PENINGKATAN PARTISIPASI, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Studi Kasus Siswa Kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mempe

  

PENINGKATAN PARTISIPASI, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Studi Kasus Siswa Kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

  

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi

  Oleh: Matilda Mety Ga’a NIM: 031134037

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini untuk:

   Sang Pencipta dan Penyelenggara Hidup

Bapak Aegenius Ngge’dhi dan Mama Katarina Seja

Fredy, Romy, Mbak DianaFrisca dan Andro

  

MOTTO

Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu

impikan,

pergilah ke tempat-tempat kemana kamu ingin

pergi,

jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal- hal yang ingin kamu lakukan.

  

Jangan biarkan rasa takut gagal

membuatmu berhenti berusaha .

  

[Cinderella Story)

Ketika kamu berhenti belajar,

Kamu berhenti untuk maju.

  [Andrew Ho]

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Matilda Mety Ga’a Nomor Mahasiswa : 031334037

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

PENINGKATAN PARTISIPASI, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 16 April 2008 Yang menyatakan

  

Kata Pengantar

  Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Sang Pencipta atas penyelengaraan hidup, segala berkat dan kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan partisipasi, motivasi, dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi”.

  Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan semangat yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, pengorbanan tenaga, dan pikiran sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

  5. Ibu Dra. Chr. Rini Suharsih, selaku kepala sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian

  6. Ibu Dra. R. Tuti Ratnaningsih, selaku guru mitra penelitian, yang telah berkolaborasi dan membantu dan membimbing peneliti dalam melakukan penelitian.

  7. Keluarga besar Devil Che Stero: Ratih, Tyas, Mili, Rosi, Maria, Yuli, Marlen, dkk.

  Terima kasih atas partisipasi dan keceriaan kalian.

  

8. Bapak Matius dan Ibu Katarina, yang telah membesarkan dan selalu memberi

dukungan moril maupun materiil, Kakakku: Fredy dan Romy “Thx atas dorongan dan motivasinya” serta keponakanku yang lucu: Frisca dan Andro.

  

ABSTRAK

PENINGKATAN PARTISIPASI, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

  

Studi Kasus Siswa Kelas XC SMA Stella Duce 2

Jl. Dr. Sutomo No.16 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta

Matilda Mety Ga’a

Universitas Sanata Dharma

  

Yogyakarta

2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan partisipasi belajar siswa

melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (2) peningkatan motivasi belajar

siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (3) peningkatan prestasi

belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian

dilakukan di SMA Stella Duce 2, Jalan Dr. Sutomo No.16 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta

pada bulan September-Oktober 2007. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang

digunakan adalah teknik analisis deskriptif.

  Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajaran ekonomi pada tingkat tingkat partisipasi belajar

siswa berfluktuasi (siklus I = 3,4; siklus II = 2,6; siklus III = 2,8), (2) penerapan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi dalam penelitian ini belum dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa (siklus I = 94,12%; siklus II = 93,33%; siklus III = 87,5%),

(3) penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa (siklus I = 94,12%; siklus II = 86,67%; siklus III = 62,5%).

  

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF PARTICIPATION, MOTIVATION, AND STUDENT

LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE

COOPERATIVE LEARNING METHOD IN ECONOMIC LESSON

  

A Case Study on The Tenth Class Students of Stella Duce 2 Senior High School

Jl. Dr. Sutomo No.16 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta

Matilda Mety Ga’a

Sanata Dharma University

  

Yogyakarta

2008

The purpose of this study is to know: (1) the improvement of student learning

participation through the application of jigsaw cooperative learning method, (2) the improvement

of student learning motivation through the application of jigsaw cooperative learning method, (3)

the improvement of student learning achievement through the application of jigsaw cooperative

learning method. This study was camed out in Stella Duce 2 Senior High School, Jalan Dr.

Sutomo 16 Baciro Gondokusuman Yogyakarta in September and October 2007. The kind of this

study is a case study. The techniques of gathering the date were observation and interview. The

technique of analysing the data was a descriptive analysis technique.

  Based on data analysis it can be conclude a that: (1) the application of jigsaw cooperative

learning the method in economic lesson fluctuates student’s participation (cycle I = 3,4; cycle II

= 2,6; cycle III = 2,8), (2) the application of jigsaw cooperative learning method in economic

lesson improves student learning motivation (cycle I = 94,12%; cycle II = 93,33%; cycle III =

87,5 %), (3) the application of jigsaw cooperative learning method in economic lesson hasn’t

increased student learning achievement (cycle I = 94,12%; cycle II = 86,67%; cycle III = 62,5%).

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... ix

  ABSTRACT ....................................................................................................... x

  DAFTAR ISI.................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................

  1 B. Batasan Masalah..............................................................................

  4 C. Rumusan Masalah ...........................................................................

  4 D. Tujuan Penelitian ............................................................................

  5 E. Manfaat Penelitian...........................................................................

  5

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ................................

  24 F. Instrumen Penelitian ......................................................................

  38 F. Personil Sekolah.............................................................................

  37 E. Keadaan Sekolah............................................................................

  36 D. Tujuan ............................................................................................

  35 C. Visi dan Misi..................................................................................

  35 B. Identitas Sekolah ............................................................................

  32 BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Lingkungan Sekolah ......................................................................

  29 G. Pengumpulan dan Analisis Data ....................................................

  23 E. Prosedur Penelitian ........................................................................

  7 B. Pembelajaran Kooperatif................................................................

  23 D. Operasionalisasi Variabel ..............................................................

  22 C. Subjek dan Objek Penelitian ..........................................................

  22 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................

  20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian...............................................................................

  18 F. Prestasi Belajar Siswa ....................................................................

  17 E. Motivasi Belajar Siswa ..................................................................

  15 D. Partisipasi Belajar Siswa ................................................................

  11 C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ...........................................

  40

  G. Peserta Didik ..................................................................................

  41 H. Kerjasama ......................................................................................

  42 I. Prestasi Sekolah .............................................................................

  42 J. Struktur Kurikulum ........................................................................

  43 1. Mata Pelajaran .........................................................................

  43 2. Muatan Lokal ...........................................................................

  46 3. Kegiatan Ekstrakurikuler .........................................................

  47 4. Vita Communika ......................................................................

  47 5. Beban Belajar...........................................................................

  48 BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi ..............................................................................

  49 1. Siklus Pertama .........................................................................

  49 2. Siklus Kedua ............................................................................

  69 3. Siklus Ketiga ............................................................................

  90 B. Analisis Tingkat Partisipasi, Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa

  1. Siklus Pertama ......................................................................... 109

  2. Siklus Kedua ............................................................................ 120

  3. Siklus Ketiga ............................................................................ 132

  BAB VI KESIMPULAN. KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... 150 B. Saran .............................................................................................. 151 C. Keterbatasan................................................................................... 152

  DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 143 LAMPIRAN..................................................................................................... 144

  

DAFTAR TABEL

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II ............................ 82

Tabel 5.17. Hasil Analisis Angket Motivasi Siswa terhadap ModelTabel 5.16. Penilaian Partisipasi (Diskusi Kelompok) Siklus I........................ 106

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus III ........................... 103

Tabel 5.15. Kesan Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus III ........................... 101

Tabel 5.14. Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan ModelTabel 5.13. Aktivitas Siswa Siklus III .............................................................. 99Tabel 5.12. Pengamatan Terhadap Kelas Siklus III.......................................... 96Tabel 5.11. Aktivitas Guru Siklus III................................................................ 94

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II ............................ 84

Tabel 5.10. Kesan Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan ModelTabel 5.9. Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model

  Halaman

Tabel 5.8. Aktivitas Siswa Siklus II................................................................ 80Tabel 5.7. Pengamatan Terhadap kelas Siklus II ............................................ 78Tabel 5.6. Aktivitas Guru Siklus II ................................................................. 75

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I.............................. 65

Tabel 5.5. Kesan Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I.............................. 63

Tabel 5.4 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan ModelTabel 5.3. Aktivitas Siswa Siklus I ................................................................. 61Tabel 5.2. Pengamatan Terhadap Kelas Siklus I ............................................ 59

  34 Tabel 5.1 Aktivitas Guru Siklus I .................................................................. 56

Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Pembagian Tugas

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I.............................. 107

Tabel 5.18 Hasil Analisis Angket Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran

  Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I..................................................... 109

Tabel 5.19. Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus I .................................... 112Tabel 5.20. Analisis Indeks kesukaran Soal Siklus I ........................................ 113Tabel 5.21. Penilaian Partisipasi (Diskusi Kelompok) Siklus I........................ 115Tabel 5.22. Hasil Analisis Angket Motivasi Siswa terhadap Model

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II ............................ 117

Tabel 5.23. Hasil Analisis Angket Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran

  Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I..................................................... 119

Tabel 5.24. Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus II................................... 121Tabel 5.25. Analisis Indeks kesukaran Soal Siklus II....................................... 122Tabel 5.26. Penilaian Partisipasi (Diskusi Kelompok) Siklus III ..................... 125Tabel 5.27. Hasil Analisis Angket Motivasi Siswa terhadap Model

  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus III ........................... 127

Tabel 5.28 Hasil Analisis Angket Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran

  Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus III.................................................. 128

Tabel 5.29 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus III ................................. 131Tabel 5.30. Analisis Indeks kesukaran Soal Siklus III ..................................... 132Tabel 5.31. Hasil Analisis Tingkat Partisipasi, Motivasi, dan Prestasi Belajar

  Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw........................ 134

Tabel 5.32. Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus I, II, dan III .................... 137

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 2.1. Model PTK.................................................................................... 11

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Permohonan Ijin Penelitian................................................................................. 145 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............................................. 146 Perangkat Pembelajaran...................................................................................... 147 Instrumen Penelitian ........................................................................................... 173

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai pendidik tidak saja berperan mentransfer isi buku

  pelajaran kepada muridnya atau operator kurikulum. Guru harus pandai membuat inovasi dalam penyampaian materi pelajaran agar menarik bagi siswa (Educare, Maret 2007). Seorang guru harus kreatif dalam mengemas sebuah proses pembelajaran menjadi proses yang menyenangkan. Seringkali ditemukan fakta di kelas bahwa peserta didik merasa bosan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Konsekuensi logis dari kebosanan para siswa tersebut adalah tidak tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Salah satu penyebab terjadinya kondisi pembelajaran tersebut adalah metode yang digunakan guru kurang inovatif. Pada umumnya guru menggunakan metode ceramah di setiap pertemuan. Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan menggunakan metode tersebut, tetapi kurangnya variasi pembelajaran umumnya berpotensi kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, lemahnya motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta kelas XC. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan bahwa rata-rata siswa merasa bosan dengan metode ceramah yang digunakan guru. Materi yang disampaikan oleh guru tidak disukai oleh siswa. Pada saat guru menyampaikan materi pelajaran, kebanyakan siswa acuh tak acuh dan mengobrol dengan teman disebelahnya tanpa memperhatikan penjelasan guru.

  Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru untuk mengatasi kondisi pembelajaran seperti yang telah dikemukakan. Salah satunya adalah guru menerapkan metode pembelajaran kooperatif di kelas. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa yang lainnya dalam tugas-tugas terstruktur dimana guru bertindak sebagai fasilitator. Metode pembelajaran kooperatif pun juga terdiri dari beberapa tipe. Salah satunya adalah tipe jigsaw. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada dasarnya, metode ini menekankan pada proses interaksi antar siswa. Dengan interaksi, siswa belajar untuk menghilangkan rasa individualisme melalui komunikasi antar siswa dengan latar belakang yang sangat berbeda. Karenanya apabila metode ini diterapkan dengan baik, maka akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Pada metode pembelajaran ini, siswa tidak hanya berinteraksi dengan sesama anggota kelompok tetapi juga berkomunikasi dengan anggota kelompok yang lain. Hal ini dapat dilihat dari proses pembagian kelompok yang menghendaki adanya kelompok asal dan kelompok ahli. Selain berinteraksi dengan kelompok asal, siswa juga berinteraksi dengan kelompok ahli. Proses interaksi inilah yang diharapkan akan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan siswa termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

  Penelitian Anita Lie (2002:15), menunjukkan bahwa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dapat berinteraksi secara positif dengan siswa-siswa lain dengan latar belakang yang sangat berbeda dalam akademis. Hal senada juga dikemukakan oleh Oktovianus Natboho, seorang guru pendidikan kewarganegaraan nasional pada SLTPN II Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (Kompas, 26 Januari 2007 – Kolom Sosok). Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka persoalan rendahnya prestasi siswa di sekolah dapat diatasi. Metode pembelajaran yang menekankan pada kreativitas, inovasi dan variasi belajar ini ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.

  Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan menyelidiki dampak penerapan metode tersebut pada partisipasi, motivasi dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul “ Peningkatan partisipasi, motivasi dan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi”.

  Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XC SMA Stella Duce 2, Yogyakarta.

  B. Batasan Masalah

  Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki seberapa jauh penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada peningkatan partisipasi, motivasi dan prestasi belajar siswa. Yang dimaksud dengan partisipasi adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam bentuk keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok. Yang dimaksud dengan motivasi adalah keinginan siswa dan perasaan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar yang terwujud dalam perilaku belajar siswa. Sementara yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil pemahaman siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang tampak dari kemampuan siswa dalam mengerjakan tes.

  C. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana peningkatan partisipasi siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

  2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

  3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

  D. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

  2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

  3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

  E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi peserta didik Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi peserta pendidik untuk meningkatkan partisipasi, motivasi serta hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran ekonomi

  2. Bagi peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah. Sebagai calon guru, peneliti mendapatkan referensi pengalaman dan modal untuk terjun ke dunia pendidikan di kemudian hari.

  3. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Penelitian ini diharapkan dapat menambah kazanah dalam bidang pembelajaran ekonomi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan menjadi masukan bagi guru bidang studi dalam rangka mengefektifkan pendidikan dan pengelolaan sumber-sumber belajar.

  4. Universitas Sanata Dharma Penelitian ini diharapkan dapat menambah kazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pembelajaran ekonomi dan penerapan metode pembelajaran dengan aktivitas pengajaran di lapangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action

  research (CAR), yakni suatu action research yang dilakukan di kelas. Ada

  tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan (Suharsimi Arikunto, 2006:3):

  1. Penelitian.

  Penelitian berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

  2. Tindakan Tindakan berhubungan dengan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

  3. Kelas Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

  Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

  Sejalan dengan itu Wibawa (dalam Susento, 2007), PTK adalah kajian yang dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Hal senada juga dinyatakan oleh website PPPG Tertulis Bandung (dalam Susento, 2007), PTK adalah bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang mengarah kepada tindakan-tindakan secara terstruktur terhadap sekelompok siswa pada waktu yang sama serta menerima pelajaran dari guru yang sama dalam rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran.

  Menurut Wibawa (Susento, 2007), pelaksanaan PTK oleh guru akan meningkatkan mutu pengajaran, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, dan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru. Dalam Website PPG Tertulis Bandung (Susento, 2007) dijelaskan bahwa manfaat PTK sebagai berikut : a. Inovasi pembelajaran

  Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.

  b. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan dan pengajaran. PTK dapat membantu guru lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empirik, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.

  c. Peningkatan profesionalisme guru Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktek pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya.

  PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju kearah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktek pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.

  Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:5): a. Perencanaan tindakan Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.

  b. Pelaksanaan tindakan Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas c. Observasi tindakan

  Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten)

  d. Refleksi terhadap tindakan Memproses data yang diperoleh dari observasi tindakan. Data yang diperoleh ditafsirkan, dianalisis dan disimpulkan. Refleksi dapat dilakukan guru dengan bantuan pengamat atau orang lain yang berkompeten. Berdasarkan hasil refleksi kemudian dilakukan evaluasi terhadap tindakan, yaitu untuk menilai sejauh mana tindakan telah dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK selesai. Jika tindakan belum dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK masih dilanjutkan ke siklus kegiatan yang baru.

Gambar 2.1 Model PTK Pelaksanaan Tindakan SIKLUS I Perencanaan Observasi Tindakan Refleksi Pelaksanaan Tindakan SIKLUS II Perencanaan Observasi Tindakan Refleksi

B. Pembelajaran Kooperatif

  Menurut Anita Lie (2002:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstuktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau pembelajaran kooperatif dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

  Sedangkan menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Hal senada juga dikemukakan oleh Etin Sulihatin & Raharjo (2007:4), pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota.

  Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2002:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.

  Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan (Anita Lie, 2002:31-35):

  1. Saling ketergantungan positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil .

  2. Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penelitian dibuat menurut prosedur model pembelajaran pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Dalam teknik jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.

  3. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

  4. Komunikasi antar anggota Pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.

  5. Evaluasi proses kelompok Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa.

  Dari beberapa pengertian oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kerja sama dalam kelompok secara terstruktur yang beranggotakan dua orang atau lebih, serta terlibat aktif dalam kelompok saling membantu dalam materi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

  Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:71-144): 1). Student Teams Achievment Division (STAD)

  STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seseorang yang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, pengajar memberi kunci jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian pengajar mengadakan kuis.

  2). Teams Games Tournament (TGT) : Tipe TGT hampir sama dengan tipe STAD, tidak ada kuis tetapi hasil belajar dievaluasi dengan permainan akademik seperti cerdas cermat. Skor tim secara keseluruhan ditentukan oleh prestasi kelompok. 3). Jigsaw

  Jigsaw merupakan tipe pembelajran kooperatif dimana kelompok dibentuk

  secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap pelajar mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar mengadakan ulangan/kuis. 4). Learning Together

  Tipe Learning Together merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah itu pelajar dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai hasil kerja individual.

  5). Group Investigation Tipe Group Investigation merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua pelajar di kelas. Pelajar diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

C. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

  Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al (Anita Lie, 2002:69) sebagai metode pembelajaran kooperatif. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

  Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pembelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

  Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Anita Lie, 2002:69-70):

  1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian

  2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.

  Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

  3. Siswa dibagi dalam kelompok berempat

  4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya.

  5. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka masing- masing

  6. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

  7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.

  8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas. Variasi : Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli. Siswa berkumpul dengan siswa lain mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan kelompoknya.

D. Partisipasi Belajar Siswa

  Menurut Mikkelsen (2003:64), partisipasi merupakan suatu proses belajar yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok orang yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal tersebut, selain itu partisipasi belajar juga merupakan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat terjadi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

  Kesediaan siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar akan berdampak positif bagi diri siswa dan setiap proses pembelajaran pasti akan menampakkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjukkan kepada keaktifan mental siswa baik intelektual maupun emosional meskipun untuk merealisasikannya dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Dengan penerapan CBSA siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Sementara itu, Dimyati dan Mudjiono (1999:19), mengemukakan tujuh dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar CBSA, antara lain : (1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran; (2) tekanan pada aspek afektif dalam belajar; (3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berbentuk interaksi antar siswa; (4) kekohesifan (kekompakkan) kelas sebagai kelompok; (5) kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan- keputusan penting dalam kehidupan sekolah; dan (6) jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa baik berhubungan dengan pembelajaran.

E. Motivasi Belajar Siswa

  Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:80), motivasi adalah dorongan terhadap kekuatan mental yang terjadi pada diri siswa. Sedangkan motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Dalam hal ini motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar.

  Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.

  Guru mencoba memberikan dan mengembangkan berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka dari itu peran guru sangat membantu untuk meningkatkan belajar siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:101) upaya-upaya tersebut antara lain: (1) optimalisasi penerapan prinsip belajar; (2) optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran; dan (3) optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa.

  Upaya pengoptimalisasian yang terkait dalam penerapan prinsip belajar antara lain (a) belajar menjadi bermakna, bila siswa memahami tujuan belajar maka dari guru itu perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis, (b) belajar menjadi lebih bermakna, bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menentangnya, (c) belajar menjadi lebih bermakna, bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu, dan (d) sesuai dengan perkembangan jiwa siswa maka kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah (Dimyati dan Mudjiono, 1999:102).

  Upaya pengoptimalisasian yang terkait dalam unsur dinamis belajar dan pembelajaran pada diri siswa dan lingkungannya antara lain (a) memberikan kesempatan pada siswa, untuk mengungkap hambatan belajar yang di alaminya, (b) memelihara minat, kemauan dan semangat belajar sehingga terwujud tindakan belajar, (c) meminta kesempatan pada orang tua siswa/wali, agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar, (d) memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, dan (f) guru merangsang siswa dengan penguatan, dan memberikan rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil (Dimyati dan Mudjiono, 1999:103-104).