HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DI TEMPAT KERJA DAN MOTIVASI KERJA
HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DI TEMPAT KERJA DAN MOTIVASI KERJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Yohanes Baptista Maria Sumarjiyanto NIM : 039114043 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DI TEMPAT
KERJA DAN MOTIVASI KERJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Yohanes Baptista Maria Sumarjiyanto
NIM : 039114043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
kupersembahkan untuk keluargaku ayah..ibu… kakak dan adikku..
HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DI TEMPAT KERJA DAN
MOTIVASI KERJA
Yohanes Baptista Maria Sumarjiyanto
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persahabatan di tempat kerja dengan motivasi kerja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara persahabatan di tempat kerja dengtan motivasi kerja. Penelitian dilakukan pada 90 karyawan Penerbit Andi Yogyakarta, yang terdiri dari 67 karyawan laki-laki dan 23 karyawan perempuan dengan rentang lama kerja 1,5 tahun hingga 24 tahun. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Persahabatan di Tempat Kerja dan skala Motivasi Kerja yang dibuat oleh peneliti. Berdasarkan data statistik item dan reliabilitas pada skala Persahabatan di Tempat Kerja, dari 40 item diperoleh 19 item yang lolos seleksi dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,873. Pada skala Motivasi Kerja, dari 40 item diperoleh 18 item lolos seleksi dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,867. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subyek penelitian memiliki motivasi kerja yang tinggi. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik > mean teoritik yaitu 45 > 54,70. Hal yang sama terjadi pada skala persahabatan di tempat kerja dimana mean empiris pada skala persahabatan di tempat kerja lebih besar daripada mean teoritisnya yaitu sebesar 56,22 > 43, sehingga dapat diartikan bahwa persahabatan di tempat kerja pada subyek penelitian tergolong tinggi. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan teknik korelasi Spearman Product
Moment dan menghasilkan koefisien korelasi antara persahabatan di tempat kerja dan motivasi
kerja sebesar 0,298 dengan p sebesar 0,04 (p < 0,05). Hal ini berarti ada korelasi antara persahabatan di tempat kerja dengan motivasi kerja. Kata kunci: persahabatan di tempat kerja, motivasi kerja, karyawan.
THE RELATION OF FRIENDSHIP AT WORK AND WORK MOTIVATION Yohanes Baptista Maria Sumarjiyanto ABSTRACT
This study aim to determine the relationship between friendships in the workplace and
work motivation. The hypothesis proposed are there a connection between workplace friendships and work motivation. The study was conducted on 90 employees Andi Publisher Yogyakarta, which consisted of 67 male employees and 23 female employees with a long working range of 1.5 years to 24 years. The tools used in this study are Friendship at Workplace scale and Employee Motivation scale created by the researcher. Based on statistical data on the scale items and reliability of Friendship at Work, obtained from 40 items 19 items that pass the selection with an alpha reliability coefficient of 0.873. Work on the Motivation scale, derived from 40 items 18 items passed the selection with an alpha reliability coefficient of 0.867. From data analysis there are concluded that subjects have high work motivation. This can be seen from the results of the empirical mean > theoretical mean is 45> 54.70. The same thing happened on the friendship at work scale where empirical mean is greater than the theoretical mean is equal to 56.22> 43, so it mean that friendships at work on the subject of research are high. The data obtained processed using Spearman correlation coefficient and produces between friendships in the workplace and work motivation of 0.298 with a p of .04 (p <0.05). It means that there is a correlation betweenfriendship at work and work motivation.
Keywords: friendship in the workplace, work motivation, employee.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat, yang memberikan bantuan berupa dorongan, arahan dan data yang penulis butuhkan mulai dari persiapan, tempat, dan pelaksanaan penelitian sehingga tersusunnya skripsi ini.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan, bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing penulisan skripsi, atas nasehat, saran, dan kesabaran selama proses penulisan skripsi ini saya mengucapkan banyak terima kasih.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto sebagai dosen pembimbing, atas dorongan semangat yang teak pernah henti.
3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak mendidik dan menjadi teman diskusi yang menyenangkan.
4. Ayah dan ibuku, atas kesabaran, kerja keras dan kasih sayang yang diberikan selama ini sehingga akhirnya aku bisa kuliah dan lulus. Trima kasih.
5. Kakak dan adikku tercinta, yang telah menjadi inspirasi dan sumber semangat selama ini.
6. Sahabat-sahabatku di Rockstar Studio, yang terlalu banyak jika disebut satu per satu, terima kasih untuk dukungan kalian mudah-mudahan akan terus
7. Teman – teman di UNISON, trima kasih atas kesempatan mengenal dan bekerja sama dengan kalian. Kalian adalah salah satu sumber semangat yang tak pernah padam, sekaligus sumber pendapatan yang lumayan.
8. Semua teman seperjuangan psikologi, baik yang pernah menjadi sahabatku atau tidak. Sangat sulit rasanya membalas kebaikan kalian semua satu per satu, tapi mungkin lebih mudah jika aku membalas itu dengan berbuat baik kepada orang lain.
9. Paulina Patria Satyawati, tidak banyak yang bisa kuucapkan, mungkin trima kasih atas semuanya adalah kata yang paling tepat. Atas segala kasih sayang dan kesabarannya selama ini.
10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga saya akhirnya dapat melewati ini. Terima kasih banyak semuanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan untuk dapat menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 23 September 2009 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................ vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................ viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1 B. Rumusan Masalah ................................................................
6 C. Tujuan Penelitian ..................................................................
6 D. Manfaat Penelitian ................................................................
6
1. Pengertian motivasi ........................................................
8 B. Motivasi Kerja ......................................................................
9 1. Pengertian motivasi kerja ................................................
9 2. Teori motivasi kerja ........................................................
11 3. Aspek-aspek motivasi kerja ............................................
13 4. Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi kerja ............
15 C. Persahabatan .........................................................................
17 1. Pengertian Persahabatan..................................................
17 2. Aspek-aspek yang membentuk persahabatan..................
19 D. Hubungan Antara Persahabatan dengan Motivasi Kerja ......
20 E. Hipotesis ...............................................................................
23 BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................
25 A. Jenis Penelitian .....................................................................
25 B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................
25 C. Definisi Operasional .............................................................
26 D. Subjek Penelitian .................................................................
27 E. Metode Pengumpulan Data ..................................................
27 F. Pengujian Instrumen Penelitian ............................................
29
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
35 A. Persiapan Penelitian .............................................................
35 B. Pelaksanaan Penelitian .........................................................
35 1. Waktu pelaksanaan penelitian .........................................
35 2. Cara pelaksanaan penelitian ............................................
36 C. Deskripsi Data Penelitian .....................................................
36 D. Hasil Penelitian ....................................................................
38 1. Uji asumsi .......................................................................
38 2. Uji Hipotesis ...................................................................
40 E. Pembahasan ..........................................................................
41 BAB V. KESIMPULAN .........................................................................
46 A. Kesimpulan ..........................................................................
46 B. Keterbatasan Penelitian .......................................................
46 C. Saran ....................................................................................
46 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
48 LAMPIRAN ............................................................................................
50
DAFTAR TABEL Tabel 1. Blue Print Skala Persahabatan Sebelum Try Out ..........................
28 2. Blue Print Skala Motivasi Kerja Sebelum Try Out .......................
29 3. Hasil Uji Korelasi Aitem Total Variabel Persahabatan ................
31 4. Hasil Uji Korelasi Aitem Total Variabel Motivasi Kerja .............
31 5. Distribusi Aitem Skala Persahabatan Setelah Try Out ..................
32 6. Distribusi Aitem Skala Motivasi Kerja Setelah Try Out ...............
33 7. Skor Empiris dan Skor Teoritis ....................................................
36 8. Perbedaan Mean Teoritis dan Mean Empiris ................................
37 9. Data Demografi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ....................
37 10. Data Demografi Subjek Berdasarkan Masa Kerja ........................
37 11. Data Demografi Subjek Berdasarkan Usia ...................................
38 12. Hasil Uji Normalitas .....................................................................
39 13. Hasil Uji Linearitas .......................................................................
40 14. Hasil Uji Korelasi ..........................................................................
41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hirarki Kebutuhan Maslow ..........................................................
11
2. Model Hubungan Antara Variabel Persahabatan Di Tempat Kerja dengan Motivasi Kerja ..............
24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja adalah dunia yang penuh dengan persaingan. Para pelaku
dunia kerja berlomba-lomba untuk bekerja dengan baik, untuk mendapatkan kompensasi yang berupa insentif maupun kedudukan yang lebih tinggi, sedangkan bagi pihak perusahaan setiap karyawan yang bekerja dengan baik berarti peningkatan produktivitas dan pendapatan perusahaan. Dalam situasi yang demikian, kemudian muncul dua hal yang bertentangan dalam dunia kerja, yaitu mengenai kebutuhan karyawan untuk menjalin relasi dengan rekan kerjanya dengan persaingan yang kadang sangat ketat dan membuat karyawan menjadi sangat individualistis.
Dunia bisnis itu tidak bisa ditebak dan goal oriented. Dalam lingkungan yang seperti itu sangat sulit untuk menjalin persahabatan. Oleh karena itu dunia bisnis jauh lebih cocok menjadi tempat untuk mencari musuh daripada sahabat. Bahkan, permusuhan dalam dunia pekerjaan dapat membantu karyawan membatasi diri mereka, menambah semangat dalam kehidupan professional mereka, dan fenomena seperti ini dapat dengan mudah terjadi di level organisasi (Stybel & Peabody, 2005). Pernyataan ini memberikan gambaran mengenai situasi dunia kerja yang tidak kondusif bagi
Dalam perkembangannya, persahabatan di tempat kerja ini kemudian
menjadi sebuah perdebatan. Beberapa artikel menggambarkan pro dan kontra
mengenai hal ini. Salah satunya adalah artikel yang ditulis oleh Dion Noid,
yang membahas mengenai pro dan kontra menjalin persahabatan di tempat
kerja. Dalam artikel tersebut dibahas bahwa persahabatan di tempat kerja
berdampak besar pada karir. Seseorang menjadi nyaman bekerja dan
mendapat banyak masukan mengenai bagaimana harus bertindak dari
sahabatnya. Selain itu, persahabatan akan membuat semangat bekerja
bertambah sehingga meningkatkan kreativitas dan produktivitas. Di sisi lain,
terlalu banyak bergaul juga bisa menganggu produktivitas, informasi rahasia
personal dan profesional bisa diterima secara negatif, selain itu, kelompok ini
bisa berkembang menjadi eksklusif, negatif dan cenderung memfavoritkan
seseorang (Noid, 2006), yang berujung pada penurunan motivasi dan
produktivitas. Dalam konteks ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi
untuk bekerja atau disebut juga motivasi kerja.Motivasi kerja merupakan dorongan bagi setiap karyawan untuk
bekerja dan menghasilkan karya lebih baik. Seorang karyawan dengan
motivasi yang tinggi tentu akan selalu bersemangat dalam melakukan
pekerjaannya, begitu pula sebaliknya. Seorang karyawan yang bekerja dengan
motivasi yang rendah, atau bahkan tanpa motivasi, akan kehilangan
semangatnya dalam bekerja (Angel, 2008).
(berupa uang) yang diterima oleh seorang karyawan. Akan tetapi, dewasa ini
pandangan tersebut telah bergeser (Anoraga, 1992). Sebuah artikel mencoba
memberi ilustrasi mengenai hal tersebut. Dalam artikel ini diceritakan
bagaimana dua orang pimpinan suatu perusahaan mengeluh karena kinerja
staff mereka menurun dan tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini lebih
mengejutkan bagi mereka karena para staff mereka memperoleh gaji yang
cukup tinggi (Rekarti, 2008).Hal ini menunjukkan bahwa insentif atau gaji bukanlah faktor utama
yang menyebabkan seorang karyawan menurun motivasinya untuk bekerja.
Banyak hal lain yang juga mempengaruhi seorang karyawan dalam bekerja.
Bahkan ada beberapa kasus karyawan yang tidak digaji tetapi mereka bekerja
dengan motivasi yang besar (Rekarti, 2008). Salah satu artikel di surat kabar
mencoba mendeskripsikan faktor-faktor penentu menurunya motivasi yang
paling sering muncul dalam kehidupan pekerjaan. Salah satunya adalah
lingkungan kerja yang tidak nyaman, di mana di dalamnya mencakup fasilitas
kantor yang kurang memadai, pimpinan yang kurang mendukung, dan rekan-
rekan yang tidak bersahabat (Prijosaksono & Sembel, 2002).Seorang karyawan tentu tidak ingin bekerja dalam tekanan pimpinan
atau fasilitas kantor yang kurang memadai. Seorang karyawan juga tidak ingin
dirinya tidak disukai dan dihormati rekan-rekan sekerjanya. Untuk
menghasilkan pekerjaan yang baik, orang membutuhkan satu sama lain untuk
dengan baik. Perasaan kesepian, tidak disukai, tidak dihormati adalah hal yang
paling buruk yang terjadi dalam kehidupan manusia (Organ, 1983).Stephanie Amour, penulis artikel USA Today, juga mengemukakan
pendapatnya mengenai hal ini. Dalam artikelnya “ Friendship and Work : A
good or bad partnership “, Stephanie mengungkapkan bahwa persahabatan
dalam pekerjaan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Pendapat ini
bersumber dari penelitian lain yang dilakukan oleh Tom Rath, kepada
karyawan Gallup Organization. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
persahabatan di tempat kerja meningkatkan kepuasan karyawan sampai
dengan 50 %. Dari artikel ini kembali dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
dipengaruhi juga oleh kebutuhan karyawan untuk berelasi atau lebih spesifik
bersahabat dengan orang lain, dalam hal ini rekan kerjanya (Amour, 2007).Pekerjaan adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan komunitas.
Organisasi-organisasi kerja membentuk komunitas dan, sebaliknya, mereka
dibentuk oleh komunitas. Lebih jauh, kehidupan pekerjaan kita diatur dengan
banyak cara untuk memenuhi kebutuhan kita akan persahabatan, prestasi, dan
mendapatkan keuntungan-keuntungan yang positif (Warr & Wall, 1975). Bagi
sementara orang, bekerja merupakan sarana untuk menuju kearah
terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh kekuasaan dan
menggunakan kekuasaan itu pada orang lain. Pada pokoknya, kerja itu
merupakan aktivitas yang memungkinkan terwujudnya kehidupan sosial dan
Lalu apakah persahabatan itu? Persahabatan atau pertemanan adalah
istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara
dua atau lebih entitas sosial. Dalam pengertian ini, istilah "persahabatan"
menggambarkan suat
damereka
biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalamyang
eperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam
kesulitan. Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang
berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali
tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan
merugikan atau menyakiti mereka (Wikipedia).Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa menjalin persahabatan
di tempat kerja adalah menjalin hubungan yang melibatkan pengetahuan,
penghargaan, dan afeksi dengan rekan kerja, di tempat kerja. Persahabatan di
tempat kerja adalah hubungan perilaku kerjasama dan saling mendukung dua
atau lebih entitas sosial, dalam hal ini rekan sekerja.Dari pemaparan di atas, semakin tampak bahwa ada pernyataan yang
pro dan kontra mengenai menjalin persahabatan di dunia kerja. Pro dan kontra
mengenai persahabatan di tempat kerja ini kemudian menjadi latar belakang
kerja, mengingat masih ada pendapat yang mengungkapkan bahwa menjalin
persahabatan dalam pekerjaan justru akan mengganggu konsentrasi dalam
bekerja dan berdampak pada menurunnya motivasi. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan organisasi
dan kinerja karyawannya. Selain itu hasil dari penelitian ini juga diharapkan
dapat memberi wacana bagi para karyawan untuk meningkatkan performansinya dalam pekerjaan.B. Rumusan masalah Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: Apakah ada hubungan antara persahabatan di tempat kerja dan
motivasi kerja?C. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara persahabatan di tempat kerja dan motivasi kerja.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai persahabatan di antara para pelaku dunia kerja dan dapat dipergunakan sebagai literatur dalam penelitian yang relevan di masa yang akan datang, khususnya bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini dapat memberi wacana bagi perusahaan mengenai hubungan antara kualitas persahabatan di tempat kerja dengan motivasi kerja. Perusahaan dapat mempertimbangkan wacana tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk mengelola motivasi karyawannya dengan tujuan meningkatkan produktivitas perusahaan.
b. Bagi karyawan Selain menambah wawasan, penelitian ini dapat dipergunakan para pelaku dunia kerja sebagai bahan refleksi dalam rangka memahami kondisi diri sehingga diharapkan mampu mengembangkan karir dan hubungan persahabatan dengan sesama karyawan.
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi
1. Pengertian motivasi
Motivasi adalah suatu keadaan siap terjadi suatu perbuatan (Handoko, 1992). Motivasi dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses di mana
kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian
kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu (Munandar, 2001).
Pengertian lain dari motivasi adalah suatu proses melakukan,
mempertahankan, dan mengarahkan suatu tindakan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu (Huffman, dkk, 1997).Motivasi muncul karena adanya kebutuhan dari manusia. Kebutuhan-
kebutuhan manusia pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu
kebutuhan primer, dan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang
pada umumnya merupakan kebutuhan faal. Kebutuhan-kebutuhan semacam
ini timbul dengan sendirinya atau sudah ada sejak lahir. Kebutuhan sekunder
adalah kebutuhan yang timbul dari interaksi orang dengan lingkungannya,
seperti kebutuhan bersaing, bercinta, bergaul, ekspresi diri, dan sebagainya.
Kebutuhan sekunder inilah yang paling banyak berperan dalam motivasi
seseorang (Anoraga, 1992). Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa disposisi yang berkaitan dengan interaksi biologis dan proses hasil pembelajaran dan proses kognitif yang menyebabkan suatu perilaku bisa terjadi (Franken, 1994).
Ada bagian dari otak manusia yang mengatur motivasi. Bagian otak ini mengatur tinggi rendahnya motivasi yang muncul dari seseorang. Sementara itu, proses pembelajaran juga mempengaruhi munculnya motivasi seseorang. Adanya imbalan berupa pemenuhan kebutuhan ketika kita melakukan sesuatu menjadi inti dari proses pembelajaran tersebut. Pemenuhan kebutuhan ini berhubungan dengan interaksi antara manusia dengan lingkungan. Bermacam kebutuhan akan muncul ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya.
Dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang kemudian disebut juga dengan motivasi. Kepercayaan-kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai merupakan proses kognitif dari munculnya motivasi. Sebagai contoh, seorang individu percaya bahwa mencapai suatu prestasi dalam pekerjaan adalah suatu nilai yang patut dijunjung tinggi. Individu tersebut kemudian akan termotivasi untuk memenuhi nilai tersebut (Franken, 1994).
B. Motivasi Kerja
1. Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi kerja ialah suatu model yang menggerakkan karyawan agar dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dalam mencapai
Motivasi kerja erat kaitannya dengan unjuk kerja atau performansi
kerja. Motivasi kerja, bersama dengan kemampuan, dan peluang akan
menentukan kualitas sebuah performansi kerja. Bila motivasi seseorang untuk
bekerja rendah, maka performansinya akan rendah pula meskipun kemampuan
dan performansinya memadai, begitu sebaliknya (Munandar, 2001). Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu
yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat lemahnya motivasi
kerja karyawan ikut menentukan besar kecilnya prestasinya. (Anoraga, 1992).
Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
adalah suatu proses melakukan, mempertahankan, dan mengarahkan pekerjaan
untuk mencapai tujuan tertentu di mana proses tersebut didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan. Motivasi kerja adalah motivasi seseorang untuk bekerja
atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam hal ini adalah pekerjaan yang
menghasilkan suatu imbalan berupa honor atau gaji atau pekerjaan yang
bersifat profesional. Motivasi ini terbentuk dari interaksi antara proses
biologis, pembelajaran, dan kognitif dari seorang karyawan (Franken, 1994).Motivasi kerja seseorang dapat lebih bercorak proaktif atau reaktif.
Pada motivasi kerja yang proaktif orang akan berusaha untuk meningkatkan
kemampuan-kemampuannya sesuai dengan yang dituntut oleh pekerjaannya
dan atau akan berusaha untuk mencari, menemukan dan atau menciptakan
peluang di mana dia dapat menggunakan kemampuan-kemampuannya untuk lebih reaktif, cenderung menunggu upaya atau tawaran dari lingkungannya (Munandar, 2001).
2. Teori Motivasi Kerja Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan mengenai motivasi.
Salah satunya adalah teori hierarki kebutuhan Maslow. Teori ini disebut juga
sebagai teori keseimbangan. teori keseimbangan berpendapat bahwa tingkahlaku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan di dalam diri manusia.
Dengan kata lain manusia selalu mencoba untuk mempertahankan keseimbangan di dalam dirinya (Handoko, 1992). Sebagai contoh, bilamanusia lapar (terjadi keadaan tidak seimbang atau disequilibrium) ia segara
mencari makan.
GAMBAR 1. Hirarki kebutuhan Maslow Tetapi kalau ia makan sampai kenyang, ia akan mengalami
disequilibrium baru yang lebih tinggi sifatnya, misalnya ingin merokok atau Menurut Maslow setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
tersusun secara hirarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada
tingkatan yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling
rendah telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Pada tingkat yang paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan dasar yang
bersifat biologis, kemudian pada tingkatan lebih tinggi dicantumkan berbagai
kebutuhan yang bersifat sosial. Pada tingkatan yang paling tinggi dicantumkan
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Pada konteks pekerjaan atau
motivasi kerja, teori ini dapat dipaparkan sebagai berikut :- Kebutuhan Fisiologis Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan akan
sandang, pangan dan papan membuat manusia menjadi termotivasi untuk
bekerja. - Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan ini meliputi jaminan keamanan kerja dan jaminan kelangsungan pekerjaan.
- Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
Seorang karyawan, sebagai makhluk sosial, mempunyai kebutuhan untuk
diterima dan dicintai oleh orang-orang dalam lingkungan kerjanya - Kebutuhan untuk dihargai Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan penghargaan terhadap hasil
- Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan yang ada untuk mencapai prestasi kerja yang memuaskan
3. Aspek – Aspek Motivasi Kerja Robert Franken membagi pembentuk motivasi dalam tiga aspek.
Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, aspek pembelajaran, dan aspek
kognitif (Franken, 1994).a) Aspek Kognitif Aspek kognitif meliputi bagian proses-proses kognitif yang membentuk motivasi. Indikator dari aspek ini antara lain :
- Adanya tujuan Motivasi tidak pernah lepas dari aspek tujuan. Dengan melihat kemauan seorang karyawan dalam mencapai tujuan dalam bekerja, kita juga dapat melihat motivasi kerja seorang karyawan.
- Nilai-nilai dan kepercayaan Nilai dan kepercayaan seseorang akan sebuah pekerjaan turut membentuk motivasi seseorang dalam bekerja. Nilai dan kepercayaan akan membentuk motivasi yang berbeda-beda bagi setiap orang karena nilai dan kepercayaan yang dianut berbeda- beda pula.
Aspek pembelajaran membentuk motivasi melalui cara yang berbeda-beda
karena proses pembelajaran setiap orang berbeda pula. Indikator dari
aspek ini meliputi :- Interaksi antara manusia dengan lingkungannya Seperti telah dijelaskan di atas, interaksi antara manusia dan lingkungannya akan memunculkan kebutuhan – kebutuhan manusia, yang kemudian akan membentuk motivasi. Interaksi yang dimaksud di sini adalah interaksi antara manusia dengan lingkungan kerjanya baik lingkungan tempat kerja maupun rekan kerja.
- Pemenuhan kebutuhan Aspek pembelajaran dapat dilihat dari ada atau tidak dan terpenuhinya atau tidak kebutuhan-kebutuhan sebagai hasil dari interaksi manusia dengan lingkungan tempat kerjanya. Kebutuhan dalam hal ini meliputi kebutuhan akan gaji yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup, kebutuhan akan jaminan kelangsungan pekerjaan, kebutuhan untuk dicintai atau diterima oleh rekan-rekan sekerja, dan kebutuhan untuk mencapai prestasi kerja.
c) Aspek Biologis
Dari ketiga aspek ini, yang dapat dilihat melalui perilaku adalah aspek kognitif dan pembelajaran. Aspek biologis hanya dapat dilihat dan diukur dengan menggunakan alat-alat medis.
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Herzberg mengemukakan sebuah model motivasi yang mempertajam pengertian kita mengenai efektivitas dari motivasi dalam situasi kerja.
Menurut Herzberg, sistem kebutuhan-kebutuhan orang yang mendasari motivasinya dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu hygiene factors dan motivational factors . Kebutuhan-kebutuhan dalam golongan hygiene, bila tidak mendapat pemuasan akan menimbulkan ketidakpuasan dalam kerja.
Namun bila terpuaskan, orang belum akan puas; artinya ia belum benar-benar motivated terhadap pekerjaannya.kebutuhan dalam golongan ini meliputi status, hubungan antar manusia, supervisi, peraturan-peraturan perusahaan dan administrasi, jaminan dalam pekerjaan, kondisi kerja, dan gaji.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang akan menimbulkan motivasi kerja yang tinggi adalah yang termasuk ke dalam golongan Motivational Factors atau disebut juga Motivators. Kebutuhan dalam golongan ini meliputi pekerjaan itu sendiri, achievement (prestasi), kemungkinan untuk berkembang, tanggung jawab, kemajuan dalam jabatan, dan pengakuan. Motivators inilah yang akan memberikan kepuasan kerja. (Anoraga, 1992).
Siagian (1995), menerangkan bahwa dalam usaha mengembangkan
seseorang dari pekerjaannya ?” Herzberg yakin bahwa hubungan antara
seseorang dengan pekerjaannya sangat mendasar dan karena itu sikap
seseorang terhadap pekerjaannya itu sangat mungkin menentukan keberhasilan
dan kegagalannya. Hasil penelitian Herzberg yang menarik adalah bahwa bila
para karyawan merasa puas dengan pekerjaannya, kepuasan itu didasarkan
faktor-faktor yang bersifat intrinsik seperti keberhasilan mencapai sesuatu
pengakuan yang diperoleh, sifat pekerjaan yang dilakukan, rasa tanggung-
jawab, kemajuan dalam karier, pertumbuhan profesional dan intelektual yang
dialami oleh seseorang. Sebaliknya apabila para karyawan merasa tidak puas
dengan pekerjaannya, ketidakpuasan itu pada umumnya dikaitkan dengan
faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik, artinya bersumber dari luar diri
karyawan yang bersangkutan, seperti: kebijakan organisasi, pelaksanaan
kebijakan yang ditetapkan, supervisi oleh manajer, hubungan interpersonal
dan kondisi kerja (Siagian, 1995).Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh terhadap motivasi kerja meliputi 2 hal, yaitu:
1. Intrinsik : yang berasal dari dalam diri seseorang dan berkaitan dengan isi pekerjaan, seperti tuntutan terhadap kebutuhan, tujuan pribadi, sikap dan kemampuan, rasa tanggungjwab, dll
2. Ekstrinsik : yang berasal dari luar, seperti suasana kerja, gaji dan upah, hubungan inter personal, kebijakan organisasi, dll.
C. Persahabatan
1. Pengertian Persahabatan
Persahabatan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerjasama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Istilah persahabatan menggambarkan suatu hungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan, dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruisme (Wikipedia) Dalam persahabatan ada empat aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu saling menjaga, mendukung, loyal, dan menaruh prioritas yang tinggi pada minat individu yang lain. Hal ini mengacu pada dua bentuk yang lebih spesifik pada bentuk umum apa yang individu harapkan ketika mempunyai teman dan peran persahabatan yang diinginkan (Duck , 1991).
Menurut Davis dan Todd (Duck, 1991), dalam persahabatan terdapat sikap jujur terhadap sahabatnya, mau menunjukkan berbagai rahasia dan masalah-masalahnya, memberikan bantuan saat dibutuhkan, percaya pada sahabatnya, mau menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas bersama, dan adanya sikap saling menghargai di antara mereka.
Pendapat lain mengenai persahabatan juga dikemukakan oleh Wright (Duck, 1991). Beliau menekankan pada voluntary interdependence atau saling ketergantungan yang sukarela. Seseorang dapat dengan bebas memilih untuk bersama dalam suatu hubungan. Beliau juga menekankan pada bagaimana kita
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
persahabatan adalah suatu hubungan timbal balik antar individu yang didasari
rasa sukarela, di mana hubungan ini didasari terutama oleh minat dan hasrat
dan bukan oleh suatu keinginan untuk mencari keuntungan.Ada perbedaan yang cukup signifikan antara teman dengan sahabat.
Perbedaan ini memang sulit untuk diamati. Ahmadi (1991) mengemukakan
beberapa elemen pokok yang ada dalam persahabatan yang membedakannya
dengan pertemanan.a) Dalam persahabatan terdapat rasa saling menghargai satu sama lain.
Sumber timbulnya hubungan persahabatan adalah rasa saling menyukai dan memelihara hubungan dan bukan saling mencari keuntungan.
b) Persahabatan sebagai sebuah suatu hubungan pribadi lebih menekankan
pada kualitas yang objektif satu sama lain, bukan pada hal-hal yang sifatnya lahiriah. Dalam persahabatan, penekanan lebih pada pribadi orang lain dan bukan pada apa yang dimiliki orang lain tersebut.
c) Dalam persahabatan orang bersikap atas dasar rasa suka serta keinginan
diantara mereka. Hubungan persahabatan memiliki kebebasan untuk saling memberi tanpa adanya harapan untuk memperoleh imbalannya.
d) Orang saling bersahabat karena keunikkannya, dan ini sulit digantikan
oleh orang lain. Persahabatan tidak begitu saja dapat diputuskan karena telah ditemukannya sahabat yang lebih baik. Persahabatan selaluPerbedaan kualitatif antara persahabatan dan hubungan teman biasa yang penting menurut Ahmadi (1991):
a) Persahabatan dan hubungan teman biasa memerlukan sifat sukarela, tetapi
kepuasan dalam persahabatan ini lebih penting. Persahabatan sifatnya sukarela, sedangkan keinginan untuk berteman tidak selalu bersifat sukarela.b) Hubungan teman biasa tidak memiliki cita rasa keunikan dan individualitas yang merupakan ciri persahabatan. Kita berteman dengan tetangga kita tetapi tidak semuanya menjadi sahabat kita.
c) Persahabatan dan hubungan teman biasa berbeda dalam hal keakraban atau
keintiman di antara anggotanya. Hubungan pershabatan melibatkan suatu tingkat keintiman sedangkan hubungan teman biasa tidak melibatkan keintiman.d) Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup. Hubungan teman biasa merupakan pendahuluan atau titik awal persahabatan.
2. Aspek – Aspek yang membentuk persahabatan
Dari definisi persahabatan tersebut, dapat disimpulkan aspek - aspek yang membentuk persahabatan, yaitu : a) Saling memperhatikan Berupa mengerti kebutuhan temannya, mendengarkan, membantu memecahkan masalah, mau mengerti perasaannya. b) Saling menghargai Berupa menerima pendapat sahabatnya walaupun berbeda dengan pendapatnya sendiri, menerima dan penuh perhatian terhadap ide sahabatnya walaupun ada perbedaan dengan dirinya sendiri.
c) Saling mempercayai Berupa tidak akan menceritakan kepada orang lain rahasia yang dipercayakan kepada dirinya, tidak mengingkari janji, tidak mencampuri urusan pribadi dan berbohong.
d) Hubungan timbal-balik Hubungan timbal balik berarti seorang sahabat mau melakukan sesuatu bagi sahabatnya sebagai balas budi atas bantuan sahabatnya.
D. Hubungan Antara Persahabatan Dengan Motivasi Kerja
Pekerjaan adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan komunitas. Organisasi-organisasi kerja membentuk komunitas dan,
sebaliknya, mereka dibentuk oleh komunitas. Lebih jauh, kehidupan pekerjaan
kita diatur dengan banyak cara untuk memenuhi kebutuhan kita akanpersahabatan, prestasi, dan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang positif.
(Warr & Wall, 1975). Bagi sementara orang, bekerja merupakan sarana untuk
menuju kearah terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperolehkekuasaan dan menggunakan kekuasaan itu pada orang lain. Pada pokoknya,
kerja itu merupakan aktivitas yang memungkinkan terwujudnya kehidupan
Pendapat ini sejalan dengan teori Maslow mengenai kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi atau kebutuhan untuk memiliki dan cinta. Menurut
Maslow, seorang individu dapat menggabungkan diri dengan suatu kelompok
atau perkumpulan, menerima nilai-nilai dan sifat-sifat atau memakai pakaian
seragamnya dengan maksud supaya merasakan perasaan memiliki. Mereka
memuaskan kebutuhan-kebutuhan akan cinta dengan membangun suatu
hubungan akrab penuh perhatian dengan orang lain atau dengan orang-orang
pada umumnya, dan dalam hubungan ini, memberi dan menerima cinta adalah
sama penting (Schultz, 1991). Hubungan akrab dan penuh perhatian atas dasar
saling memberi dan menerima cinta inilah yang dapat disebut persahabatan.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Maslow yang lain mengenai sifat khusus
pengaktualisasian diri, yaitu mengenai hubungan antar pribadi. Menurut
Maslow, pengaktualisasi-pengaktualisasi diri mampu mengadakan hubungan
yang lebih kuat dengan orang lain daripada orang yang memiliki kesehatan
jiwa yang biasa. Mereka mampu memiliki cinta yang lebih besar dan
persahabatan yang lebih dalam (Schultz, 1991).Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persahabatan masuk
dalam tingkat kebutuhan untuk dicintai dan disayangi dalam hierarki
kebutuhan Maslow. Dari sini dapat dikatakan juga ketika persahabatan dapat
terwujud, seseorang sudah memenuhi kebutuhannya untuk dicintai dan
disayangi. Hal ini membawa kita pada pemahaman selanjutnya bahwa ketika
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dalam hirarki kebutuhan
Maslow, yaitu kebutuhan untuk dihargai.Kebutuhan akan penghargaan dibedakan menjadi dua oleh Maslow,
yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain dan penghargaan dari diri
sendiri. Penghargaan dari luar dapat diperoleh berdasarkan reputasi, status,
polpularisme, prestasi, atau keberhasilan dalam masyarakat. Sementara
penghargaan dari diri sendiri diperoleh dari keyakinan diri dan pengetahuan
yang baik mengenai diri sendiri (Schultz, 1991). Dari sini dapat disimpulkan
bahwa prestasi dan keberhasilan dalam pekerjaan termasuk dalam kebutuhan
akan penghargaan dalam teori kebutuhan Maslow. Kembali pada pembahasan
di atas, dapat disimpulkan pula bahwa orang akan termotivasi untuk