Fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah di SMU/K se-Kabupaten Sleman - USD Repository
FUNGSI KOMITE SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH
DI SMU/K SE-KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Monica Hendrati Saptorini
NIM: 031324010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
? Allah Tritunggal Maha Kudus, Bapa, Putera, dan Roh Kudus (†)
? Bunda Maria Pelindungku
? Bapak dan Ibuku tercinta
(Joseph Kasmin Suryaharjana, BBA dan Margaretha Marsinah)
? Kedua Kakakku
(Markus Hendro Cahyono & Catharina Erma Kustarti)
MOTTO
“ M intalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, makakamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan
bagimu. K arena setiap orang yang meminta, menerima dansetiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok baginya pintu akan dibukakan”( M atius 7 : 7-8)
ABSTRAK
FUNGSI KOMITE SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH
DI SMU/K SE-KABUPATEN SLEMAN
Monica Hendrati Saptorini
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2007
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis fungsi komite sekolah dalam
rangka mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (2) menganalisis fungsi komite
sekolah dalam rangka melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (3) menganalisis
fungsi komite sekolah dalam rangka menampung dan menganalisis aspirasi, ide,
tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, (4)
menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka memberikan masukan,
pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan, (5) menganalisis
fungsi komite sekolah dalam rangka mendorong orang tua dan masyarakat
berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan
pemerataan pendidikan, (6) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka
menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan, dan (7) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka melakukan
evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan
keluaran pendidikan.Penelitian ini dilaksanakan di SMU/K se-Kabupaten Sleman. Teknik
pengambilan sampel menggunakan Quota Sample, sampel yang diambil sebanyak
30 sekolah. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Data hasil penelitian
dianalisis menggunakan korelasi Product Moment dengan taraf signifikansi 5%.
Permasalahan dijawab menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II.Berdasarkan analisis data disimpulkan: (1) komite sekolah berfungsi
mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dengan sangat baik, (2) komite
sekolah berfungsi melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dengan sangat baik,
(3) komite sekolah berfungsi menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan,
dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat dengan sangat
baik, (4) komite sekolah berfungsi memberikan masukan, pertimbangan, dan
rekomendasi kepada satuan pendidikan dengan sangat baik, (5) komite sekolah
berfungsi mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan dengan sangat
baik, (6) komite sekolah berfungsi menggalang dana masyarakat dalam rangka
pembiayaan penyelenggaraan pendidikan dengan sangat baik, dan (7) komite
ABSTRACT
THE FUNCTION OF SCHOOL COMMITTEE IN DEVELOPING SENIOR HIGH SCHOOLS AND VOCATIONAL SCHOOLS IN SLEMAN REGENCY Monica Hendrati Saptorini Sanata Dharma University Yogyakarta 2007
The purposes of this research are to analyze the function of school
committee in : (1) developing the awareness and society’s commitment in order to run the qualified education; (2) building cooperation between society and government in order to run the qualified education; (3) accepting and analyzing critics, ideas, and demand purposed by the society; (4) giving input, consideration, recommendation to a unit of education; (5) encouraging parents and society to take a part actively in increasing the quality of education in order to covereducation spread out among society; (6) raising fund to support education;
(7) evaluating and controlling the policy, programs, management, and the out of education.
This research was conducted in senior high schools and vocational high
schools in Sleman Regency. The samples of this research were 30 schools. The techniq ue of samples drawing was Quota Sample. The technique of data collection was questionnaire. The technique of data analysis was product moment correlation with the level of significance 5%. Problems solved by applying the Reference of Directive Assessment Type II.
Based on the analysis, it can be concluded that the function of school
committee is good in: (1) encouraging the awareness and society’s commitment in order to run the qualified education; (2) building cooperation between society and government in order to run the qualified education; (3) accepting and analyzing critics, ideas, and demand purposed by the society; (4) giving input, consideration, recommendation to a unit of education; (5) encouraging parents and society to take a part actively in increasing the quality of education in order to covereducation spread out among society; (6) raising fund to support education;
(7) evaluating and controlling the policy, programs, management, and the out education.KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
petunjuk, kekuatan, dan kuasa kasih-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.Skripsi dengan judul “FUNGSI KOMITE SEKOLAH DALAM
PENGEMBANGAN SEKOLAH DI SMU/K SEKABUPATEN SLEMAN” ini,
disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, karena bimbingan, bantuan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma
3. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
4. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah merelakan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan demi terwujudnya skripsi ini.
5. Y.M.V. Mudayen, S.Pd selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar membimbing, membantu, dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
6. Pak Rubi, Pak Indra, Bu Wiga ti, Bu Catur, dan segenap dosen, “Terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan”.
7. Pak Joko Wicoyo, “Terimakasih atas bimbingan dan bantuannya dalam pembuatan abstrak”.
8. Mbak Titin, yang sudah membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh staf dan karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Pak Broto yang dengan kerelaannya membantu, membimbing, dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini bisa selesai “terimakasih atas bantuannya menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan memberkati!”.
11. Kedua orangtuaku yang selalu mengiringi langkah hidupku dengan doa. “ Terimakasih atas semua yang kalian berikan padaku, hanya ini yang bisa aku berikan pada kalian, Aku yakin kalian bangga padaku.”
12. Kedua kakak tercintaku Mas Hendro dan Mbak Erma yang tak henti- hentinya membantu dan me motivasi aku untuk terus maju.
13. Sahabatku Nining dan Urbanus yang tak terpisahkan. ”Jangan lupakan persahabatan yang telah kita jalin selama ini, kalo nikah jangan lupa
14. Teman-teman yang wisuda bareng, Mb’Sandi, Yuyun, Nining, Urbanus, Pipit, Ningsih, Meta, Ika, Riska, “We are the Champions, my friends!!!”
15. Teman-teman Pendidikan Ekonomi ’03: R atna, I stadi, Lius, K atrin, N anik, R ino, Gathot, Andika, Diah, W ayah, T asya, H eri, Wisnu, Bona, R M . Fredy, H endra, Asih, Alex, I an, Asti, K oko, I snani, Y ues, , Okta “Kalian teman-teman yang baik, aku bahagia mengenal kalian.
Rasa senang, marah, emosi, bangga, dan sedih pernah menemani kita selama lebih dari 4 tahun, semoga kebersamaan ini selalu kita ingat sepanjang hidup. Ayo, kalian harus terus berjuang!!!”.
16. Temanku Huta dimanapun sekarang berada, yang telah memotivasi dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsiku. “Aku menepati janjiku wisuda November…!!Semoga Tuhan selalu menuntun langkah hidupmu. Amin. Sukses ya..!”
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang juga
telah mendukung dan memberikan dorongan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan kemajuan selanjutnya. Akhir kata, semoga karya kecil ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.Yogyakarta, Juli 2007
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv HAlAMAN MOTTO................................................................................... vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... viii ABSTRAK.................................................................................................... ix ABSTRACT.................................................................................................. x KATA PENGANTAR ................................................................................. xi DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv DAFTAR TABEL........................................................................................ xvi
BAB I Pendahuluan ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 7 BAB II Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9 A. Sekolah Dalam Sistem Pendidikan ................................................ 9
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan..................................... 16
D. Komite Sekolah.............................................................................. 18
1. Kedudukan dan Sifat Komite Sekolah..................................... 18
2. Tujuan Dibentuk Komite Sekolah............................................ 20
3. Peran dan Fungsi Komite Sekolah........................................... 21
4. Organisasi Komite Sekolah...................................................... 24
E. Komite Sekolah Dalam Manajemen Berbasis Sekolah.................. 27
BAB III Metode Penelitian......................................................................... 31 A. Jenis Penelitian............................................................................... 31 B. Lokasi Penelitian............................................................................ 31 C. Subjek dan Objek Penelitian.......................................................... 32
D. Jenis Data ....................................................................................... 32
E. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 32 F. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 33 G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................ 36 H. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ......................................... 381. Pengujian Validitas .................................................................... 38
2. Pengujian Reliabilitas................................................................. 40
I. Teknik Analisis Data ...................................................................... 40
BAB IV Gambaran Umum......................................................................... 43 A. Gambaran Umum Kabupaten Sleman............................................ 43
1. Letak Dan Luas Wilayah............................................................ 43
3. Topografi .................................................................................... 46
4. Tata Guna ................................................................................... 48
5. Sejarah Kabupaten Sleman......................................................... 48
B. Gambaran Umum Sekolah-Sekolah Di Kabupaten Sleman........... 49
1. Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan Di Kabupaten Sleman................................................................. 49
2. Perkembangan Pendidikan Di Kabupaten Sleman..................... 53
BAB V Analisis Data dan Pembahasan..................................................... 58
A. Pengujian Instrumen....................................................................... 581. Pengujian Validitas .................................................................... 58
2. Pengujian Reliabilitas................................................................. 63
B. Analisis Data .................................................................................. 64
C. Pembahasan.................................................................................... 76
BAB VI Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran..................... 89
A. Kesimpulan..................................................................................... 89 B. Keterbatasan Penelitian.................................................................. 91 C. Saran............................................................................................... 92DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 94
LAMPIRAN A. Lampiran I Kuesioner..................................................................... 97 B. Lampiran II Data Primer ................................................................ 105 C. Lampiran III Pengujian Validitas dan Reliabilitas ......................... 134 D. Lampiran IV r tabel........................................................................ 151DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar II. 1 Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas.............. 30
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III. 1 Kisi-Kisi Item Pertanyaan untuk Memperoleh DataMengenai Fungsi Komite Sekolah dalam Pengembangan Sekolah............................................................ 34 Tabel IV. 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman ............ 44 Tabel IV. 2 Tata Guna Tanah di Kabupaten Sleman Tahun 1995–2000 .... 48 Tabel IV. 3 Daftar Nama SMU/K Negeri dan Swasta di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Tahun 2005 .................. 50 Tabel IV. 4 Perkembangan Jumlah Kelas untuk SD, SMP, SMU, dan
SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Sleman Tahun
1999/2000-2004/2005 .............................................................. 54 Tabel IV. 5 Perkembangan Jumlah Siswa SD, SMP, SMU, dan SMK Negeri dan Swasta di Kabupaten Sleman Tahun 1999/2000-2004/2005 .............................................................. 54
Tabel IV. 6 Kelompok Guru Menurut Statusnya ........................................ 55 Tabel IV. 7 Kelompok Guru Menurut Pangkat/Golongannya .................... 55 Tabel IV. 8 Kelompok Guru Menurut Tingkat Pendidikannya................... 56 Tabel IV. 9 Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah di Kabuptan Sleman
Tahun 2005............................................................................... 56 Tabel IV. 10 Daftar Nama-Nama Sampel Sekolah ....................................... 57 Tabel IV. 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 58 Tabel IV. 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ........................... 58 Tabel IV. 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .................... 59 Tabel V. 1 Validitas Variabel Mendorong Tumbuhnya Perhatian dan
Komitmen terhadap Penyelenggaraan Pendidikan yang
Bermutu.................................................................................... 61Tabel V. 2 Validitas Variabel Melakukan Kerjasama dengan Masyarakat dan Pemerintah Berkenaan dengan Penyelenggaraan Pendidikan yang Bermutu............................ 62 Tabel V. 3 Validitas Variabel Menampung dan Menganalisis Aspirasi, Ide, Tuntutan, dan Kebutuhan Pendidikan yang Diajukan oleh Masyarakat ....................................................................... 63
Tabel V. 4 Validitas Variabel Memberikan Masukan, Pertimbangan, dan Rekomendasi Kepada Satuan Pendidikan......................... 63 Tabel V. 5 Validitas Variabel Mendorong Orangtua dan Masyarakat
Berpartisipasi dalam Pendidikan Guna Mendukung
Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pendidikan....................... 64 Tabel V. 6 Validitas Variabel Menggalang Dana Masyarakat dalam Rangka Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan................. 64 Tabel V. 7 Validitas Variabel Melakukan Evaluasi dan Pengawasan Terhadap Kebijakan, Program, Penyelenggaraan, dan Keluaran Pendidikan................................................................ 65
Tabel V. 8 Reliabilitas Instrumen .............................................................. 66
Tabel V. 9 Mendorong Tumbuhnya Perhatian dan Komitmen terhadap Penyelenggaraan Pendidikan yang Bermutu............. 67 Tabel V. 10 Melakukan Kerjasama dengan Masyarakat dan Pemerintah Berkenaan dengan Penyelenggaraan Pendidikan yang Bermutu.................................................................................... 68Tabel V. 11 Menampung dan Menganalisis Aspirasi, Ide, Tuntutan, dan Kebutuhan Pendidikan yang Diajukan oleh Masyarakat ......... 70 Tabel V. 12 Memberikan Masukan, Pertimbangan, dan Rekomendasi Kepada Satuan Pendidikan....................................................... 71 Tabel V. 13 Mendorong Orangtua dan Masyarakat Berpartisipasi dalam
Pendidikan Guna Mendukung Peningkatan Mutu dan
Pemerataan Pendidikan............................................................ 72 Tabel V. 14 Menggalang Dana Masyarakat dalam Rangka Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan.................................................... 74
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan tempat pendidikan bagi masyarakat. Di sekolah,
anak-anak generasi penerus bangsa memperoleh ilmu pengetahuan, pendidikan sikap serta keterampilan untuk hidup berharkat dan bermartabat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas, sekolah harus dapat menjalin kerjasama sinergis antara keluarga dan masyarakat. Kerjasama yang sinergis diperlukan untuk menciptakan proses pembelajaran dan pengajaran yang nyaman dan menyenangkan, agar peserta didik menjadi manusia yang berpendidikan dan berkualitas. Jika seluruh komponen masyarakat dapat bekerjasama untuk menduk ung proses pembelajaran dan pengajaran yang demikian, peserta didik akan berhasil dalam menempuh pendidikannya, bukan hanya dalam mencapai jenjang pendidikan yang dicita-citakan tetapi juga berhasil dalam kehidupan yang akan dijalani.
Pemberdayaan masyarakat dan peningkatan peran serta keluarga dan masyarakat secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan dalam era otonomi daerah sekarang ini, diperlukan wadah organisasi yang mandiri untuk dapat mengumpulkan pandangan, aspirasi, dan menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi dan transparansi. Dalam Undang-Undang nomor 25 Tahun 2002 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004 disebut dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan tempat bagi sekolah sebagai pemegang kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya diserahkan kepada kabupaten/kota, melainkan juga dalam beberapa hal telah diberikan kepada sekolah. Dengan demikian, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat (Depdiknas, 2002: 2).
Posisi komite sekolah berada di tengah-tengah antara orang tua murid, murid, guru, dan masyarakat. Komite sekolah menjembatani kepentingan antara orang tua murid, murid, guru, pihak swasta dan masyarakat setempat dengan sekolah, kepala sekolah, dinas pendidikan wilayahnya dan pemerintah daerah. Masalahnya, bagaimana menerapkan prosedur pelayanan pengaduan masyarakat secara sinergis ke dalam sistem kebijakan lokal. Keluhan masyarakat seringkali tidak menemukan jalur penyampaiannya dan tidak ada tindak lanjut berupa perbaikan terhadap sekolah. Oleh sebab itu, diperlukan komitmen berbagai pihak terkait, terutama komitmen penyelenggara pendidikan yang membutuhkan perubahan pola pikir yang dapat mengubah perilaku komite sekolah. Komite sekolah merasa suatu perbaikan diperlukan sebagai masukan dan umpan balik dari masyarakat sehingga mekanisme layanan pengaduan ma syarakat akan dijalankan, sebaliknya jika komite sekolah merasa apa yang dilakukan saat ini paling nyaman dan tidak ingin berubah, maka masukan dari berbaga i pihak tidak menemukan jalan kearah
Pelaksanaan perubahan konsep komite sekolah memerlukan proses yang bertahap dari waktu ke waktu, yaitu dimulai dari tingkat menyadarkan perlunya fungsi komite sekolah baik kepada masyarakat maupun penyelenggara pendidikan sebagai peluang partisipasi masyarakat di bidang pendidikan. Tingkatan selanjutnya yaitu menyebarluaskan konsep pelibatan publik dalam komite sekolah kepada masya rakat dan penyelenggara pendidikan. Tingkatan terakhir yaitu penyelenggara pendidikan melakukan konsultasi kemasyarakat untuk mendapat masukan dalam proses penetapan kebijakan. Kerjasama segenap potensi yang ada dalam masyarakat secara sinergis dalam bentuk saran dengan penyelenggara pendidikan memutuskan kebijakan dan pada tingkat tertinggi adalah ketercapaian rasa saling memiliki bahwa komite sekolah sebagai tempat pemecahan masalah bersama yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Namun, ada anggapan bahwa komite sekolah menjadi masalah baru bagi orang tua siswa karena komite sekolah dianggap sebagai faktor utama yang menyebabkan mahalnya biaya sekolah. Kehadiran komite sekolah tidak disambut dengan antusias oleh orang tua murid dan masyarakat karena ada anggapan bahwa komite sekolah tidak lain sebagai wujud baru dari Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) yang me miliki stigma sebagai
stempel sekolah untuk meminta dana pada wali murid (Maryati, 2006: 38).
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab komite sekolah tidak mampu menjalankan fungsi yang sebenarnya, yaitu: buruknya sosialisasi, oleh kepala sekolah (www.tempo.com, 7 Desember 2004). Sebagai kebijakan baru, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional yang menjadi perintis seharusnya memberi informasi dengan baik kepada semua unsur yang akan melaksanakan maupun menerima kebijakan. Akan tetapi, model sosialisasi yang dipakai pemerintah masih buruk dan jauh dari prinsip demokrasi yang justru ingin diangkat dalam pembentukan komite sekolah.
Buruknya sosialisasi menjadi penyebab utama guru yang menjadi bagian birokrasi pendidikan, dan orang tua siswa tidak mendapat informasi yang lengkap mengenai komite sekolah. Hasil penelitian Indonesia Corruption di Jakarta pada 2003, 5 % guru dan 59,9 % orang tua siswa Watch menganggap komite sekolah sama dengan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3), bahkan 37,6 % orang tua siswa belum pernah mendengar komite sekolah (www.tempo.com, 7 Desember 2004). Padahal komite sekolah dibentuk supaya bisa menjadi representasi kepentingan pelaku sekolah yang memerlukan inisiatif serta peran aktif orang tua siswa dan guru. Akan tetapi, tanpa mengetahui komite sekolah, misalnya bagaimana cara membentuk dan apa saja fungsinya, inisiatif tersebut sulit diharapkan bisa muncul. Komite sekolah dibentuk kepala sekolah supaya dianggap telah menjalankan program pemerintah, sehingga tidak ada tekanan dari dinas, karena keberadaan komite sekolah menjadi hal wajib di sekolah. Namun di sisi lain, belum ada inisiatif dari masyarakat maupun guru untuk membentuk komite sekolah. Biasanya cara yang dipakai kepala sekolah untuk menyiasati dengan mengganti BP3 menjadi komite sekolah atau membentuk komite sekolah dengan menunjuk orang tua yang dianggap bisa bekerjasama dengan kepala sekolah.
Komite sekolah seharusnya mencerminkan peran serta masyarakat dalam memajukan pendidikan. Oleh karena itu, komite sekolah dibentuk untuk diberdayakan sebagai pemberi pendapat dan kontrol terhadap penyelenggaraan pendidikan. Komite sekolah berfungsi sebagai alat untuk melibatkan para wali murid dalam berbagai prakarsa untuk pengembangan sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah komite sekolah berfungsi mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendid ikan yang bermutu di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?
2. Apakah komite sekolah berfungsi melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?
3. Apakah komite sekolah berfungsi menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?
4. Apakah komite sekolah berfungsi memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan di SMU/K se-Kabupaten
5. Apakah komite sekolah berfungsi mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?
6. Apakah komite sekolah berfungsi menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?
7. Apakah komite sekolah berfungsi melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di SMU/K se-Kabupaten Sleman ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
3. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka memberikan
masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan.
5. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
6. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka menggalang dana
masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
7. Untuk menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pendidikan
a. Untuk memperoleh informasi tentang fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah.
b. Untuk mengetahui apakah komite sekolah dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
2. Bagi Komite Sekolah
a. Untuk memberikan masukan dan sumbang saran bagi komite sekolah di SMU/K se-Kabupaten Sleman dalam melaksanakan fungsi sebagai
b. Untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah.
3. Bagi Penulis
a. Untuk menambah wawasan tentang fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah.
b. Untuk memperoleh gambaran nyata tentang fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah.
4. Bagi Universitas
a. Untuk menambah literatur yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
b. Untuk menjalin kerjasama antara universitas dengan sekolah yang bersangkutan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sekolah dalam Sistem Pendidikan Menurut Nawawi (1982: 25) sekolah adalah organisasi kerja sebagai
wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan. Sebagai organisasi, wadah tersebut merupakan alat dan bukan tujuan. Dengan kata lain, sekolah adalah salah satu bentuk ikatan kerjasama sekelompok orang yang bermaksud mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama. Sebuah lembaga pendidikan seperti sekolah sebagai institusi, peranannya lebih luas daripada hanya tempat belajar. Oleh karena itu, peranannya sebagai lembaga pendidikan dibatasi oleh norma-norma yang terdapat di dalam kebudayaan yang mendukungnya. Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individu maupun anggota masyarakat. Sekolah mempunyai tanggung jawab mempersiapkan anak-anak agar mampu meneruskan sejarah dan tata cara kehidupan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Melalui sekolah, anak- anak dipersiapkan menjadi manusia yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian dalam mengolah pengetahuan, keterampilan, dan keahlian fisik maupun lingkungan sosial untuk menciptakan kondisi kehidupan yang semakin baik.
Menurut Azizhan dan Syafaruddin (2004: 15), sistem adalah suatu
bagian bersifat kompleks atau kesatuan yang bulat. Dengan kata lain, suatu
sistem merupakan suatu keterpaduan dari berbagai bagian membentuk suatu
kesatuan.Pendidikan sebagai usaha membentuk anak-anak mencapai kedewasaan
masing- masing harus diselenggarakan dalam satu kesatuan cara berbuat yang
diorganisasikan, sehingga antara usaha yang satu dengan usaha yang lain
saling berhubungan dan saling menunjang atau saling mengisi (Nawawi,1982: 30). Usaha untuk membantu anak-anak mencapai kedewasaan dapat
dibedakan antara usaha yang bersifat informal melalui keluarga, usaha yang
bersifat formal melalui kependidikan terutama dalam bentuk sekolah, dan
usaha yang bersifat non formal di luar usaha tersebut. Usaha mengorganisasi
ketiga cara dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan akan
menghasilkan suatu sistem pendidikan.Di suatu negara, usaha untuk menyusun suatu sistem kependidikan yang
disebut sistem pendidikan nasional di negara tersebut titik beratnya lebih
banyak diletakkan pada pengaturan penyelenggaraan pendidikan formal dalam
bentuk persekolahan. Pengaturan itu dilakukan dengan menetapkan berbagai
peraturan/ketentuan yang mengikat dalam pengelolaan sekolah, baik mengenai
jenis dan penjenjangannya maupun mengenai isinya yang secara langsung
berhubungan dengan isi kedewasaan sebagai harapan dan cita-cita yang
hendak dicapai dalam pembentukan warga negara sebagai individu dan
anggota masyarakat/bangsa. Khusus mengenai isi kependidikan di dalam bangsa sendiri, sehingga antara suatu negara dengan negara lain akan terdapat perbedaan dalam sistem pendidikannya.
Jenis dan penjenjangan persekolahan terdapat persamaan antara suatu negara dengan negara lain. Persamaan itu karena dasar yang digunakan adalah sudut pandang psikologi terutama psikologi perkembangan, khususnya mengenai fase perkembangan yang dipisah-pisah menurut interval umur kronologis (Nawawi, 1982: 31). Atas dasar interval itu, ditetapkan jenjang atau tingkat persekolahan sehingga jika dipergunakan sudut pandang yang sama tentang fase perkembangan anak, penjenjangan persekolahan menjadi sama antar satu negara. Dalam menetapkan jenis/bentuk sekolah yang digunakan sebagai dasar adalah tuntutan masyarakat terhadap lulusan yang akan dihasilkan oleh lembaga pendidikan formal. Dua orientasi pokok yang sering tampak adalah lembaga pendidikan formal yang mempersiapkan anak untuk menguasai pengetahuan secara umum dan yang mempersiapkan anak untuk segera memasuki lapangan pekerjaan. Dengan demikian, jelas bahwa setiap unsur pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan formal, pada dasarnya merupakan sub sistem yang harus terarah pada pendewasaan anak- anak yang disebut sebagai tujuan pendidikan.
B. Tanggung jawab Penyelenggaraan Pendidikan Dalam Sistem Pendidikan Indonesia Menurut Rifai (1986: 18) pendidikan merupakan investasi dalam investasi itu harus dikelola sebaik-baiknya secara efektif yang benar-benar menuju kepada sasaran, dan secara efisien tanpa menghamburkan tenaga, waktu, dan budaya. Agar dapat terlaksana, diperlukan pendidikan nasional yang dapat dijadikan pedoman dan arah pendidikan nasional. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasiona l adalah pembangunan karakteristik manusia Indonesia yang diharapkan dapat dicapai mela lui pendidikan nasional.
Pada masa orde baru, penyelenggaraan pendidikan dikendalikan sistem birokrasi dengan proses yang panjang, mulai dari tingkat pusat, daerah, sampai pada tingkat satuan pendidikan. Pada saat itu, sekolah adalah bagian dari sistem birokrasi yang harus patuh pada ketentuan. Pengaturan penyelenggaraan pendidikan pada masa birokrasi dilakukan secara baku dengan pengaturan dari pusat birokrasi. Mulai dari perencanaan pendidikan, pelaksanaan pendidikan di sekolah termasuk persiapan mengajar, metode dan pendekatan mengajar, buku dan sarana pendidikan, sampai kepada penilaian pendidikan (dunia guru/index html#forum, 2 September 2006). Dengan kata sekolah tidak diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan mereka sendiri dalam mengelola sistem pendidikan untuk memecahkan berbagai
permasalahan pendidikan yang sesuai dengan kondisi sekolahnya masing-
masing. Para guru juga tidak diberikan kesempatan untuk berinisiatif atau berinovasi dalam melaksanakan pengajaran atau mengelola kegiatan belajar murid secara maksimal, karena metode mengajar dan teknik evaluasi diatur secara langsung dari pusat.Pada masa orde baru, satu-satunya pihak yang berwenang untuk meminta pertanggungjawaban pendidikan dari sekolah adalah pemerintah pusat. Pada saat itu, pemerintah pusat melalui pemeriksa, pengawas atau penilik sekolah melakukan pengawasan dan meminta pertanggungjawaban
sekolah-sekolah mengenai proses pendidikan yang berlangsung di sekolah-
sekolah. Jika terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh kepala sekolah atau guru- guru, maka diberikan sanksi administratif, seperti teguran resmi, penilaian melalui DPK(Daftar Penilaian Kerja), penundaan kenaikan gaji berkala, dan penundaan kenaikan pangkat.Dalam era demokrasi dan partisipasi, pertanggungjawaban pendidikan tidak hanya terletak pada pemerintah, tetapi harus lebih banyak pada masyarakat sebagai stakeholder pendidikan (dunia guru/index, html# forum, 2 September 2006). Dewan pendidikan pada tingkat kabupaten/kota perlu menempatkan fungsinya sebagai wakil dari masyarakat untuk meminta pertanggungjawaban atau hasil- hasil pendidikan dalam mencapai prestasi pendidikan dan komite sekolah tidak perlu melaksanakan kegiatan studi atau penilaian pendidikan, tetapi cukup dengan menggunakan data-data yang tersedia atau hasil- hasil penilaian yang sudah ada sebagai bahan untuk menyampaikan kepuasan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap Dinas Pendidikan atau kepada masing- masing sekolah. Menurut (dunia guru/index, html# forum, 2 September 2006) diperlukan suatu mekanisme akuntabilitas pendidikan yang dibentuk melalui surat peraturan daerah dibidang pendidikan.
Menurut Nurkholis (2003: 115) peran dan fungsi departemen pendidikan di Indonesia pada era otonomi daerah sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 dalam penyelenggaraan pendidikan, menyebutkan bahwa tugas pemerintah pusat antara lain, menetapkan standar kompetensi siswa dan warga, pengaturan kurikulum nasional dan sistem penilaian hasil belajar, penetapan pedoman pelaksanaan pendidikan, penetapan pedoman pembiayaan pendidikan, penetapan persyaratan perpindahan, sertifikasi siswa, warga belajar dan mahasiswa, menjaga kelangsungan proses pendidikan yang bermutu, menjaga kesetaraan mutu antar daerah kabupaten/kota dan antar daerah propinsi agar tidak terjadi kesenjangan yang mencolok, menjaga keberlangsungan pembentukan bud i pekerti, semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme melalui program pendidikan. Pemerintah sebagai
penanggungjawab pendidikan nasional berhak merumuskan kebijakan- kebijakan yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan dengan program peningkatan melek huruf dan angka efisiensi, mutu, dan pemerataan berjalan sendiri dengan mengabaikan kebijakan dan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yang dipilih secara demokratis. Agar kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan dapat terlaksana oleh sekolah dan semua aktifitas sekolah ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik sehingga dapat belajar dengan baik, pemerintah perlu merumuskan pedoman tersebut terutama ditujukan untuk menjamin bahwa hasil pendidikan dapat terevalusi dengan baik, maka kebijakan pemerintah dilaksanakan secara efektif. Sekolah harus dioperasikan dalam kerangka yang disetujui pemerintah dan anggaran dibelanjakan sesuai tujuan.
Kesuksesan penyelenggaraan pendidikan dalam sistem pendidikan Indonesia, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga dibutuhkan peran serta pelaku pendidikan atau pihak sekolah dan masyarakat atau orang tua murid (Maryati, 2006: 37). Dengan melibatkan orang tua murid, sekolah memperoleh sumber tambahan, baik dalam dukungan penyelenggaraan pendidikan maupun sumber-sumber keuangan untuk pengembangan sekolah. Kebijakan dan program yang akan dilaksanakan harus mulai sebagai upaya pemberdayaan sekolah dan masyarakat sebagai pemilik dan ujung tombak pendidikan (Maryati, 2006: 37). Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan sistem pendidikan Indonesia diperlukan perubahan yang sangat mendasar, terlebih adalah mengubah paradigma yang dimiliki para pemegang kebijakan. Pergeseran paradigma dalam pengelolaan pendidikan adalah bahwa kepala sekolah dan guru-guru masyarakat. Menghidupkan kembali peran dan fungsi komite sekolah adalah sebagai jalan keluar yang efektif untuk melibatkan secara efektif orang tua murid. Bukanlah masalah yang mudah untuk menyadarkan orang tua murid tentang pentingnya partisipasi orang tua murid dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Dari uraian di atas, maka jelas pula bahwa tanggung jawab dala m penyelenggaraan pendidikan harus merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan
Masyarakat umum perlu ikut serta bersama pemerintah memberikan bantuannya untuk memperlancar, mempercepat, dan meningkatkan keberhasilan usaha pembangunan. Masyarakat seharusnya ikut serta mengikuti pemerintah dalam pembangunan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah. Masyarakat diharapkan ikut serta, karena pembangunan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah adalah untuk kesejahteraan masyarakat sendiri. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam usaha-usaha dapat diadakan dalam bentuk hubungan antara sekolah dan masyarakat.
Sekolah merupakan lembaga sosial yang diselenggarakan dan dimiliki oleh masyarakat. Sekolah harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya dan dibiayai oleh masyarakat yang membutuhkannya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung oleh pemerintah. Sekolah mempunyai
masyarakat tentang program, kebutuhan, dan keadaannya. Sebaliknya sekolah
harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan
masyarakat terhadap sekolah. Jadi, antara sekolah dan masyarakat harus ada
proses komunikasi yang dapat meningkatkan pengertian masyarakat tentang
kebutuhan-kebutuhan dan praktik pendidikan di sekolah dan untuk
meningkatkan pengertian sekolah terhadap kebutuhan masyarakat dan
kesanggupan masyarakat dalam usaha-usaha pendidikan.Tujuan proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat yaitu,
a) mengembangkan pengertian masyarakat tentang semua aspek pelaksanaan
program pendidikan di sekolah, b) untuk dapat menetapkan bagaimana
harapan masyarakat terhadap sekolah dan apa harapan- harapannya mengenai
tujuan pendidikan di sekolah, c) untuk mendapatkan bantuan secukupnya dari
masyarakat, baik finansial, material, maupun moral, d) menimbulkan
tanggung jawab yang besar pada masyarakat terhadap kualitas pendidikan