PENGARUH PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI (Studi kasus pada mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur).
“Veteran” Jawa Timur)
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
RAHMAT ADITYA NUGROHO WIBOWO
0913010101/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
TERHADAP STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI
(
Studi kasus pada mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh :
RAHMAT ADITYA NUGROHO WIBOWO
0913010101/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
(Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur)
Disusun Oleh :
Rahmat Aditya Nugroho Wibowo
0913010101/FE/AK
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh
Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 20 JUNI 2013
Pembimbing :
Tim Penguji :
Pembimbing Utama
Ketua
Drs. Ec. Muslimin, M.si
Dr. Hero Priono. SE, M.si, Ak
Sekretaris
Drs. Ec. Muslimin, M.si
Anggota
Drs. Ec. Syarief Hidayat, M.si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dekan Fakultas Ekonomi
(4)
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga penulis berkesempatan
menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula
memungkinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “
PENGARUH
PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI”
(Studi kasus pada mahasiswa
akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)
.
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam
penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang
dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun
sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.
3.
Bapak. Drs. Ec. H. R.A Suwaidi, M.S selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya
(5)
kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat
berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6.
Bapak dan Ibu dosen program studi akuntansi fakultas ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama di bangku kuliah.
7.
Kedua Orang Tua, Bapak H. Priwibowo dan Ibu Hj. Ida Amalia. Serta Adik
yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara
moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu
menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
8.
Sahabat seangkatan dan seperjuangan yang selalu ada disetiap suka dan duka.
Maulana, Trian, Iwan, Alif, Bagus, dan lainnya yg tidak bisa disebutkan
satu-persatu.
9.
Pacar, sahabat, teman, bahkan penyemangat buat penulis. Terutama Fitriyah
yang selalu ada buat penulis.
10.
Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan
skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
(6)
memberikan manfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Surabaya, Juni 2013
(7)
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ………. ... x
DAFTAR LAMPIRAN . ... xi
ABSTRAK . ... xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ...
1
1.2
Rumusan Masalah ...
9
1.3
Tujuan Penelitian ...
9
1.4
Manfaat Penelitian ...
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ...
11
2.2 Landasan Teori ...
15
2.2.1 Akuntansi Keperilakuan ... 15
2.2.1.1. Pengertian Akutansi Keprilakuan ...
15
2.2.1.2. Tujuan Akuntansi Keperilakuan ... 16
2.2.1.3 Ruang Lingkup Akpri ...
16
2.2.2. Perilaku Belajar ... 16
2.2.2.1. Pengertian Perilaku Belajar ... 16
(8)
2.2.3. Kecerdasan Emosional ... 24
2.2.3.1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 24
2.2.3.2. Komponen Kecerdasan Emosional ... 27
2.2.4. Stres Kuliah ... 31
2.2.4.1. Pengertian Stres Kuliah ... 31
2.2.4.2. Penyebab Stres atau Stressor ... 33
2.2.4.3. Dampak Stres . ...
34
2.2.5.
Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Stres Kuliah
Mahasiswa Akuntansi . ...
35
2.2.6.
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kuliah
Mahasiswa Akuntansi . ...
36
2.3. Kerangka Pikir ...
37
2.4. Hipotesis ...
38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39
3.1.1. Definisi Operasional ... 39
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 40
3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 44
3.2.1. Populasi ... 44
3.2.2. Sampel ... 44
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 45
(9)
3.4.1. Uji Validitas ... 46
3.4.2. Uji Reliabilitas . ...
47
3.4.3. Uji Normalitas . ...
47
3.4.4. Uji Asumsi Klasik ... 48
3.4.5. Analisis Regresi Linier Berganda ... 49
3.4.6. Uji Hipotesis ... 50
3.4.6.1. Uji Spesifikasi Model F . ...
50
3.4.6.2. Uji t . ...
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ...
52
4.1.1. Sejarah singkat Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur ...
52
4.1.2. Visi dan Misi ….. ...
54
4.1.2.1. Visi . ...
54
4.1.2.2. Misi . ...
54
4.1.3. Tujuan . ...
54
4.1.4. Lokasi Instansi . ...
55
4.1.5. Para Pimpinan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur . ...
55
(10)
4.2.2. Variabel Kecerdasan Emosional . ...
59
4.2.3. Variabel Stres Kuliah . ...
64
4.3. Uji Kualitas Data . ...
65
4.3.1. Uji Validitas . ...
65
4.3.2. Uji Reliabilitas . ...
75
4.3.3. Uji Normalitas . ...
76
4.4. Uji Asumsi Klasik . ...
77
4.4.1. Multikolinieritas . ...
77
4.4.2. Heteroskedastisitas . ...
78
4.5. Analisis Regresi Linier Berganda . ...
79
4.5.1. Persamaan Regresi . ...
79
4.5.2. Koefisien Determinasi . ...
81
4.5.3. Uji Hipotesis . ...
82
4.5.3.1. Uji Kesesuaian Model F . ...
82
4.5.3.2. Uji t . ...
83
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian. ...
84
4.7. Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian ..
86
4.8. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu . ...
87
4.9. Keterbatasan Penelitian ...
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan dan Saran . ...
92
(11)
(12)
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi pada variabel Perilaku Belajar ...
57
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi pada variabel Kecerdasan Emosional ... 59
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi pada variabel Stres Kuliah ... 64
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas variabel Perilaku Belajar (X1) ... 65
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas variabel Kecerdasan Emosional (X2) ... 68
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas variabel Stres Kuliah (Y)... 75
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 76
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 77
Tabel 4.9 Hasil Nilai VIF ... 78
Tabel 4.10 Hasil Uji Rank Spearman ... 79
Tabel 4.11 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 80
Tabel 4.12 Nilai Koefisien Determinasi (R
2) ... 81
Tabel 4.13 Hasil Uji F ... 82
Tabel 4.14 Hasil Uji t ... 83
(13)
(14)
Lampiran 1 : Kuisioner
Lampiran 2 : Distribusi Frekuensi
Lampiran 3 : Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Belajar
Lampiran 4 : Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kecerdasan Emosional
Lampiran 5 : Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Stres Kuliah
Lampiran 6 : Uji Normalitas pada Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, dan
Stres Kuliah
Lampiran 7 : Uji Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, dan Stres
Kuliah
(15)
“Veteran” Jawa Timur)
Oleh
Rahmat Aditya Nugroho Wibowo
ABSTRAK
Perilaku belajar merupakan dimensi belajar yang dilakukan individu
secara berulang – ulang sehingga menjadi otomatis dan spontan. Dan kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan
kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Sedangkan
stress kuliah adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis
mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 angkatan 2009 yang
berjumlah 146 mahasiswa. Sampel yang digunakan adalah teknik probability
sampling dengan teknik simple random sampling yaitu tenik pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi ini. Data yang dipergunakan adalah data primer. Sedangkan teknik
analisis yang dipergunakan adalah
analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil
analisis kemudian di analisis dengan uji asumsi klasik, uji F, dan uji t.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku belajar dan kecerdasan
emosional berpengaruh positif terhadap stress kuliah para responden. Perilaku
belajar tidak berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah, sedangkan kecerdasan
emosional berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah.
(16)
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Adapun persamaan pada penelitian yang dilakukan pada sekarang
ini dengan penelitian terdahulu adalah dari segi variabel yaitu prilaku
belajar, kecerdasan emosional dan stres kuliah; sedangkan perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah subyek dan obyek
penelitian yang berbeda yaitu pada penelitian terdahulu meneliti
mahasiswa strata satu (S1) progdi akuntansi Universitas kristen Petra,
sedangkan penelitian yang dilakukan sekarang meneliti mahasiswa
akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Oleh
karena itu penelitian sekarang bukan replikai dari penelitian terdahulu.
Sebagai mahasiswa, individu diharapkan mempunyai semangat
hidup tinggi, rasa optimis yang besar, dan motif berprestasi yang tinggi.
Dengan adanya motif berprestasi yang tinggi yang mempunyai sifat-sifat,
seperti selalu berusaha mencapai prestasi optimal, selalu memandang masa
depannya dengan rasa optimis, diharapkan mahasiswa dapat sukses dalam
menjalani kehidupan di perguruan tinggi, dan mempunyai prestasi yang
optimal. Namun demikian, kenyataan yang dihadapi mahasiswa tidak
seperti yang diharapkan. Berbagai masalah dialami mahasiswa dan tidak
sedikit mahasiswa yang mengalami gangguan mental. Cobaan yang
bertubi-tubi seperti ada satu mata kuliah yang telah diulang beberapa kali
(17)
tetapi masih juga belum lulus dapat menyebabkan mahasiswa pesimis
terhadap masa depannya, keinginan untuk semakin surut, yang akhirnya
dapat mempengaruhi motif berprestasinya, sehingga dapat menyebabkan
stres kuliah (Prabandari, 1989: 19).
Selama menuntut ilmu di perguruan tinggi, mahasiswa terkadang
merasa bosan dan tertekan dengan kuliahnya. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan
tinggi yang akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di
perguruan tinggi. Keadaan mahasiswa yang merasa bosan dan tertekan ini
dapat menyebabkan mahasiswa mengalami stres (Marita, dkk., 2008: 1).
Stres merupakan respon terhadap tekanan yang dirasakan
seseorang dalam berbagai situasi sehingga dapat menyebabkan gangguan
psikologis pada diri seseorang. Gangguan psikologis dapat disebabkan
oleh tekanan-tekanan atau beban yang berlebihan dapat pula terjadi dalam
lingkungan perkuliahan di suatu perguruan tinggi (Marita, dkk., 2008).
Belum lama ini terdengar berita mengenai kasus bunuh diri yang
dilakukan oleh beberapa mahasiswa indonesia pada lokasi dan waktu yang
berlainan. Bahkan salah satunya adalah mahasiswa yang menempuh
pendidikan di luar negri. Penyebab dari kasus-kasus bunuh diri tersebut
adalah bahwa mahasiswa yang bersangkutan mengalami stres kuliah.
Menurut data yang dihimpun oleh JPNN.com, pada tanggal 13
september 2011, seorang mahasiswa Fakultas Teknik salah satu perguruan
tinggi swasta di Makassar,bernama Erni Mao hampir mengakhiri hidupnya
(18)
dengan meminum backlin, beberapa saat setelah korban minum backlin
itu, dia pusing dan tidak sadarkan diri di kamar kosnya.
Beruntung, teman kos di salah satu pondok mahasiswi tersebut cepat
diselamatkan teman-temannya dengan membawanya ke RS Ibnu Sina
Makassar. Erni diduga bunuh diri akibat depresi akibat kuliah tak kunjung
selesai, padahal erni sudah menempuh kuliahnya selama eman tahun
(www.JPNN.com)
Di bulan yang sama, yaitu tanggal 13 Februari 2013, seorang
mahasiswi Pertaniaan Universitas Panca Budi Deli Serdang bernama Arta
Boru Tampubolon diduga bunuh diri dengan cara gantung diri di kamar
kos - kosannya. Menurut hasil pemeriksaan, belakangan ini Arta memang
tampak stres karena mencari uang kuliah satu semester yang nunggak.
(www.kompas.com)
Survey Lembaga Independen tentang peringkat kualitas perguruan
tinggi di dunia menunjukkan bahwa hanya terdapat lima universitas di
Indonesia yang berada di peringkat 500 dunia yaitu UI, UGM, ITB, ITS,
dan UNDIP. Hal ini sangat memperihatinkan karena dibanding Malaysia
misalnya, di mana jumlah universitas Malaysia yang masuk 500
top
university
jauh lebih banyak dibanding Indonesia. Fenomena di atas
menunjukkan bahwa kinerja universitas di Indonesia yang merupakan
salah satu lembaga yang berperan penting dalam mencetak sumber daya
manusia sangat tertinggal jauh dibanding negara Malaysia misalnya (Ilyas,
2007: 2).
(19)
Meskipun kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah, tetapi
pertumbuhan perguruan tinggi cukup pesat. Hal ini terbukti dengan banyak
berdirinya perguruan tinggi di 12 kopertis seluruh Indonesia yang sampai
tahun 2005 telah tercatat kurang lebih 1775 perguruan tinggi menurut
Japarianto (2006: 44) yang meliputi:
1.
Seratus dua belas perguruan tinggi negeri yang mencakup Institut
Negeri, Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Politeknik Negeri,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Sekolah Tinggi Negeri
(STN), Universitas Islam Negeri (UIN), Universitas Negeri.
2.
Seribu enam ratus enam puluh tiga perguruan tinggi swasta yang
mencakup Akademik, Sekolah Tinggi, Politeknik, Institut, dan
Universitas.
Dari data tersebut dapat dirinci lebih lanjut bahwa jumlah
perguruan tinggi di Jawa Timur telah tercatat kurang lebih sebanyak 278
perguruan tinggi, yang terdiri dari 16 perguruan tinggi negeri 262
perguruan tinggi swasta. Sedangkan untuk kota Surabaya tercatat ada 278
perguruan tinggi, enam adalah perguruan tinggi negeri dan 49 perguruan
tinggi swasta (Japarianto, 2006: 44).
Perguruan tinggi merupakan jenjang terakhir pengelolaan manusia
dalam pendidikan formal. Dalam proses, terutama setelah pengolahan ini,
individu diharapkan harus sudah memiliki keterampilan dan pengetahuan
memadai sebagai bekal hidup dalam masyarakat, memiliki sikap positif
bagi pengembangan diri lebih lanjut dan sikap menghargai kepentingan
(20)
masyarakat dan kepentingan negaranya. Tujuan perguruan tinggi yang
mengandung unsur-unsur tersebut di atas, merupakan tugas yang cukup
berat bagi individu yang belajar di dalamnya. Hal lain yang lebih
kompleks adalah struktur dan sistem perguruan tinggi serta pendekatan
dan metode belajar mengajar yang kompleks dan berbeda dibanding
pendidikan sebelumnya (Mudjijanti, 2006: 80).
Ada dua tujuan yang terlibat dan saling menunjang dalam proses
belajar mengajar di perguruan tinggi, yang pertama adalah tujuan lembaga
pendidikan dalam menyediakan sumber pengetahuan dan pengalaman
belajar, sedangkan yang kedua adalah tujuan individual mereka yang
belajar (mahasiswa) (El-Qudsy, 2008: 1).
Belajar merupakan hak setiap orang, akan tetapi kegiatan belajar di
suatu perguruan tinggi merupakan suatu hak istimewa karena hanya orang
yang memenuhi syarat saja yang berhak belajar di perguruan tinggi
tersebut. Dengan pengakuan tersebut, harapan adalah bahwa seseorang
yang mengalami proses belajar secara formal akan mempunyai wawasan,
pengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan perilaku tertentu sesuai
dengan apa yang ingin dituju oleh lembaga pendidikan (El-Qudsy, 2008:
1).
Kebiasaan belajar mahasiswa erat kaitannya dengan penggunaan
waktu, baik untuk belajar maupun untuk kegiatan lain yang menunjang
belajar. Belajar yang efisien dapat dicapai apabila menggunakan strategi
yang tepat, yaitu dengan mengatur waktu antara saat mengikuti kuliah,
(21)
belajar di rumah, belajar bersama, dan untuk mengikuti ujian. Dorongan
untuk membiasakan belajar dengan baik perlu diberikan karena akan
mengarah pada suatu pembentukan sikap dalam bertindak (Afifah, 2004:
3).
Akuntansi keperilakuan dalam hal ini sangat berperan penting
dalam hal dorongan untuk membiasakan belajar dengan baik khususnya
bagi mahasiswa akuntansi. Selain itu, akuntansi keperilakuan juga dapat
merancang sistem informasi untuk mempengaruhi motivasi, moral, dan
produktivitas mahasiswa akuntansi. Perilaku belajar mahasiswa akuntansi
dapat dilihat dari kebiasaan mahasiswa akuntansi dalam mengikuti dan
memantapkan pelajaran, kebiasaan membaca buku teks, kunjungan ke
perpustakaan, serta kebiasaan menghadapi ujian (Afifah, 2004: 3).
Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang
memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi
belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang
berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil.
Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal
(IQ) saja, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana
mengembangkan
kecerdasan
hati, seperti
ketangguhan, inisiatif,
optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar
penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang berpendidikan dan tampak
begitu menjanjikan, namun karirnya terhambat atau lebih buruk lagi,
(22)
tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan emosional mereka (Melandy dan
Aziza, 2006: 2).
Hasil survei yang dilakukan di Amerika Serikat tentang kecerdasan
emosional menjelaskan bahwa apa yang diinginkan oleh pemberi kerja
tidak hanya keterampilan teknik saja melainkan dibutuhkan kemampuan
dasar untuk belajar dalam pekerjaan yang bersangkutan. Di antaranya
adalah kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi lisan, adaptasi,
kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri,
motivasi, kerjasama tim, dan keinginan memberi kontribusi terhadap
perusahaan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi
akan mampu mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan
optimalisasi pada fungsi kerjanya (Melandy dan Aziza, 2006: 2).
Proses yang dijalani selama menuntut ilmu di perguruan tinggi
secara langsung ataupun tidak langsung akan melatih kecerdasan
emosional. Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya bisa jadi
meningkatkan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional
ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan
untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya
sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan
mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana
hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang
lain. Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam
mencapai tujuan dan cita-citanya (Melandy dan Aziza, 2006: 3).
(23)
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Strata Satu (S1) program studi akuntansi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur Angkatan Tahun 2009. Peneliti memilih
obyek penelitian di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur karena peneliti ingin mengetahui tingkat stres kuliah yang dirasakan
mahasiswa akuntansi yang kuliah di Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Peneliti memilih subyek penelitian yaitu
mahasiswa akuntansi angkatan tahun 2009 karena peneliti mengasumsikan
bahwa subyek penelitian tersebut telah mengalami proses pembelajaran
yang lama dan sedang mengerjakan tugas akhir, sehingga beban yang
dirasakan semakin berat dibandingkan dengan mahasiswa yang baru
mengikuti perkuliahan.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa tingkat akhir cenderung mengalami stres kuliah, bahkan
sampai bunuh diri. Beberapa penelitian terdahulu banyak mengangkat
masalah mengenai stres kerja, oleh karena itu pada penelitian saat ini,
peneliti mencoba mengangkat mengenai masalah stres kuliah yang dialami
oleh mahasiswa. Peneliti berasumsi bahwa kecerdasan emosional akan
meningkat sesuai dengan kematangan umur seseorang, sehingga hasilnya
penelitian kecerdasan emosional dengan karyawan belum tentu sama
dengan hasil penelitian kecerdasan emosional pada mahasiswa.
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Perilaku
(24)
Belajar dan Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kuliah
Mahasiswa
Akuntansi
(Studi
Kasus:
Mahasiswa
Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
•
Apakah perilaku belajar dan kecerdasan emosional berpengaruh
terhadap stres kuliah mahasiswa akuntansi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris
apakah ada pengaruh antara perilaku belajar dan kecerdasan emosional
terhadap stres kuliah mahasiswa akuntansi.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, antara lain:
1.
Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan yang
bermanfaat dalam mengenali mahasiswanya sesuai kematangan
(25)
mereka untuk menciptakan suasana kelas yang tidak menimbulkan
stres kuliah.
2.
Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mempelajari manfaat
kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa sehingga secara
tidak langsung mahasiswa akan belajar untuk mengelola kecerdasan
emosional dengan baik dan menggunakan perilaku belajar yang baik
dalam menghadapi stres kuliah.
3.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan yang lebih luas.
(26)
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dipergunakan dalam penelitian
berikut ini adalah :
1.
Mellandy, Dkk (2006)
a.
Judul :
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi
b.
Rumusan masalah :
•
Apakah
kecerdasan
emosional
mahasiswa
akuntansi
mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi.
•
Apakah kepercayaan diri mahasiswa akuntansi memiliki
pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi
hubungan kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.
•
Apakah ada perbedaan tingkat kecerdasan emosional antara
mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat dan
mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri lemah.
c.
Kesimpulan :
Pengaruh kecerdasan emosional yang terdiri dari pengenalan diri,
pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial dalam
(27)
penelitian ini yang memiliki pengaruh positif adalah pengendalian
diri dan empati, sedangkan pengaruh negatif yaitu pengenalan
diri, motivasi dan keterampilan sosial. Pengaruh kepercayaan diri
terhadap kelima variabel independen tersebut adalah sebagai
quasi moderator. Pada penelitian ini pula terlihat adanya
perbedaan tingkat pengenalan diri dan motivasi antara mahasiswa
yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan mahasiswa yang
memiliki kepercayaan diri lemah, sedangkan untuk varibel
pengendalian diri, emapti, dan keterampilan sosial tidak terdapat
perbedaan.
2.
Endang Saryanti (2009)
a.
Judul :
Kajian Empiris Atas Perilaku Belajar, Efikasi diri Dan
Kecerdasan Emosional Yang Berpengaruh Pada Stres Kuliah
Pada Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Di Surakarta
b.
Rumusan Masalah :
•
Apakah ada pengaruh yang signifikan perilaku belajar
terhadap stress kuliah mahasiswa ?
•
Apakah ada pengaruh yang signifikan efikasi diri terhadap
stress kuliah mahasiswa ?
•
Apakah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional
terhadap stress kuliah mahasiswa ?
(28)
•
Apakah ada pengaruh perilaku belajar, efikasi diri dan
kecerdasan emosional secara bersama-sama terhadap stress
kuliah mahasiswa ?
c.
Kesimpulan :
•
Ada pengaruh negatif yang signifikan perilaku belajar
terhadap stress kuliah mahasiswa Perguruan Tinggi di
Surakarta, sehingga hipotesis dapat dibuktikan kebenarannya.
•
Ada pengaruh negatif yang signifikan efikasi diri terhadap
stress kuliah mahasiswa Perguruan Tinggi di Surakarta,
sehingga hipotesis dapat dibuktikan kebenarannya.
•
Ada pengaruh negatif yang signifikan kecerdasan emosional
terhadap stress kuliah mahasiswa Perguruan Tinggi di
Surakarta, sehingga hipotesis dapat dibuktikan kebenarannya.
Perilaku belajar, efikasi diri dan kecerdasan emosional secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
stress mahasiwa, sehingga hipotesis dapat dibuktikan
kebenarannya.
3.
Deby Warda (2012)
a.
Judul :
Pengaruh Perilaku Belajar Dan Kecerdasan Emosional Terhadap
Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa
Akuntansi Univ Kristen Petra)
(29)
b.
Rumusan Masalah :
•
Apakah perilaku belajar berpengaruh terhadap stres kuliah
mahasiswa akuntansi UK petra ?
•
Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap stres
kuliah mahasiswa akuntansi UK petra ?
c.
Kesimpulan :
Perilaku belajar mahasiswa akuntansi memberikan pengaruh
positif terhadap stres kuliah atau dengan kata lain
statement
di
atas tidak terbukti kebenarannya, sedangkan kecerdasan
emosional memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap
stres kuliah atau dengan kata lain
statement
di atas bukti
kebenarannya.
Jika
kecerdasan
emosional
meningkat,
mengakibatkan stres kuliah semakin menurun begitu pula
sebaliknya jika kecerdasan emosional menurun, maka stres kuliah
semakin meningkat.
Adapun persamaan pada penelitian yang dilakukan pada sekarang
ini dengan penelitian terdahulu adalah dari segi variabel yaitu perilaku
belajar, kecerdasan emosional dan stres kuliah; sedangkan perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah subyek dan obyek
penelitian yang berbeda yaitu pada penelitian terdahulu meneliti
mahasiswa strata satu (S1) progdi akuntansi Universitas kristen Petra,
sedangkan penelitian yang dilakukan sekarang meneliti mahasiswa
(30)
akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Oleh
karena itu penelitian sekarang bukan replikai dari penelitian terdahulu.
2.2.
Landasan Teori
2.2.1. Akuntansi Keperilakuan
Awal perkembangan akuntansi keprilakuan menekankan pada
aspek manajemen, khususnya pada pembuatan anggaran, tetapi dominan
dalam hal ini terus berkembang dan bergeser ke arah akuntansi keuangan,
sistem informasi akuntansi, dan audit. Perkembangan yang pesat dari
akuntansi prilaku lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan
diharapkan pada ilmu sosial menyeluruh mengenai bagaimana prilaku
manusia mempengaruhi data akuntansi dan keputusan bisnis, serta
bagaimana akuntansi mempengaruhi keputusan bisnis dan prilaku manusia
(iksan dan ishak, 2005:16).
2.2.1.1 Pengertian Akuntansi Keprilakuan
Akuntansi merupakan suatu sistem yang menghasilkan laporan
keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan para
pemakainya, sedangkan ilmu keprilakuan adalah merupakan bagian dari
ilmu sosial yang membahas tentang prilaku manusia. Jadi akuntansi
keprilakuan dapat didefinisikan ilmu yang menghubungkan manusia
dengan sistem akuntansi (iksan dan ishak, 2005 : 1-26)
(31)
2.2.1.2 Tujuan Akuntansi Keprilakuan
Akuntansi keprilakuan memfokuskan pada hubungan anatara
manusia dan sistem akuntansi, akuntansi keprilakuan menyadari bahwa
mereka dapat merancang sistem informasi untuk mempengaruhi sistem
motivasi individu, moral dan produksivitas
2.2.1.3 Ruang Lingkup Akuntansi Keprilakuan
Akuntansi keprilakuan mempertimbangkan hubungan antara
perilaku manusia dengan sistem akuntansi, ruang lingkup akuntansi
keperilakuan meliputi:
1.
Aplikasi dari konsep ilmu kepribadian terhadap desain.
2.
Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi.
3.
Cara dengan mana informasi diproses untuk membantu dalam
pengambilan keputusan.
4.
Pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengkomunikasikan
perilaku para pemakai data.
5.
Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi
perilaku, cita-cita, serta tujuan dari orang-orang yang menjalankan
organisasi. (Ikhsan dan Ishak, 2005).
2.2.2. Perilaku Belajar
2.2.2.1. Pengertian Perilaku Belajar
Suwardjono (2004) mengungkapkan bahwa belajar di perguruan
tinggi merupakan suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual
(32)
seseorang. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar
sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan
tujuan lembaga pendidikan yang jelas. Kuliah merupakan ajang untuk
mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri.
Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil atau nilai ujian.
Jika proses
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memilki arti
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. Ada beberapa pendapat tentang belajar menurut
para ahli (Sobur, 2003):
1. Crow dan Crow (1958)
Menurut Crow dan Crow (1958), belajar adalah memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Belajar, dalam pandangan
Crow dan Crow (1958), menunjuk adanya perubahan yang progresif dari
tingkah laku. Belajar dapat memuaskan minat individu utntuk mencapai
tujuan.
2. Laurine (1958)
Menurut Laurine (1958), belajar adalah modifikasi atau
memperteguh perilaku melalui pengalaman. Menurut pengertian ini,
belajar merupakan proses, kegiatan, dan bukan hasil atau tujuan. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa belajar bukan hanya mengingat dan bukan hanya
penguasaaan hasil latihan, melainkan perubahan perilaku.
(33)
3. C.T. Morgan (1961)
Menurut Morgan (1961), belajar adalah suatu perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari
pengalaman yang lalu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perubahan tingkah
laku dapat diamati pada perkembangan seseorang sejak bayi hingga
dewasa.
4. Good dan Boophy (1977)
Menurut Good dan Boophy (1977), belajar adalah suatu proses
yang tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses tersebut terjadi dalam diri
seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi menurut pandangan Good
dan Boophy (1977), belajar bukanlah suatu tingkah laku yang tampak,
tetapi yang paling utama adalah proses yang terjadi secara internal pada
individu dalam usaha memperoleh hubungan baru.
5. Hintzman (1978)
Menurut Hintzman (1978), belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi dalam diri organisme disebabkan pengalaman tersebut yang bisa
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa pengalaman hidup sehari-hari, dalam bentuk apapun, sangat
mungkin untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, samapi batas tertentu,
pengalaman hidup juga mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
kepribadian organisme yang bersangkutan.
(34)
6. Hillgard dan Bower (1975)
Hilgard dan Bower (1975) mengemukakan bahwa belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam
situasi tertentu, dan perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan
atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan
sesaat seseorang (misalnya: kelelahan atau pengaruh obat)
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan, bahwa
belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya, untuk
memperoleh tingkah laku yang lebih baik secara keseluruhan akibat
interaksinya dengan lingkungannya. Terdapat beberapa ciri-ciri belajar
(Baharuddin dan Wahyuni, 2007), yaitu:
1.
Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change
behavior). Ini berarti bahwa, hasil dari belajar hanya dapat diamati
dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak terampil menjadi terampil.
2.
Perubahan perilaku
relative permanent. Ini berarti bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan
tetap atau tidak berubah-ubah.
(35)
3.
Perubahan perilaku yang bersifat potensial. Ini berarti bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi tidak segera nampak pada saat
proses belajar sedang terjadi, tetapi akan nampak dilain kesempatan.
4.
Perubahan tingkah laku yang merupakan hasil latihan atau
pengalaman. Ini berarti bahwa, pengalaman atau latihan dapat
memberi kekuatan. Kekuatan itu akan memberikan semangat atau
dorongan untuk mengubah tingkah laku.
2.2.2.2 Kebiasaan Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang di pengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dibedakan atas dua kategori (Baharuddin dan Wahyuni, 2007) ,
yaitu:
1.
Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi proses belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi:
a
Faktor fisiologis, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu.
b
Faktor psikologis, yaitu keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi
proses
belajar.
Faktor
psikologis
yang
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan, motivasi, minat,
sikap dan bakat.
(36)
2.
Faktor eksogen atau eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari
sekeliling individu yang dapat mempengaruhi nproses belajar
individu. Faktor eksternal ini meliputi:
a
Lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan sosial sekolah, ma
syarakat, dan keluarga.
b
Lingkungan non-sosial yang terdiri dari lingkungan alamiah,
instrumental, dan faktor materi pelajaran yang diajarkan ke siswa.
Dalam proses belajar diperlukan perilaku belajar yang sesuai
dengan tujuan pendidikan, dimana dengan perilaku belajar tersebut tujuan
pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien, sehingga prestasi
akademik dapat ditingkatkan. Perilaku belajar sering juga disebut
kebiasaan belajar yaitu merupakan proses belajar yang dilakukan individu
secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau spontan. Perilaku
ini yang akan mempengaruhi prestasi belajar (Hanifah dan Syukriy ,2001).
Menurut Suwardjono (2004) perilaku belajar yang baik terdiri dari:
1.
Kebiasaan Mengikuti Pelajaran
Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan
mahasiswa pada saat pelajaran sedang berlangsung. Mahasiswa yang
mengikuti pelajaran dengan tertib dan penuh perhatian serta dicatat
dengan baik akan memperoleh pengetahuan lebih banyak. Kebiasaan
mengikuti pelajaran ini ditekankan pada kebiasaan memperhatikan
(37)
2.
Kebiasaan Membaca Buku
Kebiasaan membaca buku merupakan merupakan ketrampilan
membaca yang paling penting untuk dikuasai mahasiswa. Kebiasaan
membaca harus di budidayakan agar pengetahuan mahasiswa dapat
bertambah dan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam
mempelajari suatu pelajaran.
3.
Kunjungan ke Perpustakaan
Kunjungan ke perpustakaan merupakan kebiasaan mahasiswa
mengunjungi perpustakaan untuk mencari referensi yang dibutuhkan
agar dapat menambah wawasan dan pemahman terhadap pelajaran.
Walaupun pada dasarnya sumber bacaan bisa ditemukan dimana-mana,
namun tempat yang paling umum dan memiliki sumber yang lengkap
adalah perpustakaan.
4.
Kebiasaan Menghadapi Ujian
Kebiasaan menghadapi ujian merupakan persiapan yang biasa
dilakukan mahasiswa ketika akan menghadapi ujian. Setiap ujian tentu
dapat dilewati oleh seorang siswa dengan berhasil jika sejak awal
mengikuti pelajaran, siswa tersebut mempersiapkan dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, siswa harus menyiapkan diri dengan belajar
secara teratur, penuh disiplin, dan konsentrasi pada masa yang cukup
jauh sebelum ujian dimulai.
(38)
2.2.2.3. Teori Belajar
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan maka
bermunculan pula berbagai macam teori tentang belajar. Wasty (2006)
mengelompokkan teori belajar menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.
Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik dikemukakan oleh para psikologi
behavioristik. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran (
reward
) atau penguatan (
reinforcement
)
dari lingkungan. Dengan demikian, dalam tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioral
dengan stimulasinya.
Para pengajar yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa
tingkah laku murid atau siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan
mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa semua tingkah
laku adalah merupakan hasil belajar.
2.
Teori Belajar Kognitif
Teori ini muncul karena adanya ketidak puasan beberapa para ahli
mengenai belajar sebagai proses hubungan
stimulus response
reinforcement
. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang
tidak hanya dikontrol oleh
reward
dan
reinforcement
melainkan
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan
situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang
terlibat langsung dalam sebuah situasi dan memperoleh pemahaman
untuk memecahkan sebuah masalah.
(39)
3.
Teori Belajar Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada masalah bagaimana tiap-tiap individu
dipengaruhi dan dibimbing oleh pengalaman mereka sendiri. Menurut
para pendidikan dalam teori humanistik penyusunan dan penyajian
materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
sendiri sebagai manusi yang unik dan membantunya dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri sendiri.
2.2.3. Kecerdasan Emosional
2.2.3.1.Pengertian Kecerdasan Emosional
Berdasarkan
pengertian
tradisional,
kecerdasan
meliputi
kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan
ketrampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal
(sekolah) dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai
sukses dibidang akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya
itu saja. Pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada
kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual (IQ) seperti bakat, ketajaman
sosial, hubungan sosial, kematangan emosi dan lain-lain yang harus
dikembangkan juga. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan
emosional (EQ) (Melandy dan Aziza, 2006).
(40)
Kecerdasan emosional petama kali dilontarkan pada tahun 1990
oleh psikolog bernama Peter Salovey dari Harvard University dan John
Mayer dari University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan
kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Kualitas-kualitas ini antara lain (Nuraini, n.d):
a.
Empati (kepedulian)
b.
Mengungkapkan dan memahami perasaan
c.
Mengendalikan amarah
d.
Kemandirian
e.
Kemampuan menyesuaikan diri
f.
Disukai
g.
Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
h.
Ketekunan
i.
Kesetiakawan
j.
Keramahan
k.
Sikap hormat
Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan
emosional menurut para ahli (Mu’tadin, 2002), yaitu:
a.
Salovey dan Mayer (1990)
Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami
(41)
mendalam sehingga dapat membantu perkembangan emosi dan
intelektual.
b.
Cooper dan Sawaf (1998)
Cooper dan Sawaf (1998) mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Lebih lanjut
dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar
mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta
menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif energi
emosi dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Howes dan Herald (1999)
Howes dan Herald (1999) mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi pintar
menggunakan emosinya. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa emosi
manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang
tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati,
kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih
mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
d.
Goleman (2003)
Goleman (2003) mendefiniskan kecerdasan emosional sebagai
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, dan
(42)
menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan
emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada
porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.
Dari beberapa pendapat yang ada menyimpulkan bahwa
kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan
menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain, dan untuk menanggapinya
dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan
dan pekerjaan sehari-hari.
2.2.3.2. Komponen Kecerdasan Emosional
Goleman (2003) membagi kecerdasan emosional menjadi lima
bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan
diri, pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen berupa
kompetensi sosial (empati dan keterampilan sosial). Lima komponen
kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pengenalan Diri (
Self Awareness
)
Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui
perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi
diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri
dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri,
yaitu:
a.
Kesadaran emosi (
emosional awareness
), yaitu mengenali
(43)
b.
Penilaian diri secara teliti (
accurate self awareness
), yaitu
mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
c.
Percaya diri (
self confidence
), yaitu keyakinan tentang harga diri
dan kemampuan sendiri.
2.
Pengendalian Diri (
Self Regulation
)
Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga
berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati,
sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan
mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian
diri, yaitu:
a.
Kendali diri (
self-control
), yaitu mengelola emosi dan desakan hati
yang merusak.
b.
Sifat dapat dipercaya (
trustworthiness
), yaitu memelihara norma
kejujuran dan integritas.
c.
Kehati-hatian (
conscientiousness
), yaitu bertanggung jawab atas
kinerja pribadi.
d.
Adaptabilitas (
adaptability
), yaitu keluwesan dalam menghadapi
perubahan.
e.
Inovasi (
innovation
), yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap
gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.
(44)
3.
Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat
dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan
yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara
efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:
a.
Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk
menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
b.
Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran
kelompok atau lembaga.
c.
Inisiatif
(initiative),
yaitu kesiapan
untuk memanfaatkan
kesempatan.
d.
Optimisme (optimisme), yaitu kegigihan dalam memperjuangkan
sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
4.
Empati (Emphaty)
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan
hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan
berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu:
a
Memahami orang lain (understanding others), yaitu mengindra
perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif
terhadap kepentingan mereka.
(45)
b
Mengembangkan orang lain (
developing other
), yaitu merasakan
kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan
kemampuan orang lain.
c
Orientasi pelayanan (
service orientation
), yaitu mengantisipasi,
mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.
d
Memanfaatkan
keragaman
(
leveraging
diversity
),
yaitu
menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan
bermacam-macam orang.
e
Kesadaran politis (
political awareness
), yaitu mampu membaca
arus-arus emisi sebuah kelompok dan hubungannya dengan
perasaan.
5.
Ketrampilan Sosial (
Social Skills
)
Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi,
memimpin,
bermusyawarah,
menyelasaikan
perselisihan,
dan
bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur ketrampilan sosial, yaitu:
a.
Pengaruh (
influence
), yaitu memiliki taktik untuk melakukan
persuasi.
b.
Komunikasi (
communication
), yaitu mengirim pesan yang jelas
dan meyakinkan.
(46)
c.
Manajemen konflik (conflict management), yaitu negoisasi dan
pemecahan silang pendapat.
d.
Kepemimpinan (leadership), yaitu membangitkan inspirasi dan
memandu kelompok dan orang lain.
e.
Katalisator perubahan (change catalyst), yaitu memulai dan
mengelola perusahaan.
f.
Membangun hubungan (building bond), yaitu menumbuhkan
hubungan yang bermanfaat.
g.
Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation), yaitu
kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
h.
Kemampuan tim (tim capabilities), yaitu menciptakan sinergi
kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
2.2.4. Stres Kuliah
2.2.4.1.Pengertian Stres Kuliah
Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan cemas dan
tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres dikenal sebagai stimulus atau
respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut
Lazarus & Folkman(1986) stres adalah keadaan internal yang dapat
(47)
sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi
kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan
tertekan, baik secara fisik maupun psikologis ( Chapplin, 1999). Stres juga
diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan
ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan
psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu
sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. (McGrath,
dan Wedford dalam Arend dkk, 1997)
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga
bentuk yaitu:
1.
Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang
menimbulkan stres atau disebut juga dengan
stressor.
2.
Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu
yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres.
Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung
berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut,
cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3.
Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu
secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi
tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Rice (2002) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau
stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson
(2000) mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang
(48)
dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.
Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap
situasi stres ini sebagai respon stres.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres
merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang
saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu
yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang
sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
2.2.4.2 Penyebab Stres Atau Stressor
Stressor
adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres.
Stressor
dapat berasal dari
berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan
juga muncul pada situasi kerja,dirumah, dalam kehidupan sosial, dan
lingkungan luar lainnya. Istilah
stressor
diperkenalkan pertama kali oleh
Selye (dalam Rice, 2002). Menurut Lazarus &Folkman (1986)
stressor
dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga
berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan
perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang
nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.
Menurut Lazarus & Cohen (1977), tiga tipe kejadian yang dapat
menyebabkan stres yaitu:
(49)
a.
Daily hassles
yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap
hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
b.
Personal stressor
yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau
kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual
seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah
keuangan dan masalah pribadi lainnya.
`Ditambahkan Freese Gibson (dalam Rachmaningrum, 1999) umur
adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin
bertambah umur seseorang, semakin mudah mengalami stres. Hal ini
antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang telah mengalami
kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual,
berpikir, mengingat dan mendengar.
Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja.
Individu yang memiliki pengalaman kerja lebih lama, cenderung lebih
rentan terhadap tekanantekanandalam pekerjaan, daripada individu dengan
sedikit pengalaman (Koch &Dipboye, dalam Rachmaningrum,1999).
Selanjutnya masih ada beberapa faktorlain yang dapat mempengaruhi
tingkat stres, yaitu kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri,
gaya hidup dan juga tipe kepribadian tertentu (Dipboye, Gibsin, Riggio
dalam Rachmaningrum, 1999).
2.2.4.3
Dampak Stres
Orang yang mengalami stres dapat mengalaminya untuk sementara
waktu saja atau dapat untuk waktu yang lama. Pada tahap akhir, stres
(50)
psikologik akan menampakkan diri dalam bentuk sakit fisik dan sakit
psikis, antara laina: kesehatan jiwa terganggu, orang dapat menjadi agresif,
dapat menjadi depresi, dapat menderita neurosis cemas, dapat menderita
gangguan psikosomatik, dan dapat tidak sehat badan atau menderita
penyakit fisik yaitu: tekanan darah tinggi, sakit jantung, sesak nafas,
radang usus, sakit kepala, sakit eksim kulit, konstipasi, arthritis, kanker
(http://pranaindonesia.wordpress.com).
2.2.5. Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa
Akuntansi
Prilaku manusia adalah prilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, etika, emosi, kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika (http://id.wikipedia.org) . sedangkan belajar adalah perubahan
yang relatif permanen dalam prilaku atau potensi prilaku sebagai hasil dari
pengalaman atau latihan yang diperkuat (http://id.wikipedi.org) .
sehinggga oleh Rampengan (1997) dalam Afifah (2004:15) prilaku belajar
didefinisikan sebagai kebiasaan belajar yang merupakan dimensi belajar
yang dilakukan individu secara berulang – ulang sehingga menjadi
otomatis dan spontan
Surachmat (2001) mengemukakan lima hal yang berhubungan
dengan prilaku belajar yang baik, yaitu: kebiasaan mengikuti pelajaran,
kebiasaan membaca buka, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan
menghadapi ujian. Calhoun dan acocella (2005) menyatakan bahwa
(51)
dampak kebiasaan belajar yang jelek bertambah berat ketika kebiasaan itu
membiarkan mahasiswa dapat lolos tanpa gagal (Marita, dkk, 2008:4).
Kebiasaan belajar yang jelek disebabkan oleh kurangnya kesadaran
mahasiswa mengenai makna belajar diperguruan tinggi. Akibatnya adalah
banyak mahasiswa yang lebih mementingkan nilai dari pada proses belajar
yang benar, sehingga mahasiswa tersebut merasa frustasi dalam
menjalankan proses belajar (suwardjono 2004).
2.2.6.
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa
Akuntansi
Kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka yang menjadi
fokus dipendidian formal dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk
mencapai sukses dibidang akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup
tidak hanya ini saja. Pandangan yang baru berkembang mengatakan bahwa
ada kecerdasan lain diluar kecerdasan intelektual (IQ), seperti bakat,
ketajaman pengamatan sosial, kematangan emosional, dan lain – lain yang
harus dikembangkan (Melandy dan Azizah, 2006:5).
Kamus bahasa indonesia kontemporer mendefinisikan emosi
sebagai keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat
seperti sedih, luapan prasaan yang berkembang dan surut dalam waktu
cepat. Emosi adalah hal – hal yang berhubungan dengan emosi
(Suryaningsum, dkk,2004:352).
(52)
Mayer dan Salovey (dalam arbadiati dan kurniati, 2007)
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk
mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk
membantu
pikiran,
memahami
perasaan
dan
maknanya,
serta
mengendalikan
perasaan
secara
mendalam
sehingga
membantu
perkembangan emosi intelektual.
Reuven
Bar-On
(dalam
Arbadiati
dan
Kurniati,
2007)
mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah serangkaian kemampuan,
kompetensi dan kecakapan non-kognitif yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk dapat berhasil untuk mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan, sehingga seseorang tersebut dapat mengatasi stres yang akan
datang.
2.3.
Kerangka Pikir
Menurut beberapa rumusan masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini nambak pada
(53)
Gambar 1
Diagram Kerangka Pikir
Regresi Linier Berganda
2.4.
Hipotesis
Berdasarkan apa yang ada didalam rumusan masalah, maka
hipotesis yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini yaitu bahwa prilaku
belajar dan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap stres kuliah
mahasiswa akuntansi.
Prilaku belajar
(X1)
Stres kuliah
(Y)
Kecerdasan emosional
(X2)
(54)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Definisi Operasional dan Pengukuran variabel
3.1.1.
Defenisi Operasional
Berkaitan dengan permasalahan dan hipotesis yang ada maka
variabel yang terdapat dalam peneitian ini terdapat variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
perilaku belajar (X1) dan kecerdasan emosional (X2), sedangkan variabel
dependennya adalah stres kuliah (Y).
1.
Variabel independen (X)
a.
Perilaku belajar (X1) prilaku yang dilakukan seseorang dalam
melakukan kegiatan belajar, yang terjadi secara berulang ulang dan
berkala sehingga terjadi kebiasaan dalam hal tersebut.
b.
Kecerdasan emosional (X2) kecerdasan untuk menggunakan dan
mengelola emosi di dalam diri seseorang sehingga dapat memberi
pengaruh yang positif dalam kehidupan individu tersebut.
2.
Variabel dependen (Y) Variabel Dependen (Y) adalah stres kuliah,
suatu keadaan yang membuat mahasiswa merasa tertekan dalam
kuliahnya sehingga dapat mempengaruhi proses kosentrasi belajarnya.
(55)
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran untuk variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala interval sedangkan tehnik pengukuranya menggunakan
skala likert dalam bentuk checklist. Skala likert sering digunakan untuk
mengukur sikap, persepsi dn pendapat seseorang/ sekelompok orang
tentang fenomena orang, dengan kriteria skala likert sebagai berikut
(Sumarsono, 2004:18):
Sangat setuju (SS)
5
Setuju (S)
4
Netral (N)
3
Tidak Setuju (TS)
2
Sangat tidak setuju (STS)
1
Beberapa indikator yang digunakan dalam penelitian ini yang
dikembangkan oleh Marita, dkk (2008):
•
Variabel independen (X)
a.
Perilaku belajar (X1)
Perilaku belajar sering juga disebut kebiasaan belajar, merupakan
dimensi belajar yang dilakukan individu secara berulang-ulang
sehingga menjadi otomatis dan spontan. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur variabel perilaku belajar adalah dengan
menggunakan kuisioner yang diadopsi dari Suryaningsum dkk
(2008), yang dikembangkan menjadi 4 dimensi, yaitu:
(56)
1.
Kebiasaan Mengikuti Pelajaran Instrumen yang digunakan
dalam kebiasaan mengikuti pelajaran berupa kuesioner yang
diajukan kepada responden sebanyak lima pernyataan, yang
meliputi seberapa besar perhatian dan keaktifan seorang
mahasiswa dalam belajar. Instrumen ini menggunakan lima
skala likert dari sangat tidak sesuai (point
1) sampai dengan
sangat sesuai (point 5).
2.
Kebiasaan Membaca Buku Instrumen yang digunakan dalam
kebiasaan membaca buku berupa kuesioner yang diajukan
kepada responden sebanyak lima pernyataan, yang meliputi
berapa banyak buku yang dibaca dan jenis bacaan apa saja yang
mahasiswa baca setiap harinya. Instrumen ini menggunakan
lima skala likert dari sangat tidak sesuai (point 1) sampai dengan
sangat sesuai (point 5).
3.
Kunjungan ke Perpustakaan Instrumen yang digunakan dalam
kunjungan ke perpustakaan berupa kuesioner yang diajukan
kepada responden sebanyak lima pernyataan, yang meliputi
seberapa sering mahasiswa ke perpustakaan setiap minggunya.
Instrumen ini menggunakan lima skala likert dari sangat tidak
sesuai (point 1) sampai dengan sangat sesuai (point 5).
4.
Kebiasaan Menghadapi Ujian Instrumen yang digunakan dalam
kebiasaan menghadapi ujian berupa kuesioner yang diajukan
kepada responden sebanyak tiga pernyataan, yang meliputi
(57)
bagaimana persiapan mahasiswa dalam menghadapi ujian.
Instrumen ini menggunakan lima skala likert dari sangat tidak
sesuai (point 1) sampai dengan sangat sesuai (point 5).
b.
Kecerdasan emosional (X2)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk
membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Alat ukur yang
digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan emosional adalah
dengan menggunakan kuisoner yang diadopsi dari Melandy dan
Aziza (2006), yang dikembangkan menjadi 5 dimensi yaitu:
1.
Pengenalan Diri Instrumen yang digunakan dalam pengenalan
diri berupa kuesioner yang diajukan kepada responden sebanyak
lima pernyataan, yang meliputi tentang bagaimana responden
mengenal dirinya sendiri.Instrumen ini menggunakan lima skala
likert dari sangat tidak sesuai (point
1) sampai dengan sangat
sesuai (point 5).
2.
Pengendalian
Diri
Instrumen
yang
digunakan
dalam
pengendalian diri berupa kuesioner yang diajukan kepada
responden sebanyak enam pernyataan, yang meliputi tentang
sikap hati-hati dan cerdas dalam mengatur emosi diri sendiri.
Instrumen ini menggunakan lima skala likert dari sangat tidak
sesuai (point 1) sampai dengan sangat sesuai (point 5).
(58)
3.
Motivasi Instrumen yang digunakan dalam motivasi berupa
kuesioner yang diajukan kepada responden sebanyak lima
pernyataan, yang meliputi sikap yang menjadi pendorong
timbulnya suatu perilaku. Instrumen ini menggunakan lima
skala likert dari sangat tidak sesuai (point
1) sampai dengan
sangat sesuai (point 5).
4.
Empati Instrumen yang digunakan dalam empati berupa
kuesioner yang diajukan kepada responden sebanyak tujuh
pernyataan, yang meliputi kemampuan untuk mengetahui
bagaimana perasaan orang lain. Instrumen ini menggunakan
lima skala likert dari sangat tidak sesuai (point 1) sampai dengan
sangat sesuai (point 5).
5.
Ketrampilan
Sosial
Instrumen
yang
digunakan
dalam
ketrampilan sosial berupa kuesioner yang diajukan kepada
responden
sebanyak
enam
pernyataan,
yang
meliputi
kemampuan menangani emosi ketika berhubungan dengan
orang lain. Instrumen ini menggunakan lima skala likert dari
sangat tidak sesuai (point 1) sampai dengan sangat sesuai (point
5).
•
Variabel dependen (Y)
Stres kuliah, diukur dalam 5 item peranyataan yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar dampak stres yang dialami oleh
mahasiswa tersebut.
(59)
3.2.
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kelompok yang terdiri dari orang,
peristiwa atau sesuatu yang ingin diselidiki oleh peneliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa S1 angkatan 2009 yang berjumlah 146
mahasiswa dari her regristasi Fakultas Ekonomi karena mahasiswa
angkatan tersebut sudah mengalami proses pembelajaran yang lama dan
telah mengerjakan tugas akhir, sehingga beban yang dirasakan sangat berat
dibanding mahasiswa yang baru mengikuti perkuliahan.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karaktersistikna hendak
diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Penelitian ini
mengambil sampel mahasiswa dari Universitas Pembangunan Nasional
“veteran” Jawa Timur. Menurut Suharyadi dan Purwanto (2004: 323)
sampel adalah bagian dari populali tertentu yang menjadi perhatian dalam
penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah
probability sampling dengan tehnil simple random sampling yaitu tehnik
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiono, 2006: 57)
ukuran sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan
rumus sebagai berikut:
(60)
n = N
... (Umar, 2002: 141)
1 + Ne
2Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat diinginkan yaitu, 10%
Maka :
N
146 146
n =
= =
= 59,3 = 59
1 + N (10%)
21 + 146 (0,01) 2,46
Perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel sebanyak 59,3 yang
kemudian dibulatkan sehingga jumlah anggota sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah 59 mahasiswa.
3.3.
Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Pada penelitian ini jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data
primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002: 147).
(1)
90
mengembangkan penelitian dengan menambahkan kecerdasan spiritual sebagai variabel bebas.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan dan Saran
5.1.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari penelitan ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Perilaku belajar tidak berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah mahasiswa S1 program studi akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Sedangkan kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah mahasiswa S1 program studi akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Perilaku belajar dan kecerdasan emosional mempunyai pengaruh positif terhadap stress kuliah mahasiswa S1 program studi akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dari perilaku belajar dan kecerdasan emosional terhadap stress kuliah.
5.1.2. Saran
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan antara lain :
(3)
93
1. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Hendaknya memperhatikan perilaku belajar dan kecerdasan emosional mahasiswa sehingga secara tidak langsung mahasiswa akan belajar untuk mengelola kecerdasan emosional dengan baik dan menggunakan perilaku belajar yang baik dalam menghadapi stress kuliah.
2. Bagi Peneliti selanjutnya.
Peneliti selanjutnya disarankan perlu memberikan pemahaman kepada responden dalam mengisi kuisioner sehingga teknik analisis yang digunakan dapat sesuai.
3. Bagi Peneliti selanjutnya.
Hendaknya penelitian dilakukan tidak hanya pada satu perguruan tinggi saja. Melainkan lebih dari satu perguruan tinggi, agar dapat dilakukan perbandingan diantara perguruan – perguruan tinggi tersebut.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Nurul, 2004, “Pengaruh Prilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik
Mahasiswa Akuntansi”, Skipsi, Universitas Pembangunan
Nasional“Vaeteran” Jawa Timur.
Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan
Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Baharuddin dan Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogjakarta, Arruz Media.
Chalpin, 1991, Kamus Lengkap Psikologi. (edisi 5). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Warda, Debby, 2012, Pengaruh Prilaku Belajar dan Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi. Study kasus UK petra, Skripsi Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur. El Qudsy, Achsin, 2010, Perilaku Belajar Mahasiswa di Indonesia.
http//www.citizennews.com, suara merdeka.com
Ghozali, Imam, 2001, Analisis Multivariasi dengan Program SPSS. penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Goelman, Daniel (2007) Emmotional Intelliegence (kecerdasan emosional). terjemah PT gramedia pustaka utama, Jakarta.
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak, Akuntansi Keprilakuan. salemba empat, Jakarta.
(5)
Ilyas, Mefida, 2007, Peran Pernyataan Orientasi Tujuan (state goal orientation) dalam Mengajar Dikelas Terhadap Proses Pencapaian Kinerja Mahasiswa Akuntansi Diperguruan Tinggi. simposium nasiona akuntansi (SNA) X, Surabaya
Indratoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen BPFE, Yogjakarta.
Japarianto, Edwin, 2006, Budaya dan Behaviour Intetion Mahasiswa dalam Menilai Service Quality.
Lazarus dan cohen, (1977), Enviromental Strees.
Lazarus dan Folkman, (1986), Cognitif Theories of Stresnand Issurof Corculality. Dalam M.H. Apply dan r trumbul (Eds) dynamic of stres, physiological, psychological dan sosial (pp 63 – 78). New York plenum press.
Mao, Ermi, 2011, Kasus Mahasiswa Depresi Karena Kuliahnya Tak Kunjung Selesai. http//www.JPNN.com/read/2011/09/13
Marita, Sri Suryaningrum, dan Hening Naafi Shalih, 2008, “Kajian Empiris Atas Prilaku Belajar dan Kecerdasan Emosional dalam Mempengaruhi Stes Kuliah Mahasiswa Akuntansi” (SNA) XI, Makasar.
Melandy, Rissyq dan Nur Azizah, 2006, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi, (SNA) IX, Padang
Mujijanti, Fransisca, 2006, Analisis Terhadap Masalah – Masalah Mahasiswa UNIKA Widya Mandala Madiun. jurnal widya warta, no 2 tahun xxx, juli 2006, universitas katolik widya mandala, Madiun
(6)
Prabandari, Raden Ajeng Yayi Suryo,1989, Hubungan Antara Stres dan Motif
Berprestasi Dengan Depresi Pada Mahasiswa Tingkat Lanjut. Jurnal
Psikolog, vol 1 tahun 1989, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Rachmaningrum,I.S. 1999,Hubungan Antara Sense Of Humor Dengan Stres Kerja
Pada Wanita Berperan Ganda. Yogyakarta : Fakultas Psikolog
Universitas Gajah Mada. Rice, 2002
Suharyadi, dan Purwanto 2004:323 Statistika Dasar. Jakarta : PT raja grafindo persada.
Sumarsomo. 2004, Metode Penelitian Akuntansi. Surabaya.
Suryaningrum, Sri, Sucahyo, Heriningsih, dan Afifah Afuwah, 2004, Pengaruh
Pendidikan Tinggi Akuntansi Terhadap Kecerdasan Emosional.
(SNA) XII, Denpasar.
Suwardjono, 2004, Perilaku Belajar Diperguruan Tinggi. Jurnal manajemen dan
akuntansi, STIE YPKN, Yogyakarta.
Tampubolon, Arta Bolu, 2013, Menurut Hasil Pemeriksaan, Belakangan ini Arta
Memang Tampak Stres Karena Mencari Uang Kuliah Satu Semester