencari dan menangkap semua laki-laki. Wojtyla segera bersembunyi sampai tentara pergi meninggalkan rumahnya (Wilson, 2004:24). Tono Suratman (2014:118) dalam tulisannya mencatat peristiwa yang terjadi pada tanggal 6 Agustus 1944 ini sebagai insiden kelam “Minggu Hitam”, karena Gestapo mengumpulkan para pria muda di Krakow untuk mencegah meluasnya demonstrasi yang sedang terjadi di Warsawa. Rumah-rumah digeledah untuk mencari anak-anak muda. Wojtyla lolos dari penangkapan karena selama penggeledahan Wojtyla bersembunyi di ruang bawah tanah rumah pamannya.

Di saat yang genting ini Wojtyla semakin giat berdoa. Keesokan hari setelah tentara Nazi meninggalkan rumahnya, datanglah seorang wanita yang


(38)

merupakan seorang pemandu. Wojtyla mengikuti wanita tersebut. Mereka melewati banyak bahaya ditembak dan ditangkap oleh tentara tetapi itu tidak pernah terjadi sampai mereka tiba di rumah tempat Uskup Krakow tinggal. Sejak saat inilah perjalanan Wojtyla menjadi imam dimulai. Di rumah uskup ini Wojtyla melaksanakan studinya untuk menjadi seorang imam (Wilson, 2004:24-25).

Pada tahun 1945 perang berhenti. Tentara-tentara meninggalkan Polandia. Sekolah-sekolah dan universitas pun mulai dibuka kembali (Wilson, 2004:26). Para pelajar keluar dari persembunyian dan bergotong-royong membersihkan seminari. Tono Suratman (2014:118) mengisahkan, pada waktu itu Wojtyla telah menolong seorang gadis Yahudi bernama Edith Zierer 14 tahun, yang sedang melarikan diri dari perkampungan buruh di Czestochow. Selain gadis malang tersebut, menurut beberapa organisasi Yahudi, Wojtyla telah banyak menolong orang Yahudi selama pendudukan Nazi. Pada tahun 1946 Wojtyla telah menyelesaikan studinya dan ditahbiskan sebagai imam pada Pesta Hari Raya Orang Kudus, 1 November 1946, oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Adam Stefan Sapieha dan melaksanakan Misa pertamanya di kota tempat ia dilahirkan (Tono Suratman, 2014:119).

3. Kisah Hidup dan Pelayanan sebelum Naik Takhta

Selama menjadi Pastor Wojtyla tidak pernah melupakan kebiasaan-kebiasaan bersama dengan teman-temannya. Ia telah berusaha keras untuk mengajari orang tentang kebaikan Allah. Pastor Wojtyla memperjuangkan pelayanan yang memperkenalkan Allah kepada anak-anak. Ia sangat mencintai


(39)

anak-anak dan ia pun dicintai oleh banyak umat (Wilson, 2004:27). Tono Suratman (2014:119) menuliskan, tidak lama setelah ditahbiskan, Pastor Wojtyla dikirim oleh Kardinal Sapieha ke Roma untuk belajar di Universitas Angelicum, di bawah bimbingan seorang teolog kenamaan, Garrigou-Lagrange seorang imam dari ordo Dominikan Perancis. Pada tahun 1948, Pastor Wojtyla menyelesaikan studi doktoralnya dengan tesis yang mengangkat tema iman dalam kesaksian Santo Yohanes dari Salib.

Tono Suratman (2014:119-120) kemudian mengisahkan Pastor Wojtyla selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan pelayanan, terutama di waktu liburnya, Pastor Wojtyla menghabiskan waktunya untuk melaksanakan pelayanan pastoral kepada para imigran Polandia yang datang dari Perancis, Belgia dan Belanda. Setelah sekian lama belajar di Roma, pada tahun 1954 akhirnya Pastor Wojtyla memperoleh gelar doktor kedua untuk bidang filsafat di Universitas Angelicum. Pastor Wojtyla kemudian melanjutkan belajar di Universitas Katolik Lublin. Di universitas ini Ia mengambil kuliah di bidang filsafat dan teologi. Sementara ia juga aktif memberikan pelayanan iman kepada para mahasiswa. Selanjutnya ia menjadi pengajar mata kuliah teologi moral dan etika sosial di Seminari Tinggi Krakow dan di Fakultas Teologi Lublin. Selama periode ini Pastor Wojtyla menulis seri artikel di Koran Katolik Krakow, membuat karya sastra seperti puisi dan naskah drama.

Pada 4 Juli 1958 Pastor Wojtyla diangkat menjadi Uskup tituler Ombi dan Uskup Bantu Krakow oleh Paus Pius XII, dan ditahbiskan pada 28 September 1958, di Katedral Wawel, Krakow, oleh Uskup Agung Eugeniusz Baziak. Setelah


(40)

menjadi Uskup, hidupnya menjadi lebih sibuk lagi. Meskipun demikian, ia tetap masih meluangkan waktu untuk anak-anak dan orang muda. Sekitar sembilan tahun kemudian Uskup Wojtyla dipanggil ke Roma. Ketika itu Bapa Suci Paus Paulus VI sangat tertarik dengan pekerjaan Uskup Wojtyla. Pada 13 Januari 1963 Uskup Wojtyla diangkat menjadi Uskup Agung Krakow oleh Paus Paulus VI, yang menjadikannya Kardinal pada 26 Juni 1967 (Tono Suratman, 2014:121-122).

Tono Suratman (2014:122-124) kemudian mengisahkan terpilihnya Kardinal Wojtyla menjadi paus. Pada tanggal 6 Agustus 1978, Paus Paulus VI meninggal dunia. Sebagai seorang Kardinal, Wojtyla datang kembali ke Roma untuk proses pemilihan paus. Paus baru yaitu Paus Yohanes Paulus I pun terpilih. Namun masa jabatannya berakhir terlalu cepat setelah 33 hari menjabat, Paus Yohanes Paulus I meninggal. Para Kardinal pun berkumpul kembali ke Roma untuk memilih paus baru. Tidak disangka dalam konklaf kali ini Kardinal Wojtyla terpilih menjadi Paus dan ia pun mengambil nama Paus Yohanes Paulus II untuk menghormati pendahulunya. Anthony Christie (2014:60) membuat catatan, pada pelantikannya, ia memilih untuk melakukan upacara yang sederhana seperti pendahulunya dan bukanlah sebuah koronisasi Paus besar-besaran.

4. Kisah Hidup dan Pelayanan Selama Menjabat Takhta Suci a. Karya dan Kunjungan Pastoral

Didorong oleh keprihatinan pastoralnya bagi seluruh Gereja dan juga didorong oleh rasa keterbukaan, solider, dan amal kasih terhadap seluruh umat


(41)

manusia, St. Yohanes Paulus II melaksanakan tugas pelayanannya dengan semangat misioner yang tidak pernah mengenal lelah, penuh dedikasi dan dengan segenap tenaganya. St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah mengadakan 104 kunjungan pastoral di luar Itali dan 146 di dalam Itali. Sementara itu, sebagai Uskup Roma, St. Yohanes Paulus II mengunjungi 317 dari 333 paroki kota. St. Yohanes Paulus II juga telah mengadakan pertemuan lebih banyak dari pendahulunya. Pertemuan yang diadakannya tidak hanya kepada Umat Allah atau anggota Gereja tetapi juga kepada para pemimpin bangsa-bangsa. Banyak tokoh pemerintah yang dijumpainya dalam 38 kunjungan resmi, 738 audiensi dan pertemuan dengan Kepala Negara, dan 246 audiensi dan pertemuan dengan Perdana Menteri dari seluruh dunia.

Pelayanan beliau juga banyak memberi perhatian kepada kaum muda. Kasihnya bagi orang-orang muda membawa pada penetapan Hari Pemuda Sedunia. Dengan adanya Hari Pemuda Dunia St. Yohanes Paulus II telah berjaya menyatukan jutaan orang muda dari seluruh dunia (Christie, 2014:73). Pada saat yang sama keluarga juga mendapat perhatian dari St. Yohanes Paulus II, secara khusus perawatannya untuk keluarga terungkap dalam Rapat Dunia Keluarga, yang dimulai pada tahun 1994. Selain itu, St. Yohanes Paulus II juga telah berhasil menjalin dialog dengan orang Yahudi dan dengan perwakilan-perwakilan masing-masing dari agama lain. Mereka juga yang diundang ke pertemuan dan doa untuk perdamaian, khususnya di Asisi. Tidak hanya menjalin dialog dengan orang Yahudi namun St. Yohanes Paulus II juga telah menjalin hubungan dengan


(42)

agama-agama lain seperti Anglikan, Lutheran, Yahuni, Gereja Ortodoks Oriental, Budha, dan Islam (Christi, 2014:74-83).

St. Yohanes Paulus II memiliki peran penting dalam runtuhnya komunisme. Beliau menjadi katalisator untuk “revolusi damai” yang meruntuhkan komunisme di Polandia (Christi, 2014:83). Runtuhnya komunisme di Polandia disusuli dengan runtuhnya Tembok Berlin di Jerman Timur, kemudian kehancuran komunisme Uni Soviet pada tahun 1990 (Tono Suratam, 2014:130). Dalam persiapan memasuki milenium ketiga dan persiapan merayakan Jubileum Agung tahun 2000, St. Yohanes Paulus II telah mengedarkan surat Apostolik Novo Ineunte Millennio, di mana, melalui surat tersebut, ia menunjukkan jalan menuju masa depan kepada umat.

St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah melakukan banyak usaha dan dorongan luar biasa untuk kanonisasi dan beatifikasi. Beliau merayakan upacara beatifikasi 147 di mana ia menyatakan 1.338 orang kudus; dan 51 kanonisasi dengan jumlah 482 orang kudus. Beliau juga telah mengangkat Theresia dari Kanak-Kanak Yesus menjadi seorang Doktor Gereja. St. Yohanes Paulus II juga telah memperluas Kardinal, menjadikannya 231 Kardinal dalam 9 consistories. Beliau mengatur 15 Sidang Sinode para Uskup – enam Sinode Biasa. Satu Sinode Luar Biasa, dan delapan Sidang Khusus.

St. Yohanes Paulus II telah menerbitkan 85 dokumen penting yang terdiri dari 14 Ensiklik, 15 amanat Apostolik, 11 Konstitusi Apostolik, dan 45 Surat Apostolik. St. Yohanes Paulus II juga telah mengeluarkan Katekismus Gereja Katolik. St. Yohanes Paulus II juga mengadakan reformasi terhadap Kitab


(43)

Hukum Kanonik Timur dan Barat, dan menciptakan lembaga baru dalam dan mereorganisasi Kuria Romawi. Selain menghasilkan banyak karya yang bersifat dokumen, St. Yohanes Paulus II juga menerbitkan lima buku sendiri.

Pada tanggal 9-14 Oktober 1980 St. Yohanes Paulus II datang ke Indonesia. Saat di Indonesia, Beliau telah mengunjungi Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Medan, dan Dili yang saat itu masih bagian dari Indonesia. Beliaulah Paus yang kedua berkunjung ke Indonesia, setelah Paus Paulus VI di tahun 1970. Pada tahun 1993, Vatikan menetapkan hubungan diplomatik formal dengan Israel. Dan pada bulan Maret 2000, Ia mengunjungi Israel dan berdiri di atas tanah Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia juga berdiri pada suatu tempat yang memperlihatkan Danau Galilea yang dikatakan tempat Yesus mengajarkan kotbah di atas bukit.

b. Serangan Percobaan Pembunuhan

Seperti yang dituliskan oleh Anthony Christie (2014:85) selama waktu jabatannya, St. Yohanes Paulus II mendapatkan tiga pencobaan pembunuhan. Pencobaan pembunuhan yang pertama terjadi pada tanggal 13 Mei 1981, ketika memasuki Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat St. Yohanes Paulus II hampir tewas oleh tembakan percobaan pembunuhan Mehmet Ali Agca, seorang ekstrimis Turki. Dengan peristiwa ini, Agca akhirnya dihukum penjara seumur hidup. Dua tahun kemudian, St. Yohanes Paulus II telah menjenguk Mehmet Ali Agca pelaku serangan percobaan pembunuhannya di penjara.


(44)

Sebuah percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada tanggal 12 Mei 1982, di Fatimah, Portugal (Christie, 2014:86). Seorang pria berusaha menikam Paus dengan sebilah bayonet, tetapi dicegah oleh para penjaga. Pelakunya adalah seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, warga negara Spanyol, bernama Juan Maria Fernandezy Krohn yang menentang reformasi Konsili Vatikan II dan memanggil St. Yohanes Paulus II sebagai seorang “agen dari Moskwa.” Juan Maria Fernandezy Krohn kemudian divonis hukuman penjara enam tahun.

Percobaan pembunuhan yang ketiga kalinya terjadi ketika St. Yohanes Paulus II berada di Manila, pada bulan Januari 1995 (Christie, 2014:87). Percobaan pembunuhan kali ini merupakan bagian dari Operasi Bojinka, sebuah serangan terorisme massal yang dikembangkan oleh anggota kaum ekstrimis, Ramzi Yousef dan Khalid Sheik Mohammad. Seorang pelaku bom bunuh diri yang menyamar sebagai seorang pastor direncanakan mendekati parade paus dan meledakkan diri namun gagal karena rencana pembunuhan telah diketahui.

c. Penderitaan yang Dialami

Stanislaw Dziwisz, Czeslaw Drazek, Renato Buzzonetti, dan Angelo Comastri dalam buku Izinkan Aku Pulang Ke Rumah Bapa (2010), banyak mengisahkan penderitaan yang dialami oleh St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya. Penulis memilih tulisan Renato Buzzonetti (2010:59-90) yang berjudul “Hari-hari penuh Penderitaan dan Harapan” karena beliau adalah dokter pribadi St. Yohanes Paulus II.


(45)

Menurut Renato Buzzonetti, semenjak serangan percobaan pembunuhan pada tahun 1981, St. Yohanes Paulus II sering mendapat penyakit yang tidak mudah ditangani. Serangan itu sendiri paling tidak membuat St. Yohanes Paulus II harus dioperasi karena terjadi luka dalam akibat terkena peluru yang menembus bagian perut dan hampir mengenai tulang belakang, dan menyebabkan kerusakan pada bagian usus kecil dan usus besar, membran selaput perut, dan terjadi banyak pendarahan dalam. Tiga bulan kemudian dari peristiwa serangan, Paus sekali lagi menjalani operasi untuk mengangkat saluran pembuangan buatan yang dipasangkan ketika operasi pertama. Beberapa tahun berlalu, Paus menunjukkan gejala-gejala umumnya yang terjadi mengikut usia tua yang cepat karena terbebani oleh banyak kesulitan, keadaan tidak nyaman, dan pelbagai tantangan pelayanan yang dialaminya.

Tahun 1992, Paus kembali menjalani operasi medis serius karena mengalami tumor berbahaya dari usus besarnya. Di masa-masa sulitnya ini, St. Yohanes Paulus II tetap bersemangat melakukan kunjungan internasionalnya sampai yang terakhir kalinya yaitu pada 5 September 2004. Perjalanan-perjalanan yang beliau lakukan memang sangat melelahkan sehingga akhirnya mengharuskan beliau sendiri untuk berjalan menggunakan kursi roda. Suaranya melemah, ungkapan wajahnya menunjukkan penderitaan yang dialami, dan tatapan wajahnya juga merawang jauh. Ini menunjukkan beliau memang mengalami masa-masa sulit terutama karena derita sakit. Tahun 1993, beliau terjatuh tersandung karena terinjak jubahnya sendiri. Insiden ini menyebabkan


(46)

pendarahan. Pada 28 April 1994, sekali lagi beliau jatuh di apartemen yang menyebabkan pinggul kanan beliau retak dan keseleo.

Pada 14 Agustus 1996, St. Yohanes Paulus II mengalami radang usus buntu yang akut. Namun karena kesibukan tugas beliau, masalah kesehatan semakin menimbulkan keprihatinan umum. Pada 8 Oktober St. Yohanes Paulus II menjalani operasi yang keenam kalinya. Kehidupan publiknya semakin rumit karena komplikasi yang sering terjadi terutama pada tahun 2002 hingga tahun 2003 beliau mengalami penderitaan yang berulang kali kambuh pada lutut sebelah kanan karena osteoarthritis yang semakin parah. Di tahun 2004, St. Yohanes Paulus II menunjukkan kekecewaannya karena mengalami keharusan untuk tidak aktif dari tangan Tuhan sendiri. Memasuki tahun 2005, kondisi kesehatan St. Yohanes Paulus II mulai menurun secara drastis.

d. Detik-detik Terakhir Sebelum Dijemput Menghadap Bapa di Surga Berdasarkan tulisan Renanto Buzzonetti (2010 :79-90) dokter pribadi St. Yohanes Paulus II yang berjudul “Hari-hari penuh dengan penderitaan” berikut adalah tahap-tahap penurunan kesehatannya secara kronologis, pada perjuangan akhir hidupnya sampai wafat.

31 Januari 2015: beberapa audiensi dibatalkan karena Paus menderita flu. 1 Februari 2005: St. Yohanes Paulus II dilarikan ke Poliklinik Gemelli Roma pada malam hari untuk dirawat dan diagnosis. 5 Februari 2005: kesehatan beliau mulai membaik dan tinggal beberapa hari di rumah sakit. 10 Februari 2005: kesehatannya St. Yohanes Paulus II membaik sehingga diperkenankan


(47)

kembali ke apartemennya di Vatikan dengan mobil, namun beberapa hari kemudian mengalami kesulitan bernafas. 21 Februari 2005: beliau menerima sakramen pengurapan orang sakit yang kedua kali dan dibawa ke rumah sakit. Selama berada di rumah sakit beliau berusaha sedapat mungkin melaksanakan tugas kewajibannya. 6 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II sempat merayakan misa di kapel rumah sakit.

Pada 13 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II kembali ke apartemennya di Vatikan dan sempat mengikuti nyanyian ratapan Yeremia. 20 dan 23 Maret 2005: Paus muncul di jendela kamarnya untuk melakukan berkat tetapi tak sanggup berbicara. 27 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II muncul di jendela apartemennya tanpa suara memberi berkat “Urbi et Orbi” dengan tanda salib besar yang terakhir kalinya. 30 Maret 2005: beliau sempat memberkati kerumunan umat. Pipa pembantu dipasang demi lancarnya proses pemasukan makanan ke dalam tubuhnya. 31 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II diserang komplikasi demam tinggi, dan tekanan darah turun akibat infeksi pada saluran urine, dan menerima sakramen pengurapan orang sakit yang ke tiga kali. Pada 1 April 2005: kondisi St. Yohanes Paulus II sangat serius, namun masih sempat merayakan misa konselebrasi, mengikuti meditasi dan ibadat harian. 2 April 2005: pada pukul 07.30 kesadaran St. Yohanes Paulus II mulai menghilang dan kembali. Pada pukul 15.30 St. Yohanes Paulus II mengucapkan kata “perkenankanlah aku pulang ke rumah Tuhan”, kemudian pada pukul 19.00 memasuki situasi koma. Pada pukul 20.00 Misa pesta Kerahiman Ilahi diselenggarakan di kaki tempat tidurnya, dan pada pukul 21.37 St. Yohanes Paulus II menghembuskan nafasnya yang terakhir.


(48)

5. Penghargaan dan Gelar

Salah satu tokoh populer yang dimuatkan oleh Anthony Christie (2014: 53-104) dalam buku tulisannya adalah St. Yohanes Paulus II. Tentu saja St. Yohanes Paulus II merupakan tokoh yang populer karena kontribusinya pada Gereja dan dunia. Bagi penulis tokoh St. Yohanes Paulus II adalah tokoh yang sangat menginspirasikan. Selain dari hasil karya dan pelayanan beliau seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, beberapa hal berikut juga sangat menarik dari tokoh St, Yohanes Paulus II.

a. Tokoh Dialog

Prof. Dr. E. Armada Riyanto CM (2010:307-330) dalam buku tulisannya Dialog Interreligius menyebut dan memuat tokoh St. Yohanes Paulus II sebagai tokoh dialog. St. Yohanes Paulus II lah yang meneruskan semangat Enseklik Ecclesium Suam yang meletakkan perdamaian di atas segala-galanya, dan beliaulah yang menerjemahkan semangat Konsili Vatikan II dalam tatanan dialog interreligius karena menurut beliau perdamaian tidak mungkin akan terwujud tanpa dialog. Kebesaran St. Yohanes Paulus II justru menjadi jelas saat kematianya ketika banyak politisi, pemimpin-pemimpin negara dunia dan pemimpin agama-agama ikut dalam prosesi pemakamannya (Krispurwana Cahyadi 2011:1). Hal ini terjadi karena beliau telah memberi sumbangan besar dalam menjalin kerja sama internasional, dialog antaragama dan antarbudaya, serta ajaran-ajarannya tentang keadilan dan perdamaian.


(49)

Kehadiran sosok tokoh dialog ini telah memberi kontribusi luar biasa bukan saja pada Gereja tetapi juga di luar lingkup Gereja. Pokok dialog yang diperjuangkan oleh St. Yohanes Paulus II adalah keluhuran martabat manusia. Dalam banyak kesempatan beliau telah menyuarakan bahwa pentingnya menerima, menghargai, menghormati, dan menjunjung martabat keluhuran manusia. St. Yohanes Paulus II adalah seorang paus yang tidak kenal kata takut atau gentar. Beliau berani berkelana ke seluruh dunia untuk membawa pesan dialog, beliau juga berani menentang ideologi-ideologi yang tidak menghargai martabat manusia, beliau berani menentang dan mengkritik praktek kekerasan terutama perang. Contohnya, beliau berani mengkritik keputusan Presiden AS, George Bush Jr. karena menyerang Irak.

Sebagai tokoh dialog, St. Yohanes Paulus II tidak hanya pintar dalam berdialog tetapi lebih kepada “keindahan hati yang terbuka, menyambut dan merangkul, mendengarkan dan menghargai kehadiran siapa saja” (Armada Riyanto, 2010: 308). Beliau berani menemui para tokoh agama lain seperti Islam, Yahudi, Anglikan, Lutheran, Gereja Ortodoks, dan Buddha. Beliau juga berani bertemu dengan kelompok-kelompok masyarakat seperti orang sakit, orang miskin, orang muda, kaum remaja dan pemimpin negara. Menurut St. Yohanes Paulus II, kultur dialog sangat penting ditumbuhkan di tengah perbedaan-perbedaan yang ada, dan juga dalam situasi sosial yang terjadi demi terwujudnya keadilan dan perdamaian bagi semua (Krispurwana Cahyadi 2011:69).

Armada Riyanto (2010: 309) membuat catatan “saking luasnya pengaruh dialogal Yohanes Paulus II sampai-sampai pada saat dunia berkabung atas


(50)

wafatnya, pemerintah Sri Lanka yang mayoritas penduduknya beragama Budha dan Hindu pun menghormatinya secara khusus”. Suatu penghargaan dan pengakuan yang sangat membanggakan, ketika seorang pendeta protestan di kota Chicago, Amerika Serikat, mengatakan Paus Yohanes Paulus II bukan milik Katolik saja tetapi milik dunia (Armada Riyanto, 2010: 309).

St. Yohanes Paulus II juga memiliki peran yang penting dalam runtuhnya ideologi Komunisme dan simbol keangkuhan peradaban yakni Tembok Berlin. Dunia sendiri menyaksikan ketegaran dan keberaniannya. Dimulai dari runtuhnya Komunisme di Polandia disusuli oleh negara-negara Komunisme yang beralih kepada demokrasi. Banyak peristiwa spektakuler yang mengagumkan sekaligus menginspirasikan seluruh dunia, antaranya adalah kunjungan St. Yohanes Paulus II ke Negara Kuba yang masih Negara Komunis dan sangat tertutup. Peristiwa Doa bersama di Asisi pada tahun 1986, di mana dalam acara yang belum pernah terjadi sebelumnya, para pemimpin agama berhimpun dan berdoa bersama-sama bagi perdamaian dunia. Inilah ciri khas dialogal St. Yohanes Paulus II yang didukung dan didasari oleh doa. Selain itu peristiwa yang tidak kalah mengagumkan adalah kebersamaannya dengan puluhan ribu pemuda-pemudi Muslim di Casablance, Maroco pada 19 Agustus 1985.

Armada Riyanto (2010: 316) selanjutnya dengan tegas mengungkapkan bahwa St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang memiliki jiwa sang pemeluk dan pencari Kebenaran Sejati. Seorang pencinta dan pencari kebenaran yang tidak pernah menyisihkan siapa pun, tidak mengisolasikan dirinya dari kehadiran orang lain. Tidak memecah belah namun merangkul dan menyatukan seraya


(51)

menawarkan rekonsiliasi. Beliau memohon maaf kepada umat Yahudi dan umat Muslim dan juga kepada dunia atas kekeliruan yang pernah dilakukan oleh Gereja namun juga sekaligus mengampuni. Beliau telah menghadirkan solidaritas yang penuh dengan cintakasih tanpa batas terhadap siapa pun terutama yang menderita.

b. Paus Orang Sakit dan Menderita

Stanislaw Dziwisz (2010: 21-34), sekretaris pribadi St. Yohanes Paulus II, menuliskan catatan yang menjelaskan betapa perhatiannya Paus Yohanes Paulus II kepada para orang menderita terutama orang sakit. Pengalaman penderitaan yang dialami selama sebelum menjadi Paus sungguh membekas sehingga pada pidato pertamanya sebagai Paus beliau menyampaikan keberpihakannya kepada para penderita. Sri Paus mengatakan bahwa para penderita memiliki kesamaan dengan Kristus yang telah menderita.

St. Yohanes Paulus II memiliki kasih yang tidak terhingga terhadap para penderita. Selama melakukan audiensi atau kunjungan ke paroki-paroki di Roma, beliau selalu memberi perhatian yang penuh kepada kelompok yang cacat, yang tua dan sakit, dan juga mereka yang duduk di kursi roda. Beliau dengan penuh kasih mendatangi mereka, berbicara dengan mereka, memberkati mereka, dan memberi dukungan rohani. Bagi St. Yohanes Paulus II, Kristus hadir dalam diri para penyandang dan penderita sakit maka sebagai wakil Kristus di dunia, para orang sakit selalu mendapat tempat di hati dan doanya. Dalam setiap kunjungan apostoliknya, St. Yohanes Paulus II selalu berkeinginan untuk bertemu dengan para orang sakit.


(52)

Bagi St. Yohanes Paulus II para penyandang cacat dan orang sakit memiliki martabat yang sama dengan yang lain yakni martabat citra Allah. Karena itu, mereka adalah saudara yang patut diperlakukan sebagaimana terhadap yang tidak sakit. Mengabaikan mereka berarti menolak kecitraan mereka dan berarti juga menolak Wajah Kristus yang hadir dalam diri mereka. Stanislaw Dziwisz (2010: 28-31) menuliskan pandangan St. Yohanes Paulus II terhadap penderitaan. Menurut beliau mereka yang menderita merupakan model Kristus yang menyatakan suatu perintah kasih, karena itu menurutnya penderitaan adalah panggilan untuk mengasihi sesama, dan beliau juga memandang penderitaan sebagai “kunjungan dari Tuhan”.

Tanda konkret keprihatinan dan keberpihakan St. Yohanes Paulus II terhadap orang sakit dan menderita adalah berdirinya Komisi Bantuan Pastoral untuk Pekerja Kesehatan dengan tujuan untuk lebih memberdayakan lagi pelayanan kepada para penderita sakit, ditetapkannya Hari Orang Sakit Sedunia pada 13 Mei 1992 yang dirayakan setiap tahun (Dziwisz 2010: 32), dan dengan terbitnya dua dokumen yang menyerukan penghargaan terhadap para penderita sakit yakni seruan apostolik Salvific Doloris dan enseklik Redemptoris Hominis. Kedua-duanya memberi penekanan pada manusia (yang sakit, cacat, miskin, kaya, dan sehat) sebagai jalan utama dan fundamental untuk sampai pada misteri inkranasi dan penebusan.


(53)

c. Santo yang Hidup

Tentu saja tidak ada yang mendapat penghormatan santo atau santa selagi masih hidup tetapi bagian ini sangat menarik untuk ditelusuri. Setelah wafatnya, seluruh dunia berkabung untuk menghormati perginya sang pemberani, sang pencari kebenaran sejati, sang pencinta, dan sang pembela iman. Kekudusan dan kesucian serta keluhuran hidupnya menginspirasi banyak orang dan menginginkan beliau dijadikan santo dengan segera. Permintaan yang menginginkan agar Paus Yohanes Paulus II dinyatakan sebagai orang kudus, telah dikumpulkan oleh Angelo Comastri (2010:94-126) dalam tulisannya. Dengan adanya permintaan untuk menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai orang kudus jelas menunjukkan bahwa beliau layak dijadikan orang kudus. Permintaan-permintaan itu pun ditanggapi oleh Vatikan dengan memulai penyelidikan dan pengamatan untuk memenuhi syarat-syarat seorang dapat dijadikan orang kudus.

Angelo Comastri (2010:115-126), yang ikut serta dalam penyelidikan dan pengamatan, membuat beberapa catatan penting yang dapat dijadikan dasar untuk menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai orang kudus. Garis besar yang dibuat olehnya adalah, mengatakan bahwa St, Yohanes Paulus II seorang yang sangat berani dalam situasi yang penuh dengan ketakutan, sangat berani membela keadilan dan perdamaian sementara di mana-mana terjadi perang, berani menghadapi musuh dan kematian, sangat gigih membela keluarga, sangat berani membela keluhuran martabat manusia tanpa ada yang terkecuali, sangat berani menemui dan berbicara dengan semua kelompok dan komunitas orang di seluruh


(54)

dunia, dan beliau tidak pernah takut dan lelah melayani dan merangkul umat manusia dengan kasih yang mendalam.

Salah satu syarat penting dalam menentukan pengangkatan seorang menjadi orang kudus adalah mukjizat yang terjadi lewat doa perantaraan bagi nama yang bersangkutan. Paus Yohanes Paulus II, selain mukjizat yang terjadi setelah wafatnya, beberapa mukjizat telah terjadi selama kepausannya (saat masih hidup). Mukjizat-mukjizat tersebut telah dituliskan oleh Tono Suratman (2014:161-163) ketika membahas proses beatifikasi St. Yohanes Paulus II. Antaranya adalah, pada Januari 1980, di Castel Gondolfo, seorang anak perempuan 10 tahun, Stefani Mosco, yang cacat tubuh mengalami kesembuhan selang beberapa waktu setelah dihibur dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II. Pada tahun 1981, ketika berkunjung ke Manila, Filipina, seorang biarawati, Suster Madre Vangie, mengalami kesembuhan dari cacat tubuhnya selang beberapa menit setelah Paus berdoa dan meletakkan tangan di atas kepalanya. Pada tahun 1990, seketika setelah diberkati dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II, Helano Mireles seorang bocah Meksiko 10 tahun mengalami kesembuhan dari sakit leukemia.

Semua hal di atas menunjukkan bahwa Paus Yohanes Paulus II telah hidup dalam kegagahan dan kebijakan yang sungguh luar biasa. Kontribusi atau sumbangan beliau dalam banyak hal sungguh memberi pengaruh yang besar kepada kehidupan Gereja dan juga mempengaruhi sejarah peradaban dunia. Beliau telah memberikan keteladanan hidup yang sungguh luar biasa. Ketulusan kasih yang diberikan dan ditunjukkannya mengantar manusia mengalami kasih


(55)

Kristus. Paus Yohanes Paulus II juga telah dan senantiasa hidup dalam kekudusan dan kesucian. Beliau sangat mistis dalam doa sehingga melalui dia kasih Kristus dapat dihadirkan dalam dunia. Beliau tidak pernah berbicara buruk tentang orang lain melainkan beliau mencurahkan kasih yang begitu dalam dan tulus kepada semua orang. Sementara beliau mencari kebenaran sejati, pada masa yang sama beliau memperjuangkan kebenaran sejati yang dihayatinya. Demikianlah banyak hal yang menjadi alasan untuk mengatakan Paus Yohanes Paulus II adalah “santo yang hidup”.

d. Yang Agung dan Yang Mulia

Tono Suratman (2014: 158-159, 164) memberi gambaran pemberian gelar “yang agung” dan “yang mulia” kepada Paus Yohanes Paulus II. Gelar “yang agung” adalah gelar yang tidak mudah diperoleh. Tidak banyak orang yang mendapat gelar “yang agung”. Pemberian gelar yang agung juga tidak ada ketentuannya yang resmi. Setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II, Gereja Katolik sangat terkesan sehingga memberi gelar “yang agung” untuk menghormati dan memuliakannya. Sepanjang sejarah Gereja, hanya empat paus yang mendapat gelar “yang agung”, Paus Leo I (440-461), Paus Gregorius I (590-604), dan Paus Nikolas (858-867). Paus Yohanes Paulus II adalah paus pertama yang mendapat gelar “yang agung” selama 10 abad terakhir.

Sedangkan sebutan dan gelar “yang mulia” atau “Venerabilis” adalah pengakuan resmi Gereja bahwa seorang telah hidup dalam kegagahan dan kebijakan. Pada 19 Desember 2009, Paus Benediktus XVI menandatangani dekrit


(56)

yang mengumumkan sebutan “Venerabilis” terhadap Paus Yohanes Paulus II. Dengan sebutan “Venerabilis” Gereja secara resmi mengakui bahwa Paus Yohanes Paulus II telah hidup dalam kegagahan dan kebijakan yang sungguh luar biasa. Paus Yohanes Paulus II telah memberikan keteladanan hidup sebagai seorang Kristiani sejati yang sungguh luar biasa.

Sementara Anthony Christie (2014:102-103) dalam tulisannya menuliskan tempat-tempat yang telah diberi nama dengan memakai nama Paus Yohanes Paulus II. Semua penamaan tersebut adalah tanda pengakuan dan penghargaan atas kontribusi Paus Yohanes Paulus II yang begitu besar terutama perdamaian dunia dan penghargaannya terhadap keluhuran martabat manusia. Contohnya, Stasiun Roma Termini didedikasikan untuk Paus Yohanes Paulus II; di Polandia, salah satu dari bandara utama dinamakan Bandar Udara Internasional Yohanes Paulus II Krakow; di Portugal, Bandar Udara Yohanes Paulus II di Azores; di Brasil, stadion bola sepak di Moji-Mirim diberi nama Stadion Yohanes Paulus II; di Boston sebuah taman diberi nama Pope John Paul II Park Reservation; di Bacold City, sebuah menara diberi nama Menara Paus Yohanes Paulus II; dan di Kepulauan Shetland Selatan yakni di Pulau Livingston, patung Yohanes Paulus II pun didirikan.

e. Pribadi yang Tenang dan Komunikator Besar

Paus Yohanes Paulus II bukan manusia yang sempurna tetapi dalam ketegangan dan pertentangan serta dalam kesulitan besar yang dihadapinya beliau selalu bersikap tenang. Dalam ketenangan, beliau adalah seorang yang reflektif.


(57)

Seluruh peristiwa dalam hidupnya dimaknai secara reflektif dan profetis. Stanislaw Dziwisz (2010: 36-37) mengisahkan tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II saat menjadi uskup dan kardinal.

Setelah menjadi Uskup Agung Krakow tantangan yang beliau alami semakin kuat sampai pada permusuhan terhadap beliau. Demikian juga setelah menjadi kardinal tantangan yang dihadapi semakin sulit. St. Yohanes Paulus II dituduh sebagai musuh negara oleh rezim yang berkuasa. Media yang ada dimanfaatkan untuk menyebarkan fitnah terhadap beliau. Pertentangan terus dilaksanakan oleh rezim pemerintah dengan pelbagai cara sampai pada usaha memecah belah para pemimpin Gereja. Semua tantangan dihadapinya dengan bijaksana. Pertentangan terus diusahakan oleh Rezim dengan pelbagai cara namun semuanya menemui kegagalan karena beliau saat itu sebagai kardinal senantiasa menunjukkan rasa hormat yang tinggi dan loyalitas kepada primatnya.

Setelah menjadi Paus, persoalan yang dihadapinya lebih rumit dan lebih luas lagi yakni persoalan Gereja dan dunia secara universal. Tantangan besar baginya adalah memudarnya nilai kemanusiaan dan situasi dunia yang sangat memprihatinkan karena keadilan dan perdamaian menjadi suatu yang mustahil untuk diwujudkan. Dalam situasi tanpa harapan beliau tetap tenang dan membawanya dalam doa. Beliau menghadapi pergulatan dunia dengan semangat karismatik, profetis, dan misioner. Semuanya dihadapi dengan penuh bijaksana dengan semangat anti kompromi yang sopan dan alami sehingga tidak menimbulkan pertentangan atau ancaman dalam lingkup Gereja. Kritik dan pertentangan tetap ada tetapi dihadapinya dengan bijaksana.


(1)

(9)

Lampiran 4: Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II

Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II: 104 Kunjungan Kenegaraan 1. Tahun 1979

a. 25 Januari – 1 Februari: Republik Dominika dan Meksiko b. 2-10 Juni: Polandia

c. 29 September – 07 Oktober: Irlandia dan Amerika Serikat d. 28-10 November: Turki

2. Tahun 1980

a. 2-12 Mei: Zaire, Republik Kongo, Kenya, Ghana, Burkina Faso, dan Pantai Gading

b. 30 Mei – 2 Juni: Prancis c. 30 Juni – 12 Juli: Brasil

d. 15-19 November: Jerman Barat 3. Tahun 1981

a. 16-27 Februari: Filipina, Guam, dan Jepang 4. Tahun 1982

a. 12-19 Februari: Nigeria, Benin, Gabon, dan Guniea Khatulistiwa b. 12-15 Mei: Portugal, Fatima

c. 28 Mei – 02 Juni: Britania Raya d. 10-13 Juni: Argentina

e. 15 Juni: Swiss

f. 28 Agustus: San Marino

g. 31 Oktober – 09 November: Spanyol 5. Tahun 1983

a. 02-10 Maret: Kosta Rika, Nikaragua, Panama, EI Salvador, Guatemala, Belize, Honduras dan Haiti

b. 16-23 Juni: Polandia

c. 14-15 Agustus: Lourdes di Prancis d. 10-13 September: Austria

6. Tahun 1984

a. 2-12 Mei: Korea Selatan, Papua Nugini, Kepulawan Solomon, Thailand b. 12-17 Juni: Swiss

c. 09-20 September: Kanada

d. 10-12 Oktober: Spanyol, Republik Dominika, Puerto Rico 7. Tahun 1985

a. 26 Januari – 06 Februari: Venezuala, Ekuador, Peru, Trinidad dan Tobago b. 11-12 Mei: Belgia, Belanda, Luxembourg


(2)

(10)

c. 08-19 Agustus: Togo, Pantai Gading, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Zaire, Kenya, Maroko

d. 08 September: Liecthtenstin 8. Tahun 1986

a. 01 – 10 Februari: India

b. 01-08 Juli: Kolombia, St Lucia c. 04-07 Oktober: Prancis

d. 19 November – 01 Desember: Australia, Selandia Baru, Bangladesh, Fiji, Singapura, Seychelles

9. Tahun 1987

a. 31 Maret – 13 April: Uruguay, Chili, Argentina b. 30 April – 04 Mei: Jerman Barat

c. 08-14 Juni: Polandia

d. 10-20 September: Amerika Serikat dan Kanada 10.Tahun 1988

a. 07-18 Mei: Uruguay, Bolivia, Peru, Paraguay b. 23-27 Juni: Austria

c. 10-19 September: Zimbawe, Botswana, Lesotho, Swaziland, Mozambique, memutar melalui Afrika Selatan

d. 08-10 Oktober: Prancis 11.Tahun 1989

a. 28 April - 06 Mei: Madagaskar, Reunion, Zambia, dan Malawi b. 01-10 Juni: Norwegia, Islandia, Finlandia, Denmark, Swedia c. 19-21 Agustus: Spanyol

d. 06-16 Oktober: Korea Selatan, Indonesia, Timor Timur, Mauritius 12.Tahun 1990

a. 25 Januari – 01 Februari: Cape Veda, Guinea-Bissau, Mali, Burkina Faso, Chad

b. 21-22 April: Cekoslowakia c. 06-13 Mei: Meksiko, Curacao d. 25-27 Mei: Malta

e. 01-10 September: Tanzania, Rwanda, Burundi, Pantai Gading 13.Tahun 1991

a. 10-13 Mei: Portugal b. 01-09 Juni: Polandia

c. 13-20 Agustus: Polandia, Hungaria d. 12-21 Oktober: Brasil

14.Tahun 1992


(3)

(11)

b. 04-10 Juni: Angola, Sao Tome dan Principe c. 09-14 Oktober: Republik Dominika

15.Tahun 1993

a. 03-10 Februari: Benin, Ugada, Sudan b. 25 April: Albania

c. 12-17 Juni: Spanyol

d. 06-19 Agustus: Jamaika, Meksiko, Amerika Serikat e. 04-10 September: Lituania, Latvia, Estonia

16.Tahun 1994

a. 10-11 September: Kroasia 17.Tahun 1995

a. 12-21 Januari: Filipina, Australia, Papua Nugini, Sri Lanka b. 20-22 Mei: Ceko dan Polandia

c. 03-04 Juni: Belgia d. 30 Juni: Slowakia

e. 14-20 September: Kamerun, Kenya, Afrika Selatan f. 04-08 Oktober: Amerika Serikat

18.Tahun 1996

a. 05-12 Februari: Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Venezuela b. 14 April: Tunisia

c. 17-19 Mei: Slovenia d. 21-23 Juni: Jerman

e. 06-07 September: Hungaria f. 19-22 September: Prancis 19.Tahun 1997

a. 12-12 April: Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina b. 25-27 April: Ceko

c. 10-11 Mei: Lebanon d. 31 Mei – 10 Juni: Polandia e. 21-24 Agustus: Prancis f. 02-05 Oktober: Brasil 20.Tahun 1998

a. 21-25 Januari: Kuba b. 21-23 Maret: Nigeria c. 19-21 Juni: Austria d. 02-04 Oktober: Kroasia 21.Tahun 1999

a. 22-25 Januari: Mexico City di Meksiko b. 26-27 Januari: St. Louis, Missouri


(4)

(12) c. 07-09 Mei: Rumania

d. 05-17 Juni: Polandia e. 19 September: Slovenia

f. 05-09 November: New Delhi, India, dan Tbilisi di Geogia 22.Tahun 2000

a. 24-26 Februari: Mesir

b. 20-26 Maret: Jordan, Israel, Wilayah Otonomi Palestina c. 12-13 Mei: Fatima di Portugal

23.Tahun 2001

a. 04-09 Mei: Athena di Yunani, Suriah, Malta b. 23-27 Juni: Ukraina

c. 22-27 September: Armenia dan Kazakhstan 24.Tahun 2002

a. 22-26 Mei: Azerbaijan dan Bulgaria

b. 23 Juli – 01 Agustus: Kanada, Guatemala, Meksiko c. 16-19 Agustus: Polandia

25.Tahun 2003

a. 03-04 Mei: Spanyol b. 05-09 Juni: Kroasia

c. 22 Juni: Bosnia dan Herzegovina d. 11-14 September: Slowokia 26.Tahun 2004

a. 05-06 Juni: Swiss

b. 14-15 Agustus: Lourdes di Perancis

Sumber: Anthony Christie. (2014: 65-72). 9 Paus terpopular sepanjang masa. Yogyakarta: Kanisius


(5)

(13)

Lampiran 5: Ensiklik yang dikeluarkan oleh Santo Yohanes Paulus II Ensiklik yang dikeluarkan oleh St. Yohanes Paulus II

1. 1979: Redemptor Hominis 2. 1980: Divisi n Misericordia 3. 1981: Laborem Exercens 4. 1985: Slavorum Apostoli

5. 1986: Dominum Te Vivificantem 6. 1987: Redemptoris Mater

7. 1987: Sollicitudo reli Socialis 8. 1990: Redemptoris Missio 9. 1991: Centesimus Annus 10.1993: Veritatis Splendor 11.1995: Evangelium Vitae 12.1995: Ut Unum Sint 13.1998: Fides Te Ratio

14.2003: Ecclesia Ed Eucharistia

Sumber: Anthony Christie. (2014: 103-104). 9 Paus terpopular sepanjang masa. Yogyakarta: Kanisius


(6)

(14)

Lampiran 6: Doa dengan Perantaraan Santo Yohanes Paulus II

DOA PERANTARAAN SANTO YOHANES PAULUS II Ya St. Yohanes Paulus II, dari jendela surga, anugerahilah kami berkatmu! Berkatilah Gereja yang engkau kasihi dan layani serta bimbing, dengan gagah berani memimpinnya sepanjang perjalanan dunia demi membawa Yesus kepada semua orang dan semua orang kepada Yesus. Berkatilah kaum muda, yang adalah

kekasih terbesarmu. Bantulah mereka untuk bermimpi kembali, bantulah mereka untuk menatap tinggi ke atas kembali demi menemukan terang yang menerangi

jalan kehidupan di sini di dunia.

Kiranya engkau memberkati keluarga-keluarga, berkatilah setiap keluarga! Engkau memperingatkan kami akan serangan setan terhadap nyala ilahi ini, yang

amat berharga dan sangat dibutuhkan, yang Allah nyalakan di bumi. St Yohanes Paulus II, dengan doamu, kiranya engkau melindungi keluarga dan setiap

kehidupan yang berkembang dari keluarga.

Berdoalah bagi seluruh dunia, yang masih ditandai dengan ketegangan-ketegangan, peperangan dan ketidakadilan. Engkau mengatasi peperangan dengan menyerukan dialog dan menanamkan benih-benih kasih: berdoalah bagi kami agar

kami menjadi penabur damai yang tak kenal lelah.

Ya St. Yohanes Paulus, dari jendela surga, di mana kami melihatmu di samping Maria, kirimkanlah berkat Allah ke atas kami semua. Amin.