Skripsi Nilai nilai Keikhlasan Dalam Buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri

  

NILAI-NILAI KEIKHLASAN

DALAM BUKU MEMBUKA PINTU LANGIT

KARYA K.H. MUSTOFA BISRI

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh :

PUTRI LAELATUL FAUZIAH

  

NIM 11113247

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

َيِكِرْشُمْلا َنِم َّنَنوُكَت لاَو اًفيِنَح ِنيِّدلِل َكَهْجَو ْمِقَأ ْنَأَو

  

Dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada

agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk

orang-orang yang musyrik.”

  

(QS. Yunus: 105)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah „ala kulli hal, atas limpahan kasih sayang Sang Maha

Rahmaan dan Rahiim yang telah mengantarkan penulis pada kesempatan

  istimewa ini. Penulis persembahkan karya kecil ini sebagai kado bukti keseriusan kepada orang-orang terkasih yang Allah titipkan untukuntuk mendampingi hingga penghujung awal perjuangan.

  

1. Kedua orangtua saya, Bapak Muhlisin dan Ibu Siti Maemunah, yang telah

memberikan dukungan moril maupun materi serta do‘a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do‘a dan tiada do‘a yang paling khusuk selain do‘a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.

  

2. Adik saya tercinta Maghfira Zafinatul Fadhilah, yang selalu memberi warna dalam

hidup saya. Semoga kelak kita bisa meraih mimpi bersama-sama.

  

3. Saudara saya Lu‘lu‘il Hidayah, Denok Adhiningrum, Muhammad Luthfi Aziz serta

sahabat seperjuangan yang saling memberikan dukungan semangat dan doa: Lilik Setyowasih, Aulia Putri, Shinta Amalia, Fitri Wijayanti, Vina Luthfiana, Kurnia Luthfiani, Nur Hayati, Galuh Woro Iklima, Anggun Fajar Saputra, Andrean Odiansyah Irawan, Aldi Wijarnako, dan masih banyak lagi yang tidak bisa di sebutkan satu persatu. Tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini.

  4. Keluarga Besar teman-teman PAI angkatan 2013

  5. Teman-teman PPL di MAN Tengaran

  6. Teman-teman KKN Ngersap Magelang Posko 4

  

7. Dan semua pihak yang membantu dalam terselesainya skripsi ini serta para

pembaca yang budiman.

  

ABSTRAK

  Laelatul Fauziah, Putri. 2017. Nilai-nilai Keikhlasan Dalam Buku Membuka Pintu

  Langit Karya KH. Mustofa Bisri. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd.

  Kata kunci : Nilai Keikhlasan, Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri.

  Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak

hanya bisa di dapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja. Pendidikan bisa di

dapat dari mana saja . sekarang banyak media yang di gunakan dalam proses pendidikan.

Salah satunya yaitu dengan melalui buku.

  Fokus penelitian ini yang akan dikaji adalah: Apa saja nilai-nilai keikhlasan

dalam buku Membuka Pintu Langit karya KH. Mustofa Bisri?, 2. Bagaimana relevansi

nilai-nilai keikhlasan dalam buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri

dengan Pendidikan Agama Islam? Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan

(Library research), yaitu penelitian yang memfokuskan pembahasan pada literatur-

literatur baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun tulisan-tulisan lainnya.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa :(1)Nilai-nilai keikhlasan dalam buku

Membuka Pintu Langit karya KH. Mustofa Bisri: Pada buku Membuka Pintu Langit

karya K.H. Mustofa Bisri ini menekankan bahwa perlunya kita untuk mengevaluasi

perilaku masing-masing. Ia mengajak kita untuk mendidik diri sendiri untuk bersikap

ikhlas, termasuk dalam mengevaluasi perilaku kita yang berhubungan dengan sesama

manusia maupun dalam kaitan dengan Allah SWT. (2) Relevansi antara nilai

  keikhlasan yang terkandung dalam buku ―Membuka Pintu Langit‖ karya KH. Mustofa Bisri ini, terhadap pendidikan agama Islam ialah erat hubungannya. Dikarenakan dalam pendidikan agam Islam sendiri telah ada banyak pendidikan karakter atau disebut dengan akhlak. Banyak tata cara atau aturan yang membahas tentang perilaku manusia selama hidup agar dapat menjadi insan yang mulia, yang dapat berbuat baik terhadap dirinya khususnya dan terhadap orang lain pada umumnya.

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar Pustaka 2. Riwayat Hidup Penulis 3. Cover Buku Membuka Pintu Langit 4. Lembar Konsultasi 5. Surat Keterangan Kegiatan

  DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO ......................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................... v

MOTTO .................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .......................................................................... ix

ABSTRAK ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xi

DAFTAR ISI .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................

  1 A.

  Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 D.

  Manfaat Penelitian ...................................................................... 6 E. Metode Penelitian ....................................................................... 6 F. Penegasan Istilah ........................................................................ 9 G.

  Sistematika Penulisan Skripsi .....................................................

  11

  BAB II B IOGRAFI NASKAH……......................................................

  Mustofa Bisri ...............................................................................

  68 DAFTAR PUSTAKA

  65 B. Saran-saran .................................................................................. 67 C. Kata Penutup ...............................................................................

  Kesimpulan .................................................................................

  65 A.

  58 BAB V PENUTUP ................................................................................

  Karya KH. Mustofa Bisri dengan Pendidikan Agama Islam .......

  51 B. Relevansi Nilai-nilai Keikhlasan Dalam Buku Membuka Pintu Langit

  Nilai-nilai Keikhlasan Dalam Buku Membuka Pintu Langit Karya KH.

  12 A.

  51 A.

  29 B. Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri....................... 44 BAB IVPEMBAHASAN .............................................................................

  Nilai-nilai Keikhlasan..................................................................

  29 A.

  27 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN ....................................................

  Sistematika Penulisan Buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri …………………………………………………................

  13 B. Karya-karya KH. Mustofa Bisri .................................................. 24 C.

  Biografi KH. Mustofa Bisri .........................................................

  RIWAYAT HIDUP PENULIS COVER BUKU MEMBUKA PINTU LANGIT LEMBAR KONSULTASI SURAT KETERANGAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat dia hidup. Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan

  untuk bekal kehidupannya karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus di penuhi sepanjang hayat (Ihsan, 2005: 2) Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. (Tirtarahardja dan sula, 2000: 33)

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008: 326), Pendidikan adalah ―proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik‖.

  Sedangkan menurut ketentuan umum undang-undang pasal 1 (2006: 5), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

  Pendidikan sesuai dengan kurikulum tahun 2013 menekankan kepada pendidikan karakter atau moral. Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat dan keadaan zaman sekarang yang semakin ―bobrok‖. Pendidikan moral atau karakter dalam Islam masuk pada bagian aqidah akhlak. Dalam pendidikan aqidah akhlak tertera berbagai macam hal yang bersangkutan dengan perbaikan sikap atau perilaku manusia, seperti tata cara berkata,bertingkah laku, berbusana, bergaul atau bersosialisasi dan lain sebagainya.

  Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang perilaku ikhlas.Istilah ―ikhlas‖ berasal dari bahasa Arab, yakni akhlasa, yukhlisu,

  ikhlasan,

  yang mempunyai makna ―memurnikan‖. Secara bahasa, ikhlas dapat didefinisikan sebagai pembersih dari kotoran-kotoran dan menjadikan sesuatu yang bersih tidak kotor lagi. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya semata-mata untuk Allah SWT dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, serta tidak riya‘ dalam beramal.

  Sementara itu secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah SWT. Dalam beramal tanpa menyekutukannya dengan yang lain, serta memurnikan niat dari ―kotoran‖ yang merusak. (Syukur, 2013 : 112-114)

  Ikhlas itu sungguh tak mengharap balas. Ikhlas itu benar-benar tidak protes sedikit pun pada apa pun ketentuan Allah. Ikhlas itu tidak mendikte Allah agar takdir-Nya mengenakkan kita. Kita punya rancangan, Allah punya rancangan. Tapi rancangan Allah jauh lebih baik. Demikian yang pernah dikemukakan oleh almarhum Ustaz Jeffry al Buchory (uje). (soebachman, 2013 : 121)

  Keikhlasan merupakan salah satu nilai pendidikan karakter sekaligus nilai pendidikan Islam. Karakter seseorang terlihat dari sikap dan tingkah lakunya, bisa dikatakan kalau karakter itu juga menyangkut akhlak. Keikhlasan pada hakikatnya adalah suasana batin manusia yang menginginkan balasan hanya dari Allah SWT.

  Makna ikhlas dalam Al- Qur‘an, Allah SWT mengibaratkan sebagai susu yang suci-murni, tidak bercampur dengan yang lain. Enak diminum, dapat menyehatkan dan menyegarkan tubuh manusia. Menurut istilah syari‘ah (Islam) yang dimaksud dengan makna ikhlas adalah mengerjakan ibadah atau kebajikan karena Allah SWT semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya.(Syam, 2008 : 27 )

  Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak hanya bisa di dapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja. Pendidikan bisa di dapat dari mana saja . sekarang banyak media yang di gunakan dalam proses pendidikan. Salah satunya yaitu dengan melalui buku.

  Beralih ke sastra, salah satu buku yang berjudul Membuka Pintu Langit merupakan karya K.H. Mustofa Bisri. Gus Mus menekankan perlunya kita mengevaluasi perilaku masing-masing. Ia mengajak kita mendidik diri sendiri untuk bersikap jujur dan ikhlas, termasuk dalam mengevaluasi perilaku kita dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dalam kaitan dengan Tuhan.

  Membuka pintu langit atau pintu syurga bermakna bahwa diturunkannya rahmat Allah memberi peluang kepada kita untuk mengabdi kepada-Nya. Hanya Dia yang mengetahui seberapa besar ganjaran yang akan dilimpahkan. Inilah momentum untuk mengevaluasi perilaku diri kita. Dalam Buku ini tentunya juga banyak pendidikan yang dapat diambil pelajaran dan dapat di petik hikmahnya untuk kehidupan kita sehari-hari.

  Dengan memerhatikan latar belakang di atas, maka penulis tertarik membahas mengenai nilai-nilai keikhlasan yang terdapat pada buku Membuka Pintu Langit da lam sebuah skripsi yang berjudul ―NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM BUKU MEMBUKA PINTU LANGIT KARYA K.H. MUSTOFA BISRI‖. Karena penulis tertarik dengan isi buku tersebut yang mengulas nilai-nilai keikhlasan. Keikhlasan dalam menjalani hidup, termasuk dalam mengevaluasi perilaku kita dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dalam kaitan dengan Tuhan. Dalam Buku tersebut sang pembaca juga dapat mengambil pelajaran tentang ikhlas dalam menjalani hidup.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Didalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah,2013: 302).

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa saja nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam Buku Membuka

  Pintu Langit karya K.H. Mustofa Bisri ? 2.

  Bagaimana relevansi nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam buku Membuka Pintu Langit Karya K.H. Mustofa Bisri dengan Pendidikan Agama Islam ? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan peenelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isis dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah. Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah, kaimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbetuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008:16).

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan apa saja nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam buku Membuka Pintu Langit karya K.H. Mustofa

  Bisri.

2. Untuk mendiskripkan bagaimanakah relevansi nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam buku Membuka Pintu Langit karya K.H.

  Mustofa Bisri dengan Pendidikan Agama Islam.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :

1. Secara Teoritis

  Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik umum maupun pendidikan Islam terutama pendidikan akhlak melalui pemanfaatan karya sastra 2. Secara Prkatis a.

  Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui nilai- nilai keikhlasan dalam buku Membuka Pintu Langit karya K.H. Mustofa Bisri.

  b.

  Memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1990: 3). Mencari objek penelitian secara aktif harus dilakukan dengan cara menelusuri berbagai bacaan pustaka, terutama dari sumber literatur primer berupa majalah ilmiah yang ditulis oleh tangan pertama, artinya belum mengalami modifikasi. (Suharto, Girisuta dan miryanti, 2003: 63) Sedangkan menurut Zed (2004: 3) penelitian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dan dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

  2. Sumber Data Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur.

  Adapun refrensi yang menjadi sumber data primer adalah buku Membuka Pintu Langit karya K.H. Mustofa Bisri. Adapun yang menjadi sumber data sekunder adalah buku-buku lainnya yang ada relevansinya dengan obyek pembahasan penulis.

  3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yakni buku Membuka Pintu Langit dan data sekunder yakni buku-buku yang relevan lainnya. Setelah data terkumpul, maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

  4. Teknik Analisi Data

  Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua metode yaitu: a.

  Metode Deduktif Metode deduktif adalah penelitian yang bertilik tolak dari pernyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Sukandarrumini, 2006: 40). Adapun tahapan penggunaan metode ini adalah metode deduktif ini digunakan untuk menganalisis pada bab II tentang biografi karya-karya penulis , kemudian bab III peneliti membahas tentang teori yang beraitan dengan nilai-nilai keikhlasan yang berada dalam buku Membuka Pintu Langit yang ditulis K.H Mustofa Bisri.

  b.

  Metode Content Analysis Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:

  Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah: ―metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen‖ (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam ulasan-ulasan buku Membuka Pintu Langit dan kaitannya dengan nilai-nilai keikhlasan.

  c.

  Metode Reflektif Thingking Metode Reflektif Thingking yaitu berfikir yang prosesnya mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi emperi pertama dengan emperi-emperi yang lainyang termuat dalam abstrak baru yang dibangunnya (Muhadjir, 1991: 66-67).

  Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara nilai-nilai keikhlasan dalam buku Membuka Pintu Langit dan Pendidikan Agama Islam.

F. Penegasan Istilah

  Supaya pembaca dapat memahami beberapa istilah yang terdapat dalam tuliasan ini, maka peneliti akan menjabarkan beberapa pengertian istilah yang terkandung dalam tulisan yaitu : a.

  Nilai Nilai dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti harga, ukuran, angka yang mewakili prestasi, sifat-sifat yang penting yang berguna bagi manusia dalam menjalani hidupnya (Kamisa, 1997: 376). Nilai mengacu pada mengacu pada sesuatu yang oleh manusia ataupun masyarakat dipandang sebagai yang paling berharga. b.

  Keikhlasan Keikhlasan berasal dari kata ikhlas yang artinya niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Sedangkan menurut Tatapangarsa (1980: 151) ikhlas termasuk akhlak Mahmudah yang penting pula. Arti ikhlas ialah murni atau bersih, tidak ad campuran. Ibarat emas, ialah emas tulen, bersih dari segala macam campuran yang lain seperti perak dan lain sebagainya.

  Maksud bersih di sini ialah, bersihnya suatu pekerjaan dari campran motip-motip yang selain Allah, seperti ingin dipuji orang, ingin mendapat nama, dan lain sebagainya. Jadi suatu pekerjakan dapat dikatakan ikhlas, kalau pekerjaan itu dilakukan semata-mata karena Allah saja, mengharap ridho-Nya dan pahala-Nya. Keikhlasan adalah suatu suasana hati manusia yang bersifat tidak mengharapkan balasan atas perbuatan atau jasanya. Menurut KBBI (2008: 521) keikhlasan yaitu ketulusan hati, kejujuran dan kerelaan.

  c.

  Buku Membuka Pintu Langit Buku Membuka Pintu Langit merupakan karya KH. Mustofa

  Bisri yang ditulisnya pada tahun 2011. Setelah buku sebelumnya laris, Gus Mus menghadirkan kembali Membuka Pintu Langit: Momentum

  , buku revisi yang diperkaya dengan

  Membuka Mengevaluasi Perilaku

  sejumlah karya barunya. Buku Membuka Pintu Langit mengajarkan bagaimana kita mendidik diri sendiri untuk bersikap jujur dan ikhlas, termasuk dalam mengevaluasi perilaku kita dalam berhubungan dengan sesama manusia maupun yang berkaitan dengan Allah SWT .

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

  Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I yakni PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

  BAB II berisi tentang BIOGRAFI NASKAH. Bab ini menjelasakan tentang biografi penulis K.H. Mustofa Bisri yang meliputi riwayat hidup, karya-karyanya, serta sistematika penulisan buku.

  BAB III menjelaskan tentang DESKRIPSI PEMIKIRAN K.H. Mustofa Bisri BAB IV menjelaskan tentang PEMBAHASAN. Bab ini penulis akan memberikan pembahasan tentang: nilai-nilai keikhlasan yang terdapat pada buku Membuka Pintu Langit.

  BAB V adalah PENUTUP. Menguraikan kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA

BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi K.H. Mustofa Bisri K.H. Mustofa Bisri alumnus dan penerima beasiswa dari Universitas Al Azhar Cairo (Mesir, 1964-1970) untuk studi islam dan bahasa arab ini. Sebelumnya menempuh pendidikan di SR 6 tahun (Rembang, 1950-1956), Pesantren Lirboyo (kediri, 1956-1958), Pesantren Krapyak (Yogyakarta, 1958-1962), Pesantren Taman Pelajar Islam (Rembang, 1962-1964). Dilahirkan di Rembang , 10 Agustus 1944, Gus Mus (KH. Ahmad Mustofa Bisri) beruntung dibesarkan dalam keluarga yang patriotis, intelek,

  progresif sekaligus penuh kasih sayang. Kakeknya (H. Zaenal Mustofa) adalah seorang saudagar ternama yang dikenal sangat menyayangi ulama.

  Dinaungi bimbingan para kiai dan keluarga yang saling mengasihi, yatim sejak masih kecil tidak membuat pendidikan anak-anak H. Zaenal Mustofa terlantar dalam pendidikan mereka. Buah perpaduan keluarga H. Zaenal Mustofa dengan keluarga ulama bahkan terpatri dengan berdirinya ―Taman Pelajar Islam‖ (Roudlatuth Tholibin), pondok pesantren yang kini diasuh Gus Mus bersaudara. Pondok ini didirikan tahun 1955 oleh ayah Gus Mus, KH.

  Bisri Mustofa. Taman Pelajar Islamsecara fisik dibangun diatas tanah wakaf

  H. Zaenal Mustofa, dengan pendiri dan pengasuh KH Bisri Mustofa sebagai pewaris ilmu dan semangat pondok pesantren Kasingan yang terkemuka diwilayah pantura bagian timur waktu itu, dan bubar pada tahun 1943 karena pendudukan Jepang. KH. Bisri Mustofa sendiri adalah menantu KH. Cholil Harun, ikon ilmu keagamaan (Islam) di wilayah pantura bagian timur (Anshari, et.al.,2005: 34). Ayah Gus Mus sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, lebih dari sekedar pendidikan formal. Meskipun otoriter dalam prinsip, namun ayahnya mendukung anaknya untuk berkembang sesuai dengan minatnya.

  Menikah dengan Hj. Siti fatimah (1971), mereka dikaruniai 7 anak (6 putri, 1 putra bernama M. Bisri Mustofa), dan 13 cucu. Yang semakin langka dalam keluarga masa kini, namun nyata berlangsung dalam keluarga Gus Mus adalah hubungan saling menghormati, saling menyayangi diantara sesama anggota keluarga. Sebagai ilustrasi, kiprah sang ayah di dunia politik (Anggota Majelis Konstituante, 1955; Anggota MPRS, 1959; Anggota MPR, 1971), tidak dengan sendirinya membuat Gus Mus tertarik kepada dunia politik. Jika akhirnya Gus Mus terjun juga ke dunia politik (1982-1992 anggota DPRD Jawa Tengah; 1992-1997 Anggota MPR RI) itu lebih karena pertimbangan tanggung jawab yang tak bisa dielakkannya, mengingat kapasitas-kapasitasnya. Dengan mengambil sikap-sikap politik yang sulit, Gus Mus sangat memperhitungkan restu keluarganya, terutama ibundanya Hj.

  Ma‘rufah, selain istri dan anak-anaknya.

  KH. Bisri Mustofa penulis Tafsir al-ibris yang masyhur, di zamannya termasuk ulama ‗nyeleneh‘ karena bekerja sebagai penulis. Beliau dikenal kemampuannya menerjemahkan kitab-kitab klasik berbahasa Arab menjadi bacaan indah sekaligus mudah difahami.

  Produktivitas menulis keluarga ulama ini, khususnya produktivitas kepenulisan KH. Bisri Mustofa dan KH. Misbach Mustofa(keduanya putra H.

  Zaenal Mustofa) baik dalam bahasa Indonesia, Jawa mmaupun bahasa Arab mendorong inovasi diadakannya pelatihan menulis dalam bahasa Indonesia dan menerjemahkan kitab dalam bahasa Indonesia bagi para santri Taman Pelajar Islam (1983) yang diprakarsai adik Gus Mus KH M. Adib Bisri.

  Ketika itu kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia rata-rata santri sangatlah minim.

  Gus Mus sendiri bersama kakaknya KH M. Cholil Bisri, sejak muda mempunyai kebiasaan menulis sajak dan saling berlomba untuk dipublikasikan. Gus Mus yang suka membaca sejak masa kanak0kanak, tulisannya sejak remaja sudah banyak dimuat berbagai mdia masa termasuk

  (Kompas Minggu 9 Januari 1997:2). (Untuk menghindarkan diridari

  Kompas

  ‗bayang-bayang‘ nama besar ayahnya, Gus Mus pernah menggunakan nama M. Ustov Abi Sri sebagai pseudonimnya). Pentas baca puisinya yang pertama (1980-an) telah menuai banyak pujian dan Gus Mus segera dikukuhkan kehadirannya sebagai ―bintang baru‘ dalam dunia kepenyairan Indonesia. Ia menjadi satu-satunya penyair Indonesia yang menguasai sastra Arab (bukan sekedar terjemahannya). Kini sajak-sajak Gus Mus terpampang hingga ruangan kampus Universitas Hamburg (Jerman). Tulisannya tersebar luas diantaranya bisa kita baca di Intisari, Horison, Kompas, Tempo, Detak,

  

Editor, Forum, Humor, DR, Media Indonesia, Republika, Suara Merdeka,

Wawasan, Kedaulatan Rakyat, Bernas, Jawa Pos, Bali Pos, Duta masyarakat

(Baru), Pelita, Panji Masyarakat, Ulumul Qur‟an, Ummat, Amanah, Aula,

Mayara. Pada majalah Cahaya Sufi (Jakarta), MataAir (Jakarta), MataAir

(Yogyakarta), Almihrab (Semarang) Gus Mus duduk sebagai Penasehat.

  Karena dedikasinya dibidang sastra, Gus Mus banyak menerima undangan juga dari berbagai negara. Bersama Sutardji Colzoum bachri, Taufiq Ismail, Abdul hadi WM, Leon Agusta, Gus Mus menghadiri perhelatan puisi di Baghdad (Iraq, 1989). Masyarakat dan mahasiswa Indonesia menunggu dan menyambutnya di Mesir, Jerman, Belanda, Perancis, jepang, Spanyol, Kuwait, Saudi Arabia (2000). Fakultas Sastra Universitas Hamburg, mengundang Gus Mus untuk sebuah seminar dan pembacaan puisi (2000). Universitas Malaya (Malaysia) mengundangnya untuk seminar Seni dan Islam. Sebagai cerpenis, Gus Mus menerima penghargaan ―Anugerah Sastra Asia‖ dari Majelis Sastra (Mastera,Malaysia, 2005).

  Membaca sajak saat berdakwah, bukan hal baru di kalangan pesantren. Tapi, membaca sajak sebagaimana dilakukan Gus Mus dengan sajak-sajak mbeling atau ‗puisi balsem‘ (balsem adalah obat gosok penghilang pening)-nya, memang baru Gus Mus yang memulai (Kompas Minggu, 9 Janurai 1997: 2). Sajak-sajak Gus Mus menjadi medium bagi Gus Mus untuk mengkomunikasikan berbagai situasi sosial yang aktual dengan para santri/asudiens-nya. Dengan bangkitnya keingintahuan santri dan para audiens, terbukalah dialog sehingga terbuka harapan akan meningkatnya pemahaman yang lebih untung tentang diri sendiri, sesama, situasi lingkungan dan agama.

  Dedikasi Gus Mus di dunia puisi disambut oleh seniman-seniman lain. Sebuah group band anak muda pernah mengaransir lagu untuk puisi Gus Mus. Bersama Idris Sardi Gus Mus menyuarakan keprihatinannya tentang persatuan bangsa dalam pagelaran karya musik dan puisi bertajuk

  “Satu Rasa Menyentuh kan Kasih Sayang” di Gedung Kesenian Jakarta, 22 Maret 2006

  (Kompas, 23 Maret 2006: 15). Tahun 2008 Gus Mus berkenan menulis lirik lagu diantaranya berisi parodi tentang bagaimana manusia mempertaruhkan ‗kaki‘, ‗kepala‘, bahkan ‗dada‘ demi sekdar ‗kesenangan (kekuasaan) mempermainkan bola‘—untuk lagu Sawung Jabo (belum dipublikasikan).

  Kepedulian Gus Mus yang tercurah media massa melahirkan konsep ‗MataAir‘. Konsep ini mewadahi mimpinya tentang media alternatif yang berupaya memberikan informasi yang lebih jernih, yang pada awalnya merupakan respons atas keprihatinannya terhadap kebebasan pers yang sangat tidak terkendali (setelah Orde Baru tumbang, 1998). Meski belum sepenuhnya hadir seperti yang diharapkan Gus Mus, konsep ‗MataAir‘ ini akhirnya terwujud dengan diluncurkannya situs MataAir, gubuk maya Gus Mus di (2005), kemudian disusul penerbitan perdana majalah MataAir jakarta (2007) dan MataAir Yogyakarta (2007). ‗MataAir‘ mempunyai motto: ―Menyembah Yang Maha Esa, Menghormati yang lebih tua, Menyayangi yang lebih muda, mengasisih sesama”.

  Masyarakat juga menikmati inovasi lain sebagai buah dari tradisi menulis keluarga Mustofa ini. Pada pernikahan keempat putrinya, untuk masing-masing Gus Mus menerbitkan sebuah buku yang dibagikan sebagai cindera mata bagi para tetamu. Tiga diantaranya Kado pengantin (kumpulan nasehat untuk pengantin yang ditulis tokoh kiai dan cendekiawan, 1997),

  

Bingkisan Pengantin (antologi puisi tokoh penyair, 2002), Cerita-Cerita

Pengantin (kumpulan cerpen yang ditulis para tokoh cerpenis, 2004).

  Sejak muda Gus Mus adalah probadi yang terlatih dalam disiplin berorganisasi. Sewaktu kuliah di Al Azhar Cairo, bersama KH Syukri Zarkasi (sekarang Pengasuh Ponpes Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur), Gus Mus menjadi pengurus HIPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia) Divisi Olah Raga. Di HIPPI pula Gus Mus pernah mengelola majalah organisasi (HIPPI) berdua saja dengan KH. Abdurrahaman Wahid (Gus Dur).

  Tidak berbeda dengan para kiai lain yang memberikan waktu dan perhatiannya untuk NU (Nahdlatul Ulama), sepulang dari Cairo Gus Mus berkiprah di PCNU Rembang (awal 1970-an), Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Tengah (1977), Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, hingga Rais Syuriyah PBNU (1994, 1999). Tetapi mulai tahun 2004, Gus Mus menolak duduk dalam jajaran kepengurusan struktural NU. Pada pemilihan Ketua Umum PBNU 2004-2009, Gus Mus menolak dicalonkan sebagai salah seorang kandidat.

  Sebagai konsekuensinya, Gus Mus tidak sekedar ―kehilangan‖ kesempurnaan memimpin NU dalam arti struktural namun juga dialamatkannya tudingan bahwa ia sekadar tokoh ‗lemah‘, ‗ragu-ragu‘, ‗tidak tegas‘, ‗tidak serius‘ terhadap –bahkan ‗cuci tangan‘ dari persoalan-persoalan NU (Anshari, et.al., 2005: 114). Sementara bagi Gus Mus, dengan ‗berada di luar orbit‘, ia justru bisa ‗menjadi kiai umat tanpa membedakan latar belakang, warna pakaian dan politik‘ (idem: 97). ―Saya harus bisa mengukur diri sendiri. Mungkin lebih baik saya tetap berada di luar, memberikan masukan dan kritikan dengan cara saya,‖ jelasnya (Khairina & Kristanto, 2004: 16 kolom 4). ―Kalau saya biasanya mendoa, ya saya akan mendoa.

  Kalau semua orang misalnya mau mengukur dirinya sendiri, insya Allah baik bagi dirinya, baik juga bagi umat‖.

  Pada periode kepengurusan NU 2010

  • – 2015, hasil Muktamar NU ke 32 di Makasar Gus Mus diminta untuk menjadi Wakil Rois Aam Syuriyah PBNU mendampingi KH. M.A. Sahal Mahfudz. Pada bulan Januari tahun 2014, KH M.A. Sahal Mahfudh menghadap kehadirat Allah, maka sesuai AD ART NU, Gus Mus mengemban amanat sebagai Pejabat Rois Aam hingga muktamar ke 33 yang berlangsung di Jombang Jawa Timur. Pada muktamar NU di Jombang, Muktamirim melalui tim Ahlul Halli wa Aqdi, menetapkan Gus Mus memegang amanat jabatan Rois Aam PBNU. Namun Gus Mus
tidak menerima Jabatan Rois Aam PBNU tersebut dan akhirnya Mukatamirin menetapkan Dr. KH. Ma‘ruf Amin menjadi Rois Aam PBNU periode 2015- 2020.

  Berdisiplin dalam memelihara rasa tanggung jawab, juga membuat Gus Mus bergeming terhadap godaan kursi empuk kekuasaan struktural di dunia politik. Tidak seperti kebanyakan politikus dengan segala daya dan cara merebut mendapatkan dan mempertahankan kedudukannya, Gus Mus pernah menolak duduk kembali di kursi legislatif. Meskipun pencalonannya sudah di tetapka n, beliau memutuskan mundur dari pemilihan sebagai ‗wakil rakyat‘. Alasan beliau, karena ragu bisa mempertanggungjawabkan posisinya jika terpilih. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Gus Mus merasa apa yang bisa diberikannya kepada rakyat tidak sebanding dengan apa yang diterimanya dari rakyat (Khairina dan Kristatnto, 2004: 16).

  Termasuk disipilin dalam berpolitik, Gus Mus juga selalu terlalu arif untuk membawa kelompok maupun kepentingan dirinya sendiri. Mantan Pemimpin Redaksi tabloid Detik Eros Djarot menyatakan bahwa sebagai Kiai, Gus Mus tidak bernafsu ‗mengolah‘ para pendukung, simpatisan dan santrinya menjadi sekadar alat perjuangan politk demi kekuasaan. Ada pula yang mencatat bahwa menjelang Pemilu 1987, melalui KH Sahal Mahfudz (senior Gus Mus di kepengurusan struktural NU) seorang kader parpol gagal membujuk Gus Mus menjadi direktur sebuah perusahaan yang akan didirikan sang kader bersama kelompoknya. Gus Mus bahkan rela mengurungkan ralisasi impiannya memiliki percetakan untuk menerbitkan sndiri karya- karyanya ketika mengetahui dananya berasal dari sumber yang sama (Asma et.al., 2005: 85-86)

  Dalam dunia politik, pemihakan Gus Mus selalu jelas dan konsisten: yakni kepada rakyat yang selalu terpinggirkan. Sebagai Anggota Dewan misalnya (1982-1992 Anggota DPRD Jawa Tengah; 1992-1997 Anggota MPR RI), untuk mendengarkan aspirasi rakyat, tidak jarang Gus Mus dengan biaya sendiri mengadakan kunjungan di luar protokoler biasanya dalam kemasan pengajian dan ini dilakukan tidak terbatas di wilayah yang menjadi konstituennya. ―Suatu kebiasaan yang berlaku di dewan saat itu adalah masing-masing anggota hanya mengurus dan mengedepankan kepentingan daerahnya. Tidak ada anggota dewan yang concern terhadap urusan daerah secara integral,‖ Kata Gus Mus (Asma et.al.,2005: 80).

  Atmosfer di lingkungan legislatif memang tidak cukup kondusif bagi hati nurani Gus Mus. Gus Mus sampai malu dan menghindar dari menerima gaji. Seperti kata Gus Mus: ―...antara kinerja dan gaji yang diberikan tidak imbang. Jauh lebih besar gaji ya ng diterima.‖ (idem: 82). Puncak akumulasi ketidakberdayaan Gus Mus di parlemen daerah tertuang dalam Puisi Balsem

  

dari Tunisia (dalam Ohoi, Kumpulan Puisi-Puisi Balsem, Bisri, 1988, cet.1)

  (idem:85). Karena merasa fungsinya tidak efektif, akhirnya Gus Mus mengundurkan diri: ― ...mungkin saya bisa melihat ketimpangan-ketimpangan dan kesalahan-kesalahan, tetapi apakah saya bisa ikut --tidak hanya memberi teguran namun —mencarikan solusi dan pemecahan?‘ (Asma et.al., 2005: 116).

  Sewaku kuliah di Al Azhar (Cairo), Gus Mus dikenal sebagai atlet bulu tangkis dan sepak bola yang andal. Selain bulu tangkis dan sepak bola, melukis dan menulis adalah kegemaran Gus Mus sejak muda. Kenang Gus Mus, ―...saya itu kalau ngaji, kitabnya suka saya gambari. Ketahuan ayah saya, tapi malah saya diajak ke perkampungan para pelukis di Sokaraja iyu. ―

  (Rahardjo, 1997: 16). Gus Mus juga bercerita tentang guru melukisnya yang lain: ― ...ada peluksi keliling, dia gambar wajah orang pakai kertas dan konte.

  Dia itu kakinya lumpuh. Sayalah yang mendorongnya keliling kota Rembang ini... hanya saking tertariknya saja. Saya ingin melihat dia melukis. Itulah antara lain cara saya belajar. Jadi saya tidak belajar secara khusus.‖ (idem). Sewaktu menjadi santri di Krapyak, Gus Mus sering jalan-jalan ke rumah- rumah seniman Yogya. Salah satunya rumah Affandi (Asma, et.al., 2005: 49).

  Sampai ketika Affandi ke Mesir, Gus Mus selalu ―nempel‘ Affandi (Rahardjo, 1997:16).

  Mengapa ia sampai kini melukis, Gus Mus menyatakan: ―Saya punya kebiasaan, kalau ada dorongan dari dalam itu, kalau tidak saya tuangkan dalam tulisan atau oret- oretan, rasanya masih seperti ada ganjalan.‖ (idem: 15) ―Apa yang saya lakukan itu merupakan dorongan dari dalam. Baik menulis maupun melukis, itu dorongan dari dalam yang tidak bisa dibendung, bahkan oleh saya sendiri. Karena sakit kalau tidak saya tuangkan. ― (idem: 24).

  Gus Mus kini mantan perokok menjadi inovator sebagai pelukis pertama di atas amplop surat dengan memanfaatkan klelet (residu rokok) sebagai medium lukisannya. Sejumlah lukisan klelet karyanya itu digelar dalam sebuah pameran tunggal bertajuk ―99 Lukisan Amplop‖ di Gedung Pameran Senirupa Depdikbud Jakarta (1997). Dirjen Depdikbud RI pada waktu itu, Edi Setyawati, mengapresiasi Gus Mus sebagai ‗manusia pelaku perubahan yang mewarisi gagasan-gaasan modernisasi dalam bidang kesenian‘ (idem: 7). Lukisan amplop Gus Mus menurut Edi Sdyawati merupakan ‗karya-karya seni rupa yang spesifik, baik bentuk, teknik, maupun pemaknaannya‘ (idem). Mantan Mendikbud RI Fuad Hassan dalam sambutannya saat membuka pameran, menyatakan bahwa karya Gus Mus itu ‗sangat unik, bukan saja karena ciptaseni seorang Kiai, juga karena karyanya pantas dianggap tunggal dalam wujud dan gayanya‖ (idem: 8).

  Dan lagi-lagi, konsistensi itu bisa dirasakan di sini. Tidak hanya dalam aktivitas politik dan kreativitas dalam sastra, dalam seni rupa pun, Gus Mus agaknya sulit dipisahkan dari disiplin spiritualnya. Menurut kurator seni rupa dan salah seorang pelopor seni Jim Supangkat (Tempo Edisi Khusus Tahun

  20 00: 178), karya Gus Mus berbeda dengan ‗sebagian besar kaligrafi yang terkesan tulisan yang diindah- indahkan‘ (idem: 49). Apa yang dikatakan Jim senada dengan pernyataan Fuad: ―Kekayaan Gus Mus tampak melalui kesederhanaan yang memnuhi estetika, bukan melalui kemubadziran yang sifatnya kosmetika belaka.‖ (idem: 9). Lebih lanjut Jim menyatakan bahwa ‗kekuatan ekspresinya terdapat pada garis grafis‘, ‗kesannya ritnuk menuju dzikir‘. Ini senafas dengan ungkapan pelukis dan cerpenis Danarto, yang menyatakan bah wa karya Gus Mus cenderung kepada ‗cara-cara i‟tikaf yang memadai‘ dalam mengarungi kehidupan ‗yang semakin hari semakin ganas‘ (idem: 46). I‘tikaf adalah cara beribadah dengan berdiam diri di masjid, menjauhkan pikiran dari keduniaan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Alwi, 2003: 422).

  Hingga kini lukisan karya Gus Mus mencapai bilangan ratusan dan bisa disaksikan publik dalam berbagai pameran lukisan. Sebuah lukisannya yang pernah mengundang kontroversi berjudul ―Berdzikir Bersama Inul‖, dipamerkan bersama karya Djoko Pekik, Danarto dan kawan-kawan di Surabaya (2003).

  Ketika diselenggarakan Pameran Post- Kaligrafi ―Kalam dan

  Peradaban‖ di Jogja Gallery (2007), Arrahmaiani –seorang penulis dan perupa —mencatat lukisan Gus Mus berjudul ―Institusi‖ (2007) menarik untuk direnungkan. Lukisan itu menurutnya mempersoalkan ‗kecenderungan orientasi vertikal yang kemudian diinstitusikan‘, yang menyebabkan manusia lupa adb karena kerancuan antara penghayatan ketuhanan dan nafsu (Arrahmaiani, 2007:29 kolom 4). Saat ini Gus Mus sedang menyelesaikan serial 30 lukisan yang ditajukinya ―Lukisan Malam‖.

B. Karya-karya KH. Mustofa Bisri diantaranya yaitu : 1.

  Buku a.

  Membuka pintu langit: momentum mengevaluasi perilaku b.

  Ohoi: kumpulan puisi-puisi balsem c. Gelap berlapis-lapis d.

  Cerita-cerita pengantin e. Keajaiban haji f. Saleh ritual, saleh sosial: kualitas iman, kualitas ibadah, dan kualitas akhlak sosial g.

  Lukisan kaligrafi: kumpulan cerpen h. Pesan Islam sehari-hari: ritus dzikir dan gempita ummat i. Melihat diri sendiri j. The key word: perpustakaan di mata masyarakat k.

  Oase pemikiran untuk pluralitas bangsa l. Mencari bening mata air: renungan m.

  Negeri daging n. Kompensasi: kumpulan tulisan o. Cermin: kumpulan tulisan p. Maha duka Aceh: antologi puisi q. Fikih keseharian Gus Mus r. Koridor: renungan A. Mustofa Bisri s. Wekwekwek: sajak-sajak bumilangit t.

  Gus Dur garis miring PKB: kumpulan tulisan khusus tentang Gus Dur dan PKB u.

  Al-Ubairiz: fi tafsiiri gharaaibil Qur'anil Aziz : Indonesia-Jawa-Arab, Arab-Jawa-Indonesia 2.

  Puisi a.

  Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana b.

  Dalam Kereta c. Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat d.

  Aku Merindukanmu, O, Muhammadku e. Di Basrah f. Lirboyo, Kaifa Hall....

  g.