Analisis Ekonomi Usaha Ternak Itik Dan Sumbanggannya Terhadap Pendapatan Keluarga” (di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK ITIK DAN SUMBANGANNYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

(Di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

ZUL FAUZI 050309003

SEP/PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK ITIK DAN SUMBANGANNYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

(Di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang)

OLEH :

ZUL FAUZI 050309003

SEP/PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. A.T Hutajulu, MS) (Ir.Sinar Indra Kesuma,MSi) NIP.194606181980032001 NIP.196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

ABSTRAK

ZULFAUZI (050309003), dengan judul “ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK ITIK DAN SUMBANGGANNYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang).

Penelitian ini dibimbing oleh ibu Ir. AT. Hutajulu, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing. .

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui: sistem pemeliharaan ternak itik di daerah penelitian, besarnya pendapatan usaha ternak itik, besamya kontribusi usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga, kendala yang dihadapi dan upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah yang terdapat dalam usaha temak itik di daerah penelitian.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive karena daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi ternak itik, dimana terdapat populasi peternak itik sebanyak 20 peternak. Penentuan besar sampel adalah secara sensus karena semua populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan: Sistem pemeliharaan usaha ternak itik di daerah penelitian masih tergolong semi intensif, pendapatan usaha temak itik adalah Rp. 7.175.417 per tahun dan kontribusi pendapatan dari usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga cukup besar yaitu sebesar 35,9 %, masalah masalah yang dihadapi oleh peternak itik di daerah penelitian adalah kurangnya pengetahuan tentang pemeliharaan ternak itik dan kurang tersedianya modal yang dimiliki peternak, upaya-upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak itik adalah bekerjasarna dan berdiskusi sesama peternak dalam mengatasi setiap masalah yang dihadapi oleh peternak itik tersebut.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Zulfauzi dilahirkan di Medan, 10 Juli 1987 sebagai anak ketiga dari Bapak Wan Salman dan Ibu Laila Hani.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah :

1. Sekolah Dasar (SD) Tahun 1993 – 1999 di SD Negeri 060814 Medan. 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 1999 – 2002 di SLTP

N 12 Medan.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2002 – 2005 di SMA Swasta Al-Ulum Medan.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB. 5. Pada bulan Juni – Juli 2009, penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di Desa Parbuluan I, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi. 6. Pada bulan Agustus 2010 – Desember 2010 penulis melaksanakan

penelitian skripsi di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang.

Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMMSEP) pads Tahun 2005 sampai sekarang.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah "Analisis Ekonomi Usaha Ternak Itik Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga". Penelitian ini dilakukan di desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. AT. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si selaku anggota komisi pembimbing

yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan. bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik, juga kepada Bapak Nanang selaku Sekretaris Desa Petangguhan atas informasi dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, kepada seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Kepada seluruh instansi dan para responder yang terkait dalam penelitian ini atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.

Segala hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya secara khusus penulis ucapkan kepada yang tercinta Ayahanda Wan Salman dan Ibunda Laila Hani serta abang - abangku Rizki Ramdhan dan Fachrul Sanjaya untuk doa dan semangat yang diberikan dengan tulus. Terima kasih juga penulis ucapkan buat yang terkasih Adinda Julia Rahmadani untuk doa, dukungan dan semangatnya


(6)

yang tulus selama ini dan teman-teman Sosial Ekonomi Pertanian stambuk 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan skripsi ini dapat berguna untuk kita semua.

Medan, Juli 2011

penulis


(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATAPENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

Hipotesis Penelitian... 6

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 15

Kerangka Pemikiran ... 19

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

Metode Penentuan ... 22

Metode Pengumpulan Data ... 22

Metode Analisis Data ... 24

Defenisi dan Batasan Operasional ... 26

Defenisi ... 26

Batasan Operasional ... 28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

Luas Wilayah dan Batasan Desa Petangguhan ... 29

Keadaan Penduduk ... 31

Sarana dan Prasarana... 32

Karakteristik Peternak ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pemeliharaan Usaha Temak Itik di Daerah Penelitian ... 37

Pendapatan Usaha Ternak Itik di Daerah Penelitian ... 42

Kontibusi Usaha Ternak Itik Terhadap Pendapatan Keluarga ... 45

Masalah-masalah yang Dihadapi Peternak Itik di Daerah Penelitian ... 47


(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 51 Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

1. Spesifikasi pengumpulan data ... 24

2. Jenis penggunaan lahan di desa Petangguhan 2008 ... 30

3. Keadaan penduduk di desa Petangguhan tahun 2008... 31

4. Distribusi penduduk menurut jenis mata pencaharian di Desa Petangguhan tahun 2008 ... 32

5. Sarana dan prasarana di desa Petangguhan tahun 2008 ... .. 33

6. Karakteristik petemak sampel di desa Petangguhan tahun 2008 ... 34

7. Rata – rata biaya produksi usaha ternak itik(Rp/tahun/peternak) ... 43

8. Rata – rata penerimaan pada usaha temak itik pada daerah penelitian(Rp/tahun/petemak) ... 44

9. Rata – rata pendapatan bersih usaha temak itik (Rp/tahun/petemak) ... 45

10. Rataan Kontribusi pendapatan usaha temak itik terhadap pendapatan keluarga di desa penelitian tahun 2009... 46


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hal

1 Skema kerangka pemikiran 22


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Hal

1. Jumlah itik di kabupaten Deli Serdang per kecamatan 2008 ... 56

2. Jumlah Itik di Kecamatan Galang Tahun 2008 ...57

3. Karakteristik petemak sample tahun 2010 ...58

4. Biaya kandang dan penyusutan kandang (per tahun) ...59

5. Nilai peralatan dan penyusutan peralatan (Rp. 000 / tahun) ...60

6. Biaya penggunaan tenaga kerja pada usaha ternak itik (per tahun) ...61

7. Total biaya produksi pada petemak Itik (per tahun) ...62

8a. Penerimaan usaha ternak dari telur Itik (per bulan) ...63

8b. Penerimaan usaha ternak dari Penjualan itik dewasa (per bulan) ...64

9a. Penerimaan usaha ternak itik dari penjualan telur itik (pertahun) Juli 2009-Juni2010 ...65

9b. Penerimaan usaha ternak dari Penjualan itik dewasa (per tahun) Juli 2009-Juni2010 ...66

10. Penerimaan usaha ternak itik (per tahun) Juli 2009-Juni2010 ...67

11. Pendapatan bersih usaha temak itik (per tahun) Juli Juni2010……… 68

12a, Penggunaan Peralatan Usaha Tani Padi (per musim tanam)………... 69

12b. Penggunaan Peralatan Usaha Tani Padi (permusim tanam/tahun (Lanjutan) ... 70

12c. Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Tani Padi ... 71

13. Penggunaan bibit pada usaha tani padi ... 72

14. Penggunaan Pupuk Pada Usaha Tani padi ... 73

15a. Curahan teraga kerja pada usaha tani padi ... 74

15b. Curahan Tenaga Kerja pada usaha tani padi ... 75

16a. Penggunaan Obat-obatan pada usaha tani Padi ... 76

16b. Biaya obat-obatan pada usaha tani padi ... 77

17. Biaya Produksi Usaha Tani padi sebagai non usaha ternak (permusim tanam/tahun)... 78


(12)

18. Produksi usahatani padi (Pendapatan non usaha temak) tahun ... 79 19. Kontribusi usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga (per tahun) ... 80

20. Spesifikasi masalah yang dihadapi peternak itik di daerah penelitian

tahun 2010 ... 81 21 Spesifikasi solusi yang dihadapi peternak itik di daerah penelitian


(13)

ABSTRAK

ZULFAUZI (050309003), dengan judul “ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK ITIK DAN SUMBANGGANNYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang).

Penelitian ini dibimbing oleh ibu Ir. AT. Hutajulu, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing. .

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui: sistem pemeliharaan ternak itik di daerah penelitian, besarnya pendapatan usaha ternak itik, besamya kontribusi usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga, kendala yang dihadapi dan upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah yang terdapat dalam usaha temak itik di daerah penelitian.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive karena daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi ternak itik, dimana terdapat populasi peternak itik sebanyak 20 peternak. Penentuan besar sampel adalah secara sensus karena semua populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan: Sistem pemeliharaan usaha ternak itik di daerah penelitian masih tergolong semi intensif, pendapatan usaha temak itik adalah Rp. 7.175.417 per tahun dan kontribusi pendapatan dari usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga cukup besar yaitu sebesar 35,9 %, masalah masalah yang dihadapi oleh peternak itik di daerah penelitian adalah kurangnya pengetahuan tentang pemeliharaan ternak itik dan kurang tersedianya modal yang dimiliki peternak, upaya-upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak itik adalah bekerjasarna dan berdiskusi sesama peternak dalam mengatasi setiap masalah yang dihadapi oleh peternak itik tersebut.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang mengalami keterpurukan ekonomi sejak tahun 1997, setelah itu Indonesia mulai bangkit dari keterpurukan itu, namun begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi Krisis Ekonomi Dunia 2008, dimana sebagian ekonomi dunia mengalami kegoncangan, namun ekonomi Indonesia masih mampu bertahan dari kegoncangan itu, karena banyak sektor riil mulai berkembang, namun ekonomi Indonesia saat ini belum begitu mantap. Salah satu sektor riil masyarakat yang dapat memicu kegiatan ekonomi adalah pertanian dan peternakan.

(Kartika Widjaja,2003)

Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial sudah ditata sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan pada saat ini peternakan di Indonesia sudah banyak yang berskala industri. Perkembangan ini tentu saja harus diimbangi dengan pengelolaan yang profesional dan disertai dengan tata laksana yang baik. Tangga pengelolaan dan tata laksana yang baik, produksi ternak yang akan dihasilkan tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan peternak bisa mengalami kerugian yang besar.

Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup


(15)

pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak . termasuk penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja.

Usaha ternak juga merupakan suatu kegiatan peternakan dimana peternak dan keluarganya melakukan pemeliharaan ternak yang bertujuan memperoleh hasil dan pendapatan.Usaha ternak itik adalah suatu usaha yang terdiri dari komponen – komponen yang saling berkaitan terhadap usaha pemeliharaan itik. Peternak memilih mengusahakan ternak itik dengan beberapa tujuan. Bagi petani ternak itik berfungsi sebagai sumber pendapatan protein hewani dan sebagian membuat pupuk dari kotoran itik tersebut.

Besarnya pendapatan usaha ternak itik terhadap, pendapatan tergantung pada jenis itik yang dipelihara, cara pemeliharaan, dan alokasi sumber daya yang tersedia di masing-masing wilayah.

Namun, pemeliharaan ternak secara ekstensif (tradisional) menyebabkan produktivitasnya rendah sehingga pendapatan juga rendah. Itik merupakan hewan yang potensial dan secara genetik mempunyai kemampuan adaptasi tinggi terhadap lingkungan tropis. Produktivitas ternak dapat ditingkatkan dengan memperbaiki efisiensi produksi, antara lain meningkatkan produksi, memperpendek jarak bertelur, memperpanjang masa produksi, serta pengelolaan perkawinan guna menyediakan bakalan. (Moehar Daniel,2002)

Usaha ternak itik merupakan usaha yang saat ini banyak dipilih rakyat untuk dibudidayakan karena kemudahan dalam budidaya serta kemampuan ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian menjadi pilihan utama.

Sebagian besar skala kepemilikan itik di tingkat rakyat masih kecil yaitu antara 12 sampai 100 ekor. Hal ini dikarenakan usaha ternak yang dijalankan


(16)

oleh rakyat umumnya hanya dijadikan usaha sampingan yang sewaktu-waktu dapat digunakan jika petani memerlukan uang dalam jumlah tertentu.

Pada sistem pemeliharaan yang kurang baik umumya peternak memberikan pakan yang tidak menentu, peternak umumnya tidak mengerti nilai pandang penggembalaan dan peternak biasanya tidak mengusahakan lahan yang cukup untuk memungkinkan peternak menanam tanaman khusus sebagai pakan ternak, itik - itik dibiarkan mencari makan pada semak – semak. Ternak itik mungkin diberi berbagai konsentrat sisa pabrik seperti dedak padi, tetapi pada banyak negara makanan seperti itu diberikan untuk makanan ayam. Padahal sistem pemeliharaan yang baik akan memberikan hasil produksi yang jauh lebih baik. (Kartika Widjaja, 2003)

Usaha ternak itik didominasi oleh peternakan rakyat yang berskala kecil, hanya saja skala pengelolaannya masih merupakan usaha sampingan yang tidak diimbangi dengan permodalan dan pengelolaan yang memadai. Hampir semua rumah tangga (terutama di pedesaan) yang mengusahakan ternak sebagai bagian kegiatan sehari – hari. Peternak itik adalah orang yang mengusahakan ternak itik dimulai dari pemeliharaan bibit hingga itik tersebut dewasa dan siap untuk dijual ke konsumen baik telurnya maupun dagingnya. Usaha ternak itik secara langsung berpengaruh terhadap pendapatan keluarga, karena pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak itik dapat memberikan sumbangan yang cukup baik terhadap pendapatan keluarga. (Warsigo, dkk,2007)

Salah satu Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang mempunyai populasi ternak itik yang cukup tinggi setelah Kecamatan Pagar Merbabu dan Kecamatan Tg.Morawa adalah Kecamatan Galang seperti tertera dalam lampiran 1.


(17)

Di Kecamatan Galang, khususnya di Desa Petangguhan usaha ternak itik yang dilakukan oleh masyarakat peternak di daerah tersebut sebagian besar merupakan sebagai mata pencaharian sampingan peternak, bukan usaha primer. Dengan usaha ternak yang baik dapat memberikan hasil produksi yang baik pula, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa usaha ternak itik juga dapat memberikan pendapatan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi serta kesejahteraan keluarga, tetapi dengan masih dilakukannya sistem usaha ternak itik secara tradisional, maka hal tersebut dapat mempengaruhi produktifitas ternak itik tersebut. Oleh karena itu, selain untuk mengetahui bagaimana usaha ternak itik yang telah dilakukan oleh peternak, sumbangan usaha tersebut terhadap pendapatan keluarga juga menjadi fokus perhatian dari penelitian ini.

Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan uraian pada latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pengelolaan usaha ternak itik, mengetahui besar pendapatan usaha ternak itik di daerah penelitian dan melihat bagaimana besar kontribusi usaha ternak tersebut terhadap pendapatan keluarga serta mengetahui kendala-kendala yang terdapat di daerah penelitian serta solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kendala tersebut.


(18)

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan usaha ternak itik, besar pendapatan usaha ternak itik di daerah penelitian dan bagaimana besar kontribusi usaha ternak tersebut terhadap pendapatan keluarga serta mengetahui kendala-kendala yang terdapat di daerah penelitian dan solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kendala tersebut.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan referensi bagi peternak itik dalam pengembangan usaha ternak itik, serta dapat dijadikan bahan informasi bagi pihak yg terkait dan pihak yang membutuhkan di dalam pengembangan komoditi itik.

Hipotesis Penelitian

Usaha ternak itik memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan keluarga.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Di Indonesia itik dikenal sebagai hewan ternak sudah sejak ratusan tahun lalu. Itik bagi petani di Indonesia adalah jenis unggas yang lebih awal diternakkan secara ekonormis dibandingkan dengan ayam kampung. Itik termasuk dalam ordo Anseriformes, famili Anatidae. Dalam ordo ini terdapat berbagai unggas lain yang masuk dalam famili yang sama dengan itik. Mereka dibedakan berdasarkan klasifikasinya.(Amarullah,2003).

Angsa digolongkan dalam genus Anser (subfamili Anserinae), manila atau entok dalam genus Cairina (subfamili Anatinae), dan belibis genus

Dendrocygna (subfamili anserinae).Itik yang banyak diternakkan di Indonesia

adalah spesies Anas domesticus. Spesies ini berasal dari jenis itik liar Anas sp., kecuali manila (Cairina moschata). Ada sebuah analisis yang menyatakan bahwa itik di Jawa dan Semenanjung Melayu atau itik di Indonesia termasuk jenis Indian runner (Anaspla_orhynchos).Bahwa itik Indian runner berasal dari India. Lebih kurang 80 tahun yang lalu beberapa saudagar Inggris membawa bibit itik dari Lombok, kemudian dikembangkan di Inggris.

Kondisi serupa dijumpai pada itik peking asal Cina, yang saat ini sudah berkembang pesat di Inggris. Pesatnya perkembangan ini tidak lepas dari ketekunan memuliakannya (breeding). Sentra-sentra itik di Indonesia berada di kawasan pantai utara Pulau jawa (pantura), Magelang, Mojosari, Bali, dan Kalimantan Selatan menghasilkan itik petelur dan pedaging. Sayangnya tidak dibarengi dengan usaha pemuliaan (breeding). Sosok dan warna bulu itik di


(20)

setiap sentra itu cukup beragam, misalnya itik Tegal bersosok lurus tegak dan itik alabio bentuk badannya agak miring (Murtidjo,2002).

Data FAO (Food and Agriculture Organi.Zation) yang dikenal sebagai Domestic Animal Diversity Information System antara lain mencatat, Indonesia sedikitnya memiliki 15 jenis itik. Kelima belas jenis itik tersebut, secara morfologis, dapat dibedakan berdasarkan wilayah atau daerah tempat berkembangnya itik tersebut, sehingga muncul julukan itik alabio, itik bah, itik cirebon, itik tasikmalaya, itik tangerang, itik magelang, itik tegal, itik mojosari, itik medan, itik lombok, itik porsea dari Sumatera Utara, dan itik begagan dari Sumatera Selatan. (Linus Simanjuntak,2002).

a. Itik Bali

Itik Bali sering dijuluki sebagai itik penguin. Sosoknya hampir sama dengan itik jawa, tetapi lehernya lebih pendek dan bagian belakang tubuhnya tidak begitu lebar. Warna bulunya lebih terang dibandingkan dengan itik Jawa. Ada tiga macam warna bulu itik Bali yang biasa ditemukan, yakni warna sumbian (menyerupai warna jerami padi), cemaning (kombinasi warna hitam dan putih), dan selam gulai (hitam seperti warna gula aren).

Itik Bali ada yang mempunyai ciri khas berupa jambul pada bagian kepalanya. Biasa terdapat pada itik bali yang berwarna putih. Penampilan itik jambul cukup menarik, sehingga selain menjadi itik petelur, itik ini sering dimanfaatkan sebagai unggas bias. Produksi itik bali boleh dikatakan cukup baik. Dalam satu tahun bisa menghasilkan telur sekitar 150 butir. Pada umumnya, cangkang telur itik bali berwarna putih, tetapi ada pula yang


(21)

berwarna kebiruan. Itik ini mulai berproduksi setelah berumur 6 bulan. penyebaran itik ini meliputi Bali dan Lombok (Samosir,2003).

b. Itik Magelang

Itik magelang yang warna bulu dominannya adalah kecoklatan mempunyai nama lain, yakni itik kalung. Disebut itik kalung karena terdapat sekumpulan bulu yang berwarna putih melingkar di lehernya menyerupai kalung. Berdasarkan warna bulunya, itik yang berasal dari Magelang Tengah ini terdiri dari Sembilan jenis, yakni jenis jawa, bosokan, jarakan, pelikan, putihan, gambiran, wiroko, irengan, dan kalung. Dari kesembilan jenis itu, jenis itik kalung lebih dikenal. Hal ini disebabkan populasi itik kalung cukup banyak, warnanya seragam, dan produksi telurnya paling baik.Jenis itik magelang yang paling popular adalah itik kalung, karena warna bulunya seragam dan produksi telurnya paling baik. Warna bulu itik magelang pada umumnya kecokelatan dengan variasi dari cokelat muda hingga cokelat tua atau kehitaman. Pejantan kebanyakan berwarna cokelat mengilap dengan bulu di kepala dan lehernya hitam. Di ekornya terdapat bulu-bulu yang tumbuh mencuat ke atas dan tampak kompak menyatu. Paruhnya hitam panjang dan melebar ke samping. Bentuk badan terlihat langsing dan tegap. Jika berdiri seolah-olah membentuk sudut 60°. Sementara itu, itik betina memiliki kaki yang relatif lebih pendek dan berwarna kehitaman.

Penyebaran itik magelang meliputi daerah dengan ketinggian 100-500 m di atas permukaan laut. Lingkungan yang disukai itik magelang berupa daerah dekat persawahan yang biasanya banyak mengandung air dan protein hewani, seperti cacing dan siput. Itik ini mulai berproduksi saat berumur 6 bulan, dengan


(22)

kemampuan produksi rata-rata 150 – 160 butir/ekor/tahun. Dilihat dari tingkat produktivitasnya, itik ini tergolong petelur yang potensial. Kerabang atau cangkang telur tebal dan berwarna hijau kebiruan. Kendall berbobot sekitar 1,6-2 kg, itik ini kurang pas dijadikan itik pedaging karena pertumbuhan berat badannya yang tergolong lambat (Shane,2003).

c. Itik Tegal

Nama itik tegal sesuai dengan daerah pengembangannya, yakni di daerah Tegal, Jawa Tengah. Itik ini termasuk dalam kelompok itik jawa (Anas

javanica). Penyebarannya meliputi wilayah Kendal, Batang, Pekalongan,

Pemalang, Brebes, dan Tegal (Jawa Tengah); Cirebon, Indramayu, Subang, dan Karawang (Jawa Barat). Itik yang potensial sebagai petelur ini produktivitasnya cukup tinggi, yakni hingga 150 butir/ekor/tahun. Mulai bertelur pada umur 6 bulan, dengan masa bertelur produktif saat berumur 1-2 tahun. Warna kerabang atau cangkang telurnya hijau kebiruan.

Itik ini sangat potensial sebagai petelur karena produktivitasnya cukup tinggi hingga 250 butir/ekor/tahun. Bentuk tubuh itik tegal menyerupai botol dengan leher panjang. Memiliki warna bulu beragam, cokelat kemerahan (lemahan), totol-totol cokelat (branjangan), hitam (irengan), cokelat kehitaman (blorong), coklat muda totol hitam (jarakan), dan putih (putihan). Itik tegal jenis branjangan paling banyak digembalakan, sedangkan yang paling banyak diternakkan adalah itik jenis lemahan atau sering juga dijuluki itik rambon (di

Cirebon). Selain dimanfaatkan telurnya, itik regal apkiran yang telah tiga kali


(23)

berumur 3 tahun. Itik tegal tergolong itik tipe dwiguna, yakni sebagai itik podill sekaligus pedaging.

d. Itik Mojosari

Itik mojosari berasal dari Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan jenis itik petelur yang cukup bagus. Telurnya sangat digemari konsumen karena rasanya cukup enak dan ukurannya relatif besar. Kerabang telurnya berwarna kehijauan. Produksi telurnya mencapai 180-200 butir/ekor/tahun dengan berat telur sekitar 60 gram per butir.

Itik yang termasuk itik jawa (Anasjavanica) ini pertama kali berproduksi pada umur 5,5 bulan. Namun, tingkat produksinya baru stabil setelah berumur 7 bulan. Sosok tubuh itik mojosari tinggi langsing menyerupai bentuk botol. Pada umumnya warna bulu itik mojosari cokelat kehitaman dengan paruh dan kaki berwarna hitam. Itik jantan memiliki ciri khas berupa beberapa bulu ekor melengkung ke atas. Itik ini banyak digembalakan dan diternakkan secara intensif, terutama di daerah Jawa Timur.

Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan WHO (World Health Organization), sampai 1999 Indonesia dikenal memiliki stok itik ketiga terbesar di dunia (sekitar 28,1 juta ekor) di bawah Cina (511,8 Pta ekor) dan Vietnam (sekitar 50 juta ekor). Pada tahun 1999 ketiga negara ini menempatkan Asia sebagai pemilik stok itik terbesar di dunia, yakni sekitar 670 juta ekor (setara dengan 2.041 juta ton daging) dari stok dunia yang mendekat angka 800 juta ekor. Eropa menempati urutan kedua, sekitar 68,4 juta ekor setara dengan 371,4 juta ton daging. Urutan ketiga adalah Amerika Latin, sekitar 20,8 juta ekor setara dengan 51,25 juta ton daging. Sementara itu, Afrika berada di urutan


(24)

keempat, sekitar 15,7 juta ekor setara dengan 54,66 juta ton daging, dan Amerika Utara (termasuk AS) berada di urutan kelima, sekitar 7,6 juta ekor setara dengan 52 juta ton daging.

Di Indonesia menu daging itik tampaknya masih belum begitu populer dibandingkan telur itik. Telur itik untuk konsumsi umumnya merupakan telur asin. Telur asin merupakan menu yang umum disajikan, dari warteg sampai hotel berbintang lima. Namun, daging itik sendiri justru agak sulit untuk ditawarkan ke konsumen sebagai makanan pengganti daging ayam. Seolah-olah daging itik dianggap sebagai menu yang kurang bergengsi dibandingkan dengan daging ayam. Karenanya, kebanyakan orang beternak itik hanya berorientasi pada telur (itik petelur), bukan pada dagingnya (itik pedaging). Sementara itu, itik yang dijual untuk keperluan pedaging kebanyakan itik petelur yang sudah berumur tua atau itik apkir. Padahal di pasar dunia, baik itik maupun entok masuk dalam hitungan sumber protein yang setara dengan ayam.

Umumnya orang Indonesia enggan makan daging itik karena baunya yang lebih anyir, lebih keras, dan berwarna lebih merah dibandingkan dengan daging ayam. Bau yang kurang sedap dari daging itik bersumber dari kandungan lemaknya, sedangkan kealotan dagingnya diakibatkan oleh diameter serabut ototnya yang relatif besar. Kelemahan sifat daging ini diperparah lagi dengan cara pemrosesan itik hidup menjadi karkas. Bagaimana bisa enak jika daging yang dimasak merupakan hasil pemotongan itik lokal yang memang berdaging tipis dan sudah berumur tua serta diolah tanpa memperdulikan kualitas dan sanitasi (Prawoto,2001).

Berbeda dengan orang Indonesia, orang-orang etnis Cina justru sangat menyukai daging itik. Di Cina daratan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura menu


(25)

itik panggang, itik rebus, dan itik asap selalu disajikan di setiap jamuan makan maupun di restoran. Popularitas menu daging itik ini kemudian menyebar ke Asia Tenggara, Eropa, Jepang, dan Amerika. Di hampir semua restoran chinese food di Eropa dan Amerika, dengan mudah didapatkan menu daging itik. Masyarakat Cina dikenal menomorsatukan daging itik daripada daging ayam. Di Negeri Tirai bambu itu, itik menjadi makanan tradisional utama yang erat kaitannya dengan masalah kebudayaan dan keagamaan sebagian besar penduduknya.

Itik sebagai pedaging. Daging itik lokal belum sepopuler telurnya karena dianggap tidak bergengsi sementara itu, di beberapa kota besar di Indonesia, seperti di Jakarta, hampir di setiap ujung jalan dan gang bisa kita jumpai penjual daging ayam dan burung goreng. Para penjual ini selalu mengatakan bahwa dagangannya itu adalah daging burung belibis yang ditangkap di sawah-sawah di kawasan Karawang. Padahal yang dijual sebenarnya daging itik jantan yang digemukkan atau dibesarkan sampai umur 2-3 bulan. Daging itik jantan muda yang digoreng ini memang cukup lezat dan disukai. Jika penjual emperan selalu “menyembunyikan” keberadaan daging itik sebagai barang dagangannya, restoran-restoran kenamaan dan hotel berbintang justru mulai membanggakan menu itik panggang atau itik asapnya (Bambang,2001).

Data mengenai jumlah populasi itik di Indonesia untuk kebutuhan konsumsi sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Populasi itik di In-donesia boleh saja dikatakan paling besar di kawasan Asia Tenggara. jumlah itik berdasarkan Statistik Peternakan 1999 tercatat sebesar 30.066.000 ekor.

Populasi besar ini ternyata sampai sekarang baru mendatangkan manfaat yang jauh dari memadai bagi peternaknya. Peran unggas air, terutama itik,


(26)

dalam pemenuhan kebutuhan akan daging unggas baru hanya mencapai 1,7%, sedangkan telurnya sebesar 18%. Kedudukan itik sebenarnya setara dengan sapi potong, kambing, domba, dan ayam kampung. Itik dianggap sebagai hewan ternak asli Indonesia yang sangat potensial menjadi somber tumpuan kehidupan masyarakat perdesaan. Unggas ini bisa sebagai komoditas utama dalam pemberdayaan peternak di perdesaan. Namun, sangat disayangkan, sampai saat ini peternak yang mengembangkan peternakan itik sulit untuk mendapatkan kucuran kredit dari pihak perbankan, sehingga mereka masih mengandalkan dananya sendiri. (Kartika Widjaja,2003).

Landasan Teori

Analisis ekonomi merupakan analisa system ekonomi pertanian yang mengacu pada pendapatan pertanian pada waktu panen. Anilisis ini mencakup budidaya pertanian,agribisnis modal, serta perdapatan keluarga. Suatu usaha dikatakan untung jika pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran. Sebaliknya jika diperoleh pendapatan lebih rendah daripada pengeluaran berarti usaha itu mengalami kerugian, pendapatan kotor suatu usaha didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu atau ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usaha tersebut.

Asumsi utama paradigma agribisnis bahwa semua tujuan aktivitas pertanian kita adalah profit oriented sangat menyesatkan. Masih sangat banyak petani kita yang hidup secara subsisten, dengan mengkonsumsi komoditi pertanian hasil produksi mereka sendiri. Mereka adalah petani-petani yang luas tanah dan sawahnya sangat kecil, atau buruh tani yang mendapat upah berupa


(27)

pangan, seperti padi, jagung, ataupun ketela. Mencari keuntungan adalah wajar dalam usaha pertanian, namun hal itu tidak dapat dijadikan orientasi dalam setiap kegiatan usaha para petani. Petani kita pada umumnya lebih mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan, yang diwujudkan dengan tradisi gotong royong (sambatan/kerigan) dalam kegiatan mereka. Seperti di awal tulisan, bertani bukan saja aktivitas ekonomi, melainkan sudah menjadi budaya hidup yang sarat dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat lokal. Sehingga perencanaan terhadap perubahan kegiatan pertanian harus pula mempertimbangkan konsep dan dampak perubahan sosial-budaya yang akan terjadi. Seperti halnya industrialisasi yang tanpa didasari transformasi sosial terencana, telah menghasilkan dekadensi nilai moral, degradasi lingkungan, berkembangnya paham kapitalisme dan individualisme, ketimpangan ekonomi, dan marjinalisasi kaum petani dan buruh. Hal ini yang nampaknya tidak terlalu dikedepankan dalam pengembangan paradigma pendekatan sistem agribisnis..Tidak semua kegiatan pertanian dalam skala petani kecil dapat dibisniskan, seperti yang dilakukan oleh petani-petani (perusahaan) besar di luar negeri, yang memiliki tanah luas dan sistem nilai/budaya berbeda yang lain sekali dengan petani kita.(Prof. Dr. Mubyarto, 2003)

Populasi itik di Indonesia sekitar 24 juta ekor yang tersebar luas diseluruh pelosok tanah air, dengan produksi telur sekitar 113 ribu dan daging sekitar 10 ribu ton. Propinsi Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timor, Kalimantan Selatan, D.I. Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat merupakan daerah sentra itik di Indonesia. Itik dipelihara terutama untuk produksi telurnya. Itik Alabio di Kalimantan Selatan juga banyak dikonsumsi


(28)

dagingnya. Telur dan daging itik mengandung zat-zat penting bagi tubuh, seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air.

Pada umumnya peternak itik di Deli Serdang mengenal dua jenis itik yaitu itik penghasil telur konsumsi, yang juga sering merangkap sebagai penghasil telur tetas contohnya adalah itik alabio, dan itik pedaging yang sering merangkap sebagai induk buatan untuk mengerami telur itik contohnya adalah itik serati dan entok.

Itik Alabio berasal dari Amuntai, Kalimantan Selatan, sebagai itik petelur, itik alabio sudah tahu kualitasnya produksinya masa bertelur 8-10 bulan/tahun sampai mencapai umur 3,5 tahun, baru afkir. Produksi telurnya rata-rata 275 butir per ekor/ tahun. Beratnya 56 – 70 gram/butir. (Wasito,dkk, 2007)

Sejarah yang panjang sehingga itik Alabio ini sampai ke Sumatera karena pesanan dari daerah semakin meningkat dari tahun ketahun sehingga orang datang sendiri ke daerah itik ini berasal.

Ciri-ciri itik ini sangat unik yaitu :

a. Sikap badan 45 derajat yang merupakan sikap antara itik pejalan dan itik Manila.

b. Bentuk badan kekar , leher dan kepala paruh.

c. Warna bulu dan kaki yang kuning mengarah ke orange.

d. Warna bulu yang cendrung terang mengarah ke warna putih yang merupakan warna bulu itik Peking.


(29)

Usaha apapun yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya. Dalam hal ini termasuk pada usaha ternak itik. Suatu usaha dikatakan untung jika jumlah pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total pengeluaran. Sebaliknya jika perolehan pendapatan yang diperoleh lebih rendah daripada pengeluaran berarti usaha itu mengalami kerugian (Suratiyah, 2008).

Pendapatan kotor suatu usaha didifinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu atau ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usaha tersebut, sedangkan pendapatan bersih adalah pendapatan kotor usaha dikurangi total biaya, dimana biaya usaha adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu biasanya ditetapkan dalam dua belas bulan atau dapat dikatakan juga biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi. Oleh karena itu maka, pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya maka dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR-TC

Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995)

Dari hasil pendapatan usaha ternak tersebut dapat diperoleh besar kontribusi terhadap pendapatan keluarga, dimana pendapatan keluarga dari


(30)

usaha ternak adalah pendapatan bersih usaha ternak ditambah dengan nilai input bidang lain yang diusahakan sendiri oleh peternak..

Total pendapatan keluarga adalah pendapatan keluarga yang berasal dari usaha ternak itik dan non usaha ternak (Padi) yang diusahakan. Kontribusi pendapatan usaha ternak itik yaitu pendapatan yang diterima dari usaha ternak itik dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Sehingga dapat diketahui seberapa besar kontribusi usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga.

Kontribusi pendapatan usaha ternak itik adalah pendapatan yang diterima dari usaha ternak itik dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100%. Sehingga dapat diketahui seberapa besar kontribusi usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga. Dapat dilihat pada rumus dibawah ini:

Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Itik : % 100 arg

tan tan

x a Kelu Pendapa

Itik Ternak Usaha

Pendapa

Kerangka Pemikiran

Peternak itik merupakan orang yang mengusahakan ternak itik mulai dari pemeliharaan bibit hingga itik tersebut dewasa dan siap untuk dijual baik telur maupun daging itik. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas itik adalah sistem pemeliharaan usaha ternak yang digunakan oleh peternak. Meningkatnya permintaan telur membuat peluang usaha ternak itik semakin terbuka. Namun, peluang tersebut belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para peternak. Umumnya para peternak itik di pedesaan masih


(31)

pemberian pakan, dan sistem pemeliharaan belum banyak yang menggunakan teknologi modern. Bahkan, dalam usaha pemeliharaan ternak tersebut tanpa dilandasi ilmu pengetahuan yang memadai.

Usaha ternak itik, sebenarnya memiliki peluang yang cukup besar untuk dipilih sebagai lapangan kerja, terutama karena melimpahnya limbah pertanian. Sampai sekarang pada umumnya usaha ternak itik masih banyak yang bersifat tradisional dan dilakukan sebagai usaha sampingan dengan kepemilikan itik sebanyak 12-25 ekor. Ditinjau dari segi ekonomis usaha ternak itik cukup menguntungkan petani-ternak. Sebab selain pertanian, tambahan keuntungan lainnya adalah dari hasil limbah ternak, yang cukup bermanfaat sebagai pupuk kandang.

Di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang sebagian besar peternak itik masih menjalankan usaha ternak itik secara tradisional, tentu saja berbagai hal-hal di dalam usaha ternak dan pemeliharaan tersebut sangat berhubungan erat terhadap tingkat keberhasilan itik yang diusahakan. Dimana keberhasilan suatu peternakan sangat tergantung kepada tata laksana atau pemeliharaan yang dilakukan. Tanpa tata laksana yang teratur dan baik, produksi yang akan dihasilkan ternak tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan suatu kerugian dan kehancuran yang cukup besar akan senantiasa mengancam.

Bagi para peternak, pengetahuan yang baik akan pemeliharaan itik juga sangat berpengaruh terhadap kualitas produksi yang dihasilkan, tentunya apabila hasil produksi usaha yang diperoleh sangat baik, maka akan baik pula pengaruhnya terhadap pendapatan yang diperoleh, sehingga diperkirakan bahwa


(32)

usaha ternak itik tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga.


(33)

Secara skematis kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 . Skema kerangka pemikiran sistem usaha ternak itik dan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga

Keterangan :

→ : Menyatakan hubungan

METODOLOGI PENELITIAN Sistem Usaha Ternak :

- Input

- Pemeliharaan - Pemasaran

Peternak Itik

Usaha Ternak Itik

Produksi

Pendapatan Usaha Ternak

Pendapatan Keluarga

Usaha Non Ternak Itik (Padi)

Pendapatan Usaha Non Ternak Itik (Padi) Sistem Usaha Ternak :

•Input: Lahan, Modal, Tenaga kerja serta Keahlian (pengetahuan)

•Sistem Pemeliharan

Masalah


(34)

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, karena potensi daerah tersebut masih cukup baik dan menjanjikan untuk prospek usaha ternak itik terbesar di Kabupaten Deli Serdang. Keadaan tersebut yang menjadi fokus penelitian yaitu bagaimana usaha ternak itik dijalankan di daerah tersebut dan seberapa besar kontribusinya terhadap pendapatan keluarga peternak.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah peternak itik yang melakukan usaha ternaknya, terdapat 20 peternak itik, yang berada di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan sampel untuk penelitian ini dilakukan secara sensus artinya seluruh populasi peternak itik dijadikan sampel. Peternak yang dijadikan sampel di daerah penelitian sebanyak 20 peternak itik.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak itik melalui metode wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga - lembaga yang terkait seperti Kantor Camat, Kantor Kepala Desa dan Badan Pusat Statistik. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut.


(35)

Jenis data Sumber data Metode dan alat yang digunakan

Wawancara Kuesioner Observasi Identifikasi peternak Peternak

Responden

Sistem usaha ternak Peternak Responden

Besar pendapatan usaha ternak itik

Peternak Responden

Masalah-masalah yang dihadapi dan upaya mengatasinya

Peternak Responden

Metode Analisis Data

Untuk tujuan 1 digunakan analisis deskriptif berdasarkan survei dan data yang diperoleh di daerah penelitian, informasi yang dikumpulkan adalah sistem usaha ternak itik mengenai :

- Kandang ternak - Penyediaan bibit - Pemberian pakan

- Jumlah serta cara pemberian pakan - Cara pencegahan penyakit.

Untuk tujuan 2 mengetahui besar pendapatan usaha ternak itik yaitu dengan perhitungan selisih antara penerimaan dan semua biaya maka dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR-TC Dimana :

Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya


(36)

X 100 %

Besar kontribusi ternak itik terhadap pendapatan keluarga dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Itik : Pendapatan Usaha Ternak Itik Total Pendapatan Keluarga Keterangan :

- Apabila kontribusi pendapatan usaha ternak itik > 30 % → kontribusinya besar

- Apabila kontribusi pendapatan usahaternak itik < 30 % kontribusinya rendah.

Tujuan 4, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengumpulkan informasi masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan usaha ternak itik di daerah penelitian, kemudian dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Tujuan 5, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjabarkan upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan usaha ternak itik, kemudian dijabarkan sesuai dengan tujuan penelitian.


(37)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam usulan penelitian ini, maka definisi dan batasan operasional mengenai apa yang akan diteliti sebagai berikut :

Definisi

a. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak itik.

b. Usaha ternak adalah kegiatan atau usaha dimana peternak dan keluarganya memelihara ternak yang bertujuan memperoleh hasil dan pendapatan.

c. Sistem usaha ternak itik adalah suatu sistem usaha yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan terhadap usaha pemeliharaan itik dimulai dari pengadaan bibit sampai dengan pemasaran.

d. Sistem pemeliharaan ternak adalah sistem budidaya ternak yang berupaya untuk memanfaatkan sumber daya sebaik mungkin sehingga diperoleh produksi yang diinginkan.

e. Peternak itik adalah individu atau badan usaha yang mengusahakan ternak itik dari mulai dari anakan hingga dapat berproduksi.

f. Peternak itik petelur merupakan individu yang mengusahakan ternak itik yang hanya menjual atau menghasilkan telur dari itik yg akan dijual. g. Peternak itik daging merupakan individu yang mengusahakan ternak itik


(38)

h. Pendapatan bersih adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya.

i. Sumbangan adalah seberapa besar kontribusi penghasilan yang diberikan dari hasil usaha ternak itik.

j. Kontribusi pendapatan keluarga adalah seberapa besar penghasilan usuha ternak itik terhadap pendapatan keluarga.

k. Hasil produksi itik adalah hasil akhir yang diperoleh dari produksi kegiatan usaha ternak itik.

l. Sistem penjualan adalah sistem pemasaran hasil produksi dari usaha ternak itik yang dikelola peternak.

m. Sistem usaha adalah kumpulan hal atau komponen-komponen yang tertentu dalam suatu tatanan yang mempunyai keterkaitan yang teratur dari bagian-bagiannya dan diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu kegiatan usaha.

Batasan Operasional

a. Lokasi penelitian adalah di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang.

b. Sampel penelitian adalah peternak itik yang berada di Desa Petangguhan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang.


(39)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

a. Luas dan Letak Geografis

Desa Petangguhan adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Galang Kabupaten Deli serdang. Desa ini memiliki areal seluas 320 Ha, dengan batas – batas wilayah sebagai berikut.

 Sebelah Utara berbatasan dengan desa Payah Sampir  Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Petumbukan  Sebelah Barat berbatasan dengan desa Pisang pala  Sebelah Timur berbatasan dengan desa Tanjung Gusti

Jarak desa penelitian dengan ibukota kecamatan sekitar 6 Km sementara jarak desa penelitian dengan ibukota kabupaten sekitar 21 Km dan jarak desa penelitian dengan ibukota provinsi daerah tingkat I Sumatera Utara (Medan) sekitar 50 Km. Desa Penelitian ini terdiri dari 7 dusun.

Desa Petangguhan terletak pada ketinggian 350 m dari permukaan laut dengan curah hujan rata – rata 120-150 mm/thn. Desa ini bertopografi dataran rendah dengan suhu udara rata – rata 32° C.


(40)

b. Penggunaan Lahan

Luas wilayah desa penelitian yakni desa Petangguhan menurut fungsinya dapat dibagi menjadi areal perkebunan, perumahan, peternakan, pertanian/sawah dan lapangan bola. Untuk lebih jelasnya tabel 2 di bawah ini dapat memperlihatkan sebaran penggunaan lahan di desa Petangguhan .

Tabel 2. Jenis penggunaan lahan di Desa Petangguhan Tahun 2008 No Jenis penggunaan lahan Luas

(ha)

Persentase (%)

1. 2. 3. 4.

Perkebunan Pertanian / sawah Pemukiman Peternakan

113 117 51,5 38,5

35,31 35,56 16,09 12,04

Jumlah 320 100

Sumber : Data monografi desa penelitian tahun 2008

Pada Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan untuk perkebunan seluas 113 Ha (35,31 %), sedangkan lahan pertanian/sawah 117 Ha (35,56 %), lahan yang digunakan sebagai pemukiman seluas 51,5 Ha (16,09 %) dan lahan yang digunakan untuk peternakan adalah 38,5 Ha (12,04 %). Menurut kepala desa Petangguhan, Hasil peternakan inilah yang sedang dimanfaatkan dengan sebaik - baiknya karena merupakan investasi yang paling baik terutama bila ada kebutuhan mendadak yang membutuhkan uang, ternaklah yang paling mudah untuk dijual. Keadaan ini sebenarnya menjadi peluang yang besar bagi masyarakat jika ingin beternak dan mengelolanya dengan baik. Hal ini juga membuktikan bahwa desa ini memiliki lahan yang luas dan masih dapat dimanfaatkan untuk lahan peternakan.


(41)

c. Keadaan Penduduk

Penduduk daerah penelitian berjumlah 3224 jiwa atau 774 KK, seperti tertera pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Keadaan penduduk di desa Petangguhan tahun 2008

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 1.716 53,22

2 Perempuan 1.508 46.78

Jumlah 3.224 100

Sumber: Data monografi desa penelitian tahun 2008

Tabel 3 menunjukkan keadaan penduduk di daerah penelitian terdiri dari laki-laki berjumlah 1.716 Jiwa (53,22 %) dan perempuan berjumlah 1.508 jiwa (46,78 %), ini menunjukkan bahwa di desa ini jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di desa penelitian terdiri dari petani, PNS (Pegawai Negeri Sipil), wiraswasta buruh dan nelayan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :


(42)

Tabel 4. Distribusi penduduk menurut jenis mata pencaharian di desa penelitian tahun 2008

NO. Uraian Jumlah penduduk (KK)

Persentase (%)

1. PNS/Pensiunan 20 0,465

2. Bertani 392 51,64

3. Buruh 44 0,775

4. Beternak 155 23,02

5. Wiraswasta 163 24,10

Jumlah 774 100

Sumber: Data monografi desa penelitian, 2008

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk desa penelitian adalah bermata pencaharian sebagai buruh yaitu 44 KK, penduduk yang bertani adalah sebanyak 392 KK, sementara penduduk yang mempunyai mata pencaharian wiraswasta adalah 163 KK, yang mempunyai mata pencaharian sebagai peternak sebesar 155 KK dan penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS / pensiunan sekitar 20 KK atau 0,465 % dari total jumlah penduduk.

Sarana dan Prasarana Desa

Ketersediaan sarana dan prasarana desa menjadi faktor yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat desa, serta sangat mempengaruhi perkembangan dan masyarakat di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana akan mengakibatkan penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil peternakan/pertanian lancar, yang secara tidak langsung akan mempercepat laju pembangunan. Keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.


(43)

Tabel 5. Sarana dan prasarana di desa Petangguhan, 2008

No Fasilitas Sarana dan prasaran Jumlah Bangunan

1 Pendidikan  SD

 SMP  SMA

4 1 -

2 Kesehatan  Posyandu

 Klinik

1 5

3 Peribadatan  Mesjid

 Surau  Gereja  Wihara

2 5 - -

Sumber: Data monografi desa penelitian, 2008

Tabel 5 menunjukkan ketersediaan sarana dan prasarana desa penelitian dibidang pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan sosial cukup baik, akan tetapi masih perlu dibenahi bidang pendidikan, dimana di desa ini telah tersedia fasilitas pendidikan seperti SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) sedangkan SMA (Sekolah Menengah Atas) yang ada di desa Petangguhan sudah dapat tempuh menggunakan jasa angkutan yang ada di desa tersebut. Dengan cara demikian maka diharapkan akan semakin meningkatkan minat anak - anak di desa ini untuk sekolah.

Di desa ini hanya memiliki satu unit Posyandu dan lima Klinik, padahal pusat kesehatan masyarakat ini sangat diperlukan oleh masyarakat untuk berobat maupun untuk mendapatkan penyuluhan maupun informasi kesehatan. Sarana kesehatan masih kurang memadai, harapan masyarakat kepada pemerintah agar menyediakan fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang memadai supaya kesehatan masyarakat akan terjamin karena hal ini berkaitan dengan kualitas hidup penduduk desa tersebut.

Fasilitas peribadatan dan sosial keberadaannya cukup tersedia bagi masyarakat, namun perlu diperhatikan dalam pemakaiannya dimana mesjid


(44)

sebagai tempat beribadah dan balai desa adalah tempat pertemuan bagi masyarakat jikalau ada rapat/perkumpulan masyarakat. Daerah ini telah dapat di capai dengan angkutan umum atau angkutan roda empat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peternak tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan juga dalam hal penjualan hasil, karena sarana transportasi sudah cukup tersedia dengan baik.

Karakterisitik Peternak Sampel

Karakterisitik petani sampel pada penelitian ini meliputi umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga dan skala usaha yang dikelola. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Karakteristik peternak sampel di desa Petangguhan tahun 2008.

No Uraian Range Rataan

1 Umur (Tahun) 35-73 46,3

2 Tingkat pendidikan (Tahun) 6-12 8,25 3 Pengalaman beternak (Tahun) 2-15 3,6 4 Jumlah tanggungan (jiwa) 2-7 6,05

5 Skala usaha (ekor) 12-85 33,25

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

Dari Tabel 6 diketahui bahwa umur rata-rata peternak adalah 46,3 % dengan range 35-73 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel masih tergolong pada usia produktif, karena dilihat dari segi umur, tenaga kerja peternak itik masih sangat potensial untuk mengerjakan dan mengelola usaha ternaknya masing – masing.


(45)

Tingkat pendidikan peternak sampel hanya pada tingkat SMA adalah 8,25 % dengan range 6-12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh peternak cukup tinggi, pendidikan peternak ini sangat berpengaruh terhadap keahlian, wawasan, pengetahuan dan pola pikir dalam melakukan tindakan terhadap kegiatan usaha ternaknya.

Pengalaman beternak tiap peternak yaitu rata – rata 3,6 % dengan range 2-15 tahun. Hal ini akan berpengaruh pada keahlian dan pengetahuannya didalam mengatasi masalah-masalah dalam mengusahakan ternak itik tersebut untuk meningkatkan hasil produksi ternaknya.

Jumlah tanggungan peternak itik rata – rata sebanyak 6,05 % dengan range 2 – 7 orang, jumlah tanggungan keluarga akan bepengaruh terhadap distribusi pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja. Semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin besar pula pengeluaran keluarga. Sementara tanggungan yang sudah masuk dalam kategori usia produktif dapat dijadikan sebagai tenaga kerja di dalam keluarga peternak.

Jumlah ternak itik dimiliki oleh peternak dapat pula menunjukkan tingkat perkembangan populasi ternak di daerah penelitian tersebut. Jumlah populasi ternak itik peternak yaitu rata-rata 33,25 % dengan range 12-85 ekor yang dipelihara pada lahan – lahan di daerah penelitian tersebut.


(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sistem Pemeliharaan Usaha Ternak Itik Di Daerah Penelitian

Di daerah penelitian, mayoritas peternak itik masih mengusahakan ternak itiknya secara sederhana yaitu bentuk pemeliharaan dengan tata pelaksanaannya tidak terprogram dengan baik, kandangnya hanya dibangun dengan sekedarnya saja hanya untuk tempat berlindung dari teriknya matahari diwaktu siang dan untuk melindungi ternak dari udara yang dingin diwaktu malam, dalam pengembalaannya ternak itik dilepas di daerah persawahan atau ladang.

Usaha ternak itik yang dilakukan secara sederhana tidak terlalu memikirkan hasil produksinya karena peternak menganggap tingkat usaha seperti ini masih menonjolkan kepentingan keluarga, serta aspek kepuasan dipandang lebih utama, karena peternak dianggap telah memiliki tabungan berbentuk ternak yang dapat dijual pada saat dibutuhkan dalam keadaan tidak terduga. Proses sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak itik di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Kandang Itik

Adapun persyaratan kandang yang harus dipenuhi adalah : mudah dibersihkan, sirkulasi udara lancar dan cukup mendapatkan sinar matahari. Ada beberapa tipe kandang yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemeliharaannya seperti :


(47)

 Kandang sistem terkurung Ciri-ciri kandang terkurung :

- Lantai kandang terbuat dari tanah yang dipadatkan dan dialasi/bagian atas dilapisi sekam/serbuk gergaji dicampur dengan serbuk kapur atau pelepah pohon.

- Seluruh ruangan kandang dinaungi atap yang terbuat dari pelepah pohon atau kayu.

- Tersedia tempat pakan serta tempat produksi telur itik di dalam kandang.

 Kandang sistem koloni

Koloni adalah perpaduan atau kombinasi antara terkurung dengan sistem dilepas, yang bercirikan :

- Lantai kandang dapat terbuat dari tanah yang dipadatkan ataupun disemen dan dialasi dengan kulit padi atau bekas serutan kayu/serbuk gergaji.

- Atap kandang menggunakan sistem atap berlubang.

- Umbaran atau pekarangannya dibuatkan pagar setinggi ± 75 cm, yang dilengkapi dengan peralatan kandang (tempat makan dan minum).

- Dinding dari bambu atau kayu.

Di daerah penelitian, kandang dibangun dengan arah utara – selatan, agar sinar matahari pada waktu pagi hari tetap masuk kandang dan tidak begitu


(48)

panas. Sinar matahari pada pagi hari mengandung sinar ultraviolet sangat penting untuk membasmi kuman dan membantu pembentukan vitamin pada ternak itik. Kebutuhan kandang sangat penting sekali sebagai pelindung panas, hujan, dingin dan tiupan angin yang sangat kencang. Selain itu juga memudahkan pemeliharaan.

Perkandangan itik dibangun berdekatan dengan rumah penduduk atau peternak agar para peternak dapat lebih mudah mengawasi usaha ternaknya tersebut. Ukuran dari masing – masing kandang disesuaikan dengan jumlah ternak dari setiap peternak. Tidak ada peternak yang memiliki dua kandang atau lebih yang berarti tidak ada peternak yang melakukan pemisahan kandang berdasarkan umur ternak itik

Kandang pemeliharaan ternak itik tersebut tidak dipisahkan sesuai dengan umur itik, tetapi seluruh ternak tersebut dipelihara dalam satu kandang. Alasan peternak melakukan hal ini karena keterbatasan modal dan lahan untuk usaha ternak itik tersebut, dan hal ini dianggap peternak masih sangat wajar, karena peternak masih dapat merasakan keuntungan dari hasil ternak itiknya, walaupun hanya dipelihara dalam kandang yang seadanya saja.

b. Penyediaan Bibit

Para peternak di daerah penelitian memilih jenis bibit ternak itik lokal. Cara mendapatkan bibit dengan 2 cara yaitu membeli bibit itik yang masih kecil, usia itik berkisar 2 minggu dari pasar, kemudian dengan cara mengerami telur-telur itik tersebut di kandang itik yang dilakukan itik betina dewasa.

Adapun untuk tujuan penghasil telur maka hendaknya dipilih itik-itik yang bercirikan :


(49)

- Tubuh ramping (tidak gemuk) dan leher kecil,

- Kepala kecil, mata bersinar (terletak dibagian atas kepala).

- Sayap menutup badan secara rapat, dengan ujung sayap tersusun rapi dipangkal ekor,

- Berbulu halus, rapi dan tidak kusut.

- Kaki berdiri kokoh (induk yang produksi telurnya tinggi)

c. Pemberian pakan Itik

Pada dasarnya pemberian pakan untuk itik memerlukan kandungan protein yang tinggi dan pemberian pakannya ada 2 macam cara yaitu : - Pakan yang berbentuk pellet yang sudah lengkap semua unsur nutrisinya,

biasanya dibeli di pasar.

- Pakan campuran dedak padi, jagung, bungkil kedele, dan keong mas. Pakan yang yang terdiri dari campuran dedak padi atau jagung sebaiknya dimasak terlebih dahulu agar memperoleh hasil produksi telur yang baik serta daging yang dihasilkan oleh itik dapat lebih bergizi.

Didaerah penelitian para peternak masih memberikan pakan berupa keong mas dan dedak padi yang diperoleh dari sawah atau ladang-ladang yang masih basah. Keong mas jarang dijumpai di daerah persawahan dikarenakan pemberian obat yang berlebihan pada sawah dapat menghilangkan perkembangan keong mas di sawah. Jika keong mas jarang dijumpai, peternak juga dapat membeli keong mas dari petani-petani yang berada di sebelahan desa petangguhan


(50)

d. Cara pemberian pakan dan jumlah/konsumsi pakan.

Adapun cara memberi pakan terbagi dalam 4 kelompok yaitu: - Umur 0 - 16 hari diberikan pada tempat pakan di dalam kandang. - Umur 16 - 21 hari diberikan di tempat pakan dan sebaran dilantai. - Umur 21 hari - 18 minggu disebar dilantai.

- Umur 18 minggu – 72 minggu, di luar kandang (tempat telur)/

Pemberian pakan itik dilakukan 3 x sehari yaitu pagi, siang, dan malam.

Hal lain yang perlu diperhatikan antara lain :

- Bahan pakan yang akan diberikan hendaknya tidak berbau tengik. - Tidak berjamur dan tidak berlebihan jumlahnya.

- Selalu disediakan air minum dan ditempatkan agak lebih tinggi dari tempat pakan.

Pemberian pakan itik dilakukan 3 x sehari yaitu pagi, siang, dan malam, serta memberikan pakannya dengan bertahap, agar itik tidak merasa kelaparan. Kesehatan itik perlu diketahui, biasanya diawal terserang penyakit cenderung menurunkan gairah makan dan lambat laun konsumsi makanannya berkurang.

e. Pencegahan penyakit

Melakukan pencegahan penyakit adalah lebih baik dari pada mengobatinya dan perlu diingat bahwa setiap penyakit belum tentu menyebabkan kematian, tetapi mungkin hanya menurunkan produksinya saja. Adapun beberapa pencegahan yg dilakukan peternak itik di daerah penelitian sebagai berikut :


(51)

- Menjaga kebersihan makanan dan hindari makanan basi/sudah membusuk dan tercemar.

- Makanan harus bersih dan baru atau kalau hijauan yang masih segar. - Menjaga kebersihan kandang serta makanan dan minum.

- Mengisolasi atu memisahkan itik yang sedang sakit.

2. Pendapatan Usaha Ternak Itik

Pendapatan usaha yang diperoleh dari ternak itik adalah selisih antara total penerimaan usaha ternak itik dengan total biaya produksi yang dikeluarkan peternak selama proses usaha pemeliharaan atau kegiatan budidaya ternak itik tersebut.

a. Biaya produksi usaha ternak

Biaya produksi dalam pengelolaan usaha ternak itik meliputi biaya penyusutan, biaya pemeliharaan, dan biaya tambahan. Biaya penyusutan terdiri dari biaya penyusutan kandang dan penyusutan peralatan. Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya tenaga kerja (Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga), namun di daerah penelitian peternak hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, kemudian biaya tambahan seperti biaya listrik. Biaya - biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Rata – rata biaya produksi usaha ternak itik (Rp/tahun/peternak)

No. Uraian

Biaya - biaya produksi (Rp)

Persentase (%) 1 Biaya penyusutan


(52)

- Alat – alat 166.700 7.80 2 Biaya pemeliharaan

- Tenaga Kerja 1.440.000 67.40 3 Biaya tambahan

- Listrik 384.975 18.01

Total biaya produksi 2.136.446 100

Sumber : Data di olah dari lampiran 5 - 7

Rataan biaya produksi pada usaha ternak itik per peternak pertahun mencakup biaya penyusutan kandang sebesar Rp.144.771 atau 6.77 % dari seluruh total biaya produksi, dan biaya penyusutan peralatan sebesar Rp.166.700 atau 7.80% dari seluruh total biaya produksi, kemudian biaya pemeliharaan yang terdiri dari biaya TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) sebesar Rp.1.440.000 atau 67.40 % dari total biaya produksi usaha ternak itik.Biaya tenaga kerja dalam usaha ternak itik tersebut termasuk biaya produktif tidak tunai karena tidak dibayar langsung namun diperhitungkan sebagai biaya produktif dalam menganalisis pendapatan bersih usaha ternak itik. Biaya – biaya tambahan lain yang terdiri dari biaya listrik sebesar Rp.384.975 atau 18.01% dari total biaya produksi. Rata – rata total biaya produksi usaha ternak itik tersebut sebesar Rp.2.136.446

b. Penerimaan usaha ternak itik

Penerimaan adalah penjumlah dari penjualan telur itik, dan hasil penjualan ternak itik dalam satu proses produksi ternak itik tersebut selama satu tahun. Rataan penerimaan usaha ternak itik yang diperoleh peternak dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Rata – rata penerimaan pada usaha ternak itik pada daerah penelitian (Rp/tahun/peternak)


(53)

No Uraian Jumlah penerimaan (Rp) 1 Penjualan telur itik 8.250.413

2 Penjualan itik dewasa 1.061.450 Total penerimaan 9.311.863

Sumber : Data di olah dari lampiran 8 - 9

Rataan penjualan telur itik sebesar Rp. 8.250.413 pertahun, serta rataan penerimaan yang diperoleh dari penjualan itik dewasa adalah sebesar Rp.1.061.450 pertahun. Peternak menjual telur itik ke pasar atau menjualnya langsung ke penduduk sekitar, dengan harga sebesar Rp.1200-1500 per butirnya.Rataan total penerimaan peternak itik dari usaha ternak itik adalah Rp. 9.311.863 pertahun per peternak.

c. Pendapatan usaha ternak Itik

Pendapatan usaha ternak itik yang diperoleh dari selisih antara total penerimaan usaha ternak itik dengan total biaya yang dikeluarkan peternak selama proses pemeliharaan itik tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 9. Rata – rata pendapatan bersih usaha ternak itik (Rp/tahun/peternak)

No. Uraian Jumlah (Rp/ tahun)

1 Penerimaan usaha ternak itik 9.311.863 2 Biaya produksi usaha ternak itik 2.136.446 Pendapatan bersih usaha ternak itik 7.175.417


(54)

Sumber: Data di olah dari lampiran 11

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rataan penerimaan usaha ternak itik per peternak/tahun adalah sebesar Rp 9.311.863 dan rataan total biaya produksi sebesar Rp 2.136.446. Maka rataan pendapatan bersih usaha ternak yang diterima oleh peternak itik adalah sebesar Rp 7.175.417 (per peternak/tahun).

3. Kontribusi Usaha Ternak Itik Terhadap Pendapatan Keluarga

Total pendapatan keluarga adalah penjumlahan pendapatan usaha ternak itik dan pendapatan luar usaha ternak itik. Total pendapatan keluarga peternak berasal dari pendapatan luar usaha ternak itik dan pendapatan dari usaha ternak itik baik untuk dikembangkan untuk menambah pendapatan bagi keluarga sehingga tingkat pendapatan menjadi lebih baik. Sumber pendapatan keluarga di daerah penelitian adalah dari usaha tani padi dan usaha ternak itik

Usaha tani padi merupakan usahatani utama sementara usaha ternak itik adalah sebagai usaha sampingan atau dianggap sebagai tabungan. Namun usaha ternak itik juga merupakan salah satu sumber pendapatan yang dapat diperoleh setiap setahun sekali, sehingga memberi sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga. Tanaman padi dapat dipanen dua kali dalam setahun yaitu panen biasanya pada bulan Mei- Juni. Namun nilai sosialnya tinggi karena hanya menunggu 5 bulan setelah ditanam hasilnya dapat dipanen dan dapat langsung digunakan untuk konsumsi keluarga dan juga untuk dijual.


(55)

Total pendapatan keluarga peternak itik di daerah penelitian diperoleh dari pendapatan usaha ternak itik ditambah dengan pendapatan non usaha ternak yaitu usahatani padi pertahun seperti tertera pada Tabel 10 sebagai berikut. Tabel 10.Rataan kontribusi pendapatan usaha ternak itik terhadap pendapatan

keluarga di desa penelitian, 2010

No Uraian Jumlah (Rp/tahun) Kontribusi (%)

1 Pendapatan usaha ternak itik 7.175.417 35,9 2 Pendapatan non usaha ternak

itik

13.003.037 64,1

Total pendapatan keluarga 20.448.454 100

Sumber: Data di olah dari lampiran 12 -18

Kontribusi pendapatan dari usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga adalah 35,9% (lebih besar dari 30%), sedangkan kontribusi dari pendapatan non usaha ternak itik (Usahatani Padi) adalah 63,6% Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak itik memberikan kontribusi pendapatan yang tinggi terhadap total pendapatan keluarga peternak di daerah penelitian. Dapat dilihat bahwa meskipun usaha ternak itik di daerah penelitian hanya dianggap peternak sebagai usaha sampingan, tetapi pada kenyataannya usaha ternak itik tersebut dapat menyumbangkan pendapatan yang tinggi di atas 30%. Sesuai dengan penjabaran mengenai besar kontribusi usaha tersebut, maka hipotesis diterima yaitu kontribusi usaha ternak itik terhadap total pendapatan keluarga adalah besar yaitu sebesar 35,9 % (>30%).


(56)

a. Kurangnya pengetahuan peternak tentang pemeliharaan itik yang lebih baik

Masalah yang dihadapi oleh petenak di daerah penelitian merupakan masalah yang berasal dari peternak itu sendiri yaitu menyangkut kesulitan yang dihadapi dalam mengusahakan itik tersebut. Kebiasaan-kebiasaan dalam melakukan usaha secara tradisonal ini sebenarnya menurut peternak karena di daerah tersebut belum pernah ada yang meneliti atau menginformasikan secara khusus kepada peternak mengenai usaha ternak itik yang baik di daerah penelitian tersebut. Peternak juga kurang aktif mencari informasi tentang pemeliharaan ternak itik yang lebih baik, para petani hanya mengusahakan itik yang mereka kelola dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan dan orang tua mereka secara turun-temurun.

Kesulitan peternak dalam memahami usaha ternak itik secara modern atau intensif tersebut, merupakan kendala bagi peternak lainnya yang juga berniat untuk mengembangkan usaha ternak tersebut, karena kurangnya pengetahuan dan minat peternak untuk mempelajari mengenai pengelolaan usaha ternak itik secara intensif tersebut. Peternak lebih memilih mengelola ternak itik secara tradisional karena dianggap lebih menguntungkan, karena tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar, tetapi hasil pendapatan yang mereka peroleh tetap menjanjikan keuntungannya.

Kurangnya pengetahuan peternak tentang pengelolaan usaha ternak itik yang baik ini yang akhirnya membuat peternak kurang memberikan perhatian terhadap usaha ternak itik ini secara intensif. Padahal jika diberikan perhatian khusus terhadap ternak itik tersebut, maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh, dimana sistem usaha ternak itik yang dilakukan


(57)

secara intensif dapat mempercepat proses penambahan bobot itik karena ternak diberikan pakan tambahan atau konsentrat, mengingat harga jual ternak itik sampai saat ini masih cukup tinggi, sehingga pendapatan yang diperoleh dari ternak itik ini tidak hanya lagi dianggap sebagai kontribusi bagi pendapatan keluarga saja, akan tetapi bila dikelola secara lebih baik dapat menjadi salah satu penghasilan utama bagi keluarga.

b. Kekurangan Modal

Persediaan modal yang cukup sangat dibutuhkan dalam mengusahakan ternak itik, sesuai dengan hasil wawancara mengenai keadaan di lapangan ternyata salah satu kendala peternak yang tidak ingin merubah sistem pemeliharaan usaha ternaknya tersebut adalah karena peternak masih banyak yang merasakan kekurangan modal, sehingga peternak kurang memperhatikan kualitas dari pemeliharaan yang mereka lakukan, seperti kondisi kandang yang seadanya saja serta pemberian pakan ternak yang belum memenuhi kebutuhan nutrisi pada ternak itik, hal ini berhubungan karena kurangnya modal peternak, padahal seperti yang diketahui bahwa pemberian pakan tambahan bagi ternak dapat meningkatkan bobot dan kualitas produksi ternak itik tersebut.

Spesifikasi masalah untuk setiap peternak dapat dilihat pada lampiran 20 (terlampir) yang menunjukkan bahwa peternak yang mengalami masalah terhadap pengetahuan atau informasi mengenai manfaat pemeliharaan itik yang lebih baik atau intensif yaitu sebesar 65 %, sedangkan peternak yang mengalami masalah terhadap ketersediaan modal yaitu sebesar 75 % dari total sampel peternak yang berjumlah 20 sampel..


(58)

5. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Dalam Usaha Ternak Itik

a. Mencari informasi pada PPL / buku / kelompok ternak

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dimana peternak masih kesulitan dalam mengusahakan ternak itik tersebut dengan cara yang lebih baik karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan adalah biasanya peternak berusaha belajar dari pengalaman peternak itik lain yang telah sukses sebelumnya, mereka berdiskusi dan memecahkan masalah secara bersama-sama yang berkaitan dengan ternak itik, dalam kelompok ternak yang ada di daerah penelitian.

Peternak juga mencari informasi dari daerah – daerah lain yang berada di sekitar daerah penelitian tentang pengembangan ternak itik, sehingga mereka dapat lebih mandiri dalam mengusahakan ternaknya. Peternak hendaknya mempunyai kerjasama yang baik antara sesama peternak itik di luar daerah mereka, supaya dapat saling berbagi tentang sistem pemeliharaan yang baik pada ternak itik dan agar bisa mempraktekannya mulai dari pemilihan bibit itik hingga ternak itik tersebut dapat dijual.

b. Mencari pinjaman modal

Petani sulit mendapatkan modal karena di daerah ini belum tersedia Koperasi ataupun CU (Credit Union) yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat peminjaman bagi peternak yang kekurangan modal. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak yang berhubungan dengan kurangnya modal tersebut, biasanya peternak meminjam modal ke peternak yang lain, atau


(59)

menyisihkannya dari pendapatan keluarga yang lain untuk memenuhi kebutuhan produksi bagi ternak itik.

c. Menekan biaya produksi

Selain mencari pinjaman modal dari pihak lain, untuk mengatasi masalah kurangnya modal, para peternak juga melakukan penghematan biaya produksi, misalnya dengan tidak memakai tenaga kerja dari luar keluarga, hanya mengandalkan pakan dedak padi, hanya membiarkan ternak itik mereka kawin secara alami di padang pengembalaan tanpa sepengatahuan peternak itu sendiri, artinya peternak menganggap beternak itik tersebut hanya sebagai tabungan dalam bentuk ternak, bukan sebagai usaha ternak yang dikelola secara khusus dengan tujuan agar mendapatkan hasil produksi ternak itik yang berkualitas baik.

Spesifikasi solusi masalah untuk setiap peternak dapat dilihat pada lampiran 21 (terlampir) yang menunjukkan bahwa peternak yang memilih solusi masalah untuk mencari informasi pada PPL /buku / kelompok ternak mengenai pengetahuan atau informasi mengenai manfaat pemeliharaan itik yang lebih baik atau intensif yaitu sebesar 50 %, sedangkan peternak yang memilih untuk mencari pinjaman karena keterbatasan modal mereka yaitu sebesar 75 %, kemudian peternak yang memilih untuk menekan biaya produksi ternak itik karena keterbatasan modal yang mereka miliki yaitu sebesar 50 % dari total sampel peternak yang berjumlah 20 sampel.


(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan terhadap usaha ternak itik di daerah penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem pemeliharaan usaha ternak itik di daerah penelitian masih tergolong sederhana atau tradisional (semi ekstensif), hal ini terbukti selama proses pengelolaan ternak itik tersebut peternak tidak memberikan pakan tambahan atau pakan konsentrat serta ternak itik tersebut dipelihara di dalam kandang yang seadanya saja yang terbuat dari bambu .

2. Rataan pendapatan bersih usaha ternak itik adalah sebesar Rp. 7.175.417 per peternak / tahun.

3. Kontribusi pendapatan dari usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga adalah lebih besar dari 30 % yakni sebesar 35,9 %, berarti pendapatan usaha ternak itik tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga.

4. Masalah-masalah yang dihadapi oleh peternak itik di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem pemeliharaan ternak itik yang lebih baik (intensif) dan kurang tersedianya modal untuk meningkatkan sistem usaha ternak itik tersebut.

5. Upaya-upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh peternak itik adalah mengadakan kerjasama dengan peternak itik lainnya dalam bentuk kelompok usaha ternak agar dapat diskusi untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapi oleh peternak itik tersebut.


(61)

Saran

A. Kepada peternak

1. Peternak seharusnya terus mencari informasi terkini tentang pengembangan ternak itik di Pusat Penelitian, Dinas Peternakan, ataupun belajar dari pengalaman peternak yang sudah lebih dulu mengusahakan itik, sebagai sumber informasi yang lengkap dan akurat bagi peternak, sehingga dari informasi yang didapat akan sangat bermanfaat dan bisa dipelajari secara bersama-sama dengan peternak yang mengusahakan ternak itik tersebut

2. Sebaiknya peternak membuat jadwal rutin untuk perkumpulan dikelompok ternak itik atau dengan para penyuluh lapangan, karena hal ini sangat membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh peternak

3. Diharapkan kepada peternak untuk menjadikan usaha ternak itik menjadi usaha pokok yang pemeliharaannya dapat dilakukan secara semi ekstensif atau intensif dan secara benar sehingga dapat diperoleh produktivitas ternak itik yang lebih baik, yang jika dilihat dari kaca mata ekonomi dapat meningkatkan pendapatan peternak itik dan dari kaca mata sosial dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga peternak.


(62)

B. Kepada pemerintah

1. Pemerintah melalui Dinas Peternakan ataupun penyuluh pertanian sebaiknya melakukan perhatian khusus tentang pengembangan usaha ternak itik sehingga dapat dibuat kesimpulan tentang ternak itik yang dapat menjadi bahan informasi bagi peternak, sehingga dapat menjawab kesulitan yang dihadapi peternak dan akhirnya ada suatu informasi yang jelas dan akurat yang dapat dijadikan sebuah arsip (buku) bagi peternak di daerah penelitian secara khusus dan Kecamatan Galang secara umum 2. Diharapkan agar pemerintah memfasilitasi masyarakat untuk membentuk

koperasi peternakan yang dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat sekitar dalam hal penyediaan saprodi, ketersediaan modal dan kemudahan dalam penjualan, dan lain - lain

3. Diharapkan agar pemerintah atau institusi terkait untuk dapat mengupayakan pengadaan pakan konsentrat atau pakan tambahan dengan harga yang terjangkau oleh peternak itik dan memberikan penyuluhan mengenai manfaat pakan tambahan tersebut.

Kepada Peneliti

Diharapkan kepada peneliti lain agar selalu memberikan infomasi yang akurat dengan hasil penelitiannya guna meningkatkan pengetahuan peternak agar dapat diterapkan di lapangan.


(1)

Lampiran 15a. Curahan teraga kerja pada usaha tani padi

No LL

(ha)

Jumlah pemakaian Tenaga kerja (HK Pembuatan

Bedengan Penyemaian Penyemaian Penyemaian Penyemaian

TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

1 0.4 0 1 1 0 0 7.2 0 0 3 3

2 0.5 2 0 1 0 0 9.6 0 0 1 1

3 0.16 1 0 1 0 0 6.2 0 0 2 0

4 1 0 6 2 0 0 12.4 0 0 2 0

5 0.24 1 0 6 0 0 9.6 0 0 3 2

6 0.2 1 0 2 0 0 3.6 0 0 2 0

7 1 0 9 1.8 0 0 14.4 1.8 6 1.8 1.8

8 1 0 9 1.8 0 0 14.4 1.8 4.8 1.8 2.6

9 1 0 9 1.8 0 0 14.4 1.8 5.6 1.8 2.4

10 0.9 0 8 1 2 0 15.2 1.8 6 0 2.4

11 0.32 0 5 1.8 0 2.4 0 1.8 1.6 1.8 0

12 0.56 0 4 1.8 1 1.8 5.6 1.8 4 1.8 1.8

13 1.12 0 9 1.8 1.8 0 16.8 1.8 8.4 1.8 2.6

14 0.44 0 4 1.8 0 1.8 4 1.8 1.6 1.8 0.8

15 1 0 8 1.8 2.6 0 16 1.8 6 1.8 1.8

16 0.9 0 8 1 2 0 15.2 0 4.8 3 0

17 0.48 1 0 1.8 0 0 7.4 0 0 1.8 0

18 0.75 0 4 1 1 1.8 0 0 4 2 0

19 0.26 1 0 6 0 2.4 0 1.8 0 0 1.8

20 0.25 1 0 1.8 0 1.8 0 1.8 0 0 1.8

Jumlah 12.48 8 84 40 10.4 12 172 19.8 52.8 34.2 25.8

Rata-rata 0.62 0.40 4.20 2.00 0.52 0.60 8.60 0.99 2.64 1.71 1.29

Lampiran 15b. Curahan Tenaga Kerja pada usaha tani padi

No. LL

(ha)

Biaya pemakaian Tenaga Ker Pembuatan

Bedengan Penyemaian Penanaman Penyiangan Pemupuka

1 0.4 505 325 216 345

2 0.5 100 300 150 154

3 0.16 500 300 200 240

4 1 300 600 105 345

5 0.24 180 216 210 345

6 0.2 500 600 365 200

7 1 450 540 150 345

8 1 450 540 400 345

9 1 450 540 390 345


(2)

11 0.32 250 540 216 345

12 0.56 200 540 105 210

13 1.12 450 540 216 200

14 0.44 200 540 150 367

15 1 400 540 200 345

16 0.9 400 300 105 345

17 0.48 500 540 216 345

18 0.75 200 180 365 210

19 0.26 500 600 150 200

20 0.25 500 540 400 130

Jumlah 12.48 7,435.00 9,621.00 4,699.00 5,721.00 6,782.

Rata-rata 0.62 371.75 481.05 234.95 286.05 339. Lampiran 16a. Penggunaan Obat-obatan pada usaha tani Padi

No.

LL

(Ha) Sandimas Puradan Score Simeldone Decis Vitacko Samponin

1 0.4 0 0 2 0 0 0 0

2 0.5 0 0 1 0 0 0 0

3 0.16 0 0 0 0 1 0 0

4 1 0 0 0 0 2 0 0

5 0.24 0 0 0 0 4 0 0

6 0.2 0 0 0 0 0 0 0

7 1 0 0 2 0 0 2 50

8 1 4 6 4 2 0 0 0

9 1 0 0 0 2 0 2 50

10 0.9 0 0 2 0 1 0 30

11 0.32 0 0 0 2 2 0 0

12 0.56 0 0 0 0 0 0 0

13 1.12 0 0 3 0 0 0 0

14 0.44 0 0 3 0 3 0 0

15 1 4 4 4 0 0 3 0

16 0.9 0 3 2 2 1 2 40

17 0.48 0 0 0 0 0 0 0

18 0.75 0 0 0 0 0 0 0

19 0.26 0 0 0 2 0 0 0

20 0.25 0 0 0 0 4 0 0

Jumlah 12.48 8 13 23 10 18 9 170

Rata-rata 0.62 0.40 0.65 1.15 0.50 0.90 0.45 8.50

Lamp. 16b. Biaya obat-obatan pada usaha tani padi


(3)

Sandimas Puradan Score Simeldone Decis Vitacko Samponin Saturday Snakdone DM

0 0 38 0 0 0 0 0 0

0 0 38 0 0 0 0 0 50

0 0 0 0 17 0 0 0 0

0 0 0 0 50 0 0 0 0

0 0 0 0 15 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 38 0 0 50 27 18 0

40 25 38 80 0 0 0 0 0

0 0 0 80 0 50 27 18 12

0 0 37 0 72 0 33 0 0

0 0 0 80 13 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 40 0 0 0 0 18 20

0 0 37 0 17 0 0 0 0

40 25 38 0 0 50 0 18 0

0 25 37 80 72 50 33 0 50

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 27 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 80 0 0 0 0 0

80 75 341 400 256 200 120 99 132

4.00 3.75 17.05 20.00 12.80 10.00 6.00 4.95 6.60

Lampiran 17. Biaya Produksi Usaha Tani padi sebagai non usaha ternak (permusim tanam/tahun)

No. LL

(ha)

Biaya peny Peralatan (Rp.) Biaya Bibit (Rp.) BiayaPupuk

(Rp.)

Biaya T. K (Rp.)

1 0.4 19,167 130,000 775,000 1,835,

2 0.5 33,333 192,000 625,000 2,115,

3 0.16 34,167 23,000 155,000 587,

4 1 48,333 390,000 2,350,000 3,935,

5 0.24 19,976 90,000 530 1,045,

6 0.2 28,847 60,000 362,000 825,

7 1 22,857 360,000 2,690,000 4,186,

8 1 31,754 420,000 1,750,000 4,067,

9 1 20,873 360,000 2,140,000 3,800,

10 0.9 21,627 360,000 1,450,000 3,889,

11 0.32 25,706 120,000 510,000 1,245,

12 0.56 30,929 210,000 160,000 1,992,

13 1.12 27,206 480,000 1,520,000 4,300,


(4)

15 1 16,651 240,000 2,200,000 3,293,

16 0.9 68,534 295,000 1,595,000 3,745,

17 0.48 16,779 130,000 790,000 1,864,

18 0.75 45,972 250,000 456,000 2,615,

19 0.26 20,270 85,000 369,000 1,134,

20 0.25 9,590 90,000 297,000 1,245,

Total 12.48 560,508 4,435,000 20,604,530 49,484,

Rata-rata 0.624 28,025 221,750 1,030,227 2,474,

Lampiran 19.Kontribusi usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga (per tahun)

No.sampel Pendapatan Non Usaha Ternak Pendapatan Usaha Ternak Itik Total P

Padi (Rp) (Rp) Keluar

1 8,263,666 13,680,500

2 15,226,734 1,319,667

3 4,223,066 12,801,750

4 26,546,668 1,247,000

5 4,730,048 10,183,833

Lampiran 18. Produksi usahatani padi (Pendapatan non usaha temak) tahun Luas lahan Produksi Harga / Kg Penerimaan Total Biaya

(Ha) (Kg) (Rp) (Rp) (Rp) Per muslin tanam

1 0.4 2,180 3,500 7,630,000 3,498,167 4,131,833

2 0.5 3,200 3,400 10,880,000 3,266,633 7,613,367

3 0.16 1,000 2,950 2,950,000 838,467 2,111,533

4 1 6,000 3,500 21,000,000 7,726,666 13,273,334

5 0.24 1,500 2,900 4,350,000 1,984,976 2,365,024

6 0.2 1,250 3,000 3,750,000 1,305,513 2,444,487

7 1 6,500 2,800 18,200,000 8,562,190 9,637,810

8 1 7,000 3,000 21,000,000 7,624,087 13,375,913

9 1 6,000 3,400 20,400,000 8,523,206 11,876,794

10 0.9 7,000 2,850 19,950,000 6,897,127 13,052,873

11 0.32 1,700 2,900 4,930,000 2,643,973 2,286,027

12 0.56 2,300 3,000 6,900,000 2,882,462 4,017,538

13 1.12 6,700 2,900 19,430,000 8,052,473 11,377,527

14 0.44 2,000 2,900 5,800,000 3,018,604 2,781,396

15 1 4,500 2,800 12,600,000 9,178,084 3,421,916

16 0.9 5,800 3,000 17,400,000 6,348,601 11,051,399

17 0.48 2,500 2,800 7,000,000 3,780,179 3,219,821

18 0.75 3,450 2,900 10,005,000 4,644,822 5,360,178

19 0.26 1,700 3,400 5,780,000 1,938,030 3,841,970

20 0.25 1,550 3,100 4,805,000 2,015,366 2,789,634

Total 12.48 73,830 61,000 224,760,000 94,729,626 130,030,374

Rataan 0.624 3,692 3,050 11,238,000 4,736,481 6,501,519

No. Sampel


(5)

6 4,888,974 1,573,250

7 19,275,620 5,857,667

8 26,751,826 11,958,167

9 23,753,588 5,395,167

10 26,105,746 2,313,333

11 4,572,054 2,083,417

12 8,035,076 4,006,000

13 22,755,054 15,110,833

14 5,562,792 27,789,167

15 6,843,832 16,455,833

16 22,102,798 773,917

17 6,439,642 2,105,000

18 10,720,356 4,150,167

19 7,683,940 2,594,500

20 5,579,268 2,109,167

Total 260.060.748 143,508,335

Rataan 13.003.037 7,175,417

Lampiran 20.Spesifikasi masalah yang dihadapi peternak itik di daerah penelitian tahun 2010

No.Sampel Kurang Pengetahuan tentang ternak itik Kurang Modal

1 ya

2 ya ya

3 ya

4 ya ya

5 ya

6 ya ya

7 ya

8 ya ya

9 ya ya

10 ya

11 ya

12 ya

13 ya

14 ya

15 ya

16 ya

17 ya

18 ya ya

19 ya ya

20 ya ya


(6)

Lampiran 21.Spesifikasi solusi yang dihadapi peternak itik di daerah penelitian tahun 2010

No.Sampel Informasi Ternak Itik Mencari Pinjaman Modal Menekan B

1 ya ya

2 ya

3 ya

4 ya ya

5 ya

6 ya

7 ya

8 ya ya

9 ya ya

10 ya

11 ya

12 ya

13 ya

14 ya

15 ya

16 ya

17 ya

18 ya

19 ya

20 ya ya