PENGARUH INTENSITAS MENONTON SINETRON TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG (Studi kasus siswa SMP 2 Getasan Tahun 2008) SKRIPSI

  

PENGARUH INTENSITAS MENONTON SINETRON

TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG

(Studi kasus siswa SMP 2 Getasan Tahun 2008)

SKRIPSI

  Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata I Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  

Disusun Oleh :

ASMINI BUDIYANI

NIM. 114 06 240

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2008

DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

  

P E N G E S A H A k

  Judul : PENGARUH

  INTENSITAS MENONTON SINETRON TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG (Studi Kasus Siswa SMP 2 Getasan Tahun 2008)

  Nama : ASMINI BUDIYANI NIM : 114 06 240 Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

  Salatiga, 26 Agustus 2008 Dewan Penguji

  Ketua Sekretaris

  NIP. 150 242 800 NIP. 150 302 5^0

  1 Salatiga,...... Agustus,2008

  N ota P em b im b in g Lampiran : 4 Exp Hal : Naskah Skripsi

  Sdr. Asmini Budiyani Kepada

  Yth. Ketus Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga # Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr.Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Asmini Budiyani Nomor Induk : 114 06 240 Judul : PENGARUH

  INTENSITAS MENONTON SINETRON TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Getasan) Dengan ini mohon agar Skripsi saudara tersebut segera di munaqosahkan.

  Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

  Pembimbing Dra. Siti Ruhavati, M.Ag Nip. 150.327 091 I V PERSEM BAHAN Karya yang sangat sederhana ini kupersembahkan :

1. Ayah Bundaku yang telah rela berkorban mendidik dan bertanggung jawab terhadapku.

  2. Kakak ( Eko Wahyudi+ Yuliati) dan adiku ( Budi Susilo ) yang

memotivasi dan membantu dalam penyusuanan skripsi sampai

selesai

  3. Keponakannku Risqi Wahyu Nugroho yang selalu memberi semangat dalam Skripsiku.

  

4. Sahabat yang di MI kumpulreio 01 yang memberi dorongan untuk menyelesaikan skripsi. va MOTTO

  ^Kegagalan adalah kunci kesuksesan” “ Berakit-rakit kehulu berenang-renang ketcpian, Bersakit - sakit dahulu

  , bersenang sanang kemudian “

  Vll

KATA PENGANTAR

  Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada uswah kita, panutan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya, sahabat dan pengikutnya yang selalu senantiasa istiqomah pada ajarannya, Amien.

  Dengan mengucap syukur alhamdulillahirobbil ‘alamien kepada Ilahi yang maha suci, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun dalam bentuk sederhana. Oleh karena itu, kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada beliau :

  1. Bapak DR. Imam Sutomo, MA. Selaku Rektor STAJN Salatiga dan pada Bapak Ibu Dosen yang telah berkenan memberikan bekal ilmu pengetahuan.

  2. Ibu Dra. Siti Ruhayati, M.Ag. selaku konsultan yang ielah ihklas meluangkan waktu dan memberi petunjuk-petunjuk sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  3. Bapak Sir Samsuri S.Ag selaku kepala sekolah SMP 2 Getasan yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis mengadakan penelitian.

  4. Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan teman yang telah membiayai dan membantu penelitian dan penulisan skripsi ini.

  Tiada lain harapan penulis, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Rahmat, Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya Kepada Bapak dan ibu tersebut di atas dan mendapatkan balasan yang layak sesuai dengan amal kebaikannya.

  Salatiga, Agustus 2008 Penulis

  Asmini Budivani

  ix

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  C. Intensitas

  

  A. Data Tentang Situasi Umum Sekolah SMP 2 Getasan

  28 BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN

   E. Pengaruh Intensitas Menonton Sinetron Terhadap Perilaku Menyimpang

  

  

  

  

  

  I

  X BAB V. PENUTUP

  

  

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

  • TABEL

  VII TABEL

  Nilai Jawaban Perilaku Menyimpang Komparasi Perilaku Menyimpang

  Komparasi Intensitas Menonton Sinetron Prosentase Jawaban Angket Intensitas Menonton Sinetron

  XI Daftar Respoden Jawaban Angket Intensitas Menonton Sinetron Jawaban Perilaku Menyimpang Jawaban Angket Intensitas Menonton Sinetron

  X TABEL

  IX TABEL

  VIII TABEL

  VI TABEL

  XI DAFTAR TABEL

  V ! TABEL

  IV TABEL

  III

  II TABEL

  I TABEL

  TABEL

  Prosentase Jawaban Perilaku Menympang Bungan Intensitas Menonton Terhadap Perilaku Menyimpang Tabel Kerja untuk Mencari Pengaruh Korelasi antara Intensitas Menonton Sinetron Terhadap Perilaku Menyimpang

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pada masa usia SMP anak mulai dikatakan menginjak masa remaja.

  Pengertian remaja pada saat ini belum ada kata sepakat. Dari para ahli Ilmu Pengetahuan tentang batas remaja 1

  Namun, penulis mencoba menuliskan beberapa pendapat tentang defin»si remaja. Pengertian remaja dapat diartikan di mana remaja itu tinggal dan dari mana remaja itu ditinjau. Misalnya: dalam masyarakat kota, remaja yang akan diterima masyarakat pastilah remaja yang pandai dan sosialnya sudah matang serta meyakinkan. Berbeda dengan masyarakat desa yang belum begitu maju. Dengan wawasan yang tidak luas yang hanya membantu orang tua, diterima atau tidaknya dilihat dari sejauh mana remaja itu ikut serta dalam kehidupan masyarakat.

  Pada masa remaja sering disebut masa puber atau pubertas. Pubertas dari bahasa latin yang artinya menjadi dewasa. Dapat diartikan pula pubertas dari kata putescere yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan yaitu a suatu tanda kelamin sekunder yang menampakan perkembangan seksual.

  Tayangan pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat akan dunia germclap (dugem), seperti tayangan remaja dalam mengkonsumsi obat terlarang, cara berpakaian yang minim alias kurang bahan, sexy goyangan 1

  2

  1 Zakiah Darajat, Dr. Pembinaan Remaja, Bulan Bintang, Jakarta 1975 him 9

  2 Tri Rumini, Prof.Dra,Sti Sundari Rs,M P d. Perkembangan A nak dan Remaja ,PT Rineka Cipta,

  2

  yang sensual para penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-ucapan kasar dan memaki-maki atau menghina dan sebagainya.3

  Media diyakinkan telah menggeser tugas guru, agamawan maupun orang tua sebagai Edukator, menyediakan role model bagi anak dan remaja dan menjadi sumber acuan untuk mendefinisikan mana yang baik dan mana yang buruk 4

  Tidak semua sinetron di Indonesia itu bemutu reniah ada iuga yang mengedepankan unsur budaya dan pendidikan yang sangat digemari.

  Contohnya dalam sinetron Bajai Bajuri yang menceritakan kehidupan sekelompok masyarakat kecil yang tinggal di Jakarta, Si Doel Anak Sekolahan yang menceritakan kehidupan masyarakat Betawi di Jakarta pada Post

  “Keluarga Cemara” yang menceritakan keluarga sederhana dan masih banyak lagi5 Mulai dari sinilah masalah yang sering tidak disadari. Ada sebagian remaja yang meniru gaya hidup pemeran sinetron, baik yang positif maupun yang negatif.

  Sebagai contoh film VCD banyak berpengaruh pada remaja yang masih dalam taraf belajar, yaitu menyita waktu belajar mereka sehingga tidak berfikir kaitannya dengan Ilmu Pengetahuan, pelajaran disekolah atau PR mereka, tetapi hanya berfikir sang tokoh dan meniru gaya dalam kehidupan sehari hari. 1

  1 http :// Erwin-informasi. gloss. com.Tayang'in T V Sinetron, diakses 16 Mei 2008 ^ Ibid, Diakses tanggal 16 Mei 2008

  i

  3

  Sinetron adalah akronim dari elektronik, sebenarnya adalah sandiwara yang yang disiarkan ditelevisi6 Sinetron pada masa sekarang ini marak tayangan kalangan remaja, terutama pada anak sekolah, semuanya dan kegiatan rumah sampai di sekolah, pada sinetron yang di tayangkan di televisi banyak yang mememberi pengaruh besar terhadap kemerosotan moral dan aqidah pelajar Indonesia. Beberapa yang tidak bagus di lihat oleh remaja seperti ; Buruan Cium Gue, Cinderella, Cinta Suci

  Sinetron secara tidak langsung dapat mempengaruhi remaja dimana perilaku remaja yang selalu ingin meniru dan rasa ingin tahu, persoalan pesan yang disampaikan yang ada didalam film bersifat positif maupun negatif.

  Dengan tayangan tersebut remaja akan meniru apa yang ditampilkan dalam sinetron tersebut dalam sebuah prilaku dalam kehidupan sehari hari, perilaku dibagi menjadi 2 yaitu bersifat positif dan bersifat negatif, yang bersifat positif contohnya menolong, jujur, selalu menjaga hal hal yang buruk.

  Yang bersifat negatif contohnya berbohong, mencuri mabuk mabukan, berkelahi, merokok dan berlaku senaknya .

  Awal dari sinetron penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruhnya menonton sinteron terhadap perilaku menyimpang pada anak sekolah, maka penulis ingin meneliti seberapa jauh tentang kebenaran tentang konsep tersebut dengan melakukan penelitian di SMP 2 Getasan dengan mengambil judul “PENGARUH INTENSITAS MENONTON SINETRON

  4

  TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG" (Studi Kasus siswa SMP 2 Getasan)

B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahan penafsiran maka, penulis akan menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut

  1. Pengaruh Yang dimaksud pengaruh adalah yang ada atau yang timbul dari suatu orang benda, (yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang)7 8

  9

  2. Intensitas Intensitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia artinya tingkatan o atau ukuran.

  3. Menonton Menonton berasal dari kata tonton. Jadi, menonton artinya melihat, menyaksikan, suatu pertunjukan.y

  4. Sinetron Sinetron adalah akronim sinema elekronik Sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh televisi 10

  Adapun indikatornya menonton sinetron adalah ;

  • Sering menonton sinetron

  7 Departemen Pendidiikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta, 2002.hlm.848

8 Ibid, hlm.438

  9 Ibid, him. 1206 10 •.v:!;::::::et:r.:. diakses tanggal 16 Mei 2008

  5

  • Mudah terpengaruh budaya yang di tampilkan
  • Meniru gaya yang ada di sinetron
  • Malas belajar
  • Sering tidak mengerjakan PR
  • Malas - malasan

  5. Perilaku Perilaku artinya tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan terhadap lingkungan.11

  6. Menyimpang Menurut kamus besar menyimpang adalah menyalahi kebiasaan dan sebagainya. 1

  1 Adapun indikator dari perilaku yang menyimpang sebagai berikut:

  12

  • Mudah terpengaruh hal-hal yang negatif

  Suka berkelahi •

  • Judi • Mabuk-mabukkan
  • Berbicara kasar
  • Mencuri • Tidak patuh
  • Berlaku seenaknya

  11 Departemen Pendidiikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesiar, Balai Pustaka, Jakarta, 2002 him 859

  6

  Dengan penegasan istilah diatas maka, secara keseluruhan yang dimaksud oleh judul tersebut adalah untuk mempelajari, menyelidiki secara mendalami tentang perilaku menyimpang terhadap anak SMP 2 Getasan.

  C. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka merumuskan masalah sebagai berikut.

  1. Bagaimanakah intensitas menonton sinetron pada siswa SMP 2 Getasan ?

  2. Berapa banyak siswa SMP 2 Getasan yang perilaku menyimpang ?

  3. Adakah pengaruh intensitas menonton sinetron terhadap perilaku menyimpang SMP 2 Getasan ?

  D. Tujuan Penelitian

  1. Ingin mengetahui variabel intensitas menonton sinetron pada siswa SMP 2 Getasan !

  2. Ingin mengetahui variabel perilaku menyimpang siswa SMP 2 Getasan..!

  3. Ingin mengetahui adakah pengaruh intensitas perilaku menyimpang pada siswa SMP 2 Getasan !

E. Hipotesis

  1 7 Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar atau salah . Dalam penelitian ini penulis beranggapan bahwa sering menonton sinetron, maka akan mempengaruhi perilaku anak dengan kata lain hipotesis yang dituliskan oleh penulis adalah adanya pengaruh yang timbulkan dalam *

  u Sutrisno Hadi Prof. M.A., Metodologi Research . Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM ,

  7

  menonton sinetron terhadap pelaku menyimpang terhadap siswa SMP 2 Getasan

F. Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode; 1. Populasi dan Sample.

  a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian 14 1 ' Sedangkan

  5 Sutrisno Hadi mengatakan semua individu untuk siapa kenyataan- kenyataan yang diperoleh dari sample itu hendaknya digeneralisasikan disebut populasi atau universal.13 Dari pendapat di aras populasi adalah keseluruhan individu dalam suatu wilayah penelitian yang akan dikenai hasil penelitian. Dalam populasi penelitian meliputi siswa 465 siswa SMP 2 Getasan 2008 .

  b. Sampel dan teknik pengambilan sampel Menurut Suharsini Arikunto adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang diteliti. 16 Menurut Sukandar Rumidi berpendapat sample adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat yang sama yang merupakan sumber data. 17

  Kesimpulan dari penulis populasi merupakan sebagian yang mewakili seluruh subjek penelitian. Mengenai besar kecilnya

  

14 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Bina Aksara , Jakartal991

Him 102

  15 Sutrsno Hadi ,Opcit Him 70

  16 Suharsini Arikonto ,Hlml04

  17 Sukandar Rumidi, Metodilogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Pemula , Gadjah Mada

  8

  penelitian tidak ada ketentuan akan tetapi pelu diingat bahwa semakin banyaknya sample yang diambil maka kesimpulan yang diperoleh semakin baik. Dengan ini, Suharsini Arikunto menyatakan sekedar ancer-ancer apabila suabjeknya kurang dari 100 maka, sebaiknya diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian popuiasi. Sedangkan yang subjeknya besar diambil antara 10-15% atau lebih 1 o sesuai dengan kemampuan.

  Untuk menghemat waktu dan tenaga, yang menetapkan besarnya sample kurang lebih 13 % dari populasi. Te.rnis pengambilan sample mengunakan proportional random samping karena dengan keadaan populsi yang ada yaitu siswa SMP 2 Getasan sejumlah 465 orang penulis menetapkan 60 orang sebagai sample.

  Dari jumlah siswa tersebut diambil sample dengan perbandingan sesuai jumlah populasi. Pengambilan sample random sampling dimaksudkan agar setiap individu dalam kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sample. Salah satu cara sangat baik dalam recearch mungkin satu satunya yang terbaik 1

  8

  19

  2. Variabel Penelitian Penelitian 2 variabel yaitu intensitas menonton film sebagai variable pertama (X). Sedangkan, perilaku menyimpang sebagai variabel kedua(Y). Dengan landasan penelitian ini bahwa intesnsias menonton film. Sebagai variable pertama dan diduga berpengaruh terhadap variabel kedua

  18 Suharsini Arikunto Op.Cit t YUm 107

  19 Sutrisno Hadi Op.cit Him 75

  9

  1. Angket kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang artinya laporan tentang pribadinya atau hal- hal yang ia ketahui.

  2. Dengan angket ini dapat kita gunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang intensitas pengaruh sinetron terhadap perilaku yang menyimpang siswa SMP 2 Getasan.

  3. Metode Pengumpulan Data

  a. Angket Angket atau quisioner adalah sebuah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari Responden dalam ari i laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui20

  Angket disini digunakan sebagai metode untuk memperoleh informasi tentang pengaruh Intensitas menonton Sinetron terhadap perilaku menyimpang

  b. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik fenomena-fenomena yang diselidiki 21. Pengunaan metode observasi untuk mengumpulkan data tentang lokasi penelitian dan pada pelaksanaan pengisian angket

  20 Ibid him 124

  21 Suharsini Arikunto, Metode Recearch II, Andi Offset, Yogyakarta ,1996 Him 136

  10

  c. Dokumentasi Dokumen berasal dari kala dukumen yang artinya barang tertulis 22 Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai situasi Sekolah SMP 2 dari dokumentasi yang ada di Sekolah tersebut.

  4. Analisa Data Analisa data yang penulis gunakan melalui beberapa tahap:

  a. Analisa pendahuluan Yaitu tahap pengelompokan data dan distribusi frekuensi dan diadakan pengolahan atau memberi hasil nilai angket sebagai berikut:

  1. Alternatif Jawaban A diberi nilai skore 3

  2. Alternatif Jawaban B diberi nilai skore 2, dan

  3. Alternatif Jawaban C diberi nilai skore 1

  b. Analisis uji hipotesis Data dalam rumus prosentasi (untuk mengetahui frekuensi intensitas menonton film).

  F P = ---- X1 0 0 %

  N Keterangan:

  P : Prosentase menonton sinetron

  F: Frekuensi menonton sinetron N: Jumlah populasi yang menonton sinetron

  11

  Setelah data terkumpul penulis mengolah dan menganalisis secara deskrektif. Dengan teknik presentasi untuk mengetahui frekuensi gejala yang muncul. Sedangkan untuk mengetahui variable x dengan y mengunakan teknis statistik.

  n Z x y - ( I x) ( I y )

  Rxy =

  V ( { N Z x M I x ’X N Z y M I y * ) )

  Keterangan: Rxy = Nilai koefisien korelasi antara x dan y Xy = Produk nilai X dan Y

  X2 = Variabel nilai X Y 2 = Variabel Nilai Y N = Jumlah Sampel yang diteliti X = Zigma (jumlah)

  12

G. Sistimatika

  Yang dimaksud sistematika skripsi penulis ini adalah urutan persoalan yang membahas dalam skripsi secara keseluruhan dari permulaan sampai akhir penulisan. Oleh karena itu, dalam penulisanya hanya sebagai gambaran skripsi terdiri 5 bab. Tiap-tiap bab terdiri anak bab dan pasai bab.

  BAB 1. PENDAHULUAN Adapun isi dalam pendahuluan adalah latar belakang masalah,

  penegasan istilah ,perumusan masalah hipotesa tujuan penulisan, metode Penulisan, sistematikan Penulisan

  BAB IL LANDASAN TEORI A. Sinetron

  a. Pengertian sinentron

  b. Macam -macam sinetron

  B. Televesi

  a. Pengertian Televisi

  b. Keunggulan Televisi

  c. Dampak Televisi

  d. Pesan yang harus disampaikan

  C. Intensitas

  a. Pengertian intensitas

  b. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas

  D. Perilaku menyimpang

  a. Pengertian perilaku menyimpang I

  13

  b. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang

  c. Faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang

  E. Pengaruh intensitas menonton sinetron terhadap perilaku menyimpang

BAB ID. LAPORAN HASIL PENENITIAN A. Data Tentang Situasi Umum Sekolah SMP 2 Getasan

  1. Luas dan letak srategis

  2. Jumlah siswa dan keadaan siswa

  3. Keadaan sosial kemasyarakatan

  4. Keadaan sarana

  5. Keadaan sosial pendidikan

  B. Daftar Hasil Angket

BAB IV. ANALISA DATA A. Analisa data B. Interprestasi hasil penelitian BAB V. PENUTUP

BAB II A. Sinetron

LANDASAN TEORI

  1. Pengertian Sinetron Sinetron adalah akronim dari sinema elektronik. Sinetron sebenarnya adalah sandiwara bersambung yang disiarkan ditelevisi 1 Sinetron merupakan cerita tentang kehidupan manusia dalam sehari- hari yang bercorak dengan masalah. Seperti drama atau sandiwara, yang diawali dengan perkenalan tokoh. Tokoh ini memiliki karakter khas masing- masing. Dengan karakter yang berbeda akan menimbulkan konflik yang awalnya masalah kecil akan menjadi besai. Sehingga pada akhrimya pada titik klimaks. Dalam sinetron diakhiri bahagia atau sedih tergantung pada sutradaranya. 2. . Macam-macam Sinetron

  Sinetron dibuat banyak episode yang bertujuan untuk semata-mata kompersial sehingga menurunkan kualitas cerita. Pada akhimya sinetron yang di tayangkan tidak mendidik tetapi sinetron hanya bersifat menghibur. Banyak sinetron di Indonesia yang bersifat kehidupan remaja dengan percintaan, keluarga yang banyak konflik dan pada saat ini yang di gemari film yang berbau ghoib.

  Tidak semua sinetron di Indonesia itu bemutu rendah ada juga yang mengedepankan unsur budaya dan pendidikan yang sangat digemari.

  Contohnya dalam sinetron Bajai Bajuri yang menceritakan kehidupan

  15

  sekelompok masyarakat kecil yang tinggal di Jakarta, Si Doel Anak Sekolahan yang menceritakan kehidupan masyarakat Betawi di Jakarta pada

  Post “Keluarga Cemara” yang menceritakan keluarga sederhana dan masih banyak lagi2 Dalam sinetron banyak jumlah sinetron yang berkualitas jika di banding dengan sinetron yang ditayangkan hanya mengandalkan face sang pemain yang menpunyai semboyan kejar tayang atau rambu-rambu penonton.

  Berbagai tayangan televisi itu adalah ciptaan manusia, yang berawal dari kebiasaan dan perkembangan yang lanjut akan melakukan yang mencerminkan sikap hidup. Tata perlakuan yang relatif kuat. Televisi merupakan komunikasi masa kini, yang berperan sebagai bentuk mengedepankan budaya dalam masyarakat Indonesia. Televisi adalah media komunikasi yang mempunyai kelebihan di banding dengan media masa lain.

  Dengan kelebihan ini memiliki kesempatan yang besar untuk menjatuhkan dan meruntuhkan budaya bangsa.

  Dari karakteristik yang dilayangkan, maka sinetron dapat memberikan peran sebagai hiburan, pendidikan dan memajukan kebudayaan.

  Kekhawatiran dalam menonton sinetron adalah yang ada sekarang melupakan dimana menayangkan sinetron. Dalam peranan apa yang

  16

  ditayangkan dari progam tersebut. Sebagai target dan penanggung jawaban mereka terhadap moral yang sudah biasa batas baik dan buruknya.

  • Dapat diambil contoh, adalah satu sinetron yang mengangkat tema

  Anak Sekolah dari SD sampai SMA. Dilihat dari sudut pandang tertentu film ini baik karena mengangkat sekolah sebagai latar ceritanya. Namun bila dilihat dari sudut cerita, maka sangat di sayangkan, dapat dikatakan isinya tidak mendidik dan unsur edukatif yang ditayangkan terasa minim. Pada usia 6-12 tahun mereka memiliki karakter yang masih suka bermain, bergaul dengan teman sebaya suka mengembangkan peran sosial dan juga dalam tahap mengembangkan sikap sehat mengenai diri sendiri. Dalam perkembangan operasional kongkrit, yang berarti lebih dapat dimengerti dalam suatu sifat. Oleh karena itu mereka lebih suka menonton televisi dari pada mendengarkan radio.

  Dalam faktanya jika disesuaikan dengan cerita isi sinetron Indonesia sebagian besar mengangkat masalah remaja. Maka akan terdapat kesenjangan yang sangat besar antara apa yang sedang mereka cari. Mereka mendapatkan pendidikan melalui naluri ilmiah mereka sebagai individu yang mandiri. Misalnya konflik-konflik yang tidak jelas baik antara anak dengan yang lain maupun konflik yang ada diantara para guru.

  Hal ini akan menjadi masalah sosial karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak (bukan kepentingan pemilik modal) untuk menyelesaikan masalah sosial dapat diperlukan perubahan yang dilakukan bersama-sama, maka tidak ada salahnya jika menjalankan pergerakan baru

  17

  untuk siapapun yang ingin menyelamatkan buah walaupun akarnya belum kuat mengengam tanah. Apalagi buah itu bukan anak-anak, adik-adik atau saudara-saudara kita yang belum matang untuk menemukan jatidiri mereka.

  B. Televisi

  1. Pengertian Televisi Definisi Televisi dalam kamus bahasa Indonesia adalah pertunjukan gambar hidup dengan jarak jauh.3 Televisi merupakan tanyangan atau hiburan yang menampilkan dari

  .program anak sampai orang dewasa. Televisi masih terlihat kurang sesuai dalam tayangan remaja bagaimana sebenarnya pihak televisi menayangkan acara yang layak untuk remajaY? Dalam suatu televisi banyak sedikitnya akan menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam tayangan tidak memperhatikan tentang pendidikan dan estitika. Sedangkan remaja sering meniru, maka seorang remaja melakukan perilaku menyimpang.

  2. Keunggulan Televisi Dengan bermacam-macam cara untuk menarik minat penonton, maka dari pihak produser juga berusaha agar film yang menjadi tontonan dibuat penasaran. Film tersebut hanya mengandalkan kejar tayang saja. Dalam hal tersebut apa yang mereka berikan pesan-pesan yang baik dan dapat di tiru oleh anak-anak, sebab bagaimanapun juga hal ini akan diterima oleh anak baik yang negatif maupun yang positif, hal ini yang harus diperhatikan dengan mudah sinetron dapat dikonsumsi anak-anak.dari pihak

3 Sudaryanto, Drs . Kcimus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta .1993 Him. 387

  18

  pembuat filmpun juga dituntut untuk membuat film yang bermutu jangan

  v

  hanya karena tujuan komersil sehingga kualitasnya menurun. Sinetron dapat menyajikan yang bersifat hiburan.

  3. Dampak yang ditimbulkan Televisi Menurut Gunarto, Kepala kajian anak dan Media, Yayasan

  Kesejahteraan (YKAI) ada beberapa aspek yang ada kaitannya dengan penilai sinetron yang dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif.

  Salah satunya yaitu aspek nimoritas. misalnya, yang menyangkut nilai buruk, benar dan salah.4 Dari aspek inilah tidak kelihatan, tapi menjadi aspek yang penting perilaku tertentu yang di masyarakat di anggap salah, di sinetron ditampilkan begitu saja tanpa ada perilaku salah

  Dalam aspek ini memang tidak kelihatan seperti aspek kekerasan, akan tetapi akan menjadi aspek yang penting. Perilaku tertentu yang dianggap masyarakat di anggap salah. Sinetron yang di tampilkan begitu saja tanpa penekanan perilaku yang salah.

  4 Pesan yang harus disampaikan Kadang-kadang orang ingin cara dan metode >ang berbeda-beda contohnya sinetron yang mengesahkakan tentang keprawanan. (Virgin ketika di tanyakan keprawanannya). film yang mengangkat tentang keperawanan, dalam kaidah estitika modem yang mempunyai kasenian yang memiliki motif yang kuat.

  19

  Film virgin ini kurang menghargai akal sehat, yang tidak memiliki motivasi yang kuat terhadap konflik seksual. Disebuah pelajaran hendaknya menghargai dan menghormati pembuat film.

  Jadi dalam mencapai yang dimaksud mulia tetapi dalam tata.cara kurang baik. Apakah dalam film tersebut remaja supaya mempertahankan keprawanan atau melecehkan keprawanan. Film di kemas yang bagus dan

  • mudah di pahami pesan yang di sampaikan pada masayarakat banyak.

  Menurut Very, pakar komunikasi lain. DE Flour juga menernagakan pendapat tentang karakteristik khayalak. 'mendai message cointian stimulus antribulus the haver diferential interation with personal characteriesties o f number o f audience (and therefor 0 there will variation in affect with coorpond to such individual diffences “5

C. Intensitas

  1. Pengertian Intensitas Intensitas menuiut kamus besar bahasa Indonesia artinya tingkatan atau ukuran.6 Intensitas merupakan alat yang mengukur atau tingkatan untuk mengetahui sejauh mana tentang keterkiatanya menonton televisi dengan perilaku menyimpang pada remaja .

  Dalam intensitas menonton sinetron tingkatan atau ukuran penyimpangan perilaku yang menyimpang anrtara lain: sinetron memakai pakaian yang tidak sopan, merorok, berkelahi, berkata kasar dan memalak.

  5 Darwanto sastro Subroto,Produksi Acara Televisi, Duta Wacana Universitas Press, Jakarta .yogyakarta ,1994 Him 25

6 Departemen Pendidikan N asional, K am us Besar Bahasa Indonesia , Balai pustaka ,

  1

  20

  2. Faktor faktor yang mempengaruhi Intensitas.

  Dalam kehidupan remaja agar dapat mengurangi menonton televisi. Hal ini akan mempengaruhi pola hidup anak. Faktor-faktornya adalah:

  1. Berpengaruh terhadap perkembangan otak Perkembangan otak pada usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca verbal maupun pemahaman, juga menghambat kemampuan anak dalam mengekpresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresif dan kekerasan dalam usia 5- 10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan 7

  Jadi, Televisi sangat berpengaruh dalam perkembangan pada rpasa- masa itu. Dengan demikian akan mengganggu pola flkir dan emajinasi dalam kehidupannya. .Karena belum mampu untuk mang filter antara realita dengan khayalan, dengan demikian remaja akan mengikuti pemeran atau aktor tersebut.

  2. Berpengaruh terhadap sikap Anak yang banyak mononton televivi namum dalam belum memiliki daya kristis yang tinggi. Besar kemungkinannya terpengaruh oleh apa yang di tampilkan di televisi .Mereka bisa berpikir bahwa semua orang dalam kelompok teriertentu mempunyai sifat yang sama

  21

  dengan orang yang ada di televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap dan dapat terbawa hingga mereka dewasa K Di lam menonton televisi remaja belum bisa mengkritisi dalam sebuah film. Seringnya menonton film akan mempengaruhi pola fikir anak, pengaruh dalam menonton televisi akan berdampak setelah dewasa. Sinetron menampilkan yang kurang dalam memberi kasan yang baik, misalnya remaja yang menonton televisi yang berbau pacaran dan ciuman , dan mereka akan meniru apa yang di tonton di televisi hingga dewasa

  3. Mengurangi semangat belajar Bahasa televisi simpel memikat dan membuat orang ketagihan sehingga anak menjadi malas belajar . * 9 * Dengan adanya televisi tidak mampu mengatur waktu dengan baik, akan berpengaruh dalam kehidupan anak. Misalnya ketika ada film yang disukai, maka ada PR dari sekolah di tunda sampai acara yang di suka selesai. Bahkan ada yang di kerjakan di sekolahan.

  4. Membentuk pola fakir sederhana Terlalu tonton telesisi tidak dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan pola fikirnya sederhana kurang kritis, liniaer searah dan pada akhirnya imajinasinya, intelektual, reatifitas dan pengetahuan '°.

  s Ibid,diakses tanggal 16 Mei 2008

9 Ibid,diakses tanggal 16 Mei 2008

  '° Ibid, Diakses tangga/ 16 Mei 2008

  22

  Siswa yang sering menonton televisi akan mengurangi belajar anak hingga tidak bisa mengatur waktu pada akhirnya anak akan mengimajinasiakan apa yang dilihat dan akan merusak kreatifitas anak .

D. Perilaku Menyimpang

  1. Pengertian perilaku menyimpang Pengertian perilaku menyimpang masih sulit dilakukan, masalahnya adalah terhadap persoalan apa? sebagai contoh anak pulang larut malam, merokok bisa dikatakan menyimpang lerhadap peraturan orang tua dan karena itu, dinamakan kenakalan 11

  Tetapi jika penyimpangan terhadap tata krama masyarakat, seperti mengangkat kaki dihadapan orang yang lebih tinggi derajatnya (dikalangan suku jawa dan sunda) bisa digolongkan yang didalam hal ini dinamakan kekurangajaran1

  1

  12 Salah satu pengertian penyimpangan perilaku remaja dalam kenakalan anak dilakukan oleh: M Gold J petronio (weiner,1980 him 497) yaitu sebagai berikut: kenakalan adalah tindakan oleh sese orang yang belum dewasa yang disengaja melanggar hukum dan yang perlu diketahui oleh anak itu sendiri bahwa perbuatan itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.13

  Dengan adanya pengertian faktor yang diatas yang paling penting adalah unsur yang pelanggaran hukum yang disengaja seila kesadaran anak itu sendiri tentang apa yang menjadi konsekuensinya. Sedangkan pengertian

  11 Sarlito Wirawan , Psikolgi Remaja . PT raja Grafindo , persada , Jakarta 1997, Him 197 n Ibid, Him 196

  13 Ibid,Him. 196

  23

  merokok bukan salah satu kenakalan selama tidak ada undang undang yang melarang bahwa anak di bawah umur tidak boleh merokok.

  Dengan pengertian ini, pengertian kenakalan remaja menjadi terbatas. Padahal kelakuan-kelakuan yang menyimpang dari peratuan orang tua, peraturan sekolah, atau norma masyarakat. Hal ini hukum juga bisa membawa remaja kenakalan lebih serius atau kejahatan yang melanggar hukum pada masa dewasa.

  Perilaku menyimpang merupakan semua tingkah laku yang telah menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah, peraturan rumah dan lain-lain), tetapi jika sudah mengarah pada hukum pidana itu disebut kenakalan.14

  2. Bentuk -bentuk perilaku menyimpang Banyaknya kasus yang terjadi di sekolah maupun dalam sekolah seperti, merokok, baju tidak di masukkan, memalak, bersikap seenaknya berkelahi,.dengan demikian karena banyaknya tayangan sinetron. Secara tidak langsung menampilkan adegan tersebut. Contohnya siswa sering merokok di sekolah baik secara sembunyi sembunyi atau merokok dengan secara terang terangan.dan banyak perilaku menyimpang yang kadang membuat warga risi, resah, cemas dan takut. Apalagi anak sekolah sudah mengenal yang namanya bermain judi, mabuk-mabukan dan napza.

  Walaupun siswa yang terlibat kecil namun hal itu sangat mambahayakan

14 Ibid,Him 179

  24

  bagi siswa dan akan membayakan lingkungan yang ada disekitar. Kadang dengan masalah ringan seperti mengejek, berkata kasar dan memalak Firman Allah yang dalam surat al maidah :

  90 J \y~*K b

  Cr? i , J » ■" " * v

  13 U >! j i o j l t t ' s' f t t d^~lx>-Ls ^yJa«xuJl

  Artinya:Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.15

  3. Faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang Para ahli yang mengkaji masalah sepakat bahwa setiap masalah bahwa setiap pada kasus yang kasus kan di sebab kan oleh yang lain. 16

  Dengan adanya penyebab suatu kasus yang selalu tidak sama dengan kasus yang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :

  1. Kondisi psikologi Ketika pada usia sekolah SMP sampai SMA merupakan masa- masa yang rawan mereka masih labil dan rawan dalam masalah. Pada masa ini sering di gambarkan sebagai Srom dan drong period (topan dan

15 Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Q ur’ an dan terjemahnya ,Cv Asy- syifa’ 1995 Him 176 .

  16 ___ / edu/ apakahar /1999/04/0199 diakses tanggal 16 Kfei 2008

  26

  b. Faktcr psikoedukatif yaitu ketertiban dan kelancaran proses belajar dalam sekolah c. Faktor efektifitas interaksi edukatif di sekolah.

  4. Lingkungan masyarakat Dalam kebudayaan kekerasan yang berkembang dalam masyarakat saat ini punya andil yang besar baik media cetak atau elektronik. Misalnya, aksi kekerasan yang terjadi dalam berita yang

  v

  ditampilkan dan dari situlah para siswa secara tidak langsung telah melakukan proses belajar meniru.

  5 . Tindakan kurang antisiatif dari aparat keamanan Daiam hal ini aparat penegak keamanan kurang memiliki suatu kewibawaan dan konsistensi untuk menindak para pelaku. Ada keraguan apakah para pelaku tawuran bisa dikategorikan tindakan kriminal atau kenakalan dalam tingkat biasa. Ada pendapat dari Philip Graham yang lebih mendasar teorinya dalam pengamatan empiris dari sudut kesehatan dan mental anak remaja18

  Menurut Graham terdapat beberapa faktor penyebab kelainan perilaku dalam dua golongan.

  1. lingkungan

  a. Malnutrisi (kekurangan Gizi)

  b. Kemiskinan dikota besar

  IK Ibid, diakses tanggal 16 Mei 2008

  27

  c. Gangguan lingkungan (kecelakaan lalu lintas, polusi, bencana alam dll) d. Migrasi (urbabnisasi, pengungsian karena perang dll) e. Faktor Sekolah kesalahan mendidik faktor kurikulum dll.

  f. Keluarga bercerai (perceraian perpisahan vanr terlalu lama dll g. Gangguan dalam pengasuhan keluarga.

  1. Kematian orang tua

  2. Orang tua sakit atau cacat berat,

  3. Hubungan antar anggota keluarga tidak harmonis

  4. Orang tua sakit jiwa

  5. Kesulitan dalam mengasuh karena penganguran, temapt tinggal yang tidak memenuhi syarat dll

  2. Pribadi

  a. Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi marah, hiperaktif dll) b. Cacat tubuh c. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri.

E. Pengaruh Intensitas Menonton Sinetron Terhadap Perilaku Menyimpang

  Pada jaman sekarang ini stasiun televisi menayangkan sinetron sangat menjamur tanpa menngenal usia . Sinentron sering dilihat oleh anak kecil yang belum bisa membedakan baik dan buruknya. Efek dari sinetron yang di timbulkan kurangnya konsentrasi pada pelajaran. Sehingga menagalami perkembangan mulai dari cara berpikir dan berperilaku .

  28

  Dengan seringnya melihat sinetron akan membawa dampak yang baik atau yang jelek. Karena dalam penayangan televisi anak pada usia remaja masih dalam keadaan yang labil. Sebagian anak remaja apa yang dilihat dan didengar anak ditiru. Misalnya ketika seorang remaja melihat aktris / aktornya memakai pakaian sexy maka akan meniru gaya mereka, jika tidak mengikuti mode tersebut maka seorang remaja ketinggalan jaman .

  2

  16

  19

  40

  30

  10 - -

  4 VII D

  23

  39 39 -

  3 VII C

  5 VII E

  18

  22

  40

  40

  99 103 202 179

  21 -

  21

  2

  I BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A . Data Tentang Situasi Umum Sekolah SMP Getasan

  Budha L P

  1. Profil SMP 2 Getasan terletak di perbatasan Kota Salatiga, yang beralamatkan di Dusun Setugur, Desa Jetak Kecamatan Getasan Kab.

  Semarang Jawa Tengah Dilihat dari segi letak geografis, SMP 2 Getasan letak dan daerahnya kurang strategis karena berada di tengah-tengah desa, dengan begitu dapat di jangkau dengan naik angkutan nomoi 16 dan angkutan jurusan Kembangsari Kopeng, karena disite ada tempat penting seperti: Pasar Kembang dan Pasar kaget yang diadakan lima had sekali.

  2. Keadaan Jumlah Siswa

  a. Data siswa berdasarkan Tahun ajaran 2007/2008 Tabe . I. Data Siswa berdasarkan tahun ajaran 2007 / 20() 8

  No Kelas Jumlah siswa

  Jumlah Total

  Islam Kristen Katholik

  1 VII A

  42 40 - -

  16

  25

  41

  30 11 - -

  2 VIIB

  21

  21

  • -
  • -
  • umlah

  • umlah
    • 2
      • umlah

  4 IX D

  27 14 - -

  2 IX B

  22

  18

  4 38 -

  3 IX C

  17

  23

  40

  30 9 -

  1

  19

  21

  18

  37 37 - - -

  5 IX E

  19

  18

  37 37 -

  96 98 195 169 23 -

  3

  b. Tamatan (3 tahun terakhir) Tabel. II. Data Tamatan tiga tahun terakhir

  Tahun Lulusan Rata- Rata

  Pelajaran Jumlah Target

  Hasil Target 2005/2006 155 172 6,49

  41

  20

  30

  13

  1 VIII A

  20

  17

  37

  18 18 -

  1

  2 VIII B

  20

  15

  35 29 - -

  6

  3 VIII C

  26

  1 IX A

  39

  27 12 -

  • - 4

  VIII D

  23

  14

  37 37 - - -

  5 VIIIE

  20

  15

  35 35 -

  96 87 183 149 30 -

  7

  7.00 2007/2007 138 163 6,31 7,00 2007/2008 145 195 5,83 7,00

  31

  c. Angka yang mengulang ( 3 Tahun terakhir) Tabel. III. Angka yang mengulang (tiga tahun terakhir)

  Tahun Kelas I Tarjet Kelas 11 Target

  Pelajaran (orang) sekolah (oranng) Sekolah

  (orang) (orang) - 2005/2006 - - - - -

  2006/2007

  • - -

  2007/2008

  2

  4

  d. Kondisi Siswa (3 tahun Terakhir ) Tabel. IV. Konc isi siswa (tiga tahun terakhir)

  Tahun Jumlah Rasio siswa yang diterima dan

  Pelajaran Pendaftaraan

  2005/2006 185 185 dan 185 2006/2007

  196 196 dan 196 2007/2008 205 205 dar. 205

  3. Kondisi Guru dan Karyawan

  a. Kondisi Guru Tabel. V. Kondisi Guru

  Ijazah tertinggi Kondisi Guru GT GTT

  S2/S3

  1 - SI

  18

  1 - D3

  3 - D2/D1/ SLTA

  1 JUMLAH

  23

  1

  32

  b. Kondisi Tenaga Administasi Tabel. VI. Kondisi Tenaga Kerja

  Ijasah Tertinggi

  • PT PTT

  S3/S2

  • SI

  1 D3

  • D2/D1/SLTA/ SMP

  3

  2 JUMLAH

  3

  3

  4. Kondisi sarana Prasarana Tabel. VII. Kondisi Sarana dan prasarana

  NO Ruang Jumlah Luas M' -

  1

  • Lahan a Lahan terbangun

  36 11660 b

  • - Lahan terbuka 11440 c Lahan Praktek

  2

  80

  2

  • a Ruang
    • - a Teori pendidikan

      15 b Runag lab IPA

      40

      1 c Ruang computer

      1