PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA SKRIPSI

  PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam tt Ef fG Af Oleh : GUNTUR BAYU AJI NIM: 11105011 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010

  

PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP

PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN

DI KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  Oleh : GUNTUR BAYU AJI N IM : 11105011 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISL*M NEGERI SALATIGA 2010 i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi d a i diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama : Guntur Bayu Aji NIM : 11105011

  Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul :PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP

  PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

  Salatiga, 20 agustus 2010 Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh. M.Si.

  NIP. 196808121994032003

  KEMENTERIAN AGAMA RI

  SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga hltp/Avww.salaliga.ac.id e-mail:akademik(a}stam.ac.id

  PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi Saudara Guntur Bayu Aji dengan Nomor Induk Mahasiswa 11105011 yang berjudul PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP PERILAKU

  MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Selasa, 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

  Salatiga, 31 Agustus 2010

  21 Ramadhan 1431 Panitia Ujian

  Ketua Sidang )Sekretaris Sidang Aahma^Hariyadi, M.Pd 9670112 199203 1 005

  Penguji II

  7 $ ^ -

  Benny RiHwan. M. Hum 540818 199403 1 004 NIP 19730320 199903 1 003 Pembimbing

  

m i

Dra. Siti Asdigoh. M.Si.

  NIP. 19680812 199403 2 003

  

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan dibawah in i: Nama : Guntur Bayu Aji NIM : 11105011

  Jurusan : Tarbiyah Program Study : Pendidikan Agama Islam

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 19 Agustus 2010 Yang menyatakan,

  Guntur Bayu Aji

  IV

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

  Syukurilah apa yang kau dapat karena hidup tak akan baik selama kita tidak merasa baik dan hidup tak akan adil selama kita tak merasa adil.

  PERSEMBAHAN

  Ayah ibu tercinta yang selalu setia dengan doa dan restunya untuku Mas dan mbakku yang tak lelah memotifasiku

  Sahabat-sahabatku yang selalu memberikun inspirasi Dan semua yang mengasihiku

  v

  

ABSTRAK

Aji, Guntur, Bayu. 2oi0. Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku

Menyimpang Anak Jalanan Di Kota Salatiga.- Skripsi. Jurusan Tarbiyah.

  Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh. M.Si.

  Kata K unci: keberagamaan dan perilaku menyimpang.

  Fenomena yang sering terjadi di negara ini, dengan banyaknya kemiskinan yang tak teratasi, bencana alam, kehancuran keluarga. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa, ditengarai sebagai salah satu sebab makin maraknya anak- anak di negeri ini yang tidak terurus. Anak-anak yang tidak terurus ini kemudian mencoba bertahan hidup sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seumurnya. Pekerjaan sehari-hari yang dijalani oleh anak-anak jalanan ini, kadang hanya mereka gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Hal itu terjadi karena kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal mengapa kadang anak memilih teijun kejalanan. Fase umur dimana anak harus mendapat pendidikan yang memadai tentang berbagai ilmu pengetahuan pun harus dilewati tanpa pendidikan apapun. Bahkan pendidikan agama, yang telah disepakati sebagai salah satu pendidikan pokok bagi semua anak untuk membekali nilai-nilai dalam menjalani hidup ketika besar nanti, juga tidak pernah tersentuh sama sekali dikarenakan aktivitas mereka atau ketidak hadiran orang tua sebagai guru dan pendidik yang baik.

  Penelitian ini mencoba mencari seberapa besar tingkat keberagamaan anak jalanan dan juga seberapa besar tingkat penyimpangan perilaku yang mereka lakukan serta mencari pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan. Dari penelitian yang penulis lakukan penulis menemukan adanya pengaruh antara keberagamaan dan perilaku menyimpang pada anak jalanan di kota Salatiga

  

vi

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis susun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang

  Anak Jalanan Di Kota Salatiga”.

  Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati penilis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Dra. Siti Asdiqoh. M.Si, selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk sehingga dapat terselesaikanya penulisan skripsi ini.

  3. Keluarga besar Bapak Bambang Setiyono terutama bapak dan ibu yang tak lelah memberi doa dan restunya padaku karena tanpa itu aku takkan mampu menyelesaikan ini semua.

  4. Kakak-kakaku : Mas Adi, Mbak Anggun, Mas Veri dan Adiku Sekar yang selalu mendukungku dan memotifasiku untuk menyelesaikan skripsi ini, serta Keponaanku Divla yang selalu hadir dengan keceriaanya.

  5. Keluarga Bapak Sugeng Widodo, terutama Fitri Wulandari yang selalu mendukung dan memotifasi tanpa kenal lelah.

  6. Sahabat-sahabatku seangkatan yang selalu setia memberi motifasi dan menasehatiku saat aku la la i: Rosyit, Heru, Umam, Ikhsan, Fajar, Rohmadi.

  7. Keluarga Besar ma’had kembang arum sebagai tempat bernaung dikala lelah.

  8. Sahabat-sahabati PMII yang telah banyak mengajarkanku tentang berorganisasi.

  

vii

  9. Adik-adik dan keluarga baruku, anak-anak jalanan kota salatiga yang telah memberiku inspirasi tentang karya ini.

  10. Seluruh staf LSM Student Community yang telah membantu menyelesaikan ini semua.

  11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.

  Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, maka tiada kata yang pantas diucapkan kecuali kata terima kasih dan doa semoga amal serta jasa baiknya dapat menjadi amal sholeh yang dapat diterima Allah SWT.

  Salatiga, 15 agustus 2010 Penulis

  1 DAFTAR ISI

  

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

   IX

  H. Sistematika Penulisan

  

  

  BAB IV ANALIS DATA

  

  

  

  

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

  

  12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  DAFTAR TABEL

   TABEL II : REKAPITULASI HASIL ANGKET ASPEK

   TABEL IV :DATA FREKUENSI JAWABAN

  VARIABEL TABEL V :DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM

   TABEL VI .DATA FREKUENSI JAWABAN

  VARIABEL TABEL VII :DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM

  VARIABEL PERILAKU MENYIMPANG ANAK TABEL VIII :TABEL UNTUK MENGHITUNG KOEFISIEN

  

  xii

  DAFTAR GAMBAR

  GAMBARI :FREKUENSI DAN PROSENTASE KEBERAGAMAAN ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA............................ 50

  GAMBAR II: FREKUENSI PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA ....................................... 54

  

BABI

PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang Setiap orang umumnya ingin menikah dan memiliki anak untuk menjadi generasi penerus keluarga. Melalui seorang anak juga manusia diberi amanah oleh Allah SWT untuk mengasihi, merawat dan mendidik anak tersebut agar menjadi calon generasi penerus bangsa. Dari kecil, anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-anak.

  Fenomena yang sering teijadi di negara ini, dengan banyaknya kemiskinan yang tak teratasi, bencana alam, kehancuran keluarga. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa, ditengarai sebagai salah satu sebab makin maraknya anak-anak di negeri ini yang tidak terurus. Anak-anak yang tidak terurus ini kemudian mencoba bertahan hidup sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seumurnya. Mengamen, mengemis, pedagang asongan, penyemir sepatu, hanyalah beberapa contoh pekerjaan yang sering dijadikan sandaran hidup anak-anak terlantar ini. Jalanan

  (perempatan atau tempat lampu lalu lintas) dan tempat-tempat strategis lainnya seperti pasar kemudian menjadi salah satu tempat pilihan untuk mengadu nasib, bahkan bagi sebagian anak menjadi tempat tinggal. Karena tempat dan pekeijaan inilah kita sering menyebut anak-anak itu dengan sebutan anak jalanan.

  Pekeijaan sehari-hari yang dijalani oleh anak-anak jalanan ini, kadang hanya mereka gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Hal itu teijadi karena kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal mengapa kadang anak memilih teijun kejalanan. Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya. Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya.

  Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman sepergaulannya sering kali memengaruhi perilaku seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan menerima konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif. Akibatnya teijadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak tersebut. Karena lingkungan yang kurang mendukung dan juga tuntutan pekeijaan yang dijalani oleh anak-anak inilah, seringkah menjadi salah satu penyebab mereka tidak mendapatkan pendidikan yang memadai bagi anak seumurnya.

  Fase umur dimana anak harus mendapat pendidikan yang memadai tentang berbagai ilmu pengetahuan pun harus dilewati tanpa pendidikan apapun. Bahkan pendidikan agama, yang telah disepakati sebagai salah satu pendidikan pokok bagi semua anak untuk membekali nilai-nilai dalam menjalani hidup ketika besar nanti, juga tidak pernah tersentuh sama sekali dikarenakan aktivitas mereka atau ketidak hadiran orang tua sebagai guru dan

  ? pendidik yang baik. Pendidikan Agama yang diajarkan kepada anak, tidak menjamin berimbas terhadap perilaku ritual keberagamaanya, namun keberadaannya dapat memicu untuk melakukan ritual keagamaan yang baik. Karena pengetahuan again? bersifat netral, dan semangat keagamaan mempengaruhi anak untuk melakukan ritual keagamaan. Pengetahuan agama sangat penting diberikan pada anak, namun semangat keagamaan juga perlu ditumbuh kembangkan, sehingga agama dapat dipahami, diyakini kebenarannya, dan dilaksanakan ajarannya. Sedangkan internalisasi pendidikan agama pada anak di lingkungan keluarga juga berpengaruh terhadap pelaksanaan hubungan sosial keagamaanya. Karena keluarga memiliki porsi tanggung jawab yang besar terhadap internalisasi pendidikan agama terhadap anak. Karena keluarga dapat mewarnai tingkat keberagamaan anak. Tingkat keberagamaan yang baik menunjukkan adanya kepedulian yang tinggi dari keluarga terhadap peningkatan tingkat keberagamaan anak. Hal tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar masa depan keberagamaan anak semakin cerah. Karena keyakinan seseorang berawal dari apa yang ia terima dari 'gurunya (orang tua), kemudian diuji oleh 'suasana’ dalam peijalanan hidupnya dan dalam peijalanan itulah keyakinan seseorang bisa semakin kuat karena menurutnya terbukti benar dan membantunya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi keyakinan seseorang bisa juga semakin lemah atau bahkan berpaling dan berubah, karena ia ragu dengan apa yang telah ia anut dan ia jalani.

  Kurangnya pendidikan dan bimbingan serta tingkat kepedulian dalam bidang keagamaan justru memperparah keadaan dan situasi yang harus dihadapi anak jalanan. Nilai-nilai moral yang sudah selayaknya dimiliki seorang anak untuk membentengi mereka dari hal-hal negatif menjadi sebuah hal yang sangat minim mereka dapatkan. Karena minimnya pengetahuan tentang agama inilah yang kadang meruntuhkan keteguhan akan nilai yang dimiliki sebelumnya, sangat mungkin akan goyah ketika dihadapkan kepada kenyataan keras yang dihadapi tiap harinya.

  Kota Salatiga sebagai salah satu kota yang mempunyai tingkat perekomian yang baik, justru banyak menjadi salah satu rujukan bagi anak- anak yang mencari nafkah di jalanan, baik anak-anak asli Salatiga ataupun daerah sekitarnya (Kab. Semarang dan Kab. Boyolali). Ditambah bahwa letak geografi Salatiga yang menjadi salah satu kota penghubung kota besar lainnya dengan dilaluinya transportasi darat, menjadi salah satu “Sawah” bagi anak jalanan yang berprofesi sebagai pengamen, pengemis atau pedagang asongan.

  Banyaknya anak jalanan di Salatiga ini, baik yang berprofesi sebagai pengemis, pengamen, pedagang asongan, penyemir sepatu dan lainnya, mengilhami penulis untuk meneliti lebih jauh bagaimana keberagamaan mereka atau seberapa besarkah peran agama dalam menentukan perilaku mereka. Ditambah juga bahwa Salatiga merupakan kota pelajar dan kota yang terkenal dengan kota agama, karena masyarakat beragamanya. Dengan latar belakang inilah, penulis mencoba untuk meneliti fenomena ini lebih jauh dengan judul penelitian “ Pengaruh K eberagam aan T erhadap Perilaku M enyimpang A nak Jalan an Di Kota Salatiga“

B. Rumusan Masalah

  Untuk mempertajam dan memberikan batasan penelitian yang jelas, maka penulis membuat beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga ?

  2. Bagaimana perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga ?

  3. Apakah keberagamaan berpengaruh terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga ? C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga.

  2. Untuk mengetahui perilaku anak jalanan di Kota Salatiga.

  4

  3. Untuk mengetahui pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga.

D. Hipotesis Penelitian

  Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA., hipotesa adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Sedangkan menurut Suharsini Arikunto, hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

  • Dalam penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesa y a itu :

  Ada pengaruh positif antara keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga. Dengan kata lain semakin baik keberagamaanya semakin baik pula perilakunya dan sebaliknya.

E. Kegunaan Penelitian '

  Sesuai dengan judul yang penulis ajukan “Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang Anak Jalanan “. Maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut bagaimana keberagamaan anak serta bagaimanakah perilaku keseharianya dan dari penelitian ini penulis berharap nantinya dapat berguna bagi diri penulis sendiri nantinya dan bagi pembaca.

  Adapun manfaat atau kegunaan yang penulis harapkan adalah sebagai b erik u t:

  1. Untuk memberi pengetahuan dan pengertian tentang pentingnya pendidikan agama pada anak.

  2. Untuk memberi pengetahuan pada orang tua bagaimana menanamkan nilai-nilai keberagamaan pada anan.

  3. Untuk memberikan pengetahuan pada orang tua bahwa pendidikan agama sangat mempunyai pengaruh besar pada pembetukan perilaku anak.

  5 F. Definisi Operasional Untuk menghindari teijadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

  1. Pengaruh, berarti daya atau akibat yang ditimbulkan dari suatu proses, (w.j.s. Purwadarminta, 1982; 865)

2. Keberagamaan berarti, bagaimana orang mampu menjalankan ajaran

  agama secara utuh dan komprehensif agar agama bisa menjadi kontribusi dalam proses pembangunan, akhirnya terwujud tampilan (profil) para pemeluk agama yang santun, damai, serta harmonis (tidak anarkis). (Bambang Wahyudi, 2007)

  3. Perilaku menyimpang, berasal perilaku, yang artinya perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 553).

  Sedangkan menyimpang, yang artinya tidak menurut jalan yang betul (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 1125). Jadi perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sitem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Dalam aritikel yang penulis baca menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.

  Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain ( Muhammad Ikbal. S. sos, 2008).

  4. Anak Jalanan, berasal dari kata anak yang berarti keturunan yang kedua, manusia yang masih kecil (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 38). Sedang jalanan berasal dari kata jalan, yang berarti tempat untuk berlalu lintas

  (W.J.S. Purvvadarminta, 1982; 395). Secara umum Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempat- tempat umum. Anak jalanan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah anak yang berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Dalam artikel karya Tauran. S.Sos Setidaknya ada 3 tipe anak jalanan, yaitu; 1. Anak yang tinggal / hidup di jalalanan.

  2. Anak yang bekeija (berjualan) di jalanan.

  3. Anak yang bermain-main dijalan. Adapun yang penulis maksud dengan pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga dalam penelitian ini adalah seberapa besar peran dan pengaruh agama dalam menentukan perilaku anak jalanan di Kota Salatiga. Bardasarkan pada uraian diatas maka untuk lebih memperjelas aspek-aspek apa saja yang akan penulis teliti beserta instrument yang akan penulis teliti. Maka setiap variable penulis jelaskan melalui indikator sebagai berikut;

  1. Keberagamaan Anak Jalanan

  a. Dimensi Ibadah 1) Kontinuitas shalat fardu.

  2) Puasa Ramadhan. 3) Keaktifan membaca Al-Qur’an.

  b. Dimensi Muamalah 1) Pengetahuan tentang agama Islam.

  2) Cara menghormati orang lain. 3) Sikap toleransi. 4) Sikap saling menghargai dan tenggang rasa.

  7

  2. Perilaku Menyimpang a. Penyalah gunaan narkoba.

  b. Mabuk-mabukan.

  c. Seks bebas. ,v ■ .

  d. Mencopet.

  e. Tawuran.

  f. Malak atau minta uang pada orang lain secara paksa.

  g. Menganggu orang lain.

  h. Tidak menghormati orang lain.

  G. Metode Penelitian Metode penelitian sering disebut sebagai metodologi research yang berarti sebagai usaha untuk menentukan, mengembangkan dan menuju suatu kebenaran pengetahuan. Usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

  Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa untuk menentukan kebenaran ilmiah, harus memahami metode ilmiah. Adapun metode ilmiah yang penulis gunakan adalah sebagai berik u t: 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.

  Pada penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan peneitian yang bersifat objektif mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik (Hermawan, 2004; 14). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan, dan menemukan ada tidaknya hubungan di an tara variabel, mengetahui seberapa erat hubungan serta berarti tidaknya suatu hubungan variabel yang ada (Arikunto, 2002).

  Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penlitian. Dalam rancangan pereperencaan dimulai dengan megadakan

  . observasi dan evaluasi rerhadap penelitian yang sudah dikeijakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi prose membuat prcobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.

  2. Lokasi dan Waktu Penelitian.

  Penelitian ini penulis lakukan di Kota Salatiga, alasan penulis memilih lokasi penelitian di Kota Salatiga karena letaknya yang masih satu kota dengan tempat penulis menuntut ilmu dan juga dari hasil pengamatan penulis tentang anak jalanan yang kurang mendapatkan perhatian. Dimulai pada bulan april 2010, penulis mulai mengamati dan mencari data tentang anak jalanan yang ada di Kota Salatiga serta meneliti bagaimana pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga.

  3. Metode Penentuan Subyek

  a. Populasi Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan / individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Darwanto p.s, 1993; 107). Sedangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan tipe ldan 2 yaitu anak-anak yang bekeija untuk mencari uang (penghasilan) dengan mengamen, mengemis, penjual koran dan pengasong di jalanan kota Salatiga. Di Salatiga terdapat beberapa area tempat anak jalanan, antara lain seperti data yang diambil oleh penulis terdapat 5 area yaitu area Kauman 31 orang, Pos Tingkir 30 orang, Pasar Raya 15 orang, Pancasila 5 orang, Pandawa 4 orang, Total 85 orang. ( LSM Student Community, 2010).

  b. Sampel Menurut Djarwanto P.S (1993; 108), sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki yang dianggap dapat mewakili dari keseluruhan populasi.

  Dalam pengambilan sampel, digunakan teknik ramdom

  sampling, yaitu dengan cara acak tetapi tidak menyimpang dari

  responden yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak 30 anak jalanan di kota Salatiga. Adapun sampel yang akan dipakai adalah anak jalanan yang mangkal di tempat sebagai berikut:

  1. Pertigaan Kauman.

  2. Terimal Pos Tingkir.

  3. Pasar Raya Salatiga.

  4. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini penulis mempergunakan m etode: a. Metode Angket

  Yaitu suatu susunan daftar pertanyaan yang akan diajukan peneliti untuk dijawab responden. Peda penelitian ini penulis menggunakan angket sebagai metode utama dalam mengumpulkan data-data sebagai bahan dalam penelitian ini. Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang keberagamaah dan bagaimana perilaku anak jalanan serta latar belakang kehidupan pribadi (keluarga), dengan cara membagikan daftar pertanyaan kepada responden yaitu anak-anak jalanan.

  Angket yang penulis pergunakan adalah angket langsung yaitu jumlah daftar pertanyaan dikirim langsung kepada responden atau orang yang diminta untuk menceritakan keadaan dirinya (Sutrisno Hadi, 1980; 22).

  b. Metode Observasi Menurut Sutrisno Hadi observasi yaitu cara untuk menggali data dengan menggunakan pemcatatan secara sistematis tentang fenomena-fenomena yang disielidiki (diteliti). Observasi ini dilakukan dengan cara untuk mengetahui secara langsung keberagamaan anak jalanan dan pengaruhnya terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga. Metode ini penulis gunakan sebagai metode bantu agar dalam penelitian ini penulis bisa mendapatkan data-data yang valid serta penulis juga lebih bisa mengetahui seluk beluk dan latar belakang anak jalanan di kota Salatiga.

  c. Metode Dokumentasi Menurut Suharsini Arikunto metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen dan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.

  Adapun dalam pemakain metode ini, penulis menggunakan data tentang anak jalanan yang ada di Dinas Sosial atau lembaga lainnya yang mengurusi atau concern terhadap masalah anak jalanan di Kota Salatiga.

  5. Metode Analisis Data Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka kesimpulan akhir dari penelitian ini dapat diperoleh dengan memperhatikan hipotesa yang penulis ajukan.

  Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua, penulis akan menganalisa dengan teknik statistik prosentase, yaitu : Keterangan : P = Populasi individu dengan golongan F = Frekuensi yang di observasi N = Jumlah sampel penelitian

  Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, dan untuk menguji hipotesa yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan analisa dengan teknik analisa korelasi Product Moment adalah:

  Keterangan : ^xy = Koefisien korelasi Product Moment Variabel X dan Y Y j x.y ~ Jumlah perkalian antara skor variabel X dan skor variable Y

  Y ' jc = Jumlah skor variabel X

  Sistematika penulisan adalah penggunaan sistematika berfikir dari penulisan dalam mengembangkan ide pokok yang terkandung dalam judul skripsi. Sistematik? dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

  r

  y y = Jumlah skor variabel Y N = Jumlah seluruh subjek.

H. Sistematika Penulisan

  

12 BABI : PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

  BABU : LANDASANTEORI Pada bab ini dipaparkan tentang pengertian keberagamaan anak dan tahapan-tahapan kepercayaan serta berbagai perspektif lain yang berhubungan dengan keberagamaan anak. Adapun rincian masalah yang penulis kembangkan adalah masalah perilaku menyimpang anak jalanan yang meliputi pengertian, kriteria perilaku penyimpang, ciri-ciri perilaku penyimpang dan berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang serta pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan.

  BAB III : LAPORAN PENELITIAN Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai data hasil penelitian, yang meliputi masalah gambaran umum medan penelitian, yang memuat tentang tempat-tempat yang dijadikan penulis untuk melakukan penelitian, serta obyek yang penulis jadikan sebagai bahan penelitian. Bab ini diakhiri dengan data khusus penelitian yang memuat data tentang pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga.

  BAB IV : ANALIS DATA Pada bab ini membahas tentang pengolahan data yang penulis peroleh dari hasil penelitian. Dimana hasil akhir dari analisa data tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah sekaligus mencapai tujuan penelitian dan menguji hipotesa didalam penelitian ini.

  BAB V : KESIMPULAN Bab ini sebagai penutup dari penelitian ini yang berisi kesimpulan, saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Keberagamaan

1. Pengertian Keberagamaan anak

  Dalam memberikan pendidikan agama pada anak barangkali kita harus berani dan tegas memberikan pendidikan yang alami terhadap masalah yang fundamental ini. Karena pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Dengan kata lain seseorang yang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa dewasa nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya (Zakiah Darajat, 1970; 35). Pendidikan agama yang prularis secara substansial sangat berkaitan dengan bagaimana manusia memandang agama itu sendiri. Secara garis besar agama memiliki dua dimensi, yaitu dimensi risalah dan dimensi rahmat. Dimensi risalah mengharuskan umat beagama menyebarluaskan ajaran agamanya seluas mungkin. Sedangkan dimensi rahmat menuntut manusia agar dengan agamanya itu bisa menunjukkan sifat-sifat luhur seperti halnya sifat-sifat yang dimiliki Tuhan kepada sesama manusia.

  Istilah keberagamaan atau religiusty adalah perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada nash, dalam pengertian agama Islam adalah al Qur’an dan Hadist. Dalam konteks ini istilah keagamaan ditekankan pada aspek eksperimental, yakni bagian keberagamaan yang bersifat efektif, artinya keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksaan ajaran agama. Seseorang dalam kehidupan sehari-hari, mempunyai banyak motivasi yang berbeda dalam memahami dan melaksanakan perilaku keagamaannya, tergantung kepada kedalaman pemahaman seseorang mengenaagama itu sendiri. Penghayatan dalam pelaksanaan perilaku keagamaan seseorang, juga kadang menjadi tolak ukur tingkat pemahaman keberagamaan. Anak-anak mulai mengenal Tuhan melalui bahasa dari kata-kata orang yang berada dilingkunganya, yang pada permulaan diterima secara acuh tak acuh saja. Akan tetapi setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan takut terhadap Tuhan, maka mulailah ia akan merasa sedikit gelisah dan ragu dan lambat laun tanpa disadarinya akan masuklah pemikiran tentang tuhan dalam pembinaan kepribadianyadan menjadi objek pengalaman agamis

  (Zakiyah Darajat, 1970; 36). Bagi seorang anak penetahuan tentang agama ia dapatkan dari yang memahami keberagamaan secara mendalam, baik dari segi pengetahuan dan hakikat agama, mungkin akan memahami dan orang tuanya, mulai dari bagai mana cara ia mengenal tuhan sampai bagaimana ia mengamalkan ajaran agamanya dalam setiap laku sehari- hari. Keberagamaan pada anak berarti bagaimana seorang anak itu bisa mengenal, menerima dan menjalankan ajaran agamanya. Dalam hal ini orang tua mempunyai peran memberikan bimbingan tentang agama pada anak karena penanaman nilai-nilai agama pada anak akan mempengaruhi kepribadianya yang juga menentukan perilaku keberagamaanya, sehingga ia dapat lebih mengendalikan dirinya karena agama telah menjadi bagian dari kepribadianya. (Dr. Dzakiyah Darajat, 1985; 56 ) Sehingga proses kehidupannya, baik dalam pola relasi dengan manusia dan Tuhan, akan menjadi selaras dalam laku alamiah dan tidak ada tendensi pribadi yang berlebihan dalam melaksanakan ajaran agama selain hanya sebagai peng- hamba-an kepada Allah SWT. Seperti telah ditegaskan dalam al Qur'an dalam surat adz dzariyaat ayat 56 :

  Artinya : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

  mereka m enyem bah-Ku". (Depag RI, Al-qur’an dan

  teijemahanya; 862)

2. Tahapan-Tahapan Kepercayaan

  Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh (Dzakiyah D?rajat, 1970; 36). Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang- orang disekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu tumbuh. Perasaan si anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks, la merupakan campuran dari bermacam- macam emosi dan dorongan yang saling bertentangan. James W. Fowler (1995; 95) membagi tahapan-tahapan kepercayaan menjadi tujuh tahapan antara lain :

  1. Kepercayaan awal dan elementer, 2. Kepercayaan intuitif proyektif, 3. Kepercayaan mitis- harfiah, 4. kepercayaan sintetis-konensional, 5. kepercayaan indifiduatif reflektif, 6. kepercayaan konjungtif, 7. keprcayaan yang mengacu pada unifersalitas.

  1. Kepercayaan Awal dan Elementer.

  Tahap kepercayaan ini teijadi pada anak usia 0 sampai dua tahun, tahapan ini ditandai oleh citarasa yang bersifat praferbal terhadap kondisi-kondisi eksistensi, yaitu rasa percaya dan setia yang mendasar pada semua orang dan lingkungan yang mengasuhnya. Keprcayaan ini menyusun gambaran tentang kekuasaan akhir yang dapat dipercayai untuk mengatasi rasa takut yang timbul dalam dirinya sebagai akibat dari peniadaan hidup dan pemisahan dirinya dengan pengasuhnya.

  2. Kepercayaan Intuitif Proyektif Tahap kepercayaan ini terjadi pada anak usia dua tahun sampai enam tahun, pada tahapan ini pola pemikiran anak tentang Tuhan masih bersifat labil, senantiasa berubah-ubah menurut apa yang ia lihat dan ia temukan dalam pergaulan dengan orang-orang disekitamya.

  Dalam masa ini juga mulai timbul pemikiran tentang Tuhan dalam diri anak, sehingga ia muai bertanya-tanya dan rasa ingin tau tentang siapa sebenarnya Tuhan dan juga mulai meniru aktifitas-aktfitas keberagamaan orang tuanya. Jadi dalam masa inilah sebenarnya penanaman tentang agama yang paling penting dilakukan oleh orang tua sebagai pondasi bagi anak.

  3. Kepercayaan Mistis-Harfiah Tahap kepercayaan ini teijadi pada usia enam sampai sebelas tahun. Dalam masa ini anak sudah dapat mencari dan menyusun pengetahuan tentang arti Agama dan Tuhan. Pada tahapan ini anak sudah dapat mencerna cerita-cerita tentang Tuhan yang kadang membuatnya bertanya-tanya atas pengetahuan baru itu, jadi sebaiknya dalam tahapan ini anak diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana kita beragama dan untuk apa kita beragama melalui cerita cerita menarik agar anak dapat memahapi apa makna agama yang sesungguhnya.

  4. Kepercayaan Sitetis-Konfensional Tahapan kepercayaan ini teijadi pada usia duabelas tahun sampai masa dewasa. Dalam masa ini muncul lingkunngan-lingkungan baru dalam dunia anak. Pada tahapan ini berbagai pengetahuan dan ego yang dipantulkan dari orang lain dalam membentuk bayangan diri serta aneka pengetahuan dan keterlibatan social semuanya mulai dipersatukan dan dirangkai oleh anak. Dalam masa ini anak juga sedang mengalami krisis identitas yang menjadi salah satu masalah yang utama. Maka tugas'yang paling besar pada masa ini adalah menciptakan suatu sintesis dengan mempersatukan dan memadatkan sekian banyak masalah yang ditemui pada anak dan memberikan pengertian yang bijak sehingga memunculkan identitas sikap keberagamaan yang mantab.

  5. Kepercayaan Individuat-Reflektif Tahapan kepercayaan ini teijadi pada masa dewasa awal atau pada usia delapan belas tahun. Pada masa inii mulai timbul pengkuan terhadap kepercayaannya sendiri terhadap suatu agama, ia juga mulai mengalami dan berfikir tentang agama dari suatu kejadian-kejadian yang ia alami (pengalaman religius) dan juga ia mulai mempertentangkan suatu agama dengan agama lain. Dalam masa ini juga muncul suatu kesadaran diri yang baru yaitu sebagai ego (diri) yang bertanggung jawab pada diri sendiri. Jadi ia lah yang menentukan segla sesuatu yang berhubungan dengan dirinya, tetapi proses ini tidak lantas mengesampinkan peran orang lain. Karena apa yang ia putuskan pada masa ini harus selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada disekitamya. Jadi pada masa ini lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan keberagamaan atau tingkat keyakinan seseorang.

  6. Kepercayaan Konjungtif Masa ini dimulai pada usia sekitar dua puluh tahun, pada tahap ini seseorang menjadi sangat peka terhadap segala macam pemahaman dan segala macam pertentangan yang ingin disatukanya. Segala pengalaman-pengalaman negative yang ia dapat malah justru menjadikannya berfikir tentang hal yang positif. Dan pada masa ini seseorang tidak lagi mengandalkan egonya tetapi lebih pada usaha untuk mengontrol dan berusaha untuk lebih rendah hati dalam menyikapi suatu masalah.

  7. Kepercayaan Yang Megacu Pada Unifersalitas Masa ini dimulai pada usia sekitar tiga puluh tahun, pada masa ini seseorang menjalankan suatu agama dengan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap suatu agama yang ia jalani. Seseorang pada masa ini bertindak dan berperilaku didasarkan pada suatu keyakinan tentang ajaran agama diamana ia memandang bahwa akan ada pembalasan setelah ia meninggal jadi ia berusaha untuk lebih berhati-hati dalam melangkah.

  Manusia disebut juga makhluk yang beragama karena tatkala Allah SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat, hal dapat dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,segi naluri sifat pembawaan manusia atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang

  

kedua ,dapat dilihat dari segi wahyu tuhan yang diturunkan kepada Nabi-

  nabiNya. Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal yang tampak dalam dua sisi,ibaratnya mata uang logam yang mempunyai sisi yang sama. Seiring bertambahnya usia, kemantapan jiw a seseorang terus berubah karena mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang sudah dipilihnya, baik sistem nilai yang berasumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan . Pokoknya, pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang . Berdasarkan hal ini ,maka sikap keberagamaan seorang diusia dewasa sulit untuk diubah, jikapun terjadi perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan pada pola pemikiran dan pertimbangan yang matang.

  Sikap yang akan diteliti dalam hal ini adalah keterlibatan seorang anak pada fungsi kognitif, afektif dan motorik. Aspek kognitif akan nampak dalam keimanan atau kepercayaan seorang anak dalam memahami ketuhanan (tauhid), sedangkan aspek motorik akan nampak dalam perilaku dan perbuatan yang berirama dengan laku keagamaan (Abdul Aziz, 1991;

  37). Dalam kehidupan sehari-hari, kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu system kesadaran beragama yang integral atau utuh dalam kepribadian seseorang.

3. Pembentukan Pemahaman dan Perilaku Keagamaan Pada Anak

  Sesuai dengan kodrat yang ada pada anak, bahwa anak dilahirkan tanpa nilai apapun dalam dirinya, maka menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai ajaran agama sebagai bekal anak untuk hidup dewasa nanti, sehingga anak menjadi manusia yang utuh dengan tetap berpegang pada petunjuk agama. Hal ini sangat senada dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, y a itu : 4 i l J ) j a £ -

  (J Artinya : Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang

  tuanyalah yang pada kahirnya menjadikan dia yahudi, nasram

atau majusi (HR Muslim). (Zakiyah Darajat, 1984; 59)

  Dengan memahami hadits tersebut, peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah dominant. Apabila anak tidak mendapatkan suri tauladan (uswatun hasanah) yang baik, maka kapasitas nilai-nilai yang dipahami seorang anak menjadi sangat lemah. Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua terhadap anak menjadi sangat besar, baik dalah mengasuh, merawat dan mendidik agar menjadi insan yang benar-benar dapat diandalkan sebagai generasi penerus bangsa dan agama.

  Dalam fase perkembangan keberagamaan anak, ada beberapa faktor yang ikut andil, baik positif maupun negative, dalam membentuk sikap atau pola laku keberagamaan anak. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : (1) faktor rumah tangga dan keluarga, (2) faktor lingkungan dan masyarakat, (3) faktor individu, (4) faktor sarana dan prasarana (Aisyah Dahlan, 1992; 166). Faktor-faktor tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena merupakan sebuah satu kesatuan yang sangat berpengaruh kepada pembentukan keberagamaan anak.