Analisis Usaha Itik Peking Pemanfaatkan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Pada Itik Peking Umur 1 sampai 8 Minggu

(1)

ANALISIS USAHA ITIK PEKING PEMANFAATKAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) PADA ITIK PEKING

UMUR 1 SAMPAI 8 MINGGU

SKRIPSI

Oleh :

HERI NIRWANTO 100306009

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS USAHA ITIK PEKING PEMANFAATKAN TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) PADA ITIK PEKING

UMUR 1 SAMPAI 8 MINGGU

SKRIPSI

Oleh :

HERI NIRWANTO 100306009

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Penelitian : Analisis Usaha Itik Peking Pemanfaatkan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Pada Itik Peking Umur 1 sampai 8 Minggu

Nama : Heri Nirwanto

NIM : 100306009

Program Studi : Peternakan

DisetujuiOleh, KomisiPembimbing

Ir. Armyn Hakim Daulay. MBA Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS

Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si. Ketua Program Studi


(4)

ABSTRAK

HERI NIRWANTO, 2015. Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) pada Itik Pekeing Umur 1-8 Minggu. Dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan HASNUDI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis usaha pemanfaatan tepung limbah ikan gabus pasir dilihat dari biaya produksi, hasil produksi, laba/rugi,

incomeoverfeedcost (IOFC) dan revenue cost ratio (R/C ratio).

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang berlangsung pada bulan Agustus-Oktober 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan analisis ekonomi. Penelitian tediri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah P0 (Ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%), P1 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 5%), P2 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%). Parameter yang di amati yaitu biaya produksi, hasil produksi, laba/rugi, income overfeedcost (IOFC) dan revenue cost ratio (R/C ratio).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan P0, P1 dan P2 memberikan hasil yang berbeda terhadap rataan total biaya produksi (Rp) : 226.207,48; 222.141,50 dan 220.969,77, Rataan total hasil produksi (Rp) : 230.941,67; 233.899,17 dan 239.341,67, laba/rugi (Rp) : 4.734,19; 11.757,66 dan 18.371,89, income over feed cost (IOFC) (Rp) : 14.360,53; 16.976,87 dan 23.749,30 dan R/C ratio (Rp) : 1,02 ; 1,05 dan 1,08. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan tepung limbah ikan gabus pasir sebagai bahan campuran bahan pakan dalam ransum sampai level 10% dapat menambah pendapatan peternak itik peking. Tepung limbah ikan gabus pasir dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif ternak itik peking saat ini.


(5)

ABSTRACT

HERI Nirwanto, 2015. Utilization of Business Analysis Meal Fish Waste Cork Sand (Butis amboinensis) to Peking Duck Age 1-8 Sunday. Guided by ARMYN HAKIM DAULAY and HASNUDI.

The purpose of this study is to analyze the business use of fish waste cork flour sand seen from the cost of production, production, profit / loss, income over feed cost (IOFC) and the revenue cost ratio (R / C ratio).

Research conducted at the Laboratory of Animal Biology of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, which took place in August-October 2014. The method used is the method of survey and economic analysis. The study consisted of 3 treatments and 6 replications. The treatment used is P0 (control ration with flour granulated cork fish waste as much as 0%), P1 (Rations with granulated cork flour fish waste as much as 5%), P2 (Rations with granulated cork flour fish waste as much as 10%). The parameters observed that the cost of production, production, profit / loss, income over feed cost (IOFC) and the revenue cost ratio (R / C ratio).

The results showed that in each treatment P0, P1 and P2 gives different

results to the average total cost of production (USD): 226,207.48; 222,141.50 and 220,969.77, Mean total yield (USD): 230,941.67; 233,899.17 and 239,341.67, profit / loss (USD): 4734.19; 11757.66 and 18371.89, income over feed cost (IOFC) (USD): 14360.53; 16976.87 and 23749.30 and R / C ratio (IDR): 1.02; 1.05 and 1.08. The conclusion of this study indicate that the use of fish waste granulated cork flour as an ingredient in feed rations to the level of 10% can increase revenue peking duck breeders. Flour granulated cork fish waste can be used as an alternative feed ingredients peking duck today.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Suka Mulia, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 25 Oktober 1992 dari ayah Kaliman dan ibu Katini. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2010 tamat dari SMA Negeri 1 Bohorok dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Penerimaan Minat Pendidikan (PMP). Penulis memilih Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiwa Peternakan (IMAPET). Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP).

Pada bulan Juli sampai Agustus 2012 penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Indo Mandiri Sejahtera (PIMS) desa Jaranguda Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo .


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Usaha Pemanfaatkan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Pada Itik Peking Umur 1 hari sampai 8 Minggu’’.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan doa dan dukungan juga memberikan semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah di berikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, M.BA selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi M.S. Selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga dapat terlaksana dengan baik dan tepat pada waktunya. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Tati Vidiana Sari, S.Pt. MP yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis untuk kebaikan proposal ini.

Disamping itu penulis juga mengucapakan banyak terima kasih kepada civitas akademi di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Serta penulis mengucapkan terima kash kepada rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat menjadi dan membantu memberikan informasi kepada semua pihak dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta pelaku di bidang peternakan.


(8)

DAFTAR ISI

... Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang... ... 1

Rumusan Masalah... ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Usaha... ... 5

Biaya Produksi ... 5

Biaya Bibit ... 6

Biaya Pakan ... 7

Biaya Obat-obatan ... 7

Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang ... 7

Biaya Tenaga Kerja ... 8

Total Hasil Produksi (Pendapatan) ... ... 8

Analisis Laba Rugi... ... 9

R/C Ratio ( Revenue Cost Ratio) ... 11

IOFC (Income Ovew Feed Cost)... ... 12

Ikan Gabus Pasir ... 13

Karateristik Itik ... 14

Itik Peking ... 15

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Bahan ... 16

Alat ... 16

Metode Penelitian... 17

Parameter Penelitian... 17

Total Biaya Produksi... ... 17

Total Hasil Produksi... ... 18


(9)

R/C Ratio ... 18

IOFC... ... 18

Pelaksanaan Penelitian... ... 19

Persiapan Kandang ... 19

Random DOD ... 19

Penyusun Ransum... ... 19

Pemeliharaan Itik Peking ... 20

Analisis Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan Data dan Total Biaya Produksi ... 21

Biaya Pembelian Bibit ... 21

Biaya Obat-obatan ... 21

Biaya Sewa Kandang ... 21

Biaya Tenaga Kerja ... 22

Biaya Biaya Peralatan ... 22

Biaya Ransum ... 23

Total Hasil Produksi ... 26

Penjualan Itik Peking ... 26

Analisis Laba/ Rugi ... 28

R/C Ratio ... 31

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 32

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 40


(10)

DAFTAR TABEL

No. ... Hal.

1. Komposisi Nutrisi Limbah Ikan ... 14

2. Daftar Harga Pakan Selama Penelitian ... 23

3. Total Seluruh Biaya Produksi Selama Penelitian (Rp) ... 24

4. Hasil Penjualan Itik Peking (Rp/plot) ... 26

5. Total Hasil Produksi (Rp) ... 26


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Total Biaya Produksi(Rp) ... 24

2. Total Hasil Produksi(Rp) ... 27

3. Analisis Laba/ Rugi(Rp) ... 29

4. Income Over Feed Cost (IOFC) ... 31


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Biaya pembelian bibit (Rp) ... 53

2. Biaya pembelian pakan (Rp) ... 53

3. Biaya sewa kandang (Rp)... 53

4. Biaya peralatan kandang(Rp) ... 53

5. Biaya obat-obatan (Rp) ... 54

6. Biaya tenaga kerja (Rp) ... 54

7. Total Biaya Produksi (Rp) ... 54

8. Total Hasil Produksi (Rp) ... 54

9. Analisis Laba/ Rugi (Rp) ... 55

10.Income Over Feed Cost (IOFC) ... 55

11.R/C Ratio ... 55

12.Bobot badan awal dan akhir domba(kg) ... 55


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Analisis usaha merupakan kegiatan penting dalam usaha peternakan dan merupakan pekerjaan rutin perusaan peternakan yang dilakaukkan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha peternakan. Keadaan perusaan seperti besarnya biaya yang dikeluarkan, pendapatan bersi, serta ukuran efisiensi dan efektifitasnya usaha yang digambarkan melalui analisis usaha ekonomi. Selain itu sebagai landasan dalam menentukan kebijakan usaha kedepannya.

Di negara agraris Indonesia, ternak itik merupakan salah satu ternak unggas yang cukup dikenal masyarakat. Itik memberikan dua hal kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan pangannya, yaitu daging dan telur (Samosir, 1981)

Peternakan itik di indonesia sampai saat ini masih menghadapi kendala baik secara teknis maupun ekonomi. Salah satu diantaranya adalah penyedian ransum karena faktor ransum juga ikut menentukan besar kecilnya keuntungan dari suatu usaha peternakan. Untuk itu perlu dicari alternatif bahan pakan yang tersedia secara terus menerus.

Harga ransum ternak unggas yang semakin mahal pada saat ini, tidak sebanding dengan penghasilan dari produksi yang didapat oleh peternak. Hal ini dikarenakan selama ini indonesia mengimpor bahan baku pakan yang potensial, untuk itu perlu dicari bahan pakan yang potensial alternatif yang diharapkan dapat menekan kenaikan harga ransum unggas dan tidak melupakan aspek biologisnya. Penggunaan bahan pakan alternatif yang ekonomis akan memperoleh efesiensi ransum dan produksi (Murtidjo, 1987).


(14)

suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah yang tidak dapat dikendaliakan dapat mencemari lingkungan yang mengakibatkan sumber ketidaknyamanan bagi masyarakat lingkungan sekitar.

Salah satu limbah yang diketahui banyak terdapat di daerah belawan, yang merupakan suatu tempat yang berpotensi menghasilkan limbah dari jenis ikan. Daerah belawan merupakan salah satu pusat perdagangan ikan yang ada di sumatera utara yang cukup besar, ikan-ikan tersebut yang akan di distribusikan ke pasar-pasar yang ada di kota medan. Jarak yang ditempuh dari medan ke belawan berkisar ± 25 km dan dapat ditempuh dengan menggunakan angkot maupun sepeda motor.

Limbah ikan yang ada dibelawan salah satunya yaitu limbah ikan gabus pasir, yang merupakan jenis ikan yang banyak hidup di pesisir pantai dan mudah di dapat. Tempat yang banyak memproduksi ikan ini yaitu KUD (Koprasi Unit Desa) yang merupakan salah satu Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di jalan Gabion kecamatan medan belawan. Produksi dari ikan ini dapat mencapai 1 ton/hari, yang merupakan produksi cukup besar di daerah belawan. Ikan gabus pasir hanya dimanfaatkan dagingnya saja, sedangkan isi perut dan kepala hanya dibiarkan begitu saja dan tidak dimanfaatkan. Daging dari ikan ini banyak di produksi sebagai bahan campuran pembuatan bakso yang banyak di perjual belikan di pasar, namun ada juga yang mengekspor daging dari ikan gabus pasir tersebut.

Pengolahan dari limbah ikan gabus pasir dapat berupa tepung, yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran ransum ternak. Tepung limbah ikan gabus merupakan salah satu produk pengolahan hasil ikan. Sifat ikan yang sangat mudah rusak ini memerlukan penanganan dan pengolahan yang pada


(15)

dasarnya bertujuan untuk mencegah kerusakan atau pembusukan sehingga dapat memperpanjang daya tahan simpan ikan. Sampai saat ini penggunaan tepung ikan gabus pasir belum dilakukan secara maksimal.

Pembuatan tepung ikan berbahan dasar limbah ikan gabus dapat menjadi suatu bentuk alternatif bahan pakan. Selain memiliki daya simpan yang cukup lama dibandingkan dengan ikan segar, bentuk yang berupa tepung diharapkan menjadikan tepung ikan lebih fleksibel dalam pemanfaatannya.

Rumusan Masalah

Hal yang perlu di perhatikan dalam bidang usaha peternakan itik adalah bahan pakan, selain di sukai ternak, tidak bersaing dengan manusia, juga mudah di dapat dan berkualitas. Jika bahan pakan sudah di perhatikan dengan baik maka ternak dapat berkembang dengan baik secara optimal. Untuk lebih menekan biaya pakan dalam usaha ternak itik maka dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar kita.

Ransum merupakan komponen untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ternak itik. Ransum yang dibuat oleh pabrik pakan membutuhkan biaya yang mahal, karena itu dibutuhkan pakan alternatif yang lebih menekan biaya ransum yang lebih murah dan ketersediaan limbah tersebut melimpah. Dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar seperti pemanfaatan limbah ikan gabus pasir.

Dengan ketersediaan limbah ikan gabus pasir yang melimpah dan agar lebih termanfaatakan maka diperlukan suatu teknologi. Teknolgi pengolahan yang digunakan dengan cara pengukusan dan dikeringkan selanjutnya di giling/gerinder dan pakan berbentuk tepung. Dilakukan pengukusan agar lebih awet dan tidak cepat berbau tengik, sehinggah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan


(16)

pakan alternatif. Disamping itu seyelah menjalani proses pengukusan dan pengeringan limbah ikan gabus pasir masih memiliki kandungan nutrisi yang tinggi.

Darin uraian di atas, maka diharapkan penggunaan pakan berbasis limbah ikan gabus pasir sebagai pakan ternak itik dalam bentuk tepung dapat menekan biaya pakan peternak itik, sehingga dapat menambah pemasukan peternak itik.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui total hasil produksi, total biaya produksi, laba rugi, R/C Ratio dan IOFC (income over Feed Cost) dalam pemeliharaan itik peking umur 1 hari sampai 8 minggu dengan pemberiaan tepung ikan gabus pasir (Butis amboinensis)

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan peternak itik dalam mengembangkan usaha peternakan itik dan instansi Pemerintah terkait tentang pemanfaatan tepung ikan gabus pasir(butis) dalam ransum itik peking umur 1 - 8 hari.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Usaha

Analisi usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui perkembangan usaha tersebut. Tujuan dari analisa usaha adalah untuk mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil usaha dari usaha ternak itu sendiri. Dari analisi ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasaan usaha baik menambah cabang usaha maupun memperbesar skala usaha (Wasito dan Rohaeni, 1994).

Sujionohadi dan Setiawan (1993), menegaskan untuk memudahkan perhitungan analisis usaha perlu adanya pencatatan atau pembukuan yang baik. Hal ini memungkinkan kita mendapatkan data yang akurat tentang biaya, produksi, dan penerimaan setiap harinya. Mengetahui perkembangan produksi dan perkembangan usaha secara keseluruhan dari bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun. Dengan demikian, jika terjadi penurunan produksi, pendapatan atau pembengkakan biaya dapat diketahui secara tepat. Kemudian dicari penyebab dan upaya penyelesaiannya.

Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomi yang diperlukan dan tidak dapat dihindarkan dapat diperkirakan sehingga dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai imput yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusaan adalah semua uang yang dieluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan, 1995)


(18)

Biaya tetap adalah seluruh biaya yang tidak tergantung pada jumlah/volume output, misalnya biaya-biaya yang dibebankan untuk peralatan, biaya penyusutan bangunan, biaya listrik, air dan bahan bakar (Lufti, 1997).

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama prose produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan serta sejumlah tenaga kerja (Soekartawi, 1994).

Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan proses usaha. Jika seluruh biaya produksi usaha ternak dapat diketahui, maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah diperhitungkan. Untuk menghitung keadaan harga persatuan produksi haruslah diketahui terlebih dahulu jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dibagi dengan banyaknya produksi daging yang dihasilkan akan menghasilkan angka atau nilai biaya persatuan produksi (Sudarmono dan Sugeng, 2003).

Biaya Bibit

Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Harga biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bibit dengan harga per ekor DOD. Harga bibit itik peking (DOD) mencapai Rp. 6.500. Pemilihan bibit ayam yang dipelihara sangat penting untuk diperhatikan, karena menentukan keberhasilan dalam beternak. DOD (Day Old Duck) yang baik mempunyai ciri-ciri : berat tidak dibawah standar (minimal ± 39 gr/ekor), lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak menunjukkan adanya penyakit-penyakit tertentu (Sentral-ternak, 2013).


(19)

Biaya Pakan

Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari hasil perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan per kilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan peternak. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan itik peking yang berjumlah 90 ekor ialah sebesar Rp. 2.500.000, dimana biaya ini terdiri dari pakan komersial dan pakan olahan. Harga pakan yang cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan baku pembuatan pakan (Luthfan et al., 2011).

Biaya Obat-obatan

Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan yang diberikan pada ternak yang terserang penyakit. Pengobatan pada ternak yang sedang terserang penyakit diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan, baik ke manusia maupun ternak lainnya. Menurut Luthfan et al. (2011) biaya yang dikeluarkan untuk membeli vitamin dan vaksin untuk itik peking sebesar Rp. 100.000/bulan. Obat-obatan dapat digunakan sebagai alternatif manajemen resiko produksi pada usaha peternakan (Aziz, 2009).

Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang

Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari hujan dan mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan ternak stres, dengan cara mengurangi kontak dengan manusia.


(20)

Biaya peralatan kandang adalah biaya yang digunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak. Menurut Luthfan et al., (2011) biaya perlengkapan kandang sebesar Rp. 500.000 untuk 100 ekor itik peking meliputi kandang, tempat minum dan tempat pakan. Peralatan kandang lainnya menurut Santoso (2009) antara lain meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, alas kandang, pemanas ruangan, tirai kandang.

Biaya Tenaga Kerja

Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memeliharabeberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Berdasarkan UMRP SUMUT 2014 (Upah Minimum Regional Provinsi Sumatera Utara) saat ini sebesar Rp. 1.851.000/bulan. Menurut Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan (1985), bahwa 1 orang tenaga kerja dapat memelihara 586 ekor itik secara intensif, sehingga biaya tenaga kerja pemeliharaan 586 ekor itik/bulan adalah sebesar Rp. 1.851.000/586 ekor itik = Rp. 3.158,-/ekor/bulan. Menurut Rasyaf (1992) jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

Total Hasil Produksi (Pendapatan)

Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang duperoleh dari penjualan produk dari suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, kotoran, urin dan pupuk dan produk-produk lainnya yang dihasilkan merupakan komponen pendapatan (Budiono, 1990).


(21)

Penerimaan dapat dibagi menjadi penerimaan nyata dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan nyata adalah penerimaan yang diterimaa dari hasil penjualan baik tunai maupun piutang (kredit). Penerimaan yang diperhitungkan adalah nilai output yang dikomsumsi peternak. Penerimaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman dan hasil olahannya serta panen dari peternakan dan hasil olahannya (Kadarsan, 1995).

Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang di peroleh dari penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan (Sigit, 1991).

Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan ternak, baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses dan urin) (Rasyaf, 1995).

Menurut Gunawan (1993) bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Analisi Laba Rugi

Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan laba. Kasmir dan


(22)

Jakfar (2005) menyatakan laporan laba-rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh dari satu periode keperiode berikutnya. Kemudian akan tergambar jenis-jenis biaya yang akan dikeluarkan beserta jumlahnya dalam periode yang sama.

Jumingan (2006), laporan laba-rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa barang atau jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu, atau merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan (total revenue) dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingakat volume produksi tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas titik impas.

Analisa pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefenisikan sebagai selisi antara penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

π = TR – TC

Dimana :

π : Keuntungan (benefit)

TR : Penerimaan Total (total Revenue) TC : Biaya total (total Cost)

Pendapatan berasal dari penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan. Sedangkan biaya produksi dibagi dua, yaitu


(23)

biaya tetap 9sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan) dan biaya variable (DOD, pakan, tenaga kerja dan bunga bank) (Soekartawi, 1994)

Laba merupakan ukuran yang membedakan anara apa yang perusaan masukkan untuk membat dan menjual produk denga apa yang diterimannya. Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manajemen. Jika laba konsisten positif, perusaan dapat tetqap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika mengalami kerugian perusaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah dan dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001).

Laporan laba rugi (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Setiap jangka waktu tertentu umumnyasatu tahun, perusaan perlu memperhitungkan hasil usaha perusaan yang dituankan dalam bentuk laporan laba-rugi. Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari hasil perbandingan tersebut (kasmir dan jakfar, 2005)

R/C Ratio (revenue cost ratio)

Menurut Kadarsan (1995), R/C rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usaha ternak. Analisis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha ternak, artinya dari angka rasio tersebut dapat diketahui, apakah suatu usaha ternak menguntungkan atau tidak. Nilai R/C rasio tidak mempunyai satuan. Usaha ternak dikatakan menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih besar dari satu, yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha ternak akan memberikan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya, usaha ternak dikatakan tidak


(24)

menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu. Hal ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan kurang dari satu rupiah. Semakin besar nilai R/C, maka semakin baik usaha ternak tersebut. Usaha ternak dikatakan impas bila nilai R/C rasio sama dengan satu.

Tingkat efesiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan bagi besarnya korban, dimana bila:

R/C Ratio > 1 = efisien R/C Ratio = 1 =impas

R/C Ratio < 1 =tidak efisien (Kadariah, 1987).

Menurut cahyono (2002) analisis tingkat kelayakan usaha tani atau B/C ratio (benefit cost Ratio) bisa digunakan dalam analisis kelayakan usaha tani yaitu perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.

Total hasil Produksi R/C Ratio =

Total Biaya Produksi

IOFC (income over feed cost)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual (Prawirokusumo, 1990).

Selain pegangan berproduksi secara teknis juga diperlukan peganga berproduksi dari segi ekonomi, beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk


(25)

pegangan berproduksi adalah IOFC (income over feed cost) atau selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan ini merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan (kilogram hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan kilogram bobot hidup (Hermanto, 1996).

Ikan Gabus Pasir

Ikan gabus pasir merupakan ikan air laut yang banyak ditemukan di sekitar muara laut, ikan ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas: Osteichtyes, Ordo:

Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis amoinensis. Ikan ini banyak di tangkap oleh nelayan karena produksinya yang besar serta permintaan konsumen yang banyak untuk bahan olahan bakso. Ikan ini memiliki karateristik yang tidak jauh beda dengan ikan gabus air tawar, dengan karateristik kepala pipih datar, lebar badan 5-5,5 kali lebih pendek dari panjang standart, 6-7 kali lebih pendek dari panjang total, tidak mempunyai sisik tambahan, interorbital, pipi dan kepala bersisik, antara mata dan tulang mata tidak memiliki sisik, gigi pada barisan depan tidak membesar, tipe ekor membulat (Gultom, 2010).

Kandungan nutrisi dari limbah ikan dapat kita lihat pada tabel 1. Tabel 1. Komposisi nutrisi limbah ikan

Nutrisi Kandungan

Energi metabolis (Kkal/kg) 2640a

Protein kasar (%) 40,83b

Lemak kasar (%) 5b

Serat kasar (%) 1,78b

Abu (%) 17b

Sumber: a Murtidjo (1988), bhttp:// jajo66. files. wordpress. com/ 2008/ 11/ 03pemanfaatan. pdf (2014).

Karakteristik Itik


(26)

Anatidae dan genus Anas (Srigandhono, 1997). Itik banyak diternakkan sekarang adalah spesies Anas domesticus, spesies ini berasal dari jenis liar Anasboscha, kecuali itik manila (Cairina moschata).

Kepala itik peking besar dan bundar, paruhnya lebar, pendek, ujungnya berwarna kuning akan tetapi ada yang berwarna putih. Lehernya pendek, gemuk dan tegak yang agak panjang, warna bulunya seperti warna bulu kenari. Pada jantan ditemukan bulu-buu leher tengah yang agak panjang, sedangkan diatas kepala kadang-kadang ditemukan bulu-buu seperti jambul (Samosir, 1987).

Sifat-sifat lainnya dari itik peking adalah mempunya bulu yang agak melengkung keatas dibagian atas leher. Itik peking betina lebih kecil bdannya dan bulu yang melengkung dibagian leher lebih pendek dibandingkan dengan itik jantan. Itik ini dapat hidup baik ditempat yang kurang atau tidak ada airnya (Djannah, 1983).

Itik Peking

Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah Tientsien Cina, setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat itik ini menjadi populer. Dipelihara dilingkungan tropis dan sub tropis, itik ini mudah beradaptasi, selain keinginannya untuk terbang kecil sekali (Murtidjo, 1996).

Menurut Samosir (1981), Itik peking berasal dari Tiongkok merupakan itik pedaging yang populer dan disebut greenduct. Sangat subur, mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, pertumbuhan badannya cepat dan produksi telurnya lebih banyak dibandingkan tipe pedaging lainnya. Itik peking ini sangat besar, tidak begitu mudah dipengaruhi oleh cuaca, tidak begitu membutuhkan air untuk berenang dan akan berproduksi dengan baik bila dipelihara secara intensif.


(27)

Dari golongan itik pedaging (peking, Muscovy atau entok), itik peking mulai populer di indonesia. Produksi daginggya mencapai 3 sampai 3,5 kg pada umur 7 sampai 8 minggu sedanggakan produksi telurnya agak baik, yaitu rata-rata mencapai lebih kurang 160 butir per tahun (Anggorodi, 1995).

Selain itu itik peking mempunyai kelebihan tidak mudah dipengaruhi oleh cuaca, bentuk warna disukai orang, tidak membutuhkan air untuk berenang serta pertumbuhannya cepat (Rasyaf, 1992).


(28)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Penelitian ini berlangsung selama 8 minggu dimulai dari bulan agustus 2014 sampai dengan oktober 2014.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bahan yang digunakan yaitu itik peking umur 1 hari (Day Old Duck (DOD)) sebanyak 90 ekor, bahan penyusun ransum terdiri dari jagung, dedak padi bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, bungkil inti sawit, tepung limbah ikan gabus pasir, top mix, air minum memenuhi kebutuhan air didalam tubuh yang diberikan secara ad libitum, air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan transportasi, rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan tempat pakan dan minum, formalin 40% dan KMnO4 (Kalium permanganate)

untuk fumigasi kandang, vitamin dan suplemen tambahan seperti Vitachick, Vaksin ND strain Lasota.

Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu kandang baterai berukuran 100cm × 100cm × 100cm, sebanyak 18 unit dan setiap unit diisi 5 ekor DOD, peralatan kandang terdiri dari 18 unit tempat pakan dan 18 unit tempat minum, timbangan salter digital kapasitas 3000 gr untuk menimbang bobot badan itik dan menimbang ransum, alat penerang dan pemanas berupa lampu pijar 40 watt


(29)

sebanyak 18 buah, thermometer sebagai pengukur suhu kandang. Alat pencatat data seperti buku data, alat tulis dan kalkulator, alat pembersih kandang berupa sapu ember, sekop dan hand sprayer, alat lain berupa plastik ember dan pisau.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian sebelumnya yang meneliti tentang performans dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 6 ulangan. Adapun perlakuan tersebut yaitu:

P0= Kontrol (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%) P1 = Ransum dengan dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 5% P2 = Ransum Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%

Setelah penelitian performans dianalisis, dilanjutkan penelitian dengan analisis usaha untuk mengetahui perlakuan mana yang dapat meningkatkan nilai ekonomis. Untuk itu digunakan metode survey untuk mengetahui harga bibit, sewa kandang, harga obat-obatan, harga peralatan kandang dan harga tenaga kerja.

Parameter Penelitian Total Biaya Produksi

Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung: biaya pakan, biaya pembelian bibit, biaya obat-obatan, biaya sewa kandang dan peralatan serta biaya tenaga kerja.

Total Hasil Produksi

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung harga jual itik peking.


(30)

Analisi Laba/Rugi

Keuntungan (laba) suatu usaha diperoleh dengan cara:

π = TR – TC

Dimana:

π = keuntungan TR = total penerimaan TC = total pengeluaran

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan

R/C Ratio = Total Hasil Produksi (Penerimaan) Total Biaya Produksi

R/C Ratio > 1 = efesien R/C Ratio = 1 = impas R/C Ratio < 1 = tidak efesien

Income Over feed Cost (IOFC)

Income over feed cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih pendapatan usaha ternak dikurai dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan (dalam kg hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya pakan adalah biaya yang dikeluarjkan untuk menghasilkan bobot badan ternak.

IOFC = (bobot badan akhir itik x harga jual itik/kg) – (total konsumsi pakan x harga pakan perlakuan/kg)


(31)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan yaitu sistem panggung terdiri dari 18 plot, setiap plot terdapat 5 ekor DOD. Sebelum DOD dimasukkan, kandang dibersihkan dengan air dan detergen kemudian di desinfektan menggunakan rudalon dan fumigasi menggunakan formalin 40 % dan KmnO4. Kandang harus dilengkapi dengan tempat pakan dan minuman serta alat penerangan. Istirahat kandang dilakukan selama 1 minggu. Air gula diberikan kepada DOD pada saat baru tiba untuk mengurangi cekaman stres selama perjalana.

Random DOD

Sebelum DOD dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bisa diketahui kisaran bobot awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 5 ekor.

Penyusun Ransum

Bahan penyusun ransum yang digunakan adalah jagung, dedak padi, rbungkil kedelai, tepung ikan, bungkil inti sawit, minyak nabati, tepung limbah ikan gabus pasir, top mix dan kapur.

Bahan penyusun ransum sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sesuai komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi setiap perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara manual adalah secara manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya ketengikan pada ransum.


(32)

Pemeliharaan itik peking

Itik peking dipelihara dalam kandang perlakuan diberi pemanas dan penerangan (lampu pijar 40 watt). Ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum.

Analisis Data

- Dilakukan Pengukuran yaitu data rata-rata bobot badan itik.

- Dilakukan survey harga pakan ternak di pasar dan poultry shop yang menyangkut harga pakan yang di gunakan.

- Dilakukan pengukuran yaitu data dari hasil variabel penelitian yang terdiri dari bobot badan awal dan bobot akhir itik, rata-rata konsumsi pakan itik dan rata- rata konversi pakan itik pada setiap level perlakuan pakan. Dilakukan analisis ekonomi dari keseluruhan usaha ternak itik. Analisis ekonomi yang dilihat adalah analisis laba rugi, analisis R/C ratio dan analisis IOFC.


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Total biaya produksi

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang di keluarkan untuk menjalankan suatu proses usaha, dimana biaya tersebut dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung biaya pembelian bibit DOD, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya sewa kandang, biaya peralatan kandang dan biaya tenaga kerja.

1. Biaya Pembelian Bibit

Biaya pembelian bibit adalah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pembelian bibit DOD (day old duck) sebanyak 90 ekor ternak dengan harga sebesar Rp. 6000/ekor. Sehingga banyaknya biaya produksi untuk pembelian bibit DOD sebesar Rp. 540.000,-. Biaya pembelian bibit DOD ternak ayam kampong dapat dilihat pada lampiran 6.

2. Biaya Obat-obatan

Biaya obat-obatan adalah biaya produksi yang di keluarkan untuk pembelian obat-obatan yang diberikan kepada ternak itik selama penelitian. Dimana obat-obatan yang diberikan kepada ternak tersebut adalah vitachick sebanyak 2 kotak dengan harga Rp. 50.000,-, vaksin ND dengan harga Rp. 27.000,-, dan vaksin Gumboro dengan harga Rp. 35.000,-. Biaya obat-obatan ternak itik peking selama penelitian dapat dilihat pada lampiran 7.

3. Biaya Sewa Kandang

Biaya sewa kandang adlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pemakaian kandang selama penelitian. Dimana biaya kandang diperoleh dari total biaya sewa kandang selama penelitian di bagi dengan 19 plot yaitu Rp. 250.000,-.


(34)

Selam 8 minggu penelitian. Biaya yang dikeluarkan untuk sewa kandang dapat di lihat pada lampiran 8.

4. Biaya Tenaga Kerja

Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pemeliharaan itik peking selama penelitian. Biaya tenaga kerja diperoleh dari Upah Minimum Regional (UMR) daerah kota Medan Sumatera Utara pada saat pelaksanaan penelitian adalah Rp. 1.850.000/bulan. Dimana dengan asumsi setiap 1 tenaga kerja dapat menangani 586 ekor ternak itik peking secara itensif. Sehingga upah tenaga kerja selama 2 bulan pemeliharaan adalah 90/586 x 1.851.000 x 2 = Rp. 568.566.49,-. Rincian biaya tenaga kerja pada tiap perlakuan dapat selama 2 bulan penelitian dapat dilihat pada lampiran 9.

5. Biaya Peralatan Kandang

Biaya peralatan kandang adalah biaya produksi yang dikeluarkan selama penelitian untuk membeli seluruh peralatan kandang. Biaya peralatan kandang diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya yang di keluarkan untuk membeli peralatan yang digunakan seperti tempat pakan sebanyak 18 buah dengan harga perbuah Rp. 2.250,-, tempat minum sebanyak 18 buah dengan harga perbuah Rp. 7.000,-, bola lampu sebanyak 20 buah dengan harga perbuah Rp. 6.000,-, timbangan elektrik 1 buah dengan harga Rp. 150.000,-, thermometer 1 buah dengan harga Rp. 15.000,-, sapu lidi 1 buah dengan harga Rp. 5.000,-, dan terpal alas kandang 5 meter dengan harga permeter Rp. 7.000,-. Biaya untuk seluruh peralatan kandang selama penelitian dapat dilihat pada lampiran 10.


(35)

6. Biaya Ransum

Biaya ransum diperoleh dari total konsumsi ransum selama penelitian dikali dengan harga perkilogram ransum setiap perlakuan sehingga didapat biaya ransum yang dikeluarkan selama penelitian. Daftar harga pakan yang digunakan untuk pembuatan ransum selama penelitian dapata dilihat pada tabel 2. Harga bahan pakan yang didapat merupakan hasil survey dari berbagai pasar dan

poultry shop yang ada di sekitar padang bulan Medan. Tabel 2. Daftar harga bahan pakan selama penelititan

Tanggal Nama Poultry/Pasar Bahan Pakan Harga Pakan (Rp/Kg)

TLIGP Rp. 6.857

10-07-2014 Tani Ternak Jaya Poultry Dedak Padi Rp. 3.500 Shop P. Bulan Medan

10-07-2014 Tani Ternak Jaya Poultry Tepung Ikan Rp. 7.500 Shop P. Bulan Medan

12-07-2014 Dunia Ternak Poultry Tepung Jagung Rp. 3.500 Shop P. Bulan Medan

20-07-2014 Raja Ternak Poultry Shop Bungkil kedelai Rp. 9.000 Psr. 7. Tnjng Sari Medan

20-07-2014 Dunia Ternak Poultry Bungkil kelapa Rp. 3.500 Shop P. Bulan Medan

22-07-2014 Raja Ternak Poultry Shop BIS Rp. 2.300 Psr. 7. Tnjng Sari Medan

01-08-2014 Tani Ternak Jaya Poultry Mineral Rp. 10.000 Shop P. Bulan Medan

02-08-2014 Pasar Tradisional P. Bulan Minyak Nabati Rp. 12.000 Medan

Keterangan: TLIGP : Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir

Dimana harga ransum fase starter dengan grower pada penelitian ini berbeda. Pada fase starter harga ransum perlakuan P0 (0% TLIGP) Rp. 5212/kg, P1 (5%TLIGP) Rp 5179,85./kg, P2 (10%TLIGP) Rp 5140,70./kg. sedangkan harga ransum pada fase grower yaitu P0 (0% TLIGP) Rp. 4279/kg, P1 (5%TLIGP) Rp. 4246,85/kg, P2 (10%TLIGP) Rp. 4214,70/kg. biaya yang


(36)

dikeluarkan untuk ransum itik peking selama 8 minggu penelitian dapat dilihat pada tabel.

Total biaya produksi diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya produksi. Maka total seluruh biaya produksi selama penelitian dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Total seluruh biaya produksi selama penelitian

Total biaya produksi Rupiah (Rp)

Biaya pembelian Bibit 540.000,-

Biaya obat-obatan 86.999,94,-

Biaya sewa kandang 250.000,-

Peralatan kandang 59.798,88̦-

Upah tenaga kerja 568.566,486,-

Biaya pembelian pakan 2.510.547,21,-

Total 4.015.912,52,-

Berdasarkan total biaya produksi maka dapat diketahui total biaya produksi untuk setiap perlakuan selama penelitian. Total biaya produksi untuk tiap perlakuan dapat dilihat dalam gambar 1.

Gambar 1. Diagram rataan total biaya produksi selama penelitian (Rp)

Pada gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa biaya produksi selama pemeliharaan itik peking selama penelitian menunjukan perbedaan diantara

200000,00 210000,00 220000,00 230000,00 240000,00 250000,00

P0 P1 P2

226.207,48

222.141,50 220.969,77

Perlakuan Total Biaya Produksi

R at aan T ot al B ia y a P roduks i


(37)

berbagai perlakuan lainnya. Dimana biaya produksi tertinggi pada perlakuan P0 (ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%) dengan nilai rataan sebesar Rp. 226.207,48 dan nilai rataan yang terendah pada perlakuan P2 (ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%) dengan rataan 220.969,77. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah biaya ransum yang dikeluarkan pada pemeliharaan itik peking selama penelitian.

Pada perlakuan P0 biaya ransum itik peking yang dimasukan terhadap biaya produksi memiliki harga ransum yang terbesar diantara perlakuan lainnya, dimana perlakuan P0 dengan rataan sebesar Rp. 142.576,07,-. Lebih besar dibandingkan dengan perlakuan P2 yang sebesar Rp. 137.338,37,-. Sementara untuk biaya lainnya seperti biaya bibit, biaya sewa kandang, biaya obat-obatan, biaya peralatan kandang dan biaya tenaga kerja adalah sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugeng dan Sudarmono (2003) bahwa biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan proses usaha. Jika seluruh biaya produksi usaha ternak dapat diketahui,maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah diperhitungkan.

Menurut Kadarsan (1995) Biaya adalah nilai dari smua korbanan ekonomi yang diperlukan dan tidak dapat dihindarkan dapat diperkirakan sehingga dapat di ukur untuk menghasilkan sebuah produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai inputnyang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu.

Total Hasil Produksi

Total hasil produksi adalah seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan pemeliharaan itik peking selama 8 minggu dengan cara menghitung harga jual itik peking.


(38)

Hasil Penjualan Itik

Penjualan itik peking dengan perkalian antara bobot badan akhir itik dengan harga bobot hidup perkilo gramnya. Harga jual itik peking Rp. 35.000,-/kg bobot hidup. Total bobot badan itik peking P0= 39,59 kg, P1= 40,10 kg, P2= 41,03 kg. Maka harga jual seluruh itik peking adalah Rp. 4.225.095,-. Hasil penjualan itik peking dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 . Hasil penjualan itik peking (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6 P0 219.100 239.750 229.600 240.100 227.850 229.250 1.385.650 230.941,67 P1 241.045 218.050 245.000 218.750 242.200 238.350 1.403.395 233.899,17 P2 247.450 247.100 222.600 261.800 212.800 244.300 1.436.050 239.341,67 Total 707.595 704.900 697.200 720.650 682.850 711.900 4.225.095 234.727,50

Maka total hasil produksi selama penelitian itik peking dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Total hasil produksi

Total hasil produksi Rupiah (Rp)

Hasil penjualan itik peking 4.225.095

Total 4.225.095

Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil produksi. Maka total hasil produksi dari setiap perlakuan dapat dilihat pada gambar 2 berikut.


(39)

Gambar 2. Diagram rataan total hasil produksi selama penelitian (Rp)

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa total hasil produksi pemeliharaan itik peking selama 8 minggu menunjukan perbedaan pada setiap perlakuan. Dimana pada total hasil produksi tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebesar 10%) dengan nilai rataan sebesar Rp. 239.341,67,-, dan total hasil produksi terendah pada perlakuan P0 (Ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebesar 0%) dengan rataan sebesar Rp. 230.941,67,-. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan bobot badan akhir itik peking, sehingga nilai pendapatan dari penjualan itik peking berbeda pada setiap perlakuan. Budiono (1990), menyatakan bahwa pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan produk dari suatu kegiatan usaha seperti penjualan ternak hidup, kotoran, urun dan produk-produk lainnya yang dihasilkan merupakan komponen pendapatan.

Berdasarkan hasil penjualan itik peking diperoleh perlakuan P0 (ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir 0%) memiliki hasil yang terendah sebesar Rp. 230.941,67,-, dan hasil penjualan itik peking tertinggi pada perlakuan P2 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebesar 10%) yaitu dengan nilai sebesar Rp. 239.341,67,-. Penentuan pendapatan berdasarkan hasil penjualan

200000,00 210000,00 220000,00 230000,00 240000,00 250000,00

P0 P1 P2

230.941,67 233.899,17

239.341,67

Perlakuan Total Hasil Produksi

R at aaan T ot al H as il P roduks i


(40)

itik peking sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1995) yang menyatakan bahwa penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

Analisis laba rugi

Analisis laba rugi merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha tersebut untung atau rugi dengan menghitung selisih antara total hasil produksi dengan total biaya produksi.

Keuntungan = Total hasil produksi – total biaya produksi = Rp. 4.225.095 - Rp. 4.015.912,52

= Rp. 209.182,58

Diketahui bahawa total biaya produksi lebih kecil dibandingkan dengan total hasil produksi. Hal ini menunjukan bahwa analisis usaha itik peking selama penelitian 8 minggu memberikan keuntungan sebesar Rp. 209.182,58. Berikut dapat dilihat keuntungan laba rugi setiap perlakuan pada gambar 3.

Gambar 3. Diagram rataan laba rugi tiap perlakuan (Rp)

0,00 5000,00 10000,00 15000,00 20000,00

P0 P1 P2

4.734,19 11.757,66 18.371,89 Perlakuan

Laba/Rugi

R

at

aan

L

ab

a/R

u

gi (

R

p

)


(41)

Pada gambar 3 yang dilihat analisis laba/rugi pada penelitian itik peking selama 8 minggu dengan pemberian tepung limbah ikan gabus pasir memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap perlakuan. Pada perlakuan P0 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%) memberikan keuntungan dengan rataan sebesar Rp. 4.734,19,-, pada perlakuan P1 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 5%) memberikan keuntungan dengan rataan sebesar Rp. 11.757,66,-, dan perlakuan P2 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%) memberikan keuntungan dengan rataan sebesar Rp. 18.371,89,-.

Keuntungan tertinggi yaitu pada perlakua P2 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%) dengan hasil nilai rataan sebesar Rp. 18.371,89,-. Hal ini dikarenakan pertambahan bobot badan itik peking lebih tinggi dibndingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan itik peking memiliki nilai lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu Biaya pakan, biaya bibit ternak itik peking, biaya peralatan, biaya obat-obatan, biaya sewa kandang dan biaya tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Jumingan (2006) yang menyatakan bahwa laporan laba-rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa barang atau jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu, atau merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan (total revenue) dengan total


(42)

biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingakat volume produksi tertentu.

Keuntungan terendah terdapat pada perlakuan P0 (Ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%), hal ini dikarenakan total hasil produksi dengan total biaya produksi memiliki nilai yang tidak terlalu jauh berbeda. Seperti pertambahan bobot badan itik peking yang rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hansen dan Mowen (2001) menyatakan laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimannya. Perhitungan jelas untuk banyak untuk keputusan manajemen, jika laba konsisten positif perusahaan dapat tetap dalam bisnis tersebut tetapi jika mengalami kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah dan dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.

Analisis R/C Ratio

Analisis R/C ratio di gunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha tersebut dihentikan karena kurang layak. R/C diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan total biaya produksi atau di tuliskan dengan rumus. R/C ratio = Total Hasil Produksi

Total Biaya Produksi

Analisis R/C pada pada penelitian ini menunjukan hasil yang berbeda dari setiap perlakuan, hasil R/C ratio dapat dilihat pada gambar 4 berikut.


(43)

Gambar 4. Diagram rataan R/C ratio setiap perlakuan

Dari gambar 4 tersebut dapat dilihat bahwa R/C ratio yang diperoleh pada penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan P0 (Ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%), perlakuan P1 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 5%) dan perlakuan P2 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%) dianggap memiliki kelayakan usaha/efisien untuk dilanjutkan, karena total hasil produksi dibagi dengan total biaya produksi memiliki nilai lebih besar dari 1 (>1). Hal ini sesuai pernyataan dari Kadarsan (1995) yang menyatakan R/C rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukan besarnya penerimaan yang akan di peroleh dari setiap rupiah yang dikelurakan dalam produksi usaha ternak. Usaha ternak dikatakan menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih besar dari satu, yang artinya setiap satu rupiah biaya yang kita keluarkan untuk usaha ternak akan memberikan penerimaan lebih dari satu rupiah. Sebaliknya, usaha ternak dikatakan tidak menguntungkan bila R/C ratio lebih kecil dari satu, hal ini berarti setiap satu rupiah yang kita keluarkan akan memberikan penerimaan kurang dari satu rupiah.

0,98 1,00 1,02 1,04 1,06 1,08 1,10

P0 P1 P2

1,02 1,05 1,08 R at aan R /C R at io Perlakuan R/C Ratio


(44)

Semakin besar nilai R/C maka semakin baik usaha ternak tersebut. Usaha ternak dikatakan impas apabila nilai R/C ratio sama dengan satu.

Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Kadariah (1987) yang menyatakan untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan bagi besarnya pengeluaran, dimana bila:

R/C Ratio > 1 efisien R/C Ratio = 1 impas

R/C Ratio < 1 tidak efisien. Analisis IOFC

Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih dari total pendapatan usaha peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak.

IOFC = (Bobot badan akhir itik – bobot badan awal itik) x harga jual itik/kg – (total konsumsi pakan x harga pakan perlakuan/kg)

Hasil Income over feed cost (IOFC) pada setiap perlakuan pada penelitian itik peking selama 8 minggu dapat dilihat pada gambar.

5000 10000 15000 20000 25000

P0 P1 P2

14.360,53

16.976,87

23.749,30

R

at

aan I

O

F

C

Perlakuan

IOFC


(45)

Gambar 5. Diagram rataan Income Over Feed Cost (IOFC) pada tiap perlakuan (Rp)

Dari gambar 5 tersebut dapat dilihat perbedaan dari setiap perlakuan dimana pada perlakuan P0 (Ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%) dengan nilai rataan sebesar Rp.14.360,53,-, merupakan rataan yang terendah. Sedangkan rataan tertinggi yaitu pada perlakuan P2 (Ransum dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 10%) sebesar Rp. 23.749,30,-, hal ini di sebabkan karena bobot badan itik peking yang tinggi di kalikan dengan harga jual itik peking perkilogram, sehingga pendapatan dari hasil penjualan itik peking lebih tinggi dari pada total biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi itik peking selama penelitian. Dan beberapa juga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan yang tinggi diikuti dengan pertambahan bobot badan yang tinggi juga.

IOFC terendah pada perlakuan P0 (Ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0%) dengan nilai rataan sebesar Rp.14.360,53,-, hal ini dikarenakan bobot badan itik peking yang rendah dari perlakuan yang lainnya sehingga menyebabkan harga jual itik peking lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Selain itu harga pakan pada setiap perlakuan juga dapat mempengaruhi rendahnya IOFC pada setiap perlakuan, hal ini yang menyebabkan IOFC pada perlakuan P0 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dari pernyataan Prawirokusumo (1990) yang menyatakan bahwa

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan.


(46)

Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual.

Rekapitulasi Hasil Penelitian Analisis Usaha Pemanfatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir Butis Amboinensis Pada Itik Peking Selama 8 Minggu Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Parameter penelitian yang diamati

Perlakuan Biaya produksi Hasil Produksi Laba/Rugi R/C Ratio IOFC P0 226.207,48 230.941,67 4.734,19 1,02 14.360,53 P1 222.141,50 233.899,17 11.757,66 1,05 16.976,87 P2 220.969,77 239.341,67 18.371,89 1,08 23.749,30 Total 669.318,75 704.182,51 34.863,74 3,15 55.086,70

Berdasarkan tabel 6 yaitu rekapitulasi hasil penelitian dapat dilihat perbedaan hasil dari setiap perlakuan yang menunjukan hasil tertinggi untuk biaya produksi pada perlakuan P0 (Ransum kontrol dengan menggunakan) dan hasil terendah pada perlakuan P2 ( ransum). Hasil-hasil dari tiap perlakuan dapat dilihat mulai dari biaya produksi, hasil produksi, laba/rugi, R/C ratio dan IOFC. Dilihat

dari biaya produksi, dimana perlakuan P0 total biaya produksinya sebesar Rp. 226.207,48,-, P1 sebesar Rp. 222.141,50,-, dan P2 sebesar Rp. 220.969,77,-.

Selanjutnya pada parameter hasil produksi dimana perlakuan P2 yang tertinggi dan yang terendah pada perlakuan P0 dengan nilai sebesar Rp. 230.941,67,-, P1 sebesar Rp. 233.899,17,-, dan yang tertinggi adalah P2 sebesar Rp. 239.341,67,-.

Maka dapat dilihat dari laba/rugi pada perlakuan P2 memberikan keuntungan yang tertinggi dan yang kedua pada perlakuan P1 dan yang terendah pada perlakuan P0, sebesar Rp. 4.734,19,-, perlakuan P1 sebesar Rp. 11.757,66,-, dan perlakuan P2 sebesar Rp. 18.371,89,-. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pada parameter R/C ratio dapat dilihat bahwa perlakuan P0 sebesar 1,02 pada perlakuan P1 sebesar 1,05 dan perlakuan P2 sebesar 1,08. Dimana pada parameter R/C ratio nilai tertinggi terdapat pada P2


(47)

selanjutnya pada perlakuan P1 dan P0. Berdasarkan hasil rekapitulasi penelitian dapat dilihat parameter IOFC pada perlakuan P0 sebesar Rp. 14.360,53,-, selanjutnya pada perlakuan P1 sebesar Rp. 16.976,87,-, pada perlakuan P2 sebesar Rp. 23.749,30,-. Dari hasil penelitian dimana parameter IOFC nilai tertinggi pada perlakuan P2 dan yang terendah pada perlakuan P0.


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan tepung limbah ikan gabus pasir sebagai bahan campuran pakan dalam ransum sampai level 10% dapat menambah pendapatan peternak itik peking. Tepung limbah ikan gabus pasir dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif ternak itik peking saat ini.

Saran

Disarankan kepada peternak itik peking agar memanfaatkan limbah ikan gabus pasir sebagai bahan pakan dalam ransum sampai level 10%, karena dapat memberikan penghasilan yang lebih pada peternak.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. H.R., 1985. Ilmu Pakan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta.

______________, 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Aziz. 2009. Ternak dan Upaya Pengamanannya. Lokakarya Obat Hewan dan Munas 111 ASOHL, Jakarta.

Budiono, 1990. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1. Edisi kedua, Cetakan ke II. BPFE, Yogyakarta.

Cahyono, 2002. Wortel Teknik Budi daya Analis Usaha Tani. Kanisinus, Yogyakarta

Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan. 1985. Usaha Peternakan Perencanaan Usaha, Analisa dan Pengelolaan. Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta.

Djannah, D. P. R. 1983. Beternak Itik. CV. Yasa Guna, Jakarta.

Gultom, L., 2010. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Dikaitkan dengan Faktor Fisik dan Kimia Air di Muara Sungai Asahan. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan

Gunawan. 1993. Produktivitas dan Nilai Ekonomis. Kanisius, Yogyakarta. Hansen dan Mowen, 2001. Manajemen Biaya. Salemba Empat Patria, Jakarta. Hermanto, F. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan. PT Bumi Aksara, Jakarta

Kadariah. 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kadarsan, H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan perusaan agribisnis Cetakan Kedua. PT Gramedia jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Luthfan., F. Rosyady dan M. Khoiriyah. 2011. Pelet Fermentasi Bahan Pakan Lokal Sebagai Alternatif Pakan Ayam Buras yang Murah, Praktis dan Alami. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Lutfi, M., 1997. Pengantar Manajemen Operasi, USU Press, Medan.

Murtidjo, 1987 Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yayasan Kanisius, Yogyakarta. ____________., 1996. Mengelola Itik. Kanisius, Yogyakarta.

Muslim, D. A., 1992. Budidaya Mina Itik. Kanisius, Yogyakarta. Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta. Rasyaf, M., 1990. Makanan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. _________, 1992. Beternak Itik Komersial. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.


(50)

Santoso, 2009. Pengantar Akuntansi. BPFE UGM. Yogyakarta.

____________.,1987 Ilmu Ternak Itik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sigit, S. 1991. Analisa Break Even. Rancangan Linear Secara Ringkas dan

Praktis. BPFE, Yogyakarta.

Siregar. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. Soekartawi, A. 1994 Analisis Cobb – Douglas. UI-Press, Jakarta.

Sosroamidjojo dan soeradji. 1987. Peternakan Umum. CV Yasaguna, Jakarta. Srigandono, 1991. Ilmu Unggas Air. UGM University Press. yogyakarta

_________, 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sudarmono, A.S dan Y.B. Sugeng. 2003. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suharno dan Amri, 1995. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta. Sujionohadi, K dan A. I. Setiawan, 1993. Ayam Kampung Petelur Perencanaan dan Pengelolaan Usaha Skala Rummah Tangga. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tillman et al., 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada university Press, Yogyakarta.

Wahyu, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas, gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wasito dan E. S. Rohaeni. 1994. Beternak Itik Alabio, Yayasan Kanisius,


(51)

LAMPIRAN

1. Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir

Limbah ikan gabus pasir basah (kepala‚ isi perut dan tulang ikan)

Dijemur dibawah sinar matahari atau oven pada suhu 60-75oC selama24 jam

Digrinder

Tepung limbah ikan gabus pasir

Tepung siap dijadikan bahan pakan


(52)

Lampiran 3. Formulasi Ransum Itik Peking Starter Umur 0-2 Minggu

Bahan P0 P1 P2

Tepung Jagung 38,50 38,50 38,50

Dedak Padi 7 7 7

BIS 10,50 10,50 10,50

Bungkil Kelapa 9,50 9,50 9,50

Tepung Ikan 10 5 0

Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir 0 5 10

Bungkil Kedelai 20,50 20,50 20,50

Top Mix 1 1 1

Minyak Kelapa 3 3 3

Total 100 100 100

Protein (%) 22,54 22,93 23,33

GE (Kkal/g) 43869,48 44580,03 45290,58

SK (%) 7,69 7,63 7,57

LK (%) 9,66 9,55 9,45

Ca (%) 0,66 0,94 1,22


(53)

Lampiran 4. Formulasi Ransum Itik Peking Finisher Umur 3-8 Minggu

Bahan P0 P1 P2

Tepung Jagung 46 46 46

Dedak Padi 6 6 6

BIS 18 18 18

Bungkil Kelapa 11 11 11

Tepung Ikan 10 5 0

Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir 0 5 10

Bungkil Kedelai 5 5 5

Top Mix 1 1 1

Minyak Kelapa 3 3 3

Total 100 100 100

Protein (%) 17,53 17,93 18,32

GE (Kkal/g) 43105,21 43815,76 44526,31

SK (%) 7,45 7,39 7,33

LK (%) 9,80 9,69 9,58

Ca (%) 0,63 0,91 1,18


(54)

Lampiran 5. Harga ransum tiap perlakuan starter umur 0-2 minggu

Perlakuan Bahan Pakan Harga Pakan Jumlah Harga Ransum Rp/kg Kg (Rp/Kg) P0 TLIGP 6857 0,00 0,00

Tepung Ikan 7500 10,00 750

Dedak Padi 3500 8,50 297,50 Tepung Jagung 3500 39,50 1382,50 Bungkil Kedelai 9000 20,00 1800

Bungkil kelapa 3500 9,00 315

BIS 2300 9,00 207

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 5212,00 P1 TLIGP 6857 5 342,85 Tepung Ikan 7500 5 375

Dedak Padi 3500 8,50 297,50 Tepung Jagung 3500 39,50 1382,50 Bungkil Kedelai 9000 20,00 1800

Bungkil kelapa 3500 9,00 315

BIS 2300 9,00 207

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 5179,85 P2 TLIGP 6857 10,00 675,80 Tepung Ikan 7500 0,00 0,00 Dedak Padi 3500 8,50 297,50 Tepung Jagung 3500 39,50 1382,50 Bungkil Kedelai 9000 20,00 1800

Bungkil kelapa 3500 9,00 315

BIS 2300 9,00 207

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 5140,70


(55)

Lampiran 6. Harga Ransum tiap perlakuan fase finisher umur 3-8 minggu

Perlakuan Bahan Pakan Harga Pakan Jumlah Harga Ransum Rp/kg Kg (Rp/Kg) P0 TLIGP 6857 0,00 0,00

Tepung Ikan 7500 10,00 750

Dedak Padi 3500 6,00 210

Tepung Jagung 3500 46,00 1600

Bungkil Kedelai 9000 5,00 450

Bungkil kelapa 3500 11,00 385

BIS 2300 18 ,00 414

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 4279

P1 TLIGP 6857 5 342,85 Tepung Ikan 7500 5 375

Dedak Padi 3500 6,00 210

Tepung Jagung 3500 46,00 1600

Bungkil Kedelai 9000 5,00 450

Bungkil kelapa 3500 11,00 385

BIS 2300 18 ,00 414

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 4246,85 P2 TLIGP 6857 10,00 675,80 Tepung Ikan 7500 0,00 0,00 Dedak Padi 3500 6,00 210

Tepung Jagung 3500 46,00 1600

Bungkil Kedelai 9000 5,00 450

Bungkil kelapa 3500 11,00 385

BIS 2300 18 ,00 414

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 4214,70


(56)

Lampiran 7. Total konsumsi selama penelitian (g/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 33.704 33.512 32.424 32.151 32.703 32.229 196.723 56.206,57 P1 32.416 31.774 32.235 32.861 31.565 31.579 192.430 54.980,00 P2 32.731 31.974 32.670 32.167 30.670 31.874 192.086 54.881,71 Total 98.851 97.260 97.329 97.179 94.938 95.682 581.239 55.356,10

Lampiran 8. Biaya pembelian bibit DOD (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 P1 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 P2 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 Total 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000 540.000 30.000

Lampiran 9. Biaya obat-obatan itik peking selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 4.833,33 4.833,33 4.833,3 4.833,33 4.833,33 4.833,33 28.999,98 4.833,33 P1 4.833,33 4.833,33 4.833,3 4.833,33 4.833,33 4.833,33 28.999,98 4.833,33 P2 4.833,33 4.833,33 4.833,3 4.833,33 4.833,33 4.833,33 28.999,98 4.833,33 Total 14.500 14.500 14.500 14.500 14.500 14.500 86.999,94 4.833,33

Lampiran 10. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 83.333,34 13.888,89 P1 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 83.333,34 13.888,89 P2 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 83.333,34 13.888,89 Total 41.666,7 41.666,7 41.667,7 41.666,7 41.666,7 41.666,7 250.000 13.888,89


(57)

Lampiran 11. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 189.522,16 31.587,03 P1 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 189.522,16 31.587,03 P2 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 189.522,16 31.587,03 Total 94.761,08 94.761,08 94.761,08 94.761,08 94.761,08 94.761,08 568.566,49 31.587,03

Lampiran 12. Biaya peralatan kandang selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 19.933 3.322,16 P1 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 19.933 3.322,16 P2 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 19.933 3.322,16 Total 9.966,48 9.966,48 9.966,48 9.966,48 9.966,48 9.966,48 59.798,9 3.322,16

Lampiran 13. Total biaya produksi selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 230.321,41 229.404,67 224.445,90 223.495,12 225.873,92 223.703,86 135.7244,87 226.207,48 P1 223.573,82 220.903,37 222.733,30 225.737,97 219.808,60 220.091,98 133.2849,02 222.141,50 P2 224.170,89 220.441,42 223.439,18 223.267,91 214.545,49 219.953,76 132.5818,65 220.969,77 Total 678.066,11 670.749,46 670.618,37 672.500,99 660.228,02 663.749,59 401.5912,54 223.106,25

Lampiran 14. Bobot badak akhir itik peking (g/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 6.260 6.850 6.560 6.860 6.510 6.550 39.590 6.598,33 P1 6.887 6.230 7.000 6.250 6.920 6.810 40.097 6.682,83 P2 7.070 7.060 6.360 7.480 6.080 6.980 41.030 6.838,33 Total 20.217 20.140 19.920 20.590 19.510 20.340 120.717 6.706,50


(58)

Lampiran 15. Total hasil produksi selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 219.100 239.750 229.600 240.100 227.850 229.250 1.385.650 230.941,67 P1 241.045 218.050 245.000 218.750 242.200 238.350 1.403.395 233.899,17 P2 247.450 247.100 222.600 261.800 212.800 244.300 1.436.050 239.341,67 Total 707.595 704.900 697.200 720.650 682.850 711.900 4.225.095 234.727,50

Lampiran 16. Analisis laba rugi selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 -11.221,41 10.345,33 5.154,10 16.604,88 1.976,08 5.546,14 28.405,13 4.734,19 P1 17.471,18 -2.853,37 22.266,71 -6.987,97 22.391,40 1.8258,02 70.545,98 11.757,66 P2 23.279,11 26.658,58 -839,18 38.532,09 -1.745,49 2.4346,24 110.231,35 18.371,89 Total 29.528,89 34.150,54 26.581,63 48.149,01 22621,99 48150,41 209.182,46 11.621,25

Lampiran 17. R/C Ratio

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 0,95 1,05 1,02 1,07 1,01 1,02 6,13 1,02 P1 1,08 0,99 1,10 0,97 1,10 1,08 6,32 1,05 P2 1,10 1,12 1,00 1,17 0,99 1,11 6,50 1,08 Total 3,13 3,15 3,12 3,22 3,10 3,22 18,94 1,05

Lampiran 18. Income Over Feed Cost (IOFC) (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total Rataan

P0 3.760,73 16.171,53 17.285,83 20.893,79 13.351,88 14.699,43 86.163,19 14.360,53 P1 20.976,93 8.802,26 23.567,21 5.947,42 21.652,10 20.915,36 101.861,27 16.976,88 P2 24.003,40 26.410,60 13.764,19 33.977,35 17.843,41 26.496,90 142.495,85 23.749,31 Total 48.741,06 51.384,39 54.617,23 60.818,56 52.847,39 62.111,69 330.520,32 55.086,72


(1)

Lampiran 4. Formulasi Ransum Itik Peking Finisher Umur 3-8 Minggu

Bahan P0 P1 P2

Tepung Jagung 46 46 46

Dedak Padi 6 6 6

BIS 18 18 18

Bungkil Kelapa 11 11 11

Tepung Ikan 10 5 0

Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir 0 5 10

Bungkil Kedelai 5 5 5

Top Mix 1 1 1

Minyak Kelapa 3 3 3

Total 100 100 100

Protein (%) 17,53 17,93 18,32

GE (Kkal/g) 43105,21 43815,76 44526,31

SK (%) 7,45 7,39 7,33

LK (%) 9,80 9,69 9,58

Ca (%) 0,63 0,91 1,18


(2)

Lampiran 5. Harga ransum tiap perlakuan starter umur 0-2 minggu

Perlakuan Bahan Pakan Harga Pakan Jumlah Harga Ransum Rp/kg Kg (Rp/Kg) P0 TLIGP 6857 0,00 0,00

Tepung Ikan 7500 10,00 750

Dedak Padi 3500 8,50 297,50 Tepung Jagung 3500 39,50 1382,50 Bungkil Kedelai 9000 20,00 1800

Bungkil kelapa 3500 9,00 315

BIS 2300 9,00 207

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 5212,00 P1 TLIGP 6857 5 342,85 Tepung Ikan 7500 5 375

Dedak Padi 3500 8,50 297,50 Tepung Jagung 3500 39,50 1382,50 Bungkil Kedelai 9000 20,00 1800

Bungkil kelapa 3500 9,00 315

BIS 2300 9,00 207

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 5179,85 P2 TLIGP 6857 10,00 675,80 Tepung Ikan 7500 0,00 0,00 Dedak Padi 3500 8,50 297,50 Tepung Jagung 3500 39,50 1382,50 Bungkil Kedelai 9000 20,00 1800

Bungkil kelapa 3500 9,00 315

BIS 2300 9,00 207

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 5140,70


(3)

Lampiran 6. Harga Ransum tiap perlakuan fase finisher umur 3-8 minggu

Perlakuan Bahan Pakan Harga Pakan Jumlah Harga Ransum Rp/kg Kg (Rp/Kg) P0 TLIGP 6857 0,00 0,00

Tepung Ikan 7500 10,00 750

Dedak Padi 3500 6,00 210

Tepung Jagung 3500 46,00 1600

Bungkil Kedelai 9000 5,00 450

Bungkil kelapa 3500 11,00 385

BIS 2300 18 ,00 414

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 4279

P1 TLIGP 6857 5 342,85 Tepung Ikan 7500 5 375

Dedak Padi 3500 6,00 210

Tepung Jagung 3500 46,00 1600

Bungkil Kedelai 9000 5,00 450

Bungkil kelapa 3500 11,00 385

BIS 2300 18 ,00 414

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 4246,85 P2 TLIGP 6857 10,00 675,80 Tepung Ikan 7500 0,00 0,00 Dedak Padi 3500 6,00 210

Tepung Jagung 3500 46,00 1600

Bungkil Kedelai 9000 5,00 450

Bungkil kelapa 3500 11,00 385

BIS 2300 18 ,00 414

Mineral 10000 1,00 100

Minyak Nabati 12000 3,00 360

Total 100,00 4214,70


(4)

Lampiran 7. Total konsumsi selama penelitian (g/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 33.704 33.512 32.424 32.151 32.703 32.229 196.723 56.206,57 P1 32.416 31.774 32.235 32.861 31.565 31.579 192.430 54.980,00 P2 32.731 31.974 32.670 32.167 30.670 31.874 192.086 54.881,71 Total 98.851 97.260 97.329 97.179 94.938 95.682 581.239 55.356,10

Lampiran 8. Biaya pembelian bibit DOD (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 P1 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 P2 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 Total 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000 540.000 30.000

Lampiran 9. Biaya obat-obatan itik peking selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 4.833,33 4.833,33 4.833,3 4.833,33 4.833,33 4.833,33 28.999,98 4.833,33 P1 4.833,33 4.833,33 4.833,3 4.833,33 4.833,33 4.833,33 28.999,98 4.833,33 P2 4.833,33 4.833,33 4.833,3 4.833,33 4.833,33 4.833,33 28.999,98 4.833,33 Total 14.500 14.500 14.500 14.500 14.500 14.500 86.999,94 4.833,33

Lampiran 10. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 83.333,34 13.888,89 P1 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 83.333,34 13.888,89 P2 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 13.888,9 83.333,34 13.888,89 Total 41.666,7 41.666,7 41.667,7 41.666,7 41.666,7 41.666,7 250.000 13.888,89


(5)

Lampiran 11. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 189.522,16 31.587,03 P1 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 189.522,16 31.587,03 P2 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 31.587,03 189.522,16 31.587,03 Total 94.761,08 94.761,08 94.761,08 94.761,08 94.761,08 94.761,08 568.566,49 31.587,03

Lampiran 12. Biaya peralatan kandang selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 19.933 3.322,16 P1 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 19.933 3.322,16 P2 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 3.322,16 19.933 3.322,16 Total 9.966,48 9.966,48 9.966,48 9.966,48 9.966,48 9.966,48 59.798,9 3.322,16

Lampiran 13. Total biaya produksi selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 230.321,41 229.404,67 224.445,90 223.495,12 225.873,92 223.703,86 135.7244,87 226.207,48 P1 223.573,82 220.903,37 222.733,30 225.737,97 219.808,60 220.091,98 133.2849,02 222.141,50 P2 224.170,89 220.441,42 223.439,18 223.267,91 214.545,49 219.953,76 132.5818,65 220.969,77 Total 678.066,11 670.749,46 670.618,37 672.500,99 660.228,02 663.749,59 401.5912,54 223.106,25

Lampiran 14. Bobot badak akhir itik peking (g/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 6.260 6.850 6.560 6.860 6.510 6.550 39.590 6.598,33 P1 6.887 6.230 7.000 6.250 6.920 6.810 40.097 6.682,83 P2 7.070 7.060 6.360 7.480 6.080 6.980 41.030 6.838,33 Total 20.217 20.140 19.920 20.590 19.510 20.340 120.717 6.706,50


(6)

Lampiran 15. Total hasil produksi selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 219.100 239.750 229.600 240.100 227.850 229.250 1.385.650 230.941,67 P1 241.045 218.050 245.000 218.750 242.200 238.350 1.403.395 233.899,17 P2 247.450 247.100 222.600 261.800 212.800 244.300 1.436.050 239.341,67 Total 707.595 704.900 697.200 720.650 682.850 711.900 4.225.095 234.727,50

Lampiran 16. Analisis laba rugi selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 -11.221,41 10.345,33 5.154,10 16.604,88 1.976,08 5.546,14 28.405,13 4.734,19 P1 17.471,18 -2.853,37 22.266,71 -6.987,97 22.391,40 1.8258,02 70.545,98 11.757,66 P2 23.279,11 26.658,58 -839,18 38.532,09 -1.745,49 2.4346,24 110.231,35 18.371,89 Total 29.528,89 34.150,54 26.581,63 48.149,01 22621,99 48150,41 209.182,46 11.621,25

Lampiran 17. R/C Ratio

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

P0 0,95 1,05 1,02 1,07 1,01 1,02 6,13 1,02 P1 1,08 0,99 1,10 0,97 1,10 1,08 6,32 1,05 P2 1,10 1,12 1,00 1,17 0,99 1,11 6,50 1,08 Total 3,13 3,15 3,12 3,22 3,10 3,22 18,94 1,05

Lampiran 18. Income Over Feed Cost (IOFC) (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total Rataan

P0 3.760,73 16.171,53 17.285,83 20.893,79 13.351,88 14.699,43 86.163,19 14.360,53 P1 20.976,93 8.802,26 23.567,21 5.947,42 21.652,10 20.915,36 101.861,27 16.976,88 P2 24.003,40 26.410,60 13.764,19 33.977,35 17.843,41 26.496,90 142.495,85 23.749,31 Total 48.741,06 51.384,39 54.617,23 60.818,56 52.847,39 62.111,69 330.520,32 55.086,72