ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI SIDOARJO.

ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR
DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI
SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

EKO SETYO BUDI
NPM : 0924010025

Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA
KEBONSARI KECAMATAN CANDI
SIDOARJO

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi Agribisnis

Oleh :

EKO SETYO BUDI
NPM : 0924010025

Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2014


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR
DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI
SIDOARJO
Disusun oleh :
EKO SETYO BUDI
NPM : 0924010025
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Study Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada Tanggal : 22 Agustus 2014
Menyetujui,
Pembimbing :
1. Pembimbing Utama

Tim Dosen Penguji,

1. Ketua

Dr. Ir. Endang Yektiningsih,MP

Dr. Ir. Endang Yektiningsih, MP

2. Pembimbing Pendamping

2. Sekertaris

Ir. Eko Priyanto, MP

Ir. Eko Priyanto, MP
3. Anggota

Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS
4. Anggota

Ir. Setyo Parsudi, MP
Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Sukendah, MSc
NIP. 19631031 198903 2001

Ketua Program Studi Agribisnis

Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS
NIP. 19570214 198703 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rentabilitas usaha ternak
itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo, dan merumuskan
upaya-upaya untuk meningkatkan rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa
Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan menggunakan metode analisis
rentabilitas. Pengumpulan data melalui data primer dan data sekunder. Untuk

mencapai tujuan pertama yaitu digunakan metode analisis rentabilitas, dan untuk
tujuan

kedua

yaitu

menggunakan

metode

analisis

deskriptif

kualitatif.

Berdasarkan perhitungan menggunakan metode analisis rentabilitas, Nilai
rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi
Sidoarjo sebesar 23,83%. Artinya, kemampuan perusahaan atau peternak untuk

menghasilkan laba dalam usaha ternak itik petelur yaitu sebesar 23,83% dalam
kurun waktu 1 tahun. Hasil nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa
Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo dapat dikatakan untung namun tidak layak
untuk di usahakan. Sehingga hipotesis ditolak karena menurut kriteria nilai
rentabilitas tersebut tergolong kategori tidak layak, karena masih berada dibawah
batas kriteria rendah yaitu sebesar 25,5 %.
Kata kunci : usaha peternakan itik, analisis rentabilitas, itik petelur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the profitability of businesses in the village
laying duck Kebonsari Temple District of Sidoarjo, and formulate measures to
improve business profitability laying duck in the village temple Kebonsari District
of Sidoarjo. The method used in this research is descriptive qualitative method of
analysis and profitability analysis method. Data collection through primary data
and secondary data. To achieve the first objective is profitability analysis method,
and for the purpose of both the qualitative descriptive analysis method. Based on
calculations using the method of profitability analysis, business profitability value

laying duck in the village of Candi Sidoarjo District of Kebonsari by 23.83%. That
is, the ability of the company or farmer to make a profit in the laying duck effort
that is equal to 23.83% within 1 year. Business profitability, results in the laying
duck Kebonsari village subdistrict of Sidoarjo temple can be said for a decent
profit, but not at try. So the hypothesis is rejected because, according to the
criteria of profitability is classified category value is not feasible, because the
threshold criteria is below low at 25.5%.
Keywords : duck farming business, profitability analysis, laying ducks.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

RINGKASAN

Salah satu usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia
adalah usaha ternak itik, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah
memiliki daya tahan terhadap penyakit. Oleh karena itu usaha ternak itik memiliki
resiko yang relatif lebih kecil. Beberapa daerah di pantai utara Jawa Timur yaitu
Mojokerto, Lamongan, Blitar dan Sidoarjo memiliki potensi peternakan itik.
Peternakan itik petelur di desa Kebonsari kecamatan Candi kabupaten Sidoarjo

telah berdiri sejak 2 Mei 1992 dengan jumlah peternak 50 orang namun seiring
berjalannya usaha peternakan ini peternak semakin lama berkurang hingga
berjumlah 20 orang. sehingga berakibat pada jumlah telur yang semakin
menurun hingga 30-40%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rentabilitas usaha ternak itik
petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo, dan merumuskan upayaupaya untuk meningkatkan rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa
Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo, pemilihan lokasi ini dilakukan secara
sengaja (Purposive). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif kualitatif dan menggunakan metode analisis rentabilitas. Untuk
mencapai tujuan pertama yaitu digunakan metode analisis rentabilitas, dan untuk
tujuan kedua yaitu menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Total biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan oleh kelompok peternak
untuk satu tahun produksi adalah sebesar Rp 373.322.979,00 dengan rata-rata
laba produksi yang diterima untuk satu tahun produksi adalah sebesar Rp
88.966.676,00 untuk rata-rata 1.466 ekor itik. Nilai rentabilitas usaha ternak itik
petelur rata-rata sebesar 23,83%, Artinya, kemampuan perusahaan atau
peternak untuk menghasilkan laba dalam usaha ternak itik petelur yaitu sebesar
23,83% dalam kurun waktu 1 tahun. Hasil nilai rentabilitas usaha ternak itik
petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo dapat dikatakan untung.

Akan tetapi, menurut kriteria nilai rentabilitas tersebut tergolong kategori tidak
layak, karena masih berada dibawah batas kriteria rendah yaitu 25,5 %.Upayaupaya untuk meningkatkan rentabilitas ternak itik petelur meliputi menambah
jumlah modal, memperluas lahan dan kandang itik, penambahan bibit itik siap
telur, pakan itik, pengobatan itik, transportasi Peternakan Itik, efisiensi tenaga
kerja, meningkatkan Kualitas Produksi Telur Itik, dan memenuhi Permintaan
Pasar. Upaya-upaya peningkatan sangat berpengaruh tehadap besar kecilnya
rentabilitas suatu usaha yang sedang berjalan termasuk terhadap dalam usaha
budidaya ternak itik petelur.

Kata kunci : usaha peternakan itik, analisis rentabilitas, itik petelur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia- Nya sehingga terselesaikannya Hasil Skripsi dengan judul “ ANALISIS
RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI
KECAMATAN CANDI SIDOARJO” Penyusunan Hasil Skripsi ini bertujuan untuk

menyelesaikan Skripsi.
Penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak
terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Dr. Ir. Endang Yektiningsih,MP selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ir. Eko
Priyanto,MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak
memberikan banyak pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan waktu
dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk membimbing
penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang
telah membantu dalam proses penulisan laporan ini baik secara langsung
maupun tidak langsung, kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto. MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian – Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian-


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Nur Hidayat selaku Ketua Pengurus Kelompok Ternak Itik Petelur

“Sumber Pangan” dan seluruh pengurus terkait serta para Warga Desa
Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Kedua orang tuaku dan adikku yang telah banyak memberikan dukungan

semangat dan do’a.
6. Sahabat-sahabatku serta teman-teman angkatan 2009 Jurusan Agribisnis.

Terimakasih atas motivasi dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan laporan Hasil Skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga
tulisan

ini

dapat

memberikan

manfaat

kepada

semua

pihak

yang

memerlukannya.

Surabaya, Agustus 2014

Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK
RINGKASAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................

i

DAFTAR ISI ..................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. .........

vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

viii

I PENDAHULUAN........................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah..........................................................................

5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................

6

II.TINJAUAN PUSTAKA................................................................................

7

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu.................................................................

7

2.2 Deskripsi Itik di Indonesia..................................................................

10

2.2.1

Tinjauan Tentang Peternakan Itik ..........................................

11

2.2.2

Usaha Peternakan Itik ...........................................................

12

2.2.3

Cara Budidaya Itik ................................................................

14

2.2.4

Itik Sebagai Penghasil Telur ..................................................

21

2.2.5

Pertumbuhan Bibit Itik............................................................

22

2.3 Analisis Ekonomi ..............................................................................

24

2.3.1

Analisis Finansial ………………………………........................

25

2.3.2

Analisis Pendapatan ……………………………… ...................

26

2.3.3

Analisis Rentabilitas ……………………………… ...................

27

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis....................................................

31

2.4.1

Kerangka Pemikiran ..............................................................

31

2.4.2

Hipotesis................................................................................

35

III. METODE PENELITIAN ............................................................................

36

3.1 Penentuan Lokasi ............................................................................

36

3.2 Penentuan Responden......................................................................

36

3.3 Macam Pengumpulan Data ...............................................................

36

3.4 Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel ...................................

38

3.4.1 Definisi Oprasional ..................................................................

38

3.4.2 Pengukuran Variabel ...............................................................

39

3.5 Metode Analisis Data ........................................................................

41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................

43

4.1 Keadaan Umum Peternakan Itik Petelur Sidoarjo .............................

43

4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah..........................................

43

4.1.2 Keadaan Umum Lapangan.......................................................

43

4.1.3 Struktur Kepengurusan Peternakan..........................................

44

4.2 Teknik Usaha Ternak Itik Petelur .......................................................

47

4.3 Analisis Rentabilitas Usaha Ternak Itik Petelur..................................

49

4.3.1 Biaya Tetap ..............................................................................

49

4.3.2 Biaya Variabel ..........................................................................

51

4.3.3 Total Biaya Ternak Itik Petelur..................................................

53

4.3.4 Penerimaan ..............................................................................

54

4.3.5 Laba .........................................................................................

55

4.3.6 Rentabilitas ..............................................................................

55

4.4 Upaya-Upaya Meningkatkan Rentabilitas Ternak Itik Petelur ............

58

4.4.1 Menambah Jumlah Modal ........................................................

58

4.4.2 Memperluas Lahan dan Kandang Itik .......................................

58

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.4.3 Penambahan Bibit Itik Siap Telur .............................................

59

4.4.4 Pemberian Pakan Itik ...............................................................

60

4.4.5 Pengobatan Itik ........................................................................

61

4.4.6 Transportasi .............................................................................

62

4.4.7 Memaksimalkan Tenaga Kerja .................................................

63

4.4.8 Meningkatkan Kualitas Telur ....................................................

63

4.4.9 Memenuhi Permintaan Pasar ...................................................

64

V. Kesimpulan dan Saran ...........................................................................

66

5.1 Kesimpulan .......................................................................................

66

5.2 Saran ................................................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

68

LAMPIRAN .................................................................................................

70

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah usaha
ternak itik. Meskipun tidak sepopuler ternak ayam, itik mempunyai potensi yang
cukup besar sebagai penghasil telur dan daging. Jika dibandingkan dengan ternak
unggas yang lain, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya
tahan terhadap penyakit. Oleh karena itu usaha ternak itik memiliki resiko yang
relatif lebih kecil, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan
peternakan diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien dan
tangguh yang dicirikan oleh kemampuannya menyesuaikan pola dan struktur
produksi dengan permintaan pasar serta kemampuannya terhadap pembangunan
wilayah, kesempatan

kerja,

pendapatan, perbaikan

taraf hidup, perbaikan

lingkungan hidup serta berperan dalam pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia relatif lebih maju
dibandingkan usaha ternak yang lain. Hal ini tercermin dari kontribusinya yang cukup
luas dalam memperluas lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan
terutama sekali dalam pemenuhan kebutuhan makanan bernilai gizi tinggi. Menurut
hasil Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Timur, itik merupakan salah satu aset
nasional dan sekaligus komoditas yang bisa diandalkan sebagai sumber gizi dan
sumber pendapatan masyarakat. Beberapa daerah di pantai utara Jawa Timur yaitu
Mojokerto, Lamongan dan Sidoarjo memiliki potensi peternakan itik. Dengan potensi
ini diharapkan usaha ternak itik tidak saja mampu menjadi usaha sampingan, namun
juga sebagai penghasil pendapatan tambahan bagi keluarga.

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Kajian yang mendalam mengenai usaha ternak itik, terutama mengenai
profitabilitas usaha ternak itik perlu dilakukan. Besarnya pendapatan dari usaha
ternak itik merupakan salah satu pengukur yang penting untuk mengetahui seberapa
jauh usaha peternakan itik mencapai keberhasilan. Pendapatan adalah hasil
keuntungan bersih yang diterima peternak yang merupakan selisih antara
penerimaan dan biaya produksi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba.
Beberapa tahun terakhir, usaha peternakan itik petelur semakin banyak di
minati

sebagai

salah

satu

alternative

usaha

peternakan

unggas

yang

menguntungkan. Semakin banyak masyarakat yang memilih beternak itik petelur
sebagai sarana investasi dan sarana pendapatan, baik sebagai usaha sampingan
maupun pendapatan utama. Besarnya peluang beternak unggas ini tentu menjadi
alasan utama karena prospek yang semakin terbuka lebar dengan semakin
meningkatnya permintaan komoditas telur itik. Awalnya, beternak itik hanya
dilakukan oleh masyarakat pedesaan sebagai sumber pendapatan sampingan.
Namun, saat ini banyak masyarakat di perkotaan yang juga mulai melirik bisnis ititk
petelur sabagai salah satu sumber pedapatan. Salah satu caranya adalah bermitra
dengan masyarakat pedesaan sebagai penanam modal dengan sistem bagi hasil
yang menguntungkan kedua belah pihak. Ada juga masyarakat di perkotaan yang
beternak itik dengan cara membeli atau menyewa lahan di daerah pinggiran kota
yang layak dijadikan peternakan itik. Kemudian, mereka menggaji karyawan untuk
menjalankan usaha peternakan itik miliknya. (Rohani S.T., 2011)
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang, dan sebagainya. Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

bermacam - macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang
akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Analisis rentabilitas ekonomi merupakan
cara yang tepat untuk mengetahui tentang efesien tidaknya perusahaan dalam
menggunakan modal yang ada. Oleh karena pengertian rentabilitas sering
dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu
perusahaan, maka

rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai

kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya
untuk menghasilkan laba (Widianto E. A., 2011).
Kondisi peternakan itik di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo saat ini
sangat memprihatinkan, ketika ada pesanan besar dipasar peternakan ini belum
bisa memenuhi permintaan pasar dengan kuota yang besar di karenakan produksi
telur itik menurun, Namun, di daerah ini memiliki keunggulan yaitu daerah yang
berdekatan dengan pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah untuk pakan alami itik,
peternak itik di desa Kebonsari ini juga sudah ahli dalam menangani penyakit pada
itik jadi mereka tidak perlu menunggu dinas pertanian datang jika itik sedang
terserang penyakit dan peternakan ini mempunyai kualitas yang bagus sehingga
mampu menjual telur dengan harga tinggi. Dalam peternakan ini hanya menjual telur
itik mentah, karena dapat mengurangi resiko, harga jual telur itik mentah yaitu
berkisar Rp 1.750,- per butirnya jika kondisi telur dalam keadaan baik, telur yang
dalam keadaan jelek akan dijual dengan harga Rp 1.350,- per butirnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Tabel 1. Peternakan Itik di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo
Tahun

Jumlah
Peternak
(Orang)

Rata-rata
Produksi
Telur
1 Peternak /
Hari (butir)
1350

Harga
Rata-rata
Telur Itik
/ butir
(Rp)
1.700,-

Supply Telur
Itik / Hari
(butir)

Permintaan
Telur Itik / Hari
(butir)

50

Rata-rata
Jumlah
Itik
1 peternak
(ekor)
3.000

1992

67.500

70.300

1999

45

2.800

1100

1.650,-

49.500

52.000

2005

35

2.500

950

1,750,-

33.250

34.700

2011

30

2.300

900

1.800,-

27.000

29.500

2012

26

2.200

880

1.400,-

22.880

23.000

2013

20

1.466

700

1.550,-

14.010

19.000

Sumber : Ketua kelompok peternakan itik di Desa Kebonsari
Peternakan itik petelur di desa Kebonsari kecamatan Candi kabupaten
Sidoarjo telah berdiri sejak 2 Mei 1992 dengan jumlah peternak 50 orang namun
seiring berjalannya usaha peternakan ini peternak semakin lama berkurang hingga
berjumlah 20 orang. Dahulu perternakan ini dapat menghasilkan telur sebanyak
67.500 butir dihitung dari total 50 orang peternak perhari. Namun saat ini produksi
telur berkurang akibat jumlah peternak yang mulai berkurang, saat ini hanya ada
rata-rata 1.466 ekor itik dari masing-masing peternak dan produksi telur itik saat ini
berjumlah 700 telur per harinya. Hal ini disebabkan karena beberapa kendala,
contohnya semakin terbatasnya lahan akibat pertumbuhan penduduk yang semakin
cepat sehingga banyak lahan didaerah ini dialih fungsikan menjadi perumahan
Selain itu itik mulai rawan terserang penyakit yang diakibatkan oleh cuaca yang
berubah – ubah, sehingga berakibat pada jumlah telur yang semakin menurun
hingga 30-40%. Ketidakstabilan harga telur itik juga berpengaruh besar terhadap
menurunnya jumlah peternak, karena dari harga inilah peternak akan mendapatkan
untung hal ini terdapat pada tabel di atas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

1.2 Rumusan Masalah
Usaha peternakan itik petelur semakin banyak di minati sebagai salah satu
alternatif usaha peternakan unggas yang menguntungkan. Namun, Peternakan itik di
desa Kebonsari kecamatan Candi Sidoarjo semakin menurun mulai dari jumlah
peternak, jumlah itik bahkan sampai produksi telur seperti halnya pada tabel 1. Hal
itu dikarenakan kendala-kendala yang terjadi pada peternakan yaitu yang terutama
adalah peternakan ini belum bisa memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan
tempat untuk beternak yang dulunya kandang itik sekarang menjadi perumahan
warga, hal ini terjadi karena membeludaknya pertumbuhan penduduk. Penyakit itik
bisa terjadi karena adanya pergantian itik yang sudah afkir dengan itik baru, Kondisi
cuaca juga berpengaruh pada produksi telur itik, karena cuaca yang tidak tentu
produksi telur bisa menurun hingga 30-40%. Sehingga dapat menyebabkan
keuntungan yang di peroleh peternak akan menurun. Namun, meskipun begitu
peternak tetap untung karena pakan alami itik berasal dari limbah pabrik-pabrik di
sekitar peternakan karena pakan limbah cenderung lebih bagus daripada pakan
konsentrat sehingga kualitas produksi telur itik di desa kebonsari ini sangat bagus
dan paling di utamakan menjadi yang terbaik sehingga membuat harga telur menjadi
lebih tinggi dari peternakan-peternakan lainnya. Pada umumnya masalah rentabilitas
adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah
merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien.
Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu
dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata
lain ialah menghitung rentabilitasnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Berdasarkan data yang ada di lapangan dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Rentabilitas Usaha Ternak Itik petelur di Desa Kebonsari
Kecamatan Candi Sidoarjo?
2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh peternak untuk meningkatkan
Rentabilitas Usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan
Candi Sidoarjo?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis Rentabilitas Usaha Ternak Itik petelur di Desa Kebonsari
Kecamatan Candi Sidoarjo.
2. Merumuskan upaya-upaya untuk meningkatkan Rentabilitas usaha ternak itik
petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo.

1.3.2

Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat dijadikan perbendaharaan ilmu dan pengetahuan
terutama tulisan yang bersifat ilmiah yang dapat didokumentasikan
didalam perpustakaan perguruan tinggi atau instasi terkait.
2. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi
berupa konsep-konsep perbaikan dalam pengambilan kebijakan –
kebijakan berikutnya bagi instansi terkait
3. Diharapkan mampu memberi informasi atau ide untuk penelitian
selanjutnya yang sejenis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Topik yang di bahas pada penelitian ini, sebelumnya pernah di bahas dan di
teliti oleh penelitian lain yaitu penelitian tentang Pengendalian Mutu dengan obyek
yang berbeda beda, antara lain:
1. Wibowo B., E. Juarini, dan Sumanto. (2007), berjudul Karakteristik Pola
Pembibitan Itik Petelur di Daerah Sentra Produksi. Penetasan telur di Cirebon
dan Kalsel mampu menghasilkan masing-masing 70% dan 67%. Identifikasi telur
tetas berdasarkan bentuk fisik dan warna telur. Telur yang ditetaskan berasal dari
pedagang telur. Kegiatan pembesaran itik di Cirebon dan Kalsel dilakukan
dengan 2 cara yaitu; cara intensif pada umur kurang dari 2 bulan dan cara intensif
pada umur 2 buylan hingga 4,5 bulan. Tingkat mortalitas hingga umur dewasa
masing-masing daerah mencapai 11%. Produktivitas telur itik di Cirebon dan
Kalsel masing-masing mencapai 65% dan 67%. Peternak itik produksi di Cirebon
dan Kalsel mengawali kegiatannya dari pembelian itik dara (bayah) dengan
alasan efisiensi waktu dan modal.
2. Sri M., Sumiati, dan Anita S. Tjakradidjaja. (2010), berjudul Intensifikasi Usaha
Peternakan Itik Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Pinggir
Kota. Karakteristik anggota KT (Kelompok Tani) Setia Wargi dilihat berdasarkan
umur, pendidikan formal dan lama beternak itik (pengalaman). Peserta kegiatan
berasal dari anggota KT Setia Wargi sebanyak 15 orang. Peternak yang
didampingi

merupakan

peternak

yang

mengikuti

kegiatan

pelatihan.

Pendampingan peternak dilakukan dengan pembuatan demonstrasi penggunaan

7

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

ransum (Feeding Trial) di peternakan yang dapat ditinjau dan diamati oleh
peternak. Uji coba dilakukan pada tiga orang anggota kelompok terhadap10 ekor
betina dan satu ekor jantan pada masing-masing peternak. Dari hasil uji coba
lapang ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum komplit dapat
meningkatkan produksi telur sekitar 20 sampai 30 persen. Analisis keuntungan
dilakukan dalam dua kategori, yaitu pemeliharaan mulai dari DOD (kategori I) dan
pemeliharaan mulai dari itik dara (kategori II). Selama periode usaha 10 tahun
dan dengan biaya investasi sebesar Rp. 11.550.000,- (kategori I), Rp.
47.050.000,- (kategori II), Net Present Value yang diperoleh sebesar Rp.
19.695.093 (kategori I), dan Rp. 179.405.378,- (kategori II), dengan Net B/C,
kategori I, 1,42, dan kategori II, 5,94 . Nilai Internal Rate of Return pada periode
usaha yang sama (kategori I) adalah 34,76%, dan pada kategori II, sebesar
159%. Sedangkan PBP, pada kategori I, 2 tahun 7 bulan, dan pada kategori II, 8
bulan. Secara umum usaha peternakan itik Alabio “Bina Karya Ternak” layak
untuk dilaksanakan karena nilai Net Present Value positif dan nilai Internal Rate
of Return lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
3. Budiraharjo K., D. Sumarjono, M. Handayani dan S. Gayatri. (2009), berjudul
Studi Potensi Ekonomi Pengembangan Usaha Ternak Itik di Kabupaten Tegal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa,
Usaha ternak itik di Kabupaten Tegal mampu menghasilkan laba. Adapun
besarnya laba yang diperoleh adalah Rp. 2.359.457,51,- /bulan. Usaha ternak itik
di Kabupaten Tegal mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan
laba (profitabel) yang ditandai oleh nilai GPM sebesar 47%, nilai ROI sebesar
218% dan Rasio Laba- Biaya sebesar 112%. (nilai ROI dan rasio Laba-Biaya
lebih tinggi dari tingkat suku bunga berlaku) Jumlah ternak betina, jumlah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

produksi telur dan jumlah biaya pakan berpengaruh terhadap pendapatan yang
diperoleh dari usaha ternak itik di Kabupaten Tegal. Usaha ternak itik di
Kabupaten Tegal secara finansial layak dijalankan, ditandai oleh nilai payback
period sebesar 0,51 dan nilai benefit cost ratio sebesar 1,94.
4. Eni Siti R., A. Hamdan, dan A. Darmawan. (2009), berjudul Perbaikan Teknologi
Usaha Pemeliharaan Itik Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Keluarga
(Studi Kasus di Desa Bumi Berkat Kec. Sungai Raya, Kab. Hulu Sungai Selatan).
Berdasarkan hasil kegiatan ini diketahui beberapa masukan penting yaitu: Bila
pemeliharaan itik akan dilakukan secara intensif maka bahan pakan yang
digunakan selain bahan lokal juga perlu ditambahkan bahan pakan lain seperti
konsentrat agar kualitas pakan dapat optimal Skala usaha yang dapat dlakukan
dan menguntungkan untuk ternak itik minimal 200 ekor. Kesimpulan dari makalah
ini yaitu dengan perbaikan teknologi dalam hal perkandangan, pakan dan cara
pemeliharaan memberikan keuntungan yaitu skala pemeliharaan ternak dapat
lebih banyak dan bila dibandingkan dengan teknologi petani, cara ini memberikan
prospek yang cukup baik dan menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan skala
pemeliharaan itik sebanyak 100 ekor secara terkurung dapat diperoleh
pendapatan sebesar Rp. 402.250,- / bulan dengan nilai R/C 1,23 dan MBCR 1,33
secara ekonomi layak untuk diusahakan.
5. Budiraharjo,

K.

(2004),

berjudul

Analisis

Profitabilitas

/

Rentabilitas

Pengembangan Usaha Ternak Itik di Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa : Usaha ternak itik
di Kecamatan Pagerbarang mampu menghasilkan laba. sebesar Rp 1.744.384,78
/ bulan, dengan demikian setiap ekor itik yang dipelihara mampu menghasilkan
laba sebesar Rp 7.551,45 / bulan. Usaha ternak itik di Kecamatan Pagerbarang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba (profitabel) yang
ditandai oleh nilai GPM sebesar 49,6%, nilai ROI sebesar 226,3% dan Rasio
Laba-Biaya sebesar 100,8%. (nilai ROI dan rasio Laba-Biaya lebih tinggi dari
tingkat suku bunga berlaku). Usaha ternak itik di Kecamatan Pagerbarang sangat
prospektif, oleh karena itu layak untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai
alternatif untuk menopang pendapatan keluarga.

2.2 Deskripsi Itik di Indonesia
Pemeliharaan atau keberadaan itik di Indonesia sudah ribuan tahun. Hal ini
ditunjukan ditemukannya fosil (carving depicting duck) disitus candi Hindu di Jawa
Tengah yang dibangun lebih dari 2000 tahun yang lalu. Berdasarkan catatan
Robinson, itik Indonesia kemungkinan terbentuk dari asal bangsa yang sekarang
menghasilkan bangsa yang berproduksi tinggi di Eropa seperti Indian Runner dan
Khaki Campbell.
Itik yang kita kenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas mallard).
Dalam habitatnya itik liar lebih suka atau sering hidup berpasangan, tetapi setelah
jinak sifatnya berubah menjadi suka berganti pasangan. Sifat-sifat itik adalah bersifat
aquatik. Selain itu dalam hal makanan, itik bersifat omnivorus (pemakan segala). Itik
dapat menyebar ke kawasan yang luas karena dibanding dengan unggas jenis
lainnya, itik mempunyai keunggulan sebagai berikut :
1. Mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan dengan
ayam.
2. Bila dipelihara dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekalipun, itik
masih mampu berproduksi dengan baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

3. Tingkat kematian (mortalitas) itik umumnya kecil, dan itik dianggap lebih
tahan terhadap penyakit.
4. Itik selalu bertelur dipagi hari. Dengan demikian kegiatan pengambilan telur
hanya dilakukan sekali sehari sehingga peternak dapat melakukan kegiatan
lainnya.
5. Dengan pakan berkualitas rendah itik masih dapat berproduksi.
Secara anatomis kaki itik relatif pendek dibanding tubuhnya,sedang jari-jari
kaki antara satu dengan lainnya dihubungkan dengan selaput renang. Maka
meskipun sudah dijinakkan, itik cenderung lebih senang hidup dekat dengan air
karena sifatnya yang akuatik. Selain itu itik tergolong pemakan biji-bijian, umbiumbian, serangga dan binatang kecil. Paruhnya yang lebar tertutup selaput yang
peka, dengan pinggiran paruh yang merupakan plat bertanduk membuat itik mudah
mencari makan di lingkungan tanah sawah, rawa, dan sungai. Bulu itik berbentuk
konkaf dan tebal menghadap ke tubuh. Bulu itu berminyak sehingga bila itik sedang
berada di air, bulu itu berminyak sehingga bila itik sedang berada di air, bulu itu akan
berdaya guna menghalangi masuknya air dan menghambat rasa dingin (Rohaeni,
Eni Siti dan Yanti R., 2007).
2.2.1

Tinjauan Tentang Peternakan Itik
Itik merupakan hewan ternak yang diperkirakan sudah dipelihara sejak

ratusan tahun lalu. Jauh sebelum berbagai jenis unggas lainnya diusahakan sebagai
hewan ternak. Itik yang banyak di ternakkan di Indonesia adalah itik spesies Anas
domesticus. Spesies ini berasal dari jenis itik liar, yaitu Anas sp. Di masyarakat
Indonesia itik lebih dikenal dengan sebutan bebek. Itik termasuk hewan yang masuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

dalam ordo Anseriformes dan family Anatidae. Beberapa jenis unggas yang
termasuk dalam ordo ini adalah angsa, belibis dan entok.
Berdasarkan karakteristik dan tujuan beternak, itik dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu jenis itik petelur dan jenis itik pedaging. Itik petelur adalah jenis itik
yang diternakkan dengan tujuan utama menghasilkan telur. Sementara, itik pedaging
adalah jenis itik yang diternakkan dengan tujuan utama menghasilkan daging (itik
potong). Namun adan beberapa jenis itik yang berpotensi diternakkan sebagai itik
pedaging sekaligus sebagai itik petelur. Hal ini disebabkan, produktifitas bertelurnya
cukup tinggi dan pertumbuhan bobotnya cukup ideal sebagai pedaging. Saat ini
sudah banyak jenis itik petelur maupun pedaging dengan produktivitas cukup tinggi.
Calon peternak tinggal memilih jenis itik yang akan diternakkan, tergatung tujuan
atau hasil yang diharapkan ( Wakhid A., 2010).

2.2.2 Usaha Peternakan Itik
Usaha peternakan adalah suatu usaha produksi yang di dasarkan pada
proses biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia, maka manusia melakukan campur tangan langsung untuk mengendalikan
dan menguasai pertumbuhan hewan ternak.
Berdasarkan

pola

pemeliharaan

usaha

ternak

di

Indonesia.

mengklasifikasikannya menjadi 3 kelompok yaitu: (1) peternakan rakyat dengan cara
pemeliharaan yang tradisional. Pemeliharaan cara ini dilakukan setiap hari oleh
anggota keluarga peternak diminta keterampilan peternak masih sederhana dan
menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Tujuan utama
pemeliharaan sebagai heawan kerja dalam membajak sawah atau tegalan, (2)
Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersil. Keterampilan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

yang dimiliki peternak dapat dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul, obatobatan dan makanan penguat cenderung meningkat. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5
ekor ternak besar dan 5-100 ekor ternak kecil terutama ayam. Tujuan utama
pemeliharaan untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri. (3)
Peternak komersil, usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai
kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak
modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar
dalam jumlah yang besar (S. Mulatsih, Sumiati dan Anita S. Tjakradidjaja 2010).
Tabel 2. Perbandingan Kandungan Gizi Telur Berbagai Unggas
Gizi

Itik

Ayam

Puyuh

Angsa

Air (%)

70,85

74,57

74,35

70,43

Protein (%)

12,81

12,14

13,35

13,87

Lemak (%)

13,77

11,15

11,09

13,27

Abu (%)

1,14

0,94

1,1

1,08

Sumber : Ketaren Pius (2007)
Telur itik mengandung semua gizi yang dibutuhkan manusia bahkan
kandungan proteinnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam, yaitu
masing-masing 12,81 dan 12,14% akan tetapi lebih rendah dibandingkan dengan
kandungan protein telur puyuh dan angsa yaitu masingmasing 13,35% dan 13,87%
(Tabel 3). Kandungan lemak dalam telur itik (13,77%) lebih tinggi dibandingkan
dengan telur ayam, puyuh dan angsa yaitu masing-masing 11,15; 11,09 dan 13,27%
sehingga bila diasinkan, bagian kuning telur itik tampak lebih berminyak
dibandingkan dengan kuning telur ayam.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.2.3

Cara Budidaya Itik
Pedoman nutrisi pakan itik yang baku di Indonesia sampai sekarang memang

belum ada, akan tetapi para peternak sendiri yang meramunya secara mencobacoba. Para peternak biasanya menyusun pakan ternak itiknya berpedoman kepada
formula dari luar negeri, kemudian disesuaikan dengan bahan pakan yang ada di
Indonesia.
Syarat pakan yang baik untuk ternak itik adalah sebagai berikut :
1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap
seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari
beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik,
terutama dari sumber protein hewani.
2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil
tau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya. Bahan yang
biasa digunakan untuk pakan itik adalah; dedak, jagung, bungkil kedele,
bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang,
kepala/kulit udang dan lain-lain.
3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan
dan produksi telur.
4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun
bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.
5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik, agar
jangan saling berebutan pada waktu makan.
6. Kemampuan mengola pakan yang sering disebut angka konversi pakan harus
kecil (nilainya 2 – 2,5).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Tabel 3. Formula Ransum Itik yang Memenuhi Syarat

Bahan Baku
Jagung giling
Dedak halus
Ubi kayu
Tepung ikan
Bungkil kelapa
Bungkil kedele
Jumlah
Kadar protein Ransum

Awal
( 0 – 4 mgg )
(%)
25
40
5
20
5
5
100
20 – 22

Dara
( 5 - 22 mgg )
(%)
20
50
5
15
5
5
100
17 – 19

Petelur
( 23 mgg dst)
(%)
15
60
5
10
5
5
100
15 – 17

Sumber : Eniza S. (2004)
Tabel 4. Jumlah Kebutuhan Ransum (Pakan) per Ekor per Hari
Umur (minggu)

Jumlah (gr)

Umur (minggu)

Jumah (gr)

1
15
12
2
30
13
3
40
14
4
60
15
5
65
16
6
70
17
7
70
18
8
72
19
9
74
20
10
74
21
11
75
22
Catatan : pada umur 23 minggu s/d diafkir dengan besarnya ransum
per ekor per hari, tergantung produksi telur. Sumber : Eniza S., (2004).

76
76
70
70
80
80
95
90
90
100
110
: 120-175 gr

Kandang yang digunakan para peternak dalam memelihara ternak itik
umumnya adalah sistem litter (hamparan). Bahkan kandang yang digunakan juga
tampak seadanya tanpa mempertimbangkan lebih jauh tentang rasa aman,
kebersihan kandang agar terbebas dari penyakit. Pemberian alas berupa sisa-sisa
penggergajian kayu yang halus, sekam padi dan penambahan sedikit kapur
merupakan hal yang sesuai untuk kandang litter. Penggunaan kapur yang
dicampurkan dalam bahan litter berfungsi untuk menyerap amoniak yang berasal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

dari kotoran itik dan kapur tersebut juga dapat membunuh bibit penyakit yang
berasal dari kotoran yang bercampur dengan urine.
Sama halnya seperti ternak ayam, maka ternak itik juga memerlukan kandang
terutama pada malam hari. Oleh karena itu kandang itik harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut :
1. Mempunyai luas yang cukup untuk jumlah itik yang di pelihara, maupun untuk
rencana perluasan usaha.
2. Terpisah dari tempat pemukiman/rumah
3. Mempunyai ventilasi udara yang cukup.
4. Cukup masuk sinar matahari, kandang sebaiknya menghadap ke timur.
5. Mudah dibersihkan, lantai kandang harus lebih tinggi dari tanah sekelilingnya dan
harus padat lantainya. Tinggi kandangnya harus cukup bagi peternak untuk
bekerja didalamnya.
6. Di dalam kandang tersedia alat perlengkapan pokok (tempat makan, tempat
minum, alat pemanas buatan, tempat bertelur) bagi kepentingan hidup itik yang
bersangkutan.
7. Terletak di daerah yang tenang, aman dan mempunyai sumber air yang cukup
dan bersih.
8. Di sekeliling kandang dibuat parit pembuang air dan jarak antar kandang cukup
jauh, minimum 1 x lebar kandang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Ada 3 tipe kandang yang dianjurkan yaitu :
1. Tipe Lantai (litter) adalah alternatif kandang yang digunakan didaerah yang
mempunyai kondisi tanah berpasir atau kering (daerah pesisir) atau daerah yang
memiliki tanah yang berdaya serap tinggi.
2. Tipe Panggung (slat) adalah alternatif kandang yang secara modren digunakan
untung mengatasi masalah basahnya lantai. Kandang seperti ini memiliki nilai
kesehatan tinggi sehingga sangat cocok digunakan didaerah yang mempunyai
kondisi tanah basah dan kelembaban tinggi.
3. Kombinasi Tipe Lantai dan Panggung (litter dan slat) adalah sistem kandang yang
secara modren memberi dua alternatif. Kandang panggung digunakan untuk
tidur dan bertelur (sarang bertelur), sedangkan kandang lantai untuk bermain di
siang hari.
Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan
program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi
pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan
kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan.
Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil
keberhasilan yakni :
1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah
20%.
2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar
30%.
3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan
keterampilan, memegang peranan paling besar yakni 50%.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Cara pemeliharaan itik dikategorikan kedalam tiga macam yaitu secara
ekstensif/ tradisional, semi intensif, dan intensif. Pada pemeliharaan ekstensif,
tempat pemeliharaan kelompok itik berpindah-pindah untuk mencari tempat
penggembalaan yang banyak tersedia pakannya. Pemeliharaan semi intensif adalah
pemeliharaan dengan cara mengurung itik pada saat-saat tertentu, biasanya pada
malam hari sampai pagi hari. Setelah itu dilepas disekitar halaman kandang atau
digembalakan ditempat penggembalan yang dekat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan dari Cara Pemeliharaan Itik dengan Sistem
Ekstensif, Semi Intensif dan Intensif
Cara Pemeliharaan Itik
Pertimbangan
Ekstensif

Semi Intensif

Intensif

Sebagian besar
dari alam,
selebihnya
disediakan
peternak.

Sebagian besar
oleh peternak,
selebihnya itik
mencari sendiri.

Seluruhnya
disediakan oleh
peternak.

Tidak perlu

Perlu

Perlu

Sulit

Cukup mudah

Mudah

4. Penggunaan
energi pakan

Tidak efisien

Kurang efisien

Efisien

5. Produksi telur

Rendah

Cukup tinggi

Tinggi

Sulit

Cukup mudah

Mudah

Mudah

Cukup sulit

Sulit

Sulit

Cukup mudah

Mudah

Sulit

Cukup mudah

Mudah

1. Pengadaan
pakan itik

2. Pengadaan
kandang
3. Pengawasan
terhadap ternak

6. Penyeleksian
7. teknologi yang
dipakai
8. penanggulangan
penyakit
9. pengembangan
usaha
10. efisien lahan

Rendah
Cukup tinggi
11. investasi yang
ditanam
Rendah
Cukup tinggi
Sumber : Hardjosworo dan Rukmiasih (2003).

Tinggi
Tinggi

Sistem Pemeliharaan Intensif. Pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan
secara mendalam dan bersungguh-sungguh. Peternak menggunakan prinsip
mendapatkan keuntungan yang sebesar mungkin, dengan biaya dan resiko yang
sekecil mungkin. Memelihara itik secara intensif dengan dikandangkan ialah
beternak tanpa air (pemeliharaan itik sistem kering), seratus persen dikurung dan
tidak diberi air untuk berenang, air disediakan hanya untuk air minum.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Keuntungan cara pemeliharaan intensif ini adalah lahan yang diperlukan
relative kecil, dapat memelihara dalam jumlah yang banyak, penanganan dan
pengawasan dapat lebih mudah, tidak tergantung pada musim, produksi maksimal
dapat mencapai 85 %, kotorannya dapat dimanfaatkan dan memungkinkan peternak
memilih lokasi yang lebih dekat dengan daerah pemasaran. Walaupun biaya pakan
cukup tinggi tetapi karena jumlah pemeliharaan dan produksinya cukup tinggi pula
maka peternak masih dapat menikmati keuntungan.
Pemeliharaan Semi Intensif. Pemeliharaan semi intensif bisa juga disebut
pemeliharaan semi tradisional, tapi prinsip–prinsip modern juga sudah mulai dipakai.
Dalam pemeliharaan semi intensif, peternak sudah memakai perhitungan cermat
untuk mendapatkan hasil telur yang semaksimal mungkin. Prinsip peternakan
moderen mulai digunakan antara lain jenis itik yang dipelihara mulai diseleksi (warna
bulu, bentuk badan serta fisik lain). Makanan diberikan sesuai dengan kebutuhan
dan variasi usia perkelompok sudah dilakukan, tetapi prinsip tradisional seperti
lokasi dan tempat (lanting, dirawa atau didanau), bahan makanan dan cara
pemeliharaan yang dilepas masih tetap dipertahankan pada pemeliharaan semi
intensif, dengan system pemeliharaan semi intensif ini produksi telur dapat
mencapai 200 butir per ekor /tahun. Disamping itu angka kematian itik bisa ditekan
dan kontinuitas produksi bisa terjamin serta kualitas telur bisa diperbaiki.
Pemeliharaan ekstensif atau tradisional. Itik yang dipelihara umumnya tidak
banyak, rasio jantan dan betina tidak diperhitungkan, juga perkandangan. Itik bebas
mencari makan sendiri. Makanan hanya diberikan kalau benar-benar keadaan
memungkinkan, misalnya ada limbah dapur atau sisa bahan lain. Peternak tidak
pernah mau ikut campur dalam kegiatan itik, kecuali telur yang dihasilkan dan
peternak memerlukan daging itik itu sendiri. Sistem pemeliharaan seperti ini tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

akan memberikan keuntungan yang berarti dan peternak tidak pernah merasa rugi.
Untuk menjaga kelestariannya peternak menetaskan beberapa telur itik pada induk
ayam atau itik Manila (Entok).
Umumnya peternak memelihara itik setelah musim panen padi, dengan
memanfaatkan sisa-sisa hasil panen. Sistem ini akan diterapkan kembali seiring
dengan musim tanam berikutnya. Walaupun masa pemeliharaan sangat pendek dan
produksinya rendah, rata-rata 50% dari total produksi, tetapi keuntungan yang
diperoleh peternak cukup tinggi. Sist