MAKNA KHALÎFAH DALAM AL-QUR`AN: Tinjauan Semantik Al-Qur`an Toshihiko Izutsu - Test Repository

  

MAKNA KHALÎFAH DALAM AL-QUR`AN:

Tinjauan Semantik Al-Qur`an Toshihiko Izutsu

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir

Oleh:

Wahyu Kurniawan

NIM. 215-13-015

  

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA (FUADAH)

JURUSAN ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR (IAT)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

ر ْسُْي ِ ْسُْعْلإ َعَم َّن

ِ

  

إ إ

(QS. Al- Insyirāh [94]: 6)

  

PERSEMBAHAN

  

IAIN Salatiga

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

  Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman padaSurat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

  alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

  ا

  ba’ b be

  ب

  t te ta’

  ت

  es (dengan titik di atas) ṡa ṡ

  ث

  jim j je

  ج

  ha (dengan titik di bawah ḥa’ ḥ (

  ح

  kha’ kh ka dan ha

  خ

  dal d de

  د

  zet (dengan titik di atas) żal ż

  ذ

  r er ra’

  ر

  zal z zet

  ز

  sin s es

  س

  syin sy es dan ye

  ش es (dengan titik di bawah) ṣad ṣ

  ص

  de (dengan titik di bawah) ḍad ḍ

  ض

  te (dengan titik di bawah) ṭa’ ṭ

  ط

  zet (dengan titik di bawah) ẓa’ ẓ

  ظ

  ‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

  ع

  gain g ge

  غ

  f ef fa’

  ف

  qaf q qi

  ق

  kaf k ka

  ك

  lam l el

  ل

  mim m em

  م

  nun n en

  ن

  wawu w we

  و

  h ha ha’

  ه

  hamzah ` apostrof

  ء

  y ye ya’

  ي B.

   Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap

  Ditulis

  Muta’addidah ةددعتم

  ةدع

  Bila Ta’ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah ditulis t.

  I __ _

  Kasrah Ditulis

  __ _

  Ditulis A

  Fat ḥah

   Vokal Pendek __ _

  ṭrah D.

  Ditulis Zakat al-fi

  ةرطفلا ةاكز

  ā` c.

  Ditulis

  Ditulis Karâmah al-auliy

  ءايلولاا ةمرك

  Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.

  Ditulis Jizyah (ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) b.

  Ḥikmah ةيزج

  Ditulis

  ةمكح

  Bila dimatikan ditulis h

   Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h a.

  ‘iddah C.

  Ḍammah Ditulis U

E. Vokal Panjang

  Fat ḥah bertemu Alif Ā

  Ditulis

  Jahiliyyah ةيلهاج

  Fat ḥah bertemu Alif Layyinah Ā

  Ditulis

  Tansa ىسنت

  Kasrah bertemu ya’ mati Ī

  Ditulis

  Kar īm يمرك

  Ḍammah bertemu wawu mati Ū

  Ditulis

  Fur ūḍ ضورف F.

   Vokal Rangkap Fat ḥah bertemu Ya’ Mati

  Ai

  Ditulis

  Bainakum مكنيب

  Fat ḥah bertemu Wawu Mati Au

  Ditulis

  Qaul لوق G.

   Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

  Ditulis A`antum

  متنأأ

  Ditulis

  U’iddat تدعأ

  Ditulis

  La’in syakartum تمركش نئل

H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al”

  Ditulis Al-Qur`

  ān نارقلا

  Ditulis Al-Qiy

  ās سايقلا

  Ditulis Al-Sam

  ā` ءامسلا

  Ditulis Al-Syams

  سمشلا I.

   Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

  Ditulis

  Żawi al-furūḍ ضورفلا ىوذ

  Ditulis Ahl al-sunnah

  ةنسلا له ا

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نحمرلا الله مسب

  Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah swt. yang telah mencurahkan nikmat-Nya yang tak terhingga, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Makna

Khalīfah Dalam al-Qur`an (Tinjauan Semantik Al-Qur`an Toshihiko Izutsu) ini.

  Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah saw. beserta keluarga, sahabat serta pengikut-pengikutnya sampai di yaumul qiyāmah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

  1. Kedua orangtua (Ayahanda Madiyono dan Ibunda Samiyem) yang tak pernah henti berjuang menyekolahkan anak-anaknya meskipun selalu mendapat ujian- ujian yang sangat menyulitkan. Do’a yang selalu terlantun di setiap malammu adalah pemeran terpenting dalam segala keberhasilanku. Seribu terimakasih mungkin tak cukup untuk membalas jasamu. Semoga dengan skripsi ini dapat menjadi sebuah kebanggaanmu terhadap anakmu.

2. Dr. Benny Ridwan, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga.

  3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur`an dan Tafsir beserta staff-staffnya yang tak pernah menyerah memotivasi kami sebagai angkatan pertama untuk menyelesaikan skripsi kami. Terimakasih juga atsa fasilitas Lab FUADAH yang tlah dibuka beberapa saat sebelum penulis memulai skripsi ini, sehingga fasilitas tersebut sangat membantu proses penulisan skripsi ini.

  4. Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

  5. Teman-teman seperjuangan, Muhammad Sarifuddin, M Abdul Fatah, Rangga Pradikta, Husain Imaduddin, Laila Alfiyanti, M Choirurrohman, Mahfudz Fawzie dan Triyanah, terimakasih atas empat tahun perjuangan yang telah kita lewati bersama ini.

  6. Saudara-saudaraku yang selalu giat memotivasi penulis dan menghibur penulis ketika menemui jalan susah dalam penulisan skripsi ini.

  7. Adik-adik kelas yang juga selalu membantu dan memotivasi penulis, bahkan menemani penulis seharian di Lab FUADAH untuk menyelesaika skripsi ini.

  8. Dan tak lupa pihak-pihak terkait yang lain yang tak sempat untuk disebutkan di sini.

  Teriring do’a, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu penulis dalam penulisan skripsi ini diterima di sisi Allah swt. dan mendapat pahala yang dilipat gandakan. Penulis menyadari bajwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skipsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

  Amin.

  Salatiga, 8 Maret 2017 Penulis, Wahyu Kurniawan NIM. 215-13-015

  

ABSTRAK

  Salah satu kemukjizatan Al Quran adalah sebuah kitab dengan sastra yang indah. Hal tersebut ditunjukkan dari keindahan susunan kata dalam ayat-ayat Al Quran yang mempesona. Karena hal tersebut tidaklah jarang ketika dalam memahami ayat Al Quran banyak perbedaan yang muncul baik dari para pakar maupun dari kalangan orang Islam pada umumnya. Dalam memahami nash Al Quran, seorang pengkaji dituntut untuk mempersiapkan diri. Sarana untuk untuk maksut tersebut diantaranya dengan menggunakan metode semantik atau kebahasaan. Seperti kata

  “Khalīfah ” dalam pengertian umum diartikan sebagai

  sebuah sistem politik yang mengharuskan seluruh komponennya adalah muslim, berbeda dengan pemaknaan ketika kata tersebut dikolaborasikan dengan metode semantik Toshihiko Izutsu yang memaknai kata

  “Khalīfah ” sebagai pengganti Allah di muka bumi atau pengganti pemimpin sebelumnya.

  Berawal dari gagasan inilah Peneliti tertarik melakukan kajian ini. Penelitian ini berjudul “Makna Khalīfah Dalam Al-Qur`an: Tinjauan Semantik Al-

  Qur`an Toshihiko Izutsu”, ini merupakan sebuah kajian yang meneliti pemaknaan kata Khal

  īfah dalam Al Quran dengan menggunakan pendekatan metode semantik Toshihiko Izutsu. Izutsu adalah sarjana yang berasal dari jepang.

  Ia merupakan seorang tokoh yang memperkenalkan metode sematik sebagai metode memaknai sebuah kata. Ia juga termasuk ke dalam seorang mufassir dari golongan orientalis. Ia mempunyai beberapa karya tulis yang membahas tentang kajian makna kata dalam al-Qur`an dengan menggunkan metode semantiknya. Peneliti memilih kata

  “Khalīfah ” dalam Al Quran karena pendapat para pakar

  yang masih debetabel atas kata tersebut dan menarik jika kata Khal

  īfah dimaknai dengan metode semantik agar lebih jelas dalam penemuan maknanya.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan kata Khal

  īfah

  dalam Al Quran menurut semantik Tosihiko Izutsu. Dalam penelitian ini Peneliti memilih menggunakan metode semantik, sebab Izutsu dalam mencari makna kata dalam Al Quran menggunakan semantik adalah sebuah alternatif memahami kata dan menjadi salah satu keunikan makna kata yang mendalam.

  Peneliti menemukan pandangan Tosihiko Izutsu bahwa kata Khal

  īfah

  dalam Al Quran tidak mempunyai makna sebagai sebuah sistem politik akan tetapi lebih kepada pengganti Allah dalam hal menjaga dan melestarikan bumi (Khal īfah fi al Ardh) dan sebagai pengganti pemimpin sebelumnya.

  Kata kunci: Khal

  īfah , Tosihiko Izutsu, semantik

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................ v HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................. vi KATA PENGANTAR .................................................................................. xi ABSTRAK ..................................................................................................... xiv DAFTAR ISI .................................................................................................. xv

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11 D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11 E. Landasan Teori ............................................................................ 13 F. Metode Penelitian ........................................................................ 15 G. Sistematika Penulisan ................................................................. 17 BAB II TERM KHALĪFAH DALAM AL-QUR`AN ................................... 19 A. Ayat-Ayat Khalīfah Dalam Al-Qur`an ........................................ 19 B. Ayat-Ayat Khalā’if Dalam Al-Qur`an ........................................ 22

  C.

  Ayat-Ayat Khulafā’ Dalam Al-Qur`an ....................................... 24 D.

  Makna Khalīfah Menurut Para Mufassir ..................................... 27

  BAB III SEMANTIK AL-QUR`AN TOSHIHIKO IZUTSU ........................ 32 A. Biografi Singkat Toshihiko Izutsu .............................................. 32 B. Semantik Menurut Toshihiko Izutsu ........................................... 36 C. Jenis-jenis Semantik .................................................................... 38 D. Semantik Al-Qur`an .................................................................... 40 E. Prinsip-Prinsip Metodologi Semantik Al-Qur`an Toshihiko Izutsu ............................................................................................ 42 BAB IV SEMANTIK KATA KHALĪFAH ................................................... 50 A. Makna Dasar ............................................................................... 50 B. Makna Relasional ........................................................................ 53 C. Sinkronik dan Diakronik ............................................................. 54 D. Weltanschauung .......................................................................... 66 BAB V PENUTUP ......................................................................................... 72 A. Kesimpulan ................................................................................. 72 B. Saran ............................................................................................ 75 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 79 CURRICULUM VITAE ............................................................................... 75

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas bahwa al-Qur`an memiliki kedudukan yang sangat penting dalam

  kehidupan umat Islam merupakan fakta yang tidak terbantah. Al-Qur`an adalah inti (core) peradaban Islam. Ayat-ayat al-Qur`an sellu dibaca, ditulis dan didendangkan. petunjuk, norma, dan bukti-bukti kebenarannya yang abadi, secara terus-menerus dipahami dan didialogkan dengan realitas yang mengelilingi kehidupan keseharian mereka. Bagi umat Islam, seluruh isi kandungan yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur`an berlaku bagi siapa pun, kapan pun dan di mana pun adanya. Penerapan ajaran-ajaran yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur`an diyakini akan menghantakan umat manusia memperoleh kebenaran dan kesejahteraan. Hampir-hampir tidak ada ruang dalam kehidupan muslim, baik privat maupun public yang tidak bersentuhan dengan al-Qur`an. Tidak berlebihan jika banyak intelektual baik muslim maupun non-muslim menyatakan bahwa

  1 peradaban Islam adalah peradaban yang bersumber pada teks.

  Al-Qur`an adalah Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di dalam bentuk mushaf serta diriwayatkan secara mutawatir, membacanya termasuk ibadah, bahkan surat

  2

  tependeknya memiliki kemuliaan yang lebih tinggi daripada seluruh isinya. Al- 1 A. Luthfi Hamidi, Pemikiran Toshihiko Izutsu tentang Semantik Al-Qur`an, Disertasi, (Yogyakarta: UIN Sunn Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 2. 2 Muhammad Abdul ‘Adzim Al-Zurqani, Manahil al—‘Irfan fi Ulumul Qu`an, Juz 2, hlm. 300.

  Qur`an merupakan kitab suci yang paling sakral bagi umat Islam, di dalamnya terdapat semua sumber hukum yang berlaku dalam kehidupan umat tersebut. Al- Qur`an sendiri diyakini sebagai kitab suci yang menyimpan banyak pengetahuan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, banyak akademisi yang berusaha untuk memahami al-Qur`an dari berbagai sudut pandang. Pengetahuan yang terdapat di dalam al-Qur`an kemudian diolah kembali sesuai dengan pemahaman sang pembaca menjadi sebuah konsep pengetahuan tersendiri dalam pemikiran pembaca tersebut. Konsep-konsep ini yang nantinya dikenal dengan sebutan tafsir.

  Penafsiran terhadap al-Qur`an telah dimulai sejak era al-Qur`an diturunkan. Pada masa tersebut metode yang dipakai adalah tafsir Qur`an dengan Qur`an yang meliputi tafsir ayat dengan ayat. Selain itu dikenal juga tafsir Qur`an dengan hadis, dimana penafsir tersebut adalah Nabi SAW sebagai orang yang juga menyampaikan al-Qur`an kepada umatnya. Tafsir al-Qur`an mengalami perkembangan yang cukup luas setelah masa Nabi SAW Ada beberapa aliran tafsir yang muncul kemudian sesuai dengan disiplin ilmu yang dipakai dalam metode penafsiran, antara lain: tafsir mauḍu’i, tafsir bi al-ma’tsūr, tafsir bi al-

  

ra’yi, tafsir sufi, tafsir ‘isyari, tafsir ilmiy dan tafsir sastra. Ragam model

  penafsiran ini menunjukkan bahwa al-Qur`an bisa dipahami dari berbagai macam pendekatan.

  Salah satu sisi mukjizat dari al-Qur`an adalah sebuah kitab dengan sastra yang indah. Para pakar bersepakat bahwa sisi keindahan bahasa dan susunan kata dalam ayat-ayat al-Qur`an sangat mempesona. Aspek keistimewaan bahasa dalam al-Qur`an terdapat dalam setiap surah, yang mencakup ketelitian dalam memilih dan menyusun kosa kata, kemudahan pengucapannya serta kesesuaian nada kalimatnya ke telinga pembaca dan pendengarnya dan tentu kedalaman pesan

  3 yang dikandungnya.

  Pada masa turunnya al-Qur`an, sisi kebahasaan itulah yang dirasakan oleh masyarakat Islam pertama. Namun, dari waktu ke waktu pengetahuan bahasa tereduksi sehingga sisi itu tidak lagi memiliki kesan yang besar. Namun demikian, tidak berarti bahwa keistimewaan al-Qur`an dalam aspek tersebut hilang atau keistimewaan tersebut tidak lagi dapat menjadi bukti kebenaran. Al-Baqillani mengatakan, al-Qur`an memiliki struktur yang sangat indah dan susunan yang menakjubkan. Kualitas efisiensinya mencapai puncak tertinggi, hingga

  4 membuatnya jelas tidak akan bisa dicapai oleh makhluk.

  Pada era kontemporer, para sarjana mulai mengalihkan pemikiran mereka pada metode kebahasaan, salah satunya Toshihiko Izutsu yang lebih menekankan pada semantik historis kebahasaan al-Qur`an. Sepeninggal Nabi Muhammad SAW seiring dengan berjalannya waktu dan perbedaan ruang, terjadi pergeseran makna al-Qur`an oleh penafsiran mufassirin. Di sinilah pentingnya metode untuk mencapai ketepatan makna secara eksplisit dan implisit dalam ayat-ayat al-Qur`an dan semantik merupakan salah satu alternatifnya. Gagasan analisis semantik dalam konteks al-Qur`an ini, sebagaimana yang dipaparkan Islah Gusmian dalam bukunya Khazanah Tafsir Indonesia bahwa mulanya semantik ini dipopulerkan oleh Toshihiko Isutzu, semantik ini merupakan ilmu yang berhubungan dengan fenomena makna dalam pengertian yang lebih luas dari kata. Begitu luas, 3 Ismatillah dkk, Makna Wali dan Auliya’ dalam Al-Qur`an (Suatu Kajian dengan Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu), (Diya al-Afkar, 4 [02], 2016), hlm. 39. 4 Ismatillah, Makna Wali dan Auliya’ dalam Al-Qur`an ..., hlm. 39. sehingga apa saja yang mungkin dianggap memiliki makna merupakan objek

  5 semantik.

  Pentingnya telaah semantik tersebut, dalam perkembangan di anak benua Indo-Pakistan Sir Ahmad Khan dalam bukunya Taufik Adnan Amal menjelaskan bahwa dalam tataran penelitian filologi, penetapan makna al-Qur`an harus mendapat justifikasi rasionalistik. Metode rasionalistik ini sejalan dengan prinsip

  

conformity to nature. Inilah prinsip penafsiran al-Qur`an. Hal tersebut mendasari

  pendekatan semantik ini juga dengan tidak bisa melepas peran rasio. Sebagaimana juga di Indonesia pada dasawarsa 1990-an, semantik menjadi salah satu metode pendekatan signifikan, di mana semantik ini pada dasarnya hendak menangkap

  

weltanschauung al-Qur`an searah dengan tujuan model penyajian tematik yang

  hendak merumuskan pandangan al-Qur`an dalam suatu masalah tertentu secara

  6 komprehensif.

  Sebelum Nabi Muhammad SAW wafat, ia mewasirkan dua pusaka kepada umat Islam yang dengannya dapat mengantarkan pada keselamatan dunia dan akhirat, yaitu al-Qur`an dan Hadis. Keduanya mengandung ajaran-ajaran Islam, dan merupakan dua sumber ajaran-ajaran Islam yang paling utama, yang tidak akan tersesat apabila mematuhi apa yang terkandung di dalam dua pusaka tersebut.

  Melihat wahyu terakhir yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, serta jaminan tidak akan tersesatnya seorang muslim yang menjalankan apa yang ada di dalam al-Qur`an dan Hadis ternyata tidak menjadi sebuah ketentuan bahwa setiap 5 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika Hingga Ideologi, (Jakarta: Teraju, 2003), hlm. 230. 6 Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia ..., hlm. 221 muslim dapat merepresentasikan Islam sebagai rahmat seluruh alam. Sejarah mencatat, bahwa telah terjadi beberapa kali perpecahan di antara umat Islam ini.

  Perpecahan ini dimulai dari peperangan antara pengikut Ali bin Abi Thalib dengan pengikut Mu’awiyah, yang dikenal dengan nama Perang Shiffin. Pada peperangan tersebut tentara Ali tewas 35.000 orang dan tentara Mu’awiyah tewas 45.000 orang. Kemudian disusul dengan peristiwa jatuhnya Baghdad, yang diserang oleh bangsa Mongol (pasukan Tartar yang dikenal sebagai bangsa yang bengis dan tidak berperikemanusiaan). Ini terjadi karena perbedaan pandangan antara khalīfah yang orang Sunni dengan wasir besar (perdana menteri) yang orang Syi’ah. Perkelahian penganut Mazhab Syafi’i dengan Mazhab Hanafi juga telah menghancurkan Negeri Merv sebagai pusat ibukota wilayah Khurasan. Di abad ke-15 M, terjadi pertarungan Kerajaan Turki dengan Kerajaan Iran. Dengan terang-terangan kedua pihak mengatakan bahwa mereka berperang untuk mempertahankan kesucian mazhab mereka masing-masing. Turki dengan Mahdzab Sunnni Hanafi dan Iran dengan Mahdzab Syi’ah. Belum lagi ketika menengok sejarah teologi/ilmu kalam dalam Islam, dimana akan nampak banyaknya perpecahan-perpecahan umat Islam dalam memaknai Islam, di samping juga dalam mengamalkannya. Padahal acuan dasar dalam beragama adalah sama. Tidak hanya sekedar berselisih, mereka juga tidak segan-segan mengklaim pihak yang tidak sesuai dengan ideologinya sebagai seorang kafir, dan sebutan-sebutan negatif lainnya.

  Seakan tidak belajar dari sejarah, umat Islam dewasa ini masih terjebak pada perpecahan-perpecahan yang bersifat internal, yakni antara muslim satu dengan muslim lainnya. Bahkan tidak jarang, perpecahan ini berujung pada klaim kafir (takfīr) yang dilakukan oleh kelompok Islam satu kepada kelompok lain yang tidak sepaham dengan ideologinya.

  Sejarah perpecahan ini juga menyajikan fakta bahwa tiap kelompok yang saling berselisih, tetap mengacu pada al-Qur`an dan Hadis yang sama. Tiap kelompok dapat menyajikan argumennya masing-masing baik itu berupa ayat dalam al-Qur’an atau matan Hadis Nabi Muhammad SAW Pertanyaannya adalah bagaimana bisa dari rujukan yang sama menimbulkan sikap yang berbeda dalam umat Islam? Apakah kedua sumber utama tersebut terlalu ambigu ataukah ketidakmampuan umat Islam dalam menangkap pesan yang terkandung di dalam al-Qur`an dan hadis yang akhirnya menjadikan pemahaman yang tidak sejalan, bahkan terkadang sangat bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya? Jika merujuk pada firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah [5] ayat 48, maka anggapan bahwa al-Qur`an dan Hadis adalah ambigu sangatlah tidak dapat dapat diterima. Jika demikian, maka keterbatasan manusia dalam memahami Kalam Ilahi inilah yang menjadikan perpecahan-perpecahan dalam Islam.

  Persoalan yang pertama muncul ketika Rasulullah SAW wafat adalah masalah khilāfah/kepemimpinan, mengenai siapa yang cocok menggantikan kedudukan beliau sebagai kepala negara. Persoalan ini meskipun dapat diatasi dengan terpilihnya Abu Bakar menjadi khalīfah, namun persoalan ini muncul kembali ketika terbunuhnya ‘Usman bin Affan ra. dan naiknya ‘Ali bin Abi Thalib

  7 sebagai khalīfah menggantikan ‘Usman ra.

  Secara historis, umat Islam tidak dapat dipisahkan dari masalah khilāfah/kepemimpinan. Hal ini bukan hanya disebabkan karena kepemimpinan itu merupakan suatu kehormatan besar, tetapi juga memegang peranan penting dalam dakwah Islam. Kenyataan ini juga terbukti, di mana kepemimpinan tidak hanya aktual pada tataran praktisnya, tetapi juga senantiasa aktual dalam wacana intelektual muslim sepanjang sejarah. Namun demikian, yang perlu diingat ialah Al-Qur`an dan hadis sebagai sumber otoritatif ajaran Islam tidak memberikan sistem kepemimpinan dan ketatanegaraan yang cocok untuk umat Islam, kecuali hanya memberikan prinsip-prinsip universal, mengenai masalah kepemimpinan. Atas dasar prinsip-prinsip universal inilah, para cendikiawan muslim dan para

  8 ulama, merumuskan sistem kepemimpinan Islam.

  Pada masa klasik, penafsiran tentang kepemimpinan dalam Al-Qur`an relatif tidak dipermasalahkan, khususnya pada masa sahabat dan pada masa Umaiyyah. Tetapi setelah penetrasi Barat masuk ke dalam negara Islam tertentu, polemik tentang kepemimpinan dalam Islam muncul, sehingga menjadi ajang korntroversi. Kontroversi ini menimbulkan berbagai aliran pemikiran yaitu: pertama, aliran tradisionalis yang mengatakan bahwa dasar dan sistem pemerintahan sudah diatur lengkap dalam Al-Qur`an; kedua, aliran sekuler yang mengatakan bahwa Islam hanyalah agama spritual yang tidak memiliki hubungan dengan pemerintahan khususnya politik; dan ketiga, aliran reformis yang 7 Abd Rahim, Khalīfah dan Khilafah Menurut Al-Qur`an, (Makassar: PPs UIN Alauddin Makassar, 2012), hlm. 2. 8 Rahim, Khalīfah dan Khilafah Menurut Al-Qur`an, hlm. 2.

  mengatakan bahwa Islam hanyalah memberikan ajaran sebatas nilai-nilai moral

  9 dalam praktek politik dan penyelenggaraan negara.

  Toshihiko Izutsu melihat fenomena perpecahan umat ini sebagai suatu

  10

  akibat dari tidak adanya weltanschauung dalam al-Qur`an, utamanya terhadap kata-kata yang tampaknya memainkan peranan penting dalam menandai catatan

  11

  dominan, menembus dan menguasai seluruh pemikiran al-Qur`an. Oleh karena itu, Toshihiko Izutsu menawarkan pendekatan dengan tujuan untuk menemukan

  

weltanschauung al-Qur`an, sehingga diperolehlah itu apa yang menjadi world

view al-Qur`an, khususnya istilah-istilah yang oleh Toshihiko Izutsu disebut

  sebagai kata kunci dalam al-Qur`an. Kata kunci inilah yang sering memicu terjadinya perpecahan. Pendekatan yang ditawarkan oleh Toshihiko ini adalah pendekatan semantik dalam rangka merumuskan Weltanschauung al-Qur`an.

  Melihat beberapa kasus yang terjadi dewasa ini, salah satu problematika yang dapat mengantarkan kepada perpecahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah masalah kepemimpinan. Secara umum, pemimpin merupakan seseorang yang memegang jabatan paling tinggi dalam sebuah organisasi atau negara. Ia memiliki kuasa atas segala yang dipimpinnya, serta memiliki wilayah kekuasaan. Dalam studi kebahasaan, di dalam al-Qur`an terdapat beberapa kata yang bermakna pemimpin, di antaranya adalah khalīfah.

  9 10 Abd Rahim, Khalīfah dan Khilafah Menurut Al-Qur`an, hlm. 2.

  Yakni pandangan dunia masyarakat yang menggunakan Bahasa itu, tidak hanya sebagai

alat bicara dan berfikir, tetapi yang lebih penting lagi, pengkonsepan dan penafsiran dunia yang

melingkupinya. Lihat Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur’an, terj. Agus Fahri Husein, et al., (Yogyakarta: TiaraWacana, 2003), hlm. 3. 11 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia ..., hlm. 77. Dengan menggunakan pendekatan semantik, penulis tertarik untuk mengkaji makna dari term khalīfah bersama dua bentuk jamaknya, yaitu khalā`if dan khulafā’ di dalam al-Qur`an. Diceritakan dalam al-Qur`an bahwa Allah SWT menurunkan manusia di bumi dalam rangka menjadi khalīfah fi al-arḍ

  12

  sebagaimana dalam ayat berikut ;

  َنﻮ ُﻠَﻤْﻌَـﺗ َﻒ ْﻴَﻛ َﺮ ُﻈْﻨَـﻨِﻟ ْﻢِﻫ ِﺪْﻌ َـﺑ ْﻦِﻣ ِضْرَْﻷا ِﰲ َﻒِﺋ َﻼَﺧ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻠَﻌَﺟ ﱠُﰒ

Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi

sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (QS.

  Yunus [10] : 14)

  Kata khalā’if dalam ayat tersebut merupakan bentuk plural dari

  

khalīfah yang berarti pengganti. Dalam misi merawat dan menjaga bumi,

  sebelum manusia diciptakan, Allah SWT memang telah mengutus makhluk sebelum manusia untuk menghuni dan menjaga bumi. Namun makhluk-makhluk tersebut justru menghancurkan bumi dan kemudian Allah SWT membinasakan

  13 mereka.

  Selanjutnya, guna meneruskan misi tersebut Allah SWT mengutus manusia, maka kata

  khalīfah yang dimaksud adalah manusia sebagai pengganti

  makhluk sebelumnya untuk menjaga bumi. Dalam rangka misi tersebut, selain menurunkan manusia di bumi, Allah SWT juga melengkapinya dengan beberapa

  14 tuntunan dan ilmu kepada manusia pertama yakni Adam.

12 Alva Alvavi Makmuna, Konsep Pakaian Menurut Al-Qur`an (Analisis Semantik Kata

  

Libas, Siyab dan Sarabil dalam al-Qur`an Perspektif Toshihiko Izutsu), Thesis, (Tulungagung:

IAIN Tulungagung, 2015), hlm. 5. 13 14 Makmuna, Konsep Pakaian Menurut Al-Qur`an ..., hlm. 5.

  Makmuna, Konsep Pakaian Menurut Al-Qur`an ..., hlm. 6.

  ِءﺎَْﲰَِ ِﱐﻮُﺌِﺒْﻧ َأ َلﺎَﻘَـﻓ ِﺔَﻜِﺋ َﻼَﻤْﻟا ﻰ َﻠَﻋ ْﻢ ُﻬَﺿَﺮَﻋ ﱠُﰒ ﺎَﻬﱠﻠُﻛ َءﺎَْﲰَْﻷا َمَدآ َﻢﱠﻠَﻋَو َﲔِﻗِدﺎَﺻ ْﻢُﺘْـﻨُﻛ ْنِإ ِء َﻻُﺆَﻫ dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

  Dalam pengutusan itu Allah SWT memberikan bermacam ilmu kepada Adam, hingga kemudian Allah SWT mengutus beberapa nabi setelah Adam sebagai pembimbing manusia di bumi. Para Nabi mendapat petunjuk dan bimbingan Allah SWT langsung melalui wahyu yang diembannya yang wajib disampaikan kepada manusia, sampai kepada nabi terakhir yakni Muhammad

  15 SAW yang dibekali al-Qur`an sebagai petunjuk hingga akhir zaman.

  Dalam skripsi ini penulis akan menjelaskan lebih jauh lagi mengenai makna khalīfah dalam al-Qur`an dengan menggunakan pendekatan semantik al- Qur`an Toshihiko Izutsu.

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana penyebutan term khalīfah di dalam al-Qur`an?

  2. Bagaimana pendekatan semantik al-Qur`an Toshihiko Izutsu?

  3. Bagaimana pemaknaan khalīfah menurut semantik al-Qur`an Toshihiko Izutsu?

  15 Makmuna, Konsep Pakaian Menurut Al-Qur`an ..., hlm. 6.

  C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penyebutan term khalīfah di dalam al-Qur`an.

  2. Untuk mengetahui pendekatan semantik al-Qur`an Toshihiko Izutsu.

  3. Untuk mengetahui pemaknaan khalīfah menurut semantik al-Qur`an Toshihiko Izutsu.

  D. Tinjauan Pustaka

  Penelitian mengenai khalīfah bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia akademis. Penelitian tentang konsep kepemimpinan dalam berbagai perspektif juga bervariasi. Ada beberapa karya yang berkaitan dengan kajian mengenai

  khalīfah, baik dalam bentuk makalah, skripsi, maupun disertasi, diantaranya

  adalah:

  1. Skripsi dengan judul Konsep Khalīfah Menurut M. Quraish Shihab dan

  Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam yang ditulis oleh seorang

  mahasiswi jurusan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah yang bernama Khoirunnisa Fadlilah pada tahun 2014.

  Skripsi ini mengkaji sekaligus menjelaskan konsep khalīfah menurut M. Quraish Shihab, dan implikasinya terhadap pendidikan Islam. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pemikiran M. Quraish Shihab tentang konsep khalīfah.

  2. Sebuah karya tulisan yang dimuat dalam jurnal TARBAWY, Vol. 2, Nomor 1,

  (2015) oleh Yesi Lisnawati, Aam Abdussalam, dan Wahyu Wibisana yang

  berjudul Konsep Khalīfah dalam Al-Qur`an dan Implikasinya Terhadap

  Tujuan Pendidikan Islam (Studi Mauḍu’i Terhadap Konsep Khalīfah dalam Tafsir Al-Misbah). Dalam tulisan tersebut Yesi membahas tentang

  penyebaran konsep Khalīfah dalam al-Qur`an dan pendapat Tafsir Al- Mishbah terhadap konsep Khalīfah serta implikasi konsep Khalīfah terhadap tujuan pendidikan.

  Penelitian mengenai kajian semantik sebagai pendekatan dalam mengkaji sebuah term dalam al-Qur`an juga bukan merupakan hal yang baru. Diantara penelitian tentang semantik yang pernah dilakukan yaitu:

  1. Skripsi berjudul Makna Tawakkul Dalam Al-Qur`an (Aplikasi Semantik

  Toshihiko Izutsu) yang ditulis oleh seorang mahasiswa Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bernama Eko Budi Santoso pada tahun 2015.

  Dalam penelitian ini penulis tersebut mengkaji makna kata tawakkul dengan menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu.

  2. Skripsi karya Muhammad Iqbal Maulana seorang mahasiswa Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2015 yang berjudul Konsep

  Jihad Dalam Al-Qur`an (Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu). Skripsi

  ini membahas tentang konsep jihād yang terdapat di dalam al-Qur`an dengan menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu.

  3. Skripsi berjudul Keadilan Dalam Al-Qur`an (Kajian Semantik atas Kata Al-

  ‘Adl dan Al-Qisṭ) oleh seorang mahasiswi Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

  Yogyakarta pada tahun 2015. Skripsi ini juga menggunakan pendekatan semantik dalam mengkaji kata Al-‘Adl dan Al-Qisṭ.

  4. Sebuah penelitian oleh Ismatillah, Ahmad Faqih Hasyim, dan M. Maimun pada tahun 2016 yang berjudul Makna Wali dan Awliya’ Dalam Al-Qur`an

  (Suatu Kajian dengan Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu). Tulisan ini

  mencoba mengungkap makna kata wali dan awliya' yang terdapat di dalam al-Qur`an dan menemukan sebuah konsep dari kata tersebut sesuai yang dimaksud oleh al-Qur`an.

  Dari kajian pustaka di atas, signifikansi penelitian ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Penelitian ini menjelaskan tentang term khalīfah di dalam al-Qur`an dengan ditinjau menggunakan pendekatan semantik al-Qur`an yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu.

E. Landasan Teori

  Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Semantik Al-Qur`an Toshihiko Izutsu. Adapun teori beliau dalam menganalisis suatu kosakata dalam al-Qur`an yaitu sebagai berikut:

  1. Menetukan kaat fokus. Setelah menentukan kata fokus selanjutnya mengumpulkan ayat-ayat yang menajdi obyek kajian, menyantumkan asbabunnuzul, dan mengelompokkannya diantara ayat-ayat makkiyah dan madaniyah.

  2. Menganalisis makna-makna yang terkandung di dalam ayat-ayat tersebut yang meliputi: a. Makna Dasar dan Makna Relasional

  Makna dasar adalah suatu kata yang melekat pada kata itu sendiri, yang selalu terbawa dimana pun kata itu diletakkan. Sedangkan makna relasional adalah suatu kata yang konotatif yang diberikan kata itu pada

  16

  posisi khusus dalam bidang khusus. Ada dua langkah untuk mengetahui makna relasional, yaitu: 1) Analisis sintagmatik yaitu suatu analisis yang berusaha menentukan makna suatu kata dengan cara memperhatikan kata-kata yang ada di depan dan di belakang kata yang sedang dibahas dalam suatu bagian tertentu.

  2) Analisis paradigmatik yaitu analisis yang mengkomparasikan kata atau konsep tertentu dengan kata atau konsep yang lain yang mirip atau bertentangan.

  b. Sinkronik dan Diakronik Aspek sinkronik adalah aspek kata yang tidak berubah dari konsep atau kata dalam pengertian ini system kata bersifat statis. Sedangkan aspek diakronik adalah aspek sekumpulan kata yang masing-masing tumbuh dan berubah bebas dengan caranya sendiri yang khas. Toshihiko Izutsu menyederhanakan persoalan ini dengan membagi periode waktu penggunaan kosakata dalam tiga periode waktu yaitu Pra Qur`anik,

  17 Qur`anik, dan Pasca Qur`anik.

  16 17 Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, hlm. 22.

  Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, hlm. 35.

F. Metode Penelitian

  Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersumber pada data kepustakaan atau library research. Yaitu jenis penelitian yang menggunakan data-data kepustakaan sebagai data penelitiannya, seperti buku, jurnal, artikel, ensiklopedia, dan data-data pustaka yang terdapat di dalam internet. Sehingga penelitian ini sepenuhnya didasarkan atas bahan-bahan kepustakaan yang terkait dengan penelitian.

  Peneliti akan menggunakan metode tafsir tematik term, yaitu model kajian tematik yang secara khusus meneliti term(istilah-istilah) tertentu dalam al-

18 Qur`an. Dalam penelitian ini term khalīfah menjadi fokus utama untuk dikaji.

  Maka peneliti akan menguraikan jumlah penyebutan kata khalīfah dan bentuk jamaknya di dalam al-Qur`an, makna yang dikandungnya dan konteks- konteksnya.

  Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini meliputi dari al-Qur`an, buku-buku tentang semantik al-Qur`an Toshihiko Izutsu, kamus-kamus bahasa, kitab-kitab tafsir, karya-karya ilmiah dan karya tulis lain yang terdapat dalam internet yang berkaitan dengan penelitian ini. Dari berbagai sumber diatas terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan perannya sebagai sumber data dalam penelitian ini, yaitu:

  Sumber utama yang dipakai yaitu buku berjudul Relasi Tuhan dan

  Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap Al-Qur`an yang merupakan karya dari

18 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta:Idea Press Yogyakarta, 2015), hlm. 61-62.

  Toshihiko Izutsu. Karya-karyanya yang lain yang berkaitan dengan penelitian ini juga menjadi sumber utama.

  Sebagai data pendukung penulis memakai data-data dari buku seperti

  

Mu’jam al-Qur`an li al-Alfadz al-Qur`an, Ensiklopedia Al-Qur`an (Kajian

Kosakata), dan beberapa kitab tafsir seperti tafsir al-Misbah dan lainnya. Selain

  itu penulis juga menggunakan data dari karya-karya ilmiah seperti skripsi, thesis ataupun jurnal yang memiliki tema yang berkaitan dengan skripsi ini.

  Data-data yang telah didapat dikumpulkan kemudian diolah dengan cara- cara berikut: 1) Deskripsi, yaitu dengan mengumpulkan dan mengelompokkan ayat-ayat yang mengandung term khalīfah, kemudian menguraikan makna-makna kata khalīfah yang terdapat di dalam al-Qur`an. 2) Analisis, yaitu melakukan analisis dengan menggunakan teori semantik. Analisis ini meliputi makna kata

  

khalīfah di dalam al-Qur`an, konsep-konsep yang terkait dengan konsep khalīfah

  19 dan pemaknaan khalīfah dari sisi diakronik.

  Dalam pemaknaan kata khalīfah di dalam al-Qur`an ini penulis menggunakan pendekatan semantik dari seorang mufassir orientalis bernama Toshihiko Izutsu. Dengan pendekatan tersebut pemaknaan kata khalīfah dikupas dengan mengetahui makna sinkronik dan diakroniknya, yakni makna kata tersebut pada masa pra Qur`anik, Qur`anik, dan pasca Qur`anik.

19 Eko Budi Santoso, Makna Tawakkul Dalam Al-Qur`an (Aplikasi Semantik Toshihiko Izutsu), Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015), hlm. 17-18.

G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi lima bab.

  Kelima bab yang akan dibahas sesuai dengan outline yang telah ada dan berguna memudahkan pembahasan.

  Pada Bab yang pertama ini merupakan penjabaran awal, penulis mencoba menerangkan latar belakang permasalahan, mengapa penulisan skripsi ini disusun, batasan dan rumusan masalah. Selain itu, tujuan untuk menjawab permasalahan penelitian juga dipaparkan dalam bab ini, disertai dengan manfaat penelitian secara akademis. Dalam bab ini penulis juga menerangkan tentang karya-karya terdahulu yang membahas tema yang sama disertai dengan perbedaannya dengan skripsi ini. Penulis juga menerangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini beserta sistematika dalam penulisan skripsi ini.

  Bab Kedua berisi deskripsi ayat-ayat yang mengandung term khalīfah,

  khala’if dan khulafa`. Bab ini terbagi menjadi empat sub bab, yaitu ayat-ayat

  tentang khalīfah, ayat-ayat tentang khala’if, ayat-ayat tentang khulafa`, dan penafsiran kata-kata tersebut menurut beberapa mufasir.

  Bab ketiga memuat tentang semantik al-Qur`an Toshihiko Izutsu. Terbagi menjadi beberapa sub bab, yaitu biografi singkat Toshihiko Izutsu, pengertian semantik, dan semantik al-Qur`an Toshihiko Izutsu.

  Bab keempat, berisi analisis semanting makna khalīfah yang terdiri dari dua sub bab, yaitu makna dasar, makna relasional, makna sinkronik, dan makna diakronik. Adapun makna relasional terbagi menjadi dua yaitu analisis sintagmatik dan paradigmatik. Dan makna diakronik terbagi menjadi 3 yaitu pra Qur`anik, Qur`anik, dan pasca Qur`anik.

  Bab kelima, berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran. Dalam bab ini akan diterangkan tentang kesimpulan dari pembahasan penelitian di bab-bab sebelumnya serta mengungkap kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penulisan ini dan memberikan saran-saran agar penulisan selanjutnya bisa mengetahui kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini.