KONSEP KESALEHAN SOSIAL DALAM Q.S. AL-MA'UN (IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN) - Test Repository

  

KONSEP KESALEHAN SOSIAL DALAM Q.S. AL-MA’UN

(IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN)

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah

  O leh:

  

USW ATUN KHASANAH

NIM t i l l 05 010

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM A ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AG AM A ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2009

  DEPARTEMEN A G A M A RI SEKOLAH T IN G G I A G A M A IS L A M NEGERI (S T A IN ) S A L A T IG A Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706

  , 323433 Salatiga 50721

  Website : sss

  M. Ghufron, M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudari USWATUN KHASANAH Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu'alaikunu Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama : USWATUN KHASANAH

  NIM : 11105 010 Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul : KONSEP KESALEHAN SOSIAL DALAM Q.S.

  AL-MA’UN (IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN)

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. , Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu'alaikunt, V/r, Wb

  Salatiga, 4 Agustus 2009 Pembimbing

  M. Ghufron. M.Ag

  NIP. 19720814 200312 1 002

  DEPARTEM EN A G A M A RI S EK O LAH T IN G G I A G A M A IS L A M NEG ER I (S T A IN ) S A L A T IG A

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi S au d ari: USWATUN KHASANAH dengan Nomor Induk Mahasiswa

  

: 111 05 010 yang berjudul : “KONSEP KESALEHAN SOSIAL DALAM

Q.S. AL-MA’UN (IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN)”. Telah

  dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi

  Kamis tanggal 20 Agustus 2009

  Agama Islam Negeri Salatiga pada h a r i: yang bertepatan dengan tanggal

29 Sya’ban 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  20 Agustus 2009 M Salatiga, ----------------------------------

  29 Sya’ban 1430 H Panitia Ujian

  Sekretaris Sidang

  ir. Imam Sutomo. M.Ag

  H. Muh Saerozi. M.Ag

  tIP. 19580827 198303 1002 . 19660215 199103 1001

  Penguji I Penguji II

  Dra. Siti Asdigoh, M.Si Winamo, i ,SL. M.Pd

  NIP. 19680812 199403 2 003 N IP.1973052( 199903 1 004

  Pembimbing

  n, M.Ag

  NIP. 19720814 200312 1 002

  DEPARTEMEN A G A M A RI SEKOLAH T IN G G I A G A M A IS LA M NEG ERI (S T A IN ) S A L A T IG A

  J L Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : m

  

D E K L A R A S I

a

  p-*2*- Ji\ JJI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 4 Agustus 2009 Penulis, l _ ______________ sANA II

  NIM : 111 05 010

  

MOTTO

Dari Abu Hurairah, ia meriwayatkan clari N a b i: “Siapa melepaskan satu

kesusahan seorang mukmin, Allah akan melepaskan satu kesusahannya di hari

kesulitan. Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Siapa menutup aib

seorang muslim, Allah akan menutup pula aibnya di dunia dan akhirat.

  

Sungguh Allah akan menolong hamba-Nya selama dia menolong saudaranya.

  (HR. Abu Dawud).

  PERSEMBAHAN

  Skr ipsi ini penulis persembahkan kepada :

  1. Ibuku Sulimah dan Bapakku S.Choirul Mustaqim.

  2. Kakak-kakakku (Syaifur Rahmah, Agus Isnaini, Eny, Chusnul, M.Slamet, Farid, Latifah.

  3. Adik-adikku (Rossy, Hafid, Ima, Reny, Fika, Azy, Amanda, dan Nasyvva.

  4. Ustadz-ustadzku (Robiyan, H. M. Ismail, Iskandar,)

5. Teman-teman kost (Mbak Any, Mbak Yeni, Sari, Ifah, Nurul, Mia, Musya, dan Elsita.

  6. Sahabatku, Rafida, Noe dan Nisa.

  7. Keluarga besar NUR IST1QLAL 411 Pandawa Salatiga.

KATA PENGANTAR

  Puj i syukur hanya kepunyaan Allah SWT, Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang tetap istiqomah di jalannya.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam. Adapun judul skipsi ini adalah Konsep Kesalehan Sosial dalam Q.S. Al-Ma’un (Implementasinya terhadap Pendidikan).

  Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang dengan ikhlas memberikan dukungan baik moral maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga

  2. Bapak Fatchurrohman, M. Pd selaku Ketua Progdi PAI yang telah merestui penulisan skripsi ini

  3. Bapak M. Ghulron, M.Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan dalam penulisan skripsi ini

  4. Ibuku Sulimah dan Bapakku S. Choirul Mustaqim yang selalu mencurahkan kasih sayang beriring do’a kepada penulis

  5. Kakak-kakak ku Syaifur Rahman, Agus Isnaini, Eni, Chusnul, Farid, Latifah dan adikku Rossy yang selalu menyayangi penulis.

  6. Tem an-teman PAI ‘A STAIN Salatiga angkatan 2005 yang selalu aku banggakan

  7. Teman-tamen kost (Mbak Ani, mbak Yeni, Khusnul, Ifah, Anies, Sari, Nurul, Mia, Musya) yang selalu menemani penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

  8. Mr. Taqin, Mr Ruby dan Mr. Yulian yang selalu meberi motivasi kepada penulis.

  9. Keluarga besar Dot. Comp Jangkungan.

  10. Keluarga besar Nur Istiqlal 411 Pandawa Salatiga

  11. Team perpustakaan STAIN Salatiga yang selalu memberikan pelayanan dengan baik

  12. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.

  Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, maka tiada kata yang pantas terucapkan kecuali do’a dan terimakasih yang dalam, semoga amal dan jasa baiknya menjadi amal sholeh dihadapan Allah SWT.

  i

  Ucapan terimakasih pula penulis ucapkan kepada para pembaca yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun guna tersempurnanya skripsi ini.

  Akhirnya hanya kepada Allah SWT, mohon pertolongan serta petunjuk semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. 2 0 Salatiga, Agustus 2009

  Penulis

  DAFTAR ISI

  

  

  BAB I PEDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV IMPLEMENTASI DALAM PENDIDIKAN

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  P ada prinsipnya Islam adalah agama kebersatuan, agama kasih sayang, kecenderungan untuk saling mengenal dan hidup menyatu antar pemeluknya adalah pangkal dari ajarannya. Berbuat baik merupakan kewajiban kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakat dan perbuatan tersebut bisa kita wujudkan dengan saling menyayangi, berbagi dan sebagainya.

  Di zaman yang semakin berkembang seperti sekarang ini perwujudan kesalehan sosial perlu ditingkatkan, melihat semakin banyaknya hal yang baru dan serba modern, tingkah laku manusia pun juga bertambah modern bahkan karena modernnya perbuatan masyarakat sekarang banyak yang keluar dari tatanan sosial. Banyak masyarakat yang lebih hartanya itu tidak cukup peduli untuk menafkahkan kepada kaum yang kurang beruntung nasibnya seperti : fakir miskin, anak yatim dan sebagainya. Padahal telah jelas ada suatu ayat yang menyalakan.

  Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan

  Rosulnya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan diliput gandakan

  2 (pemberiannya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak.

  (Q.S Al-H adid : 18).1 Jelaslah berderma untuk kepentingan agama dan kemanusiaan pada hakikatnya telah memberi pinjaman kepada Allah SWT. Karena Allah maha kaya, maka dengan kekayaan-Nya orang yang mendermakan harta akan memperoleh kembali hartanya dalam jumlah yang lebih besar.1

  2 Ayat di atas merupakan ayat yang seharusnya mampu menggerakkan masyarakat Indonesia khususnya untuk meningkatkan gerakan filantropi, namun kenyataan sangat kurang sekali perhatian masyarakat sekarang terhadap kaum lemah, masih banyak mereka yang hanya mengerjakan ibadah dalam arti khusus (individual) dari pada ibadah sosial yang padahal seharusnya kedua hal tersebut harus seimbang. Dalam hal ini, agak sulit bagi orang Islam untuk mencapai kesalehan ritual bersamaan dengan kesalehan sosial, banyak di antara mereka yang beragama Islam yang masih berlaku tidak adil kepada sesamanya, terutama kepada masyarakat dari golongan bawah. Banyak rakyat kecil yang mengatakan, suatu hal yang paling menyakitkan adalah ketika mendapati seseorang yang membeda-bedakan antara dirinya dengan orang lain dan sesuatu yang paling kejam dirasakan manusia adalah merasa dipinggirkan dari komunitas, tidak dihargai dan tidak mempunyai arti penting.3 Tak beda jauh dengan orang yang lebih dibanidng mereka, bahwasannya hal tersebut sudah pasti tidak mau menimpa dirinya. Dengan

  1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Syamil Cipta Media, Bandung, 2005, him. 903.

  2 Sholihin, Kedermawanan, Insan Madani, Yogyakarta, 2008, him. 71.

  3

  k ata lain, jika kita ingin diperhatikan dan dihargai orang lain maka perhatikan dan hargailah (pedulilah) terhadap orang lain.

  Terlebih lagi bagi mereka yang mengaku Islam tetapi kikir, mereka tidak menyadari akan tindakan dan perbuatannya yang kadang menyakiti perasaan orang lain. Berusaha menghemat karena rasa einta yang berlebihan terhadap hartanya, orang yang kikir mengangap hartanya akan kekal sehingga tidak mau kehilangan sedikit dari hartanya untuk disisihkan memberi kepada kaum yang kurang beruntung nasibnya. Mereka selalu menghitung-hitungnya yang menjadikan mereka kikir dan tidak mau menafkahkan hartanya di jalan Allah. Ada juga mereka yang mau memberi akan tetapi pemberiannya didasari rasa riya’ bahkan kadang menyakiti si penerima dengan mengungkit- ngungkitnya. Orang yang seperti itu pada dasarnya kikir dan menyakiti diri sendiri dan cenderung egois. Ia merasa lebih cukup dan tidak membutuhkan orang lain. Sudah tentu orang kikir lalai terhadap identitas dirinya sebagai mahluk sosial yang senantiasa terikat dengan hukum alam.4 Bagaimana bisa dikatakan peduli dan menyayangi orang lain, menyayangi diri sendiri pun tidak.

  Islam sebagai ide dan agama tentu tidak mengajarkan hal-hal yang anti sosial karena pada dasarnya tujuan ajaran Islam sendiri yaitu mendidik anak- anak Islam supaya menjadi anak yang saleh dan kesalehan berkaitan erat dengan ibadah sedangkan tindakan-tindakan sosial adalah bagian dari ibadah.

  Nabi kita sendiri telah mengukuhkan pentingnya menyatu, bergabung dan 4 S h o lih in , o p .c it, h im . 63.

  4 h idup berdampingan dengan masyarakat tanpa melihat status sosial.

  Mengingat kita sendiri sebagai mahluk individu dan sosial, selain kita memenuhi kewajiban kita terhadap diri sendiri baik yang berhubungan dengan khaliqnya, kita juga harus memperhatikan hubungan kita dengan sesama. Karena menyadari kita sebagai manusia tidak bisa menjalani kehidupan di dunia ini sendiri tanpa adanya campur tangan orang lain. Kita hidup di dalam suatu masyarakat terjadi hubungan yang saling bergantung dan membutuhkan, dengan itu periu ditegakkan amal saleh untuk mewujudkan suatu masyarakat sejahtera yang lahir dari semua pihak dan untuk kepentingan semua pihak dan amal tersebut digiatkan oleh kaum laki-laki dan perempuan secara sejajar tanpa membedakan suku, agama, Ras, dan antar golongan (SARA) dan itu hukumnya wajib bagi mereka.

  Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hujurot ayat 13 :

  j J A l oj ‘j & c f A l 4 ^ - p oj

  Aninya : Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

  laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

  Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.5 5 D epartem en A g a m a R I, o p .c it., h lrn . 847.

  5 Hubung an dan persaudaraan antara satu orang dengan yang lain sejauh

  yang kita tahu, tidak selalu karena ikatan darah saja, karena kita sesama muslim.

  Kesalehan sosial sebagian bisa kita tengok dari amal soleh seseorang karena amal soleh berkhasiat untuk memenuhi kualitas individu, kelompok dan kemanusiaan, jika benar dalam menerapkannya. Setiap orang wajib beramal soleh semampunya yakni amal-amal yang berguna untuk mencita jiw a dalam berakhlak dan beradab, dalam ruang lingkup pribadi dan sosial.

  Barang siapa beramal soleh dengan landasan keimanan yang menenangkan diri, maka mereka tergolong orang-orang yang beramal (amilun) dan beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka akan masuk surga, pahala amal soleh tidak akan dikurangi sedikitpun.6 Dengan adanya jaminan dari Allah yang seperti itu, hendaknya bisa menjadikan motivasi bagi kita untuk senantiasa beramal saleh dengan niatan mengharap ridho Allah SWT.

  Pencerminan suatu perbuatan yang berbentuk ibadah merupakan ukuran pelaksanaan nilai sosial yang telah diperoleh dan diketahui dari kehidupan beragama, sehingga sejauh mana seseorang telah membumikan nilai-nilai moral penanaman akhlak serta adab sosial pada dirinya dapat dilihat melalui pencerminan di kehidupan kesehariannya. Kehidupan sosial menurut Islam ialah kehidupan yang memberikan taraf kehidupan yang amat tinggi kepada seluruh manusia di dalam masyarakat dan menetapkan hak-hak asasi tanpa memandang status kekayaan, kasta, jabatan dan sebagainya. Namun

  ° Muh. Ahmad Khalaf'allah, Masyarakat Muslim Ideal, Insan Madani, Yogyakarta, 2008, him. 58.

  6

  keny ataan yang terjadi sekarang adalah sebaliknya, perbedaan tersebut tidak jarang menciptakan problem sosial, seperti masalah konflik dan disintegrasi.

  Berbicara masalah kesalehan sosial serta rekayasa perubahan sosial akhir-akhir ini cenderung mendapat pandangan negatif, maka dari uraian- uraian masalah di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul Konsep Kesalehan Sosial dalam Q.S. Al-M a’un (Implementasinya terhadap Pendidikan).

B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari perbedaan dan kesalahan dalam menginterprestasikan judul skripsi serta sebagai langkah awal menyatukan persepsi terhadap pembahasan ini, maka penulis berikan batasan dan penegasan dari judul secara singkat dengan rincian sebagai b erik u t:

  1. Konsep Kesalehan Sosial Konsep berarti rancangan, ide atau pengertian yang diabstraksikan dari peristiwa kongkret.7 Sedangkan kesalehan adalah gambaran kepatuhan dalam beribadah. Kata saleh terambil dari akar kata shaluha yang di dalam Kamus-kamus Bahasa Al-Qur’an dijelaskan maknanya sebagai antonim (lawan) kata fa sid (rusak). Dengan demikian “saleh” diartikan sebagai berhentinya kerusakan (salih juga diartikan sebagai bermanfaat dan sesuai). Sosial berasal dari bahasa latin “Socius” yang berarti kawan, yang dimaksud di sini adalah pergaulan serta hubungan

7 Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Dita Publiser, him. 728.

  7

  antar manusia dan kehidupan kelompok manusia yang sedikit banyak memiliki aturan-aturan dan pola hidup tertentu sehingga mendekati suatu kesatuan (integruted) dalam istilah bahasa Arab di sebut al-M ujtama’ dan istilah yang dipakai daam bahasa Indonesia adalah masyarakat, yang berasal dari bahasa Arab “Syarikah” yang berarti persekutuan.8

  Jadi kesalehan sosial adalah suatu hal yang dapat direalisasikan dalam bentuk perbuatan yang mengarah pada kepatuhan syariat yang dapat menghalangi munculnya suatu keburukan dalam perbuatannya yang diterapkan dalam masyarakat.

  2. Al-Qur’an Surat Al-Ma’un 1 - 7 Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi

  Muhammad SAW secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril sebagai pedoman hidup manusia di dunia dan membacanya pun bernilai ibadah.

  Adapun menurut Quraish Shihab Al-Qur’an adalah petunjuk Allah yang bila dipelajari akan membantu kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai problem hidup apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa kita mengarah kepada kualitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabiiitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.9

  Sedangkan Al-Ma’un adalah surat yang ke 107 dalam Al-Qur'an terdiri dari 7 ayat yang membahas tentang ciri-ciri pendusta agama yaitu orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk

8 Ahmadi, Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, CV. Saudara, Salatiga, 1984, him. 31 9 M. Quraish Shihab, op.cil., him. 91.

  8

  member i makan fakir miskin, orang yang lalai terhadap salatnya, berbuat riya’ serta enggan memberi bantuan dengan barang-barang yang berguna, sehingga Al-Qur'an berperan penting dalam kehidupan yang dijadikan pedoman hidup. Sebagai acuan untuk mengambil suatu tindakan dan juga penyelesai masalah yang dijadikan petunjuk dan pembimbing dalam melakukan amal, sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dalam Q.S. Al- Ma’un ayat 1 - 7 .

  Adapun Q.S. Al-Ma’un Ayat 1 - 7 adalah sebagai b erikut: A rtinya:

  

jengcm menyebut nama Allah t| _ j | t

yang Maha Pengasih lagi Maha J

  (t^ Penyayang.

  Taukah kamu orang yang mendustakan agama Itulah orang yang menghardik hak anak yatim Dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin Maka kecelakaanlah bagi orang- orang yang shalat (yaitu) mereka yang lalai terhadap salatnya

  Yaitu orang-orang yang menampak-nampakkannya (riya ) Dan e p Dan enggan (untuk memberi) bantuanh

10 D epartem en A g a m a R I, op.cit., h im . 602.

  9

  3. Implement asi dalam Pendidikan Implementasi adalah penerapan, pelaksanaan,1' Sedangkan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

  Dengan demikian, implementasi dalam pendidikan yang penulis maksud di sini adalah penerapan dari kesalehan sosial yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam proses pendewasaan melalui pendidikan dan latihan.

  Adapun yang dimaksud dengan konsep kesalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un (implementasinya dalam pendidikan) adalah bentuk sikap yang terwujud melalui tindakan sesuai dengan ajaran Islam yang diterapkan dalam masyarakat sesuai dengan kajuan daiam Q.S. Al-Ma’un yang mengandung unsur pendidikan sosial.

  C. Rumusan Masalah Setelah penulis memaparkan panjang lebar mengenai latar belakang masalah dan penegasan istilah, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai b erik u t:

  1. Bagaimana konsep kesalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 1 -7 ?

  2. Bagaimana implementasi konsep kesalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un

  ayat 1-7 dalam pendidikan ? *

  n Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja,, op.cit., him. 374.

  10 D. Tujuan dan Mafaat Penelitian

  Ad apun yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian ini yang pasti penulis tidak meninggalkan pokok permasalahan di atas. Oleh karena itu penulis mempunyai tujuan sebagai b erikut:

  1. Untuk mengetahui kosep kesalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 1 -7.

  2. Untuk mengetahui implementasi dari konsep kesalehan sosial dalam Q.S.

  Al-Ma’un ayat 1-7 terhadap pendidikan. Dari hasil telaah ini diharapkan d a p a t:

  1. Memberikan gambaran mengenai konsep kesalehan sosial dalam Al- Qur’an

  2. Memberikan gambaran tentang implementasi konsep kesalehan sosial dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 1-7 terhadap pendidikan.

E. Metode Penulisan Skripsi

  1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pustaka. Untuk mengambil

  i

  kesimpulan dari pokok permasalahan yang penulis analisa, penulis menggunakan atau mengadakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan meneliti kitab-kitab tafsir, Al-Qur’an dan buku-buku yang relevan dan menunjang pengayaan data penelitian.

  2. Sumber Data Sumber data di sini penulis golongkan menjadi dua macam yaitu :

  11

  a. Sumber Data Primer Yang dimaksud sumber data primer di sini kitab-kitab tafsir,

  Al-Qur’an yang membahas pokok permasalahan secara langsung yang dijadikan acuan penulis untuk membuat skripsi.

  b. Sumber data skunder Sumber data skunder yang penulis maksud adalah buku-buku yang membahas pokok permasalahan secara tidak langsung. Adapun sumber data skunder dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan ilmiah, majalah, artikel yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

  3. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan atau mengadakan penelitian kepustakaan (library research), maka metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian adalah sebagai b erik u t: a. Metode Tafsir Al-Tahlily

  Al-Tafsir Al-Tahlili adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari seluruh aspeknya, yang mana di dalam tafsirnya penafsir mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf. Penafsir mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu juga penafsir membahas sabab al-Nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan

  12

  d alil-dalil yang berasal dari Rasul, sahabat atau para tabi’in, yang kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang dipandang dapat membantu memahami nash Al-Qur'an tersebut.12

  Dalam kaitannya dengan kesalehan sosial, di sini dapat kita lihat ayat-ayat tentang kesalehan sosial cukup banyak tersebut baik di tengah-tengah surat Makiyyah maupun Madaniyah.

  Seorang penafsir dapat mengikuti runtutan ayat yang sudah tersusun dengan mengemukakan munasabah dan asbabun nuzul dan dalil-dalil yang relevan mengenai kesalehan sosial, lalu menjelaskannya dan menarik kesimpulan makna yang dimaksud yang memperkuat ide atau konsep kesalehan sosial berdasar argumentasi yang jelas.

  b. Metode Deskripsi Yaitu suatu metode penelitian dengan mendiskripsikan realita- realita, fenomena sebagaimana adanya yang dipilih dari prespektif subyektif.13 Maka penulis mediskripsikan pemikiran Al-Qur’an khususnya surah Al-Ma’un ayat 1-7.

  c. Metode A.nalisis Yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis bah per bab guna mencari konsep kesalehan sosial yang terkandung dalam Al-

12 Abd. Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu 'iy, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, him. 12.

  13 Qur’ an khususnya Surah Al-Ma’un ayat 1-7 yang diperkuat oleh

  pandangan tokoh muslim

  d. Metode Induksi Berdasar pada analisis dari kitab suci tersebut maka penulis mengambil kesimpulan dengan metode induksi.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

  Ruang lingkup pembahasan skripsi ini berkisar pada masalah konsep kesalehan sosial dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’un (Implementasinya terhadap Pendidikan). Untuk lebih mudahnya secara sistematis dapat dijabarkan sebagai b erik u t:

  Bab I Pedahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Penegasan Istilah C. Rumusan Masalah D. Tujuan dan Manfaat Penelitian E. Metode Penulisan Skripsi F. Sistematika Penulisan Skripsi Bab II Landasan Teori A. Kompilasi Ayat Kesalehan Sosial B. Ruang Lingkup Kesalehan Sosial Secara Umum

  1. Pengertian Kesalehan Sosial

  2. Indikasi Kesalehan Sosial a. Filantropi (Kedermawanan)

  h. Lapang Dada

  c. Mampu Menahan Amarah

  Bab III Penjelasan A. Asbabun Nuzul dan Munasabah B. Penjelasan Q.S. Al-Ma’un 1 - 7 Bab IV Implementasi Dalam Pendidikan A. Suasana Sosial Kontemporer

  1. Islam Sosialis - Kapitalis

  B. Sumbangan Dalam Pendidikan

  Bab V Penutup A. Kesimpulan B. Saran C. Penutup

  

B A B 1 I

LANDASAN TEORI

A. Kompilasi Ayat Kesalehan Sosial

  Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang membahas mengenai kesalehan sosial. Untuk melacaknya setidaknya kita butuh tiga kata kunci yang berkaitan dengan kesalehan sosial. Di sini penulis menggunakan kata infak, sabar dan zakat yangmana ketiganya berkaitan dengan salat.

  Infaq berasal dari kata anfaqa atau nafaqa. Kata anfaqa dengan berbagai macam turunnya yang berkaitan dengan salat disebut dalam Al- Qur'an sebanyak 5 kali. Kita bisa menemukannya dalam Q.S. Al-Baqarah (2 ): 3, Al-Anfal (8 ): 3, Ibrahim (14): 31, Fatir (35): 29, dan Asy-Syura (4 2 ); 38.

  Untuk membuktikan, kita ambil tiga contoh ayat di atas yaitu Q.S. Al- Baqarah (2), A!-Fatir (3 5 ): 29, dan Asy-Syura (42): 38.

  Artinya : (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan

  shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.

  g''- * j j !jJ L a j l j 0 j l y 3 ) I 4i)I <jj

  © 'Jv

  c)

  Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan

  mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami

  16 anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang- terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

  Art inya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

  Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.

  Dengan demikian mensinyalir bahwa salat lima kali dalam sehari semalam dapat menumbuhkan kesadaran bagi yang melaksanakan salat untuk menafkahkan sebagian dari rizki yang didapatnya kepada kepentingan sosial.

  Adapun kata sabar secara umum berarti tabah dalam menerima ujian dari Allah, baik berupa kesulitan hidup, kekurangan rizki, ditimpa musibah dalam menjalankan perintah Allah maupun menjahui larangannya. Dalam Al- Qur'an, kata sabar yang berkaitan dengan salat dapat ditemukan di dua ayat, yaitu Q.S. Al-Baqarah (1) : 45 dan Q.S. Al-Baqarah (2 ): 153.

  ((£ )) J p *5) 3 ^ 5 0 !3 S j i i j i j ^ ' s ' ' '

  Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penalongmu. dan

  Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang- orang yang khusyu’, I (J j 0jiy a .J Ij b

  17 Art inya : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

  Kemudian kaitannya zakat dengan salat terkumpul atau tersebut dalam Al-Qur'an sebanyak 23 kali : Q.S. Al-Baqaraha (2) : 43, 83, 110, 177, 277, An-Nisa (4) : 77, 162, Al-Ma’idah (5) : 12, 55, At-Taubah (9) : 5, 11, 71, Maryam (19) : 31, Al-Anbiya’ (2 1 ): 73, Al-Hajj (22) : 41, 78, An-Nur (24) : 37, 56, Al-Ahzab (33): 33, Al-Mujadillah (58): 13, Al-Muzzammil (7 3 ): 20, dan Al-Zilzal (9 9 ): 5. Agar lebih memahami, kita ambil 3 contoh ayat sebagai b erik u t:

  1. Q.S. Al-Baqarah (2 ): 43 Artinya : Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

  2. Q.S. An-Nisa (4) 162 Artinya : Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka

  dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang Telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang Telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, orang-orang Itulah yang akan kami berikan kepada mereka pahala yang besar.

  18

  3. Q.S. Al-Muj adillah (58): 13 Artinya : Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) Karena kamu

  memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jik a kamu tiada memperbuatnya dan Allah Telah memberi Taubat kepadamu Maka Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

  Dengan demikian seseorang melaksanakan salat sehari semalam harus tercermin dalam semua tindakan sehari-hari, termasuk dalam hal mengeluarkan zakat.

B. Pengertian Kesalehan Sosial dan Indikasi Kesalehan Sosial

  1. Pengertian Kesalehan Sosial Didapat dari gambaran maupun pandangan secara umum diperoleh pengertian kesalehan sosial sebagai b erikut:

  Kesalehan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kepatuhan dalam beribadah. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan khalayak (masyarakat) atau umum; suka menolong dan

  dalam

  memperhatikan orang lain.1 Muhammad Sobary menjelaskan

  1 l'M. /,ul l'ttjri. Ratu Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difu Publisher, him. 725.

  19

  bukuny a bahwa kesalehan sosial adalah semua jenis kebaikan yang ditujukan kepada semua manusia.2

  Kemudian Mustofa Bisii mengemukakan bahwa kesalehan sosial adalah perilaku orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai islami yang bersifat sosial, suka menolong, suka memikirkan dan santun kepada orang lain, meskipun orang-orang ini tidak setekun orang-orang yang melakukan ibadah seperti sembahyang dan sebagainya.3

  Sebuah norma yang begitu indah, menggambarkan jiwa yang tajam dan perasaan yang peka terhadap orang yang membutuhkan bantuan, kebersihan, etika yang luhur, kejernihan jiwa dan kemampuan memahami kesalehan juga kemampuan menjaga diri untuk tidak terjerumus ke dalam kesalahan tersebut, mencoba berinteraksi dengan orang lain yang dapat membeningkan perasaan dan melembutkan hati.

  Orang yang berupaya menjelajahi ajaran-ajaran Islam mengenai isu-isu sosial akan mendapati dirinya berhadapan dengan sekumpulan ajaran yang berkenaan dengan sikap mulia ini. Ini merupakan indikasi besarnya perhatian Islam dalam membentuk kepribadian sosial seorang muslim dengan cara yang paling seksama.4 Seiring dengan kompleksnya permasalahan sosial yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, dilihat dari pengertian kesalehan sosial dan ungkapan yang bermakna di atas, hal tersebut seakan-akan muncul di tengah-tengah masyarakat kita sebagai

  2 Mohammad Sobary, Kesalehan Sosial, LkiS, Yogyakarta, 2007, him. 133.

  

3 Mustofa Bisri, Membimbing Arti Kesalehan Sosial dalam Islam, Blogspot.com/2007/03.

  20 kulim solus

  i atas berbagai problematika sosial yang menimpa bangsa kita, dengan cara mengimplementasikan nilai-nilai Islam.

  Islam menetapkan masyarakat sebagai medan perwujudan nilai- nilai akhlak tertinggi, dan menganggap gerak kemasyarakat sebagai perwujudan nilai-nilai dan tata moral yang mulia.5 Sementara itu, nilai- nilai etika masyarakat sangat penting serta diperlukan bagi moralitas dalam pergaulan sosial. Oleh sebab itu hal tersebut pada hakekatnya merupakan tindakan amal salih.

  2. Indikasi Kesalehan Sosial

  a. Filantropi Filantropi (kedermawanan) merupakan suatu gerakan manusia atau kelompok masyarakat yang peduli terhadap kaum lemah yang membutuhkan bantuan baik materiil maupun non materiil untuk mengatasi problematika sosial kontemporer ini. Dalam Kamus Besar

  Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Kedermawanan” adalah

  kebaikan atau kemurahan hati terhadap sesama manusia.6 Istilah ini berasal dari kata “derma” yang berarti pemberian (kepada fakir miskin dan sebagainya) atas dasar kemurahan hati. Bisa juga kata “derma” bermakna bantuan harta, sehingga orang yang menyumbangkan hartanya disebut dermawan.

  Mengingat kita sebagai manusia yang menyandang dua status yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang sangat

5 Alif Theria, Harmnoni Kehidupan Beragama : Problem, Praktik dan Pendidikan, Oasis Publisher, Yogyakarta, 2005, him. 103.

  EM. Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, op.cit., him. 256.

  6

  21

  membutuhk an dan dibutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupan bermasyarakat hendaknya gerakan filantropi sangat dibutuhkan sebagai tindakan sadar seorang pribadi muslim yang peduli terhadap orang lain. Untuk hidup sebagai anggota masyarakat, Islam menciptakan suatu persaudaraan yang di dalamnya setiap anggota masyarakat mendapat kedudukan yang sama kecuali dalam hal ketakwaan. Dalam hal ini Islam mengajak setiap manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mencapai ketakwaan. Kaitannya dalam hal tersebut, kedermawanan merupakan salah satu karakter utama (akhlak mahmudah) yang senantiasa perlu dimiliki, ditumbuhkan dan dikembangkan oleh setiap pribadi muslim yang mengharapkan kesuksesan dalam kehidupannya. Kedermawanan akan mengundang cinta kasih Allah SWT dan sesama manusia. Sebaliknya, kebakhilan akan mengundang murka Allah SWT dan sesama manusia.

  Gerakan filantropi dapat diwujudkan seseorang melalui gerakan atau tindakan-tindakan sosial seperti : Sedekah, infak, menyantuni fakir miskin dan anak yatim serta orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita dengan mendermakan sesuatu yang sangat kita cintai. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran : 92 :

  Cr? ^ ^ Cr* (f 4jj| (jj-3 (.

  22 Art

  inya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang

  sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya 7

  Sedekah merupakan pemberian yang semata-mata karena Allah. Memberi sedekah kepada fakir miskin adalah lebih utama, karena mereka adalah orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan. Selain dalam wujud harta juga dapat kita berikan dalam wujud yang lain seperti keramah-tamahan, sopan santun, memberi senyum dan menyapa orang lain, kita sebagai muslim harus mengetahui ketentuan-ketentuan dalam bersedekah yang diantaranya adalah niat yang tulus bersedekah hanya karena Allah, kemudian barang yang disedekahkan mengandung manfaat dan milik sendiri serta tidak menyebut sesuatu yang diberikan sehingga dapat menyakiti perasaan si penerima. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 253 :

  Artinya : Perkataan yang baik dan pemberian m a a f itu lebih baik dari

  pada sedekah yang diiringi tindakan y a n g menyakiti, dan Allah Maha Kaya lagi Maha P enyantun8

  Demikian Allah menjelaskan melalui ayat-ayatNya, dan Allah juga memberikan pahala yang berlipat bagi hambanya yang mau * *

7 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Syamsil Cipta Media, Bandung, 2005. him. ‘>l.

  • Ibid., him. 44.

  23

  meng infakkan hartanya di jalan Allah serta memberi manfaat melalui sedekah. Melalui sedekah dapat meringankan penderitaan saudara yang mengalami kesulitan, dapat menjauhkan sifat kikir, menumbuhkan kepedulian kepada sesama dan mempererat hubungan persaudaraan serta sebagai bukti rasa syukur kepada Allah.

  Sesungguhnya alam juga telah mengajari kita mengenai kehidupan atas kehendak Allah. Bagaimana kita punya rasa memberi, saling membutuhkan dan berinteraksi dengan sesama makhluk hidup seperti halnya tiga simbiosis yang kita kenal dalam kehidupan :

  Mutualisme yang dilakukan kupu-kupu dengan bunga atau yang dilakukan burung jalak dengan kerbau. Kupu-kupu yang senantiasa membantu penyerbukan pada bunga, kemudian bunga dengan senang hati memberikan madu kepada kupu-kupu, atau burung jalak yang dengan senang hati memakan kutu sampai kenyang pada badan kerbau dan kerbau tidak merasakan gatal lagi karena diganggu oleh kutu.

  Simbiosis komensialisme antara ikan Hiu dengan ikan Remora, yang satu untung dan yang satu tidak dirugikan. Tapi lagi-lagi dalam suatu kehidupan pasti ada yang namanya parasitisme dengan contoh benalu pada pohon yang hanya bisa merugikan.

  Dari sekian ungkapan di atas sesungguhnya terdapat pelajaran bagi manusia sekaligus merupakan suatu usaha untuk mencapai mutualisme, bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain dengan saling memberi, saling membutuhkan dan lain sebagainya dengan

  24

  meng ambil sisi baik yang diajarkan alam kepada kita, tidak hanya sebagai parasitisme yang tidak peduli terhadap kaum lemah dan hanya bisa merugikan, tetapi harus sadar akan pentingnya rasa kebersamaan. Firman Allah dalam surat An-Nisa : 114 :

  Artinya : “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia

  mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh orang bersedekah atau berbuat kebaikan atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Barang siapa berbuat baik karena mencari keridhaan Allah, maka Kami akan memberinya pahala yang besar. (QS. An-Nisa : 114).9

  Kewajiban mencukupi kebutuhan kaum papa, mengatasi skat- skat ras dan agama, termasuk dalam hal ini adalah tanggung jawab untuk menjamu musafir yang tidak memiliki tujuan dan tempat tinggal semuanya wajib disantuni, kecuali jika mereka termasuk kalangan yang mengalirkan darah atau memerangi kaum muslimin.

  Muslim bukan individualistis, melalui perintah Allah untuk mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan. Agar mereka juga merasakan apa yang kita rasakan. Al-Qur'an menginginkan agar manusia bisa memantapkan sisi kemanusiaannya, mengembangkan

9 I b id , h im . 97.

  25

  d imensi sosial berikut nilai-nilai moralitas dan prinsip-prinsip keagamaan.

  Dengan adanya sikap filantropi dapat menumbuhkan semangat kebersamaan sosial, menguatkan roli kesatuan sosial dan mendorong manusia untuk meyakini bahwa agama universal yang dipeluknya mengajarkan agar menjalin nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan dengan meminimalkan kepentingan individu (hawa nafsu pribadi) dan menengok orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita, b. Lapang Dada z '

  0 >

  j , j u - i y

  j 0 3

  Artinya : “Ya Allah! Tuhan kami, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah

  urusanku, lepaskan ikatan lisanku, agar mereka paham ucapanku ” 10

  Lapang dada adalah sifat pemaaf, bijaksana, dan tidak mudah marah. Lawan lapang dada yaitu sempit dadanya, yang mana mereka adalah orang yang sulit menerima kenyataan. Islam adalah agama yang mengajarkan untuk lapang dada sebagaimana Uswah Khasanah kita

  Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah menyebarkan agama Islam. Beliau dihina, dicaci maki, dilempari batu bahkan dilempari dengan kotoran binatang sekalipun, namun Nabi Muhammad SAW tetap tabah dan sabar sehingga pada akhirnya menjadi pemikat bagi mereka yang

  26

  membenc i dan memusuhi di tengah-tengah kehidupan yang semakin kapitalis ini maka diperlukan lapang dada.

  Islam agama pamungkas, mengajarkan dua aspek yaitu vertikal (kepada Allah) dan horisontal (sesama manusia), sehingga dalam Al- Ma’un dinyatakan bahwa mereka yang melaksanakan salat tanpa merangkul kaum papa disebut celaka. Setiap kata salat dalam Al- Qur'an sering disambungkan dengan zakat atau infak. Hal ini bisa dilihat dalam Surat Al-Baqarah : 83 :

  Artinya : Dan (ingatlah), ketika kami mengambil ja n ji dari Bani Israil

  (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia , Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi ja n ji itu, kecuali sebahagian

kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling .11

  Ayat di atas merupakan salah satu contoh keterkaitan antara perintah salat dan zakat. Dalam Al-Qur'an juga dituliskan bahwa manusia akan rugi jika tidak berpegangan pada tali (agama) Allah dan 1 D epartem en A g a m a R I, op.cit., h im . 12.

  27

  tali (perjanjian dengan manusia). Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran : 112 : Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada,

  kecuali jik a mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia .12