DOCRPIJM 247e917440 BAB IIBab 2 Kondisi Umum Daerah

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM) BAB - 2

KONDISI UMUM DAERAH

2.1 KONDISI UMUM DAERAH

2.1.1 Geografi

  Kabupaten Maluku Tenggara Barat tadalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku dan merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Kabupaten Maluku Tenggara Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

  Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2008 dibentuklah Kabupaten Maluku Barat Daya sebagai pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

  Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat berkedudukan di Saumlaki yang merupakan ibukota Kecamatan Tanimbar Selatan. Secara geografi Kabupaten Maluku Tenggara Barat berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:

  : Laut Banda  Sebelah Utara  Sebelah Selatan : Laut Timur dan Australia

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  ) Darat Laut Total

  10 Molu Maru - - - JUMLAH 10.102,92 42.892,27 52.995,19

  9 Kormomolin 933,16 3.961,77 4.894,93

  8 Nirunmas 1.468,30 6.233,70 7.702,00

  7 Wuarlabobar *) 654,74 2.779,71 3.434,45

  6 Yaru 79,42 337,20 416,62

  5 Tanimbar Utara 1.075,74 4.567,10 5.642,84

  4 Selaru 826,26 3.507,90 4.334,16

  3 Wermaktian 2.941,16 12.486,79 15.427,95

  2 Wertamrian 1.298,45 5.512,62 6.811,07

  1 Tanimbar Selatan 825,69 3.505,48 4.331,17

  2

   Sebelah Barat : Kabupaten Maluku Barat Daya  Sebelah Timur : Laut Arafura Secara astronomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak pada posisi 60 34’ 24” – 80 24’ 36” Lintang Selatan dan 1300 37’ 47” – 1330 4’ 12” Bujur Timur. Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kepulauan dan terkonsentrasi pada Gugus Pulau Tanimbar yang memiliki luas keseluruhan 52.995,19 km

  Luas Wilayah (km

  Tabel 2-1 Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat No Kecamatan

  (29,11% dari luas keseluruhan). Adapun luas masing-masing Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat selengkapnya tergambar dalam Tabel 2-1 dan Gambar 2-1 pada halaman berikutnya.

  2

  (80,94%). Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Wermaktian yaitu 15.427,95 km

  2

  (19,06%) dan wilayah perairan seluas 42.892,28 km

  

2

  yang terdiri dari wilayah daratan seluas 10.102,92 km

  2

  Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016 Keterangan: *) Termasuk Kecamatan Molu Maru

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Gambar 2-1 Peta Administrasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  2.1.2 Topografi dan Fisiografi

  Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah yang relatif datar (0-3%), landai/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam (15

  • –30%), curam (30– 50%) dan sangat curam (>50%). Topografi wilayah terkait dengan faktor lereng dan sesuai untuk semua usaha pertanian: tanaman pangan/semusim, tanaman umur panjang, dan peternakan. Kelas lereng 8-30 persen (bergelombang sampai berbukit), tidak sesuai untuk tanaman pangan/semusim dan peternakan, hanya sesuai untuk tanaman tahunan. Di utara Pulau Yamdena terdapat sederet pulau-pulau kecil. Kedua deretan pulau tersebut terpisah oleh selat yang dangkal dengan kedalaman tidak lebih dari 20 meter, sehingga apabila terjadi pasang surut, terbentuk daratan kering yang luasnya bisa mencapai setengah kilometer dari tepi pantai Yamdena. Yamdena utara umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter, sedang daerah perbukitan di bagian selatan tingginya melebihi 200 meter. Secara keseluruhan morfologi di daerah ini dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu perbukitan, dataran rendah dan teras. Di daerah perbukitan seperti yang terdapat di Pulau Labobar puncak tertinggi mencapai lebih dari 300 meter di atas muka laut. Di pulau-pulau lainnya, ketinggiannya kurang dari itu. Umumnya berlereng terjal, bersungai pendek dan berpola aliran memancar. Di Pulau Yamdena tenggara terdapat pebukitan bergelombang dengan ketinggian mencapai 260 meter; pola aliran disini hampir sejajar dengan pantainya terjal. Dataran rendah terdapat mengikuti aliran sungai. Dataran rendah yang terpanjang terdapat di sepanjang sungai Ranormoye. Undak batu gamping terdapat disejumlah pulau kecil seperti Pulau Selaru, Larat dan Fordata. Undak tersebut dibatasi lereng terjal, tetapi puncaknya hampir datar dengan puncak tertinggi 104 meter.

  2.1.3 Geologi

  Kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang merupakan kepulauan dan terkonsentrasi pada Gugus Pulau Tanimbar dan sekitarnya, telah diselidiki dan dipetakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G, Bandung) pada tahun 1989 oleh Sukardi dan Sutrisno. Daerah kajian termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Kepulauan Tanimbar, Maluku dengan skala 1 : 250.000.

  Analisis geomorfologi daerah ini didasarkan pada penafsiran peta fisiografi/morfologi, pengamatan bentang alam dan proses pembentukan morfologi seperti tahapan pembentukan sungai dan jentera erosi, pengamatan litologi serta struktur geologi yang berkembang di lapangan. Menurut Sukardi dan Sutrisno (1989) morfologi

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  daerah ini secara umum merupakan Perbukitan Sejajar, Perbukitan Bergelombang dan Pedataran Alluvial. Dasar stratigrafi yang dipilih dalam penentuan satuan stratigrafi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya adalah litostratigrafi. Penamaan masing- satuan tidak resmi. Penyebaran setiap satuan stratigrafi dalam peta geologi dibuat berdasarkan penyebaran satuan stratigrafi atau formasi yang sudah diterbitkan petanya. Batas setiap satuan stratigrafi ditentukan atas dasar hubungan ketidakselarasan atau keselarasan antara suatu satuan stratigrafi atau formasi dengan suatu satuan stratigrafi atau formasi yang berdekatan. Umur dan batuan penyusun setiap satuan stratigrafi, mengikuti umur dan batuan penyusun formasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan pada peta geologi yang sudah terbit (

  Peta Geologi Lembar Kepulauan Tanimbar, Maluku yang disusun oleh Sukardi dan Sutrisno, 1989) di daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya dapat dibagi menjadi 7 (empat) Formasi stratigrafi tidak resmi. Berurutan dari umur tua sampai muda terdiri dari: 1.

   Kompleks Molu (M), terdiri dari batupasir kuarsa, batugamping napalan berfosil

  Belemnit dan Moluska, batugamping Kristal, batugamping oolit, batugamping berfosil Spiriferina, rijang, sekis, andesit piroksen, basal amigdal, diorit hornblenda, trakit porfir dan tufa.

  2. Formasi Tangustabun (Tpt), terdiri dari : perselingan antara lempung coklat kemerahan, tufa kaca, rijang, batupasir kuarsa dan batugamping.

  3. Formasi Batimafudi (Tmb), terdiri dari : perselingan batugamping pasiran, napal, batupasir gampingan dengan struktur perlapisan berupa silang siur.

  4. Anggota Napal, Formasi Batimafudi (Tmbm), terdiri dari : Napal bersisipkan batugamping pasiran setempat dijumpai struktur laminasi.

  5. Formasi Batilembuti (QTb), terdiri dari : Napal yang kaya akan fosil plangton dan bentos, batugamping yang sangat rapuh, yang terbentuk seluruhnya dari fosil plangton dan bentos, napal kapuran berwarna putih dan ringan.

  6. Formasi Saumlaki (Qs), terdiri dari : batugamping koral, padat, setempat terbreksikan, bagian bawah konglomerat dengan komponen batugamping dan cangkang fosil.

  7. Aluvium (Qa), terdiri dari : lumpur, pasir dan kerikil.

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Batugamping yang terdapat di daerah kajian ini umumnya bersifat mudah meresapkan dan melarutkan air. Tersebar di daerah Pantai Barat dan Utara Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Larat, dan pulau-pulau kecil disekitar pulau Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya, dapat di lihat pada Gambar 2-2 berikut ini.

  Gambar 2-2 Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya

  (Sukardi dan Sutrisno, 1989) Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya dikontrol dan tidak terlepas dari pengaruh struktur besar dan tektonik regional yang berkembang di Pulau Maluku dan sekitarnya. Kelurusan-kelurusan yang

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  dianggap sebagai manifestasi struktur geologi relatif berarah Utara-Selatan dan Barat- Timur. Struktur geologi yang dapat diamati berupa lipatan, sesar naik, sesar geser, dan kelurusan-kelurusan yang menunjukkan arah utama Utara-Selatan dan Baratdaya- Timurlaut. Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah baratlaut-Tenggara dan Baratdaya-Timurlaut.

  Di daerah ini proses tektonik terjadi pada Akhir Paleogen atau bahkan lebih tua. Gejala ini mengakibatkan perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional derajat rendah. Tektonik yang dapat diamati terjadi pada Plio-Plistosen, yang mengakibatkan ketidakselarasan dengan batuan yang lebih tua dan mengaktifkan kembali struktur- struktur geologi yang terbentuk sebelumnya. Untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang perkembangan struktur geologi ini perlu dilakukan pengamatan yang lebih detail.

  Secara umum kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya, seperti yang telah dibahas di atas relatif harus mendapat perhatian khusus menyangkut masalah tanah dasar dan batuan maupun struktur geologi. Struktur geologi yang berkembang di daerah kajian cukup intensif (lihat Peta Geologi, Gambar 3.1), untuk lebih memastikan seberapa besar pengaruh dari struktur geologi ini terhadap ketersediaan air tanah atau kondisi hidrogeologi secara umum perlu dilakukan penyelidikan lanjutan.

2.1.4 Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi A.

   Air tanah dan akuifer

  Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, sehingga ada ilmu pengetahuan khusus yang membahas tentang air yaitu hidrologi. Hidrologi adalah ilmu tentang air baik di atmosfer, di permukaan bumi, dan di dalam bumi, tentang terjadinya, perputarannya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini (Shiddiqy, 2014). Keberadaan Air Tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya batuan dengan sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan ( runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, penebangan hutan

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan ( recharge area).

  Pemanfaatan air untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi kuantitas air yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas air akan sebagai akibat pemanasan oleh sinar matahari dan tiupan angin. Uap air ini kemudian menguap dan mengumpul membentuk awan. Pada tahap ini terjadi proses kondensasi yang kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau salju. Sebagian dari air yang jatuh kebumi meresap kedalam tanah sebagai Air Tanah, sedangkan sebagian lainya mengalir sebagai air permukaan yang kemudian menguap kembali akibat sinar matahari. Siklus disebut siklus hidrologi

  (hydrologic cycle).

  Gambar 2-3 Siklus Hidrologi ( hydrologic cycle)

  Secara umum, siklus hidrologi dapat dibagi dalam tiga tahapan: 1)

  Air permukaan yang ada di muka bumi ini membentuk kumpulan butir-butir air sebagai awan, ditiup angin ke arah dataran, kemudian turun sebagai hujan. 2)

  Air hujan yang turun ke permukaan bumi, sebagian mengalir sebagai air permukaan, sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian lagi menyerap

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  melalui pori-pori tanah ke dalam tanah (infiltrasi) sebagai Air Tanah

  ( groundwater). 3)

   Air yang masuk kedalam tanah sebagai Air Tanah, sebagian mengisi lapisan

  tanah/batuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal, yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Lokasi pengisian

  (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan airnya (discharge area).

  Secara skematis siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2-4 Diagram siklus hidrologi (Dr. Ir. Robert J Kodoatie, 1996)

  Keterangan gambar: 7. aliran jaringan sungai (runoff) 1. penguapan (evaporasi) 8. transpirasi 2. evapotranspirasi 9. kenaikan kapiler

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  3. hujan (air atau salju) 10. infiltrasi 4. air mengalir lewat batang tanaman 11. aliran antara (interflow) atau jatuh langsung dari tanaman 12. aliran dasar (baseflow) 5. aliran di muka tanah (over land 13. aliran runout flow) 14. perkolasi 6. banjir (genangan) 15. kenaikan kapiler Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Salah satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat lubang pori di antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan bumi ini disebut akuifer.

  Ada beberapa pengertian akuifer berdasarkan pendapat para ahli, Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata aqua yang berarti air dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air. Herlambang (1996) menyatakan bahwa akuifer adalah lapisan tanah yang mengandung air, di mana air ini bergerak di dalam tanah karena adanya ruang antar butir-butir tanah. Berdasarkan kedua pendapat, dapat disimpulkan bahwa akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mampu mengalirkan air. Hal ini disebabkan karena lapisan tersebut bersifat permeable yang mampu mengalirkan air baik karena adanya pori-pori pada lapisan tersebut ataupun memang sifat dari lapisan batuan tertentu. Contoh batuan pada lapisan akuifer adalah pasir, kerikil, batu pasir, batu gamping rekahan. Akuifer dan aliran air pada pori-pori ditunjukkan oleh Gambar 2 dan 3.

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Gambar 2-5 Akuifer di bawah tanah (Shiddiqy, 2014) Gambar 2-6 Aliran air pada pori-pori antar butir tanah (Shiddiqy, 2014)

  Terdapat tiga parameter penting yang menentukan karakteristik akuifer yaitu tebal akuifer, koefisien lolos atau permeabilitas, dan hasil jenis. Tebal akuifer diukur mulai dari permukaan air tanah ( water table) sampai pada suatu lapisan yang bersifat semi kedap air ( impermeable) termasuk aquiclude dan aquifuge. Permeabilitas merupakan kemampuan suatu akuifer untuk meloloskan sejumlah air tanah melalui penampang 1 m2. Nilai permeabilitas akuifer sangat ditentukan oleh tekstur dan struktur mineral atau partikel-partikel atau butir-butir penyusun batuan. Semakin kasar tekstur dengan struktur lepas, maka semakin tinggi batuan meloloskan sejumlah air tanah. Sebaliknya, semakin halus tekstur dengan struktur semakin tidak teratur atau semakin mampat, maka semakin rendah kemampuan batuan untuk meloloskan sejumlah air tanah. Dengan demikian, setiap jenis batuan akan mempunyai nilai permeabilitas yang berbeda dengan jenis batuan yang lainnya.

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Hasil jenis adalah kemampuan suatu akuifer untuk menyimpan dan memberikan sejumlah air dalam kondisi alami. Besarnya cadangan air tanah atau hasil jenis yang dapat tersimpan dalam akuifer sangat ditentukan oleh sifat fisik batuan penyusun akuifer (tekstur dan struktur butir-butir penyusunnya) (Anonim, 2006). melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis akuifer, yaitu: Akuifer terkungkung ( confined aquifer), akuifer setengah terkungkung (semi confined aquifer), akuifer setengah bebas ( semi unconfined aquifer), dan akuifer bebas (unconfined aquifer). Akuifer terkungkung adalah akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air. Akuifer setengah terkungkung adalah akuifer yang lapisan di atas atau di bawahnya masih mampu meloloskan atau dilewati air meskipun sangat kecil (lambat). Akuifer setengah bebas merupakan peralihan antara akuifer setengah terkungkung dengan akuifer bebas. Lapisan bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan lapisan atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih dimungkinkan adanya gerakan air. Akuifer bebas lapisan atasnya mempunyai permeabilitas yang tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan air sama dengan atmosfer. Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas (tidak terkungkung) dan akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer. Jenis-jenis akuifer ditunjukkan pada Gambar 4.

  Gambar 2-7 Jenis-jenis Akuifer (Shiddiqy, 2014)

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Todd (1980) menyatakan bahwa tidak semua formasi litologi dan kondisi geomorfologi merupakan akuifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan, akuifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut: 1.

  Lintasan air (water course) Bentuk lahan di mana materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan kerikil.

  2. Dataran (plain) Bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akuifer yang baik.

  3. Lembah antar pegunungan (intermontane valley) Merupakan lembah yang berada di antara dua pegunungan dan materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.

  4. Lembah terkubur (burried valley) Lembah yang tersusun oleh material lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.

  Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah, terdapat lapisan-lapisan batuan selain akuifer yang berada di bawah permukaan tanah. Lapisan-lapisan batuan tersebut dapat dibedakan menjadi:

  Aquiclude, aquitard, dan aquifuge. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung, serpih, tuf halus, lanau. Untuk keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air. Letak aquiclude ditunjukkan pada Gambar 5.

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Gambar 2-8 Letak Aquiclude (Shiddiqy, 2014) Aquitard adalah formasi geologi yang semi kedap, mampu mengalirkan air tetap dengan laju yang sangat lambat jika dibanding dengan akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan lainnya.

  Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampu mengalirkan air. Berdasarkan pembahasan di atas dan Peta Hidrogeologi Lembar Kepulauan Maluku dengan skala 1 : 250.000, lembar VI, yang disusun oleh Ucu Takhmat Akus, 2008, diketahui bahwa di daerah kajian terdapat sedikitnya 10 (sepuluh) CAT (Cekungan Air Tanah) dan batuan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki kelulusan air kecil sampai tinggi. Kelulusan kecil terdapat pada batulempung napalan, kelulusan rendah sampai sedang pada batugaping kristalin yang masif, sedangkan kelulusan tinggi terdapat pada batugamping pasiran. Akifer yang terdapat di daerah kajian dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1).

  Aquifer Produktif : aquifer ini mempunyai tingkat keterusan yang beragam, muka air tanah umumnya dalam, setempat dapat dijumpai mata air dengan debit yang cukup besar. 2).

  Aquifer Rendah : aquifer ini umumnya mempunyai tingkat keterusan rendah, setempat pada daerah yang stabil air tanah dapat diperoleh, meskipun debitnya kecil.

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM) 3).

  Aquifer Sangat Rendah : daerah dengan kondisi Aquifer seperti ini umumnya merupakan daerah dengan kondisi air tanah langka/ jarang atau dengan kata lain sulit dijumpai air tanah. Peta Hidrogeologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya dapat di lihat Air adalah sumber daya alam dinamis, yang selalu bergerak melalui daur hidrologi yang abadi. Bumi banyak sekali memiliki air, tetapi hanya 2,5% yang berupa air tawar (97,5% adalah air asin). Hanya 0,3% dari air tawar yang terdapat di bumi berupa air permukaan danau, telaga, waduk, situ, dan air sungai yang dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia. Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kabupaten kepulauan yang hampir sebagian besar desa

  • –desa di setiap Kecamatan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat berbatasan langsung dengan pesisir pantai, tetapi ada beberapa desa yang di lewati sungai. Berikut adalah Tabel 2-2 yang menyajikan nama-nama sungai di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

  Tabel 2-2 Nama-nama Sungai Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  2 No Kecamatan DAS Luas (Km )

  1 Nirunmas Watmuri 68,74

  2 Nirunmas Ngun 37,55

  3 Nirunmas Arma 149,71

  4 Wertamrian Arui 17,45

  5 Kormomolin Batimaffudi 0,54

  6 Kormomolin Watmuri 12,08

  7 Kormomolin Meyonadas 47,33

  8 Kormomolin Ueswan 23,39

  9 Kormomolin Ngun 286,78

  10 Molo Maru Maru 21,69

  11 Molo Maru Wayangan 4,53

  12 Molo Maru Kalbur 0,48

  13 Molo Maru Molu 73,11

  14 Selaru Anggarmasa 7,37

  15 Selaru Nurianat 0,80

  16 Selaru Selaru 340,42

  17 Selaru Riama 1,40

  18 Tanimbar Selatan Asutubun 0,01

  19 Tanimbar Selatan Asutubun 3,13

  20 Tanimbar Selatan Lermatang 42,26

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  2 No Kecamatan DAS Luas (Km )

  21 Tanimbar Selatan Lolan 67,49

  22 Tanimbar Selatan Kebiarat 12,02

  23 Tanimbar Selatan Saumlaki 19,06

  Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum Dirjen Sumber Daya Air Satker Balai Wilayah Sungai Maluku, 2011.

  B.

   Kondisi Klimatologi

  Kabupaten Maluku Tenggara Barat beriklim tropis yang bervariasi antara tiap bagian wilayah dan sangat dipengaruhi oleh lautan yaitu Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di bagian Timur dan Benua Australia di bagian selatan sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan iklim.

1. Iklim

  Iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh sirkulasi angin masim yang bergerak dari dan ke arah ekuator. Sehingga, pola iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bomodal (dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember/Januari dan April/Mei. Selama periode April-September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus, dan September, sedangkan selama periode Oktober-Maret, angin pasat timur dari lautan pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret Kondisi data historis curah hujan menunjukkan bahwa wilayah Maluku Tenggara Barat

  • – merupakan daerah terkering dengan curah hujan tahunan rata-rata antara 1500 2000 mm. Berdasarkan peta zona agroklimat Provinsi Maluku (LTA-72,1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980), Iklim Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada gugus Pulau Tanimbar termasuk tiga zonaagroklimat, yaitu: a.

  Zona II.3: Curah hujan tahunan 1.500–1.800 mm, tercakup didalamnya zona D3 (5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Timur;

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM) b.

  Zona II.4: Curah hujan tahunan 1.800–2. 100 mm, tercakup didalamnya zona C3 5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Barat; c.

  Zona IV.1: Curah hujan tahunan 3.000–4.800 mm, tercakup didalamnya zona A2 (> 9 BB, >2BK) meliputi Bagian Barat Yamdena.

2. Curah Hujan

  Jumlah curah hujan selama tahun 2015 sesuai data dari Stasiun Meteorologi Saumlaki adalah 1.752 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 410 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2015 adalah 190 hari, dengan hari hujan terbanyak pada bulan Januari dan April, yaitu sebanyak 27 hari. Data mengenai jumlah curah hujan dan hari hujan di wilayah studi selengkapnya disajikan pada Tabel 2-3 berikut ini.

  Tabel 2-3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Curah Hujan Hari Hujan

  No Bulan (mm) (Hari)

  1 Januari 410

  27

  2 Februari 226

  20

  3 Maret 122

  20

  4 April 239

  27

  5 Mei 278

  20

  6 Juni 212

  25

  7 Juli

  47

  19

  8 Agustus

  7

  13 9 - September

  1

  10 Oktober - -

  11

  • November -

  12 Desember 211

  18 JUMLAH 2015 1.752 190 2014 1.887 166 2013 2.369 198 2012 1.801 134

  2011 2.121 178

  Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016 3.

   Musim

  Selama periode April – September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus dan September.

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Selama periode Oktober

  • – Maret, angin pasat timur laut dari lautan pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Angin tersebut banyak mengandung uap air yang tercurah sebagai hujan di wilayah Maluku Tenggara Barat. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret.

4. Suhu, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari

  Sesuai data dari Stasiun Meteorologi Saumlaki, suhu rata

  • –rata terendah pada tahun 2015 adalah 25,6 C yaitu pada bulan Agustus, sedangkan suhu rata-rata tertinggi pada bulan Desember, sebesar 28,9

  10 Oktober 26,9 76 1.015,30

  8

  73

  8 Agustus 25,6 76 1.015,70

  9

  94

  9 September 26,3 77 1.015,10

  7

  98

  7

  76

  97

  11 November 28,8 77 1.011,40

  4

  90

  12 Desember 28,9 80 1.010,30

  6

  58 RATA-RATA 27,3 81 1.012,79

  7

  75 Sumber: Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

  7 Juli 25,9 81 1.015,30

  8

  C. Rata-rata Kelembaban Udara Relatif tertinggi tahun 2015 terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 88%. Tekanan udara dan kecepatan angin tertinggi pada tahun 2015 terjadi pada bulan Agustus sebesar 1.015,7 milibar dan 9 knot. Durasi penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 98%. Berikut adalah Tabel 2-4 yang menyajikan informasi mengenai suhu, kelembaban relatif, tekanan udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari di wilayah studi.

  2 Februari 27,8 84 1.010,40

  Tabel 2-4 Suhu, Kelembaban Relatif, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015

  No Bulan Suhu udara rata-rata ( c)

  Kelembaban relatif rata-rata (%)

  Tekanan udara rata-rata (mb) Kecepatan angin rata- rata (knot)

  Penyinaran matahari rata-rata (%)

  1 Januari 27,5 88 1.009,60

  6

  41

  6

  6 Juni 26,8 81 1.013,50

  69

  3 Maret 28,0 84 1.011,80

  6

  71

  4 April 27,8 84 1.011,50

  5

  60

  5 Mei 27,3 80 1.013,60

  7

  68

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

2.2 SARANA DAN PRASARANA

2.2.1 Pengelolaan Air Limbah Domestik

  Air limbah domestik (rumah tangga) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, terdiri dari air kotor (grey water) dan lumpur tinja (black water). Air kotor umumnya berasal dari kamar mandi, dapur, atau tempat cuci. Lumpur tinja bersumber dari WC dan urinoir. Umumnya sistem pembuangan air kotor rumah tangga di Kabupaten Maluku Tenggara Barat masih menyatu dengan sistem pembuangan air hujan (drainase), yang dialirkan secara langsung ke saluran terbuka (primer, sekunder), dan laut. Pembuangan air kotor secara langsung ke saluran drainase tersebut, dilakukan tanpa pengolahan apapun, sehingga berpotensi mengakibatkan pencemaran lingkungan.

  Pada sisi lain berdasarkan survei EHRA, juga dijumpai pembuangan air kotor dilakukan secara terbuka saja di halaman dimana air secara gravitasi akan mengalir ke bagian yang lebih rendah. Pembuangan secara terbuka di halaman ini, menyebabkan dampak-dampak ikutan yang tidak menguntungkan, seperti kualitas lingkungan permukiman yang kotor dan tidak sehat, terbentuknya genangan-genangan air yang memicu endemic malaria, dan erosi/ pengikisan tanah. Sistem pembuangan lumpur tinja rumah tangga umumnya diteruskan ke tengki septik tunggal melalui masing- masing jamban keluarga. endapan tinja yang terkumpul didalam tengki septik tidak di angkut untuk diolah karena tidak ada armada (truk tinja) dan tidak ada Istalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).

  Gambar 2-9 Skematik Pengolahan Air Limbah Domestik di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Kondisi seperti ini sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan, karena jika air limbah yang dihasilkan lebih dari 30 liter/orang/hari, besar kemungkinan tanah tidak mampu lagi meloloskan air limbah, dan jika volume air limbah yang dihasilkan lebih rendah maka tanah berpasir masih mampu meloloskan air limbah terolah dari tengki septik kedalam tanah. Selain itu, Berdasarkan survei EHRA, anggota keluarga dewasa bila ingin membuang air besar telah 39,32% dilakukan di jamban pribadi. Namun demikian masih ditemui juga responden yang membuang air besar di sungai/pantai/laut (340 responden atau 28,38%), MCK/WC umum (289 responden atau 24,12%), kebun/pekarangan (137 responden atau 11,44%), lainnya (62 responden atau 5,18%), selokan/parit/got (41 responden atau 3,42%), tidak tahu (21 responden atau 1,75%), WC helikopter (15 responden atau 1,25%) dan lubang galian (6 responden atau 0,5%).

  Gambar 2-10 Grafik Tempat Anggota Keluarga Bila Ingin Buang Air Besar

2.2.2 Pengelolaan Persampahan

  Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat cukup serius dalam penanganan masalah persampahan di daerah, ini di wujudkan dalam bentuk program Jumat Bersih, Semua Pegawai maupun Masyarakat terlibat dalam pelaksanaan pembersihan sampah. Pelayanan persampahan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat lebih di pusatkan pada Ibu Kota Kabupaten maupun Ibu Kota Kecamatan dengan tetap mengacu pada RTRW Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dengan mempertimbangkan luasnya wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, maka pengelolaan sampah diarahkan di Ibu Kota Kecamatan dengan penyediaan media Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Kondisi eksisting persampahan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dilakukan pelayanan pada wilayah Kota Saumlaki dan Kota Larat dengan masing-masing difasilitasi sarana prasarana persampahan yang cukup

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  memadai, fasilitas persampahan yang disediakan seperti TPS baik yang berupa bak sampah ataupun tong sampah. Fasilitas yang tersedia ini dilayani oleh armada sampah berupa dump truk secara bergiliran setiap hari, dalam sehari masing-masing armada melakukan pengangkutan dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA ) sebanyak 2 (dua) kali rotasi. Dominan timbunan sampah yang dihasilkan berupa sampah rumah tangga, akan tetapi dari sumber sampah sampai pada TPS belum diolah dan dipilah oleh masyarakat. Begitu pun dari TPS menuju ke TPA juga tidak diolah dan dipilah, sehingga sampah yang dihasilkan belum dapat dimanfaatkan atau didaur ulang. Tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya cukup rendah khususnya permukiman yang berbatasan langsung dengan pantai, yang hampir sebagian besar membelakangi laut sehingga menjadikan pesisir pantai sebagai media pembuangan sampah.

  Hal ini sementara menjadi perhatian penting di daerah dengan program-program sosialisasi serta pelaksanaan regulasi yang membuat jerah bagi setiap orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga menyebabkan pencemaran dan penyebaran bibit penyakit.

  Berdasarkan survey EHRA, pengelolaan sampah rumah tangga secara umum adalah dengan membuang sampah ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk (37,61%). Selain itu cara pengelolaan lain yang banyak dilakukan adalah membuang sampah ke sungai/kali/laut dan danau (35,64%). Dikumpulkan dan dibuang ke TPS (12,82%) dan dibakar (10,26%).

  Gambar 2-11 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  2 Kec. Nirunmas - - -

  3 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2016

  2 Total 40 10,241

  10 Kec. Molu Maru 22 -

  9 Kec. Yaru - - -

  8 Kec. Wuarlabobar - - -

  1

  7 Kec. Wartamrian - 1,836

  6 Kec. Warmaktian 6 - -

  12 6 -

  5 Kec. Tanimbar Utara

  4 Kec. Tanimbar Selatan - 7,521 -

  3 Kec. Selaru - 863 -

  1 Kec. Kormomolin - 15 -

  Pengelolaan persampahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat ditangani oleh Dinas Kebersihan, dimana daerah yang dilayani hanya 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanimbar Selatan, Tanimbar Utara dan Kecamatan Wermaktian. Adapun sarana dan prasarana Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

  NO Daerah Sarana & Prasarana TPS UMUM TPS PRIBADI TPA

  Tabel 2-6 Sarana dan Prasarana Sampah di Tiap Kecamatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  Data sarana dan prasarana sampah di tiap kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

  1 Sumber: Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2016

  7 Excavator

  6 TPA 3.000 m 3

  5 Arm Roll Truck 1 baik 3 m 3

  4 Dump Truck 4 baik 6 m 3

  3 Kontainer 12 baik 8 m 2

  2 Motor Sampah 3 rusak berat

  1 Gerobak Sampah 4 rusak ringan 4 m 2

  No Daerah Jumlah (Unit) Kondisi Kapasitas

  Tabel 2-5 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  Fasilitas yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk pengelolaan persampahan di setiap wilayah pelayanannya adalah sebagai berikut:

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM) 1.

   Kecamatan Tanimbar Selatan:

   Dump Truck (5 unit)

  TPA (Control Land Fill)

   Arm Roll (1 unit)

    Alat Berat di TPA (1 unit) 2.

   Kecamatan Tanimbar Utara:

    Dump Truck (1 unit) 3.

  TPA (Open Dumping)

   Kecamatan Wermaktian:

   Kendaraan roda 3 (3 unit)

  TPA (Open Dumping)

   Adapun pengelolaan persampahan di daerah pedesaan dilakukan secara individual yaitu dengan cara membuang sampah di belakang rumah atau ada pula yang membuang sampah secara komunal yaitu dengan cara membuang sampah ke lokasi yang telah disediakan oleh pemerintah desa.

2.2.3 Drainase

  Saluran drainase yang ada Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi saluran primer, saluraran sekunder dan saluran tersier. Saluran primer berupa sungaisungai yang berada di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dan bermuara langsung ke laut secara terkendali terhadap kondisi pasang surut yang ekstrim.

  Saluran sekunder yaitu saluran permanen dan alur-alur sungai yang bermuara pada sungai utama atau saluran primer selanjutnya bermuara langsung ke laut. Saluran tersier yaitu saluran tepi jalan dan saluran lingkungan di kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.

  Saluran tersier di sepanjang jalan raya dan lingkungan pemukiman di kawasan perkotaan umumnya sudah dibuat dengan konstruksi pasangan batu, sedangkan di kawasan pedesaan sebagian masih berupa saluran alam. Saluran tersier lingkungan

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  pemukiman di kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan umumnya berfungsi juga sebagai saluran air limbah rumah tangga bekas cuci dan mandi. Saluran drainase di Kabupaten Maluku Tenggara Barat khusunya di daerah perkotaan seperti di Kota Saumlaki sudah terbangun di sebagian besar ruas jalan raya dengan drainase yang ada dibawah trotoar, dimana pada saluran drainase tersebut sering terjadi penyumbatan akibat endapan lumpur dan sampah.

  Gambar 2-12 Kondisi Saluran Drainase

2.2.4 Irigasi

  Kriteria sistem irigasi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat mencakup hal-hal sebagai berikut: a.

  Membatasi perubahan fungsi pertanian untuk kegiatan budidaya lain.

  b.

  Mengontrol dan mengendalikan penetrasi kegiatan budidaya ke kawasan pertanian.

  c.

  Meningkatkan kualitas jaringan irigasi.

  d.

  Melakukan rekayasa teknologi untuk menjamin tersedianya air dalam jumlah yang memadai pada lahan pertanian tadah hujan.

  e.

  Mengembangkan prasarana irigasi untuk mempertahankan ketersediaan air untuk pertanian.

  f.

  Merekondisi lahan-lahan kritris untuk meningkatkan ketersediaan air bawah tanah.

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM) g.

  Mengupayakan teknologi ramah lingkungan untuk pemanfaatan air bawah tanah pada lahan-lahan kering.

  h.

  Meningkatkan upaya konservasi dan rehabilitasi hutan maupun lahan kritis untuk meningkatkan debit air pada satuan wilayah sungai yang sedang mengalami

  2.2.5 Sarana Perekonomian

  Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektorsektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-mangsing sektor dapat menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari setiap sektor ekonomi. Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat sejak tahun 2010 masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor jasa – jasa. Kontribusi ketiga sektor tersebut pada PDRB pada tahun 2012 secara keseluruhan mencapai besaran sekitar 90,13 persen, sedangkan 6 (enam) sektor lainnya berkontribusi hanya sebesar 9,87 persen. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Perkapita suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto Perkapita daerah tersebut dibagi jumlah penduduk pertengahan tahunnya.

  2.2.6 Sarana Sosial dan Kesehatan

  Ketersediaan sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 sudah ada tiga rumah sakit yang berada pada Kecamatan Tanimbar Selatan (Saumlaki) dan 1 rumah sakit di Tanimbar Utara. Puskesmas yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat berjumlah 12 buah tersebar di 10 Kecamatan, selain itu juga terdapat 4 buah Klinik/ Balai Kesehatan serta 9 buah Poliklinik Desa.

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  1 5 - -

  1

  1

  6. Yaru - -

  1 8 -

  2

  7. Wuarlabobar - -

  1 14 -

  2

  8 Nirunmas - -

  9 Kormomolin - -

  1

  1 10 - -

  10 Molo Maru - -

  1 7 - - Jumlah 2015

  4

  1 12 133

  4

  9 2014

  4

  1 12 128

  4

  14

  1

  Banyaknya tenaga kesehatan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.7, sedangkan banyaknya tenaga kesehatan menurut unit kerja dapat dilihat pada Tabel

  1

  2.8. Tabel 2.9 menggambarkan banyaknya kelahiran, balita yang mendapat imunisasi, sedangkan kegiatan pada Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dapat dilihat pada tabel pada halaman berikutnya.

  Tabel 2-7 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

  No Kecamatan Rumah

  Sakit Rumah

  Bersalin Puskesmas Posyandu

  Klinik/Balai Kesehatan

  Polindes

  1. Tanimbar Selatan 3 -

  1

  27

  1

  1

  2. Wertamrian - -

  1

  12

  2

  3

  3. Wermaktian - -

  1 17 - -

  4. Selaru - -

  3 19 - -

  5. Tanimbar Utara

  9 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016 Gambar 2-13 Sarana Kesehatan

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  6 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016 Tabel 2-9 Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di Kabupaten

  4

  3

  14

  61

  13

  1. Rumah Sakit

  Kesehatan Masyarakat

  Kesehatan Lingkungan

  Teknisi Medis*)

  Ahli Gizi

  Tenaga Medis Tenaga Nonmedis Dokter*) Perawat Bidan Farmasi

  Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015 No Unit Kerja

  11

  4

  17

  20

  3

  37

  6 2014 15 158

  13

  17

  22

  6

  34

  1 2 - Jumlah 2015 14 183

  2

  4

  4

  1

  4

  18

  36

  32

  12

  52

  9 Jumlah 31 246

  2

  15

  4

  3

  4

  2

  9 Dinkes

  2. Rumah Bersalin - - - - - - - -

  8 Labkesda - - - - - - - -

  7. Instalasi Farmasi - - - - - - - -

  6. Polindes - - - - - - - -

  1 1 -

  5. Klinik/Balai Kesehatan - - - - -

  4. Posyandu - - - - - - - -

  6

  11

  11