Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (S.Ag)
PEMBACAAN AYAT-AYAT AL- QUR‟AN DALAM TRADISI WELASAN OLEH JAM‟IYAH AHLI THARIQAH QODIRIYYAH
NAQSYABANDIYYAH
(StudiLiving Qur‟an di Dusun Bagongan, Getasan, Semarang)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Al- Qur‟an dan Tafsir (S.Ag)OLEH:
ANNISA FITRI
215-14-008
PROGRAM STUDI ILMU AL- QUR‟AN DAN TAFSIRFAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
MOTTO
«
رُ خَ لَّ خَ خَ خَآ مْ رُ مْا خَ لَّ خَ خَيْ مْ خَ مْ رُ رُ مْيْ خَ
»Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang belajar Al-
Qur’an dan mengajarkannya
(HR Bukhari)
PERSEMBAHAN
Untuk kedua Orangtuaku tercinta,
Para dosenku, adik-adikku, sahabat-sahabat seperjuangan
IAT’14 yang setiap saat berbagi semangat dan
kebahagiaan, teman-temanku di manapun kalian berada,
almamater IAIN Salatiga , dan teruntuk seseorang yang
sedang berjuang , yang selalu menyebut namaku didalam
do’anya.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman padaSurat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ب
ذ
alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
syin sy es dan ye
ش
sin S Es
س
zal Z zet
ز
ra‟ r Er
ر
żal ż zet (dengan titik di atas)
dal d De
ba‟ b Be
د
ا
خ
ḥa‟ ḥ ha (dengan titik di bawah (
ح
jim j Je
ج
ṡa ṡ es (dengan titik di atas)
ث
ta‟ t Te
ت
kha‟ kh ka dan ha es (dengan titik di bawah) ṣad ṣ
ص
de (dengan titik di bawah) ḍad ḍ
ض
te (dengan titik di bawah) ṭa‟ ṭ
ط
zet (dengan titik di bawah) ẓa‟ ẓ
ظ
„ain „ koma terbalik (di atas)
ع
gain g ge
غ
fa f ef ‟
ؼ
qaf q qi
ؽ
kaf k ka
ؾ
lam l el
ؿ
mim m em
ـ
nun n en
ف
wawu w we
ك
h ha ha‟
ق
hamzah ` apostrof
ء
y ye ya‟
م
B. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap
auliyā` c.
Ḍammah Ditulis U
I __ُ _
Kasrah Ditulis
__ِ _
Fatḥah Ditulis A
Vokal Pendek __َ _
fiṭrah D.
Ditulis Zakat al-
ةرطفلا ةاكز
Bila Ta‟ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah ditulis t.
ةددعتم
Ditulis
ءايلكلاا ةمرك
Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.
Ditulis Jizyah (ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) b.
Ḥikmah ةيزج
Ditulis
ةمكح
Bila dimatikan ditulis h
Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h a.
„iddah C.
Ditulis
Muta‟addidah ةدع
Ditulis Karâmah al-
E. Vokal Panjang
Fatḥah bertemu Alif Ā
Ditulis
Jahiliyyah ةيلىاج
Fatḥah bertemu Alif Layyinah Ā
Ditulis
Tansa ىسنت
Kasrah bertemu ya‟ mati Ī
Ditulis
Karīm يمرك
Ḍammah bertemu wawu mati Ū
Ditulis
Furūḍ ضكرف F.
Vokal Rangkap Fatḥah bertemu Ya‟ Mati Ai
Ditulis
Bainakum مكنيب
Fatḥah bertemu Wawu Mati Au
Ditulis
Qaul ؿوق G.
Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
Ditulis A`antum
متنأأ
Ditulis
U‟iddat تدعأ
Ditulis
La‟in syakartum تمركش نئل
H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al”
Ditulis Al-
Qur`ān فارقلا
Ditulis Al-
Qiyās سايقلا
Ditulis Al-
Samā` ءامسلا
Ditulis Al-Syams
سمشلا I.
Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
Ditulis
Żawi al-furūḍ ضكرفلا لكذ
Ditulis Ahl al-sunnah
ةنسلا لىا
KATA PENGANTAR
الله الرحمن الرحيم مسب
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pembacaan Ayat-ayat Al-Qur‟an dalam Tradisi Welasan oleh Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (
Studi Living Qur‟an di Dusun Bagongan, Getasan, Semarang) ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi agung Muhammad SAW semoga kita termasuk umat yang mendapat syafaatnya di akhirat nanti. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. Benny Ridwan, M. Hum, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.
2. Ibunda Tri Wahyu Hidayati, M.Ag, selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir beserta jajarannya yang tak pernah menyerah memotivasi kami untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. M. Ghufron Ma‟ruf, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya berkenan memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Kedua orangtuaku tercinta ( Bapak Tumari dan ibu Supriyati) yang tak pernah berhenti mendidik, memberi kasih sayang dan yang selalu mendo‟akan dalam setiap langkahku. Beribu terimakasih mungkin tak cukup untuk membalas jasamu, semoga kelak putrimu ini dapat membanggakanmu.
5. Teman-teman seperjuangaan IAT‟ 14, Abrar Azfar al-Akram, M. Nur Hasan Mudda‟i, M. Sayfun Nuha, M. Latif, Syamsul Arifin, M. Nur Rochim, Trisna Aditiya Kusuma, Fissabil Ibrohim, Siti robikah, Novita Intan Purwasih, Wahyu Nur Hidayah, Lailatul Khodariyah, Ayusta Gilang Wanodya, Fathimah, dan Sahabat karibku Neny Muthiatul Awwaliyah, terimakasih keakraban,dan kekompakannya selama ini.
6. Keluarga besar IAT, baik alumni maupun adik tingkat yang telah berkenan mendengarkan keluh kesah selama proses penelitian skripsi ini.
7. Keluarga besarku terutama ( Mbahkung Jumari dan Mbah Seneng) yang juga selalu memberi dukungan, motivasi dan semua do‟a-do‟anya.
8. Bapak Ahmad Jauhari selaku mursyid pimpinan Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah, Bapak Sulimin, Bapak Syamsudi, dan segenap anggota Jam‟iyyah Thariqah yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah berkenan menjadi informan dalam penelitian skripsi ini.
9. Keluarga Besar Alumni Kholaf Darul Falah di IAIN Salatiga 10.
Teman-teman KKN di Surodadi, Magelang yang telah banyak memotivasi, mengkritik dan memberi saran.
11. Dan tak lupa pula kepada pihak-pihak terkait lain yang tak sempat penulis sebutkan satu-persatu.
Teriring do‟a, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu penulis dalam penulisan skripsi ini diterima di sisi Allah SWT.
Dan mendapat pahala yang dilipat gandakan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Salatiga, 22 Maret 2018 Penulis, Annisa Fitri 215-14-008
ABSTRAK
Fitri, Annisa. 2018. Pembacaan Ayat-ayat Al-
Qur‟an dalam Tradisi Welasan oleh Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah ( Studi Living Qur‟an di Dusun Bagongan, Getasan, Semarang). Skripsi. Jurusan
Ilmu Al- Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Kata kunci: Ayat-ayat Al- Qur‟an, Tradisi welasan, Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah, Living Qur‟an.
Tradisi welasan merupakan sebuah tradisi rutinan yang dilaksanakan setiap tanggal 10 ke atas dalam bulan hijriyah oleh seluruh anggota Jam‟iyyah Ahli thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di dusun bagongan. Yang mana tujuan dari pada pembacaan ayat-ayat Al-
Qur‟an dalam tradisi welasan adalah untuk meminta welas asih kepada Allah. Untuk mendalami kajian
Living Qur‟an
dalam tradisi welasan ini, peneliti menemukan tiga permasalahan yaitu: prosesi pelaksanaan tradisi welasan, signifikansi tradisi welasan, dan persepsi jama‟ah terhadap ayat-ayat yang dibaca. Kemudian penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Pertama,
Bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi welasan oleh Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di dusun Bagongan, Getasan, Semarang? Kedua, Bagaimana signifikansi tradi si welasan bagi Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di dusun Bagongan, Getasan, Semarang?
Ketiga,
Bagaimana persepsi Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di dusun Bagongan, Getasan, Semarang terhadap ayat-ayat yang dibaca dalam tradisi welasan.
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (Field research). Sumber utama dalam penelitian ini adalah ayat-ayat Al-
Qur‟an yang dibaca dalam tradisi welasan yang dilakukan di dusun Bagongan, Getasan, Tolokan. Untuk pengumpulan datanya penulis menggunakan metode Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Setelah melakukan analisis yang mendalam, penulis menemukan tiga jawaban dari rumusan masalahnya yaitu: Pertama, Praktik prosesi pembacaan ayat-ayat Al-
Qur‟an dalam tradisi welasan yang dimulai dengan Niat, membaca al-Fatihah, tahlil,
ḥasbunallah wa ni‟ma al-wakil, La Ḥaula wa la quwwata illa
billah, Ya Latif, al- Waqi‟ah, Manaqib, Do‟a, dan diakhiri dengan Mauidhah
hasanah. Kedua, Signifikansi tradisi we lasanyang diungkapkan oleh para jama‟ah adalah sebagai: amalan yang baku, amalan penyempurna, dan amalan istimewa. Jawaban Ketiga persepsi anggota jama‟ah terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an yaitu dianggap sebagai; surah yang agung, pendatang rizki, dan pemberi ketenangan jiwa bagi para pengamalnya.
Dengan adanya penelitian ini, Anggota Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di dusun Bagongan, Getasan, Semarang terus mampu menghidupkan Al-
Qur‟an melalui tradisi welasan.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................ i
NOTA PEMBIMBING........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISANDAN KESEDIAANUNTUK DIPUBLIKASIKAN ............................................................... iv
MOTTO.................................................................................................... v
PERSEMBAHAN................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................... xii
ABSTRAK.............................................................................................. xv
DAFTAR ISI........................................................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Rumusan Masalah....................................................................... 7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................. 7 D. Telaah Pustaka............................................................................ 8 E. Kerangka Teori........................................................................... 10 F. Metode Penelitian....................................................................... 14 G. Sistematika Pembahasan........................................................... 18 BAB II: GAMBARAN UMUM, BIOGRAFI, DAN SEJARAH A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis Dusun Bagongan....................................... 19
2. Keadaan pendidikan Masyarakat....................................... 20 3. Keadaan Sosial Budaya masyarakat................................... 21 4. Keadaan Ekonomi Masyarakat........................................... 22 5. Kondisi Pemerintahan Masyarakat.................................... 22 B.
Biografi Perintis Thariqah Qadariyyah Naqsyabandiyyah
1.Asal Usul Syekh Ahmad Khatib.......................................... 23 2. Guru dan Murid Syekh Ahmad Khatib............................. 24 3. Karier Syekh Ahmad Khatib.............................................. 25 C. Sejarah Berdirinya Jam’iyyah Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah 1. Sejarah Singkat Munculnya Thariqah Qadariyyah Naqsyabandiyyah................................................................ 28 2. Sejarah Menyebarnya Jam’iyyah Thariqah Qadariyyah Naqsyabandiyyah di Dusun Bagongan............................................................................ 33 a. Kegiatan Rutinan.......................................................... 37 b. Struktur Kepengurusan............................................... 39 c. Data Anggota................................................................. 41
BAB III: TINJAUAN UMUM TRADISI WELASAN A. Sejarah Tradisi Welasan.......................................................... 45 1. Praktik Tradisi Welasan
a) Waktu dan Tempat ..................................................... 47
b) Partisipan...................................................................... 47
c) Adab Melakukan Tradisi Welasan............................ 48
d) Prosesi Tradisi Welasan............................................. 50
e) Properti Yang Digunakan.......................................... 57
f) Motivasi Pelaksanaan Tradisi Welasan.................... 59
g) Hambatan Pelaksanaan Tradisi Welasan................. 62 B. Signifikansi Tradisi Welasan Oleh Jam’iyyah Ahli Thariqah Qadariyyah Naqsyabandiyyah Dusun Bagongan................................................................................. 63 C. Persepsi Jam’iyyah Terhadap Ayat-ayat Yang Dibaca Dalam Tradisi Welasan............................................. 66
BAB IV: ANALISIS DATA A. Prosesi Pelaksanaan tradisi welasan..................................... 71 B. Signifikansi Tradisi Welasan................................................. 75 C. Persepsi Jam’iyaah Terhadap Ayat Yang Dibaca.............. 76 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................. 78 B. Saran......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................... 84
LAMPIRAN A. Dokumentasi............................................................................ 85 B. Nama-nama Informan............................................................ 91 C. Instrumen pengumpulan data............................................... 93BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al- Qur‟an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan
suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-
Qur‟an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu. Tiada bacaan semacam Al- Qur‟an yang dibaca ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan
1 dihafal huruf demi huruf oleh seorang dewasaa, remaja, dan anak-anak.
Tiada bacaan seperti Al- Qur‟an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, genarasi demi generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecenderungan mereka, namun semua mengandung kebenaran. Al-
Qur‟an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang
2 masing-masing.
Berinteraksi dengan Al- Qur‟an bagi seorang muslim tidaklah sebagai hal yang baru lagi, melainkan hal yang sudah seharusnya dilakukan, 1 Shihab,Quraish, Wawasan Al-
Qur‟an Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung:Mizan,1996),hlm 3 2 Ibid hlm 3
baik berinteraksi yang dilakukan secara lisan, tulisan, maupun perbuatan. Karena semakin sering kita berinteraksi, maka semakin banyak hal-hal dan pengalaman yang akan kita dapat.
Dalam lintasan sejarah Islam, bahkan pada era yang sangat dini, praktek memperlakukan Al- Qur‟an atau unit-unit tertentu dari Al-Qur‟an sehingga bermakna dalam kehidupan praksis umat pada dasarnya sudah terjadi. Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, sebuah masa yang paling baik bagi Islam, masa dimana semua perilaku umat masih terbimbing wahyu Nabi secara langsung, praktek semacam ini konon dilakukan oleh Nabi sendiri. Menurut laporan riwayat, Nabi pernah menyembuhkan penyakit dengan ruqyah lewat surat Al-Fatihah, atau menolak sihir dengan surat Al-
3 Mu‟awwizatain.
Kalaulah praktek semacam ini sudah ada pada zaman Nabi, maka hal ini berarti bahwa Al- Qur‟an diperlakukan sebagai pemangku fungsi diluar kapasitasnya sebagai teks. Sebab secara semantis surat Al-Fatihah tidak memiliki kaitan dengan soal penyakit tetapi digunakan untuk fungsi diluar semantisnya. Barangkali lantaran ini pula maka mushaf-mushaf tertentu tidak
4
menjadikan surat-surat ini sebagai dari teks Al- Sebagaimana seperti Qur‟an. yang diungkapkan oleh Nasr Hamid Ab Zayd (w. 2010), Beliau menyebutnya “The Qur‟an as a living phenomenon, Al-Qur‟an itu seperti alat musik yang dimainkan oleh para pemain musik, sedangkan teks tertulisnya (mushaf) itu 3 Symasuddin,Syahiron,
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta,Teras,2007),hlm 3 4 Ibid hlm 3- 4
5
seperti note musik (ia diam). Artinya teks Al- Qur‟an akan selalu diam tanpa adanya campur tangan manusia sebagai penggerak.
Seiring dengan perkembangan zaman maka berkembang pula praktik-praktik pemberlakuan Al- Qur‟an dalam lingkungan masyarakat.
Praktik tersebut muncul dengan berbagai macam kegiatan, acara ataupun dalam sebuah tradisi. Praktik tersebut bisa dilakukan secara individual maupun secara kelompok. Yang mana inti dari praktik tersebut adalah menghidupkan Al-
Qur‟an dalam kehidupan masyarakat baik secara pribadi maupun secara umum. Sehingga dari itu masyarakat benar-benar merasakan bahwa Al- Qur‟an itu hidup bukan hanya sebagai teks saja.
Banyak praktik kegiatan penggunaan Al- Qur‟an yang telah muncul di lingkungan masyarakat yang sudah lama menjadi rutinitas kegiatan, antara lain, Yasinan, Tahlilan, Mujahadah, Pembacaan surat-surat tertentu dalam suatu acara misalnya ( Pembacaan Surah Maryam dan Surah Yusuf dalam acara 7 bulanan, Pembacaan Surah Yasiin dan Al-
Kahfi setiap malam jum‟at, Pembacaan Surah Jin bagi seseorang yang akan menempeti rumah baru, Pembacaan ayat-ayat Al- Qur‟an untuk pengobatan, penuliskan ayat-ayat tertentu yang dipercaya sebagai jimat, dan lain sebagainya.) dan dalam tradisi-tradisi lain yang di dalamnya tidak terlepas dari pembacaan ayat-ayat dari Al-
Qur‟an.
Seperti halnya tradisi yang dilakukan oleh Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qodiriyyah Naqsyabandiyyah di dusun Bagongan, Getasan, 5 Lihat buku Dadan Rusmana Metode Penelitian Al-
Qur‟an dan Tafsir (Bandung:CV Pustaka Setia,2015) hlm 292 Semarang. Jam‟iyyah Ahli Thariqah ini merupakan suatu organisasi sosial keagamaan Nahdlatul Ulama yang berada di Dusun Bagongan. Organisasi ini
6
dirintis oleh KH Mukhlasin (alm) yang telah berdiri sejak kurang lebih 27 tahun yang lalu, Anggota dalam tradisi ini diikuti oleh orang-orang yang benar-benar ingin memperdalam agama Islam dengan tujuan memiliki guru dalam berdzikir khususnya dan dalam beribadah umumnya. Keanggotaan dalam organisasi ini sifatnya sama sekali tidak memaksa (bersifat kesadaran dan kemauan diri). Di dalam organisasi ini juga terdapat beberapa amalan baik secara individu maupun kelompok yang harus dijalankan oleh semua anggota yang telah mengikutinya, salah satunya adalah tradisi ” Welasan”, dinamakan tradisi Welasan karena agar anggota Jama‟ah Thariqah yang ikut
7
membaca amalan tersebut mendapat Kawelasan Dari Gusti Allah . Tradisi ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali setiap tanggal sepuluh keatas dalam
8
bulan Hijriah. Pelaksanaan tradisi ini dipimpin oleh seorang Badal . Badal disini merupakan orang pilihan Kyai yang dipercaya untuk memimpin jalannya tradisi welasan, sekaligus sebagai kepala pimpin an Jam‟iyyah Thariqah di dusun Bagongan. Adapun ayat-ayat Al- Qur‟an yang dibacakan
9
antara lain, Tahil, , La 6 Ḥasbunallah Wa ni‟ma Al-wakiil Ḥaula Wa La
Guru Jama‟ah Thariqah di dusun Bagongan,Getasan,Semarang dari dusun Keditan,Ngablak,Magelang 7 Wawancara dengan Bapak Sulimin (ketua pimpinan jama‟ah Thariqah di dusun
Bagongan.) pada 26 Februari 2018. (Kawelasan adalah basa jawa yang mempunyai arti ”
Mendapatkan Rahmat Allah, agar kelak hidupnya selamat di Dunia dan Akhirat.) 8 Badal(Pengganti Kyai yang telah di tunjuk dan dipercaya oleh guru KH Mukhlasin untuk memimpin jalannya tradisi Welasan tersebut.) 9 Qs Al-Imran ayat 17310
11 Quwwata Illa Billahi, Ya Lathif , membaca surat Al- Waqi‟ah, Manaqib.
Kemudian acara tersebut ditutup dengan do‟a, yang kemudian dilanjutkan dengan siraman Rahani yang disampaikan langsung oleh Mursyid atau yang menggantikannya. Karena dalam hal ini Mursyidnya telah meninggal, maka kepemimpinan ke-Mursyidannya digantikan oleh adik kandungnya yakni Bapak KH Zaenal Arifin.
Praktik pembacaan ayat-ayat Al- Qur‟an dalam tradisi Welasan tersebut merupakan kegiatan untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Khalik Allah SWT. Organisasi tersebut dijadikan sebagai wadah oleh sebagian masyarakat dusun Bagongan untuk mempermudah menjalankan ibadah terutama bagi mayoritas masyarakat dusun Bagongan yang telah memasuki usia lanjut. Di dalam organisasi ini seseorang yang telah menjadi anggota akan diajari bagaimana cara beribadah yang sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. selain itu semua anggota juga akan diajari beberapa amalan-amalan
12 untuk lebih merasa dekat dengan Allah SWT.
Untuk kesanadan ajarannyapun sudah tidak perlu diragukan lagi, karena ajaran yang diamalkan dalam tradisi ini sudah turun-temurun dari para kyai yang langsung diajarkan kepada muridnya yang dalam hal ini adalah sang Mursyid. Dahulu Mbah Kyai Mukhlasin (Mursyid di dusun Bagongan) menerima ajaran thariqah ini dari Simbah Kyai Sofan, sering juga dipanggil 10 11 Salah satu nama dari Asmaul Husna Khusus dib 12
aca oleh badal dan Jama‟ah hanya mendengarkan saja
Hasil wawancara dengan Ibu Seneng (salah satu Anggota Jama‟ah Thariqahperempuan) pada 28 Februari 2018 dengan sebutan Mbah Ya‟kub dari Grabag Magelang. Kemuadian Mbah Ya‟kub ini belajar kepada Simbah Kyai haji Umar yang berasal dari Payaman, Magelang. Sebelum akhirnya menyebarluaskan ajaran Thariqah ini Mbah Umar dulunya belajar dengan Simbah Kyai Haji Nawawi dari Berjan Purworejo, yang mana telah menjadi kiblat untuk para Jam‟iyyah Ahli
13 Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah khususnya di Jawa Tengah.
Berdasar kan hasil wawancara dengan pimpinan Jama‟aah Thariqah dan sedikit ulasan di atas, penulis menemukan beberapa keunikan yang menonjol dalam tradisi Welasan ini karena didalamnya terdapat bacaan Tahlil, Surah Waqi‟ah, Qs Al-Imran ayat 173 sebanyak 11X, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Manaqib dan diakhiri dengan Siraman rahani (Mauidhah hasanah) serta do‟a. Namun sayangnya dalam pelaksanaan tradisi ini hanya boleh diikuti oleh anggota jama‟ah saja tidak terbuka untuk umum.
Bertolak belakang dari tujuan tradisi welasan itu sendiri yang pada dasarnya adalah memohon kawelasan dari sang Khalik, Allah SWT dengan membacakan ayat-ayat Al-
Qur‟an sebagai lantarannya, namun sepengetahuan peneliti baik secara sadar maupun tak sadar dari para anggota jama‟ah Thariqah maupun Badal kadang masih bertindak yang tidak mencerminkan sikap welas asih sebagaimana tujuan dari diadakannya tradisi welasan. Baik welas asih terhadap masyarakat umum ataupun terhadap sesama anggota jama‟ah thariqah. 13 Wawancara dengan Bapak Sulimin ( pimpinan jama‟ah Thariqah di dusun Bagongan)
pada 26 Februari 2018
Dari beberapa keunikan bacaan yang digunakan dalam tradisi welasan, dan juga fakta di atas, penulis tertarik untuk meneliti pembacaan ayat-ayat Al-
Qur‟an dalam Tradisi Welasan tersebut. Dan penulis mengangkat judul: Pembacaan Ayat-Ayat Al-
Qur‟an Dalam Tradisi Welasan Oleh Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (Studi Living Qur‟an di Dusun Bagongan, Getasan, Semarang.) B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini menjawab pertanyaan-pernyataan berikut: 1.
Bagaimana prosesi pelaksanaan pembacaan Ayat-Ayat Al-Qur‟an dalam Tra disi Welasan oleh Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah
Naqsyabandiyyah di Dusun Bagongan, Getasan, Semarang ? 2. Bagaimana signifikansi tradisi welasan bagi Jam‟iyyah Ahli Thariqah
Qadiriyah Naqsyabandiyyah di Dusun Bagongan, Getasan, Semarang ? 3. Bagaimana persepsi Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah
Naqsyabandiyyah di dusun Bagongan, Getasan, Semarang terhadap Ayat-ayat Al- Qur‟an yang dibaca dalam Tradisi Welasan ? C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk Mengetahui Bagaimana Prosesi Pelaksanaan pembacaan Ayat- ayat Al-
Qur‟an dalam Tradisi Welasan oleh Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di Dusun Bagongan, Getasan, Semarang.
2) Untuk mengetahui bagaimana signifikansi tradisi welasan bagi
Jam‟iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di Dusun Bagongan, Getasan, Semarang.
3) Untuk mengetahui bagaimana persepsi Jam‟iyyah Tariqah Qadiriyyah
Naqsyabandiyyah di dusun Bagongan, Getasan, semarang terhadap Ayat-Ayat Al- Qur‟an yang dibaca dalam tradisi Welasan.
2. Kegunaan Penelitian
1) Menambah wawasan di bidang ilmu-ilmu keislaman, khususnya ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir 2)
Dapat mendapat khazanah studi Al-Qur‟an terutama dalam bidang Living Qur‟an
3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para akademisi untuk lebih peka terhadap fenomena keberagamaan yang berada disekitarnya.
4) Mendorong masyarakat untuk semakin mencintai Al-Qur‟an.
D. Telaah Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis, telah banyak penelitian mengenai Living Qur‟an seperti dalam Skripsi yang ditulis oleh Rafi‟uddin dengan mengangkat judul “Pembacaan ayat-ayat Al-Qur‟an dalam Upacara Peret
Kandung (studi Living Qur‟an di Desa Poteran Kec. Talango Kab. Sumenep
Madura).
Dalam Skripsi tersebut Rafi‟uddin membahas tentang amalan- amalan yang dibaca dalam tradisi tersebut seperti Surah Yusuf,Surah Maryam,Surah Luqman, Surah Sajadah, Surah Yasin,Surah Waqi‟ah, dan Surah Fathir. Dalam penelitian tersebut penulis menitik beratkan pada bagaimana pemaknaan Masyarakat Poteran terhadap pembacaan ayat-ayat yang dibacakan dalam Upacara Peret Kandung tersebut.
Penelitian Living Qur‟an juga sebelumnya telah dilakukan oleh Rizki Jizala Albisri dengan Skripsinya yang berjudul
“ Pembacaan Ayat-ayat Al- Qur‟an dalam Mujahadah Nisful Lail di Pondok Pesantren Al-Fitroh Peren g wetan Sedayu Bantul (Studi Living Qur‟an). Penulis Skripsi tersebut
membahas tentang bagaimana prosesi pembacaan ayat-ayat Al- Qur‟an dalam
Mujahadah Nisful Lail di PP Al-Fitroh Pereng meliputi (tempat dan waktu pelaksanaan, etika dalam prosesi Mujahadah, Urut-urutan bacaan, dan Tata cara pelaksanaan Mujahadah) dan juga Apa saja makna Pembacaan Mujahadah Nisful Laili di PP Al-Fitroh dalam Mujahadah Nisful lail.
Penelitian sejenis juga penulis temukan dalam Skripsi milik Rochmah Nur Azizah dengan judul “Tradisi Pembacaan Surah Al-Fatikhah
dan Surah Al- Baqarah (Kajian Living Qur‟an di PPTQ „Aisyiyah Ponorogo).
Dalam skripsi ini dibahas dalil yang mendasari Tradisi pembacaan Surah- surah pilihan di PPTQ „Aisyiyah ponorogo yakni Pengasuh pesantren berpegang pada Firman Allah Qs Al-Baqarah ayat 121. Kemudian Nur Azizah juga menuliskan bagaimana cara penerapan Tradisi tersebut antara lain dilakukan dalam sepekan sekali dalam dua hari yang dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa yang dilaksanakan setelah Shalat Ashar yang berlangsung kurang lebih 45 menit yang dipimpin langsung oleh salah satu santri dan diikuti oleh semua santri. Dan juga disebutkan apa makna yang terkandung dalam tradisi pembacaan Surah-Surah yang telah dipilih di PPTQ „Aisyiyah Ponorogo. Makna tersebut adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan memohon barakah kepada Allah dan menumbuhkan rasa cinta terhadapa Al- Qur‟an kepada semua santri.
Dari pemaparan literatur di atas, beberapa praktik
Living Qur‟an
telah dikaji oleh akademisi, namun pembacaan ayat-ayat Al- Qur‟an dalam tradisi welasan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, baik itu dari waktu pelaksanaan, keanggotaan, prosesi, mapun bacaan ayat-ayat Al-
Qur‟an yang terdapat didalamnya. Di sini penulis juga akan menguraikan tentang bagaimana signifikansi tradisi welasan, dan juga bagaimana persepsi para jama‟ah terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an yang dibaca. Di sinilah terletak perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu, penulis merasa berkesempatan membahas beberapa hal di atas, agar memperoleh pemahaman dengan fokus bagaimana praktik pembacaan ayat-ayat Al-
Qur‟an dalam tradisi welasan di dusun Bagongan, Getasan, Semarang. Bagaimana signifikansi dan juga presepsi anggota jama‟ah Thariqah terhadap Al-Qur‟an.
E. Kerangka Teori
Living Qur‟an muncul bermula dari fenomena Qur‟an in Everyday Life, yakni makna dan fungsi Al-
Qur‟an yang riil dipahami dan dialami masyarakat muslim. Misalnya fenomena sosial terkait dengan pelajaran membaca Al- Qur‟an di lokasi tertentu, fenomena penulisan bagian-bagian tertentu dari Al-
Qur‟an ditempat-tempat tertentu, penggalan unit-unti Al- Qur‟an yang kemudian menjadi formula pengobatan, do‟a-do‟a dan sebagainya yang ada dalam masyarakat muslim tertentu tetapi tidak ada di masyarakat muslim lainnya. Karena fenomena sosial ini muncul lantaran kehadiran Al- Qur‟an, maka kemudian diinisiasikan ke dalam wilayah studi Al-
Qur‟an pada perkembangannya kajian ini dikenal dengan istilah studi
14 Living Qur‟an.
Sebenarnya gambaran secara umum mengenai fenomena sosial masyarakat muslim merespon Al- Qur‟an tergambar dengan jelas sejak jaman
Rasulullah dan para sahabatnya. Tradisi yang muncul adalah Al- Qur‟an dijadikan objek hafalan (
tahfiz), listening (sima‟an) dan kajian tafsir
disamping sebagai obyek pembelajaran (sosialisasi) ke berbagai daerah dalam bentuk “Majlis Al-Qur‟an” sehingga Al-Qur‟an telah tersimpan di “dada” para sahabat. Setelah umat islam berkembang dan mendiami di seluruh belahan dunia, respon mereka terhadap Al- Qur‟an semakin berkembang dan
15 bervariatif, tak terkecuali oleh umat Islam Indonesia.
14 Muhammad Mansur, “ Living Qur‟an dalam lintasan sejarah studi al-Qur‟an”, dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Syahiron Syamsudin (Yogyakarta: TH Press,
2007). Hlm, 5-7 15 Muhammad Yusuf “ Pendekatan sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an” dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Syahiron Syamsudin (Yogyakarta: TH Press,
2007). Hlm, 43Kajian
Living Qur‟an sebagai penelitian yang bersifat keagamaan
(religious research), yakni menempatkan agama sebagai system keagamaan, yang meletakkan agama sebagai gejala sosial.
Living Qur‟an dimaksudkan
untuk mensikapi respon masyarakat muslim dalam realita sehari-hari menurut konteks budaya dan pergaulan sosial. Jadi apa yang dilakukan masyarakat untuk memberikan penghargaan, penghormatan, cara memuliakan (
ta‟dzim)
terhadap kitab suci yang diharapkan pahala dan barakah dari Al- Qur‟an sebagaimana keyakinan umat islam terhadap fungsi Al- Qur‟an yang dinyatakan sendiri secara beragam. Oleh karena itu, maksud yang dikandung bisa sama, tetapi ekspresi dan ekspetasi masyarakat terhadap Al-
Qur‟an antar kelompok satu dengan kelompok yang lain berbeda, begitu juga antar
16 golongan, antar etnis, dan antar bangsa.
Disisi lain bahwa kajian
Living Qur‟an dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat lebih maksimal dalam mengapresiasi Al- Qur‟an. Sebagai contoh, apabila di masyarakat terdapat fenomena menjadikan ayat-ayat Al-
Qur‟an „hanya‟ dibaca sebagai aktivitas rutin setelah magrib, sementara sebenarnya mereka kurang memahami apa pesan dari Al-
Qur‟an, maka kita dapat mengajak dan menyadarkan mereka bahwa fungsi Al- Qur‟an tidak hanya dibaca tetapi perlu
16 Muhammad Yusuf “ Pendekatan sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an” dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Syahiron Syamsudin (Yogyakarta: TH Press, 2007). Hlm, 49 pengkajian dan pengamalan. Dengan begitu, maka cara berpikir masyarakat
17 dapat ditarik kepada cara berpikir akademik, berupa kajian tafsir misalnya.
Selanjutnya dalam mendalami kajian
Living Qur‟an ini yang dicari
bukan kebenaran agama lewat Al- Qur‟an atau menghakimi (judgement) kelompok keagamaan tertentu dalam islam, tetapi lebih mengedepankan penelitian tentang tradisi yang menggejala (fenomena) di masyarakat dilihat dari persepsi kualitatif. Meskipun terkadang Al- Qur‟an dijadikan sebagai simbol keyakinan (symbolic faith) yang dihayati, kemudian diekspresikan dalam bentuk perilaku keagamaan. Nah, dalam penelitian
Living Qur‟‟an
diharapkan dapat menemukan segala sesuatu dari hasil pengamatan (observasi) yang cermat dan teliti atas perilaku komunitas muslim dalam pergaulan sosial-keagamaannya hingga menemukan segala unsur yang menjadi komponen terjadinya perilaku itu melalui struktur luar dan struktur dalam agar dapat ditangkap makna dan nilai-nilai yang melekat dari sebuah
18 fenomena yang diteliti.
Seorang peneliti
Living Qur‟an akan membaca sebuah fenomena
sosial dengan melihat lokasi dan momen sejarah yang menandainya. Oleh karenanya, penelitian model ini bersifat kualitatif yang memiliki focus terhadap banyak paradigma, para penelitinya dituntut memiliki kepekaan tinggi terhadap nilai pendekatan, multymetode disamping tingkat komitmen 17 Abdul Mustaqim” Metode penelitian living Qur‟an” dalam “ Metodologi Penelitian
Living Qur‟an dan Hadis, Syahiron Syamsudin (Yogyakarta: TH Press, 2007). Hlm, 69 18 Muhammad Yusuf “ Pendekatan sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an” dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Syahiron Syamsudin (Yogyakarta: TH Press, 2007). Hlm, 50 dan kesabaran tinggi dan “ ketelatenan”, agar hasil tangkapan berupa data yang bersifat fenomenologis dapat dicerna, dideskripsikan dianalisis
19
kemudian disimpulkan secara tepat dengan prespektif socio- Qur‟anic.
Akhirnya diharapkan
Living Qur‟an dapat melihat fakta
masyarakat sosial dalam merespons, menyikapi dan mempraktekkan sisi-sisi Al-
Qur‟an secara cultural sebagai pemahaman mereka terhadap Al-Qur‟an itu sendiri. Dan pada titik jenuh penelitian model
Living Qur‟an secara
metamorfosis, cepat atau lambat dapat menemukan format desain, pendekatan dan metodenya. Sehingga penelitian seputar Al- Qur‟an dapat berkembang
20 seiring peradaban zaman.
F. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Lapangan (Field Research) yang menggunakan metode diskriptif analisis yaitu menyajikan data yang sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dari subjek penelitian di lapangan. Informasi maupun data-data yang diperoleh yaitu dengan cara terjun langsung ke lapangan sesuai dengan pokok penelitian ini.
1. Subjek dan Objek Penelitian
19 Subjek dalam penelitian ini adalah:
Muhammad Yusuf “ Pendekatan sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an” dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Syahiron Syamsudin (Yogyakarta: TH Press,
2007). Hlm, 63 20 Muhammad Yusuf “ Pendekatan sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an” dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Syahiron Syamsudin (Yogyakarta: TH Press, 2007). Hlm 64 a) Pemimpin Tradisi Welasan Jama‟ah Ahli Thariqah Qadiriyyah
Naqsyabandiyyah (Mursyid)
b) Badal (pemimpin pengganti) Tradisi Welasan Jama‟ah Ahli
Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah
c) Anggota Jama‟ah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah
Subjek penelitian di atas adalah orang-orang yang akan diwawancarai langsung untuk memperoleh data dan informasi selama pelaksanaan Tradisi Welasan dari awal hingga akhir. Sedangkan Objek penelitian ini yaitu Pelaksanaan Tradisi Welasan oleh Jama‟ah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah yang dilaksanakan di Dusun Bagongan,Getasan,Semarang.
2. Metode Pengumpulan Data
Sebagai penelitian kualitatif, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari metode pengumpulan data
21
yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder. Yang mana dari kedua data tersebut akan dianalisis untuk menemukan jawaban yang sesuai dengan data yang akan diperoleh.
a) Observasi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Observasi Analisis deskriptif yang mana penulis hanya menjadi 21 pengamat tidak ikut serta dalam prosesi acara. Karena dalam
Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta Raja Grafindo Persada,1995),hlm 132 acara ini yang diperbolehkan mengikuti hanyalah anggotanya saja. Sehingga gerak penulis menjadi sedikit terbatas akan tetapi dengan adanya wawancara yang akan dilakukan maka penulis akan memperoleh data yang valid sehingga dalam penelitian ini tingkat kevaliditasan datanya tidak diragukan lagi.