Ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa antara guru dan siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 - USD Repository

  

KETIDAKS K SANTUNAN N LINGUIS STIK DAN PRAGMAT TIK BERBA AHASA

A ANTARA G GURU DAN N SISWA

DI SMA A STELLA DUCE 2 Y YOGYAKAR RTA

TAHUN AJ JARAN 201 12/2013

Skripsi

  Diajuk kan untuk Me emenuhi Sal lah Satu Sya arat Mem mperoleh Ge elar Sarjana Pendidikan

  Prog gram Studi P Pendidikan B Bahasa, Sastr ra Indonesia

  a, dan Daerah h

  

Dis susun oleh:

Elizabeth h Rita Yulia astuti

091 1224042

  

PROG GRAM STU DI PENDID DIKAN BAH HASA, SAS STRA INDO ONESIA, D AN DAERA AH

JURUSAN N PENDID

IKAN BAH HASA DAN SENI

  

F AKULTAS S KEGURUA AN DAN IL LMU PEND DIDIKAN

UNI

  IVERSITAS S SANATA A DHARMA A

YOG GYAKARTA A

2013

  K KETIDAKS SANTUNAN N LINGUIS STIK DAN PRAGMAT TIK BERBA AHASA

A ANTARA G GURU DAN N SISWA

DI SMA A STELLA DUCE 2 YO OGYAKAR RTA

  

TAHUN AJ JARAN 201 12/2013

Skripsi

  Diajuk kan untuk Me emenuhi Sal lah Satu Sya arat Mem mperoleh Ge elar Sarjana Pendidikan

  Prog gram Studi P Pendidikan B Bahasa, Sastr ra Indonesia

  a, dan Daerah h

  

Dis susun oleh:

Elizabeth h Rita Yulia astuti

09 91224042

  

PROG GRAM STU DI PENDID DIKAN BAH HASA, SAS STRA INDO ONESIA, D AN DAERA AH

JURUSAN N PENDID

IKAN BAH HASA DAN SENI

  

F AKULTAS S KEGURUA AN DAN IL LMU PEND DIDIKAN

UNI

  IVERSITAS S SANATA A DHARMA A

YOG GYAKARTA A

2013

  PERSEMBAHAN 1.

  Terima kasih kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang sudah membimbing saya dari sejak awal hingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Tuhan.

  2. Bapak, Ibu, Candra yang sudah memberikan saya dukungan walaupun saya sampai tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi berkat doa kalian saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

  3. Kakung (Alm): Kung, terima kasih sekali. Walaupun saya belum menunjukkan hasil kuliah saya ini sebelum engkau pergi, tetapi saya selalu ingat pesanmu untuk terus rajin supaya saya dapat lulus dan membanggakan semua orang. Uti: Ti, terima kasih ya? Berkat kesabaran dan doamu, saya bisa menyelesaikan studi saya ini. Maaf, pada waktu sibuk-sibuknya yang seharusnya saya merawat kakung, tetapi saya harus pergi-pergi untuk urusan skripsiku ini, tetapi ini semua hanya untuk kalian.

  4. Om Tono, Bulik Rindang, Om Agus, dan Mbak Sri yang selalu mengingatkan saya supaya cepat lulus dan mendapat pekerjaan yang baik.

  5. Cosmas Risang Pusokoseto, terima kasih Kanda, walaupun saat saya berjuang dalam skripsiku ini kamu sudah jauh, tetapi dukungan, doa, dan bantuanmu selalu untuk saya.

  Kanda, saya sudah lulus juga sekarang. Mari, kita sekarang berjuang bersama lagi, kita akan bertemu kembali. Saya tunggu hadiahnya ya?

  6. Spesial untuk teman-teman seperjuangan Melisa, Cecil, dan Mami, akhirnya kita lulus juga kawan, perjuangan manis pahitnya semua ini di samping banyaknya proyek kita.

  Inilah impian kita semua.

  7. Terima kasih untuk Pak Kun, Bu Yuli, dan Bu Rishe yang telah memberikan masukan yang sangat mendukung skripsiku ini dan telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi skripsi saya dari awal.

  

MOTTO

Dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada pilihan sulit. Kita bisa saja lari dari pilihan tersebut.

  Namun, biasanya, kedewasaan datang dari kemauan untuk mengambil keputusan-keputusan rumit dalam hidup.

  (Pandji Pragiwaksono) Masa depan adalah kumpulan kemungkinan, arah, peristiwa, perubahan, dan kejutan. Seiring waktu, segalanya menemukan tempatnya masing-masing dan bersama-sama, semuanya membentuk gambaran baru mengenai dunia.

  (John Naisbitt) Pintu peluang seringkali terbuka dan tertutup secara tiba-tiba bagaikan pintu yang dihempas badai. Anda harus siap memanfaatkan peluang itu.

  (John Naisbitt)

  

ABSTRAK

  Yuliastuti, Elizabeth Rita. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik Berbahasa antara Guru dan Siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

  SKRIPSI . Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

  Penelitian ini membahas wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa antara guru dan siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa antara guru dan siswa (2) mendeskripsikan penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa yang digunakan antara guru dan siswa, dan (3) mendeskripsikan makna ketidaksantunan berbahasa yang digunakan oleh guru maupun siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

  Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa tuturan lisan yang tidak santun antara guru dan siswa. Instrumen penelitian ini adalah panduan wawancara, pernyataan pancingan, dan pertanyaan kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah metode simak dan metode cakap. Teknik pengumpulan data dari metode simak ialah teknik sadap sebagai teknik dasar, teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap, dan terakhir teknik catat. Teknik pengumpulan data dari metode cakap ialah teknik pancing sebagai teknik dasar, teknik lanjutan berupa teknik lanjutan cakap semuka dan teknik lanjutan cakap tansemuka. Kedua teknik ini dapat diwujudkan dengan teknik rekam dan teknik catat. Teknik catat dan teknik rekam diwujudkan peneliti dengan cara menginventarisasi, mengidentifikasi, dan mengklasifikasi. Dalam menganalisis data, peneliti mengutip data dan konteks tuturan. Langkah terakhir yaitu peneliti menginterpretasikan makna tuturan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode analisis kontekstual.

  Simpulan dari hasil penelitian ini ialah: Pertama, wujud ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan tuturan lisan yang tidak santun antara guru dan siswa yang berupa tuturan melecehkan muka, memain-mainkan muka, kesembronoan, mengancam muka, dan menghilangkan muka, sedangkan wujud ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan uraian konteks berupa penutur, mitra tutur, tujuan tutur, situasi, suasana, tindak verbal, dan tindak perlokusi yang menyertai tuturan tersebut. Kedua, penanda ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi, serta penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks yang menyertai tuturan yakni penutur, mitra tutur, situasi, suasana, tujuan tutur, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Ketiga, makna ketidaksantunan (1) melecehkan muka yakni hinaan dan ejekan dari penutur kepada mitra tutur hingga melukai hati mitra tutur, (2) memain-mainkan muka yakni tuturan yang membuat bingung mitra tutur sehingga mitra tutur menjadi jengkel karena sikap penutur yang tidak seperti biasanya, (3) kesembronoan yang disengaja yakni penutur bercanda kepada mitra tutur sehingga mitra tutur terhibur, tetapi candaan tersebut dapat menimbulkan konflik, (4) mengancam muka yakni penutur memberikan ancaman kepada mitra tutur sehingga mitra tutur merasa terpojokkan, dan (5) menghilangkan muka yakni penutur mempermalukan mitra tutur di depan banyak orang.

  Saran dari penelitian ini bagi peneliti selanjutnya supaya memperdalam penelitian mengenai ketidaksantunan, terlebih meneliti cara-cara orang ketika melecehkan muka, menghilangkan muka, dan mengancam muka. Selain itu, peneliti selanjutnya supaya mengkaji juga penanda ketidaksantunan dalam hal nonkebahasaan.

  

ABSTRACT

  Yuliastuti, Elizabeth Rita. 2013. Linguistic and Pragmatic Language Impoliteness between

  Teachers and Students at Stella Duce 2 High School Yogyakarta Academic Year 2012/2013. THESIS. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

  This research aims to discuss about linguistic and pragmatic language impoliteness between teachers and students at Stella Duce 2 High School Yogyakarta academic year 2012/2013. The aims of this research are (1) to describe form of linguistic and pragmatic language impoliteness between teachers and students (2) to describe a sign of linguistic and pragmatic language impoliteness between teachers and students and (3) to describe the meaning of the language impoliteness used both by teachers and students at Stella Duce High School 2 Yogyakarta.

  Type of this research is qualitative descriptive. The data is gained in form of impolite spoken language used among students and teachers. The instruments used in this research are interview, elicitation, and cases. The roundup data method used are grouping and interview. The collecting data method uses tapping method as a basic method, the continuation technique is direct interview and the last technique is written data recording. Interview technique is an elicitation technique as a basic technique. The follow up technique is direct interview and indirect interview. Both the techniques can be applied both in grouping and interview. The researcher can use those two techniques both in grouping and interview by inventoring, indentifying, and clarifying. In analyzing the data, the research cites the data and the spoken language. The final step done by the researcher is interpreting the meaning of the language. The data analysis used in this research is contextual analysis method.

  The conclusions of this research are: First, the linguistics impoliteness form can be seen from the spoken language used both by students and teachers consisting of face-aggravate, gratuitous, face-threaten, and face-loss. Then pragmatic impoliteness form can be observed based on the contextual explanation (speaker, receiver, situation, condition, verbal act, perlocutionary act, purpose of speech) used in the language. Second, the sign of linguistic impoliteness can be seen from the tone, note, intonation and diction. The sign of pragmatic impoliteness can be observed based on the context consists of speaker, receiver, situation, condition, verbal act, perlocutionary act, and purpose of speech. Third, the meaning of impoliteness are (1) face- aggravate, taunt from the speaker to the receiver and hurts the person, (2) face-expression which confuses the speaker and receiver and it is annoying, (3) gratuitous which causes a conflict, (4) face-threaten which causes a threat to the person, and (5) face-loss is mortifies somebody in front of the people.

  Suggestion from this research for future researcher is to deepen the research on impoliteness and how people do face-aggravate, gratuitous, face-threaten, and face-loss. Furthermore, the people researcher is expected to study about the sign of impoliteness in terms of non-verbal action.

   

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur dihaturkan kepada Yesus Kristus atas segala rahmat dan penyelenggaraan, serta karya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Ketidaksantunan

  

Linguistik dan Pragmatik Berbahasa antara Guru dan Siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013 dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan yang

  harus ditempuh dalam menyelesaikan studi dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis akan mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP, USD, Yogyakarta yang telah mendukung proses perkembangan jati diri penulis selama menjalani proses studi di USD Yogyakarta.

  2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSID sekaligus sebagai dosen pembimbing II yang juga selalu memberikan banyak masukan yang berharga bagi penulisan skripsi ini, memotivasi, dan membimbing dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. sebagai Wakaprodi PBSID yang juga selalu mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I yang dengan sabar dan penuh perhatian selalu membimbing, memotivasi, dan memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  5. Sr. Fidelis Budiriastuti, CB, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti fenomena ketidaksantunan yang terjadi di sekolah.

  6. Dra. R. Tuti Ratnaningsih, selaku Wakasek Kurikulum SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini.

  7. Guru-guru dan siswa-siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah ikut berpartisipasi

  8. Sdr. Robertus Marsidiq yang dengan sabar melayani penulis dalam berbagai urusan administrasi.

  9. Semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunlah skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan literatur dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan diterima penulis dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pragmatik.

  Yogyakarta, Juni 2013 Penulis

  Elizabeth Rita Yuliastuti

  DAFTAR ISI Hal.

  

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................

  ii

  

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv

HALAMAN MOTO ................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

ABSTRACT ............................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .............................................................................................. x

DAFTAR ISI............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvii

  

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................................................

  1 1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................................

  6 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................

  7 1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................................

  7 1.5. Batasan Istilah .....................................................................................................

  8

  BAB II KAJIAN TEORI .........................................................................................

  11 2.1 Penelitian yang Relevan .......................................................................................

  11 2.2 Teori Ketidaksantunan Berbahasa .......................................................................

  14 2.2.1 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Locher ....................

  15 2.2.2 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Bousfield ...............

  18 2.2.3 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Terkourafi ..............

  19 2.2.4 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Locher and Watts ..

  21 2.2.5 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Culpeper ................

  22 2.2.6 Rangkuman ................................................................................................

  23 2.3 Tindak Tutur ........................................................................................................

  24 2.3.1 Tindak Lokusi ............................................................................................

  25 2.3.2 Tindak Ilokusi ............................................................................................

  26 2.3.3 Tindak Perlokusi ........................................................................................

  30 2.3.4 Rangkuman ................................................................................................

  31 2.4 Konteks Tuturan...................................................................................................

  32 2.4.1 Penutur dan Lawan Tutur ..........................................................................

  36 2.4.1.1 ‘The Utterer’ dan ‘The Interpteter’ ................................................... 38

  2.4.1.2 Aspek-aspek Mental ‘Language Users’ ............................................. 40

  2.4.1.3 Aspek-aspek Sosial dan Budaya‘Language Users’ ........................... 41

  2.4.1.4 Aspek-aspek Fisik ‘Language Users’ ................................................ 44

  2.4.2 Konteks Sebuah Tuturan ............................................................................

  56 2.6.2 Kata Ilmiah dan Kata-kata Populer ............................................................

  62 2.6.10 Rangkuman ..............................................................................................

  62 2.6.9 Kata Fatis ...................................................................................................

  62 2.6.8 Kata Seru ....................................................................................................

  61 2.6.7 Bahasa Artifisial ........................................................................................

  60 2.6.6 Idiom ..........................................................................................................

  59 2.6.5 Kata Slang ..................................................................................................

  59 2.6.4 Kata Percakapan ........................................................................................

  58 2.6.3 Jargon .........................................................................................................

  55 2.6.1 Bahasa Standar dan Nonstandar ................................................................

  46 2.4.3 Tujuan Sebuah Tuturan ..............................................................................

  54 2.6 Pilihan Kata ..........................................................................................................

  54 2.5.4 Rangkuman ................................................................................................

  52 2.5.3 Intonasi .......................................................................................................

  52 2.5.2 Keras-Lemah (Tekanan, Aksen, Stress) ....................................................

  51 2.5.1 Tinggi-Rendah (Nada, Tona, Pitch) ..........................................................

  51 2.5 Bunyi Suprasegmental .........................................................................................

  49 2.4.6 Rangkuman ................................................................................................

  49 2.4.5 Tuturan Sebagai Produk Tindak Verbal ....................................................

  47 2.4.4 Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau kegiatan: Tindakan Ujar .............

  63

  2.7 Kerangka Berpikir ................................................................................................

  72 4.2 Hasil Analisis Data ..............................................................................................

  87 4.2.2.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik ..............................................

  86 4.2.2 Memain-mainkan Muka .............................................................................

  83 4.2.1.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Melecehkan Muka ......

  82 4.2.1.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik ............................................

  81 4.2.1.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik ............................................

  80 4.2.1.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik ..............................................

  78 4.2.1.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik ..............................................

  77 4.2.1 Melecehkan Muka ......................................................................................

  72 4.1 Deskripsi Data ......................................................................................................

  64 BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................

  71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................

  70 3.7 Trianggulasi Hasil Analisis Data .........................................................................

  68 3.6 Sajian Analisis Data .............................................................................................

  68 3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ........................................................................

  66 3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................................

  65 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...............................................................

  65 3.2 Subjek Penelitian .................................................................................................

  65 3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................................

  89

  4.2.2.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik ............................................

  90 4.2.2.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik ............................................

  91

  4.2.2.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Memain-mainkan Muka 94 4.2.3 Kesembronoan yang Disengaja .................................................................

  94 4.2.3.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik ..............................................

  97 4.2.3.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik ..............................................

  97 4.2.3.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik ............................................

  98 4.2.3.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik ............................................

  99

  4.2.3.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Berupa Kesembronoan 102

  4.2.4 Mengancam Muka ..................................................................................... 103

  4.2.4.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik .............................................. 105

  4.2.4.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik .............................................. 106

  4.2.4.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik ............................................ 107

  4.2.4.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik ............................................ 107

  4.2.4.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Mengancam Muka ...... 110

  4.2.5 Menghilangkan Muka ............................................................................... 111

  4.2.1.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik .............................................. 113

  4.2.1.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik .............................................. 114

  4.2.1.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik ............................................ 115

  4.2.1.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik ............................................ 116

  4.2.1.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Menghilangkan Muka . 119

  4.3 Pembahasan .......................................................................................................... 120

  4.3.1 Melecehkan Muka ...................................................................................... 120

  4.3.2 Memain-mainkan Muka ............................................................................. 136

  4.3.3 Kesembronoan yang Disengaja ................................................................. 150

  4.3.4 Mengancam Muka ..................................................................................... 165

  4.3.5 Menghilangkan Muka ............................................................................... 178

  

BAB V PENUTUP.................................................................................................... 192

  5.1 Simpulan .............................................................................................................. 192

  5.2 Saran .................................................................................................................... 196

  

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 198

                   

  DAFTAR TABEL Hal.

  Tabel 1 Tuturan yang Melecehkan Muka ........................................................................... 72 Tabel 2 Tuturan yang Memain-mainkan Muka .................................................................. 74 Tabel 3 Tuturan Kesembronoan yang Disengaja ................................................................ 75 Tabel 4 Tuturan yang Mengancam Muka ........................................................................... 76 Tabel 5 Tuturan yang Menghilangkan Muka ...................................................................... 77  

  

LAMPIRAN .............................................................................................................. …… 201

   

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi yang memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia bisa menemukan kebutuhan mereka dengan cara berkomunikasi. Sebagai anggota masyarakat yang aktif dalam kehidupan sehari- hari, di dalam masyarakat orang sangat bergantung pada penggunaan bahasa (Sudaryanto dalam Abdurrahman, 2006:116-117).

  Kajian mengenai bahasa tersebut di atas dikaji dalam linguistik. Linguistik menurut Matthew (1997) didefinisikan sebagai “The scientific study of language

  and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics .”

  Linguistik sebagaimana telah dijelaskan Matthew (1997) ialah studi tentang ilmu bahasa dan mengkaji struktur gramatikal, sintaksis, dan fonetik. Linguistik sebagai ilmu bahasa yang meneliti dan mengkaji seluk-beluk bahasa natural manusia, tidak saja mengkaji aspek-aspek internal bahasa tetapi juga bagian- bagian eksternalnya. Di dalam perkembangannya, linguistik memiliki beberapa cabang atau ranting-ranting ilmu. Cabang-cabang linguistik secara berturut-turut semantik, (5) pragmatik. Berdasarkan urutan tersebut sudah sangat jelas bahwa ilmu bahasa pragmatik merupakan cabang dari ilmu bahasa atau linguistik (Rahardi, 2003:9).

  Para peneliti bahasa biasanya mengkaji bahasa dari segi bentuknya saja dan memberikan batasan tentang bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi, serta mengidentifikasikan diri. Di sisi lain, setiap sistem dan lambang bahasa menyiratkan bahwa setiap lambang bahasa, baik bunyi (fonologi), kata (morfologi), frase, klausa, kalimat (sintaksis), dan wacana selalu memiliki makna tertentu, yang bisa saja berubah pada saat dan situasi tertentu bahkan tidak berubah sama sekali.

  Pragmatik menurut Levinson (melalui Abrurrahman, 2006:118) ialah

  pragmatics is the study of the relation between language and context that are basic to an account of language understanding. Pengertian tersebut

  menunjukkan bahwa untuk memahami makna bahasa seseorang, seorang penutur dituntut untuk tidak saja mengetahui makna kata dan hubungan gramatikal antarkata tersebut tetapi juga menarik kesimpulan yang akan menghubungkan apa yang dikatakan dengan apa yang diasumsikan, atau apa yang telah dikatakan sebelumnya. Selanjutnya, Levinson juga memberikan definisi terkait (melalui Abdurrahman, 2006:118) yaitu pragmatics is the study of the ability of language users to pair sentences with the contexts in which they would be appropriate. kalimat-kalimat yang diujarkan oleh pengguna bahasa dengan konteks tuturannya.

  Bagi seorang peneliti linguistik formal, ia hanya akan meneliti sebuah satuan bahasa tanpa dikaitkan dengan pemakaian bahasa sehari-hari. Peneliti tidak akan mempermasalahkan mengapa dan bagaimana sebuah kalimat atau tuturan muncul sehingga sebagai akibatnya penutur sebuah bahasa sering mengalami kesalahpahaman dalam suasana dan konteks tuturannya. Konteks situasi tuturan yang dimaksud menunjuk pada aneka macam kemungkinan latar belakang pengetahuan yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh si penutur maupun oleh mitra tutur, serta aspek-aspek nonkebahasaan lainnya yang menyertai, mewadahi, serta melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu. Salah satu cara untuk mengetahui tentang hal itu adalah melalui sudut pandang pragmatik. Pragmatik adalah studi ilmu bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks situasi tuturan yang ada di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahinya (Rahardi, 2007:18). Mey (melalui Nadar, 2009:3-4) memperkenalkan konteks sebagai the surroundings, in the

  widest sense, that enable the participants in the communication process to interact, and that make the linguistic expressions of their interaction intelligible

  atau konteks merupakan situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami.

  Di dalam ilmu pragmatik mengacu pada kajian penggunaan bahasa yang berdasarkan pada konteks. Bidang kajian yang berkenaan dengan kajian pragmatik ialah deiksis (dexis), praanggapan (presupposition), tindak tutur (speech act), implikatur percakapan (conversational implicature) (Abdurrahman, 2006:125), dan kesantunan berbahasa (politeness in language). Kesantunan berbahasa telah banyak dikaji oleh para pakar seperti Leech, Robin Lakoff, dan Brown and Levinson. Kesantunan biasanya identik dengan hal yang bersifat ketidaksantunan pula untuk membandingkan. Namun, pada kenyataannya terjadi ketimpangan studi terkhusus dalam ketidaksantunan berbahasa. Ketika berbahasa, seseorang tidak selalu menggunakan bahasa yang santun tetapi juga kadangkala menggunakan bahasa yang kurang santun. Dua hal mengenai kesantunan dan ketidaksantunan merupakan fenomena pragmatik yang harus dikaji lebih mendalam. Kajian mengenai ketidaksantunan berbahasa terlebih di Indonesia sangat kurang. Padahal, kajian mengenai ketidaksantunan harus diulas secara lengkap seperti halnya kesantunan.

  Penggunaan bahasa untuk berkomunikasi sangatlah penting. Bahasa digunakan di dalam semua aspek kehidupan manusia. Bahasa sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Penggunaan bahasa salah satunya adalah di dalam bidang pendidikan. Sekolah menjadi salah satu tempat yang memungkinkan terjadinya komunikasi. Sekolah merupakan tempat untuk belajar mengajar serta tempat untuk menerima dan memberi pelajaran. Sekolah juga selalu terjadi komunikasi baik antara siswa dan siswa, guru dan siswa, guru dan guru, maupun antarwarga sekolah. Di sekolah juga ditumbuhkan pendidikan karakter yang harus dilakukan oleh siswa. Salah satu aspek dalam pendidikan karakter itu adalah sopan santun. Aspek ini merupakan wujud kultur untuk memahami orang lain setiap berkomunikasi. Setiap komunikasi tidak jarang ditemukan adanya penyimpangan penggunaan bahasa. Penyimpangan ini pada dasarnya dilakukan untuk menimbulkan keakraban dan mengurangi jarak sosial. Namun, penggunaan bahasa yang tidak tepat dapat menimbulkan salah tafsir. Penggunaan bahasa yang kurang santun tersebut masih sangat jarang dikaji oleh para peneliti bahasa saat ini.

  Penggunaan bahasa yang kurang tepat atau kurang santun salah satunya dapat dilihat dalam percakapan antara guru dan siswa. Banyak siswa di luar jam sekolah atau pada saat jam istirahat biasanya menyapa guru atau berbincang- bincang dengan gurunya. Tidak menutup kemungkinan terdapat penyimpangan penggunaan bahasa yang dilakukan siswa ketika berdialog dengan gurunya, misalnya “Buk, nggak usah ngerjain tugas, ya buk? Lagi capek.” Dari tuturan ini dapat dilihat adanya ketidaksantunan dalam berbahasa antara siswa dan guru. Berdasarkan fakta yang ada, seharusnya siswa dapat meminimalisasi penggunaan bahasa yang kurang santun, baik antarsesama siswa atau dengan guru. Selain itu itu, peneliti tertarik untuk mengkaji adanya fenomena ketidaksantunan supaya dapat dihindari pada praktik bertutur di sekolah.

  Peneliti dalam penelitian ini menggunakan subjek berupa guru dan siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta karena SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dirasa dapat mewakili tuturan siswa dari berbagai daerah. Siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta terdiri dari berbagai daerah, mulai dari Pulau Sumatera hingga Pulau Papua. Keragaman siswa tersebut dapat menjadikan penelitian ini semakin baik karena dapat mengakomodasi bentuk-bentuk ketidaksantunan berbahasa yang mewakili berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, siswa-siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dipandang sangat akrab dengan guru-gurunya sehingga kemungkinan besar tuturan antara guru dan siswa menggunakan ragam santai.

  Tuturan-tuturan yang dirasa akrab tersebut memungkinkan adanya ketidaksantunan berbahasa yang diucapkan baik antara guru kepada siswa maupun siswa kepada guru. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan adanya penggunaan ketidaksantunan berbahasa yang dilakukan antara guru dan siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

1.1 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi: a.

  Wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa apa sajakah yang digunakan antara guru dan siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta? b.

  Penanda ketidaksantunan berbahasa apa sajakah yang digunakan oleh siswa kepada guru dan guru kepada siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta? c.

  Apa makna ketidaksantunan berbahasa yang digunakan oleh guru maupun siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta?

  1.2 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah seperti di atas, maka tujuan penelitian ini secara terperinci adalah sebagai berikut: a.

  Mendeskripsikan wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa antara guru dan siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

  b.

  Mendeskripsikan penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa yang digunakan oleh siswa kepada guru dan guru kepada siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

  c.

  Mendeskripsikan makna ketidaksantunan berbahasa yang digunakan oleh guru maupun siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

  1.3 Manfaat Penelitian

  Penelitian ketidaksantunan berbahasa dalam ranah pendidikan khususnya antara guru dan siswa ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu: a.

  Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan pragmatik khususnya yang berkaitan dengan ketidaksantunan berbahasa sebagai fenomena pragmatik. Penelitian ini dapat dikatakan memiliki kegunaan teoretis karena dengan memahami teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam berkomunikasi untuk menghindari penggunaan bahasa yang kurang santun.

  b.

  Manfaat Praktis Penelitian ketidaksantunan berbahasa ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah terutama guru dan siswa dalam berkomunikasi untuk menghindari penggunaan bahasa yang kurang santun. Demikian pula, penelitian ini akan memberikan masukan kepada para praktisi dalam bidang pendidikan terutama bagi dosen, guru, mahasiswa, siswa, dan tenaga kependidikan untuk mempertimbangkan adanya ketidaksantunan berbahasa dalam berkomunikasi yang harus dihindari.

1.4 Batasan Istilah a.

  Ketidaksantunan Ketidaksantunan atau impoliteness occurs when the expression used is not

  conventionalized relative to the context of occurrence; it threatens the addressee’s face (and, through that, the speaker’s face) but no face-

  2008:3—4). Jadi, perilaku berbahasa akan dikatakan tidak santun bilamana mitra tutur (addressee) merasakan ancaman terhadap kehilangan muka (face

  threaten), dan penutur (speaker) tidak mendapatkan maksud ancaman muka itu dari mitra tuturnya.

  b.

  Linguistik Linguistik ialah “The scientific study of language and its structure, including

  the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics ” (Matthew,

  1997). Linguistik sebagaimana telah dijelaskan Matthew (1997) ialah studi tentang ilmu bahasa dan mengkaji struktur gramatikal, sintaksis, dan fonetik.

  c.

  Pragmatik Pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) (Yule, 2006:3).

  d.

  Konteks Konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur (Rahardi, 2006:20).

1.5 Sistematika Penyajian

  Penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian.

  Bab II ialah bab mengenai landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis masalah-masalah yang diteliti. Bab II berisi (1) penelitian yang relevan, (2) teori ketidaksantunan berbahasa, (3) tindak tutur, (4) konteks tuturan, (5) bunyi suprasegmental, (6) pilihan kata, dan (7) kerangka berpikir.

  Bab III berisi metode penelitian yang memuat cara dan prosedur yang akan digunakan untuk menganalisis penelitian ini. Adapun bab III ini berisi, (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian, (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) metode dan teknik analisis data, (6) sajian analisis data, dan (7) trianggulasi hasil analisis data.

  Bab IV akan diuraikan mengenai tiga hal, yakni (1) deskripsi data, (2) sajian analisis data, dan (3) pembahasan. Bab V berisi tentang (1) kesimpulan dan (2) saran untuk penelitian selanjutnya yang masih berhubungan dengan penelitian ini.

   

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

  Peneliti pada saat melakukan penelitian ini belum menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian ketidaksantunan karena penelitian mengenai ketidaksantunan berbahasa di Indonesia belum ditelaah, khususnya oleh para mahasiswa PBSID, FKIP, USD. Hal ini juga dilihat dari buku yang berjudul

  Impoliteness in Language oleh Bousfield (2008) yang merupakan salah satu

  wujud keprihatinan linguis yang berkecimpung dalam pragmatik khususnya mengenai ketidaksantunan berbahasa yang belum dikaji secara mendalam.

  Peneliti juga hingga waktu penulisan penelitian ini memang belum mendapatkan referensi mengenai ketidaksantunan secara lengkap.

  Fakta tersebut menggambarkan betapa langkanya studi ketidaksantunan pragmatik dan sekaligus mengisyaratkan lambatnya perkembangan studi pragmatik (ketidaksantunan) khususnya dalam bahasa Indonesia. Penelitian mengenai ketidaksantunan tidak terlepas begitu saja dari penelitian kesantunan.

  Jadi, karena dasar dari penelitian ketidaksantunan adalah penelitian-penelitian mengenai kesantunan dalam berbahasa, maka beberapa penelitian kesantunan berbahasa dapat disebut di sini. Peneliti berusaha menemukan penelitian sejenis mengenai kesantunan berbahasa. Peneliti menemukan tiga penelitian yang sejenis

  Penyimpangan Maksim Kesantunan dalam Tuturan Imperatif Guru kepada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”. Penelitian ini berusaha menjawab jenis kesantunan yang terdapat dalam tuturan imperatif guru kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung dan jenis penyimpangan maksim kesantunan yang terdapat dalam tuturan imperatif yang diucapkan guru kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung. Hasil penelitian ini ialah (1) ada dua jenis kesantunan dalam tuturan imperatif yaitu jenis kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan deklaratif dan kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan interogatif. Kedua jenis kesantunan tersebut diungkapkan dalam bentuk tuturan imperatif. Jenis kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan deklaratif terdiri dari berbagai macam tuturan yaitu (1) tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif larangan, (2) tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif permohonan, (3) tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif ajakan, dan (4) tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif suruhan. Jenis kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan interogatif, terdapat tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif larangan dan tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif ajakan. (2) Ada lima penyimpangan maksim yang terjadi dalam tuturan imperatif yang dituturkan guru SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung yaitu (1) maksim kemurahan hati, (2) maksim kebijaksanaan, (3) maksim cara, (4) maksim

  Penelitian kedua dilakukan oleh Kusumastuti (2010) dengan judul “Kesantunan Berbahasa Indonesia Pembawa Acara Stasiun Televisi Swasta Nasional”. Penelitian ini bertujuan menemukan keteraturan pembawa acara televisi dalam merealisasikan kesantunan tuturan. Hasil penelitian ini ditemukan lima kelompok tuturan santun pembawa acara televisi, yakni (1) tuturan yang menunjukkan sikap menghargai mitra tutur, (2) tuturan yang mengandung upaya menarik minat pemirsa, (3) tuturan yang berisi nasihat, (4) tuturan yang menunjukkan prioritas terhadap mitra tutur berjarak sosial paling jauh, dan (5) tuturan yang menunjukkan sikap rendah hati. Adapun strategi yang digunakan oleh pembawa acara televisi tersebut ialah (1) strategi bertutur dengan kesantunan positif, (2) strategi bertutur lugas, (3) strategi bertutur samar-samar, dan (4) strategi bertutur dengan kesantunan negatif. Penelitian ini juga menemukan penanda bahasa verbal dan nonverbal yang menunjukkan kesantunan berbahasa para pembawa acara televisi, yakni (1) nomina pengacu dan nomina penyapa, (2) adverbia modalitas, (3) gaya bahasa, (4) interjeksi, jenis kalimat, serta (5) bahasa nonverbal yang menyertai tuturan.

  Penelitian ketiga dilakukan oleh Sukoco (2002) dengan judul “Penanda Lingual Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Bentuk Tuturan Imperatif: Studi Kasus Pemakaian Tuturan Imperatif di Lingkungan SMU Stella Duce Bantul”.

  Hasil penelitian ini ialah tuturan imperatif terbagi atas tuturan imperatif larangan, tuturan imperatif permintaan, dan tuturan imperatif ajakan. Adapun penanda kata-kata tolong, ayo, (ayok), mari, silakan, dan pemakaian kata maaf sebagai bentuk eufimisme bahasa.