HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH

  

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU

BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH

Studi Kasus Pada

Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh :

  

Ignatius Tri Harso Cahyono

021334045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU

BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH

Studi Kasus Pada

Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh :

  

Ignatius Tri Harso Cahyono

021334045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini Ku persembahkan untuk:

  1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah dan rahmat-Nya

  2. Alm. Ibu Lidwina Rumini

  3. Ayahku Thomas Sapari

  

4. Kakak-kakakku, A. Tri Hasworo, A. Tri Hardani, R. Tri

Hartati, dan R. Tri Hardono

  

5. Adik-adikku, M. R. Tri Wayan S. dan A. Hella Tri Handoko

  6. Keponakanku Avilla dan Lusi

  7. Saudara-saudaraku yang telah membantu perjuangan ini

  8. Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku : Universitas Sanata Dharma

  

MOTTO

“Mengejar kebebasan dan dunia pilihanmu.Jika mimpi tanpa

akhir adalah penuntunmu, dan mengambilnya merupakan

wujud kepercayaan”

“Kerjakanlah pekerjaan yang membawa berkah bagimu dan

orang lain”

   

   

  

ABSTRAK

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR

MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH

  Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  Ignatius Tri Harso Cahyono Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2010

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan kecerdasan emosional dengan stres kuliah; (2) hubungan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah; (3) hubungan kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah.

  Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada bulan Oktober 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jumlah sampel dalam penelitian ini 212 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive

  

sampling . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik

analisis data menggunakan korelasi product moment.

  Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan stres kuliah (r = 0,084; t hitung = 0,258 < t tabel = 1,6534); (2) tidak ada hubungan yang negatif dan signifikan antara perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah (r = 0,175; t = 0,018 < t =

  hitung tabel

  1,6534); (3) tidak ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah (r = 0,176; F hitung = 2,847 < F tabel = 3,0464).

  

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’S EMOTIONAL

  

INTELLIGENCE AND LEARNING BEHAVIOR AND STUDENT’S

DEPRESSION

  A Case Study of Students of Accounting Faculty of Education Sanata Dharma University

  Yogyakarta Ignatius Tri Harso Cahyono

  Sanata Dharma University Yogyakarta

  2010 The objectives of this research are to find out the relationship between: (1) emotional intelligence and student’s depression; (2) student’s learning behavior and student’s depression; (3) student’s emotional intelligence and learning behavior and student’s depression.

  The research was conducted at Sanata Dharma University Yogyakarta in October 2008. The population of the research was the students of Accounting, the Department of Education. The samples were 212 students. The technique of taking samples was purposive random sampling. The data collection was questionnaire. The data analysis was product moment correlation.

  The results of the research show that: (1) there isn’t any significant relation between intelegence and student’s depression (r = 0,084; t count = 0,258 < t = 1,6534); (2) there isn’t any significant relation between learning behavior

  table

  and student’s depression (r = 0,175; t touch = 0,018 < t table = 1,6534); (3) there isn’t any significant relation between student’s emotional intelligence and learning behavior and student’s depression (r = 0,176; F hit = 2,847 < Ft able = 3,0464).

   

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberi saran,

  5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., M.Pd. dan Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji.

  6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan pengalaman dan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.

  7. Semua karyawan di Sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala keramahannya membantu penulis selama kuliah.

  8. Ayahku Thomas Sapari dan Alm Ibu tercinta Lidwina Rumini, yang telah memberi dukungan doa, materi dan kasih sayang.

  9. Kakak-kakakku (A. Tri Hasworo, A. Tri Hardani, R. Tri Hartati dan R. Tri Hardono) dan adik-adikku (M. R. Tri Wayan dan A. Hella Tri Handoko) yang telah memberikan dukungan materi dan doa.

  10. Seluruh keluarga besar Universitas Sanata Dharma dan mahasiswa- mahasiswi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah menyediakan waktu dan tempat untuk penelitian.

  11. Teman-teman seangkatan 2002 Wiwin, Yosep Wisnu, Gregorius Kia, Dita, Dewi, Valentinus Hari, Heribertus Ratna, Chandra dan semuanya.

  12. Ig. Hendra Kusuma Pendidikan Sejarah 2005 terimakasih atas dukungan dan doa serta pinjaman printnya.

  13. Heribertus Bowo Kuncoro terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.

  14. Anditia Sukarno Prabowo dan seluruh keluarga besar Rumah Sate Palagan trimakasih atas dukungan dan doanya.

  15. Buat bapak-bapak dan teman-teman komunitas parkiran Universitas Sanata Dharma, terimakasih untuk dukungannya selama ini.

  16. Hari T2net trimakasih atas bantuanya selalu memperbaiki computer tuaku.

  17. Rekan-rekan KSR PMI Cabanga Sleman, rekan-rekan mudika St. Thomas dan rekan-rekan pemuda terimakasih atas doa dan dukungannya.

  18. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

  Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

  Yogyakarta, 19 Maret 2010 Penulis

  Ig. Tri Harso Cahyono

  DAFTAR ISI

  4 E. Manfaat Penelitian ............................................................

  9 1. Pengertian Belajar .........................................................

  8 B. Perilaku Belajar Mahasiswa...............................................

  6 2. Dimensi Kecerdasan Emosional ....................................

  6 1. Pengertian Kecerdasan Emosional ................................

  6 A. Kecerdasan Emosional... ....................................................

  5 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .........................................................

  4 D. Tujuan Penelitian ..............................................................

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  3 C. Rumusan Masalah .............................................................

  1 B. Batasan Masalah ...............................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................

  KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ……........................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ……................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ……........................................................................... xvi BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................

  ABSTRACT ……............................................................................................. ix

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ....................................... vii ABSTRAK …… ............................................................................................. viii

  9

  3. Perilaku Belajar .............................................................

  13 C. Pengertian Stres..................................................................

  15 1. Tipe Stres Psikologi ......................................................

  17 2. Indikator Stres ...............................................................

  18 3. Pengelolaan dan Penanggulangan Stres ........................

  18 4. Stres Kuliah ...................................................................

  20 D. Kerangka Berpikir..............................................................

  21 E. Rumusan Hipotesis ............................................................

  23 BAB III : METODE PENELITIAN.........................................................

  24 A. Jenis Penelitian...................................................................

  24 B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................

  24 C. Subjek dan Objek Penelitian .............................................

  25 D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel .............

  25 E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ..................

  26 F. Teknik Pengumpulan Data ................................................

  31 G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ......................................

  31 H. Teknik Analisa Data ..........................................................

  36 BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .............................

  41 A. Deskripsi Data....................................................................

  41 B. Analisis Data .....................................................................

  44 C. Uji Hipotesis .....................................................................

  45 D. Pembahasan .......................................................................

  49 BAB V : KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ..............

  56 A. Kesimpulan ........................................................................

  56 B. Keterbatasan Penelitian .....................................................

  57 C. Saran-saran ........................................................................

  57 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

  59 LAMPIRAN …………....................................................................................

  61

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional ..........................

  27 Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Perilaku Belajar .....................................

  28 Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Stres Kuliah ...........................................

  30 Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Kecerdasan Emosional ..........................

  32 Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Perilaku Belajar Mahasiswa...................

  33 Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Stres Kuliah ...........................................

  33 Tabel 4.1 Deskripsi Kecerdasan Emosional ....................................................

  41 Tabel 4.2 Deskripsi Perilaku Belajar Mahasiswa ...........................................

  42 Tabel 4.3 Deskripsi Stres Kuliah ....................................................................

  43 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas ............................................................

  44 Tabel 4.5 Sumbangan Relatif dan Efektif .......................................................

  48

  

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel I : Kuesioner ................................................................................

  61 Tabel II : Validitas dan Reliabilitas ........................................................

  66 Tabel III : Data Penelitian ........................................................................

  69 Tabel IV : Output SPSS ............................................................................

  89 Tabel V : PAP II ......................................................................................

  94 Tabel VI : Sumbangan Efektif dan Relatif ...............................................

  69 Tabel VII : Tabel F dan t ........................................................................... 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu pasti pernah mengalami kebosanan. Biasanya rasa

  bosan ditandai dengan kelelahan, miskin kreativitas, hilangnya minat suatu hal yang dulu disukai, lesu, malas, tertekan, dan berbagai perasaan yang tidak enak yang apabila tidak ditangani dengan cepat akan dapat menyebabkan individu tersebut mengalami stres atau bahkan akan mengalami depresi yang akan mengganggu kondisi kejiwaan individu tersebut.

  Siapapun dapat mengalami stres, tak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa terkadang merasa bosan dan tertekan dalam menjalankan proses perkuliahan.

  Banyak mahasiswa menganggap bahwa dosen merupakan sumber pengetahuan yang utama sehingga catatan kuliah merupakan satu-satunya sumber pengetahuan. Kesalahan mempersepsikan arti kuliah inilah yang dapat menimbulkan frustasi mahasiswa sehingga menyebabkan stres dalam kuliah (http://suwarjono.com/upload/perilaku-belajar-di-perguruan-tinggi.pdf).

  Ada beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan tinggi atau rendahnya tingkat stres. Faktor tersebut diantaranya kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa. Menurut Goleman dalam (Nugraheny, 2003:14), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengatur diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain secara efektif. Kecerdasan emosional dengan demikian merupakan kemampuan mengelola perasaan, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi rasa frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerjasama dengan orang lain. Semakin tinggi kecerdasan emosional seorang mahasiswa diduga semakin rendah tingkat stres dalam menempuh kuliah. Kecerdasan emosional bertujuan membentuk pribadi bijaksana, tidak emosional, memiliki ketrampilan komunikasi atau interaksi sosial yang tinggi. Seorang mahasiswa dapat memanajemen waktu dan tugasnya. Untuk menyelesaikan tugas- tugasnya mahasiswa mampu berkomunikasi dengan dosen dan mahasiswa- mahasiswa lainya. Pendidikan kepribadian membantu membentuk sikap atau perilaku dan pandangan hidup yang positif. Dalam kehidupan sehari-hari, kepribadian yang positif sangat berguna dalam mengurangi stres jika menemui kesulitan dan meningkatkan kemampuan menangkal stres.

  Menurut Suwarjono (http://suwarjono.com/upload/perilaku-belajar-di- perguruan-tinggi.pdf), belajar merupakan kegiatan individual, kegiatan yang sengaja dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu. Belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan di antara berbagai alternatif stratejik untuk mencapai tujuan individual. Kesadaran mengenai hal ini akan menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi yang pada akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang belajar di perguruan tinggi. Belajar di perguruan tinggi terdiri dari kegiatan mengingat, berpikir untuk memahami, menulis atau menyusun suatu pandangan, mengevaluasi atau menganalisis, serta mengambil kesimpulan.

  Dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi ada dua tujuan yang terlibat dan saling mendukung, yaitu tujuan lembaga pendidikan dalam menyediakan sumber pengetahuan dan pengalaman belajar dan tujuan individual mereka yang belajar (mahasiswa). Gejala yang sering dirasakan belajar di perguruan tinggi ini merupakan kebutuhan sosial daripada kebutuhan pengetahuan dan pengalaman belajar. Kesalahan persepsian seperti ini yang akan menghasilkan suatu sikap dan semangat yang jauh dari harapan, sehingga menimbulkan kejenuhan mahasiswa dalam belajar dan dapat menimbulkan stres. Jika stres pada mata kuliah tertentu maka biasanya mahasiswa akan malas untuk kuliah, jarang memperhatikan ketika dosen menerangkan, apalagi timbul stres minat untuk mempelajari mata kuliah tersebut hampir tidak ada. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena perilaku belajar mahasiswa yang salah.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul ”HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN

  PERILAKU BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH”.

  Penelitian ini merupakan studi kasus pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

B. Batasan Masalah

  Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat stres mahasiswa. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasi ke dalam faktor internal dan eksternal mahasiswa. Penelitian ini memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

  1. Apakah ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dengan stres kuliah?

  2. Apakah ada hubungan yang negatif perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah?

  3. Apakah ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah?

  D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan batasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dengan stres kuliah.

  2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang negatif perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah.

  3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dan prestasi belajar mahasiswa dengan stres kuliah.

E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.

  2. Bagi Peneliti Penulis dapat menerapkan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah serta dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

  Puka dalam “Seni Menghadapi Emosi Secara Dewasa” (Vox, 2000:48) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan tegang pada organisme sebagai reaksi yang kuat terhadap pemicu yang mempengaruhi fisik individu seperti terlihat dalam tingkah laku lahiriah. Sementara itu arti leksikalis emosi adalah reaksi psikologis (perasaan) yang muncul pada waktu tertentu karena dipengaruhi oleh sesuatu.

  Dalam kamus Bahasa Inggris Oxford (Harmoko, http://www.binuscareer.com/Article.aspx?id=hLO3fqu87k631%2FWL86q Sqg%3D%3D), emosi didefinisikan sebagai keadaan atau pergolakan pikiran, biologis dan psikologis serta serangkaian untuk bertindak.

  Sementara Goleman dalam (Harmoko, http://www.binuscareer.com/ Article.aspx?id=hLO3fqu87k631%2FWL86qSqg%3D%3D), emosi dibagi menjadi: a. Amarah seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati.

  b. Kesedihan, seperti pedih, sedih, depresi berat.

  c. Rasa takut, seperti cemas, takut, gugup, khawatir, waspada.

  d. Cinta, seperti penerimaan, persahabatan, kepercayaan, rasa dekat.

  e. Terkejut, takjub terpana.

  f. Jengkel.

  g. Malu, rasa bersalah.

  Menurut Goleman dalam (Nugraheny, 2003:14), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengatur diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain secara efektif yang terdiri dari empat kemampuan mendasar: a. Kesadaran diri, kemampuan untuk membaca dan memahami emosi-emosi diri sendiri serta mengenal pengaruhnya.

  b. Kontrol diri, kemampuan untuk menjaga agar emosi dan kata hati yang mengganggu tetap terkontrol.

  c. Empati, kemampuan merasakan emosi orang lain.

  d. Kemampuan sosial, sebagai pendorong atau motivasi.

  Kecerdasan emosional menurut Cooper (1998:XV) dalam Harmoko (http://www.binuscareer.com/Article.aspx?id=hLO3fqu87k631 %2FWL86qSqg%3D%3D) adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Sedangkan John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire dalam Harmoko (http://www.binuscareer.com/Article.aspx?id=hLO3fqu87k631%2FWL86 qSqg%3D%3D) mendefinisikan kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi sendiri.

  Goleman mengungkapkan perbedaan antara kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan kognitif murni atau kemampuan dasar. Sedangkan kecerdasan emosional kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, mengelola emosi. Kecerdasan emosional dapat dipelajari, dilatih, dan bisa dikembangkan itu merupakan proses yang memerlukan waktu, ketekunan, semangat tinggi dan keberanian untuk mencoba. Kecerdasan emosional merupakan jembatan antara apa yang kita ketahui, dengan apa yang kita lakukan. Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil melakukan apapun yang kita ketahui benar.

  Unsur-unsur yang berkaitan dengan kecerdasan emosional menurut Goleman (1999:274) meliputi:

  a. Keyakinan Perasaan kendali dan penguasaan seseorang terhadap tubuh, perilaku, dan dunia.

  b. Rasa Ingin Tahu Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu itu bersifat positif dan menimbulkan kesenangan.

  c. Niat Hasrat dan kemampuan untuk berhasil dan untuk bertindak berdasarkan niat itu dengan tekun, ini berkaitan dengan perasaan terampil, perasaan efektif.

  d. Kendali Diri Kemampuan untuk menyesuaikan dan mengendalikan tindakan dengan pola yang sesuai dengan usia, suatu rasa, kendali batiniah.

  e. Keterkaitan Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain berdasarkan pada perasaan saling memahami.

  f. Kecakapan Berkomunikasi Keyakinan dan kemampuan verbal untuk bertukar gagasan, perasaan, dan konsep dengan orang lain.

  g. Kooperatif Kemampuan menyeimbangkan kebutuhan sendiri dengan kebutuhan orang lain.

2. Dimensi Kecerdasan Emosional

  Koda dalam “Membedah Dinamika Emosi Sebagai Struktur Logis- Ilmiah” (Vox, 2000:90) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kesanggupan manusia dalam menjangkau lima “kawasan” yang paling a. Mengenal emosi diri. Pemahaman terhadap perasaan yang sedang berlangsung adalah dasar kecerdasan emosional. Dengan kontinuitas proses pemahaman terhadap gejolak perasaan, individu dimungkinkan untuk menjangkaui wawasan psikologi dan pemahaman diri, sekaligus pembebasan individu dari belenggu perasaan. Proses ini akan bermuara pada tercetusnya keputusan– keputusan yang efektif.

  b. Mengelola emosi. Kesadaran diri merupakan dimensi penentu bagi penanganan perasaan agar dapat menjelma secara memadai. Pada individu yang gagal mengelola emosinya, akan terjadi pertarungan yang tak berkesudahan melawan emosinya sendiri.

  c. Memotivasi diri sendiri. Penataan emosi yang memadai merupakan sarana untuk memotivasi diri dan menguasai diri, serta untuk bereaksi secara wajar. Kemampuan demikian memperbesar peluang produktivitas dan efektivitas kerja dalam berbagai bidang.

  d. Mengenali emosi orang lain. Kesadaran emosional yang merupakan landasan sikap empati, mengandung kemampuan menangkap pesan–pesan sosial yang tersembunyi, yang menginformasikan kebutuhan dan kehendak orang lain. .

  e. Membina hubungan Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Berbekal kemampuan ini, seseorang akan terbantu dalam meraih popularitas, sukses dalam memimpin dan relasi antar pribadi.

B. Perilaku Belajar Mahasiswa

1. Pengertian Belajar

  Setiap orang pernah belajar walaupun dalam mendapatkan pendidikan berbeda-beda berdasarkan kondisi setiap orang. Seseorang dikatakan telah belajar bila di dalam dirinya telah mengalami perubahaan tertentu, misalnya seseorang yang semula tidak bisa membaca dan menulis menjadi atau dapat membaca dan menulis. Hal tersebut bisa dikatakan hasil dari belajar.

  Belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan dalam mencapai tujuan individual. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa individual. Konsep atau pengertian belajar sangat beragam dan tergantung dari sisi pandang dari setiap orang yang mengamatinya.

  Menurut Purwanto (1986:45) dalam (http://id.wikipedia.org/ wiki/Prestasi-belajar), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamanya. Morgan (1978) dalam (http://id.wikipedia.org/ wiki/Prestasi-belajar) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahaan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi dari suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sementara Surachmad (1982:10) dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Prestasi-belajar) menyatakan belajar itu merupakan satu proses dalam diri manusia jasmani maupun rohani dan melahirkan perubahan sebagai hasil dari proses.

  Menurut WS. Winkel (1989:36), belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap. Belajar secara tradisional seperti dikemukakan oleh Nasution dalam (Roestivan, 1982:149) dinyatakan sebagai kegiatan untuk menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Pendapat tersebut dalam praktek sangat banyak dianut di perguruan tinggi atau sekolah yang mana seorang dosen atau guru berusaha memberi ilmu sebanyak mungkin dan mahasiswa atau murit giat untuk mengumpulkanya. Di sini sering terlihat bahwa belajar itu disamakan dengan menghafal.

  Sedangkan menurut Lester dan Alice dalam (Roestiva, 1982: 149), belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap.

  Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar disini merupakan suatu proses dimana dosen atau guru terutama melihat apa yang terjadi selama mahasiswa atau murit menjalani pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan.

  Menurut teori Gagne dalam (Roestivan, 1982:156), belajar memuat dua definisi, antara lain: a. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

  b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Mahasiswa yang mengalami proses belajar supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya itu. Adapun faktor-faktor belajar itu dapat digolongkan sebagai berikut (Roestivan, 1982:159): a. Faktor internal ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri.

  Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya. Faktor ini berwujut juga sebagai kebutuhan dari anak itu.

  b. Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak.

  Seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.

2. Aspek Belajar

  Menurut Suwarjono (http://suwarjono.com/upload/perilaku- belajar-di-perguruan-tinggi.pdf), kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan pengetahuan atau keterampilan. Pemahaman dan persepsi mengenai hubungan ketiga faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan proses belajar. Kuliah merupakan kegiatan yang membedakan pendidikan formal dan non formal. Pemahaman akan hal ini akan mempengaruhi sikap dan semangat mahasiswa dalam menjalani proses belajar. Hal-hal yang harus dipahami dalam belajar, yaitu (Suwarjono, http://suwarjono.com/upload/perilaku-belajar-di-perguruan- tinggi.pdf): a. Makna Kuliah

  Kuliah adalah bentuk unit kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi, kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan ilmu pengetahuan. Kuliah diartikan sebagai forum konfermasi mahasiswa terhadap pengetahuan.

  b. Pengalaman Belajar atau Nilai Nilai yang diperoleh peserta didik mempunyai fungsi ganda, sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah dan sebagai alat evaluasi keberhasilan mata kuliah itu sendiri. Dalam hal-hal tertentu, nilai yang diperoleh mahasiswa memang merupakan indikator kesuksesan mahasiswa dalam menempuh kuliah tetapi mungkin bukan merupakan ukuran keberhasilan pencapaian tujuan atau sasaran pengajaran mata kuliah dalam mengubah pengetahuan, perilaku atau kepribadian mahasiswa termasuk penalaranya. Biasanya mahasiswa belajar untuk mencari nilai bukan untuk mencari ilmu. Persepsi mahasiswa yang keliru mengenai hal ini akan menyebabkan mahasiswa merasa frustasi dalam menjalankan proses belajar.

  c. Konsepsi Tentang Dosen Dalam proses belajar mengajar yang efektif dosen semestinya harus dipandang sebagai manajer kelas dan merupakan nara sumber proses belajar mengajar. Dosen menetapkan sumber pengetahuan apa saja yang harus dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa dalam bentuk silabus, mahasiswa menjalani proses belajar tersebut dan dosen mengendalikan proses belajar mahasiswa. Pada kenyataan mahasiswa menganggap bahwa dosen merupakan sumber pengetahuan yang utama. Mahasiswa malas membaca artikel, hasil penelitian, dan buku-buku yang terkait dalam program belajar yang harus dipelajari.

  d. Kemandirian Dalam Belajar Kemandirian harus dimulai sejak pertama kali mahasiswa keyakinan bahwa sumber utama pengetahuan adalah buku, artikel, dan hasil penelitian. Gejala yang dirasakan proses belajar yang sekarang belum bisa dipandang sebagai proses belajar yang mandiri. Hal ini ditunjukkan oleh adanya kecenderungan mahasiswa untuk mengoptimalkan dirinya dengan menerima apa saja yang diajarkan. Akibatnya ada ketidak mampuan mahasiswa dalam mengungkapkan gagasanya dan ketidak mampuan mahasiswa menemukan satu gagasan dan masalah untuk bahan penulisan skripsi atau penulisan lainya.

  e. Konsep Memiliki Buku Buku merupakan sumber pengetahuan sehingga buku tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Kurangnya mahasiswa untuk membeli buku karena mahasiswa menganggap dosen merupakan sumber pengetahuan yang utama. Maka dari itu ketika mahasiswa mendapat tugas sering mengeluh mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena mereka kurang membaca buku dan artikel sehingga tugas-tugas kuliah dianggap suatu beban yang berat.

  f. Kemampuan Berbahasa Penguasaan bahasa yang memadahi baik struktur maupun kosakata sangat membatu seseorang untuk mengekpresikan gagasan dan perasaan atau mendiskripsikan masalah secara cermat. Kurangnya kemampuan dalam berbahasa Indonesia secara ilmiah akan mengakibatkan mahasiswa sering mengeluh bahwa mereka sukar untuk memahami suatu buku meskipun buku tersebut ditulis dalam bahasa Indonesia sehingga sering terjadi kesalahan persepsi.

3. Perilaku Belajar

  Belajar adalah kegiatan yang sengaja dipilih secara sadar oleh setiap individu, karena seseorang mempunyai tujuan individu tertentu.

  Kesadaran mengenai hal ini sangat menentukan sikap dan pandangan belajar, yang akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang akan belajar. Menurut Suwarjono (http://www.com/upload/perilaku-belajar-di- perguruan-tinggi.pdf), perilaku belajar yang baik mencakup: a. Kebiasaan mengikuti kuliah Mahasiswa kebanyakan hanya datang, duduk, dengar dan catat.

  Kuliah adalah bentuk kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi. Kuliah sebagai forum untuk mendiskusikan pengetahuan. b. Kebiasaan memantapkan kuliah Proses belajar merupakan kegiatan yang terencana dan kuliah merupakan kegiatan untuk memperkuat pemahaman materi pengetahuan sebagai hasil kegiatan mandiri. Pada awal temu kelas mahasiswa telah menyiapkan diri sebelumnya. Sehingga mahasiswa telah memiliki bekal sebelumnya, dengan demikian fungsi kuliah menjadi sarana untuk lebih memahami apa yang sebelumnya meragukan.

  c. Kebiasaan membaca buku Buku adalah sumber pengetahuan yang harus dibaca yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Maka dari itu ketika mahasiswa mendapat tugas mereka sering mengeluh mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena mereka kurang membaca buku dan artikel sehingga tugas-tugas kuliah sering dianggap suatu beban.

  d. Kebiasaan menyiapkan karya tulis Wawasan dan pengalaman dosen didapat karena mereka telah mengalami proses belajar dan pergaulanya dengan para praktisi atau karena riset atau penelitian yang dilakukan. Mahasiswa yang sudah terbiasa menyerap pengetahuan yang telah dikunyahkan dosen tanpa masalah dan kontroversi. Tiba-tiba mahasiswa harus menguyah sendiri pengetahuan yang didapat dan harus menghadapi masalah dan kontroversi, serta harus menemukan satu gagasan dan masalah. Dengan demikian pengetahuan mahasiswa akan berkembang.

  e. Kebiasaan menghadapi ujian Nilai yang diperoleh peserta didik sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah itu sendiri. Bagi mahasiswa yang mempunyai tujuan individu yang jelas, tentu bukan nilai yang menjadi tujuan tetapi nilai merupakan konsekuensi dari proses belajar yang dilakukanya. Maka dari itu mahasiswa harus selalu belajar dan bukanya belajar pada waktu mau menghadapi ujian saja.

  Kesalahan akan perilaku belajar inilah yang dapat menyebabkan mahasiswa stres dalam kuliahnya. Akibatnya semangat belajar akan menurun dan secara emosional mahasiswa kehilangan motivasi untuk belajar serta menurunya rasa percaya diri mahasiswa untuk kuliah. Situasi seperti inilah yang dapat menimbulkan kebosanan mahasiswa dalam mengikuti aktivitas kuliah dan membuat mahasiswa tertekan dalam kuliahnya sehingga dapat menyebabkan mahasiswa stres dalam kuliah.

C. Pengertian Stres

  Stres banyak digunakan untuk menjelaskan tentang sikap atau tindakan individu yang dilakukanya apabila ia menghadapi suatu tantangan dalam hidupnya dan dia gagal memperoleh respon dalam menghadapi tantangan itu. Terjadinya proses stres didahului adanya sumber stres (stresor) yaitu setiap keadaan yang dirasakan orang mengancam dan membahayakan dirinya.

  Pengertian stres menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor- faktor luar, stres berarti juga ketegangan. Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis (http://id.wikipedia.org/wiki/Stres).

  Stresor adalah rangsangan eksternal ataupun internal yang memunculkan gangguan keseimbangan pada individu. Secara sederhana istilah stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu dituntut berespon adaptif. Stres menuntut pola respon individu, karena peristiwa, rangsangan atau hal yang mengganggu keseimbangannya. Stres merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan stres merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Walaupun cukup mengganggu, stres tidak perlu selalu dilihat sebagai hal negatif. Dalam hal tertentu stres memiliki implikasi positif. Eustres adalah stres yang berdampak positif, yaitu keadaan yang dapat memotivasi, berdampak menguntungkan (http://www.pulih.or.id/?lang=&page=self&id=113). Stres dapat dialami seseorang apabila : a. Adanya kejadian-kejadian signifikan, misalnya: kematian anggota keluarga, perceraian atau perpisahan, dipecat, gagal melakukan hal penting dan lain sebagainya.

  b. Kesulitan hidup sehari-hari. Kesulitan hidup sehari-hari ternyata tidak dapat dianggap remeh, misalnya: bagaimana memperoleh uang yang cukup, hubungan sosial yang tidak mulus dengan teman ataupun tetangga dan lain sebagainya.

  c. Ciri kepribadian juga dapat berperan. Orang yang sangat menyukai kompetisi, dan menuntut diri maupun orang lain untuk memenuhi standar pencapaian yang tinggi mungkin akan lebih mudah terkena stres yang terkait dengan penyakit.

  d. Faktor situsional juga tidak dapat dilupakan. Bila kita diperlakukan diskriminasi atau penuh prasangka karena sesuatu hal yang berbeda dari diri kita, misalnya: agama, jenis kelamin, kelas sosial, etnis dan lain-lain. Kita dapat merasa tertekan dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi atau bekerja secara baik. Menurut Hartono (2007:9), stres diidentifikasikan sebagai reaksi non- spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus stresor). Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sangat individual, sehingga suatu stres bagi seseorang belum tentu sama tanggapanya. Bagi sementara orang, stres dapat menggambarkan keadaan psikis yang telah mengalami berbagai tekanan yang melampoi batas ketahanannya. Sementara orang lain mengatakan stres hanya berhubungan dengan kondisi-kondisi psikologis dan emosi seseorang.

  Menurut Hartono (2007:9), secara umum faktor penyebab stres digolongkan menjadi beberapa kelompok berikut : a. Tekanan fisik : kerja otot atau olah raga yang berat, kerja otak yang terlalu lama dan sebagainya.

  b. Tekanan psikologis : hubungan suami istri atau orang tua anak, persaingan antara saudara atau teman kerja, hubungan sosial lainya, c. Tekanan sosial ekonomi : kesulitan ekonomi, rasialisme, dan sebagainya.

1. Tipe Stres Psikologis

  Orang berespon terhadap stres secara keseluruhan, sehingga tidak dapat membedakan bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi bakteri akan berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula stres psikologis, misalnya kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik (http://www.pulih.or.id/?lang=&page=self&id=113). Meski demikian dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis, yang sering terjadi bersamaan.

  a. Tekanan. Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi seseorang bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak luar.

  b. Konflik. Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan. 1) Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang mahasiswa yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk. 2) Konflik mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkanya. Misalnya ada acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat yang sama ada film sangat menarik untuk ditonton. 3) Konflik mendekat menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi dimana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh bertanggung jawab. Di sisi lain ada tuntutan finansial, waktu, dan lain sebagainya.

  c. Frustasi. Frustasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaianya.

  1) Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami

  2) Bila kita dalam keadaan terdesak dan buru-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu, misalkan jalanan macet kita juga dapat merasakan frustasi. 3) Bila kita sangat memerlukan sesuatu, (misalkan lapar dan membutuhkan makanan) dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustasi.

  2. Indikator Stres

  Stres dapat menampilkan diri melalui berbagai gejala (http://www.pulih.or.id/?lang=&page=self&id=113), seperti:

  a. Yang paling umum adalah meningkatnya kegelisahan, ketegangan, kecemasan.

  b. Seseorang mengalami sakit kepala, atau sakit fisik lain.

  c. Ketegangan otot, gangguan tidur, meningkatnya tekanan darah dan detak jantung.

  d. Perubahan perilaku: individu menjadi tidak sabar, lebih cepat marah, perubahan pola makan (kehilangan selera atau bahkan terus menerus makan).

  e. Kelelahan, kondisi fisik menurun.

  f. Merasa frustasi, tak berdaya, menjadi depresi.

  g. Masalah atau gangguan hubungan sosial dengan teman atau orang lain: curiga, cepat tersinggung, sering berbeda pendapat atau berselisih paham dan lain sebagainya.

  3. Pengelolaan dan Penanggulangan Stres

  Pengelolaan dan penanggulangan terhadap stres setiap orang berbeda-beda. Namun tujuan pengelolaan dan penanggulangan stres memiliki maksud yang sama yaitu menghilangkan perasaan tidak enak yang dirasakan sebagai akibat stres. Hartono (2007:18) mengatakan bahwa usaha pengelolaan dan penanggulangan stres menurut sifatnya dibagi tiga, yaitu : a. Psikologis, melalui pendidikan kepribadian untuk mengubah pengertian (persepsi) dan pandangan hidup; latihan relaksasi; serta psikoterapi.

  b. Obat (medis), melalui pemberian obat anti cemas.

  Secara psikologis manusia berespon terhadap stres sesuai dengan persepsi dan proses pembelajaran yang telah diterimanya (http://www.pulih.or.id/?lang=&page=self&id=113).

  a. Menghindari pengembangan mekanisme pertahanan diri yang kaku. Mekanisme ini berkembang saat seseorang menghayati perasaan cemas dan tidak aman, sekaligus memunculkan perasaan bersalah.

  b. Menarik diri atau menghindar bila masalah sudah tidak dapat ditanggulangi. Dilakukan hanya dalam kasus-kasus tertentu saja, dan diterapkan secara sementara.

  c. Melatih asertifitas. Individu dikatakan bersikap asertif bila mampu berhubungan sosial dengan orang lain jujur, menyatakan sikap dan pandangan secara tegas dan terbuka, tetapi juga menghormati orang yang dihadapinya.

  d. Kompromi, negosiasi, dan subtitusi.

  e. Mengubah gaya hidup.

  Menurut Hartono (2007:13) stres sebenarnya reaksi alamiah yang berguna, karena stres merupakan impuls kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan atau problem kehidupan.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA

0 12 12

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

0 3 8

PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi kasus pada mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur).

0 8 110

PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus: Mahasiswa Akuntansi Universitas Kristen Petra Surabaya).

0 0 162

PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus : Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur).

0 2 117

PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus : Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur)

0 0 25

PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus: Mahasiswa Akuntansi Universitas Kristen Petra Surabaya)

0 0 24

PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi kasus pada mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)

0 0 25

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES MAHASISWA DALAM PROSES PENYUSUNAN SKRIPSI - Unika Repository

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES MAHASISWA DALAM PROSES PENYUSUNAN SKRIPSI - Unika Repository

0 0 46