Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemberdayaan dan Respon atau Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap Implementasi Perda No 4 Tahun 2015

BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN DAN RESPON PKL TENTANG PEMBERDAYAAN OLEH DINAS PERDAGANGAN

5.1. Strategi Pemberdayaan PKL di Lapangan Pancasila

  Dalam memberdayakan para PKL di Lapangan Pancasila, kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah kota salatiga sejalan dengan model kebijakan Grindel (1980) yang memfokuskan pada tiga perhatian utama, yaitu memperhatikanlembaga-

  

lembaga yang bertanggung jawab, memperhatikan jaringan kekuatan (politik, sosial

dan ekonomi), serta memperhatikan dampak yang diharapakan atau tidak diharapkan

dari sebuah kebijakan.

  Dalam melibatkan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab, membangun

jaringan dan memperhatikan dampak kebijakan, pemerintah menggunakan sejumlah

strategi yang memfokuskan pada usaha-usaha pemeberdayan PKL. Strategi tersebut

sejalan dengan tujuan pemberdayan itu sendiri, seperti yang dikemukakan Mubyarto

  (1999) bahwa proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia, penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat, dan merupakan strategi yang dilakukan untuk mengembangkan suatu kelompok atau individu didalam menjalani usaha atau kegiatan dalam mempertahankan hidup.

  Sejalan dengan hal di atas, maka bisa dilihat bahwa strategi pemberdayaan PKL di Lapangan Pancasila, merujuk kepada peningkatan kesejahteraan PKL, dan usaha PKL dalam berdagang melalui kebijakan pemerintah yang melibatkan lembaga- lembaga administrasi yang bertanggung jawab, memperhatikan kekuatan jaringan, dan mengharapkan dampak positif dari kebijakan tersebut. Adapun strategi pemberdayaan PKL yang digunakan oleh Pemerintah Kota Salatiga dalam melaksanakan pemberdayaan PKL di Lapangan Pancasila, telah termuat dalam Peraturan Daerah (PERDA) Salatiga Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penataan, Pengelolaan, dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Oleh karena itu, untuk memahami PERDA tersebut, maka akan di jabarkan setiap strategi yang digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan pemberdayaan PKL di Lapangan Pancasila sebagai berikut:

5.1.1. Peningkatan Kemampuan Berusaha, Fasilitas Permodalan, dan Fasilitas Bantuan Sarana Dagang

  Sesuai dengan Perda Nomor 4 tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Salatiga, maka strategi pertama yang dilakukan oleh Pemerintah dalam pemberdayaan PKL adalah melalui peningkatan kemapuan berusaha, fasilitas akses permodalan, dan fasilitas bantuan sarana dagang. Strategi ini bertujuan membantu PKL di dalam mengembangkan usaha agar menjadi lebih baik. D alam hal Peningkatan Kemampuan Berusaha bagi para PKL, Dinas Perdagangan (lembaga yang mengayomi para PKL) melibatkan lembaga administratif yang bertanggung jawab terhadap masalah PKL, dan membentuk jaringan dengan lembaga tersebut demi harapan-harapn khusus terhadap para PKL. Adapun wujud dari hal tersebut adalah. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara dengan Bapak Yoga Wizaksono yang mengatakan bahwa:

  “Jadi gini mas untuk para Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam hal kemampuan berusaha kita dari Dinas Perdagangan melibatakan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), karena UMKM sendiri juga menerapkan keterampilan dan karena Dinas Perdagangan juga tidak menjadi koperasi untuk melatih keterampilan cara mereka, di UMKM juga luas di Dinas Sosial Tenaga Kerja juga luas sekali,mereka juga

  1

  mengambil dari unsur pedagang.”

1 Wawancara dengan Bapak Yoga Wizaksono selaku Kepala Seksi Bagian PKL Kota Salatiga pada

  hari selasa 08 November 2017,pukul 09. 06 – 10. 13 Wib di Kantor Dinas Perdagangan Kota.

  Berdasarkan petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa Dinas Perdagangan dalam hal ini berusaha membentuk jaringan dengan lembaga administratif yang bertanggung jawab dan lewat penguatan jaringan lewat kerjasama dengan beberapa lembaga yaitu UMKM, dan Dinas Sosial Tenaga Kerja, yang diharapkan berdampak pada peningkatan keterampilan PKL dalam berusaha. Didalam meningkatkan kemampuan berusaha untuk para PKL, dari Dinas perdagangan sendiri hanya memberikan teknik-teknik serta binaan bagi para PKL, sehingga PKL di dalam berjualan mempunyai keterampilan/skill dan juga menjadi suatu pondasi serta modal untuk ke depan di dalam hal tenik berusaha,dan juga PKL dalam hal ini mempunyai gaya tersendiri atau trik-trik untuk menarik konsumen.

  Dalam melakukan pemberdayaan PKL melalui Fasilitas Permodalan, Pemerintah dalam hal ini Dinas Perdagangan sendiri menganjurkan atau memberi solusi kepada PKL dalam hal pinjaman modal untuk mengembangkan usaha, hal ini terlihat dari pernyataan yang di sampaikan oleh Bapak Yoga Wizaksono sebagai berikut:

  “Jadi gini mas untuk pengembangan usaha dari dinas perdagangan sendiri untuk pinjaman dana,itu kemarin memang ada sosialisasi dari BPD (Badan Pembangunan Daerah), dari Bank Mandiri kita sudah sosialisasikan tergantung bagaimana para pedagang itu ingin berusaha untuk membesarkan usaha dagangnya. Biasanya mereka sudah mempunyai apa istilahnya seperti paguyuban, dan juga meraka mempunyai salah satu lembaga dari koperasi yang untuk mengembangkan dana pinjaman itu. Dan juga pemerintah memberikan solusi bagi PKL untuk pinjaman ke Bank dan proses pembayaran nya itu misalkan harganya Rp 1.200.000 itu bisa di cicil dengan 3 bulan atau sampai 18 bulan.”

  Kutipan wawancara diatas menunjukkan bahwa Dinas Perdaganan berusaha memanfaatkan jaringan politik dan ekonomi yang dimilikinya dalam memberdayakan PKL lewat memberi pinjaman modal. Kekuatan jaringan ekonomi terjalin di antara Dinas Perdagangan dengan BPD dan Bank Mandiri. Kekuatan jaringan ini berdampak positif kepada PKL. Sebab, para PKL dimungkinkan untuk mencicil pinjamannya dalam tenggan waktu yang lama saat meminjam modal di BPD dan Bank BRI. Itulah sebabnya, Dinas perdagangan menganjurkan para PKL meminjam dana ke BPD ataupun Bank Mandiri. Dengan cara seperti ini, tujuan pemberdayaan untuk membuat PKL bisa membesarkan usahanya, diharapkan akan tercapai sebagaimana diinginkan oleh setiap aktor pemberdayaan. Dengan begitu, ke depannya, para PKL diharapkan bisa mengembangkan usaha dagangannya dengan lebih berdaya.

  Sedangkan dalam Bantuan Fasilitas Sarana Dagang, pemerintah memberikan bantuan fasilitas usaha seperti bantuan tenda dan gerobak yang akan di gunakan oleh para PKL, seperti kutipan wawancara dengan Pak Yoga Wizaksono sebagai berikut:

  “Pemerintah juga pernah memberikan bantuan tenda dan gerobak dengan asumsi istilahnya diberikan cicil dalam proses pembayarannya,misalkan 10 bulan PKL itu harus membayar sesuai dengan yang sudah di sepakati bersama. Sedangkan untuk tenda nya mereka juga sudah sepakat dan mau untuk menyeragamkan untuk ganti warna. Kemarin juga ketua paguyuban nya bolak-balik semarang karena barang tenda nya itu ada di semarang mas, disana nanti bagaimana warna apa yang di inginkan,bagaimana bentuknya, bagaimana tekniknya dan pembayarannya.”

  Berdasarkan petikan wawancara tersebut, PKL yang ada di pancasila mendapat bantuan seperti tenda dan gerobak. Hal ini sejalan dengan bentuk i mplementasi kebijakan yang dianggap tidak hanya berbentuk undang-undang, tetapi

  

juga bisa berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang

penting (Grindle, 1980). Itulah sebabnya, Pemerintah Kota Salatiga memutuskan

untuk memberi bantuan berupa tenda dan gerobak kepada para PKL. Bantuan tenda dan gerobak di berikan dari tahun 2012, ada 50 tenda dan 70 gerobak. Pemerintah juga mensosialisasikan kegiatan dalam rangka dimana PKL mendapat bantuan fasilitas usaha. Tindakan pemerintah ini diharapkan bisa memberdayakan PKL dalam melengkapi fasilitas dagangnya.

5.1.2. Penguatan Kelembagaan

  Sebagaimana ditekankan model Grindle: sebuah kebijakan haruslah memperhatiakan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab (Grindle, 1980). Itulah sebabnya, strategi kedua yang dilakukan Pemerintah Kota Salatiga untuk memberdayakan PKL adalah melalui penguatan kelembagaan. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat kelembagaan PKL agar para PKL bisa teroganisir dengan baik, dan bisa dilindungi oleh suatu organisasi yang menjaganya.

  Dalam usaha memperkuat kelembagaan, Pemerintah Kota Salatiga menganjurkan kepada para PKL di Lapangan Pancasila agar memiliki sebuah paguyuban. Kehadiran PKL sangatlah penting untuk para PKL, seperti dikemukakan Pratiwi (2006) bahwa Paguyuban PKL sangatlah penting untuk memberdayakan PKL karena menghubungkan pemerintah dengan “arus bawah (PKL)” yang kurang mendapat posisi di wilayah formal.

  Oleh karena itu, melaluiPaguyuban PKL, Pemerintah berharap para PKL semakin berdaya karena mampu mengorganisir diri mereka dalam paguyuban, sehingga berbagai keluhan PKL bisa dibicarakan dalam paguyuban tersebut, kemudian di sampaikan kepada Pemerintah.Selain itu, Pemerintah Kota Salatagia juga rutin dalam melakukan sosialisasi untuk kegiatan dan kegunaan Perda Nomor 4 Tahun 2015 kepada para PKL. Hal tersebut terlihat dari kutipan wawancara dengan Bapak Yoga Wizaksono sebagai berikut:

  “Kegiatan yang pertama tentang sosialisasi yaitu tentang perda,sosialisasi itu mencakup semuanya yang perda itu, penyuluhan,pembinaan termasuk masuk kan-masuk kan dari pedagang.Sosialisasi di lakukan 1 tahun itu 4 kali sosialisasi mas.Jadi dalam proses sosialisasi juga kita bisa lebih akrab dengan para pedagang sehingga keluhan-keluhan meraka juga selama berdagang bisa kita tampung atau istilah nya kita saring dan kita pertimbangkan ke dapan supaya PKL ke dapan nya lebih bagus atau lebih sesuai apa yang kita terapkan dalam proses kegiatan sosialisasi itu mas.Sedangkan untuk perda itu kita juga sudah sosialisasikan ke pedagang sehingga para pedagang juga tahu tentang ada nya perda tersebut yaitu Perda

2 No.4 T

  ahun 2015.” Dari pernyataan kutipan wawancara diatas,kegiatan dalam penguatan kelembagaan yang dilakukaan oleh Pemerintah Kota Salatiga selain menganjurkan para PKL membentuk paguyuban, pemerintah juga melakukan proses sosialisasi agar para PKL mengetahui adanya PerdaNomor 4 Tahun 2015 yang sesuai dengan keputusan PERWALI. PERDA tersebut mengatur tentang Penataan, Pengelolaan dan Pemberdayaan PKL. Tujuannya agar para PKL semakin berdaya dalam melakukan usaha dagangnya, dan menjadi lebih efektif dan berkembang baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu, Pemerintah juga bisa memberi ruang pada PKL di dalam kegiatan sosialisasi, karena di lain sisi, pedagang bisa menyuarakan pendapat dan keluhan yang mereka hadapi dalam berdagang. Dan juga selain dalam kegiatan sosialisasi pemerintah sering mengontrol atau mengawasi PKL yang ada di lapangan. Kegitan-kegiatan samacam itu sangat bermanfaat bagi para PKL, serta menguntungkan bagi para pedagang maupun pemerintah sendiri.

5.1.3.Fasilitas Peningkatan Produksi

  Strategi ketiga yang digunakan oleh Pemerintah Kota Salatiga dalam memberdayakan para PKL di Lapangan Pancasila adalah melalui fasilitas peningkatan produksi. Sebagaimana dikemukakan Grindle (1980) bahwa sebuah 2 kebijakan haruslah memperhatikan kekuatan politik, sosial dan ekonomi sasaran

  

Wawancara dengan Bapak Yoga Wizaksono selaku Kepala Seksi Bagian PKL Kota Salatiga pada

hari selasa 08 November 2017,pukul 09.06

  • – 10. 13 Wib di Kantor Dinas Perdagangan Kota Salatiga.
kebijakan. Dalam hal ini, pemberdayaan PKL melalui peningkatan produksi merupakan usaha untuk memperkuat wilayah ekonomi para PKL, sehingga para PKL semakin berdaya karena mampu meningkatkan dan mengelola jumlah produksi barang dagangannya secara mandiri. Itulah sebabnya,pemerintah memotivasi para PKL dalam meningkatkan hasil produksi atau bahkan hasil pendapatan mereka. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan Bapak Yoga Wizaksono yang menyatakan bahwa:

  “Jadi sebetulnya gini mas kalau dalam peningkatan hasil produksi para PKL, saya kira sudah di atas rata- rata mas hasil dagangan meraka contohnya PKL letengan,batagor,rica-rica.itu terlihat mas istilahnya tiap bulan bahkan tahun,itu pasti meningkat mas.sedangkan kalau pada musim penghujan seperti ini mas,PKL yang jualan es/sup buah mas otomatis nombok karena itu tadi mas,pasti pembeli/konsumen sedikit saja yang beli bahkan istilahnya jarang ada yang beli kecuali ya cuaca lagi panas mas.dalam hal ini pemerintah juga mendukung para PKL supaya ke dapannya dalam meningkatan hasil dagangan mereka lebih meningkat.”

  Jadi, dalam hal meningkatkan hasil produksi, pemerintah juga sangat mendukung para PKL karena pemerintah memotivasi PKL dengan tujuan agar para PKL mampu meningkatkan usaha dagangnya. Selain itu, pemerintah juga mendukung hasil pendapatan para PKL. Hal itu terlihat pada PKL yang jualan batagor, rica-rica, letengan, sup buah dan masih banyak lagi. Kecuali, para PKL yang berjualan es/sup buah pada musim penghujan akan mengalami suatu penurunan dalam berdagang dikarenakan pada musim tersebut, pembeli/konsumen menyesuaikan dengan keadaan cuaca, sehingga para PKL yang berjualan es/sup buah lebih cenderung sedikit di bandingkan pada musim kemarau.

5.1.4. Pengolahan, Pengembangan Jaringan dan Promosi

  Pemerintah Kota Salatiga berusaha mengembangkan pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi, sebagai strategi pemberdayaan PKL di Lapangan Pancasila. Hal ini merupakan bagian dari implementasi kebijakan yang menitikberatkan pada penguatan jaringan (Grindle, 1980), dan juga merupakan tujuan memberdayakan PKL agar mandiri dalam memperluas usaha daganganya. Dengan memperluas pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi, tingkat penjualan dari dagangan para PKL bisa meningkat. Usaha Pemerintah dalam melaksanakan strategi ini adalah lewat bekerja sama dengan UMKM dalam memperluas pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi. Ini terlihat dari hasil wawancara dengan Bapak Yoga Wizaksono yang menyatakan bahwa:

  “Jadi gini mas kalau dalam pengelohan memperluas jaringan dan promosi,pemerintah bekerja sama dengan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).biasanya untuk memperluas jaringan dan promosi dari UMKM sering memanfaatkan media sosial contohnya facebook,membuat semacam aplikasi untuk mempromosikan hasil produk- produk mereka.”

  Kutipan wawancara diatas menunjukkan bahwa dalam pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi untuk para PKL, pemerintah melakukan kerja sama dengan suatu lembaga yang mempunyai peran di bidang PKL itu sendiri, yaitu dengan UMKN (Usaha Mikro Kecil dan Menenengah). Kerja sama yang dilakukan pemerintah dengan UMKM terlihat bahwa UMKM mempunyai peran di dalam pemberdayaan PKL. Dalam memperluas jaringan dan promosi produk PKL, UMKM memanfaatkan media sosial. Tujuan dari kegiatan jaringan dan promosi yang dilakukan pemerintah melalui UMKM adalah supaya produk- produk yang dijalankan oleh PKL itu sendiri lebih dikenal oleh kalangan masyarakat, terlebihnya masyarakat kota salatiga. Dengan cara seperti ini, PKL diharapkan lebih mandiri dan sejahtera dalam berdagang. Kesejahteraan dan Kemandirian adalah hasil yang harus di capai dari usaha pemberdayaan (Mubyarto, 1999).

5.1.5. Pembinaan dan Bimbingan Teknis

   Memberikan pembinaan dan bimbingan teknis merupakan strategi kelima yang dilakukan Pemerintah Kota Salatiga dalam memberdayakan para PKL.

  Strategi ini merupakan pendukung pada tataran pelaksanaan kebijakan (Grindle,

  

1980). Dalam hal ini, pada tataran kebijakan penataan PKL . Harapannya, dengan

  adanya pembinaan dan bimbingan teknis, para PKL bisa memahami kiat-kiat berbinis yang baik. Di dalam pembinaan dan bimbingan teknis Pemerintah Kota Salatiga sendiri hanya mengarahkan para PKL di dalam berdagang, hal ini terlihat dari kutipan wawancara dengan Bapak Yoga Wizaksono sebagai berikut:

  “Jadi gini mas mengenai pembinaan dan bimbingan teknis kami dari perintah sering adanya turun lapangan mas,di lapangan kami mengarahkan para PKL,sehingga para PKL juga mempunyai kemampuan/keterampilan di dalam berjualan.dan juga di dalam pengembangan usaha para PKL berkembang baik kualitas maupun kuantitas usahanya.”

  Hal di atas menjukkan bahwa, pemerintah melakukan pembinaan dan bimbingan teknis agar para PKL mempunyai kemampuan/skill di dalam menjalankan usaha. Dengan adanya kemampuan/skill dalam berjualan, PKL lebih kreatif di dalam mengembangkan jualannya sehingga mempunyai tenik-teknik tersendiri atau daya tarik dalam mengelola dagangannya. Pemerintah berharap, ke depannya, para PKL lebih berkembang dan lebih sukses dengan mempunyai kemampuan/skill tersebut. Skill yang dimiliki tersebut mampu menjadikan para PKL lebih berdaya dalam berdagang.

5.1.6. Peningkatan Kemitraan dengan Dunia Usaha

  Strategi terakhir yang digunakan Pemerintah Kota Salatiga dalam memberdayakan para PKL adalah melalui peningkatan kemitraan dengan dunia usaha. Hal ini merupakan bagian dari implementasi kebijakan yang menitikberatkan pada penguatan jaringan (Grindle, 1980), dan juga merupakan tujuan memberdayakan PKL agar mandiri dalam memperluas usaha dagangnya. Strategi ini bertujuan agar para PKL di Lapangan Pancasila bisa menjalin kerja sama dengan dunia usaha lainnya, sehingga kemampuan menjual dagangan bisa diperluas. Haltersebut terlihat dari apa yang dituturkan oleh Bapak Yoga Wizaksono yang mengatakan bahwa:

  “Jadi memang sebetulnya gini mas, kami dinas memang mendukung PKL untuk menjalin kerja sama dengan dunia usaha lain,dengan cara kayak gitu usaha dagangan mereka kan lebih luas mas.dengan menjalin komunikasi seperti itu menguntungkan PKL misalkan PKL su buah yang ad di pancasila njalin kerja samanya dengan PKL yang di luar lapangan Pancasila nah disitukan bisa membagi pengalaman dalam berjualan,misalkan strategi dalam mengembangkan usaha supaya lebih banyak pelanggan,apakah mempunyai trik-trik tersendiri dalam berjualan.dari situkan bisa diperluaskan dalam kemampuan berusaha.”

  Penjelasan di atas menujukkan bahwa peningkatan kemitraan yang dilakukan pemerintah memberi ruang bagi para PKL untuk menjalin suatu kerja sama dengan dunia usaha yanga lain. Tujuan pemerintah meningkatkan kemitraan dengan dunia usaha adalah supaya para PKL bisa lebih mandiri dalam berdagang, karena mempunyai jaringan yang luas di bidang peningkatan kemitraan dengan dunia usaha.

5.2. Respon PKL Tentang Pemberdayaan

  Pemerintah melaksanakan kebijakan pemberdayaan PKL melalui berbagai strategi. Strategi kebijakan tersebut sejalan dengan model kebijakan Grindel (1980) yang memfokuskan pada tiga perhatian utama, seperti yang sudah dijelaskan di atas, yaitu melibatkan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab, memperkuat jaringan

  

(politik, sosial dan ekonomi), serta memperhatikan dampak yang diharapkan atau

tidak diharapkan dari sebuah kebijakan. Sedangkan usaha pemberdayaan itu sendiri

bertujuan m engembangkan sumber daya manusia, memandirikan, menciptaan

  peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat, dan mengembangkan suatu kelompok atau individu dalam menjalani usaha atau kegiatan untuk mempertahankan hidup (Mubyarto (1999). Jelaslah, bahwa melalui kebijakan pemberdayaan PKL yang dilakukan pemerintah, maka Pemerintah Kota Salatiga berusaha memandirikan dan mensejahterakan para PKL dalam berdagang melalui strategi-strategi yang memfokuskan pada pelibatan lembaga-lembaga tertentu, memperkuat berbagai jaringan, dan menitikberatkan pada dampak positif kebijakan. Namun, bagaimana dengan respon para PKL dengan semua usaha Pemerintah Kota Salatiga tersebut?

  Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu : a). Diri orang yang bersangkutan dalam memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya karena dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya. b). Sasaran respon. Gerakan, suara, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang. c). Situasi. Respon dapat dilihat secara kontekstual, yakni dalam situasi mana respon itu timbul dan mendapat perhatian (Mulyani, 2007). Jadi, dalam hal ini, PKL menjadi orang yang memberi respon terhadap pemerintah (sasaran respon) atas berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah dalam melakukan pemberdayaan lewat strategi kebijakannya.

  Berbagai Respon yang diberikan oleh para PKL terhadap strategi-strategi pemberdayaan yang sudah dilakukan pemerintah, nampak dari setiap motif, kepentingan dan harapan yang terwujud lewat suara dan tindakan mereka. Berikut merupakan respon dari PKL terhadap setiap strategi pemberdayan yang dilakukan pemerintah:

5.2.1.Peningkatan Kemampuan Berusaha, Fasilitas Permodalan dan Fasilitas Bantuan Sarana Dagang

  Dalam melakukan pemberdayaan PKL, melalui peningkatan kemampuan berusaha, fasilitas permodalan dan fasilitas bantuan sarana dagang. Dinas perdagangan dalam hal ini yang membidangi PKL berusaha memberikan cara/strategi bagi PKL khusus PKL Lapangan Pancasila di dalam hal Peningkatan Kemampuan Berusaha. Para PKL mengakui bahwa tidak ada kegiatan pelatihan kemampuan/keterampilan yang bertujuan untuk mengembangkan Peningkatan Kemampuan Berusahabagi para PKL.Pedagang mengembangkan usaha berdasarkan pengalaman-pengalaman sendiri. Padahal, menurut perpektif mereka, pelatihan untuk meningkatkan kemampuan berusaha cukup bermanfaat dan seharusnya ada. Bahkan, mereka merasa dengan tidak adanya pelatihan tersebut bertanda bahwa pemerintah abai terhadap keluh kesah mereka. Hal ini terlihat dari pernyataan Bapak Andi Saputra yang menyatakan bahwa:

  “Gak ada mas, gak pernah ada pelatihan atau penyuluhan cuma ada paguyuban. Pegawai pemda(pemerintah daerah) aja dari tahun 1999 sampai sekarang gak pernah ada mas datang untuk menanyai kesulitan kami mas. Kami melakukan usaha hanya berdasarkan pengalaman saja mas, kadang-kadang hanya nanya anak-anak sekolah atau anak kuliah saja mas.” Pernyataan tersebut diperkuat oleh Bapak Bowo yang menyatakan bahwa: “Gak pernah ada pelatihan atau penyuluhan dari pemerintah, disini cuma ada paguyuban. Dulu itu pemerintah hanya memberikan tempat saja untuk berjualan, gak ada lagi pelatihan mas. Pemerintah hanya mengatur saja tempat berjualan mas. Jadi untuk kemampuan usaha karena pengalaman saja mas.”

  Hal ini diperkuat dengan pernyataan Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) mengatakan bahwa: “Jadi sebetulnya gini kalau pelatihan-pelatihan ngak ada disini, dari dinas gak ada pelatihan keterampilan mengembangkan usaha. kebanyakan PKL dalam meningkatkan kemampuan usaha lewat pengalaman- pengalaman mereka.kalau meningkatkan keterampilan usaha itu bidangnya beda itu lebih ke UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) itu terjawab disitu mas.”

  Pelatihan kemampuan berusaha merupakan salah satu cara agar PKL mempunyai dasar dalam mengembangkan usaha dagangannya, sehingga pedagang di dalam menjalankan usaha mempunyai teknik-tenik atau keahlian/skill. Keterampilan dalam berusaha sangat bermanfaat bagi para PKL. Dan juga bisa membuat PKL mempunyai kemampuan menarik konsumen. Seperti itulah pentingnya pelatihan kemampuan berusaha di mata para PKL. Namun, meski mereka menganggap penting, mereka tidak tahu tentang adanya kegiatan dalam hal peningkatan kemampuan berusaha. Upaya dalam mengembangkan kemampuan berusaha bagi para PKL tidak dilaksankan oleh Pemerintah. Ini terlihat dari para PKL yang hanya mendapatkan kemampuan berusaha melalui pengalaman di dalam berjualan. Padahal, mereka berharap adanya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan berusaha.

  Dalam melakukan pemberdayaan PKL, melalui Fasilitas Permodalan. Pemerintah Kota Salatiga menganjurkan bagi para PKLuntuk meminjam modal usaha melalui Bank Mandiri, Koperasi dan beberapa lembaga yang lain. Respon pedagang terhadap usaha Pemerintah tersebut sekedar membenarkan bahwa Pemerintah menganjurkan para PKL dalam meminjam modal untuk berusaha melalui Bank maupun Kopersi. Namun di sisi lain, para PKL juga menunjukkan kesan kurang puas terhadap bantuan permodalan yang di anjurkan oleh Pemerintah. Dalam hal fasilitas permodalan para PKL menjalankan usaha memakai modal sendiri. Ketidakpuasan PKL menunjukkan bahwa mereka sebenarnya menginginkan sesuatu yang lebih, dan juga mereka ingin pemerintah lebih menepati janji.Hal ini menunjukkan bahwa bantuan permodalaan di mata PKL adalah sesuatu yang penting. Semua ini terlihat dari hasil wawancara dengan Bapak Andi Saputra yang mengatakan bahwa:

  “Jadi gini mas dulu Pemda (Pemerintah Daerah)pernah menjanjikan kami koperasi dan modal usaha tapi nyatanya sampai sekarang gak pernah ada mas,hanya sebatas janji aja mas Kemudahan untuk pinjam uang di bank saja gak ada mas, kami modal usaha benar-benar dari hasil usaha sendiri, yang katanya ada peminjaman-peminjaman seperti itu gak ada mas.jadi satu hari itu mas kami berusaha sisipkan Rp 50000 atau bahkan Rp 100.000 gitu mas untuk modal usaha.”

  Hal serupa juga di ungkapkan dari pernyataan Bapak Bowo sebagai berikut: “Gak ada modal usaha dari dinas mas,kami disini untuk modal usaha pake modal sendiri-sendiri mas,dari dinas itu ngak pernah memberikan modal-modal usaha seperti itu.untuk pinjaman-pinjaman juga gak ada mas.ya tiap hari dari hasil jualan,kami kumpul sedikit demi sedikit untuk modal ke depannya kalau ngak begitu mas nanti ngak modal untuk usaha mas.”

  Hal ini diperkuat dengan pernyataan Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) mengatakan bahwa:

  “Dari Dinas tidak dikasih modal dalam menjalankan usaha dagangan kita swadaya sendiri mas.jadi gini mas kita modal istilahnya minjam ke Bank,ada yang minjam ke Bank Mandiri, BRI, Koperasi untuk permodalan seperti itu. ada beberapa PKL memakai modal sendiri dalam menjalankan usaha.” Ketiga kutipan wawancara diatas menunjukkan bahwa, fasilitas permodalan yang di anjurkan Pemerintah tidak dilaksanakan oleh Pemerintah, kebanyakan PKL memakai modal untuk berusaha dengan cara memakai modal sendiri. Pemerintah Kota Salatiga menganjurkan para PKL untuk meminjam modal melalui koperasi maupun Bank. Namun, kebanyakan para PKL di dalam mengembangkan usaha dagangannya memakai modal sendiri dan ada juga beberapa PKL yang meminjam modal usaha melalui Bank maupun koperasi. Dengan cara memakai modal sendiri para PKL berusaha menyisipkan sedikit dari keuntungan dagangan mereka. Padahal, fasilitas permodalan dari pemerintah adalah sesuatu yang dianggap penting bagi para PKL, dan mereka berharap pemerintah bisa menepati janji.

  Selanjutnya, dalam hal menyediakan Fasilitas Bantuan Sarana Dagang, Pemerintah Kota Salatiga berusaha memberikan bantuan fasilitas, seperti bantuan tenda dan gerobak kepada para PKL. PKL memberikan respon bertanda puas terhadap fasilitas yang diberikan pemerintah. Di mata PKL, tindakan pemerintah sudah cukup bagus, dan diharapkan untuk bisa ditingkatkan dengan lebih baik. Hal ini terlihat dari pernyataan wawancara dengan Bapak Andi Saputra yang mengatakan bahwa:

  “Mengenai bantuan usaha memang ada bantuan mas, dulu dinas memberi bantuan tenda mas, gerobak diberikan secara gratis mas.setiap PKL itu mendapat bantuan seperti gerobak dan tenda mas.ini sampai sekarang tenda sama gerobak nya saya masih pake mas,ya respon kami terhadap Pemda (Pemerintah Daerah) mengenai bantuan yang di kasih sangat bermanfaat karena bantuan usaha kayak tenda sama gerobak itu kan menjadi salah satu modal untuk usaha mas.kami mengharapkan kedepanya untuk Pemda (Pemerintah Daerah) supaya pedagang lebih dipedulikan,di tata lebih bagus mas.”

  Pendapat serupa di perkuat dengan pernyataan dari Bapak Bowo sebagai berikut:

  “Selain menyediakan lahan untuk berdagang Pemda (Pemerintah Daerah),dulu ada mas soal bantuan- bantuan semacam itu mas,dulu diberikan bantuan tenda sama gerobak cuman bantuan seperti itu yang diberikan mas ukuran tenda yang diberikan 3×3 M, sedangkan gerobak kurang lebih 2×1

  M.” Hal serupa di perkuat dari pernyataan Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) yang mengatakan bahwa:

  “Jadi sebetulnya gini mas,ini dulu bantuan semua 50 tenda,gerobak dulu bantuannya 70 tahun 2012. ini kan bantuan dari kementrian koperasi yg seharus nya tadi itu mau di taruh di pasar pagi yaitu pasar raya 1 cuman saya minta disini,orang kementrian dari pusat survey ke sini ya udah di alihkan ke Pancasila,nah untuk saat ini setelah SK (Surat Keputusan) itu turun Pemerintah sendiri khusus dinas perdagangan ngak berani mengeluarkan dana untuk bantuan PKL walaupun itu bentuknya nominal nya berapa Rupiah pun ngak berani karena mereka juga masih istilah nya di pantau cyber pungli,dulu memang saya mengajukan mbok sekarang di jadikan tukar beli jadi dana yang di keluarkan dari Dinas Perdagangan untuk bantuan tenda,cuman nanti kita di kasih infentaris jadi miliknya Dinas kita yg infentaris sedangkan kita yang infentaris untuk perawatan kita tarik di sini,mereka juga ngak berani karena ada surat SK (Surat Keputusan) dari kementrian.”

  Mengenai bantuan fasilitas usaha yang diberikan pemerintah kepada PKL khususnya PKL Lapangan Pancasila, dimana para PKL dalam menanggapi hal tersebut memberi kesan bertanda puas terhadap tindakan pemerintah. Sebab, gerobak dan tenda merupakan modal atau suatu bantuan fisik yang diharapkan oleh para PKL di dalam menjalankan usaha. Namun, di lain sisi, mengenai fasilitasi bantuan sarana dagang, dimana ketua paguyuban yang merupakan bagian dari para PKL membenarkan bahwa bantuan yang diberikan itu merupakan bantuan dari kementrian,sedangkan pemerintah dalam hal ini dinas perdagangan tidak mengeluarkan bantuan-bantuan semacam itu. Bantuan fasilitas usaha sarana dagang yang diberikan oleh kementrian dalam hal ini sangat membantu bagi para PKL di dalam menjalankan usaha. Mereka meresponya dengan penuh rasa puas.

5.2.2. Penguatan Kelembagaan

  Pemberdayaan PKL yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga melalui penguatan kelembagaan, para PKL membentuk ketua paguyuban PKL yang dimana tugas dari ketua tersebut adalah untuk mengkoordinir para PKL atau menjadi wadah bagi para PKL dalam menyampaikan keluhan mereka dalam paguyuban yang dimiliki, sehingga lebih mudah mengkomunikasikan keluhan tersebut kepada Pemerintah Kota Salatiga. Dalam hal ini dengan adanya ketua paguyuban, para PKL memberi tanggapan yang kurang puas terhadap ketua paguyuban dikarenakan tidak adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan ketua paguyuban dalam hal penguatan kelembagaan. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara dengan Bapak Andi Saputra sebagai berikut:

  “Gak ada kegiatan mas,kaya kegiatan arisan atau rapat itu gak ada mas,alasannya susah mas untuk kumpulin pedagang lagi.beda sama jaman dulu sering ada kegiatan atau penyuluhan gitu mas dari paguyuban.kalau ada sosialisai dari dinas nanti PKL dikumpulin”

  Penuturan juga diperkuat oleh Bapak Bowo sebagai berikut: “Kalau kegiatan gak ada kegiatan mas,kalau ada berita dari dinas mengenai ada kegiatan di pancasila baru kami berkumpul rapat, selain itu gak pernah ada mas.”

  Hal serupa juga diperkuat dengan pernyataan Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) yang menyatakan bahwa:

  “Untuk kegiatan sebetulnya untuk anggota,ya ini saya mengakui ini lagi vakum,bebarapa bulan ini vakum jadi biasanya memang kita action setiap 2 bulan sekali kita kerja bakti di minggu ke 2,dulu 1 bulan sekali,dan lagi sebetulnya kita istilahnya yang di pasraih di Pancasila jadi kita yg istilahnya pemilik Pancasila.sebagai contoh hari pahlawan kalau dulu kita upacara. Tapi nanti setelah tenda jadi mulai tahun 2018 memang kita akan aktifkan kembali jadi minggu ke 2 kita akan kerja bakti terus 1 bulan kita kan kumpul sekali.”

  Ketiga petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa kegiataan penguatan kelembagaan dalam pemberdayaan PKL tidak berjalan atau dalam keadaan vakum dikarenakan banyak para PKL yang tidak meruruti atau mentaati aturan yang dilaksankan ketua paguyuban, contoh dalam hal untuk memusyawarakan permasalahan yang ada di dalam kumpulan para pedagang itu saja di lakukakan paling lambat 3 bulan sekali, sehingga permasalahan-permasalahan yang dialami para PKL tidak bisa diatasi dengan cepat. Tujuan dari penguatan kelembagaan itu sendiri adalah supaya para PKL lebih menjaga kebersamaan dalam suatu kelompok/paguyuban yang ada.

5.2.3. Fasilitasi Peningkatan Produksi

  Pemberdayaan PKL yang dilakukan Pemerintah Kota Salatiga melalui peningkatan produksi bagi para PKL, ternyata para PKL merespon bahwa dalam peningkatan produksi dari jaman ke jaman tidak ada perubahan yang kurang signifikan dalam berjualan di sebabkan kurangnya konsumen/pembeli. Hal ini terlihat dari terlihat dari kutipan wawancara dengan Bapak Bowo yang menyatakan bahwa:

  “Jaman dulu itu ramai mas, jamannya pak totok sering ada band, ada sirkus, ada wayang banyak kegiatan mas jadi kan banyak penonton dan pembelinya banyak, jadi kami kan banyak pendapatan mas. Sekarang sepi sekali mas, jarang sekali ada kegiatan di sini. Gak kayak jaman pak totok.” Hal ini senada dengan pernyataan Bapak Andi Saputra mengatakan bahwa: “Kalau dulu pendapatannya besar karena banyak event musik mas, jadi banyak pembeli mas, sedangkan kalau sekarang pendapatannya udah jarang ada event-event mas karena hanya sedikit orang yang datang ke pancasila mas. Dulu jamannya pak totok sering sekali mas ada event music mas.”

  Berdasarkan kutipan wawancara diatas menunjukkan bahwa, peningkatan produksi bagi setiap para PKL, ini terlihat bahwa minimnya pembeli dikarenakan Pemerintah kurang mensuport/mendukung para PKL. Hal ini terlihat bahwa dari jaman ke jaman adanya suatu perunun dalam meningkatkan hasil produksi, tidak adanya kegiatan-kegiatan di Lapangan yang menguntungkan bagi PKL sehingga terjadi sutau perubahan yang dimana menyebabkan kurangnya pendapatan bagi pedagang. Seharusnya dengan adanya peningkatan produksi bagi para pedagang di harapkan PKL mempunyai modal usaha sendiri dan lebih kreatif di dalam mengembangkan usaha dagangannya. Namun di lain sisi, ketua paguyuban yang merupakan bagian dari PKL itu sendiri menyatakan bahwa dalam hal meningkatkan hasil produksi terhadap PKL adanya peningkatan produksi dalam proses berjualan.

  Hal ini diungkapkan oleh Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) yang mengatakan bahwa: “Nah gini kalau saya memang kan dulu jualan nya di pinggir jalan lebih rame memang tapi setelah masuk memang lebih berkurang tapi untuk dalam hitungan sebulan total istilah ngak rugi lah,paling-paling kita kalau ini kan contohnya jualan letengan/makanan ini paling-paling kita untuk 30 % tu sudah bagus itu,memang kalau jualan es memang ada musim nya kalau pada musim penghujan otomatis yg jualan es pasti nombok. Tapi kalau hitung per tahun kita untung kan kita tadak hitung per bulan,saya yakin tetap untung.kalau per tahun bahkan lebih dari 30 % , kadang juga kita hitung harian contoh nya kita kelur modal nya 100 pasti otomatis kita pasti dapat lebih dari 100.”

  Melihat kutipan wawancara tersebut menunjukkan bahwa para pedagang dalam meningkatkan hasil produksi terlihat jelas bahwa adanya kemajuan dalam peningkatan hasil produksi, hanya bagaimana para PKL di dalam mengembangkan dagangannya menyesuaikan dagangan yang di jualnya, karena disaat pada musim penghujan bagi PKL yang jualan sup buah/es mengalami penurunan produksi, sedangkan pada musim kemarau dimana pedagang yang jualan sup buah/es mengalami peningkatan produksi yang signifikan.

5.2.4. Pengolahan, Pengembangan Jaringan dan Promosi

  Dalam pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi terhadap usaha dagang para PKL, Pemerintah Kota Salatiga telah berusaha untuk memanfaatkan media sosial, dengan cara memanfaatkan media sosial dapat mempromosikan berbagai jenis dagangan PKL di Lapangan Pancasila. Namun, para PKL sendiri mengakui bahwa mereka belum terlalu mengetahui tentang hal tersebut, tetapi mereka juga mendukung niat baik pemerintah yang melakukan pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi melalui media sosial. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Andi Saputra yang mengatakan bahwa:

  “Jadi memang kami jualannya hanya disini saja mas dari sore sampe malam, kalau jaringan promosi untuk dagangan,kami promosi lewat pelanggan,kadang melalui teman-teman dekat juga mas. Kalau pemerintah promosi lewat media sosial saya belum begitu tahu tapi itu bagus sebenarnya mas supaya jualan yang kami jual bisa dikenal banyak orang dan juga nantinya tambah banyak pelanggan.”

  Pendapat serupa diungkapkan oleh Bapak Bowo yang mengatakan bahwa: “Kalau saya usahanya memang di pancasila saja mas gak ada di tempat lain.jaringan promosi untuk dagang,saya promosi lewat pelanggan saja mas.kalau dari Pemda (Pemerintah Daerah) lewat promosi media sosial, saya kurang tahu mas tapi bagus juga kalau ada masukan kayak gitu mas,itu menguntungkan bagi kami pedagang biar banyak pelanggan dan dikenal banyak orang.” Hal senada diungkapkan oleh Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) yang menyatakan bahwa:

  “Kalau sejauh ini kayaknya belum ada yang punya jualan di tempat lain,jaringan promosi untuk dagangan terkadang itu di viralkan sama teman-teman pelanggan yang datang kemari.jadi biasa ada pelanggan fanatik ada itu,jadi meski hujan tetap main sini makan/minum sini,jadi mereka berani mempromosikan setelah berkujung di tempat kami atau teman-teman yang lain.semacam fasilitas internet kadang-kadang teman/pelanggan viralkan mempromosikan pkl pancasila ya mungkin lewat seperti itu yang tak terduga tapi malah udah masuk gitu.”

  Ketiga kutipan wawancara diatas menujukkan bahwa para PKL di dalam pengembangan jaringan dan promosi usaha dagang para PKL kebanyakan memanfaatkan konsumen/pembeli, dengan cara seperti itu para pedagang bisa mempromosikan dagangan mereka, melalui jaringan promosi terhadap pembeli para PKL juga mempunyai pelanggan yang semakin banyak. Melalui jaringan promosi tersebut dampaknya sangat besar bagi para PKL dikarenakan dengan jaringan promosi para PKL di Lapangan Pancasila tersebut semakin dikenal banyak orang dan Lapangan/alun-alun Pancasila tersebut merupakan salah satu icon Pemerintah Kota Salatiga. Sedangkan dari pemerintah sendiri dalam hal ini memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan hasil dagangan dari para padagang dan kebanyakan dari PKL sejauh ini belum mengetahui hal yang dilakukan oleh Pemerintah, namun para PKL mendukung dengan kegiatan yang dilakukan Pemerintah tersebut.

5.2.5. Pembinaan dan Bimbingan Teknis

  Pedagang Kaki Lima (PKL) di Lapangan Pancasila, memberi respon kurang baik dengan pemberdayaan yang dilakukan Pemerintah Kota Salatiga berupa pembinaan dan bimbingan teknis. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara dengan Bapak Agus Prawono sebagai berikut:

  “Jadi gini mas soal bimbingan teknis itu dari Dinas gak ada bimbingan-bimbingan seperti itu mas,kalau saya sendiri belajar pengalaman aja mas,kebanyakan juga PKL itu belajar dari pengalaman mas.pembinaan dari D inas yang kayak gitu gak ada mas.”

  Pernyataan tersebut diperkuat oleh Bapak Andi Saputra sebagai berikut: “Kalau saya belajar dari pengalaman saya berdagang aja mas,itu kalau bimbingan teknis kayak gitu gak ada mas yang dari Dinas.ya memang kita disini di kasih lahan untuk berjulan tapi kalau pembinaan,bimbingan teknis kayak gitu itu dinas gak dilakukan mas. “

  Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) bahwa: “Jadi sebetulnya gini mas,kalau masalah bimbingan teknis dari Dinas untuk PKL Pancasila gak ada penyuluhan seperti itu mas.pembinaan,bimbingan teknis itu bidangnya UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).jadi memang PKL itu berjaualan tidak diarahkan pembinaan teknis seperti itu.kalau kemampuan usaha di dapat dari cara berjaualan mereka mas.”

  Ketiga pernyataan wawancara tersebut, bahwa dalam hal pembinaan dan bimbingan teknis terhadap PKL yang dilakukan pemerintah, pada dasarnya PKL memperoleh dari cara berjualan. Kebanyakan para PKL di dalam menjalankan usaha, itu terlihat dari cara menarik pelanggan/pembeli sehingga dari cara tersebut PKL mendapatkan keterampilan/kemanpuan dalam berdagang dan juga dari cara menyajikan bahan pokok untuk berdagang. Tujuan dari kegiatan bimbingan teknis terhadap PKL adalah supaya PKL mempunyai keterampilan/skill atau mempunyai strategi/tenik tersendiri dalam bedagang.Untuk mengarahkan PKL dalam hal bimbingan teknis, pemerintah dalam hal ini tidak melakukan kegiatan tersebut dan yang menjadi bidang dalam hal pembinaan dan bimbingan teknis yaitu lembaga UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

5.2.6. Peningkatan Kemitraaan dengan Dunia Usaha

  Dalam melakukan pemberdayaan PKL lewat peningkatan kemitraan dengan dunia usaha yang dilakukan Pemerintah Kota Salatiga. Respon PKL dalam bidang tersebut terlihat bahwa PKL mempunyai jalinan komunikasi yang baik dengan kemitraan dengan dunia usaha. Hal ini diungkapkan melalui hasil wawancara dengan Bapak Bowo sebagai berikut:

  “Kalau bentuk kerja sama dengan penjual lain memang ada kerja sama mas.saya disinikan jualan jagung jadi memang saya punya langganan mas untuk nyetori jagung jadi seumpanya habis nanti dikirim.istilahnya dia yang sediakan jagung saya yang beli gitu mas. Jadi kalau jagungnya habis nanti tinggal di sm s nanti langsung di antar mas.”

  Penuturun juga diperkuat dengan pernyataan Bapak Andi Saputra sebagai berikut: “Jadi memang kami punya kerja sama dengan penjual-penjual yang lain,kalau saya bentuk kerja samanya misalkan dengan yang menyuplai bahan baku mas.itu saya udah lama mas menjalin kerja sama sampai sekarang udah jadi langganan mas.”

  Penuturan juga diperkuat dengan pernyataan Bapak Djoko Sulistyo (Pak Munying) sebagai berikut:

  “Jadi sebetulnya gini mas,bentuk kerja sama dengan pedagang atau penyuplai bahan baku,kebanyakan PKL menjalin kerja sama dengan baik.misalkan dengan orang menyuplai bahan baku bentuk kerja samanya otomatis di bagun dengan bentuk kerja yang baik lalu dari situ nantinya bisa menjadi pelanggan yang setia.kalau dengan sesama penjual dalam lapangan pancasila,para PKL mejalin komunikasi dengan baik,istilahnya saling menjaga kebersihan lahan,kompak dalam berjualan kan kita disini 1 dalam Lapangan P ancasila.”

  Berdasarkan ketiga kutipan wawacara diatas, bahwa dalam hal peningkatan kemitraan dengan dunia usaha lain yang dilakukan oleh para PKL terlihat bahwa PKL menjalankan komunikasi yang sangat baik dengan para PKL yang lain serta dalam penjual atau penyuplai bahan baku terlihat bahwa PKL menjalin komunikasi yang sangat bagus. Sehingga kebanyakan dari PKL dalam hal peningkatan kemitraan dengan dunia usaha terlihat jelas adanya kemistri di antara para penjual dengan penyuplai bahan baku. Dalam peningkatan kemitraan dengan dunia usaha hal ini yang dilakukan oleh PKL dengan tujuan agar supaya para PKL mempunyai jaringan serta membangun relasi maupun kepercayaan pada setiap pedagang/penyuplai bahan baku.

5.3. Refleksi Pemberdayaan PKL

  Pemerintah Kota Salatiga sudah berusaha untuk melakukan pemberdayaan kepada para PKL di Lapangan Pancasila. Berbagai strategi pemberdayaan sudah di coba oleh Pemerintah, seperti yang termuat dalam Perda Nomor 4 Tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Namun, strategi-strategi tersebut masih belum mampu membuat para PKL di lapangan Pancasila menjadi lebih berdaya dalam melakukan usaha dagangnya.

  Para PKL di lapangan Pancasila sendiri, masih merasa belum memahami strategi-stragei pemberdayaan yang dilakukan Pemerintah kepada mereka, sebagaimana termuat dalam Perda Nomor 4 tahun 2015. Hal ini terlihat dari banyaknya PKL yang mengatakan bahwa mereka tidak tahu dengan isi Perda No.4 tahun 2015. Hal inilah yang bisa membuat strategi pemberdayaan yang dilakukan pemerintah sulit diwujudkan. Sebab, jika para PKL tidak cukup memahami isi perda, maka mereka pun tidak mampu memberi saran mengenai apa yang sebenarnya mereka butuhkan.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Salatiga yang Memakai Gadget

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Salatiga yang Memakai Gadget

0 0 10

BAB V ANALISIS DAN BAHASAN HASIL PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Salatiga yang Memakai Gadget

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ratio Legis Pembentukan Undang-Undang: Studi terhadap Konsideran Peraturan Pemerintah Pengganti Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang - Undan

0 0 14

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

0 0 11

5.1. Motif Sebab (because of motife) Uma Kalada - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemberdayaan dan Respon atau Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap Implementasi Perda No 4 Tahun 2015

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemberdayaan dan Respon atau Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap Implementasi Perda No 4 Tahun 2015

0 0 13