Kinerja komite sekolah di SDIT al-Hikmah Cilandak-Jakarta Selatan

KINERJA KOMITE SEKOLAH
DI SDIT AL-HIKMAH CILANDAK - JAKARTA SELATAN

Skripsi Ini Diajukan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
ABDUL KHALIK
NIM:106018200726

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H

KEMENTERIAN AGA
GAMA
UIN JAKARTA
FITK


No. Dokumen
Tgl. Terbit
No. Revisi:
Hal

FORM (FR)

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412
2 Indonesia

:
:
:
:

FITK-FR-AKD-089
1 Maret 2010
01
1/1


SURAT PERNYATAAN
PER
KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan
gan di bawah ini,
Nama

: Abdul Khalik

Tempat/Tgl.Lahir

: Mapilli, 16 Agustus 1986

NIM

: 106018200726

Jurusan / Prodi


: Manajemen Pendidikan/ Kependidikann IIslam

Judul Skripsi

: Kinerja Komite Sekolah di SDIT Al-Hikm
ikmah
Cilandak- Jakarta Selatan.

Dosen Pembimbing
bing

: Drs. Mudjahid AK, M.Sc

Dengan ini menyatakann bahwa
ba
skripsi yang saya buat benar-benar hasil
sil karya sendiri
dan saya bertanggung jawa
wab secara akademis atas apa yang saya tulis


Jakarta, 16 Septem
mber 2011
Mahasiswa Ybs,

ABDUL KHALIK
IK
NIM.. 106018200726

i

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas kemurahan dan
cintanya-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, sehingga seluruh penghuni alam semesta dapat
berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan
hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan. Shalawat dan salam kepada Muhammad SAW.
akhirul anbiya, beserta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang setia sampai akhir
zaman.
Skripsi yang berjudul “Kinerja Komite Sekolah SDIT Al-Hikmah Cilandak - Jakarta

Selatan” ini penulis persembahkan kepada Bapak-Ibu saya H. Usman Umar, Hj. Azizah,
Tante Timah, Uncle Suhuriah (Usman Suhuriah), Abi Faidil (Tajuddin), Kama Naora (Ir.
Abidin Usman), Kindo Sardi (Cicci), Kama Unsia (Muh. Aswad, MA), Kama Nejad (Faizal),
Ir. Marwah Usman, Syamsi Usman., SE, dan Ulfah, S.Pd yang selalu memberikan kasih
sayang, perhatian, bimbingan, dukungan moril dan materil, semoga Allah membalas semua
kebaikan yang diberikan dengan surga Firdaus. Amiin.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai bantuan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M. Phil., Ketua Jurusan KI-Manajemen Pendidikan.
3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. yang juga dosen penasehat akademik yang telah
membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Dra. Mudjahid AK, M.Sc, dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu
dan kemudahan selama proses bimbingan serta memberikan saran dan dukungan
kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.


iv

5. Kepala Sekolah, Ketua Komite, dan tenaga kependidikan lainnya di lingkungan SDIT
Al-Hikmah Cilandak-Jakarta Selatan yang telah banyak membantu penulis
mendapatkan informasi dan data dalam menyelesaikan skripsi.
6. Sohib-Sohibku mahasiswa KI-MP angkatan 2005, Ridwan, Bung Kori Kurniawan,
Mas Hadi Wijaya, Syamsuariadi, Away (Anwar), Bang Miming, adik-adik satu
alumni dari Pondok Pesantren DDI-AD Mangkoso Sulawesi Selatan, Ryan Rizaldy,
Abdullah, Firman dan khusus pada adikku Muhammad Fadel yang banyak
memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
semuanya dan hanya Allah yang bisa membalas segala kebaikan yang telah diberikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya serta menambah
wawasan pengetahuan keilmuan. Amin.

Jakarta, 16 September 2011

Abdul Khalik

v


ABSTRAK
Abdul Khalik, NIM: 106018200726, Kinerja Komite Sekolah Al Hikmah Cilandak Jakarta Selatan, Skripsi Program Strata 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Komite Sekolah SDIT Al Hikmah
Cilandak - Jakarta Selatan yang meliputi empat aspek yaitu; sebagai pemberi pertimbangan
(advisory agency), sebagai pendukung (supporting agency), sebagai pengontrol (controlling
agency), dan Sebagai mediator antara sekolah dengan masyarakat (orang tua siswa).
Penelitian ini dilakukan di SDIT Al Hikmah Cilandak - Jakarta Selatan pada bulan Juni 2010
sampai Desember 2010.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode analisis data
bersifat interaktif, Analisis kualitatif cenderung menggunakan pendekatan logika induktif,
dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal yang khusus atau data di lapangan dan
bermuara pada kesimpulan-kesimpulan umum. Sumber data dalam penelitian ini adalah data
primer dalam penelitian ini, yaitu: kepala sekolah SDIT Al-Hikmah Cilandak, Pengurus
Komite Sekolah di SDIT Al-Hikmah Cilandak-Jakarta Selatan terdiri dari: ketua komite,
sekretaris, dan bendahara, anggota serta guru SDIT Al-Hikmah Cilandak-Jakarta Selatan
yang berjumlah sepuluh orang dan orang tua non Komite Sekolah berjumlah empat sebagai
penguat data. Data sekunder adalah dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya yang
berkaitan dengan kebutuhan penelitian.

Hasil yang didapat lalu dianalisis dari hasil wawancara dari pengurus harian Komite Sekolah,
guru, orang tua siswa non anggota Komite Sekolah dari hasil wawancara data tersebut
dianalisis. Dari hasil analisis data diperoleh di simpulkan bahwa kinerja Komite Sekolah
SDIT Al Hikmah Cilandak - Jakarta Selatan telah bekerja dengan baik dalam memberikan
layanan terhadap sekolah dan orang tua siswa serta bermitra dengan lembaga-lembaga yang
terkait dengan sekolah.
Disarankan agar ketua Komite Sekolah dapat meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak
terkait dalam layanan terhadap sekolah dan masyarakat (orang tua siswa) agar lebih
maksimal.
Kata Kunci: Kinerja Komite Sekolah

vi

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pernyataan................................................................................................ i
Pengesahan Pembimbing Skripsi .......................................................................... ii
Pengesahan Dosen Penguji ................................................................................... iii
Kata Pengantar ...................................................................................................... iv

Abstrak .................................................................................................................. vi
Daftar Isi................................................................................................................ vii
Daftar Tabel .......................................................................................................... ix

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9

BAB II: KAJIAN TEORI
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja............................................................................... 10
2. Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Kinerja ........................................ 11
3. Penilaian Kinerja ................................................................................. 13
4. Manfaat Penilaian Kinerja................................................................... 13
B. Komite Sekolah
1. Pengertian Komite Sekolah ................................................................. 14
2. Tujuan Komite Sekolah....................................................................... 15
3. Tugas Pokok Komite Sekolah ............................................................. 17

4. Peran dan Fungsi Komite Sekolah ...................................................... 18
5. Program Komite Sekolah .................................................................... 21

vii

6. Struktur Organisasi Komite Sekolah................................................... 22
7. Mekanisme Pembentukan Komite Sekolah ........................................ 25
8. Komponen dan Indikator Kinerja Komite Sekolah ............................. 26
9. Membangun Kemitraan Dengan Masyarakat ..................................... 29

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 34
C. Metode Penelitian...................................................................................... 34
D. Sumber Data .............................................................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 36
F. Intrumen Pengumpulan Data .................................................................... 38
G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 41

BAB IV: HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Komite Sekolah SDIT Al-Hikmah Jakarta.................. 43
B. Deskripsi Data dan Analisis Data ............................................................. 50
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 77
B. Saran.......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1: Indikator Komite Sekolah yang telah berfungsi dengan baik .................................31
Tabel 2: Pedoman wawancara kepala sekolah ......................................................................39
Tabel 3: Pedoman wawancara Komite Sekolah ....................................................................40
Tabel 4: Pedoman wawancara Orang Tua (Non komite) ......................................................41
Tabel 5: Susunan pengurus Komite Sekolah SDIT Al-Hikmah Cilandak-Jakarta Selatan
periode 2004-2007 ...................................................................................................52
Tabel 6: Susunan pengurus Komite Sekolah SDIT Al-Hikmah Cilandak-Jakarta Selatan
Periode 2007-2011 ...................................................................................................53

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sejak berlakunya Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003
sebagaimana Bab XIV tentang Pengelolaan Pendidkan pasal 51 ayat 1
mengatakan pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajamen berbasis sekolah/madrasah.
Pengelolaan

pendidikan

telah

mengalami

perubahan

sistem

dari

sentralisasi menjadi desentralisasi. Perubahan paradigma pendidikan
tersebut menempatkan satuan pendidikan memiliki kewenangan dalam
mengelola pendidikan secara mandiri. Manajemen Berbasis sekolah
(MBS) bisa disebut sebagai paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan
yang menempatkan kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan
di tingkat satuan pendidikan. Namun dalam pengelolaan pendidikan kepala
sekolah bukan satu-satunya pengambil kebijakan sekolah yang mutlak.
Dari sisi moral, sekolah dan masyarakatlah lebih mengetahui berbagai
persoalan pendidikan yang dapat menggambarkan peningkatan mutu
pendidikan. Dari segi teknis kependidikan kepala sekolah yang
mengetahui tentang bagaimana kinerja guru dan staff pendidikan di
sekolah, sarana prasarana pendidikan, kekurangan tenaga pendidikan,
penggunaan perpustakaan dan lain-lain.

1

2

Guru lebih mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh peserta
didik, mulai dari mengapa siswa malas belajar, nilai siswa yang rendah,
mengapa siswa nakal atau apatis terhadap mata pelajaran, dan lain-lain.
Sedangkan masyarakat adalah pengguna hasil (output) pendidikan. Dengan
demikian, antara kepala sekolah, guru, dan masyarakat harus sinergi dan
bekerjasama dalam pengelolaan pendidikan agar mutu pendidikan
berkualitas. Maka, MBS merupakan bentuk pengembalian kewenangan
pengambilan keputusan pada tingkat satuan pendidikan dan memberikan
kepada masyarakat akan rasa memiliki sekolah.
Ahkmad Sudrajat mengemukakan di dalam artikelnya,
semenjak diluncurkannya konsep Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah dalam sistem manajemen sekolah, Komite
Sekolah sebagai organisasi mitra sekolah memiliki peran yang
sangat strategis dalam upaya turut serta mengembangkan
pendidikan di sekolah. Kehadirannya tidak hanya sekedar sebagai
stempel sekolah semata, khususnya dalam upaya memungut biaya
dari orang tua siswa, namun lebih jauh Komite Sekolah harus
dapat menjadi sebuah organisasi yang benar-benar dapat
mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa dari
masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan di sekolah serta dapat menciptakan suasana dan
kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di
sekolah.1
Di dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 Komite sekolah adalah sebagai lembaga mandiri, dibentuk
dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan
memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.2
Komite itu dibentuk untuk mewadahi dan meningkatkan
partisipasi

para

stakeholders

sekolah

untuk

turut

merumuskan,

menetapkan, melaksanakan dan memonitor pelaksanaan kebijakan sekolah

1

Akhmad Sudrajat, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/16/peranstrategis-komite-sekolah/, Tanggal akses, 03 Nopember 2010
2
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Jakarta 2003, h. 18

3

dan pertanggungjawaban yang terfokus pada kualitas pelayanan terhadap
peserta didik secara proporsional dan terbuka.
Komite juga mewadahi partisipasi para stakeholders untuk turut
serta dalam manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya,
berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah
secara proporsional. Namun, seringkali komite sekolah masih diterima
setengah hati. Pihak sekolah enggan dicampurtangani pihak lain. Selama
ini manajemen sekolah-sekolah, apalagi dalam hal keuangan cenderung
tertutup. Kehadiran komite dianggap bisa membahayakan kepentingan
sekolah secara internal. Tak mengherankan jika kemudian yang
berkembang adalah pandangan bahwa komite sekolah mandul dan hanya
menjadi pengesah saja dari kebijakan-kebijakan kepala sekolah.
Menurut Paulus Mujiran Komite sekolah dibentuk disentralisasi
dan diharapkan bekerjasama dengan kepala sekolah sebagai partner untuk
mengembangkan

kualitas

sekolah

dengan

menggunakan

konsep

manajemen berbasis sekolah dan masyarakat yang demokratis, transparan,
dan akuntabel.3
Sejalan dengan semangat tersebut, segala keputusan yang
berkaitan dengan pengelolaan pendidikan diambil dan bertumpu pada
sekolah dan masyarakat. Dan ini sesuai dengan paradigma baru di bidang
pendidikan yaitu manajemen berbasis sekolah (MBS). Dalam MBS ini
sekolah ditempatkan sebagai suatu lembaga yang berada di tengah-tengah
masyarakat yang memiliki ciri khas tersendiri. Karena itu sekolah harus
memiliki unit perencana, unit pembuat keputusan, dan basis manajemen.
Komite Sekolah mencerminkan peran serta masyarakat dalam memajukan
pendidikan.

3

Paulus Mujiran, http://www.yipd.or.id/main/readnews/955, Tanggal akses 03
Nopember 2010

4

Komite Sekolah seharusnya bukan hanya formalitas, melainkan
memberikan sumbang saran, pendapat, kontrol terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Luasnya peran Komite Sekolah tidak dimaksudkan untuk
mengurangi wibawa guru dan kepala sekolah. Justru porsi peran yang
berbeda memungkinkan kerjasama yang baik diantara sekolah dan Komite
Sekolah. Bentuk pengembangan potensi sekolah ini antara lain melalui
peningkatan kinerja para guru dan karyawan, keleluasaan mengelola
sumber daya sekolah, penyederhanaan birokrasi, dan mempererat
partisipasi masyarakat. Upaya tersebut diharapkan mampu mendorong
kemajuan sekolah tanpa meninggalkan nilai-nilai setempat. Dan yang tidak
kalah penting adalah memperluas basis mitra sekolah, yang semula hanya
berbasis struktural dari pusat ke daerah. Sekarang menjadi lebih luas, di
samping berbasis struktural juga berbasis masyarakat, pemimpin atau
tokoh masyarakat, sektor swasta, dan LSM dibidang pendidikan.
Undangan komite sekolah kepada orangtua siswa bukan dalam
rangka membicarakan masalah perbaikan kualitas pendidikan, melainkan
untuk kepentingan penarikan dana pembangunan sekolah. Sehingga rapat
komite sekolah direduksi menjadi rapat pengumpulan dana. Karena itu
wajar jika muncul berbagai kasus ketidaktransparan pengelolaan dana
yang berasal dari orangtua atau wali yang berakibat pada munculnya
ketidakpuasan dan demonstrasi di berbagai sekolah.
Hal ini tidak perlu terjadi kalau komite sekolah benar-benar
berperan sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan. Untuk itu perlu ditegakkan sistem perekrutan
personal komite sekolah yang proporsional, profesional, dan kompeten.
Komite berkepribadian independen, punya semangat tinggi untuk menjalin
kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan sekolah. Komite Sekolah
merupakan

penyempurnaan

dan

perluasan

badan

kemitraan

dan

komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Sampai tahun 1994 mitra
sekolah hanya terbatas dengan orang tua peserta didik dalam wadah yang

5

disebut dengan POMG (persatuan Orang Tua dan Guru), tahun 1994
sampai pertengahan 2002 dengan perluasan peran menjadi BP3 (Badan
Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan) yang personilnya terdiri atas
orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Sejak pertengahan tahun 2002
wadah tersebut bertambah peran dan fungsinya sekaligus perluasan
personilnya yang terdiri atas orang tua dan masyarakat luas yang peduli
terhadap pendidikan yang tidak hanya di sekitar sekolah. Perbedaan yang
prinsip antara BP3 dengan komite sekolah adalah dalam peran dan fungsi,
keanggotaan serta dalam pemilihan dan pembentukan kepengurusan.
Secara umum peran komite sekolah sebagai berikut:
1. Sebagai lembaga pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
2. Sebagai lembaga pendukung (supporting agency), baik yang berwujud
finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
3. Sebagai lembaga pengontrol (controlling agency) dalam rangka
ransparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan
di satuan pendidikan.
4. Sebagai lembaga mediator (mediator agency) antara pemerintah
(eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan4.
Selain peran kegiatan tersebut diatas, juga dilakukan pertemuanpertemuan rutin yang membahas beberapa agenda penting dalam rangka
meningkatkan mutu sekolah antaran lain :
1. Pertemuan Komite Sekolah dengan kepala sekolah mengenai
penerimaan siswa baru.
2. Pertemuan Komite Sekolah dan panitia penerimaan siswa baru
3. Pertemuan orang tua murid, komite sekolah, kepala sekolah, guru dan
pegawai
4. Pertemuan pembahasan dana operasional sekolah (BOS)
5. Rapat koordinasi menghadapi mid semester, semester ganjil/genap,
ujian sekolah dan ujian nasional
6. Pertemuan Khusus Komite Sekolah dengan kepala sekolah tentang
ketenagaan.
7. Rapat Kepala Sekolah dengan Komite Sekolah tentang Pengadaan
Sarana/Prasarana.5
4

Modul 1: Penguatan Kelembamgaan Komite Sekolah, (Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kegiatan
Peningkatan Kegiatan dan Usaha Manajemen Pendidikan, Jakarta 2006), h. 17

6

Oleh karena itu Komite Sekolah harus benar-benar menunjukkan
kinerja professional dan menjadi dirinya sendiri sebagai lembaga
independen dan mampu menjadi mitra bagi satuan pendidikan. Selain itu,
Komite Sekolah harus bisa menumbuhkan perhatian dan persepsi
masyarakat lainnya pada kepemilikan sekolah. Sekolah adalah milik
masyarakat maka Komite Sekolah harus menampung dan menganalisis
aspirasi masyarakat serta mendorong, partisipasi orang tua guna
mendukung peningkatan mutu pendidikan. Komite Sekolah juga
mengevaluasi dan mengawasi kebijakan, program serta penyelenggaraan
pendidikan.
Dalam tulisan Suparlan.com mulai dari terbitnya Kepmendiknas
Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, maka
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah telah berusia kurang lebih delapan
tahun sampai tahun 2011. Melalui program sosialisasi, pengembangan, dan
kemudian pembinaan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh
pemerintah, dalam hal ini Ditjen Mandikdasmen, hasilnya dapat kita
ketahui sebagai berikut: (1) hampir semua kabupaten/kota di Indonesia
telah terbentuk Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota, (2) separuh provinsi
di Indonesia secara mandiri telah membentuk Dewan Pendidikan Provinsi,
(3) hampir semua satuan pendidikan telah membentuk Komite Sekolah.
Sekolah Dasar Islam terpadu Al-Hikmah (SDIT) Cilandak-Jakarta
Selatan sejak terbentuknya sekolah ini telah mempunyai POMG (persatuan
orang tua murud dan guru) seiring dengan adanya peraturan pemerintah
pada pertengahan 2002 terbentuklah Komite Sekolah yang bertambah
peran dan fungsinya sekaligus perluasan personil komite sekolah yang
terdiri dari orang tua, dan masyarakat luas yang peduli terhadap
pendidikan yang tidak hanya di sekitar sekolah. Diharapkan perubahan
POMG menjadi Komite Sekolah akah lebih baik dari sebelumnya. Pada
dasarnya pembentukan Komite Sekolah yang dilakukan di sekolahan ini
5

Program Komite Sekolah, http://smpn1-gunungsari.net/program.php, Tanggal
akses 03 Nopember 2010

7

telah mengacu pada Acuan Operasional Kegiatan dan Indikator Kinerja
Komite Sekolah yang dikeluarkan Dinas Pendidikan pada tahun 2003.
Namun ada beberapa hal yang belum optimal mengenai keanggotaan
Komite Sekolah yang pada umumnya keanggotaannya masih dari orang
tua siswa belum melibatkan tokoh masyarakat, LSM pendidikan, dan
dunia usaha.
Melihat kondisi sekolah Kinerja Komite Sekolah belum terlibat
langsung dalam hal merumuskan RAPBS, pengadaan fasilitas pendidikan
dan hal yang berkaitan dengan pengembangan mutu pendidikan. Serta
belum mampu mensupport masyarakat ikut

berpartisipasi dalam

pendidikan, rapat yang dilakukan pihak Komite Sekolah hanya sebatas
menggalang/pengumpulan

dana

bukan

sebagai

mediator

dengan

masyarakat dan menampung aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan masyarakat dalam peningkatan kualitas mutu
pendidikan.
Ditambah lagi, Komite Sekolah belum mampu melibatkan
masyarakat dari luar hanya dari internal sekolah dalam setiap kegiatan
penyelenggaraan sekolah6. Dalam hal pengawasan dan evaluasi komite
belum terlihat secara langsung di sekolah, apalagi hal-hal yang berurusan
dengan financial komite sekolah hanya sebatas RAPBS Komite Sekolah
yang mendapat pengontrolan. Serta belum optimal bentuk kerja sama atau
mitra Komite Sekolah dengan lingkungan masyarakat sekitar. Dan dapat
katakan komite sekolah yang ada sekarang sekolah bukan hanya sebatas
penggalan dana, perbaikan gedung serta sebagai pengesah (stempel)
kebijakan sekolah, melainkan masih banyak peran dan fungsi Komite
Sekolah yang perlu dikerjakan agar dapat menunjang peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “KINERJA KOMITE SEKOLAH DI SDIT
AL-HIKMAH CILANDAK - JAKARTA SELATAN”.
6

Observasi Wawancara dengan kepala sekolah SDIT Al-Hikmah Jakarta

8

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas maka dapat
diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
1.

Belum optimal peran dan fungsi pengurus sesuai struktur Komite
Sekolah yang ada, hal ini disebabkan yang menjadi pengurus belum
sesuai dengan standar Dinas Pendidikan .

2.

Bagaimana mekanisme cara pembentukan Komite Sekolah?

3.

Komite Sekolah, belum terlibat langsung merumuskan, melaksanakan
dan mengevaluasi kebijakan sekolah.

4.

Komite Sekolah belum menunjukkan sebagai badan pemberi
pertimbangan di sekolah.

5.

Kinerja Komite Sekolah belum efektif dalam menjalin kerja sama
dengan mitra sekolah

6.

Sebagai lembaga pendukung (Supporting agency) Komite Sekolah
belum melibatkan masyarakat luar dalam penyelenggaraan kegiatan
pendidikan.

7.

Apakah Komite Sekolah telah melakukan evaluasi dan pengawasan
sebagai badan pengontrol?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka perlu adanya
pembatasan masalah. Untuk itu, penyusun membatasi masalah pada
“Kinerja Komite Sekolah di SDIT Al-Hikmah Cilandak-Jakarta Selatan”.
Kinerja Komite Sekolah yang dimaksud, meliputi aspek peran dan fungsi
yang dilakukanya, yakni sebagai badan pertimbangan, pendukung,
pengawas dan badan mediator serta mekanisme pembentukan Komite
Sekolah sehingga berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
Dengan demikian, perumusan masalahnya adalah Bagaimana
Kinerja Komite Sekolah Di SDIT Al-Hikmah Cilandak Jakarta?

9

D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai syarat untuk meraih gelar S1 (Strata satu) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi Komite Sekolah di SDIT Al-Hikmah Jakarta.
3. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menambah dan memperkaya
sumber bacaan mengenai kinerja Komite Sekolah di SDIT Al-Hikmah
Jakarta.
4. Secara praktis skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
kinerja Komite Sekolah sesuai standar yang telah ditetapkan oleh
MENDIKNAS.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja atau prestasi kerja berasal dari kata job
performance yaitu prestasi kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau
derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang
dimilikinya. Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja
karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Dalam konteks
tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam mencapai suatu
tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan. Kinerja
dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku
atau cara seseorang dalam melaksanakan tugas, sehingga
menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud
dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang diberikan
kepadanya.1
Kinerja dapat ditunjukkan seseorang misalnya guru atau kepala
sekolah atau pengawas sekolah, dapat pula ditunjukkan pada unit kerja
atau organisasi tertentu misalnya sekolah, lembaga pendidikan, kursuskursus, dll. Atas dasar itu maka kinerja diartikan sebagai hasil kerja yang
dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai
wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing dalam rangka mencapai
tujuan organisasi yang bersangkutan.
1

Penilaian Kinerja Kepala Sekolah, (Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
2008), h. 4

10

11

Hadipranata dalam buku perilaku organisasi mengartikan
“Kinerja sebagai kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan
untuk memantau produktivitas kerja sumber daya manusia, baik
yang beroriantasi pada produksi barang, jasa, pelayanan. Agar
dicapai kinerja yang profesional, hal-hal seperti kesukarelaan,
pengembangan diri pribadi, pengembangan kerja sama yang saling
menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya perlu dikembangkan”.2
Menurut E. Mulyasa “Kinerja atau performansi dapat diartikan
sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau
unjuk kerja”.3
Dan dapat disimpulkan bahwa kinerja prestasi seseorang dalam
suatu bidang tertentu dan bertanggung jawab atas tugas pokok yang
diembannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
lebih mengarah kepada kinerja Komite Sekolah.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat
individual, karena setiap orang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja tergantung pada kombinasi antara
kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam kinerja.
Menurut Timpe (1993) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu:
1.

Kinerja baik dipengaruhi oleh dua faktor:
a.

Internal (pribadi)
1) Kemampuan tinggi
2) Kerja keras

b.

Eksternal (lingkungan)
1) Pekerjaan mudah
2) Nasib baik
3) Bantuan dari rekan-rekan
4) Pemimpin yang baik

2

Hairul Umam, Perilaku Organisasi, (Bandung: Pustaka Setia 2010), h. 187
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005), Cet. 6, h. 136
3

12

2.

Kinerja jelek dipengaruhi dua faktor:
a.

Internal (pribadi)
1) Kemampuan rendah
2) Upaya sedikit

b.

Eksternal (lingkungan)
1) Pekerjaan sulit
2) Nasib buruk
3) Rekan-rekan kerja tidak produktif.
4) Pemimpin yang tidak simpatik. 4
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja individu yaitu:
1. Kemampuan mereka
2. Motivasi
3. Dukungan yang diterima
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
5. Hubungan mereka dengan organisasi.5
Sedangkan Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja :
1. Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,
pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.
2. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan
kepuasan kerja
3. Faktor

organisasi :

struktur

organisasi,

desain

pekerjaan,

kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).6
Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan
bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja
(output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang

4

http://mentalsukses.wordpress.com/2010/01/23/kinerja-karyawan-definisi-faktor-yangmempengaruhi-dan-cara-meningkatkan-kinerja-karyawan/ Tanggal akses, 14/12/2010
5
http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja Tanggal akses, 03 Januari 2011
6
Hairul Umam, Perilaku Organisasi, (Bandung: Pustaka Setia 2010), h. 190

13

diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari
proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
3. Penilaian Kinerja
Penilaian

kinerja

(performance

appraisal)

pada

dasarnya

merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara
efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik
atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja
individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara
keseluruhan.
Menurut Cascio dalam buku Perilaku Organisasi mengemukakan
“Penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis
tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu
kelompok secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat
diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan”.7
Menurut Bambang wahyudi, “Penilaian kinerja adalah suatu
evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi
kerja (jabatan) seorang karyawan, termasuk potensi pengembangannya”.8
4. Manfaat Penilaian Kinerja
Kontribusis hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat
bermamfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi. Secara terperinci,
penilaian kinerja bagi organisasi adalah:
a.

penyesuaian-penyesuaian konpensasi

b.

perbaikan kinerja

c.

kebutuhan latihan dan pengembangan

d.

pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,
pemecatan, pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerja

e.
7
8

untuk kepentingan penelitian pegawai

Hairul Umam, Perilaku Organisasi, (Bandung: Pustaka Setia 2010), h. 191
Hairul Umam, Perilaku Organisasi ..., h. 191

14

f.

membantu diagnosis terhadap kesalahan desaian pegawai. 9

B. Komite Sekolah
1. Pengertian Komite Sekolah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang
program pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004, dalam rangka
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu dibentuk
dewan pendidikan dan ditingkat kabupaten atau kota, dan Komite Sekolah
di tingkat satuan pendidikan. Amanat rakyat ini sejalan dengan konsepsi
desentralisasi pendidikan, baik ditingkat kabupaten atau kota maupun
ditingkat sekolah. Amanat rakyat dalam Undang-Undang tersebut telah
ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor
044/U /2002 tanggal 2 April 20002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah.
Dibentuknya Komite Sekolah merupakan konsekuensi perluasan
makna partisipasi masyarakat serta menampung dan menyalurkannya
dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah. Selain itu adanya
Komite Sekolah diharapkan Juga agar ada organisasi masyarakat sekolah
yang memiliki komitmen dan loyalitas tinggi serta peduli terhadap
peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah yang dibangun harus
merupakan pengembangan kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif,
artinya Komite Sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi pada
pengguna, berbagai kewenangan dan kemitraan yang difokuskan pada
peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas Pasal 56, Ayat (3),
“Komite Sekolah/Madrasah adalah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan”.10

9

Hairul Umam, Perilaku Organisasi ..., h. 191
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Jakarta 2003, h. 18
10

15

Menurut Hasbullah dalam bukunya Otonomi pendidikan,
berdasarkan keputusan Mendiknas No. 044/U/2002 tanggal 2
April 2002, “Komite Sekolah merupakan badan yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan pemerataan
efesiensi pengelolaan pendidikan disatuan pendidikan baik pada
pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun
pendidikan luar sekolah. Anggota-anggota Komite sekolah terdiri
dari Kepala Sekolah dan dewan guru, orang tua siswa dan
masyarakat”.11
Menurut Umaedi dalam bukunya Manajemen Mutu Berbasis
sekolah/madrasah “Komite Sekolah/Madrasah adalah lembaga mandiri
yang beranggotakan Orang tua/Wali peserta didik, komunitas sekolah,
serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan”.12
Menurut Nanang Fattah, “Dewan Sekolah merupakan suatu
badan atau lembaga non politis dan non profit, dibentuk
berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholders
pendidikan di tingkat sekolah, sebagai representasi dari berbagai
unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas
proses dan hasil pendidikan”.13
Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa Komite Sekolah

adalah badan mandiri atau lembaga non politis dan non profit yang
beranggotakan Orang Tua/wali peserta didik komunitas sekolah, serta
tokoh

masyarakat

yang

dibentuk

berdasarkan

musyawarah

yang

demokratis dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan dan rasa ikut memiliki
terhadap sistem pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah yang ada
dilingkungan masing-masing.
2. Tujuan Komite Sekolah
Pembentukan Dewan Pendidikan sebagai pemberi pertimbangan
dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan ditingkat
11

Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya
Terhadap Penyelenggraan Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. 1, h. 47
12
Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/ Madrasah (MMBS) (Jakarta: Pusat
Kajian Manajemen Mutu Pendidikan , 2004), Cet. 1 h. 55
13
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah, (Bandung:
Pustaka Bani Quraisy, 2004 ), Cet. 1, h. 158

16

kabupaten dan Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan ditingkat satuan
pendidikan

merupakan

langkah

yang

positif

dari

perencanaan

pembangunan pendidikan di negara ini. Langkah tersebut termasuk usaha
mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kepemilikan sekolah.
Oleh karna itu, pembentukan Komite Sekolah memiliki beberapa tujuan
dalam peningkatan mutu pendidikan.
Pembentukan Komite Sekolah dapat dilihat pada keputusan
menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002
tentang acuan Pembentukan dewan pendidikan dan Komite Sekolah.
Dewan pendidikan dan Komite Sekolah bertujuan untuk:
a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program Pendidikan, (didaerah
kabupaten/kota untuk Dewan Pendidikan, disatuan pendidikan untuk
Komite Sekolah)
b. Meningkatkan tanggungjawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan
masyarakat dalam penyelenggaraan disatuan pendidikan.
c. Menciptakan suasana dan kondisi transparansi, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
bermutu, didaerah kabupaten/kota untuk Dewan Pendidikan, Untuk
Komite Sekolah).14
Nanang Fattah menjelaskan tujuan dibentuknya Komite Sekolah
yaitu adalah suatu organisasi “Masyarakat Sekolah” yang mempunyai
komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas peserta
didik.15 Nanang Fattah menjabarkan tujuan pembentukan Dewan sekolah
sebagai berikut:
a. Mewadahi dan meningkatkan partisipasi para stakeholder ada tingkat
sekolah untuk turut serta merumuskan, menetapkan, melaksanakan dan
memonitoring
pelaksanaan
kebijakan
sekolah
dan
pertanggungjawabkan yang terfokus pada kualitas pelayanan peserta
didik secara proporsional dan terbuka.
b. Mewadahi partisispasi para stakeholder untuk turut serta dalam
manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, berkenaan
14

Pemberdayaan Komite Sekolah, Modul 2 : Peningkatan Kemampuan Organisasional
Komite Sekolah, (Depdiknas Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kegiatan Peningkatan Kegiatan dan Usaha Manajemen Pendidikan, Jakarta 2006), h. 4
15
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah …, h. 158

17

dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah secara
proporsional.
c. Mewadahi partisipan baik individu maupun kelompok sukarela
(volountir), pemerintah atau pakar pendidikan yang peduli kepada
kualitas pendidikan, secara proporsional dan profesional selaras dengan
kebutuhan sekolah.
d. Menjembatani dan turut serta memasyarakatkan kebijakan sekolah
kepada pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dan kewenangan
ditingkat daerah.16
Tujuan tersebut mengandung maksud bahwa peran yang
dimaksud tidak hanya berstatus involvement (keterlibatan) saja, tetapi juga
participation (keikutsertaan).
3. Tugas Pokok Komite Sekolah
Selaras dengan wewenangnya Komite Sekolah mempunyai tugas
pokok Sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan rapat-rapat sesuai dengan program yang ditetapkan.
b. Bersama-sama sekolah merumuskan dan menetapkan visi dan misi
c. Bersama-sama sekolah menyusun standar pelayanan pembelajaran di
sekolah
d. Bersama-sama sekolah menyusun rencana strategis pengembangan
sekolah
e. Membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan kesejahteraan
berupa uang honorium yang diperoleh dari masyarakat kepada kepada
sekolah, tenaga guru dan tenaga administrasi sekolah
f. Bersama-sama sekolah mengembangkan potensi prestasi unggulan, baik
yang bersifat akademis (nilai test harian, cawu atau tahunan NEM),
maupun yang bersifat non akademis (keagamaan, olah raga, seni dan
keterampilan di tempat sekolah pertanian, kerajinan tangan dengan
teknologi sederhana.
g. Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat untuk
meningkatkan kualitas pelayanan sekolah
h. Mengelola kontribusi masyarakat berupa uang yang diberikan kepada
sekolah.
i. Mengelola kontribusi masyarakat yang berupa non material (tenaga,
pikiran) diberikan kepada sekolah.
j. Mengevaluasi program sekolah secara profesional sesuai kesepakatan
dengan pihak sekolah meliputi pengawasan sarana dan prasarana
sekolah, pengawasan keuangan secara berkala dan berkesinambungan.
k. Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkan bersamasama dengan pihak sekolah
16

Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah …, h. 158-159

18

l. Memberikan respon terhadap kurikulum yang dikembangkan secara
standar nasional maupun local
m. Memberikan motivasi, penghargaan (baik berupa materi maupun non
materi) kepada tenaga kependidikan atau kepada seseorang yang berjasa
kepada sekolah secara profesional sesuai dengan kaidah profesional
guru atau tenaga administrasi sekolah.
n. Memberikan otonomi profesional kepada guru mata pelajaran dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikannya sesuai kaidah kompetensi
guru.
o. membangun jaringan kerjasama dengan pihak luar sekolah yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan proses dan hasil
pendidikan.
p. Memantau kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah
q. Mengkaji laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program yang
dikonsultasikan oleh kepala sekolah.
r. menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
sekolah.17
4. Peran dan Fungsi
Komite Sekolah memiliki peran yang sangat penting terhadap
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Peran Komite Sekolah
tersebut tidak hanya terbatas pada mobilisasi sumbangan sebagaimana
peran BP3, akan tetapi lebih berperan serta pada hal-hal yang yang lebih
substansial untuk membantu merencanakan, menetapkan, menjalankan,
mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian

Komite Sekolah

tidak hanya menjadi

pengurnpul dana atau sebuah lembaga yang pasif tetapi harus aktif dalam
mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Keberadaaan komite sekolah
harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu
pembagian perannya harus sesuai posisi dan otonomi yang ada. Adapun
peran Komite Sekolah adalah sebagai berikut:
a.

17

Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah …, h. 164-165

19

b.

c.

d.

Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pcndidikan di
satuan pendidikan
Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.
Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD/legislatif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.18
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala sekolah

professional. Dalam rangka memberdayakan masyarakat dan lingkungan
sekolah, peran dewan pendidikan dan Komite Sekolah antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a.

b.

c.

d.
e.
f.

g.
h.

i.

18

memberi pertimbangan (advisory agency) dalam membardayakan
masyarakat dan lingkungan sekolah, serta menentukan dan
melaksanakan kebijakan pendidikan.
Mendukung (supporting agency) kerja sama sekolah dengan
masyarakat, baik secara financial, pemikiran,maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan.
mengontrol (controlling agency) kerja sama sekolah dengan
masyarakat dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan output pendidikan
Mediator antara sekolah, pemerintah (eksekutif), dewan perwakilan
rakyat daerah (DPRD/ legeslatif), dengan masyarakat
Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan atau
organisasi), dan dunia kerja, pemerintah. dan DPRD dalam rangka
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas
menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai
kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan.
memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada
pemerintah daerah dan DPRD, berkaitan dengan:
1) kebijakan dan program pendidikan
2) kriteria kinerja pendidikan di daerahnya
3) kriteria tenaga kependidikan termasuk kepala sekolah
4) kriteria sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan
kemampuan daerah
5) berbagai kebijakan lain
Mendorong orang tua dan masyarakat untuk secara aktif berpartispasi
dalam pendidikan guna mendukung peningkatan kualitas, relevansi,
dan pemerataan pendidikan
Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah… h. 406

20

j.

Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap perencanaan,
pelaksanaan, kebijakan, program dan output pendidikan.19
Untuk menjalankan perannya itu, maka Komite Sekolah memiliki

fungsi sebagai berikut:
a.
b.

c.
d.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
e.
f.
g.

Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
Melakukan
kerjasama
dengan
masyarakat
(perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
Menampung dan menganalisa aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
bidang pendidikan yang diajukan oleh masyarakat
Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai:
Kebijakan dan program pendidikan
Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
Kriteria kinerja satuan pendidikan
Kinerja tenaga kependidikan
Kinerja fasilitas pendidikan
Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
Mengalang
dana
masyarakat
dalam
rangka
pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.20
Dari beberapa penjelasan tentang peran dan fungsi Komite

Sekolah di atas, maka terlihat bahwa keberadaan Komite Sekolah
diharapkan berperan aktif terhadap kebijakan-kebijakan yang berkait
dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan,
perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasinya.
Peran aktif Komite Sekolah dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan ini dapat dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pihak
sekolah maupun pihak-pihak lain yang terkait dalam menghadapi disini
adalah peran yang universal, yaitu kerja sama yang erat dalam
merencanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil yang telah
tercapai.
19
20

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah…, h. 189-190
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah…, h. 93-94

21

5. Program Komite Sekolah
Untuk melaksanakan roda organisasi sekolah harus menyusun
program kerja, baik dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Program kerja ini harus segera disusun setelah struktur kepengurusan dan
keanggotaannya dibentuk, serta telah memiliki AD/ART. Penyusunan
program kerja komite sekolah perlu memperhatikan atau berdasarkan
beberapa hal sebagai berikut:
a.

Program kerja komite sekolah merupakan penjabaran peran dan fungsi
komite sekolah. Program kerja komite sekolah jangan sampai keluar
dari peran dan fungsi komite sekolah, apa yang dapat atau tidak dapat
dan harus dilakukan oleh komite sekolah tidak lain harus tetap dalam
koridor yang tertuang dalam peran dan fungsi komite sekolah.

b.

Berdasarkan data dan informasi yang akurat yang diperoleh dari
kondisi dan permasalahan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Proses
penyusunan program kerja komite sekolah perlu mempertimbangkan
masukan dan pertimbangan dari sekolah. Untuk memperoleh data dan
informasi yang lebih akurat, maka komite sekolah dapat melakukan
observasi langsung ke orang tua siswa. Misalnya untuk mengetahui
data yang akurat tentang jumlah siswa yang berasal dari keluarga yang
kurang mampu.

c.

Sesuai dengan kaidah penyusunan program kerja pada umumnya,
program kerja komite sekolah disusun menganut kaidah SMART
(Specific, Measurable, achievable, time frame)
Dalam

menyusun

program

kerja,

komite

memperhatikan kaidah SMART, yakni:
1) Spesifik
2) Dapat diukur keberhasilan dan taraf pencapaiannya
3) Dapat dicapai dan dapat diperoleh
4) Berorientasi pada hasil dan proses, dan

sekolah

harus

22

5) Dengan jadwal yang jelas. 21
d.

Pelaksanaan

program

kerja

komite

sekolah

harus

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Salah satu prinsip komite sekolah adalah akuntabilitas, oleh
karena itu hasil pelaksanaan program kerja komite sekolah harus
dipertanggungjawabkan, bukan hanya kepada orang tua tetapi juga kepada
masyarakat. Sekolah dan komite sekolah harus membuat laporan
pertanggungjawaban secara periodik atau setiap akhir tahun pelajaran
kepada orang tua siswa dan masyarakat.
6. Struktur Organisasi Komite Sekolah
Pembentukan komite sekolah dilakukan secara transparan,
akuntabel, dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa
komite sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh
masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan,
proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses
seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, pengumuman calon
anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan
secara

akuntabel

menyampaikan

adalah

laporan

bahwa

panitia

pertanggungjawaban

persiapan
kinerjanya

hendaknya
maupun

penggunaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa
dalam proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan
musyawarah dan mufakat. Jika dipandang perlu, pemilihan anggota dan
pengurus dilakukan melalui pemungutan suara.
a. Keanggotaan Komite Sekolah
Keanggotaan komite sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada
dalam