TINGKAT PENGETAHUAN CALON IBU RUMAH TANGGA TERHADAP IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA versi "Ibu Rumah Tangga" di media Televisi (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga Terhadap iklan layanan Masyarakat Keluarga Berencana ve

TINGKAT PENGETAHUAN CALON IBU RUMAH TANGGA TERHADAP
IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA ver si “Ibu
Rumah Tangga” di media Televisi
(Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga Terhadap iklan
layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi “Ibu RumahTangga” di media
Televisi)

SKRIPSI

Oleh :
Christanio Pradana P
NPM. 0643010337

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


ABSTRAKSI
CHRISTANIO PRADANA PUTRA, TINGKAT PENGETAHUAN CALON
IBU RUMAH TANGGA TERHADAP IKLAN LAYANAN MASYARAKAT
KELUARGA BERENCANA VERSI “IBU RUMAH TANGGA” DI
TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah
Tangga ter hadap Iklan Layanan Masyarakat ver si “Ibu Rumah Tangga” di
Televisi).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat
pengetahuan calon ibu rumah tangga terhadap iklan layanan masyarakat keluarga
berencana versi “ibu rumah tangga”. Teori yang digunakan dalam teori ini adalah
teori S-O-R. Teori komunikasi S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-OrganismeRespon. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu
komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda dan
gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima
tanda lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara
memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan.selanjutnya respon
diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan
analisis deskriptif. Penyebaran kuesioner kepada 100 responden dilakukan dengan

teknik sample multistage sampling untuk mengetahui tinggi, sedang, rendah,
tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga terhadap iklan KB versi “ibu rumah
tangga”.
Kesimpulan dari hasil penelitian tingkat pengetahuan calon ibu rumah
tangga tentang iklan layanan masyarakat KB versi “ibu rumah tangga” di televisi
adalah sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan sedang artinya
responden mengetahui unsur iklan dalam iklan KB versi “ibu rumah tangga”
tetapi belum memahami secara keseluruhan makna dari iklan tersebut.

xii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjat kan puji syukur kehadirat Tuhan Yang M aha Esa
at as segala karunia sert a rahm at -Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul : “ Tingkat Penget ahuan Calon Ibu Rumah Tangga
t erhadap Iklan Layanan M asyarakat Keluarga Berencana versi “ Ibu Rumah

Tangga” di media Televisi (St udi Deskript if Tingkat Penget ahuan Calon Ibu
Rumah Tangga t erhadap Iklan layanan M asyarakat Keluarga Berencana versi
“ Ibu Rum ah Tangga” di m edia Televisi).

Penulis menyadari bahw a dalam penyusunan skripsi ini, tidak akan
berjalan lancar dan berw ujud baik t anpa adanya dukungan dari berbagai
pihak, maka penulis ingin mengucapkan Terim a Kasih kepada :

Bapak Juw it o, S.Sos, M .Si. selaku Dosen Pembimbing yang t eleh memberikan
pet unjuk dan bimbingan sehingga t erselesaikannya skripsi ini., Penulis juga
menyampaikan ucapan t erima kasih kepada :

1. Dra.Ec.Hj. Suparw at i, M .Si selaku Dekan Fakult as Ilm u Sosial dan Ilmu
Politik Universit as Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M .Si. selaku Ket ua Program St udi Ilmu
Komunikasi Fakult as Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universit as

Pembangunan Nasional “ Vet eran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Syaifudin Zuhri, S.Sos, M .Si. selaku Sekert aris Program
St udi Ilmu Komunikasi Fakult as Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universit as Pembangunan Nasional “ Vet eran” Jawa Timur.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4. Bapak Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakult as Ilmu Sosial dan
Ilmu Polit ik Universit as Pembangunan Nasional “ Vet eran” Jaw a
Timur.
5. Keluarga penulis dengan segala doa dan dorongan sert a bimbingan
yang t erus m enerus.
6. St hefania Liona yang selalu m enemani ke kampus
7. Seluruh pihak yang t idak mungkin yang saya sebut kan satu persat u,
yang

t elah


membant u

dan

memberikan

semangat

dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Besar Harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak. Akhir kat a, penulis mengucapkan t erima kasih dan
Semoga ALLAH BAPA senant iasa memberikan pet unjuk bagi kit a semua.
Amin.

Surabaya, 03 M ei 2012

Penulis


v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN J UDUL……………………………………………………………………….....i
LEMBAR PERSETUJ UAN…………………………………………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………………iii
KATA PENGANTAR…………………………………………….........................................iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………........vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………...x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………...xi
ABSTRAKSI………………………………………………………………………………...xii

BAB I


BAB II

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah…………………………………………….....1

1.2.

Perumusan Masalah…………………………………………………....8

1.3.

Tujuan Penelitian………………………………………………………8

1.4.

Kegunaan Penelitian…………………………………………………...8


KAJ IAN PUSTAKA
2.1.

Landasan Teori…………………………………………………….......9
2.1.1. Televisi Sebagai Media Beriklan……………………………….9
2.1.2. Periklanan……………………………………………………...10
2.1.3. Iklan Layanan Masyarakat KB versi “ibu rumah tangga”……..11
2.1.4. Keluarga Berencana…………………………………………....14
vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.5. Calon Ibu Rumah Tangga Sebagai Pemirsa Televisi………….23
2.1.6. Unsur-unsur Iklan……………………………………………..25
2.1.7. Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga........................29

BAB III

2.2.


Teori S – O – R (Stimulus – Organisme – Respons) ………………..31

2.3.

Kerangka Berpikir……………………………………........................33

METODE PENELITIAN
3.1.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……………………...36
3.1.1. Tingkat Pengetahuan……………………..................................36
3.1.2. Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana
versi “Ibu Rumah Tangga” di Televisi......................................40

3.2.

Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel………………….....41
3.2.1. Populasi…………………………………………......................41
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………………………..42


BAB IV

3.3.

Teknik Pengumpulan Data………………………...............................47

3.4.

Metode Analisis Data……………………………...............................47

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Gambaran Umum Obyek Penelitian…………………………………49

4.2.

Penyajian dan Analisis Data…………………………………………50
4.2.1. Identitas Responden………………………….........................50

4.2.2. Penggunaan Media...................................................................52
4.2.2.1. Frekunsi Melihat Iklan KB versi “Ibu rumah
Tangga”......................................................................53

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.3. Tingkat Pengetahuan Calon Ibu Rumah Tangga terhadap
Iklan layanan Masyarakat KB versi “Ibu Rumah
Tangga”....................................................................................54
4.2.3.1. Video visual................................................................54
4.2.3.2. Talent..........................................................................57
4.2.3.3. Props............................................................................59
4.2.3.4. Setting.........................................................................61
4.2.3.5. Slogan..........................................................................63
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan…………………………………………………………..67

5.2.

Saran…………………………………………………………………68

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....69
LAMPIRAN………………………………………………………………………………...71

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Iklan adalah proses penyampaian pesan atau informasi kepada
sebagian atau seluruh khalayak dengan menggunakan media. Menurut Wahyu
Wibowo (2003 : 5) iklan atau periklanan didefinisikan sebagai kegiatan
berpromosi atau berkampanye melalui media massa.
Iklan dianggap sebagai teknik penyampaian pesan yang efektif dalam
menjual dan menawarkan suatu produk. Oleh karenanya dalam aktivitas
perpindahan informasi tentang produk yang diiklankan pada khalayak
tentunya harus mengandung daya tarik setelah pemirsa atau khalayak ketahui
sehingga mampu menggugah perasaan, maka untuk menampilkan kekuatan
iklan tidak hanya sekedar menampilkan pesan verbal tetapi juga harus
menampilkan pesan non verbal yang mendukung iklan.
Salah satu media untuk menyampaikan pesan berupa iklan adalah
televisi. Hal ini dikarenakan peranan televisi memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan media lain dalam upaya membantu proses keberhasilan
penyebaran iklan. Selain memiliki sisi kreasi dan inovasi, dalam hal ini
mengedepankan informasi dan hiburan, iklan televisi juga mampu
mempengaruhi emosi masyarakat yang bertempat tinggal tersebar dan
heterogen dalam memenuhi standar serta gaya hidup permisanya. Didukung
karakteristiknya yang audio dan visual, televisi mampu membangkitkan
selera pemirsa terutama atas rangsangan visual, sehingga menjadikannya
1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

sebagai medium yang intim dan personal. Bukan sesuatu yang mudah bila
sebuah iklan bermaksud untuk menarik perhatian pemirsa. Terlebih lagi bila
seseorang membiasakan diri menjadi pemirsa televisi, dimana dia terusmenerus dibombardir oleh pesan – pesan iklan yang nyaris mengendap dalam
pemikirannya ( Kasali, 2003 : 236 ).
Iklan televisi telah menciptakan karakteristik dan memiliki opera
sabunnya sendiri. Semuanya itu menambah nilai positif dan menimbulkan
pengaruh terhadap khalayak tang menonton ataupun melihat tayangan iklan
tersebut di televisi. Kelebihan – kelebihan televisi sebagai media iklan ini
berlaku dimana saja dan berlaku secara umum. Berkesan Realistic, sifatnya
visual dan merupakan kombinasi warna, gerakan, dan audio, maka iklan
yang disuguhkan televisi tampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan
ini, para pengiklan dapat menunjukkan isi pesan iklan tersebut secara detil.
Diharapkan melalui iklan yang ditayangkan di televisi, masyarakat atau
khalayak dapat lebih tanggap memberikan perhatian terhadap iklan yang
sedang ditampilkan.
Pengaruh iklan terhadap khalayak umumnya dapat menambah
pengetahuan dan memberikan informasi, sedangkan khususnya setelah
melihat tayangan iklan tersebut, diharapkan khalayak secara langsung dapat
terpengaruh sehingga khalayak dapat mengerti isi pesan yang terdapat pada
iklan tersebut dan akhirnya khalayak dapat memberikan respon yang positif
karena seringnya iklan tersebut ditayangkan berulang – ulang dalam sehari.
Tidak bisa dipungkiri bahwa iklan juga dapat menimbulkan kontroversi
seperti dapat mengubah tindakan seseorang karena mendapat terpaan iklan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

tertentu. Akibatnya secara komulatif terpaan iklan dapat terjadi sepanjang
kehidupan seseorang dan berperan untuk pengaruh nilai – nilai baru,
memodifikasi serta membuang nilai – nilai lama. Iklan telah mempengaruhi
manusia untuk apa saja mulai dari kebutuhan barang atau jasa.
Di antara berbagai jenis iklan, Iklan Keluarga Berencana adalah Iklan
layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat sama halnya dengan iklan
komersial tetapi, iklan ini tidak menjual produk dalam bentuk barang atau
jasa. Iklan layanan masyarakat adalah berupa pesan, informasi dan berita
seputar bimbingan atau ajakan dari pemerintah yang ditujukan kepada
masyarakat, misalnya saja : iklan keluarga berencana, iklan sumber daya
manusia, iklan tentang listrik dan BBM, iklan tentang dunia pendidikan dan
gemar membaca, iklan tentang hak asasi manusia, iklan tentang flu burung
dan demam berdarah, iklan tentang pelestarian lingkungan dan lain
sebagainya. Semua iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi
tersebut diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat, selain itu dengan
adanya terpaan iklan layanan masyarakat tersebut masyarakat dapat mengerti
isi pesan yang disampaikan dalam bentuk iklan. Masyarakat juga diharapkan
mengerti maksud dan tujuan serta program yang dicanangkan oleh
pemerintah.
Iklan layanan masyarakat ini ditujukan untuk masyarakat luas, iklan
ini dibuat sedemikian rupa agar memiliki daya tarik tertentu dalam menarik
perhatian khalayaknya. Iklan layanan masyarakat umumnya dibuat oleh
lembaga – lembaga khusus pemerintah yang bergerak dibidang jasa untuk
melakukan himbauan – himbauan yang positif kepada masyarakat agar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

masyarakat mengerti isi pesan iklan tersebut dan dapat menarik perhatian
masyarakat sehingga dapat menimbulkan respon yang positif pula bagi
masyarakatnya. Melalui penampilan beberapa orang model iklan, kata – kata
yang mudah diingat, gambar serta ilustrasi yang dibuat sedemikian rupa agar
menarik perhatian khalayak, atau iklan yang dibuat dengan tujuan agar tidak
terjadi hal – hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Karena sasaran iklan
adalah masyarakat, maka tujuan periklanan adalah mempengaruhi kognisi
khalayak ( Jefkins, 1997 : 17 ). Efek kognitif dari adanya pesan iklan adalah
perubahan pengetahuan.
Pengetahuan sendiri merupakan proses di dalam menerima stimuli
dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis sehingga
dengan adanya iklan yang ditayangkan di televisi, khalayak yang belum
mengetahui akan mengerti, paham, dan jelas mengenai informasi yang
disampaikan oleh pengiklan.
Mengambil iklan layanan masyarakat ”Tentang Keluarga Berencana
Dua Anak Lebih Baik” versi ”Ibu Rumah Tangga”, di televisi sebagai obyek
penelitian, karena iklan ini merupakan bagian dari kampanye nasional
bertema ”KB 2 anak lebih baik” yang merupakan bagian dari program –
program pemerintah dalam mensosialisasikan tentang pentingnya KB, kepada
masyarakat melalui media. Iklan layanan masyarakat ”KB 2 Anak Lebih
Baik”, ini merupakan versi terbaru dari iklan – iklan layanan masyarakat
tentang ”KB” sebelumnya. Pemerintah lebih banyak melakukan sosialisai
tentang KB melalui media televisi dibandingkan media lainnya. Pemerintah
memanfaatkan kelebihan yang dimiliki televisi untuk mensosialisasikan KB
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

dan diharapkan memberikan dampak atau pengaruh yang kuat terhadap
pengetahuan masyarakat.
Sebagai negara dunia ketiga atau negara berkembang, Indonesia
memiliki problem kependudukan yang serius, seperti masalah kemiskinan,
pemerataan pembangunan, pengangguran dan lain-lain. Dengan jumlah
penduduk pada tahun 2010 kurang lebih 235 juta (BPS 2010), Maka
Indonesia merupakan negara yang berusaha bagaimana mengatasi masalah
dan mengatur masalah kelahiran anak. KB, Indonesia sudah menjalankan
sejak pemerintahan Orde baru dengan slogan 2 anak cukup, tetapi sejak
reformasi, saat pemerintahan SBY, maka slogan KB berubah menjadi 2 anak
lebih baik. Tidak bisa dihindari apabila ledakkan penduduk tidak
dikendalikan melalui pengatuiran jumlah anak dan pengaturan kelahiran,
akan menjadi bencana dan malapetaka. Seperti kemiskinan, masalah
pendidikan anak, kesehatan anak, lowongan pekerjaan dan lain-lain..
Sejauh ini, banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
mensukseskan keluarga berencana dengan slogan 2 anak lebih baik, dengan
menghidupkan posyandu-posyandu dengan melibatkan kader-kader desa dan
bidan desa di seluruh pelosok Indonesia. Memberikan pemahaman kepada
pasangan usia subur, penyuluhan tetntang usia perkawinan kepada para
remaja, pentingnya mempersiapkan sebuah keluarga yang kuat secara
ekonomi, pentingnya mengatur jarak kelahiran dan lain-lain.
Kampanye ini berisi pesan himbauan dan ajakan kepada masyarakat
Indonesia untuk menyadari pentingnya KB. Dengan KB diharakan dari sudut
pemerintah tidak terbebani dengan masalah-masalah kependudukan, masalahHak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

masalah sosial, kesehatan, pendidkan, lapangan pekerjaan dan lain-lain.
Sedangkan dari sudut rakyat/masyarakat, kesehatan ibu terjamin, kesehatan
anak terjamin, pendidikan terjamin dan lain-lain..
Iklan layanan masyarakat tentang KB 2 anak lebih baik versi ibu
rumah tangga ini merupakan kelanjutan dari iklan layanan masyarakat yang
sudah diluncurkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), sebelumnya. Dalam versi ibu rumah tangga ini menonjolkan
informasi atau pesan bahwa sebagai ibu rumah tangga yang berperan
langsung untuk mendidik anak-anaknya begitu berat dan sangat merepotkan
apabila harus mengurusi anak lebih dari 2, hal ini tempat pada tayangan
dimana harus mencuci banyak pakaian, mencuci alat-alat dapur, permintaan
anak akan uang jajan, uang sekolah dan lain-lain. Slogan yang menjadi
penutup dalam iklan layanan tersebut adalah ” 2 Anak Lebih Baik”. Iklan
layanan masyarakat ini berdurasi ± 60 detik. Dalam versi ini terdapat 5 orang
anak yang dijadikan sebagai model iklan serta seorang ibu rumah tangga yang
banyak mengerjakan pekerjaan rumah.
Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa iklan layanan masyarakat yang
disiarkan di televisi memiliki beberapa daya tarik intelektual untuk
membangkitkan kognisi seseorang, daya tarik nilai kuantitas yaitu karena
seringnya iklan tersebut ditayangkan dalam satu waktu tertentu. Fenomena
tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Liliweri ( 1992 : 75 ).
Diharapkan masyarakat mampu memahami dan mengerti pesan yang
disampaikan melalui iklan layanan masyarakat tentang KB 2 anak lebih baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Pengetahuan masyarakat terhadap iklan merupakan aspek yang sangat
penting

untuk

menentukan

keberhasilan

pengiklan

dalam

mengkomunikasikan sebuah iklan layanan masyarakat. Melalui iklan,
khalayak diharapkan mengetahui isi pesan maupun informasi yang
ditayangkan televisi. Tanggapan khalayak mengenai pesan yang disampaikan
dalam iklan layanan masyarakat ini, merupakan proses dimana pesan tersebut
dapat dimengerti atau tidak, dan menjadi bahan pengetahuan khalayak
terhadap iklan layanan masyarakat tentang KB 2 anak lebih baik di televisi.
Iklan ini ditayangkan di TVRI, RCTI, SCTV, INDOSIAR, TRANS TV, TPI,
GLOBAL TV, TRANS7 dan stasiun televisi lainnya.
Pengetahuan disini mengacu pada apakah seseorang memiliki
mengetahui dan mengerti informasi/pesan dari suatu isu tertentu, sehingga ia
dapat secara jelas mengambil sikap terhadap isu tersebut (Eriyanto,
1999:238). Pada penelitian ini peneliti mengambil lokasi di wilayah Surabaya
karena masyarakatnya yang heterogen yaitu berasal dari tingkat sosial dan
pendidikan, ekonomi, dan pekerjaan yang beraneka ragam dengan
pertimbangan tingkat kepadatan penduduknya.. Selain itu mobilisasi
masyarakatnya yang tinggi, dengan berbagai problematikanya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji
sejauh mana tingkat pengetahuan calon ibu rumah tangga televisi di Surabaya
tentang iklan layanan masyarakat KB 2 anak lebih baik, versi ”Ibu Rumah
Tangga”. Disini peneliti mengambil sampel dari sebagian pemirsa di wilayah
Surabaya yang menonton iklan layanan masyarakat tersebut dan yang
berumur 17 tahun keatas. Dengan alasan bahwa pada saat berusia 17 tahun
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

keatas seseorang memiliki kematangan kognitif, kematangan emosional dan
sosial serta pada usia tersebut seseorang sudah termasuk dewasa dan sudah
bisa dimintai pendapatnya tentang suatu hal (Sarwono, 2004 : 14).
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa perumusan masalahnya adalah “Tingkat pengetahuan Calon Ibu
Rumah Tangga terhadap iklan layanan masyarakat KB versi “Ibu Rumah
Tangga”, di televisi ”

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah “ untuk
mengetahui Tingkat Pengetahuan calon Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan
Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi “Ibu Rumah Tangga”, di
televisi.

1.4

Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan
memberikan

Teoritis,

yaitu

informasi

dapat

serta

menambah

sumbangan

wacana

pemikiran

dan
bagi

pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan atau
referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis, yaitu dapat memberikan evaluasi bagi pihak
pengiklan dalam mengkomunikasikan pesan verbal ataupun non
verbal sehingga dapat mempengaruhi kognitif pemirsa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1.

Landasan Teor i

2.1.1. Televisi Sebagai Media Ber iklan
Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas
dan penyampaian dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan di
televisi memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi
juga dapat dalam gambar yang bergerak (audio visual).
Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para pengiklan.
Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang merupakan unsur
audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya bahwa televisi mampu
menambah daya tarik iklan dan televisi juga diyakini sangat berorientasi
meningkatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang disampaikan ( Kasali,
2003 : 242 ). Bukti keefektifan televisi sebagai media beriklan terlihat
pada

kepercayaan

iklan

yang

kuat

terhadapnya

serta

selalu

menggunakannya secara tetap. Penyebabnya antara lain karena kekuatan
yang dimiliki televisi yaitu :
a. Efisiensi biaya merupakan keunggulannya mampu menjangkau
khalayak sasaran yang sangat luas. Televisi tidak hanya menjangkau
khalayak sasaran yang dapat dicapai oleh media lain tetapi juga
khalayak yang tidak terjangkau sekalipun. Jangkauan massal ini
menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap orang.

9

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

b. Memberi dampak atau pengaruh yang kuat. Dalam hal ini televisi
mempunyai kemampuan menimbulkan tekanan pada dua indera
sekaligus, penglihatan dan pendengaran (Kasali, 2003 : 242).
Selain membawa pesan dalam bentuk audio visual juga karena
jangkauan dan efisiensi biayanya telah dapat dibuktikan sehingga
mencapai khalayak sasaran dengan biaya rendah (Katopo, 1994 : 64).

2.1.2. Periklanan
Periklanan bertujuan didalam mengubah atau mempengaruhi sikap
– sikap khalayak (Jefkins, 1997 : 17). Sehingga sikap khalayak terhadap
iklan akan terpengaruh, apabila terlebih dahulu mempengaruhi kognisi
khalayak. Kognisi merupakan usaha untuk mengembangkan diri lewat
tindakan berpikir. Dalam Websters Dictionary mendefinisikan kognisi
sebagai pernyataan dari kemampuan seseorang untuk menangkap obyek
dan ide – ide atau dapat dikatakan bahwa kognisi merupakan kemampuan
khalayak di dalam merespon objek, benda – benda atau ide – ide yang
berada di luar dirinya dapat disimpulkan bahwa periklanan merupakan
kegiatan penyebaran informasi mengenai produk barang atau jasa dari
komunikator kepada komunikan dan menimbulkan efek kognitif.
Sedangkan Kasali (1995 : 9) menyebutkan iklan adalah suatu pesan
yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat
suatu media. Masyarakat Periklanan Indonesia (Kasali, 1995 : 11)
menyebutkan iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh
masyarakat.
Dari beberapa pengertian iklan yang disebut diatas, peneliti
berkesimpulan iklan adalah suatu bentuk pesan baik berupa ide, gagasan,
pemberitahuan, barang atau produk yang disampaikan kepada sebagian
atau seluruh masyarakat melalui media dengan melakukan pembayaran
atas penayangannya. Untuk dapat menarik perhatian, maka iklan haruslah
menerapkan prinsip – prinsip VIPS yang terdiri dari : visibilitas artinya
mudah dilihat atau sudah memikat perhatian khalayak, identitas
periklanan, dan promise atau janji perusahaan kepada konsumen (Jefkins,
1997 : 15 -16).

2. 1. 3. Iklan Layanan Masyarakat KB ver si ”ibu r umah tangga”.
Secara periodik umumnya iklan terdiri atas dua jenis yaitu : iklan
layanan masyarakat dan iklan standart (Bitner dalam Liliweri, 1992 : 36) :
”iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang
bersifat non-profit, jadi iklan ini tidak mencari
keuntungan akibat dari pemasangannya kepada
khalayak. Sedangkan iklan standar adalah iklan yang
ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan
barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui
sebuah media”

Iklan layanan masyarakat memiliki definisi menurut Liliweri (1992
: 32) disebutkan jenis iklan yang berifat non-profit yang tidak mencari
keuntungan akibat pemasangan. Iklan layanan masyarakat tentang KB 2

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Anak Lebih Baik, bertujuan untuk menyampaikan informasi, bahwa
pemerintah Indonesia mensosialisasikan tentang KB, 2 Anak Lebih Baik
agar masyarakat dapat mengetahui pentingnya keluarga berencana,
sehingga tingkat kepadatan penduduk dapat tekan.
Iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana yang disiarkan di
televisi sebagai berikut :
Dalam iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana dimulai
dengan seorang ibu yang sedang melakukan tugasnya sebagai ibu rumah
tangga, ibu tersebut sedang mencuci piring. Tidak lama kemudian
datanglah seorang anak perempuan yang paling kecil, ia mengatakan
’’mama, minta eskrim’’, ibu menjawab, ’’ iya nanti mama belikan abis
nyuci’’. Tidak lama kemudian datang anak kedua seorang perempuan juga,
dia mengatakan, ’’mama, hp temenku kan blackberry, aku juga mau ma’’,
ibu menjawab; ’’ iya nanti ya mama belikan’’. Lalu datang lagi anak lakilaki kembar, mereka berkata, ’’mama, minta uang buat beli motor, ayo
ma’’, ibu menjawab, ’’iya nanti ya’’, lalu mereka pergi. Dan datanglah
anak laki-laki yang paling tua, dia berkata , ’’ ma, minta uang buat bayar
spp nih, terakhir besok. Ibu menjawab,’’ iy, sebentar ya’’. Setelah ibu habis
mencuci piring dengan muka lemas sang ibu menoleh kebelakang dan
semua anak-anaknya meminta uang kepada sang ibu. Iklan ini ditutup
dengan slogan iklan yaitu ” 2 Anak Lebih bAik”. Dari iklan tersebut yang
memberikan informasi kepada masyarakat yang meliputi pesan iklan yaitu :
1. Tingkat Pengetahuan terhadap gestur tubuh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2. Tingkat Pengetahuan terhadap mimik wajah
3. Tingkat Pengetahuan terhadap model iklan
4. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya anak kembar
5. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya piring sebagai alat peraga
6. Tingkat Pengetahuan terhadap Rumah Sederhana sebagai Latar
belakang
7. Tingkat Pengetahuan terhadap adanya Jemuransebagai latar
belakang
8. Tingkat Pengetahuan adanya slogan dalam iklan
9. Tingkat Pengetahuan terhadap manfaat slogan dalam iklan
Dengan demikian iklan layanan masyarakat bisa muncul sewaktu –
waktu tanpa melihat adanya masyarakat (khalayak) tertentu yang harus
menyaksikan iklan layanan masyarakat tersebut. Dengan munculnya iklan
layanan masyarakat di televisi ini, menurut Kuswandi (1996 : 124) terdapat
tiga hal pokok yang dapat kita lihat, yakni dapat menggugah kesadaran
pemirsa untuk berbuat sesuatu, isi pesannya menggunakan kata himbauan
atau kata anjuran dan isi pesannya bersifat umum. Dari pengertian diatas,
maka iklan layanan masyarakat tentang Keluarga Berencana ini dapat
menggugah kesadaran dan mengajak masyarakat yang telah melihat iklan
layanan masyarakat tentang KB untuk mendukung program KB disamping
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan mencegah meningkatnya angka
kematian ibu, KB dilakukan untuk meringankan perekonomian seorang ibu
yang menjadi ibu rumah tangga..

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.1.3. Keluarga Berencana
1. Sejarah
Gerakan Keluarga Berencana yang kita kenal sekarang ini
bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh, baik didalam maupun
diluar negeri. Pada awal abad ke 19, di Inggris, upaya Keluarga
Berencana mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang
menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (18801950) menganjurkan peraturan kehamilan di kalangan kaum buruh di
Inggris. Di Amerikat Serikat di kenal Margareth Sanger (1883-1966)
yang dengan program birth control-nya merupakan pelopor keluarga
berencana modern. Pada 1917 didirikan National Birth Control League
dan pada November 1921 di adakan American National Birth Control
Conference yang pertama. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah
pendirian American Birth Control League dengan Margareth Sanger
sebagai

ketuanya.

International

di

Pada

New

1925

York

ia

yang

mengorganisasi
menghasilkan

Konferensi
pembentukan

International Federation of Birth Control League. Selanjutnya pada
1927

Margareth

Sanger

menyelenggarakan

World

Population

Conference di Jenewa yang melahirkan International Women for
Scientific Study on Population dan International Medical Group for
The Investigation of Contraception. Pada 1948 Margareth Sanger ikut
mempelopori

pembentukan

International

Commitee

on

Planned Paranthood yang dalam konferensinya di New Delhi pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthood
Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Rama
Ran dari India sebagai pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah
perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI).
Sebelum PKBI di dirikan di Indonesia, sudah banyak
dilakukan usaha-usaha membatasi kelahiran secara individual. Diantara
pelopor keluarga berencana itu, Dr. Sulianti Saroso dari Yogyakarta,
pada 1952 menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran
mengingat angka kematian bayi yang cukup tinggi. Banyak tantangan
dihadapi oleh Dr. Sulianti Saroso, antara lain dari Gabungan Organisasi
Wanita Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah pada waktu itu. Di
Jakarta perintisan dimulai di Bagian Kebidanan dan Kandungan
FKUI/RSUP (sekarang rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) oleh
tokoh-tokoh seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono,
Dr. Hanifa Wiknjosastro, Dr. Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto dan
Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan keluarga berencana dilakukan
secara diam-diam di poliklinik Kebidanan FKUI/RSUP. Sesudah
mengadakan hubungan dengan IPPF serta dukungan dari para pelopor
keluarga berencana setempat, pada 23 Desember 1957 Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) diresmikan berdirinya, dengan
Dr. R. Soeharto sebagai ketua. Dalam kepengurusan dilibatkan pula

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

tokoh-tokoh non medik seperti Nanik Suwondo, SH, Ny. Sjamsuridjal,
dan lain-lain. PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera
melalui 3 macam usaha, yaitu (1) mengatur kehamilan atau
menjarangkan kehamilan, (2) mengobati kemandulan, dan (3) memberi
nasehat perkawinan. Kegiatan penerangan dan pelayanan masih
dilakukan secara terbatas. Hal ini mengingat masih banyaknya
kesulitan dan hambatan terutama KUHP pasal 283 yang melarang
penyebar-luasan gagasan Keluarga Berencana.
Pada Januari 1967 diadakan Simposium Kontrasepsi di
Bandung, dan dengan demikian persoalan-persoalan kontrasepsi diikuti
oleh masyarakat luas melalui media massa. Pada Februari 1967
diadakan kongres PKBI pertama yang antara lain mengharapkan agar
Keluarga Berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan.
Pernyataan PKBI ini sangat tepat waktunya, karena pada tahun 1967 ini
pulalah Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan se
Dunia bersama 30 Kepala Negara lainnya. Pada bulan April 1967
Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menganggap sudah waktunya
kegiatan

KB

dilancarkan

secara

resmi

di

Jakarta,

dengan

menyelenggarakan proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta Raya.
Berdirinya Lembaga Keluarga Berencana National (LKBN)
pada November 1968, yang dalam menjalankan tugasnya diawasi dan
di bimbing oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

kristalisasi dan kesungguhan Pemerintah dalam kebijaksanaan Keluarga
Berencana.
Selanjutnya

peristiwa-peristiwa

bersejarah

di

dalam

perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia adalah masuknya
Program KB itu ke dalam Repelita I dan berdirinya Badan Koordinasi
Keluarga Berencana (BKKBN) melalui keputusan Presiden RI nomor 8
tahun 1970, menggantikan LKBN. Stuktur BKKBN yang merupakan
badan koordinasi, dan bukan merupakan bagian dari Departemen
Kesehatan,

memberikan

keuntungan

tersendiri.

Struktur

ini

memungkinkan program melepaskan diri dari pendekatan klinis yang
jangkauannya terbatas. Wadah ini memungkinkan pula besarnya
peranan pakar-pakar non medis dalam mengsukseskan program KB di
Indonesia melalui pendekatan kemasyarakatan. Organisasi BKKBN
terus di kembangkan dan disempurnakan melalui keputusan Presiden
RI nomor 33 tahun 1972, nomor 38 tahun 1978, dan nomor 64 tahun
1983.

2. Perkembangan Program KB di Indonesia
Program KB mengalami perkembangan pesat, baik ditinjau
dari sudut tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan, cara
operasional, dan nampaknya terhadap pencegahan kelahiran.
Pada zaman PKBI tahun 1950an dan 1960an, tujuan KB
yang utama adalah menjarangkan kelahiran. Upaya ini dikaitkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

dengan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Juga diusahakan
agar pasangan suami istri yang mandul mendapatkan keturunan yang
diinginkan. Masalah pembatasan kelahiran dan pemecahan masalah
kependudukan tidak pernah disinggung.
Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh LKBN
melalui logo KB dimana dicantumkan 4 anak, 2 laki-laki dan 2
perempuan. Pada masa ini banyak dibahas hubungan antara agama
dengan KB. Pesannya adalah, bahwa semua agama di Indonesia dapat
menerima upaya KB. Di dalam Pelita I (1969/70-1973/74) KB
disatukan dengan Kesehatan. Target demografis cukup sederhana,
yakni mencapai jumlah akseptor sebanyak 3 juta selama 5 tahun.
Diharapkan

tercegah

600.000-700.000

kelahiran.

Program

ini

dikhususkan untuk pulau Jawa dan Bali yang padat penduduknya.
Dengan berdirinya BKKBN pada 1970 berarti badan itulah
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan KB sejak Pelita I. pada Pelita
II program KB sudah berdiri sendiri. Malah pada Pelita III dan IV
jangkauan dan kaitannya sudah lebih luas lagi sehingga program
tersebut di dalam buku Repelita berada di bawah judul Kependudukan
dan Keluarga Berencana.
Keberhasilan program KB pada Pelita I mendorong
Pemerintah untuk meluaskan program ke 10 propinsi lainnya di luar
Jawa dan Bali pada Pelita II, yang dikenal sebagai Luar Jawa Bali I.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

pada Pelita III program diperluas ke seluruh Indonesia. Kelompok
propinsi terakhir ini dinamakan Luar Jawa Bali II.
Kalau pada mulanya BKKBN mencanangkan cukup tiga
anak atau pancawarga, maka kemudian digunakan “cukup dua anak”
atau caturwarga. Sejak Pelita III dampak demografis dari program KB
sangat diperhatikan. Target penurunan tingkat kelahiran kasar sebanyak
50%, yakni dari 44 pada 1971 menjadi 22 pada 2000, dipercepat 10
tahun menjadi tahun 1990. Perubahan ini dilakukan pada 1980. Dalam
rangka intensifikasi program BKKBN menciptakan strategi yang
dinamakan Panca Karya.
Sejak Pelita V program KB Nasional berubah menjadi
Gerakan KB Nasional. Gerakan KB Nasional adalah Gerakan
masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat

untuk

berpartisipasi

aktif

dalam

melembagakan

membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber
daya manusia Indonesia. Hasil sensus penduduk 1990 menunjukan
bahwa Gerakan KB Nasional telah berakhir merampungkan landasan
pembentukan Keluarga Kecil, dalam rangka pelembagaan dan
pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKBBS).
Langkah besar yang perlu dibangun selanjutnya adalah pembangunan
Keluarga Kecil Sejahtera.
Tujuan Gerakan KB Nasional ialah mewujudkan keluarga
kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

masyarakat

yang

sejahtera

melalui

pengendalian

kelahiran

pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran gerakan KB Nasional ialah
(1) Pasangan Usia Subur, dengan prioritas PUS muda dengan paritas
rendah, (2) Generasi Muda dan purna PUS, (3) Pelaksana dan
Pengelola KB, dan (4) Sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju
pertumbuhan penduduk tinggi dan wilayah khusus seperti sentra
industri, pemukiman padat, daerah kumuh, daerah pantai, dan daerah
terpencil.

3. Kontr asepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas.
Daya guna (effectiveness) suatu cara kontrasepsi diukur
dengan rumus Pearl yang diajukan pada Tahun 1930-an. Menurut
rumus ini tingkat kehamilan (pregnancy rate = kehamilan per 100
tahun- wanita) ialah 1200 x jumlah kehamilan / jumlah siklus
seluruhnya. Asumsi yang dipakai oleh Pearl ialah bahwa setiap
akseptor mempunyai kesuburan yang homogen, sehingga 100 akseptor
yang di observasi selama 1 tahun sama dengan 50 akseptor yang di
observasi selama 2 tahun, atau sama dengan 200 akseptor selama 6
bulan. Dalam kehidupan sehari-hari kita lihat bahwa asumsi ini tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

seberapa tepat karena umumnya yang hamil lebih dahulu ialah para
akseptor yang motivasinya rendah dan kesuburannya tinggi; sebaliknya
yang tidak/belum hamil adalah akseptor yang motivasinya tinggi dan
kesuburannya rendah.
Untuk keperluan penilaian secara statistik, lama pemakaian
kontrasepsi merupakan komponen penting, sebab kehamilan dan
penghentian pemakaian oleh karena hal-hal lain berbeda dari bulan ke
bulan untuk masing-masing cara kontrasepsi. Cara Life Table yang
dikemukakan oleh Potter dan Tietze dapat memenuhi keperluan ini.
Dasar cara ini ialah angka kehamilan dan angka penghentian
pemakaian ( dalam hal AKDR, ekspulsi dan pengangkatannya; dalam
hal kontrasepsi oral, pindah ke cara lain) selama bulan-bulan yang
berurutan, sehingga kemudian di dapat angka kumulatif per 100
akseptor sampai akhir bulan ke n. Cumulative Rates dapat dihitung
sebagai event rates atau closure rates. Event rates berdasarkan semua
kehamilan dan penghentian pemakaian kontrasepsi oleh karena
berbagai alasan, di ikuti atau tidak diikuti dengan pemakaian
kontrasepsi lain. Closure rates berdasarkan hal yang sama tetapi tidak
di ikuti dengan reinsersi atau pemakaian kontrasepsi lain. Gross rates
dapat menggambarkan insiden jenis penghentian pemakaian masingmasing, dengan tidak menghiraukan jenis penghentian lainnya. Net
rates menggambarkan hal yang sama dengan menmperhatikan pula
semua jenis penghentian pemakaian. Jumlah semua Net cumulative

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

closure rates disebut total closure rate. Perbedaan total closure rate
dengan 100 merupakan presentasi akseptor tetap pada akhir bulan ke n.
Cara life table ini dapat di pakai untuk membandingkan hasil-hasil yang
diperoleh para penyelidik, jenis kontrasepsi, dan jenis akseptor yang
berlainan.
Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau
fisiologik (theoritical effectiveness), daya guna pemakaian (use
effectiveness), dan daya guna demografik (demographic effectiveness).
Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi bila
dipakai dengan tepat, sesuai dengan intruksi dan tanpa kelalaian. Daya
guna pemakaian adalah perlindungan terhadap konsepsi yang ternyata
pada keadaan sehari-hari yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ketidak
hati-hatian, tidak taat asas, motivasi, keadaan sosial-ekonomi-budaya,
pendidikan, dan lain-lain. Daya guna demografik menunjukan berapa
banyak kontrasepsi diperlukan untuk mencegah suatu kelahiran.
Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang
100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna,
aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus
menerus, dan efek sampingnya minimal.
Efek sampingan (side-effects) dapat pula dan sebaiknya
dinilai dengan cara life table. Dalam hal efek sampingan yang jarang,
maka cara ini memerlukan jumlah per contoh yang besar untuk
mendapat kesimpulan yang sahih. Jika ini tidak mungkin, dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

digunakan cara kasus terhadap kontol, walaupun dengan cara ini hanya
dapat diperoleh gambaran relatif suatu keadaan efek sampingan pada
golongan akseptor dibandingkan dengan non-akseptor.
Di dalam bab ini akan diuraikan secara singkat beberapa
cara kontrasepsi sebagai usaha medik dalam keluarga berencana. Cara
kontrasepsi yang dibicarakan ialah: a) pantang berkala; b) obat
spermatisid/pil vagina; c) kondom; d) AKDR; e) kontrasepsi hormonal;
dan f) sterilisasi.

2.1.5. Calon Ibu Rumah Tangga sebagai Pemirsa Televisi
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak
tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Komuniator atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat
yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang
dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara
terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan
tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai
jenis: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan,
pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita-cita, dan lain sebagainya
(Effendy, 1993 : 25)
Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui
media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat
perhatiannya, tertarik minatnya dan melakukan kegiatan yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

diinginkan komunikator. Pada dasarnya pemirsa televisi dapat
dibedakan dalam 4 hal, yaitu :
1. Heterogen ( aneka ragam ) yakni pemirsa televisi adalah massa,
sejumlah orang sangat banyak, yang sifatnya heterogen terpencarpencar diberbagai tempat. Selainitu pemirsa televisi dapat dibedakan
pula menurut jenis kelmin, umur, tingkat pendidikan, taraf kehidupan
dan kebudayaan.
2. Kepribadian yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa
maka isi pesan yang di sampaikan melalui telivisi bersifat pribadi
dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu.
3. Aktif yakni pemirsa sifatnya aktif, mereka aktif, seperti apabila
mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah statiun televisi
mereka berfikir aktif, aktif melalui interpretasi. Mereka bertanya-tanya
pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi
benar atau tidak.
4. Selektif yakni pemirsa sifatnya selektif, dia memilih program televisi
yang disukainya (Effendy, 1992 :84)
Berdasarkan pengelompokan tersebut maka sejumlah acara
diperuntukkan bagi kelompok tertentu dan sebagai sasaran (target
group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau
khalayak sasaran (target audience). Contoh acara untuk khalayak
sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan lain-lain.
Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah untuk anak-anak, remaja,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

mahasiswa, petani, ABRI, pemeluk agama islam, dan lain-lain
(Effendy, 1993 : 25-26).
calon Ibu rumah tangga sebagai khalayak sasaran (target
audience) atau pemirsa televisi mempunyai sifat aktif dan selektif.
Dikatakan aktif karena apabila mereka menjumpai sesuatu yang
menarik dari sebuah stasiun televisi, mereka bertanya-tanya kepada
dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi benar atau
tidak. Sedangkan dikatakan selektif yaitu mereka memilih program
televisi yang mereka sukai. Jadi tidak semua program acara yang
ditayangkan diberbagai stasiun televisi menjadi kesukaan calon ibu
rumah tangga, ada program-program acara tertentu yang disukai dan
yang tidak disukai.

2.1.6. Unsur -unsur Iklan
Iklan di televisi merupakan suatu rangkaian gambaran yang
dibuat dalam bentuk yang serupa dengan layar televisi, yang
menampilkan alur cerita atau yang dikenal dengan story board (Jefkins.
1997 : 249). Dalam proses pembuatan iklan di televisi, prodiser iklan
merancang unsur-unsur iklan sedemikian rupa pesan iklan dapat
dipahami oleh khalayak (Weels, Burnett, dan Moriarty, 1989 : 39).
Unsur-unsur iklan tersebut adalah ;

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

1. Video Visual
Untuk merancang sebuah iklan, copywriter menggunakan
unsur visual sebagai cara dalam menyampaikan pesan. Visual iklan
dapat berupa : mimik wajah, gerakan tubuh dan gaya model iklan,
dan unsur pewarnaan. Penampilan gambar berwarna serta sosok
pemeran iklan, merupakan stimulus yang merangsang perhatian
khalayak dalm menerima kehadiran sebuah obyek, dan dapat
diharapkan khalayak akan lebih mudah menerima dan mempersepsi
makan yang disampaikan (Kroch, Crthfield, dan Ballachey, 1996 :
19) Iklan di televisi selalu menampilkan gabungan beberapa
karakter yang berbeda.
2. Audio
Pada dasarnya unsur audio (musik dan voice) pada iklan di
televisi sama dengan yang ada di radio. Seorang model iklan
menyampaikan pesan secara langsung kepada khalayak melalui
dialog yang terekam dalam kamera (Wells, Burnets, dan Morierty,
1989 : 39). Salah satu cara untuk menyampaikan pesan secara cepat
dan tepat adalah dengan menggunakan kata-kata singkat yang
menarik.
3. Talent (model Iklan)
Salah satu unsur terpenting dalam iklan di televisi adalah
model iklan yang berperan dalam menyampaikan pesan yang dapat
menarik perhatian khalayaknya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

4. Props (alat peraga dan gambar)
Iklan harus merefleksikan kar

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25