Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Di Kota Serang Tahun 2015 - FISIP Untirta Repository

  

ABSTRAK

Indri Sutopo, 6661101843, 2016. Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang

Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki

Lima di Kota Serang Tahun 2015. Program Studi Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Anis

Fuad, S.Sos, M.Si (Pembimbing I), Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si (Pembimbing

  II).

  Penataan dan pemberdayaan PKL adalah program Pemerintah Daerah Kota Serang yang bertujuan untuk mengelola PKL di Kota Serang. Lokus dalam penelitian ini adalah di Kota Serang yang memiliki jumlah PKL yang banyak dan harus dikelola. Fokus dalam penelitian ini adalah Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang Pada Tahun 2015. Masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah sumber daya pelaksana yang masih kurang, komunikasi antar organisasi belum maksimal, petunjuk teknis belum ada. Dengan rumusan masalahnya yaitu bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL Di Kota Serang Tahun 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri dengan menggunakan cara wawancara dengan informan penelitian, studi dokumentasi dan triangulasi. Informan dalam penelitian ini sebanyak 13 orang. Penelitian menggunakan teori Donald Van Metter dan Carl Van Horn yang memuat 6 indikator yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap/kecenderungan para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Adapun hasil dari penelitian ini berdasarkan wawancara dengan semua informan menunjukan bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Pada Tahun 2015 dapat dikatakan belum berjalan optimal. Dilihat dari adanya hambatan yang muncul dari kurangnya sumber daya pelaksana dan komunikasi antar organisasi yang belum berjalan dengan maksimal dan ditambah dengan belum terbitnya petunjuk teknis dari Pemerintah Daerah Kota Serang. Saran dari peneliti diharapkan program penataan dan pemberdayaan PKL bisa dilaksanakan dengan optimal dan berkelanjutan karena program tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kota Serang.

  

Kata Kunci: Implementasi, Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

  

ABSTRACT

Indri Sutopo, 6661101843, 2016. Implementation of Regional Regulation No. 4 of

2014 of Serang City on Structuring and Empowerment of Street Vendors in

Serang City in the year of 2015. Study Program of Public Administration,

Faculty of Social and Political Sciences at Sultan Ageng Tirtayasa University.

Anis Fuad, S.Sos , M.Si (Advisor I), Yeni Widyastuti, S. Sos, M.Si (Advisor II).

  Structuring and empowerment of Street vendors is the program from Serang Local Government which is aimed to manage street vendors around the City of Serang. The focus of this research was Serang City, because it has the large number of vendors that should be managed. The focus of this research was the Implementation of Regional Regulation No. 4 Of 2014 In Serang On Structuring and Empowerment of Street Vendors in Serang City in 2015. Problems of this research were the lack of executors, the communication between organizations which has not been maximal yet and the absence of technical guidelines. The formulation of the problem was how The Implementation of The Regional Regulation No. 4 Of 2014 About Structuring and Empowerment of Street Vendors In Serang City In 2015. The method used in this study was qualitative. Research instruments were the researcher himself by using interviews with informants, documentation and triangulation. The number of Informants in this research were 13 people. This research used the theory of Donald Van Metter and Carl Van Horn that includes six indicators, they are measurement and policy objectives, resources, characteristics of the executing agency, the attitude / tendency of the implementers, communication between the organization and implementing activities, economic environment, social and political. The results of this study which was based on interviews with all of the informants showed that the Implementation of Serang City Regional Regulation No. 4 Of 2014 In 2015 has not been implemented optimally. It can be seen from the obstacles appeared from a lack of resources and communication between organizations that have not done maximal so did the absence of the technical guidelines from the Local Government of Serang City. This research suggested that the structuring and empowerment program of street vendors should be implemented optimally and sustainably, because this program is needed by the citizen of Serang City.

  Keywords: Implementation, Structuring and Empowerment of street vendors.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur seluruhnya hanyalah milik Allah SWT, yang selalu dan senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan kita semua.

  Hasil penelitan skripsi ini diajukan untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul ”Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang Tahun 2015

  ”. Peneliti menyampaikan rasa terimakasih tak terhingga kepada pihak-pihak berikut:

1. Yth. Bapak Prof. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

  Tirtayasa 2. Yth. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan FISIP Universitas Sultan Ageng

  Tirtayasa, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik 3. Yth. Ibu Rahmawati, S.Sos.,M.Si., Wakil Dekan I FISIP Universitas Sultan

  Ageng Tirtayasa 4. Yth. Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fisip Universitas Sultan

  Ageng Tirtayasa

  5. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos.,M.Si., Wakil Dekan III FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 6. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos.,M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

  Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 7. Yth. Bapak Riswanda, Ph.D., Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara

  FISIP Untirta 8. Yth. Bapak Anis Fuad. S.Sos., M.Si, Dosen Pembimbing I Skripsi 9. Yth. Ibu Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si., Dosen pembimbing II Skripsi 10.

  Kepada yang terhormat seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bekal-bekal ilmiah kepada peneliti selama proses belajar mengajar 11. Terutama sekali untuk Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Setyaningsih yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa kepada peneliti sehingga bisa lebih termotivasi.

  12. Yth. Ibu Dra. Sri Kusminingsih, Kasi Pengelolaan dan Pengembangan Pasar Disperindagkop Kota Serang 13. Yth. Ibu Lily Muslihat, SH.M.Si., Kepala Sub Bagian Perundang-undangan

  Setda Kota Serang 14. Kepada One Lailla Trisanti, M.Pd yang selalu mendukung peneliti dalam penelitian ini.

  15. Kepada sahabatku, Iwan Hermawan, S.Sos, Syandi Negara, Lia Dwi Utami yang selalu membantu peneliti dalam penelitian ini.

  16. Kepada kawan-kawan seperjuangan, Noel Ricky, Firmansyah, Wahyu Firmansyah, Yogi M. Akbar, S.Sos, Syaiful Bahri, S.Sos, Asep Hidayat, S.Sos, Sughron Jazilah, Ibnu Saputra, Randi Apriandi, Andri Wijaya, Abdul Yusuf, Habibullah, Ingga Andika Putra dan Amalia Anjani, yang telah memberikan semangat kepada peneliti.

  17. Kepada teman-teman kelas F dan G Non Reguler angkatan 2010 Ilmu Administrasi Negara yang telah menjadi sahabat dan menemani peneliti selama perkuliahan dikampus.

  18. Teman–teman Mesiu, Arsenal Indonesia Supporter Regional Serang dan Gunner Untirta terimakasih sudah menjadi sahabat setia dan keluarga selama ini.

  19. Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu, terimakasih telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik yang diberikan kepada Peneliti mendapat limpahan yang setimpal dari Allah SWT dan senantiasa skripsi ini dapat bermamfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi semua pihak. Akhir kata Peneliti berharap agar skripsi ini dapat membawa kemaslahatan bagi semua umat. Amiin

  Serang, April 2016 Indri Sutopo

  

DAFTAR ISI

  1

  1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................

  15

  1.5 Tujuan Penelitian ..........................................................................

  15

  1.4 Rumusan Masalah .........................................................................

  15

  1.3 Batasan Masalah ...........................................................................

  14

  1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................

  1.1 Latar Belakang Masalah................................................................

  Halaman

  BAB I PENDAHULUAN

  xi

  ……………………………………………………….. x DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..

  DAFTAR GAMBAR

  ……………………………………………………….. ix

  ………………………………………………………………... v DAFTAR TABEL ...

  DAFTAR ISI

  ………………………………………………………. i

  HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR

  16

  

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

  2.1

  17 Landasan Teori .............................................................................

  2.1.1 Pengertian Kebijakan...........................................................

  18 2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik ...............................................

  19 2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik ..........................................

  21 2.1.4 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik............

  22

  2.1.5 Pedagang Kaki Lima (PKL) ………………………………. 33

  2.2 Penelitian Terdahulu…………………………………………… 34

  2.3 Kerangka Berfikir…………………….………………………… 40

  2.4 Asumsi Dasar……………………….………………………….. 44

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1

  45 Metode Penelitian .........................................................................

  3.2

  45 Fokus Penelitian ...........................................................................

  3.3 Lokasi Penelitian…………………………………………………. 46

  3.4 Variabel Penelitian……………………………………………….. 46

  3.4.1. Definisi Konsep………………………………………….... 46

  3.4.2. Definisi Operasional…………………………………........ 47

  3.5 Instrumen Penelitian……………………………………………… 49

  3.6 Informan Penelitian…………...………………………………….. 49

  3.6.1. Tekhnik Pengumpulan Data..……………………………... 52

  3.6.2. Jenis dan Sumber Data…..………………………………... 55

  3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……………………………. 55

  3.8 Jadwal Penelitian…………………………………………………. 59

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  60 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ………………………………….….. ..

  4.1.1

  60 Profil Kota Serang ……..……………………………....

  4.1.2

  65 Profil Disperindagkop ………………………………....

  4.1.3

  70 Profil Satpol PP Kota Serang …………………….…….

  4.1.4

  73 Profil Data Kecamatan Di Kota Serang ……………..,,,,

  4.2 Deskripsi Data 82 ……………………………………………………..

  4.2.1. Informan Penelitian .................................................. .....

  83 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... .....

  85

  4.3.1 Ukuran da 87 n Tujuan Kebijakan ……………………. ...........

  4.3.2 Sumber Daya ..

  94 ……………………………………….. ......

  4.3.2.1 Sumb 94 er Daya Manusia ……………………………. ....

  4.3.2.2 S umber Daya Anggaran ……………………… ........... 100

  4.3.2.3 Sumber Daya Sarana dan Prasarana …………….. ....... 106 110 4.3.2.4 Sumber Daya Waktu ……………………………….....

  115 4.3.3.1 Birokrasi/Lembaga ………………………………. ...... .. 120 4.3.4 Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana ………………… ..... ..

  4.

  120 3.4.1 Inisiatif ……………………………………………… .. .. 125 4.3.4.2 Partisipatif ……………………………………………. .. 129 4.3.5 Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana … .. 129 4.3.5.1 Komunikasi dan Koordinasi …………………………..

  4.3.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik ……………….....

  ....................................................................................... 135 4.4 Pembahasan ………………………………………………………..

  ........................................................................................................ 140

  BAB V PENUTUP

  5.1.Kesimpu 158 lan ………………………………………………………………

  5.2. Saran …………………………………………………………………….. 161

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Rekapitulasi Pedagang Kaki Lima Di Kota Serang tahun 2015

  ………. 10

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian

  ……………………………………….. 48

Tabel 3.2. Sumber Informan Penelitian…………………………………………... 51Tabel 3.3. Pedoman Wawancara.………………………………………………… 54Tabel 3.4. Jadwal

  Penelitian..…………………………………………………….. 59

Tabel 4.1 Informan Penelitian ................................................................................. 84

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model Pendekatan The Policy Implementation process

  …………….. 24

Gambar 2.2. Implementasi Kebijakan Menurut Grindle

  ….……………………...... 28

Gambar 2.3. Model Pendekatan Direct and Indirect Impact on Implementation

  ….. 29

Gambar 2.4. Kerangka Berfikir………...…………………………………………... 43Gambar 3.3. Analisis

  Data menurut Miles dan Huberman…………………………. 56

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Member Check Lampiran 2 Dokumentasi Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian Lampiran 4 Matriks Hasil Wawancara Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Berbagai macam cara masyarakat untuk bertahan hidup di situasi perekonomian yang semakin hari dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam pengembangan kondisi perekonomiannya. Dengan latar belakang ekonomi yang baik maupun kondisi ekonominya yang bisa dibilang serba kekurangan, setiap masyarakat akan melakukan atau meningkatkan derajat hidupnya dengan cara mencari nafkah demi kondisi keuangannya yang semakin membaik. Karena di era global ini, setiap orang dituntut untuk mempunyai latar belakang pekerjaan yang tetap untuk bisa bertahan hidup.

  Pemerintah sebagai abdi negara sudah seharusnya bisa menjawab kebutuhan masyarakat dan bisa membangun level kehidupan yang layak untuk masyarakat yang selama ini bergantung dari lapangan pekerjaan yang diberikan oleh pemerintah atau sektor formal. Indikator suksesnya pembangunan di suatu wilayah adalah dengan adanya lapangan pekerjaan yang cukup untuk masyarakat demi kehidupan yang layak dan bisa hidup dengan kondisi ekonomi yang tercukupi.

  Pelaksanaan pembangunan nasional maupun lokal regional harus tetap diperhatikan, hal tersebut sangat penting mengingat kelangsungan hidup sangat dipengaruhi oleh pembangunan, sehingga muncul konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, sehingga sumber daya alam yang ada tetap bisa dimanfaatkan oleh generasi yang akan datang. Sistem pembangunan di Indonesia akan berdampak positif dan bisa dirasakan hingga generasi selanjutnya dengan cara memberikan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial di Indonesia.

  Selama beberapa tahun kebelakang, pemerintah sedikit demi sedikit menjawab kebutuhan masyarakat, dengan memberikan lapangan pekerjaan dan memberikan informasi tentang kegiatan berwirausaha dalam meningkatkan perekonomian. Terbukti perekonomian di daerah sedikit lebih meningkat dengan adanya lapangan pekerjaan yang bertambah dan penyuluhan wirausaha yang diterapkan oleh pelaku usaha rumahan. Dengan bertumbuhnya perekonomian di Indonesia pada tahun 2014 diharapkan bisa menekan jumlah kemiskinan dan bisa meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat menjadi lebih baik lagi. Dalam kenyataannya, pertumbuhan ekonomi ini bermanfaat hampir di seluruh kota di Indonesia, tidak terkecuali di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya.

  Di Provinsi Banten yang terletak tidak jauh dari Kota Jakarta juga menerima dampak postifnya, ekonomi Provinsi Banten meningkat 15,09% dari tahun-tahun sebelumnya. Kontribusi terbesar dari meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Banten datang dari sektor lapangan usaha pertanian, kehutan dan perikanan. (Dikutip dari diakses 12 agustus 2015, 22.00 wib).

  Ketersediaan lapangan pekerjaan dalam sektor formal turut mendukung Namun lapangan pekerjaan dalam sektor informal yang berkontribusi lebih dalam peningkatan perekonomian di Banten juga tidak kalah berkembang dari seketor formal, terbukti dari data yang menjelaskan bahwa peningkatan perekonomian terbesar berasal dari sektor informal. Dalam kaitannya, sektor informal meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat yang sangat baik dampaknya, faktanya sektor informal di Banten berasal dari penyediaan barang dan jasa yang ditawarkan.

  Kota Serang adalah wilayah bagian dari Provinsi Banten. Pembentukan Kota Serang sebagai hasil dari pemekaran Kabupaten Serang yang diresmikan pada 02 November 2007 melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun 2007 tentang pembentukan Kota Serang merupakan salah satu implementasi dari otonomi daerah.

  Kota Serang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten memiliki potensi daerah yang sangat besar, dilihat dari aspek sumber daya alam dan kewilayahannya. Kota Serang memiliki potensi pada bidang jasa, perdagangan, wisata, dan pendidikan.

  Dengan letaknya yang strategis diantara Kota Jakarta dan Pulau Sumatera, dampak positif yang diterima oleh masyarakat Kota Serang dalam pertumbuhan ekonomi Banten ialah majunya industri perdagangan di Kota Serang, hal ini dapat dilihat dari data jumlah PKL yang didapat dari UPT pasar Disperindagkop Kota Serang. Pedagang Kaki Lima (PKL) termasuk dalam industri sektor informal yang berkembang pesat di Kota Serang, dengan berbagai jenis barang dagangan yang dijajakan di setiap pinggir jalan kota. Dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja bertambah besarnya angka pengangguran. Adanya fenomena pertumbuhan PKL diharapkan bisa membantu mengurangi angka pengangguran di Kota Serang.

  Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL merupakan sebuah komunitas yang berjualan dengan memanfaatkan area pinggir jalan raya untuk mengais rezeki dengan menggelar dagangannya dalam gerobak.

  Pengangguran di Kota Serang bisa sedikit teratasi dengan adanya lapangan pekerjaan menjadi PKL di pinggir jalan raya Kota Serang. Pengangguran sendiri adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu yang baru. Dengan fenomena menjamurnya PKL di Kota Serang, di harapkan pemerintah bisa melakukan seusatu untuk mengatur kegiatan ekonomi, sehingga pemerintah memiliki peranan yang cukup penting dalam permasalahan perekonomian.

  Dengan adanya perundang-undangan mengenai pemeliharaan PKL, maka pemerintah Kota Serang mengeluarkan Peraturan Daerah no. 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang. Pemerintah Kota Serang bertujuan untuk memberdayakan para PKL di Kota Serang dan menciptakan tata kota yang bersih dan tertib karena PKL adalah pelaku usaha sektor informal dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat Kota Serang, dengan dinas terkait yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan PKL yaitu Disperindagkop Kota Serang, Satpol PP Kota Serang dan Kecamatan Serang yang tertuang pada Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 BAB V Pasal 20.

  Pedagang Kaki Lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah (gaji harian) dan mempunyai modal terbatas. Dalam bidang ekonomi, pedagang kecil ini termasuk dalam sektor informal, dimana merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum, hidup serba susah dan semi kriminil pada batas-batas tertentu. Pedagang Kaki Lima juga tidak bersifat tetap, atau berpindah- pindah lokasi berjualannya dan kebanyakan dari mereka menggunakan tempat berjualannya bukan milik mereka sendiri. Terdapat 2194 PKL yang terdaftar tidak mempunyai tempat milik sendiri yang digunakan untuk mendirikan usaha di pinggir jalan (data Disperindagkop 2015). Kecamatan Serang sebagaimana dijelaskan pada Perda Nomor 4 tahun 2014 adalah salah satu dari dinas terkait yang mengurus PKL di Kota Serang yang mendapatkan tugas dalam mencatat PKL yang ada di Kota Serang. Pedagang Kaki Lima yang ingin mendaftarkan diri untuk perijinan mendirikan usaha di pinggir jalan bisa langsung datang ke kantor Kecamatan Serang di bagian penertiban PKL di kota serang.

  Pedagang Kaki Lima di Kota Serang terkenal dengan ketidakteraturan dalam kegiatan usahanya, sembarangan dalam memilih tempat dan tidak jarang PKL membuang sampah tidak pada tempatnya. Jika PKL, petugas pemerintah dan akan menciptakan ruang publik yang bersih dan nyaman. Penyelenggaraan Peraturan Pemerintah Daerah akan dapat berjalan dengan baik apabila kondisi ketertiban umum dan ketentraman masyarakat di daerah kondusif, dimana pemerintah dan masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib, tentram dan teratur (sumber : Wawancara dengan bapak Hendi Abadi selaku staff perdagangan Disperindagkop Kota Serang, 12 juni 2015).

  Sesuai dengan isi dari Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima pada BAB III Pasal 4 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL menjelaskan bahwa yang dimaksud penatan PKL meliputi pendataan PKL yang dilakukan berdasarkan identitas PKL, lokasi PKL, jenis tempat usaha, bidang usaha, modal usaha dan volume penjualan. Pendaftaran PKL yang dilakukan oleh SKPD yang membidangi perdagangan bersama dengan camat.

  Penempatan dan pemindahan PKL dilakukan setelah PKL mendapat Tanda Daftar Usaha (TDU) sesuai dengan lokasi yang telah ditetapkan. Penetapan dan penghapusan lokasi PKL dilakukan dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial, budaya, estetika, ekonomi, keamanan, ketertiban, kesehatan dan kebersihan lingkungan. Peremajaan lokasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Serang yang terkait dengan Perda.

  Sedangkan yang dimaksud dengan pemberdayaan PKL adalah peningkatan kemampuan usaha, fasilitas akses permodalan, fasilitas bantuan sarana dagang, penguatan kelembagaan, fasilitas peningkatan produksi, pengolahan dan pengembangan jaringan dan promosi, pembinaan bimbingan teknis.

  Faktor pendukung dari berjalannya kebijakan adalah dari dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor utama internal meliputi kebijakan yang akan diimplementasikan dan faktor-faktor pendukungnya, seperti dari dinas yang bertanggung jawab atas kebijakan tentang penataan dan pemberdayaan PKL di Kota Serang. Sementara itu faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan dan pihak-pihak terkait, seperti para PKL dan pengguna jalan raya di Kota Serang. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang sebagai aparatur pemerintah daerah mempunyai arti yang strategis dalam membantu tugas kepala daerah dalam menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat di daerah sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan aman.

  Dengan adanya Peraturan Daerah Tentang Penataan Dan Pemberdayaan PKL di Kota Serang, pemerintah berkoordinasi dengan satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang untuk mewujudkan ketertiban dalam aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh PKL di Kota Serang, karena Satpol PP adalah penegak Perda tentang penataan dan pemberdayaan PKL di Kota Serang, yang bertugas menertibkan dan menata tempat usahanya PKL. Satpol PP Kota Serang ditugaskan UU No. 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 65 poin b. yaitu memelihara ketentraman dan kebersihan, dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah Dinas Satpol PP Kota Serang. Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah dengan tugas pokok menegakan Peraturan Daerah (Perda), menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sebagai pelaksanaan tugas desentralisasi, dengan cara mengurus dan membina PKL untuk berjualan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Adanya Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang, diharapkan PKL untuk tetap menjaga sarana dan prasarana kawasan perkotaan, estetika, kebersihan serta menjaga ruang milik publik dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas di Kota Serang.

  Selain itu juga pemerintah daerah bekerja sama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Serang dalam menaungi atau memberdayakan pelaku bidang usaha mikro, kecil dan menengah yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pengembangan ekomoni lokal khususnya di Kota Serang, termasuk PKL.

  Berdasarkan observasi awal pada bulan Juni yang dilakukan oleh peneliti dan dibenarkan oleh narasumber, dalam beberapa tahun ini lokasi PKL yang menjadi sorotan publik dengan masalahnya yang kompleks ialah di kawasan Pasar Royal sehingga permasalahan seperti menganggu kelancaran lalu lintas, menggaggu kenyamanan pengguna jalan dan mengambil sebagian sisi jalan sudah biasa kita lihat (Sumber: wawancara dengan bapak Samsudin selaku anggota Satpol PP Kecamatan Serang, 11 Juni 2015) Fenomena yang seperti ini sudah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sebagai pengurus segala sesuatu yang terjadi pada daerahnya.

  Ruang terbuka harus bisa diterapkan di kawasan yang di gunakan usaha oleh para pelaku PKL di Kota Serang karena kondisinya yang sudah mulai menggaggu kenyamanan pengguna jalan yang melintas (Sumber: Wawancara dengan Bapak Zakaria selaku Kasi. Trantib Kecamatan Serang 11 juni 2015). Dengan ditertibkannya PKL mulai dari kawasan Pasar Royal, diharapkan PKL di Kota Serang bisa seluruhnya mengikuti peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah dalam menanggulangi keamanan dan kenyamanan disemua kawasan PKL di Kota Serang.

  Selain jumlah PKL di Kota Serang yang terdaftar, ada juga beberapa PKL musiman yang hanya berjualan di waktu-waktu tertentu dan tidak setiap hari mereka berjualan di satu tempat. Diberlakukannya aturan waktu bagi aktivitas PKL di Kota Serang, diharapkan bisa membantu dalam menertibkan ruang terbuka publik untuk mengatasi kemacetan jalan raya. Seperti di Kawasan Pasar Royal dan Alun-Alun Kota Serang yang hanya diperbolehkan beroperasi mulai dari pukul 16.00 wib. Jika ada PKL yang melanggar peraturan yang sudah ditetapkan, maka akan dikenakan Satpol PP Kota Serang dan apabila ada PKL yang melakukan pelanggaran, maka sanksi terberatnya adalah mendapat kurungan 2 bulan atau didenda Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) sesuai yang tertera pada Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Pasal 28 No. 2 tentang Ketentuan Pidana.

  Berdasarkan informasi yang didapat dari UPT Pasar Disperindagkop Kota Serang terdapat 7 wilayah di Kota Serang yang sudah terdaftar sebagai lokasi yang diperbolehkan digunakan untuk usaha para PKL. Berikut adalah tabel lokasi yang digunakan usaha oleh para PKL yang terdaftar di Disperindagkop Kota Serang.

Tabel 1.1 Rekapitulasi Pedagang Kaki Lima Di Kota Serang tahun 2015 NO. LOKASI JUMLAH PKL

  1 Pasar Kalodran 270

  2 Pasar Rau 520

  3 Pasar Kepandean 254

  4 Serang Plaza 533

  5 Kawasan Banten Lama 351

  6 Taman Sari

  56

  7 Alun – Alun 210 Jumlah

  2194 ( Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Serang 2015)

  Dari tabel di atas menunjukan bahwa jumlah PKL di Kota Serang cukup banyak. Padahal jika dilihat dari kondisi jalanan Kota Serang, masih kurang luas untuk dijadikan sebagai ruang bagi para PKL dan untuk pengguna ruang publik lainnya, seperti pengguna trotoar oleh pejalan kaki, pengguna jalan raya oleh mobil pribadi maupun angkutan umum. Kebanyakan dari PKL tidak mau tempat jualannya dipindahkan atau diusir, karena di Kota Serang sendiri belum ada lokasi untuk PKL berjualan selain di pasar-pasar yang ada, karena penataan PKL Kota Serang masih cenderung berwujud larangan dan aturan-aturan yang keras dan kaku, daripada pembinaan dan pewadahan yang sebenarnya di butuhkan oleh PKL. Terlihat dari belum siapnya pemerintah daerah dalam memberikan ruang untuk para PKL di Kota Serang.

  Upaya-upaya pemerintah dalam mengatasi masalah PKL sangat penting, karena pasar adalah pusat perbelanjaan di Kota Serang. Selain itu juga dengan adanya upaya pemerintah kota serang dalam mewujudkan nilai keindahan di Kota Serang bisa menumbuhkan nilai perekonomian masyarakat sekaligus bisa menggali potensi dagang jika para PKL dikelola dengan baik. Penataan PKL adalah salah satu solusi sebagai penyelesaian masalah sosial antara kepentingan PKL dan publik.

  Berdasarkan observasi awal peneliti dan wawancara pendahuluan, di temukan beberapa masalah dan kendala-kendala yang terkait dengan keberadaan PKL di Kota Serang. Pertama, Perda masih belum berjalan seperti yang tertuang pada isi Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang penataan dan pemberdayaan PKL. Penataan PKL di Kota Serang masih belum menemui solusinya, dinas terkait seperti Disperindagkop Kota Serang masih belum bisa memberikan lokasi yang seharusnya ditempatkan sesuai dengan Perda No.4 Tahun 2014 pasal 3 yang bertujuan dengan adanya Perda tersebut untuk mewujudkan lingkungan tertib, bersih, indah dan aman dengan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan. Masalah tersebut bisa terjadi karena SKPD terkait masih ada yang belum memahami tugas pokok dan fungsinya dalam Perda No. 4 tahun 2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Di Kota Serang.

  Kedua, pemberdayaan PKL belum terealisasi karena pihak-pihak penanggung

  jawab yaitu Disperindagkop, Kecamatan Serang dan Satpol PP Kota Serang belum melakukan tugasnya sesuai dengan isi dari Peraturan Daerah Kota Serang no.4 tahun 2014. Pemberdayaan PKL di Kota Serang seharusnya sudah menjadi tanggung jawab dinas terkait, seperti dinas Perindustrian, Koperasi dan Perdagangan Kota Serang sebagai dinas yang menetapkan pemindahan dan penempatan para PKL. Satpol PP Kota Serang sebagai SKPD yang terkait penataan ruang dan dinas Kecamatan Kota Serang sebagai SKPD yang mendata para PKL yang ingin mendaftar sebagai PKL tetap di Kota Serang. Dari pendapatan pajak yang ditarik setiap harinya seharusnya bisa diimbangi dengan fasilitas yang diharapkan untuk PKL yang berimbas positif untuk pendapatan PKL itu sendiri.

  Ketiga, koordinasi antar Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan

  Kecamatan masih belum maksimal dalam melakukan sosialisasi maupun perencanaan penataan dan pemberdayaan PKL di Kota Serang. Perencanaan dan mewujudkan pelaksanaan yang sesuai harapan, seperti adanya relokasi bagi para PKL yang lebih terjamin usahanya dan bisa menumbuhkan minat masyarakat dalam menciptakan lowongan pekerjaan di sektor informal. Selain itu juga bisa menciptakan ruang terbuka yang tertib dan indah untuk di kawasan Kota Serang.

  Keempat, belum terbitnya Surat Keputusan yang disusun oleh Disperindagkop

  tentang penataan dan pemberdayaan PKL di Kota Serang ini juga menjadi hambatan dalam pelaksanaannya, karena tim pelaksana penataan dan pemberdayaan PKL yang baru belum ada dan Disperindagkop melakukan penataan dan pemberdayaan PKL dengan tim pelaksana seadanya yang melibatkan Satpol PP Kota Serang dan petugas dari Kecamatan Serang, karena yang selama ini digunakan adalah surat keputusan dari Perda sebelumnya, yaitu Perda No. 10 Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan. Meliputi tim pelaksana dalam penataan dan pemberdayaannya. (Sumber: wawancara dengan Bapak Sugiri selaku Kepala Bidang Pasar Disperindagkop Kota Serang, 19 Agustus 2015)

  Dengan penataan dan pemberdayaan, diharapkan dapat memberikan solusi untuk meminimalisir dampak negatif terhadap keberadaan PKL selama ini.

  Penelitian ditujukan kepada pembuat kebijakan dan stakeholder lainnya yang terkait dengan masalah PKL terutama yang berkaitan dengan tata ruang perkotaan.

  Diharapkan dengan arahan penataan dan pemberdayaan yang telah dirumuskan dapat meningkatkan tanggung jawab PKL atas pemanfaatan ruang publik. Demikian dengan masyarakat agar dapat memahami dan berpartisipasi dari fenomena keberadaan PKL di ruang perkotaan ini.

  Dari latar belakang yang telah diungkapkan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai

  “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Di Kota Serang ”.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasikan permasalahan sebagai berkut :

  1. Implementasi peraturan Daerah masih belum optimal, terbukti dari penataannya yang masih belum sesuai dengan tujuan dari Peraturan Daerah dan terdapat dinas terkait yang belum memahami isi dari Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2014 tentang penataan dan pemberdayaan PKL di Kota Serang.

  2. Masih kurangnya sumber daya manusia dalam melakukan pemberdayaan PKL di Kota Serang, karena pelaksana dari kebijakan belum semua bekerja sesuai dengan tugasnya.

  3. Koordinasi dan sosialisasi antar dinas terkait masih belum maksimal.

  Perencanaan pemberdayaan yang belum menemukan solusi bagi PKL di Kota Serang.

4. Petunjuk teknis dari Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, tidak ada.

  Selama ini masih menggunakan petunjuk teknis dari Perda sebelumnya.

  1.2 Batasan Masalah

  Peneliti menyadari bahwa permasalahan di lokasi sangat kompleks, tetapi peneliti hanya membatasi masalah dengan implementasi kebijakan terkait dengan penataan dan pemberdayaan PKL di Kota Serang.

  Selanjutnya yang dimaksud oleh peneliti di sini adalah Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Di Kota Serang Tahun 2015 dengan fokus penelitian pada PKL yang berada atau berjualan di pusat keramaian di Kota Serang.

  1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui masalah yang terkait dengan PKL adalah tidak adanya penataan dan pemberdayaan bagi PKL yang baik dan berkelanjutan yang mengakibatkan kurangnya ketertiban PKL di Kota Serang. Berkenaan dengan itu, maka dalam penelitian rumusan masalahnya adalah bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL Di Kota Serang Tahun 2015?

  1.4 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL Di Kota Serang.

1.5 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian yang berjudul Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan Dan Pemberdayaan PKL di Kota Serang.

  1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan karena akan memperkaya pengetahuan dalam dunia akademis khususnya ilmu Adminstrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan kebijakan.

  2. Secara Praktis Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti pendidikan di Program Studi Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan refrensi bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

2.1 Landasan Teori

  Teori dalam administrasi mempunyai peran yang hampir sama dengan teori yang ada di dalam ilmu fisika, kimia maupun biologi yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan panduan dalam penelitian seperti yang dikemukakan oleh Hoy dan Miskel dalam Sugiyono (2007:55) “theory is a set of interrelated concepts,

  assumption, and generalizations that systematically describes and explains regularaties in behavior in organizations

  ”. Berdasarkan hal di atas teori didefinisikan sebagai alat seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi baik organisasi formal maupun organisasi informal.

  Menurut Sugiyono (2007:56), berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat kegunaan teori dalam penelitian yaitu :

  1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis.

  2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan.

  3. Teori sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.

  4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.

  Tinjauan pustaka dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti, berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

2.1.1 Pengertian Kebijakan

  Kebijakan (policy) mengandung arti yang bermacam-macam. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kebijakan merupakan sebagai rangkaian konsep poko dan asas yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan atau suatu konsep dasar yang jadi pedoman dalam melaksanakan suatu kepemimpinan dan cara bertindak. Selain itu definisi kebijakan lainnya diungkapkan oleh Suharto (2008:3), yang menjelaskan bahwa :

  “kebijakan (policy)adalah sebuah instrument pemerintahan, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan

  governance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan

  pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.”