t psn 1007069 chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian siswa autis tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa (SD LB) kelas IV. Subjek penelitian terdapat tiga siswa autis yang memiliki karakter tingkat autis rendah dan autis tingkat sedang. Siswa I masuk ke dalam karakteristik tingkat autis ringan. Siswa II masuk ke dalam karakteristik tingkat autis sedang. Siswa III masuk ke dalam karakteristik tingkat autis sedang.

Penelitian dilakukan di SLB Negeri Metro Jalan Raya Gatot Kaca sumbersari Metro Selatan Kota Metro Lampung. SLB Negeri Metro merupakan sekolah luar biasa yang terdapat tingkat sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa (SD LB) sampai tingkat Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA LB). Lokasi sekolah dari tingkat SD LB sampai SMA LB terdapat dalam satu lokasi bangunan. SLB Negeri Metro terdapat asrama yang digunakan untuk siswa yang sekolah di SLB Negeri Metro dan setiap asrama terdapat pengasuh yang membinmbing siswa. SLB Negeri Metro terdapat lapangan olahraga yaitu lapangan basket dan lapangan untuk bulu tangkis. SLB Negeri Metro berlokasi di tengah pemukiman penduduk. Pemelihan SLB Negeri Metro sebagai lokasi penelitian karena SLB Negeri Metro sering mewakili Propinsi Lampung dalam lomba seni tingkat Nasional.


(2)

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung dalam pengertian psikologi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakn seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi yaitu: (1) observasi

non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan

instrumen penelitian; (2) observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat

dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati (Arikunto, 2010: 200).

Observasi yang dilakukan termasuk ke dalam observasi sistematis.

Observasi ini dilakukan pada bulan Januari yang merupakan observasi awal bertujuan untuk mengetahui kondisi awal di lingkungan sekolah, kategori siswaautis dan proses pembelajaran yang ada di dalam kelas. Pada awal observasi, peneliti menenemui kepala sekolah untuk meminta izin secara langsung, sambil mengamati lokasi penelitian SLB Negeri Metro. Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah peneliti menemui guru seni untuk meminta izin melakukan penelitian pada siswa autis. Setelah mendapat izin dari guru seni, kemudian guru seni mengantarkan peneliti menemui guru kelas IV yang mengajar siswa autis. Supaya penelitian ini mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan peneliti membuat pedomana observasi.


(3)

Data pertama diperoleh SLB Negeri Metro adalah SLB yang menyelenggarakan pendidikan untuk semua jenis ketunaan dan autis dari tingkat Sekolah Dasar (SD LB) hingga SMA (SMA LB). SD LB hingga SMA LB ada dalam satu lokasi bangunan dan mailiki asrama yang dihuni oleh peserta didik, setiap asrama memiliki guru pembimbing atau oranngtua asuh yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Orangtua asuh adalah guru yang mengajar di SLB tersebut. SLB Negeri Metro terletak jauh dari jalan raya tetapi berada dopertengahan pemukiman penduduk dan jalan untuk menuju kesekolah tersebut sudah baik keadaannya.

Pembelajaran seni tari belum diberikan untuk siswa autis, pembelajaran seni tari masih diberikan untuk siswa tunagrahita dan tunarungu. Pembelajaran seni tari belum diberikan karena pada saat itu guru seni masih harus kuliah di Bandung untuk melanjutkan kuliah untuk jurusan pedidikan berkebutuhan khusus, sehingga ada keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru. Guru yang mengajar seni bukan lulusan dari jurusan pendidikan seni melainkan Sarjana Agama, tetapi saat ini guru sudah melanjutkan kuliah di jurusan pendidikan berkebutuhan khusus. Walaupun guru yang mengajar tari bukan dari lulusan jurusan seni tetapi SLB Negeri Metro sering mendapatkan juara dalam bidang seni di tingkat propinsi maupun tingkat nasional. Siswa autis SD LB kelas IV termasuk dalam kategori siswa autis ringan dan autis sedang.

Pada saat peneliti masuk ke dalam kelas dari tiga siswa yang ada di dalam kelas ketiga siswa itu memeberikan respon masing-masing. Siswa I mau menyapa dan memamerkna semua barang yang ada di dalam kelas dengan bercerita tentang


(4)

benda yang dipegangnya. Siswa II menyapa dan menceritakan hal yang baru dilakukan dengan kata yang diulang-ulang. Siswa III hanya diam dan asyik melakukan aktivitas mencoret-coret kerta yang ada di atas meja.

Metode pembelajaran yang digunakan pada saat peneliti masuk ke dalam kelas adalah metode ceramah pada saat itu guru memberikan materi pembelajaran pengembangan diri. pada saat itu guru memberikan botol kepada siswa sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran tersebut. Guru meminta siswa untuk memainkan botol tersebut. Siswa memainkan dengan memukul botol dengan botol, mengisi botol dengan batu yang kemudian dikocok-kocok ada juga yang melakukan dengan meremas-remas botol.

Interaksi siswa dengan guru termasuk baik, siswa sudah mau bertanya dan melakukan yang diintruksikan oleh guru. Siswa dalam bertanya walaupun belum mau menatap mata guru. Interaksi dengan teman, siswa asyik duduk ditempatnya masing-masing. Interaksi dengan orang lain seperti yang sudah dikemukakan di atas. Kemampuan gerak yang teramati pada saat observasi masih sebatas kemampuan siswa berjalan dan gerak pada saat memainkan botol plastik. Siswa mampu melakukan dengan baik.

2. Wawancara

Wawancara atau interviu adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewer). Wawancara dilakukan peneliti untuk menilai keadaan seseorang.

Secara fisik wawancara dapat dibedakan atas wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur (Arikunto, 2010: 198).


(5)

Untuk mengumpulkan data penelitian selain observasi peneliti menggunakan wawancara berupa pertanyaan yang ditujukan kepada Kepala Sekolah, guru seni tari, guru kelas.

a. Kepala Sekolah, untuk mengetahui latar belakang sekolah, jenis ABK

yang ada di SLB Negeri Metro tersebut, dukungan kepala sekolah terhadap pembelajaran seni yang ada di SLB Negeri Metro.

b. Guru seni, untuk mendapatkan informasi model, metode, media serta

tari yang diajarkan di SLB Negeri Metro

c. Guru kelas, untuk mendapatkan informasi model, metode, media yang

digunakan dalam pembelajaran untuk siswa autis, interaksi sosial siswa autis, serta kemampuan gerak siswa autis.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen, catatan harian (Arikunto, 2010: 201).

Penelitain ini menggunakan dokumentasi untuk memberikan kejelasan mengenai hasil dari penelitian yang berkaitan dengan proses pembelajaran dalam bentuk video dan foto, serta data-data yang ada disekolah yang berkaitan dengan siswa autis SD LB kelas IV untuk medukung hasil pengamatan peneliti.

4. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat bantu yang digunakan oleh pengamat atau observer untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran


(6)

berlangsung. Observer yang ditunjuk dalam penelitian ini adalah guru kelas selain menggunakan observer peneliti juga menggunakan rekaman video dan dokumentasi berupa foto. Hal-hal yang diamati oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut:

1. Tatapan mata saat berbicara dengan teman dan guru

2. Interaksi dengan teman saat pembelajaran berlangsung

3. Interaksi siswa dengan guru pada saat pembelajaran berlangsung

4. Koordinasi gerak antara bagian-bagian tubuh kepala, tangan, dan badan

5. Kesesuaian gerak yang dilakukan oleh siswa dengan intruksi guru

6. Metode, media dan materi yang diberikan oleh guru

7. Stimulus yang digunakan.

Hasil dari catatan observer akan dipaparkan pada BAB IV dan lembar observasi akan ada pada lampiran.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

penelitian kaji tindak atau action research. Kaji tindak dalam penelitian ini adalah

mengkaji model pembelajaran yang selama ini digunakan dalam pembelajaran tari di Sekolah Luar Biasa. Selanjutnya tindakannya adalah menerapkan model pembelajaran sinektik dalam pembelajaran tari di Sekolah Luar Biasa untuk siswa autis.

Sukmadinata mengatakan perkembangan penelitian tindakan diawali oleh karya Kurt Lewin pada awal tahun 1940an. Lewin menyimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan pada


(7)

pengembangan kekuatan berpikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi dalam penelitian kolektif dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya. Pengembangan lebih lanjut dilakukan di Amerika Serikat dalam penerapan konsep pendidikan oleh John Dewey ( Sukmadinata, 2007: 142).

Alwasilah (2010: 63) menjelaskan kaji tindak atau action research artinya

ada kajian dan ada tindakan. Kata action sengaja dipilih, bukan behavior, karena

bagi peneliti kualitatif, yang diteliti adalah tindakan sosial bukan perilaku manusia yang lazim diteliti oleh peneliti psikologi tingkah laku. Dalam penelitian

kualitatif, action diasumsikan memiliki sifat-sifat purposif, intensional, dan

berorientasi tujuan. Action research selanjutnya diadaptasi oleh berbagai bidang,

terutama pendidikan.

Menurut Arikunto (2010: 129) penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan dalam masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Arikunto (2010: 129-130) menjelaskan penelitian tindakan yang dilakukan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:


(8)

1. Permaslahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteris, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan peneliti, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak

boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efesien, artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dan, dan tenaga.

4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dan

tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu.

Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin menurut Arikunto (2010) didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu:

1. Perencanaan atau planning

2. Tindakan atau acting

3. Pengamatan atau observing

4. Refleksi atau reflecting

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja.

Madya (2009) gagasan sentral penelitian partisipan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Dengan demikian, mereka itu tidak hanya menyadari perlunya melaksanakan program tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program tindakan tersebut. Tanpa kolaborasi ini, diagnosis dan


(9)

rekomendasi tindakan untuk mengubah situasi cenderung mendorong tibulnya ketidakamanan, agresi dan rasionalisasi daripada kecenderungan untuk mendorong adanya perubahan yang diharapkan.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan yang termasuk dalam penelitian tindakan kolaborasi atau partisipan karena dalam penelitian, peneliti tidak melakukan proses penelitian tidak sendiri dan peneliti terlibat dalam penelitian tersebut, akan tetapi peniliti bersama dengan guru kelas pada saat proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Selama penelitian, peneliti menjadi praktikan atau guru yang memberikan pembelajaran secara langsung kepada peserta didik, sedangkan guru kelas menjadi pengamat atau observer yang membantu mencacat selama proses pembelajaran dan rekan diskusi pada saat melakukan refleksi.

Siklus yang diberikan dalam proses pembelajaran tari yang menggunakan model sinektik untuk siswaautis, visualisasi siklus tersebut sebagai berikut,


(10)

Gambar 1. 1 Mekanisme Kerja Penelitian Tindakan/ Action Research Siklus Pertama (Arikunto, 2010)

a. Siklus Pertama

1. Tahap 1: Perencanaan/ Planning .

Pada tahap perencanaan peneliti membuat sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran, materi yang diberikan, metode pembelajaran yang digunakan dan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran serta sistem evaluasi yang digunakan, penjabaran yang lebih rinci dipaparkan pada bab IV. Siswa autis yang ada di dalam kelas memiliki tingkat keuatisan yang berbeda dan memiliki karakter yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Siklus pertama rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat masih umum untuk semua siswa autis yang ada di dalam kelas tersebut.


(11)

Rencana peleksanaan pembelajaran dibikin oleh peneliti dalam siklus pertama peneliti membuat tiga rancangan rencana pelaksaan pembelajaran, dalam satu rencana pelaksaan pembelajaran 40 menit. pelaksanaan pembelajaran dilakukan di dalam kelas.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertama

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang pertama tujuan pembelajarannya adalah siswa mampu membuat dan memperagakan lintasan, materi yang diberikan adalah unsur tari yaitu unsur ruang dengan memberikan materi lintasan yang menerapkan langkah kaki dari hasil stimulus melihat vidoe lebah. Metode

pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dan coxtectual teaching learning

(CTL). Langkah-langkah pembelajarannya dibagi menjadi tiga tahapan yaitu: tahap awal, tahap inti, dan tahap penutup.

Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan selama proses pembelajaran yang melihat interaksi sosial siswa, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati. Selama proses pembelajaran di dalam kelas yang terjadi pada siswa dilihat dan dicacat secara teliti.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kedua

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang kedua tujuan pembelajaran adalah siswa mampu membuat dan memperagakan lintasan dengan langkah kaki dan ditambah dengan gerak kepala. Materi yang diberikan adalah lintasan dengan langkah kaki dan gerak kepala, siswa menggerakkan kepala dari hasil stimulus melihat video lebah. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, CTL dan metode kreatif. Langkah-langkah pembelajaran dibagi dalam tiga tahapan


(12)

yaitu: tahap awal, tahap inti dan tahap penutup. Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan yang melihat interaksi sosial, kemampuan gerak, analogi, deskripsi dan empati.

Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan selama proses pembelajaran yang melihat interaksi sosial peserta didik, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati. Selama proses pembelajaran di dalam kelas yang terjadi pada siswa dilihat dan dicacat secara teliti.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketiga

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang ketiga tujuan pembelajaran siswa mampu membuat dan memperagakan unsur flowing dalam unsur tenaga. Materi yang diberikan adalah flowing berupa gerak tangan dari stimulus melihat video lebah. Metode pembelajaran yang digunakan metode kreatif, metode ceramah, metode CTL dan metode kooperatif. Langkah-langkah pembelajaran terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap awal, tahap inti dan tahap penutup.

Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan interaksi sosial, kemampuan gerak, kooperatif, deskripsi, analogi, empati dan kreasi menyusun gerak.

2. Tahap 2: Perlakuan/ Acting.

a. Renacana Pelaksanaan Pembelajaran Pertama

Pada tahap perlakuan adalah melaksanakan perencaan yang telah disusun. Pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang pertama diberikan dalam waktu 40 menit. Pelaksanaan dilakukan di dalam kelas. Pada tahap awal peneliti membuka pembelajaran dengan salam, peneliti bertanya kepada siswa apakah pembelajaran


(13)

tari sudah diberikan di dalam kelas dan apakah siswa pernah belajar tari diluar pembelajaran di dalam kelas. Siswa I menjawab belum pernah belajar tari di dalam kelas tetapi siswa mengatakan bisa menari. Siswa II menjawab belajar tari belajar tari. Siswa III hanya diam dan menunduk. Peneliti kemudian mengkondisikan kelas dengan cara melakukan pemanasan dengan melakukan gerak secara bersama-sama. Selanjutnya peneliti bertanya kepada siswa tentang binatang yang kehidupannya berkelompok pada tahap ini guru menggunakan metode ceramah dan CTL. Guru menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan pertama pada tahap ini guru menggunakan metode ceramah.

Tahap inti peneliti menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan secara bersama-sama yaitu pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran video binatang lebah yang kemudian siswa diminta untuk beranalogi dengan menggunakan hasil melihat video lebah. Setelah melihat video lebah siswa diminta untuk mengungkapkan bagaimana arah binatang lebah terbang. Siswa diminta untuk beranalogi menjadi binatang lebah kemudian siswa diberikan waktu untuk bereksplorasi membuat gerak langkah kaki membuat lintasan dari arah binatang lebah yang ada dalam video lebah yang telah disaksikan. Siswa bereksplorasi membuat lintasan dengan langkah kaki, siswa melakukan eksplorasi secara individu dan kemudian diminta untuk melakukan secara bersama-sama.

Tahap penutup siswa diminta untuk berlatih gerak dari hasil eksplorasi yang telah dilakukan. Siswa setelah berlatih peneliti meminta kepada siswa untuk menjelaskan lintasan yang telah dibuat oleh siswa secara lisan. Siswa mencoba untuk menjelaskan lintasan langkah kaki yang dibuat secara lisan. Setelah


(14)

menjelaskan siswa diminta untuk memperlihatkan lintasan yang telah dibuat secara bersama-sama.

Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan selama proses pembelajaran yang melihat interaksi sosial siswa, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati. Selama proses pembelajaran di dalam kelas yang terjadi pada siswa dilihat dan dicacat secara teliti.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kedua

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang kedua dilaksnakan selama 40 menit pelaksanaan dilakukan di dalam kelas. Pada tahap awal peneliti membuka pembelajaran dengan salam, kemudian peneliti mengajak siswa untuk melakukan pemanasan yaitu dengan melakukan gerak secara bersama-sama. Setelah melakukan pemanasan siswa diminta untuk mengulang kembali gerak hasil eksplorasi pada pertemuan pertama. Siswa melakukan gerak yang telah dilakukan pada tahap eksplorasi pada petemuan pertama.

Tahap inti siswa diminta untuk beranalogi menjadi binatang lebah dari hasil menyaksikan video lebah yang telah diputar pada pertemuan pertama. Siswa diminta untuk beranalogi personal menjadi binatang lebah. Siswa melakukan analogi. Setelah beranalogi siswa diminta untuk bereksplorasi membuat gerak kepala dari hasil beranalogi menjadi binatang lebah. Siswa diberi kesempatan untuk bereksplorasi membuat gerak kepala dari hasil beranalogi. Setelah beresplorasi siswa diminta untuk memperlihatkan hasil eksplorasi membuat gerak. siswa memperlihatkan hasil eksplorasi gerak kepala yang telah dibuat oleh siswa. Eksplorasi yang telah dilakukan pada pertemuan pertama siswa diminta untuk


(15)

menggabungkan hasil eksplorasi yang dilakukan pada tahap kedua. Tahap ini dinamakan kreasi yaitu menyusun hasil gerak pada pertemuan pertama dan perteuan kedua. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan kreasi dengan bimbingan peneliti. Tahap kreasi dilakukan secara bersama-sama atau kelompok kecil.

Tahap penutup siswa diminta untuk berlatih hasil kreasi yang dibuat oleh siswa dengan bimbingan peneliti. Siswa berlatih secara bersama-sama dengan bimbingan peneliti. Selanjutnya peneliti memberikan suatu penjelasan tentang unsur-unsur tari yang telah dipelajari pada proses pembelajaran.

Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan selama proses pembelajaran yang melihat interaksi sosial siswa, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati. Selama proses pembelajaran di dalam kelas yang terjadi pada siswa dilihat dan dicatat secara teliti.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketiga

Rencana pelaksanaan pembelajaran ketiga dilakuakan selama 40 menit dilakukan di dalam kelas. Tahap awal peneliti membuka pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan pemanasan secara bersama-sama. Siswa diminta untuk mengulang gerak yang telah dibuat oleh siswa pada pertemuan kedua. Peneliti menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan pada proses pembelajaran yang akan dilakukan secara bersama-sama.

Tahap inti siswa diminta untuk beranalogi langsung, analogi langsung yang dilakukan oleh siswa adalah membandingkan bintang lebah dengan binatang burung. Siswa diberi kesempatan untuk bereksplorasi membuat gerak terbang dari


(16)

hasil analogi yang dilakukan oleh siswa. Siswa melakukan eksplorasi membuat gerak terbang dengan mengepakkan kedua tangan. Siswa setelah bereksplorasi dengan membuat gerak terbang siswa diminta untuk berkreasi yaitu menggabungkan gerak pada pertemuan pertama, kedua dan pertemuan ketiga. Proses kreasi dibimbing oleh peneliti. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan proses kreasi secara individu dan bersama-sama dengan bantuan peneliti.

Tahap penutup, pada tahap penutup siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan gerak hasil kreasi yang dibuat oleh siswa. Siswa mempresentasikan hasil kreasi walaupun presentasi masih harus dengan bimbingan oleh peneliti.

Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan interaksi sosial, kemampuan gerak, kooperatif, deskripsi, analogi, empati dan kreasi menyusun gerak.

3. Tahap 3: Pengamatan,

Tahap pengamatan, pelaksanaan pengamatan oleh guru kelas. Pada saat pengamatan pengamat mencacat apa yang sedang terjadi. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh pengamat yaitu guru kelas, serta menggunakan bantuan rekaman video dan foto yang berfungsi untuk melihat kembali proses pembelajaran dan hal-hal yang tercacat oleh pengamat. Pengamatan dilakukan secara pengamatan siswa secara individu dan pengamatan siswa secara kelompok. Dalam melakukan pengamatan pengamat memcacat hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran dalam lembar observasi. Hal-hal yang diamati dalam proses pembelajaran adalah


(17)

a. Tatapan mata saat berbicara dengan teman dan peneliti

Pada saat berbicara siswa I sudah menunjukkan adanya tatapan mata dengan lawan bicara. Siswa II belum menunjukkan tatapan mata pada saat berbicara dengan teman atau dengan peneliti. Siswa II ketika diajak bicara menjawab namun kadang masih asyik dengan benda yang sedang dimainkan. Tetapi pada saat proses pembelajaran dengan melakukan pendekatan ketika diajak berbicara siswa II mulai mau menatap mata dan tidak lagi asyik bermain dengan benda yang sedang dipegang. Siswa III ketika bicara masih menunduk dan mengikuti apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya, akan tetapi apabila diingatkan siswa III mau mengangkat kepala dan mencoba untuk mengangkat kepala pada saat berbicara.

b. Interaksi dengan teman saat pembelajaran berlangsung

Pada saat pembelajaran di dalam kelas siswa bersama dengan teman menyaksikan video lebah yang diputar. Pada saat melakukan pemanasan siswa melakukan pemanasan secara bersama-sama antara siswa dan peneliti. Siswa I kadang mengingatkan teman dengan cara menyuruh teman untuk melakukan eksplorasi yang diintruksikan oleh peneliti. Siswa II dan siswa III ketika diingatkan oleh siswa I mereka melakukan eksplorasi yang diintruksikan oleh peneliti. Siswa melakukan eksplorasi secara bersama-sama.

c. Interaksi siswa dengan peneliti pada saat pembelajaran berlangsung

Ketika siswa diminta oleh siswa melakukan intruksi yang diberikan oleh peneliti siswa melakukan intruksi yang diberikan. Siswa kadang bertanya kepada peneliti pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Siswa tidak


(18)

melakukan penolakan ketika peneliti mencoba mendekati siswa untuk membimbing pada saat proses pembelajaran. Siswa I ketika berbicara dengan peneliti dengan manatap mata, siswa II pada saat berbicara atau ketika ditanya dan menjawab pertanyaan belum mau menatap mata peneliti, siswa III ketika diajak bicara atau ditanya ketika menjawab masih menunduh dan kadang menirukan perkataan peneliti tetapi apabila diingatkan siswa III mau mengangkat kepala dan mencoba menatap mata peneliti.

d. Koordinasi gerak antara bagian-bagian tubuh kepala, tangan, dan kaki

Pada saat melakukan pemanasan bersama, siswa I mampu menggerakkan kepala, tangan, dan kaki ketika ketiganya digerakkan secara bersama siswa I mampu melakukannya. Siswa II mampu menggerakkan kepala, tangan, dan kaki. Pada saat ketiganya digerakkan secara bersama siswa II mengalami kesulitan dalam hal keseimbangan badan namun ketika proses pembelajaran dengan latihan dan bimbingan siswa mulai mampu belajar keseimbangan dari gerak koordinasi ketiga bagian tubuh. Siswa III mamapu melakukan gerak kepala, tangan, dan kaki, dalam melakukan gerak siswa III harus dalam bimbingan peneliti secara berlahan-lahan. Pada saat ketiga digerakkan secara bersama siswa III mengalami kesulitan dalam hal koordinasi tubuh.

e. Stimulus yang digunakan.

Pada proses pembelajrn stimulus yang digunakan dengan menggunakan video yang menanyangkan tentang lebah. Penggunaan stimulus tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan analogi dan bereksplorasi gerak.


(19)

f. Analogi yang dilakukan oleh siswa

Siswa melakukan analogi secara personal dan analogi langsung yang dilakukan pada saat proses pembelajaran di dalam kelas. Analogi yang dilakukan untuk membantu siswa untuk melakukan eksplorasi mencari gerak yaitu gerak kaki, kepala dan tangan. Siswa I mampu melakukan analogi pesersonal dan analogi langsung. Siswa II mampu melakukan analogi dengan bimbingan dan arahan dari peneliti. Siswa III dalam malakukan analogi harus dibimbing dan dibantu oleh peneliti.

g. Deskripsi yang dikemukan oleh siswa

Siswa I mengungkapkan deskripsi tentang binatang yang kehidupannya berkelompok adalah burung. Siswa I mengungkapan lebah binatang yang berkelompok dan kadang ada dirumah, lebah binatang yang bisa terbang dan menghasilkan madu. Siswa II dibantu dengan peneliti mencoba mengungkapkan binatang yang hidupnya berkelompok burung. Lebah adalah binatang yang bisa terbang dan kelompok. Siswa III mengalami kesulitan pada saat mendeskripsikan tentang binatang yang kehidupannya berkelompok dan tentang lebah, namun ketika peneliti membing dan mengarahkan secara berlahan-lahan siswa mulai mengungkapkan binatang yang berkelompok adalah burung dan lebah binatang yang terbang.

h. Kreasi atau menyusunan gerak yang dilakukan oleh siswa

Siswa menyusun gerak dari hasil eksplorasi yang dilakukan secara individu dan bersama dengan teman. Siswa menyusun gerak langkah kaki, gerak


(20)

kaki, dan gerak tangan. Dalam menyusun gerak siswa bersama dengan teman-teman dan dengan bimbingan peneliti.

4. Tahap 4: Refleksi,

Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap refleksi ini peneliti mendiskusikan apa yang sudat terjadi dalam proses pembelajaran dengan pengamat. Diskusi dilakukan setelah proses pembelajaran selesai proses refleksi dilakukan di dalam kelas. Pengamat memberikan masukan kepada peneliti. Pengamat memberikan masukan pada peneliti untuk melakukan pendekatan kepada siswa secara individu pada saat pembelajaran berlangsung. Pendekatan individu yaitu mendekati siswa yang mengalami kesulitan pada saat proses pembelajaran di dalam kelas. Pada saat pembelajaran siklus pertama selesai guru kelas berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan guru kelas selama proses pembelajaran. Pengamat memberikan masukan yaitu menggunakan media boneka atau media gambar bercerita. Pada dasarnya siswa menyukai suatu bentuk yang nyata yaitu boneka dan suatu gambar sehingga dalam beranalogi siswa akan lebih mudah dan pada saat mendeskripsikan siswa akan lebih terbantu.

Siklus yang diberikan dalam proses pembelajaran tari yang menggunakan model sinektik untuk siswa autis, visualisasi siklus tersebut sebagai berikut


(21)

Gambar 1. 2 Mekanisme Kerja Penelitian Tindakan/ Action Research Siklus Kedua (Arikunto, 2010)

b. Siklus Kedua

1. Tahap I Perencanaan / Planning

Pada tahap perencanaan peneliti membuat sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran, materi yang diberikan, metode pembelajaran yang digunakan dan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran serta sistem evaluasi yang digunakan, penjabaran yang lebih jelas dipaparkan pada bab IV. Siswa autis yang ada di dalam kelas memiliki tingkat autis yang berbeda dan memiliki karakter yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Siklus kedua rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat masih umum untuk semua siswa autis yang ada di dalam kelas tersebut.


(22)

satu rencana pelaksaan pembelajaran 40 menit. pelaksanaan pembelajaran dilakukan di dalam kelas.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertama

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang pertama tujuan pembelajarannya adalah siswa mampu membuat dan memperagakan lintasan, materi yang diberikan adalah unsur tari yaitu unsur ruang dengan memberikan materi lintasan yang menerapkan langkah kaki dari hasil dengan menggunakan media boneka. Dengan menggunakan boneka siswa diminta untuk beranalogi personal dan analogi

langsung. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah coxtectual

teaching learning (CTL) dan metode kreatif. Langkah-langkah pembelajarannya

dibagi menjadi tiga tahapan yaitu: tahap awal, tahap inti, dan tahap penutup. Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan selama proses pembelajaran yang melihat interaksi sosial siswa, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kedua

Rencana pelaksanaan pembelajarn yang kedua tujuan pembelajarannya adalah siswa mampu membuat dan memperagakan unsur tenaga yaitu flowing yang menerapakan gerak kepala dan gerak tangan menggunakan media gambar bercerita tentang binatang lebah. Setelah dieksplorasi siswa berkreasi untuk dipresentasikan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah,

contextual teaching learming (CTL). Metode cooperative learning dan metode


(23)

pembelajaran yang melihat interaksi sosial siswa, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati.

2. Tahap II Perlakuan /Acting

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertama

Pada tahap perlakuan adalah melaksanakan perencaan yang telah disusun. Pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang pertama diberikan dalam waktu 40 menit. Pelaksanaan dilakukan di dalam kelas. Pada tahap awal peneliti membuka pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan pemanasan dengan melakukan gerak secara bersama-sama dengan peserta didik. Setelah melakukan pemanasan peneliti menjelaskan kepada siswa pembelajaran yang akan dilakukan secara bersama-sama.

Tahap inti, peneliti meinta kepada siswa untuk melakukan analogi langsung yaitu mejadi boneka yang berukuran besar dan boneka yang berukuran kecil. Peneliti meminta kepada siswa bagaimana ketika menjadi boneka yang besar dan bagaimana ketika menjadi boneka yang berukuran lebih kecil. Peneliti bertanya kepada siswa bagaimana kalo menjadi boneka kecil, siswa menjawab akalo boneka kecil geraknya kecil-kecil tapi cepat. Sedangkan apabila boneka besar geraknya lebar dan lambat. Setelah siswa melakukan analogi langsung, peneliti meminta kepada siswa untuk melakukan eksplorasi, melalui analogi yang telah dilakukan oleh siswa. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi. Siswa melakukan eksplorasi gerak kaki yaitu dengan jalan kaki ditempat. siswa melakukan langkah kaki berdua dengan siswa yang lain dengan cara berhadapan. Setelah melakukan gerak kaki bersama teman siswa


(24)

mencoba menunjukkan gerak kepada peneliti, kaki ditempat yang diikuti dengan gerak tangan yang melambai dengan memegang boneka.

Tahap penutup, pada tahap penutup siswa melakukan latihan gerak bersama dengan teman di dalam kelas. Siswa melakukan gerak di depan peneliti. Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan selama proses pembelajaran yang melihat interaksi sosial sosial, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kedua

Renacan pelaksaan pembelajaran yang kedua dilakukan selama 40 menit di dalam kelas. Tahap awal, peneliti membuka pembelajaran dengan salam. Siswa meminta kepada peneliti untuk menggambar binatang lebah, sambil menggambar peneliti bertanya kepada siswa tentang binatang yang kehidupannya berkelompok. Siswa menjawab binatang yang hidupnya berkelompok adalah burung, dan ular.

Tahap inti, peneliti membagikan buku yang bergambarkan binatang lebah, setelah siswa melihat gambar lebah peneliti membacakan cerita tentang binatang lebah. Siswa mendengarkan cerita yang sedang dibicarakan oleh peneliti, siswa mendengarkan sambil duduk ditempat duduk masing-masing. Setelah mendengarkan cerita siswa diminta untuk beranalogi personal. Siswa diminta untuk beranalogi menjadi binatang lebah yang dilihat di dalam gambar dan dari cerita yang disampaikan oleh peneliti. Siswa menunjukkan gerak yang dibuat oleh siswa dari hasil melihat gambar dan mendengarkan cerita. Siswa I mengajak teman-temannya untuk melakukan gerak, siswa II dan siswa III melakukan gerak mengikuti gerak siswa I. Selanjutnya siswa melakukan gerak langkah kaki


(25)

ditempat tetapi dilakukan dengan siswa jonggkok dan melopat-lompat. Gerakan tersebut dilakukan secara bersma-sama.

Tahap penutup siswa melakukan presentasi di dalam kelas secara bersama-sama. Siswa melakukan gerak langkah kaki, gerak kepala dan gerak tangan. Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan selama proses pembelajaran yang melihat interaksi sosial siswa, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati.

3. Tahap 3: Pengamatan,

Tahap pengamatan, pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. Pada saat pengamatan pengamat mencacat apa yang sedang terjadi. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh pengamat yaitu guru kelas, serta menggunakan bantuan rekaman video dan foto yang berfungsi untuk melihat kembali proses pembelajaran dan hal-hal yang tercacat oleh pengamat. Pengamatan dilakukan secara pengamatan siswa secara individu dan pengamatan siswa secara kelompok. Dalam melakukan pengamatan pengamat memcacat hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran dalam lembar observasi. Hal-hal yang diamati dalam proses pembelajaran adalah

a. Tatapan mata saat berbicara dengan teman dan guru

Siswa I ketika berbicara sudah menunjukkan tatapan mata dengan lawan bicaranya. Siswa II sudah mulai menunjukkan tatapan mata pada saat berbicara walaupun hanya dalam waktu yang sebentar. Siswa III ketika diingatkan sudah mulai mau mengangkat kepala dan mulai mau melihat mata lawan bicara walaupun hanya sebentar.


(26)

b. Interaksi dengan teman saat pembelajaran berlangsung

Siswa pada saat proses eksplorasi dilakukan bersama dengan teman-temannya. Siswa I sudah mau mengajak teman untuk melakukan gerak bersama dengan teman, cara menganjaknya yaitu dengan kata-kata dan menyentuh temannya untuk mengajak melakukan gerak bersama. Siswa I dan siswa II melakukan gerak bersama secara berhadapan. Siswa II ketika diajak oleh siswa I untuk melakukan gerak bersama siswa II mau, yaitu siswa II dan siswa I melakukan gerak bersama dengan arah berhadapan. Siswa III ketika diminta untuk melakukan gerak bersama siswa mau melakukan bersama walaupun masih sering dengan kepala menunduk.

c. Interaksi siswa dengan peneliti pada saat pembelajaran berlangsung

Siswa ketika dalam proses pembelajaran sudah mulai mau bertanya kepada peneliti. Siswa I selalu bertanya apabila ada hal-hal yang baru yang dibawa oleh peneliti, siswa mau melakukan tatapan mata pada saat berbicara dan mau menjawab apabila diberi pertanyaan. Siswa II sudah mau apabila diminta untuk melakukan gerak dengan teman, ketika ditanya siswa mencoba untuk menjawab walaupun masih dalam bimbingan peneliti dan sudah mulai mau menatap mata peneliti walaupun hanya sebentar, dan kebiasaan mengamuk tiba-tiba sudah tidak dilakukan lagi oleh peserta didik. Siswa III untuk mengangkat kepala dan manatap mata pada saat berbicara masih harus diingatkan, tetapi siswa III sudah mau menjawab apabila ditanya dan kadang siswa III mulai bertanya kepada peneliti.


(27)

d. Koordinasi gerak antara bagian-bagian tubuh kepala, tangan, dan kaki Siswa I mampu melakukan gerak kepala, tangan dan kaki dan mampu melakukan gerak tersebut secara bersamaam atau secara koordinasi gerak siswa I mampu melakukannya. Siswa II mampu melakukan gerak kepala, tangan dan kaki. Siswa II sudah mulai mampu melakukan ketiga gerak tersebut secara bersamaan, walaupun dalam melakukan gerak masih dalam bimbingan peneliti. Siswa III sudah mampu melakukan gerak kepala, tangan, dan kaki, siswa walaupun masih dalam bimbingan peneliti sudah mulai mampu melakukan gerak tersebut secara bersamaan.

e. Stimulus yang digunakan.

Stimulus yang digunakan adalah dengan menggunakan boneka yang berukuran besar dan berukuran kecil dan menggunakan gambar yang bercerita tentang binatang lebah.

f. Analogi yang dilakukan oleh siswa

Analogi yang digunakan adalah analogi langsung dan analogi personal. Analogi langsung yaitu menggunakan boneka yang berukuran bersar dan berukuran kecil. Analogi personal menggunakan gambar yang bercerita.

g. Deskripsi yang dikemukan oleh peserta didik

Siswa I mendeskripkan gerak apabila boneka yang digunakan boneka kecil gerak tangannya kecil dan apabila boneka yang digunakan besar geraknya lebar. Pada saat menggunakan gambar bercerita siswa mengungkapkan lebah yang sedang membuat madu. Siswa II ketika diminta untuk mendeskripsikan siswa II mengungkapkan boneka kecil dan boneka besar, dengan bimbingan peneliti siswa


(28)

II belajar untuk mengungkapakan, dan dari gambar bercerita siswa II dengan bantuan peneliti siswa II belajar untuk mendeskripsikan. Siswa III dalam mengungkapkan pendapat harus selalu dibimbing oleh peneliti, tetapi siswa III mencoba untuk mengungkapakan pendapatnya.

h. Kreasi atau menyusunan gerak yang dilakukan oleh siswa

Siswa dalam menyusun gerak secara bersama-sama dan dalam bimbingan peneliti. Siswa membuat gerak jalan kaki ditempat dan mengepakkan kedua tangan. Siswa I menyususn gerak jalan ditemapat dan mengepakkan kedua tangan. Siswa II menyusun gerak bersama dengan siswa I yaitu berjalan ditemapat dan mengepakkan tangan. Siswa III dalam menyusun gerak mengikuti siswa I dan siswa II.

4. Tahap 4: Refleksi,

Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap refleksi ini peneliti mendiskusikan apa yang sudat terjadi dalam proses pembelajaran dengan pengamat. Pengamat memberikan masukan pada peneiti setelah proses pembelajaran sudah selesai pengamat memberikan masukan untuk melakukan proses pembelajaran yang menggunakan model sinektik tidak hanya untuk kepentingan penelitian akan tetapi model pembelajaran sinektik dapat diterapkan dalam pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.


(1)

pembelajaran yang melihat interaksi sosial siswa, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati.

2. Tahap II Perlakuan /Acting

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertama

Pada tahap perlakuan adalah melaksanakan perencaan yang telah disusun. Pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang pertama diberikan dalam waktu 40 menit. Pelaksanaan dilakukan di dalam kelas. Pada tahap awal peneliti membuka pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan pemanasan dengan melakukan gerak secara bersama-sama dengan peserta didik. Setelah melakukan pemanasan peneliti menjelaskan kepada siswa pembelajaran yang akan dilakukan secara bersama-sama.

Tahap inti, peneliti meinta kepada siswa untuk melakukan analogi langsung yaitu mejadi boneka yang berukuran besar dan boneka yang berukuran kecil. Peneliti meminta kepada siswa bagaimana ketika menjadi boneka yang besar dan bagaimana ketika menjadi boneka yang berukuran lebih kecil. Peneliti bertanya kepada siswa bagaimana kalo menjadi boneka kecil, siswa menjawab akalo boneka kecil geraknya kecil-kecil tapi cepat. Sedangkan apabila boneka besar geraknya lebar dan lambat. Setelah siswa melakukan analogi langsung, peneliti meminta kepada siswa untuk melakukan eksplorasi, melalui analogi yang telah dilakukan oleh siswa. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi. Siswa melakukan eksplorasi gerak kaki yaitu dengan jalan kaki ditempat. siswa melakukan langkah kaki berdua dengan siswa yang lain dengan cara berhadapan. Setelah melakukan gerak kaki bersama teman siswa


(2)

mencoba menunjukkan gerak kepada peneliti, kaki ditempat yang diikuti dengan gerak tangan yang melambai dengan memegang boneka.

Tahap penutup, pada tahap penutup siswa melakukan latihan gerak bersama dengan teman di dalam kelas. Siswa melakukan gerak di depan peneliti. Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan selama proses pembelajaran yang melihat interaksi sosial sosial, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kedua

Renacan pelaksaan pembelajaran yang kedua dilakukan selama 40 menit di dalam kelas. Tahap awal, peneliti membuka pembelajaran dengan salam. Siswa meminta kepada peneliti untuk menggambar binatang lebah, sambil menggambar peneliti bertanya kepada siswa tentang binatang yang kehidupannya berkelompok. Siswa menjawab binatang yang hidupnya berkelompok adalah burung, dan ular.

Tahap inti, peneliti membagikan buku yang bergambarkan binatang lebah, setelah siswa melihat gambar lebah peneliti membacakan cerita tentang binatang lebah. Siswa mendengarkan cerita yang sedang dibicarakan oleh peneliti, siswa mendengarkan sambil duduk ditempat duduk masing-masing. Setelah mendengarkan cerita siswa diminta untuk beranalogi personal. Siswa diminta untuk beranalogi menjadi binatang lebah yang dilihat di dalam gambar dan dari cerita yang disampaikan oleh peneliti. Siswa menunjukkan gerak yang dibuat oleh siswa dari hasil melihat gambar dan mendengarkan cerita. Siswa I mengajak teman-temannya untuk melakukan gerak, siswa II dan siswa III melakukan gerak mengikuti gerak siswa I. Selanjutnya siswa melakukan gerak langkah kaki


(3)

ditempat tetapi dilakukan dengan siswa jonggkok dan melopat-lompat. Gerakan tersebut dilakukan secara bersma-sama.

Tahap penutup siswa melakukan presentasi di dalam kelas secara bersama-sama. Siswa melakukan gerak langkah kaki, gerak kepala dan gerak tangan. Sistem evaluasi yang digunakan adalah pengamatan selama proses pembelajaran yang melihat interaksi sosial siswa, kemempuan gerak, analogi, deskripsi dan empati.

3. Tahap 3: Pengamatan,

Tahap pengamatan, pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. Pada saat pengamatan pengamat mencacat apa yang sedang terjadi. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh pengamat yaitu guru kelas, serta menggunakan bantuan rekaman video dan foto yang berfungsi untuk melihat kembali proses pembelajaran dan hal-hal yang tercacat oleh pengamat. Pengamatan dilakukan secara pengamatan siswa secara individu dan pengamatan siswa secara kelompok. Dalam melakukan pengamatan pengamat memcacat hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran dalam lembar observasi. Hal-hal yang diamati dalam proses pembelajaran adalah

a. Tatapan mata saat berbicara dengan teman dan guru

Siswa I ketika berbicara sudah menunjukkan tatapan mata dengan lawan bicaranya. Siswa II sudah mulai menunjukkan tatapan mata pada saat berbicara walaupun hanya dalam waktu yang sebentar. Siswa III ketika diingatkan sudah mulai mau mengangkat kepala dan mulai mau melihat mata lawan bicara walaupun hanya sebentar.


(4)

b. Interaksi dengan teman saat pembelajaran berlangsung

Siswa pada saat proses eksplorasi dilakukan bersama dengan teman-temannya. Siswa I sudah mau mengajak teman untuk melakukan gerak bersama dengan teman, cara menganjaknya yaitu dengan kata-kata dan menyentuh temannya untuk mengajak melakukan gerak bersama. Siswa I dan siswa II melakukan gerak bersama secara berhadapan. Siswa II ketika diajak oleh siswa I untuk melakukan gerak bersama siswa II mau, yaitu siswa II dan siswa I melakukan gerak bersama dengan arah berhadapan. Siswa III ketika diminta untuk melakukan gerak bersama siswa mau melakukan bersama walaupun masih sering dengan kepala menunduk.

c. Interaksi siswa dengan peneliti pada saat pembelajaran berlangsung Siswa ketika dalam proses pembelajaran sudah mulai mau bertanya kepada peneliti. Siswa I selalu bertanya apabila ada hal-hal yang baru yang dibawa oleh peneliti, siswa mau melakukan tatapan mata pada saat berbicara dan mau menjawab apabila diberi pertanyaan. Siswa II sudah mau apabila diminta untuk melakukan gerak dengan teman, ketika ditanya siswa mencoba untuk menjawab walaupun masih dalam bimbingan peneliti dan sudah mulai mau menatap mata peneliti walaupun hanya sebentar, dan kebiasaan mengamuk tiba-tiba sudah tidak dilakukan lagi oleh peserta didik. Siswa III untuk mengangkat kepala dan manatap mata pada saat berbicara masih harus diingatkan, tetapi siswa III sudah mau menjawab apabila ditanya dan kadang siswa III mulai bertanya kepada peneliti.


(5)

d. Koordinasi gerak antara bagian-bagian tubuh kepala, tangan, dan kaki Siswa I mampu melakukan gerak kepala, tangan dan kaki dan mampu melakukan gerak tersebut secara bersamaam atau secara koordinasi gerak siswa I mampu melakukannya. Siswa II mampu melakukan gerak kepala, tangan dan kaki. Siswa II sudah mulai mampu melakukan ketiga gerak tersebut secara bersamaan, walaupun dalam melakukan gerak masih dalam bimbingan peneliti. Siswa III sudah mampu melakukan gerak kepala, tangan, dan kaki, siswa walaupun masih dalam bimbingan peneliti sudah mulai mampu melakukan gerak tersebut secara bersamaan.

e. Stimulus yang digunakan.

Stimulus yang digunakan adalah dengan menggunakan boneka yang berukuran besar dan berukuran kecil dan menggunakan gambar yang bercerita tentang binatang lebah.

f. Analogi yang dilakukan oleh siswa

Analogi yang digunakan adalah analogi langsung dan analogi personal. Analogi langsung yaitu menggunakan boneka yang berukuran bersar dan berukuran kecil. Analogi personal menggunakan gambar yang bercerita.

g. Deskripsi yang dikemukan oleh peserta didik

Siswa I mendeskripkan gerak apabila boneka yang digunakan boneka kecil gerak tangannya kecil dan apabila boneka yang digunakan besar geraknya lebar. Pada saat menggunakan gambar bercerita siswa mengungkapkan lebah yang sedang membuat madu. Siswa II ketika diminta untuk mendeskripsikan siswa II mengungkapkan boneka kecil dan boneka besar, dengan bimbingan peneliti siswa


(6)

II belajar untuk mengungkapakan, dan dari gambar bercerita siswa II dengan bantuan peneliti siswa II belajar untuk mendeskripsikan. Siswa III dalam mengungkapkan pendapat harus selalu dibimbing oleh peneliti, tetapi siswa III mencoba untuk mengungkapakan pendapatnya.

h. Kreasi atau menyusunan gerak yang dilakukan oleh siswa

Siswa dalam menyusun gerak secara bersama-sama dan dalam bimbingan peneliti. Siswa membuat gerak jalan kaki ditempat dan mengepakkan kedua tangan. Siswa I menyususn gerak jalan ditemapat dan mengepakkan kedua tangan. Siswa II menyusun gerak bersama dengan siswa I yaitu berjalan ditemapat dan mengepakkan tangan. Siswa III dalam menyusun gerak mengikuti siswa I dan siswa II.

4. Tahap 4: Refleksi,

Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap refleksi ini peneliti mendiskusikan apa yang sudat terjadi dalam proses pembelajaran dengan pengamat. Pengamat memberikan masukan pada peneiti setelah proses pembelajaran sudah selesai pengamat memberikan masukan untuk melakukan proses pembelajaran yang menggunakan model sinektik tidak hanya untuk kepentingan penelitian akan tetapi model pembelajaran sinektik dapat diterapkan dalam pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.