KONSEP JILBAB DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN (NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL AHZAB AYAT 33 DAN 59, AL A’RAF AYAT 26 DAN 31, DAN AN NUR AYAT 31) SKRIPSI

  KONSEP JILBAB DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN

(NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG

DALAM SURAT AL AHZAB AYAT 33 DAN 59,

  

AL A’RAF AYAT 26 DAN 31,

DAN AN NUR AYAT 31)

SKRIPSI

  

DiajukanuntukMemperolehGelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH

RIZQI ABIDAH MUTIK

  

NIM: 111 11 189

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

2016

  MOTTO  Sesungguhnya dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita sholihah (HR. Muslim).  Jika rambut adalah mahkota wanita, maka jilbab adalah intan berlian yang menghiasinya.

  

PERSEMBAHAN

Skripsiinik upersembahkanuntuk…….

  Kedua orang tuaku BapakMas’udidanIbu Sri Khusniati

  Yang menjadipahlawandanmalaikatku

  

Terimakasihuntukuntaiando’a yang selalutercurahkan,

segalapengorbanan yang sungguhberbalassurga, sertanasehat-nasehat

yang mengantarkanpadaJannah-Nya …

  Sungguhjasamutakkanpernahbisakubalas ….

  Adik-adikku LuthfiZulfaHudayadanCholidaLailaPurnamawati

Yang telahmemberikusemangatuntukterusmelangkah….

  Teman-teman IAIN Salatigaangkatan 2011, terutamakepadakelas PAI E

  

Terimakasihtelahmenjadialasanuntukkuselalutersenyum,

banyakpelajaranberhargayang kudapatdari kalian,

terimakasihuntuksegal akeceriaandankebersamaannyaselamaini….

  

Bertemu kalian adalahsalahsatutakdir Allah yang akusyukuri….

KATA PENGANTAR

  Puji syukur alhamdulillah, kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW., sehingga penyusunan skripsi yang berjudul KONSEP JILBAB DALAM PERSPEKTIF AL- QUR’AN(NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL AHZAB AYAT 33 DAN 59, AL A’RAF AYAT 26 DAN 31, DAN AN NUR AYAT 31) di IAIN Salatiga dapat terselesaikan.

  Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun spiritual. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dan dengan diiringi doasemoga amal baik yang telah di berikan,mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT.

  Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. H. RahmatHaryadi, M.PdselakuRektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selakuKetuaJurusanPendidikan Agama Islam.

  3. Bapak Drs. TaufiqulMu’in, M.AgselakuDosenPembimbingAkademik.

  4. Ibu Tri WahyuHidayati, M.Agselaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

  5. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

  6. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesainya penelitian ini.

  Karena keterbatasan penulis yang hanya menggunakan buku-buku tafsir berbahasa Indonesia, penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih banyak kekurangannyadan penulis berharap saran dan masukan dari para pembaca demi kebaikan penelitian ini.

  Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan.

  Salatiga,12 Februari 2016 Penulis

  

ABSTRAK

  Mutik, Rizqi Abidah. 2016. Konsep Jilbab Dalam Perspektif Al-

  Qur’an (Nilai- Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Surat Al Ahzab Ayat 33 dan 59, Al A’raf Ayat 26 dan 31, dan An Nur Ayat 31) Dosen Pembimbing: Tri

  Wahyu Hidayati, M.Ag

  Kata kunci: Jilbab Perspektif Al-

  Qur’an Penelitian ini bertujuan untuk menyikapi tren model-model jilbab yang semakin banyak variasinya sehingga para muslimah dapat memilih model jilbab mana yang sesuai dengan syari’at Islam. Sehubungan dengan itu, maka harus diketahui model jilbab yang seperti apa yang sesuai dengan syari’at Islam. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah konsep jilbab dalam al-

  Qur’an? (2) Bagaimanakah penerapan konsep jilbab dalam kehidupan masa kini? (3) Apa sajakah nilai-nilai pendidikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 33 dan 59, QS.An-Nur ayat 31, dan QS.Al- A’raf ayat 26 dan 31?

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan dan untuk pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah sumber primer yakni al- Qur’an, kemudian sumber sekunder yaitu tafsir-tasir, kemudian ditambah lagi buku-buku penunjang yang membahas tentang konsep jilbab, sebagai rujukan pemahaman penulis terhadap ayat yang sedang dikaji.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep jilbab yang sesuai dengan al- Qur’an antara lain mempunyai syarat: 1) Berjilbab harus menutupi seluruh tubuh kecuali bagian tertentu, 2) Berjilbab tidak diniatkan sebagai perhiasan, 3) Jilbab harus terbuat dari kain yang tebal, 4) Jilbab harus longgar, 5) Tidak diberi wangi- wangian atau parfum, 6) Tidak menyerupai pakaian laki-laki, 7) Bukan pakaian untuk mencari popularitas. Namun pada masa sekarang ini, banyak wanita-wanita muslimah yang tidak memperhatikan cara berjilbab mereka. Kebanyakan dari mereka berkerudung hanya karena mengikuti trend yang sedang menjamur dikalangan remaja sehingga masih terdapat banyak kesalahan, yaitu antara lain memakai kerudung namun tidak menutupi dada, memakai rok yang kurang panjang, memakai pakaian yang ketat, memakai make up yang berlebihan, tidak mengenakan kaus kaki, memakai baju yang menampakkan setengah lengannya, memakai rok dengan belahan tinggi, serta mengenakan kerudung yang sangat tipis. Dengan demikian menunjukkan bahwa pemahaman akan menutup aurat secara syar’I masih sangat minim. Padahal sebenarnya terdapat nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat tentang jilbab tersebut, yaitu akan lebih dihormati oleh orang lain dimanapun berada karena berpakaian yang sopan menutup aurat secara sempurna, sehingga akan terhindar dari pelecehan.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN LOGO ......................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1 A. LatarBelakangMasalah .................................................. 1 B. RumusanMasalah ........................................................... 7 C. TujuanPenelitian ............................................................ 7 D. ManfaatPenelitian .......................................................... 8 E. MetodePenelitian ........................................................... 8 F. PenegasanIstilah ............................................................. 10 G. SistematikaPenulisan ..................................................... 11

  BAB II LANDASAN TEORI ........................................................... 13 A. KerangkaTeoritikTafsirMaudhu’I ................................. 13 B. PengertianAsbabunNuzul .............................................. 15 C. PengertianMunasabah .................................................... 16 D. GarisBesarAturanJilbabdalam Islam ............................. 16 1. TujuanBerpakaian .................................................... 16 2. ManfaatdanKeuntunganMemakaiJilbab .................. 24 E. JilbabKaitannyaDenganPendidikan ............................... 25 BAB III KOMPILASI AYAT-AYAT TENTANG JILBAB ............. 31 A. Surat Al-AhzabAyat 33 ................................................. 31 1. Surat Al-AhzabAyat 33 ........................................... 31 2. Kandungan Isi Surat Al-AhzabAyat 33 ................... 34 3. AsbabunNuzul ......................................................... 35 4. Munasabah ............................................................... 35 B. SuratAl-AhzabAyat 59 .................................................. 38

  1 Surat Al-AhzabAyat 59 ........................................... 38

  2 Kandungan Isi Surat Al-AhzabAyat 59 ................... 42

  3 AsbabunNuzul ......................................................... 44

  4 Munasabah ............................................................... 44 C. Surat An-NurAyat 31 ..................................................... 45 1.

  Surat An-NurAyat 31 ............................................... 45 2. Kandungan Isi Surat An-NurAyat 31 ...................... 55

  3. Munasabah ............................................................... 57 D. Surat Al-A’rafAyat 26 ................................................... 58 1.

  Surat Al-A’rafAyat 26 ............................................. 58 2. Kandungan Isi Surat Al-A’rafAyat 26 ..................... 62 3. Munasabah ............................................................... 62 E. Surat Al-A’rafAyat 31 ................................................... 63 1.

  Surat Al-A’rafAyat 31 ............................................. 63 2. Kandungan Isi Surat Al-A’rafAyat 31 ..................... 65 3. AsbabunNuzul ......................................................... 66 4. Munasabah ............................................................... 67

  BAB IV PEMBAHASAN .................................................................. 69 A. KonsepJilbabDalam Al-Qur’an ..................................... 69 B. PenerapanKonsepJilbabDalam Al- Qur’an DalamKehidupanMasaKini ........................................... 79 C. Nilai-nilaiPendidikanDalamQS. Al-Ahzabayat 33 dan 59, QS. An-Nurayat 31, dan QS. Al- A’rafayat 26 dan 31 ... 89 1. NilaiPendidikanDalam QS. Al-AhzabAyat 33 ........ 89 2. NilaiPendidikanDalam QS. Al-AhzabAyat 59 ........ 90 3. NilaiPendidikanDalam QS. An-NurAyat 31 ........... 90 4. NilaiPendidikanDalam QS. Al-A’rafAyat 26 .......... 92 5. NilaiPendidikanDalam QS. Al-A’rafAyat 31 .......... 92 BAB V PENUTUP ........................................................................... 94

  A.

  Kesimpulan .................................................................... 94 B. Saran .............................................................................. 95

  DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama terdiri dari serangkaian perintah Tuhan tentang perbuatan

  dan akhlak, yang dibawa oleh para Rasul untuk menjadi pedoman bagi umat manusia. Mengimani hal ini dan melaksanakan ajaran-ajaran tersebut akan membawa kepada keberuntungan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Orang yang beruntung adalah orang yang mempunyai tujuan yang baik dalam hidupnya, yang tidak tersesat ke jalan yang keliru, yang memiliki akhlak yang baik dan terpuji, dan mengerjakan perbuatan yang baik. Meskipun hidup di tengah hiruk-pikuknya dunia, orang seperti ini hatinya akan selalu tenang, kuat, dan penuh kepastian. Agama Islam adalah agama wahyu yang terakhir dan karena itu ia merupakan yang paling lengkap (Thabathaba’i, 1996: 23).

  Islam adalah agama fitrah, atau agama yang sesuai dengan fitrah penciptaan manusia. Allah sendiri yang menyatakan hal ini dalam firman- Nya,

  

             

          



  

Artinya: “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam);

(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut

(fitrah) itu. tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang

lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Rum: 30)

  Fitrah adalah roh atau nurani manusia. Fitrah ini telah ada jauh sebelum manusia lahir ke dunia ini, yakni sejak zaman azali. Fitrah manusia yaitu bertauhid. Islam, dalam hal ini, adalah agama yang senantiasa selaras dengan fitrah itu sendiri, sebagaimana di singgung dalam firman Allah di atas. Memang tidak dapat dipungkiri, sesungguhnya tujuan penciptaan manusia adalah untuk menghamba kepada-Nya (Albarobis, 2007: 9). Bukan hanya manusia saja yang diperintahkan untuk menyembah Allah, melainkan semua makhluk yang Dia ciptakan. Seperti jin, malaikat, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati lainnya, semuanya bertasbih menyembah Allah.

  Agama Islam mengajarkan kepada kita untuk selalu berakhlak baik, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Oleh karena itu dalam setiap agama tentu terdapat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap manusia yang memeluk agama tersebut. Tidak terkecuali agama Islam juga mempunyai aturan-aturan yang membimbing manusia untuk menjalani hidup agar selamat dunia dan akhirat. Banyak sekali aturan-aturan yang tertuang dalam Islam yang setiap detilnya membahas berbagai macam masalah dalam kehidupan manusia. Salah satu aturan tersebut adalah tentang berpakaian dan menutup aurat. Sebagaimana telah diterangkan dalam al-

  Qur’an surat Al-A’raf ayat 26 yang berbunyi:

  

          

          

Artinya: “Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan

kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk

perhiasan dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik. Yang demikian itu

adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan

mereka selalu ingat.”

  Ayat di atas menunjukkan bahwa fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat bagi kaum muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

  Adapun pengertian aurat sendiri adalah bagian tubuh manusia yang tidak boleh terlihat. Aurat laki-laki yaitu antara pusar sampai dengan lutut.

  Sedangkan aurat seorang perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Jadi, seorang wanita harus menutup auratnya ketika ia keluar dari rumahnya atau ketika dilihat oleh orang lain yang bukan mahramnya (Badriyah, 2014: 6). Islam tidak menetapkan jenis pakaian tertentu baik untuk laki-laki maupun perempuan yang kemudian disebutnya “pakaian Islam”. Mereka boleh mengenakan pakaian jenis apapun yang mereka suka selama tidak ada teks agama yang mengharamkannya. Syari’at menghargai keragaman lingkungan, suasana, tradisi, dan adat-istiadat, termasuk di dalamnya kebiasaan berpakaian bagi lelaki atau perempuan pada masyarakat tertentu. Sebab, pakaian yang cocok untuk daerah panas terkadang tidak cocok untuk daerah dingin; pakaian yang bagi suatu masyarakat menjadi simbol sebuah kemajuan terkadang bagi masyarakat yang lain tidak demikian; dan begitu seterusnya. Untuk itu, maka menutup tubuh selain muka dan telapak tangan bagi perempuan di depan laki-laki lain tidak menyalahi perintah Islam dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan jenis pakaian (Baltaji, 2007: 515).

  Perintah Allah mengenai jilbab yang terkandung di dalam al- Qur’an selalu diawali dengan kata-kata wanita yang beriman, menunjukkan betapa asasinya kedudukan jilbab bagi wanita-wanita Mukminah (Shahab, 2013: 2).

  Sebagai umat pilihan, maka Islam juga membedakan umatnya dengan umat ataupun kaum lainnya, salah satunya yaitu berbeda dalam hal busana kaum hawa. Jika dalam umat lain perempuan tidak diwajibkan mengenakan jilbab, maka dalam Islam mewajibkan bagi kaum perempuan untuk berjilbab. Dan ini jelas akan membedakan antara umat Islam dengan umat agama lainnya (Hadi, 2006: 73). Selain itu, jilbab juga bisa menjadi “alat” pengaman bagi pemakainya. Jika seorang perempuan mengenakan jilbab dengan baik dan benar, tentu godaan yang datang padanya pun tidak sebanyak godaan yang menimpa perempuan lain yang tidak berjilbab. Karena dengan berjilbab, aurat perempuan bisa terlindungi. Jika aurat perempuan terbuka, maka akan mengundang laki-laki yang melihatnya untuk berpikiran kotor. Dengan mengenakan jilbab secara tidak langsung telah mengurangi godaan dan membuat jiwa merasa aman. Selain itu, memakai jilbab untuk kaum muslimah juga mengandung makna untuk memuliakan kaum perempuan. Dengan berjilbab secara tidak langsung harkat dan martabat perempuan akan dimuliakan (Hadi, 2006: 74).

  Jilbab juga sebagai pemisah dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita. Tanpa adanya pemisah ini, akan sukarlah mengendalikan luapan nafsu syahwat yang merupakan naluri yang sangat kuat dan dominan. Jiwa manusia ini betul-betul mudah goyah dan berubah. Sebagaimana manusia tidak pernah puas dengan harta dan kedudukan, demikian juga mereka tidak puas dengan kelezatan pemuasan hawa nafsu. Laki-laki tidak pernah puas memandang paras muka yang cantik dan molek. Wanita juga tidak pernah puas memamerkan kecantikannya untuk menarik perhatian laki- laki. Tak heran apabila pergaulan bebas dan penyelewengan seksual di Barat banyak melahirkan penderita-penderita penyakit jiwa (Shahab, 2013: 15).

  Dapat kita ketahui bahwa jilbab bukan hanya berfungsi sebagai penutup kepala atau rambut saja, melainkan juga menutupi leher dan dada.

  Jilbab yang dimaksud di sini adalah kain yang digunakan sebagai penutup aurat bagian atas perempuan, yang dalam al- Qur’an disebut dengan khimar atau kerudung, yang menjadi tudung kepala, bukan jilbab yang dimaknai pakaian secara keseluruhan. Sekarang ini telah banyak wanita yang memakai jilbab. Dapat dilihat mulai dari SMP, SMA, kuliah, hingga ibu- ibu, mereka banyak yang memilih untuk mulai memakai jilbab. Ada beberapa alasan mereka dari yang sebelumnya tidak berjilbab kemudian lebih memilih memakai jilbab, salah satunya adalah karena sekarang model-model jilbab semakin kreatif dari waktu ke waktu. Sehingga menimbulkan kesan bahwa berjilbab tidak selalu dianggap “kuper”, karena model jilbab yang bermacam- macam tersebut menimbulkan kesan “trend”. Hasilnya banyak anak-anak muda yang tertarik untuk mengenakan jilbab.

  Namun jilbab yang bermacam-macam model tersebut kebanyakan tidak sesuai dengan syariat Islam dan pakaian yang dipakai pun sangat ketat sehingga lekuk-lekuk tubuh masih terlihat. Sebagai contoh, yang pertama, seorang wanita muda yang mengenakan jilbab yang dililit ke leher yang menggunakan baju ketat dan celana ketat, sehingga lekuk tubuh sangat jelas terlihat, dan dadanya pun tidak ditutupi oleh jilbab. Yang kedua, siswa sekolah yang mengenakan jilbab paris transparan yang dililit keleher, sehingga dada tidak tertutup oleh jilbab dan lehernya pun tetap terlihat dikarenakan bahan dari jilbab tersebut yang transparan. Dari kedua contoh tersebut dapat kita ketahui bahwa cara mereka memakai jilbab sangatlah jauh dari yang di syariatkan oleh Islam (Al-Ghifari, 2004: 13). Jilbab yang demikian itu disebut juga dengan jilbab gaul. Jilbab gaul adalah bentuk ekspresi anak-anak muda yang menuntut kebebasan berpakaian. Sebagai seorang muslimah, mereka tidak mau ketinggalan zaman alias tidak mau disebut kuno, kampungan atau terbelakang.

  Sementara mode pakaian modern umumnya didominasi gaya Barat yang notabene Amerika dan Eropa dimana fashion diidentikkan dengan gaya hidup. Sementara itu Amerika dan Eropa dikenal dengan gaya berpakaian buka-bukaan sebagai cermin kebebasan itu sendiri atau mereka menganggapnya sebagai hak asasi manusia (HAM). Munculnya jilbab gaul ini adalah sebagai akibat masuknya budaya pakaian Barat terhadap generasi muda Islam (Al-Ghifari, 2004: 14).

  Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti lebih jauh bagaimana konsep jilbab dalam al- Qur’an kepada para pembaca melalui penyusunan skripsi yang berjudul KONSEP JILBAB DALAM

  PERSPEKTIF AL- QUR’AN (NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL AHZAB AY AT 33 DAN 59, AL A’RAF 26 DAN 31, DAN AN NUR AYAT 31). Judul ini dipilih karena untuk menyikapi

  tren model-model jilbab yang semakin banyak variasinya, sehingga para muslimah dapat memilih model jilbab mana yang sesuai syari’at Islam.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat terumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah konsep jilbab dalam al-Qur’an? 2.

  Bagaimanakah penerapan konsep jilbab dalam kehidupan masa kini? 3. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 33 dan

  59, QS. An-Nur ayat 31, dan QS. Al- A’raf ayat 26 dan 31? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui konsep jilbab dalam al-Qur’an.

  2. Untuk mengetahui penerapan konsep jilbab dalam kehidupan masa kini.

3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 33 dan 59, QS. An-Nur ayat 31, dan QS. Al- A’raf ayat 26 dan 31.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah memberi pengetahuan kepada semua muslim dan muslimah tentang konsep jilbab yang sesuai dengan syari’at Islam yang dapat dipahami kembali sehingga termotivasi untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari baik manfaat secara teoritis maupun praktis.

  1. Manfaat Teoretis Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan mengenai konsep jilbab yang sesuai dengan syari’at Islam.

  2. Manfaat Praktis Manfaat secara praktis dari penelitian ini untuk para muslimah adalah dapat memahami secara benar penafsiran yang ada dalam ayat- ayat al-

  Qur’an dalam kaitannya dengan konsep jilbab syar’I, sehingga dalam kehidupan sehari-hari dapat diterapkan dengan sebenar- benarnya.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian kepustakaan

  (Library Research ) atau “kualitatif literal”. Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan mencari dan mengumpulkan kepustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya penelitian kepustakaan membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan (Zed, 2004: 1). Dalam penelitian ini penulis harus mencari buku atau bahan bacaan untuk mencari naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli fiqih tentang konsep jilbab yang sesuai dengan syari’at Islam, kemudian dianalisa untuk mendapatkan tujuan penelitian.

  2. Metode Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah sumber primer yakni al-

  Qur’an, kemudian sumber sekunder yaitu tafsir-tasir, seperti misalnya tafsir Al-Mishbah dan tafsir Al-Maroghi. Kemudian ditambah lagi buku-buku penunjang yang membahas tentang konsep jilbab, seperti buku yang berjudul Yuk Sempurnakan Hijab!, Hijab Menurut Al-

  Qur’an dan Al-Sunnah, Jilbab Funky tapi Syar’I, sebagai rujukan pemahaman penulis terhadap ayat yang sedang dikaji.

  3. Metode Analisa data Metode analisa data yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode tafsir. Metode ini adalah metode dengan pendekatan penafsiran para ahli tafsir (mufassirin) terhadap makna yang terkandung dalam ayat- ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan konsep jilbab.

  Adapun metode tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir

  maudhu’i. Metode tafsir madhu’i ialah metode tafsir yang membahas ayat-ayat al- qur’an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan, dihimpun. Kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti asbabun nuzul, kosa kata dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik dari argumen itu berasal dari al- qur’an, hadis, maupun pemikiran rasional (Baidan, 2000: 151). Adapun langkah- langkah penerapan metode ini sebagaimana dijelaskan Farmawi antara lain, pertama, manghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan judul.

  Kedua, menelusuri latar belakang turun (asbabun nuzul) jika ada. Ketiga, meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang dipakai. Keempat, mengkaji pemahaman ayat-ayat itu dari pemahaman berbagai aliran dan pendapat para mufassir. Kelima, semua dikaji secara tuntas sesuai fakta-fakta yang ditemukan (Baidan, 2000: 153).

F. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul penelitian di atas, maka penulis akan menjelaskan arti istilah-istilah tersebut sebagai berikut: 1.

  Konsep Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.

  2. Jilbab Jilbab adalah baju kurung yang longgar, dilengkapi dengan kerudung yang menutupi kepala, sebagian muka, dan dada.

  3. Perspektif Perspektif dapat diartikan sebagai sudut pandang. Jika dilihat dalam konteks judul penelitian ini, Konsep Jilbab Dalam Perspektif Al- Qur’an berarti dilihat jilbab dilihat dari sudut pandang al-Qur’an.

  4. Al-Qur’an Al-

  Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.

  5. Nilai Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Definisi ini dilandasi oleh pendekatan psikologis, karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benar-salah, baik- buruk, indah-tidak indah, adalah hasil psikologis. Termasuk ke dalam wilayah ini seperti hasyrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan motif (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007:44).

  6. Pendidikan Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikomotorik akan bermuara pada ketrampilan dan perilaku (Damayanti, 2014: 9).

G. Sistematika Penulisan

  BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan

  BAB II Landasan teori, berisi kerangka teoritik tafsir maudhu’I, garis besar aturan berjilbab dalam Islam, dan jilbab kaitannya dengan pendidikan

  BAB III Kompilasi ayat-ayat BAB IV Pembahasan, berisi tentang pengertian jilbab, penerapan konsep jilbab dalam al- Qur’an dalam kehidupan masa kini, dan nilai-nilai pendidikan dalam Q.S Al-Ahzab ayat 33 dan

  59, An-Nur ayat 31, dan Al- A’raf ayat 26 dan 31

  BAB V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran

BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Teoritik Tafsir Maudhu’i Yang dimaksud dengan metode tematik ialah membahas ayat-ayat al- Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat

  yang berkaitan dihimpun. Kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti asbab al-nuzul, kosakata, dan sebagainya (Baidan, 2000: 151). Tidak berbeda dengan penjelasan sebelumnya, dalam bukunya, Abd. Al-hayy al- Farmawi menjelaskan bahwa metode tafsir

  Maudhu’i adalah menghimpun ayat-ayat

  al- Qur’an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut. Kemudian penafsir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan.

  Secara khusus, penafsir melakukan studi tafsirnya ini dengan metode

  Maudhu’i, dimana ia meneliti ayat-ayat tersebut dari seluruh seginya, dan

  melakukan analisis berdasar ilmu yang benar, yang digunakan oleh pembahas untuk menjelaskan pokok permasalahan, sehingga ia dapat memahami permasalahan tersebut dengan mudah dan betul-betul menguasainya, sehingga memungkinkan baginya untuk memahami maksud yang terdalam dan dapat menolak segala kritik (Al Farmawi, 1996: 36).

  Sesuai dengan namanya tematik, maka yang menjadi ciri utama dari metode ini ialah menonjolkan tema, judul atau topik pembahasan, sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa metode ini juga disebut metode topikal. Mufasir mencari tema-tema atau topik-topik yang ada di tengah masyarakat atau berasal dari al- Qur’an itu sendiri, ataupun dari yang lain- lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai aspeknya sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Oleh karena itu, penafsirannya pun tidak boleh melenceng dari pemahaman ayat-ayat al- Qur’an, dan dalam proses pemakaiannya, metode ini tetap menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku secara umum di dalam ilmu tafsir. Dalam penerapan metode ini, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh mufasir. Antara lain sebagai berikut (Baidan, 2000: 152):

  1. Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan judul tersebut sesuai dengan kronologi urutan turunnya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya ayat yang mansukhah.

2. Menelusuri latar belakang turun (asbabun nuzul) ayat-ayat yang telah dihimpun (kalau ada).

  3. Meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang dipakai dalam ayat tersebut, teru tama kosakata yang menjadi pokok permasalahan di dalam ayat itu. Kemudian mengkajinya dari semua aspek yang berkaitan dengannya, seperti bahasa, budaya, sejarah, munasabat, pemakaian kata ganti.

  4. Mengkaji pemahaman ayat-ayat itu dari pemahaman berbagai aliran dan pendapat para mufasir, baik yang klasik maupun yang kontemporer.

  5. Semua itu dikaji secara tuntas dan saksama dengan menggunakan penalaran yang objektif melalui kaidah-kaidah tafsir yang

  mu’tabar,

  serta didukung oleh fakta (kalau ada), dan argument-argumen dari al- Qur’an, hadis, atau fakta-fakta sejarah yang dapat ditemukan.

B. Pengertian Asbabun Nuzul

  Asbabun nuzul artinya sebab-sebab turunnya ayat al-

  Qur’an. Ilmu ini sangat bermanfaat dalam memahami ayat. Itulah sebabnya banyak ulama yang sangat memperhatikan ilmu asbabun nuzul. Bahkan, ada sebagian ulama yang menyususnnya secara khusus. Mereka adalah Ali Ibnu Al- Madini, guru Imam Bukhari serta ulama-ulama lain (Ash-shabuni, 1999: 39). Ada banyak manfaat yang dapat diraih dari pengetahuan tentang

  asbabun nuzul , diantaranya adalah (Al-Hasni, 1999: 27): 1.

  Mengetahui hikmah yang menjadi dasar penetapan hukum-hukum syara’.

  2. Asbabun nuzul merupakan cara yang paling kuat untuk memahami makna-makna al- Qur’an.

  C. Pengertian Munasabah Secara etimologi munasabah berarti keserupaan dan kedekatan.

  Munasabah berarti menjelaskan korelasi makna antar ayat atau antar surat. Munasabah berupaya menangkap korelasi satu uraian dalam al-

  Qur’an yang diperkuat maknanya oleh uraian yang lain sehingga nampak seperti bangunan yang setiap bagiannya menopang bagian yang lain (Al-Hasni, 1999: 305).

  D. Garis Besar Aturan Berjilbab dalam Islam 1. Tujuan Berpakaian

  Dalam al- Qur’an surat Al-A’raf ayat 20:

  

        

         

         Artinya: “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".

  Ayat tersebut mengisahkan tentang Nabi Adam dan istrinya, yaitu Siti Hawa yang memakan buah khuldi. Allah telah memberikan larangan kepada Nabi Adam dan istrinya untuk tidak mendekati buah tersebut. Namun setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk memakannya. Ketika keduanya memakan buah tersebut dan aurat mereka terlihat, maka mereka segera menutupinya dengan dedaunan. Ini menunjukkan bahwa menutup aurat adalah tindakan alamiah yang diperuntukkan manusia oleh Allah ketika auratnya terbuka (Baltaji, 2007: 506).

  Aurat adalah bagian tubuh yang haram dilihat, karena itulah wajib ditutup. Batas aurat bagi laki-laki adalah pusar sampai lutut, sedangkan batas aurat perempuan yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan (Triyana, 2014: 21). Dalam pandangan Islam, aurat merupakan sesuatu yang diharamkan untuk diperlihatkan, sebab aurat dapat memancing timbulnya nafsu birahi ataupun nafsu seks, sehingga sering pula dijadikan oleh setan sebagai alat untuk memalingkan dan menyesatkan manusia dari kebenaran syari’at Islam. Seringkali juga karena kedahsyatan daya tarik yang ditimbulkan oleh aurat, tidak jarang manusia terjerumus ke dalam perilaku maksiat (Hadi, 2005: 32).

  Manusia wajib memperhatikan betapa pentingnya menutup aurat, terutama bagi kaum perempuan. Karena jika perempuan tidak dapat menjaga auratnya dengan menutupnya sesuai syari’at, maka akan timbul banyak kejahatan. Seperti contohnya pelecehan seksual yang sekarang sudah terjadi dimana-dimana. Salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan tersebut adalah karena perempuan mengumbar aurat mereka. Banyak perempuan yang enggan mengenakan jilbab. Meskipun mereka mau mengenakan jilbab, jilbab yang dipakai tidak sesuai dengan apa yang telah disyari’atkan Islam. Inilah yang biasanya disebut dengan “berpakaian tapi telanjang”. Disebut telanjang karena mereka mengenakan pakaian, bahkan berjilbab, namun pakaian yang mereka kenakan sangat minim sehingga lekuk-lekuk tubuh masih dapat terlihat.

  Semaraknya berbagai model pakaian ala Barat yang akhir-akhir ini menjadi kiblat masyarakat dunia, telah membawa pengaruh besar terhadap cara berpakaian wanita muslim. Trend mode telanjang merupakan pengulangan sejarah jahiliyah yang dulu pernah terjadi. Kini mode itu menjadi trend lagi dan berarti kita tengah berada di zaman jahiliyah yang disebut orang-orang sebagai zaman kemajuan (Al- Ghifari, 2004: 41). Virus yang menjadi wabah serius di zaman seperti sekarang ini adalah virus gaul. Virus gaul memang telah mewabah hampir di seluruh lapisan masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda. Tidak peduli yang Islam maupun yang non Islam. Virus gaul memang sangat menggiurkan dan sangat menjanjikan kesenangan, namun tanpa disadari sebenarnya virus ini sangat menyesatkan dan membahayakan. Virus gaul seringkali mewabah pada kehidupan manusia, menjebak manusia agar mengejar kesenangan dan kenikmatan duniawi dan melupakan kehidupan akhirat. Mengikuti trend kehidupan dunia tanpa memperdulikan keabadian kehidupan akhirat (Hadi, 2006: 64). Itulah sebabnya wanita-wanita muslim lebih memilih mengikuti trend agar dipandang gaul oleh orang lain dengan memakai pakaian yang tidak sesuai dengan syari’at Islam, memakai pakaian yang berlebih-lebihan (tabarruj) dan melenceng jauh dari tujuan berpakaian yang sesungguhnya.

  Tabarruj adalah mempertontonkan perhiasan dan hal-hal yang

  mengundang nafsu seorang laki- laki. Ibnu Mandzur berkata, “At-

  

Tabarruj berarti mempertontonkan hiasan kepada orang lain. Ini adalah

  perbuatan tercela. Adapun mempertontonkannya pada suami, maka ia tidak dilarang. Macam-macam tabarruj diantaranya adalah (Al Marakisy, 2012: 2): a.

  Di antara perbuatan tabarruj, seorang wanita berjalan dengan laki- laki, memecahkan pandangan orang lain dan berjalan dengan genit.

  b.

  Seorang wanita meletakkan kerudungnya di atas kepalanya tanpa mengikatnya lalu nampak kalung, anting-anting dan lehernya.

  c.

  Seorang wanita meletakkan sandal lalu memukul-mukulnya dengan kakinya.

  d.

  Seorang wanita yang mempertontonkan kedua betisnya dan mengenakan pakaian di atas mata kaki.

  e.

  Seorang wanita yang mengenakan pakaian yang ketat yang memperlihatkan seluruh lekukan-lekukan tubuh.

  f.

  Wanita yang memakai pakaian namun mempertontonkan kedua lengannya.

  g.

  Wanita yang memakai kerudung namun masih menampakkan bagian dadanya (tidak menjulurkan kerudungnya hingga menutupi dada). h.

  Seorang wanita yang mengenakan pakaian mewah yang dapat menarik perhatian orang lain. Ini semua adalah hal-hal yang masuk dalam tabarruj. Seorang wanita yang melakukan perbuatan tabarruj dapat memperlemah kasih sayang yang ada di dalam hati seorang suami pada istrinya dan dapat memunculkan banyak keluarga berada dalam kehancuran. Profesor Ahmad Zaki berkata, “tidak aneh bagi siapapun bahwa keluarnya wanita yang melakukan perbuatan tabarruj yang berpakaian tetapi terkesan telanjang sebagaimana yang dilakukan oleh kaum wanita di masa kini merupakan media kerusakan, pelacuran, perilaku jahat dan penyakit masyarakat. Hal demikian semata-mata sebagai kebangkitan yang disertai dengan nafsu hewani.” Dari sini syari’at Islam yang lurus melarang perilaku tabarruj bagi kaum wanita beriringan dengan suatu kaidah hukum yang agung dan prinsip dasar agama, menolak kerusakan dan mempersempitnya serta menarik maslahah dan memperluasnya (Al Marakisy, 2012: 6).

  Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 33:

  

         

         

       

  Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah

kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang

  

dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan

Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan

dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-

bersihnya.

  

  Ini adalah larangan yang jelas dari Allah SWT kepada kaum wanita untuk berperilaku tabarruj yang dijadikan di dalam larangan adalah hukum haram. Artinya, barang siapa melakukan perbuatan ini, maka ia berhak mendapatkan siksa dari Allah SWT dan barang siapa yang meninggalkannya karena taat kepada Allah SWT, maka ia diberikan pahala. Adapun keburukan-keburukan dari tabarruj adalah (Al Marakisy, 2012: 11): a.

  Tabarruj adalah perbuatan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.

  b.

  Tabarruj adalah dosa besar yang membinasakan.

  c.

  Tabarruj mendatangkan laknat serta menjauhkan dari rahmat Allah SWT.

  d.

  Tabarruj adalah sifat penduduk neraka.

  e.

  Tabarruj meninggalkan noda hitam dan kegelapan pada hari kiamat.

  Yang dimaksud di sini bahwasanya perempuan-perempuan yang berlenggak-lenggok dalam berjalan sambil menyeret pakaiannya. Ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan hitam legam seakan- akan tubuhnya terbuat dari kegelapan. f.

  Tabarruj termasuk perbuatan keji.

  Sesungguhnya seluruh tubuh wanita itu adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Dan menyingkap aurat adalah perbuatan keji lagi dimurkai Allah SWT.

  g.

  Tabarruj merupakan kerusakan moral.

  Sesungguhnya menyingkap aurat dan budaya buka-bukaan adalah jebakan nafsu hewani semata. Tidaklah seseorang menurutinya kecuali ia terperosok dalam derajat terendah dari tingkatan martabat manusia. Padahal, pada dasarnya Allah SWT telah memuliakan mereka melalui naluri fitrah menutupi aurat dan melindungi kehormatan.

  Tujuan berpakaian terdapat dalam QS. Al- A’raf ayat 26 yang berbunyi:

  

         

         

 

  Artinya: “Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan

kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk