Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemberdayaan dan Respon atau Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap Implementasi Perda No 4 Tahun 2015
BAB IV PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI LAPANGAN PANCASILA KOTA SALATIGA
4.1. Sekilas Tentang Kota Salatiga
Kota Salatiga merupakan salah satu kabupaten/kota yang menjadi bagian dari propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kota Salatiga terletak antara 007.17‟ dan 007.17‟.23” Lintang Selatan dan antara 110.27‟.56,81” dan 110.32‟.4,64” Bujur Timur. Secara morfologis Kota Salatiga berada di daerah cekungan, kaki Gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan
1 Payung Rong .
Kota Salatiga berada di tengah-tengah wilayah dari Kabupaten Semarang. Kota Salatiga dibatasi oleh beberapa Desa yang berada di wilayah Kabupaten
2 Semarang, adapun batas-batas dari Kota Salatiga adalah sebagai berikut :
Di sebelah utara Kota Salatiga berbatasan dengan Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan, Desa Pejaten), dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watuagu).
Sebelah timur Kota Salatiga berbatasan dengan Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo dan Desa Glawan), dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegalwaton dan Desa Nyamat).
Sebelah barat Kota Salatiga berbatasan dengan Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten dan Desa Gedongan), dan Kecamatan Getasan (Desa Polobogo).
1 2 SalatigaDalamAngka, 2013 SalatigaDalamAngka, 2013
Sebelah selatan Kota Salatiga berbatasan dengan Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono dan Desa Jetak), dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon, Desa Karangduren).
Gambar 2. Peta Kota Salatiga
4.2. Sejarah Terbentuk Paguyuban PKL Lapangan Pancasila
Paguyuban PKL Pancasila dibentuk oleh pemerintah dalam rangka untuk mengatasi permasalahan yaitu banyaknya gubuk tempat PKL berdagang di sekitar jalan raya pancasila yang menyebabkan jalan menjadi sempit dan terlihat kumuh. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dari Bapak Andi Saputra
3
bahwa: “Dulu itu kami berjualan di pinggir jalan mas, dulu sekitar 7 PKL berjualan dipinggir jalan diatas trotoar dan dekat pagar mas, namun karena jalan menjadi sempit dan terlihat kotor maka pada jamannya pak Totok Walikota, kami di pindahkan ke dalam wilayah Pancasila. Sampai sekarang sudah 3 kali digeser, jadi pertama dari dekat jalan di luar pagar Pancasila, lalu kedalam samping pagar namun karena dijadikan tempat untuk jalan, kami di geser lagi ke bawah ke tempat yang sekarang.”
Penuturan tersebut diperkuat oleh Bapak Bowo
4
yang mengatakan bahwa: “Dulu itu kami berjualan di pinggir jalan mas, dekat pagar jalan, lalu karena sempit dan terlihatnya kumuh maka kami di pindahkan ke dalam mas oleh dinas pasar, supaya lebih rapi dan tidak terlihat kotor mas.”
Berdasarkan petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa pembentukan paguyuban dilakukan dalam rangka untuk mengatasi terjadinya kemacetan dan kesemrawutan yang diakibatkan oleh pedagang kaki lima. Dengan adannya paguyuban pemerintah mengharapakan pedagang lebih tertib, dapat menjaga kebersihan dan menjaga ketentraman dari Kota Salatiga.
Paguyuban terbentuk pada Tahun 2004 dengan nama Paguyuban PKL Pancasila. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Andi Saputra
5
bahwa: 3 Wawancara dengan Bapak Andi Saputra sebagai anggota paguyuban Pancasila pada hari selasa 17
Oktober 2017, pukul 18.24 – 19.00 Wib di Warung Pak andi di Lapangan Pancasila. 4 Wawancara dengan Bapak Bowo sebagai anggota paguyuban Pancasila pada hari selasa 17 Oktober 2017,pukul 20.00
- – 00.25 Wib di Warung Pak Bowo di Lapangan Pancasila.
“Ya terbentuknya paguyuban semenjak jamannya pak totok, walikotanya pak totok sekitar tahun 2004. Inisiatornya pak totok mas, kalau sekarang udah keluar udah pensiun kayaknya. Pak totok yang mengatur rencana usaha usaha ini. Namanya paguyubannya Paguyuban PKL Pancasila. Dulu jumlahnya banyak sekali mas, seluruh lapangan pancasila penuh mas dengan PKL, kalau dulu ada 107 tenda mas pada waktu pak totok wali kota sekarang kurang lebih tinggal 47 pedagang saja. Penyebabnya modal habis akibat dulu sering terjadi hujan dan pembelinya semakin berkurang mas.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwa yang menjadi inisiator terbentuknya paguyuban lapangan Pancasila merupakan pihak pemerintah dalam hal ini Walikota Salatiga. Jika dilihat dari jumlah PKL yang hingga saat ini dapat disimpulkan bahwa usaha PKL tidak berjalan dengan baik ditandai dengan banyaknya PKL yang gulung tikar atau tidak mampu melanjutkan usaha mereka akibat dari permodalan yang sulit serta pembeli yang semakain berkurang dari tahun ke tahun.
Adapun fungsi dari Paguyuban PKL Pancasila adalah sebagai berikut menurut
6 Bapak Andi Saputra bahwa:
“Ya paguyuban hanya tempat untuk kumpul dan juga paguyuban yang mengkoordinir kalau ada masalah seperti kebersihan ya kita kumpul bersama untuk bagaimana menjaga kebersihan. Dalam pemasangan tenda, supaya kita memasang tenda yang terpal satu warna saja, misalkan sekarangkan tendanya warna biru semua hal karena rapat paguyuban mas. Jadi lewat paguyuban kita dibuat menjadi kompak mas.”
6 Wawancara dengan Bapak Andi Saputra sebagai anggota paguyuban Pancasila pada hari selasa 17
Oktober 2017, pukul 18.24 – 19.00 Wib di Warung Pak andi di Lapangan Pancasila.
7 Penuturan tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak .Bowo mengatakan
bahwa: “Melalui paguyuban PKL di pancasila, kita pedagang bisa diberikan informasi-informasi dari Pemda mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di lapangan pancasila seperti kegiatan musik. Selain itu kalau misalnya ada libur, kalau ada rapat informasi lapangan untuk kegiatan apa. Jadi melalui paguyuban informasi-informasi di sampaikan ke PKL P ancasila.”
Berdasarkan petikan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa paguyuban memiliki fungsi yang sangat sentral didalam menjaga keamanan, kekompakan dari PKL di Pacasila, menjaga kebersihan Lapangan Pancasila serta tempat perantara informasi dari semua pihak yang akan melakukan kegiatan di Lapangan Pacasila.
Pemilihan pengurus harian paguyuban dilakukan berdasarkan hasil rapat pemilihan yang dilakukan oleh seluruh PKL anggota Paguyuban PKL Lapangan
8 Pancasila. Berikut merupakan kutipan wawancara dari Bapak Bowo bahwa:
“Anggota yang memilih mas melalui rapat dulu. Dulu itu bukan pak is yang ketua tapi ada tentara mas, namun karena tentaranya sibuk gak pernah kelihatan maka pak is yang mengambil alih pekerjaan ketua sehingga sejak itu pak is jadi ketua sampai sekarang, gak pernah dilakakukan pergantian ketua atau pengurus gak pernah sejak tahun 2003, 2004 kalau gak slaah mas terakhir kali pemilihan ketua dan pengurusnya.”
Dalam proses pemilihan ketua paguyuban melalui rapat dengan para anggota PKL. Melalui rapat tersebut para PKL bisa menentukan siapa yang menjadi ketuanya 7 dan juga tugas dari ketua tersebut yaitu supaya bisa mengkorordinir para PKL.
Wawancara dengan Bapak Bowo sebagai anggota paguyuban Pancasila pada hari selasa 17 Oktober
2017,pukul 20.00 8 – 00.25 Wib di Warung Pak Bowo di Lapangan Pancasila.
Wawancara dengan Bapak Bowo sebagai anggota paguyuban Pancasila pada hari selasa 17 Oktober
2017,pukul 20.00- – 00.25 Wib di Warung Pak Bowo di Lapangan Pancasila.
4.3. Profil PKL di Lapangan Pancasila
Profil lengkap dari para pedagang kaki lim (PKL) di Lapangan Pancasila menjadi beberapa bagian yaitu profil paguyuban PKL, tipologi dan sistem berjualan para PKL di Lapangan Pancasila.
4.3.1. Profil Paguyuban PKL di Lapangan Pancasila
Dalam proses terbentuknya paguyuban PKL di Lapangan Pancasila, dulu para PKL masih berjualan di luar Lapangan Pancasila dan setelah ada tatanan kota para PKL baru di pindahkan ke Lapangan Pancasila yang di bawa naungi Dinas perdagangan, dan terbentuk/terpilihnya ketua paguyuban tahun 2010, hal ini terlihat dari pernyataan Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) sebagai ketua paguyuban yang mengatakan sebagai seberikut:
“Terbentuk yang resmi nya 2010 jadi waktu belum ada lapangan nya belum di bangun itu istilahnya kita masih liar,kita buka nya di pinggir-pinggir jalan jadi setelah lapangan ini di bangun harusnya ada peresmian tapi itu ndak ada terus dari LH (Lingkungan Hidup) ini kan,dulu tatanan kota terus dari tata kota kita PKL akhirnya di jadikan satu di kasih surat ijin dagang lalu dimasukan di titipkan di lapangan pancasila seperti itu mas. Jadi istilahnya kita itu titipan dari Disperindag dulu nya Disperindagkop kalau sekarangkan Dinas Perdagangan itu kira-kira tahun dari 2010 peresmian.terpilihnya jadi ketua paguyuban tahun 2010,dan juga dalam memilih ketua itu dengan cara rapat dulu mas,dan dari rapat itu mas dapat menentukan siapa yang menjadi ketua paguyuban.”
Berdasarkan petikan wawancara diatas mengatakan bahwa, terbentuknya ketua paguyuban melalui dengan cara rapat para PKL dan dari hasil rapat tersebut menentukan siapa yang akan menjadi ketua paguyuban. Dengan dibentuknya ketua paguyuban tujuannya supaya para PKL khususnya PKL yang ada di Lapangan Pancasila lebih diawasi dan terkoordinir sehingga dengan adanya ketua paguyuban para PKL bisa menyampaikan saran maupun pendapat mereka, serta terpilihnya ketua paguyuban yaitu tahun 2010. Dan juga dengan adanya ketua paguyuban merupakan salah satu aturan yang di keluarkan oleh Pemerintah yang terterah di dalam Perda Nomor 4 tahun 2015. Oleh karena itu dalam penetapan lokasi bagi PKL sangat penting sehingga para PKL di dalam menjalankan usahanya terlihat nyaman, aman serta bisa menjaga kebersihan.
Dengan adanya ketua paguyuban yang menganyomi para PKL maka di harapkan ketua dalam hal ini bisa menjaga keharmonisan para PKL. Paguyuban PKL Lapangan Pancasila memiliki jumlah anggota yang besar, hal ini terlihat dari wawancara Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) yang merupakan Ketua Paguyuban yang menyatakan bahwa:
“Jumlah anggota PKL awalnya 70 PKL lalu banyak yang ngak kuat ngak laku akhirnya pada satu-satu udah mengundurkan diri. PKL itu pindah karena mereka cari tempat jualan di luar lapangan pancasila.jumlah PKL sekarang sekitar 60 puluhan PKL itu termasuk PKL siang maupun malam.”
PKL Lapangan Pancasila awalnya memiliki jumlah yang relatif lumayang banyak, semakin kedapan beberapa PKL mengudurkan diri di karenakan banyak PKL yang berpindah tempat jualan. Hal ini terlihat dari pernyataan ketua paguyuban. Para PKL Lapangan Pancasila semuanya memiliki STDU (surat tanda daftar usaha), juga PKL Lapangan Pancasila adalah PKL binaan yang di bawahi Dinas Perdagangan. Sedangkan nama dari Paguyuban Pancasila itu sendiri adalah Persatuan Wirausaha Pancasila Kota Salatiga (PERWIRA).
Adapun Fungsi dan Peran dari ketua paguyuban tersebut, sebagai wadah bagi para PKL di dalam menjalankan usaha dagangan, dan menjadi salah satu perantara di dalam menyampaikan keluhan, saran maupun pendapat dari para PKL itu sendiri. Hal ini di perkuat dari hasil wawancara dengan Bapak Djoko Yulistyo (Pak Munying) sebagai Ketua Paguyuban sebagai berikut: “Ya gini mas kita disinikan satu paguyuban,untuk menyatukan anggota supaya satu sama lain kelihatan harmonis yang pertama ajang pertemuan setiap ajang pertemuan untuk silaturohim seluruh anggota jadi biar ada kekeluargaan gitu,yang kedua,saya termasuk untuk menjebatani dari Dinas kalau ada permasalahan di paguyuban kita bawa ke Dinas dan itu juga ada sebaliknya dari Dinas ada keluhan kita sosialisasikan ke PKL seperti itu mas.”
Berdasarkan kutipan wawancara diatas, ketua paguyuban mempunyai peran penting dalam paguyuban/kelompok itu sendiri. Peran yang dimaksud adalah bagaimana ketua di dalam mengawasi para PKL serta mejadi perantara di antara para PKL dengan Dinas Perdagangan. Dalam menjalankan tugas sebagai ketua paguyuban sering mengalami hal-hal yang tidak sejalan/sesuia dengan para anggota-anggotanya sebagai contoh dalam hal kebersihan, kebersamaan, kadang-kadang para PKL tidak memperlihatkan sesuatu yang membuat para PKL kelihatan harmonis. Fungsi sebagai ketua memang sangat bermafaat bagi para PKL karena selain menjaga keharmonisan para PKL serta menjadi perantara antara PKL dengan Dinas Perdagangan, ketua juga mempunyai kegunaan sebagimana contoh para PKL yang mau mendaftarkan ulang STDU (Surat Tanda daftar Usaha) karena pendaftaran ulang bagi PKLwajib dilakukan selama 2 tahun sesuai dengan Perda Nomor 4 Tahun 2015 yang di keluarkan oleh Pemerintah. Dalam melukakan pendaftaran ulang STDU (Surat Tanda Daftar Usaha) di laksanakan melalui Dinas perdagangan dan di setujui oleh Walikota serta memanfaatkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang membidangi urusan PKL.
4.3.2. Tipologi PKL di Lapangan Pancasila
2 Nasi Kucing
12 Penjelasan diatas menunjukkan bahwa mayoritas PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada pagi hingga sore hari, didominasi oleh PKL yang berjualan sup buah dan batagor. Sedangkan mulai sore hingga malam hari, didominasi oleh PKL yang berjualan nasi kucing, nasi goreng dan latengan. Hanya PKL penjual latengan yang selalu stabil berjualan, baik itu di pagi hingga sore hari, maupun di sore hingga malam hari. Sedangkan PKL lainnya, hanya memilih berjualan di pagi-sore hari saja, atau di sore-malam hari saja.
1 Jumlah 35 jumlah
1 Bakso
1 Jagung Bakar
1 Tahu Gimbal
1 Tela-tela
1 Tela-tela
1 Rica-rica bebek
3 Tahu Campur
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Lapanagan Pancasila dibagi menjadi 2 bagian menurut waktu berjualan yaitu pada pagi hari mulai dari pukul 9.00 sampai 18.00 dan berjualan pada malam hari yaitu mulai pukul 18.00 sampai 24.00. Berikut Tabel Jenis usaha dan jumlah PKL yang berdagang di Lapangan Pancasila: Tabel 1.
Jenis Usaha dan Jumlah PKL di Lapangan Pancasila Kota Salatiga
4 Latengan
1 Latengan
8 Penyetan
2 Batagor
18 Nasi Goreng
Sup Buah
(Orang) Jenis Dagangan Jumlah (Orang)
Dagangan Jumlah
Waktu Jualan (09.00-18.00) Waktu Jualan(18.00-24.00) Jenis
2 Mie Empek Banyaknya PKL yang berjaualan sup buah dan batagor di pagi - sore hari dikarenakan bahwa pembelinya/konsumen lebih banyak meningkat di bangdingkan pada malam hari dan para PKL sup buah lebih memilih pada pagi sampai sore hari sebabkan juga karena pada malam hari kebanyakan pembeli/konsumen banyak yang membeli makanan dari pada minuman seperti sup buah. Sedangkan para PKL yang berjualan nasi goreng lebih memilih pada sore sampai malam hari dikarenakan bahwa pembeli/konsumen lebih banyak pada malam hari di bandingkan pada pagi - siang hari. Oleh karena itu, para PKL lapangan pancasila terlihat jelas bahwa adanya suatu perbandingan yang cukup signifikan di antara para PKL yang memilih jualan pagi - sore hari dan sore-malam hari.
4.3.3. Sistem Berjualan PKL di Lapangan Pancasila
Cara berjualan yang dilakukan oleh para PKL di lapangan pancasila tidak sepenuhnya bersifat modern dan tidak pula sepenuhnya tradisional. Meski terlihat cara penjualannya terkesan tradisional, tetapi dalam sistem penetapan harganya bersifat tetap dan pasti, layaknya sistem yang berlaku di pasar modern. Artinya, tidak ada sistem tawar-menawar dengan pembeli. Semua jenis dagangan sudah ditetapkan dengan harga yang jelas dan di dalam memilih berjualan pagi maupun malam hari, ditentukan sendiri oleh PKL. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan Bapak Andi Saputra yang mengatakan bahwa:
“Jadi sebenarnya gini mas,kami di pancasila gak ada yang mentukan mas, semua tergantung pedagang aja mau pilih jual kapan mau jual pagi atau malam terserah pedagang aja mas yang penting pedagang gak sibuk.Disini yang ditentukan hanya tempat saja mas, tempatnya sudah dibagi-bagi sama Pemda (Perintah Daerah) mas. Alasan buka sore karena pagi hari masih sibuk mengurusi anak yang sekolah sedangkan kalau malam hari kita kerja lebih santai mas kalau dulu pagi mas karena waktu itu anak belum sekolah jadi bisa dibawah juga. Sekarang karena sudah punya anak jadi susah bagi waktu mas kalau jualan pagi.”
9 Penuturan tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak Bowo yang mengatakan
bahwa: “Memang disini gak ada yang menentukan mas, semua tergantung pedagang aja mau pilih jual kapan mau jual pagi atau malam terserah pedagang aja mas yang penting pedagang gak sibuk. Kadang ada pedagang yang jual dari pagi hingga malam hari. disini yang ditentukan hanya tempat saja mas, tempatnya sudah di bagi-bagi sama pemda mas. Saya sesuai karo kondisi yang saya jual mas, saya kan jualan jagung, jadi lebih bagus kalau makan malam hari mas, masa pagi atau siang makan jagung kan gak enak mas, jadi saya lebih pilih malam saja mas untuk berjualan. Lebih enak mas.”
Berdasarkan petikan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa PKL di Lapangan Pancasila diberikan kebebasan oleh pemerintah Kota Salatiga untuk menentukan jenis barang yang akan dijual serta waktu yang diinginkan oleh PKL untuk berjualan. Pemerintah hanya menyediakan tempat berjualan dan mengontrol agar tidak terjadi perampasan lahan jualan antar PKL serta kebersihan Lapangan Pancasila tetap terjaga.
4.4. Fungsi dan Peran Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pedagang Kaki Lima
Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT adalah unsur pelaksana kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas Perdagangan. Unit Pelaksana Teknis Pasar (UPT Pasar) merupakan satuan organisasi yang fungsinya melaksanakan tugas teknis operasional dibidang pengelolaan teknis pasar. Unit Pelaksana Teknis Pasar membawahi 4 Pasar tradisional yang ada di
10 9 Wilayah Kota Salatiga sebagai berikut:
Wawancara dengan Bapak Bowo sebagai anggota paguyuban Pancasila pada hari selasa 17 Oktober 2017,pukul 20.00 10 – 00.25 Wib di Warung Pak Bowo di Lapangan Pancasila. http://jdih.salatiga.go.id/berkas/perwali_2011_46.pdf a.
UPT Pasar I meliputi: Pasar Raya I, Pasar Pagi dan Pasar Ayam.
b.
UPT Pasar II meliputi: Pasar Raya II, Shopping Center dan Pasar Tamansari.
c.
UPT Pasar III meliputi: Pasar Blauran, Pasar Sayangan dan Pasar Jln.
Pahlawan.
d.
UPT Pasar IV meliputi: Pasar Rejosari, Pasar Jetis, Pasar Banyu Putih, Pasar Cengek, Pasar Andong dan Pasar Eks Pondok Boro. Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian yaitu lapangan pancasila. Lokasi lapangan pancasila berada dalam wilayah UPT pasar IV Kota Salatiga. Adapun struktur dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pedagang Kaki Lima (PKL) di pasar IV adalah sebagai berikut:
Gambar 3.
UPT PKL di Pasar IV Kota Salatiga
Kepala UPT
pasar IV
Sekretariat Bendahara Koordinator Koordinator Koordinator TU Penerimaan Penarik Keamanan KebesihanPembantu Retribusi
Setiap anggota dalam struktur UPT mempunyai fungsi dan perannya masing- masing. Hal ini termuat dalam Standard Operating Procedure (Dinas Perdagangan Kota Salatiga, 2015):
1. SOP Kepala UPT Pasar IV
Dalam suatu struktur dimana sebagai kepala UPT mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting. Hal ini di laksanakan oleh kepala UPT pasar IV Kota Salatiga yang berfungsi sebagai mengawasi/mengontol persiapan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana/bawahan dan memberikan petunjuk, mengecek serta mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan dalam rangka penilaian kinerja.
2. SOP Tata Usaha
Tugas dari pelaksana/bawahan dalam bidang tata usaha dalam struktur UPT pasar IV Kota Salatiga yang dimana berfungsi sebagai mengecek/merekap setiap laporan dari lapangan, dan membuat kegiatan lapangan harian/bulanan absensi.
3. SOP Petugas Retribusi
Tugas dari pelaksana/bawahan dalam bidang petugas retribusi dalam struktrur UPT pasar IV Kota Salatiga yang berfungsi yaitu menyiapakan bendel karcis,melakukan penarikan retribusi kepada pedagang pasar dan membukukan dan membuat hasil laporan serta menyetorkan hasil pendapatan yang di dapat dari lapangan.
4. SOP Keamanan Pasar
Tugas dari pelaksana/bawahan dalam bidang keamanan pasar dalam struktur UPT pasar IV Kota Salatiga yang berfungsi sebagai monitoring lingkungan pasar, melakukan pengecekan keamanan dan monitoring didalam pasar dan melaporkan ke koordinator keamanan.
5. SOP Petugas Kebersihan
Mengenai tugas dari pelaksana/bawahan dalam bidang petugas kebersihan dalam struktur UPT pasar IV Kota Salatiga yang berfungsi sebagai melaksanakan kebersihan di lingkuangan pasar, mengirim sampah ke TPS/TPA serta melaporkan ke koordinaor kebersihan.